Anda di halaman 1dari 35

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Persaingan pada industri manufaktur saat ini sangatlah ketat dimana

para pelakunya salim berlomba untuk mendapatkan keuntungan atau laba

sebesar-besarnya. Harga jual yang kompotitif yang dapat diterima oleh

pasar, kualitas yang baik, dan pelayanan yang baik akan mampu

meningkatkan velume penjualan yang pada akhirnya mendapatkan laba

atau keuntungan yang besar.

Perhitungan harga pokok produksi merupakan salah satu faktor yang

tidak dapat ditinggalkan di samping faktor produksi yang lain. Informasi

mengenai biaya produksi ini sangat di butuhkan oleh pihak manajemen,

sebab apabila kurang tepet di dalam menentukan hafrga pokok produksi

dapat mengakibatkan konsumen beralih ke perusahaan lain karena terlalu

mahal atau merugi karena menjual di bawah harga produksi.

Perhitungan biaya produksi yang selama ini banyak digunakan

adalah metode akuntansi biaya tradisional. Metode biaya ini

menggunakan unit related cost driver seperti jam kerja langsung, jam alat

atau mesin, dan biaya material sesuia dengan volume produksi,

penggunaan dasar tunggal ini dapat menimbulkan distorsi biaya produksi,

dikarenakan tidak semua sumber daya dalam proses produksi digunakan

secara proposional.Untuk mengatasi keterbatasan pada metodeakuntansi

1
2

biaya tradisional makadi kembangkan sistem biaya yang didasarkan pada

aktivitas yang disebut. Activity based costing, (selanjutnya disebut ABC),

yang didasari oleh asumsi bahwa aktivitas mengkomsumsi biaya dan

produksi mengkomsumsi aktivitas.

Activity based costing merupakan metode perbaikan dari system

tradisional. Activity based costing ini merupakan metode perhitungan

biaya yang dapat memberikan alokasi biaya overhead pabrik yang lebih

akurat dan relevan. Pada metode ini, seluru biaya tidak langsung

dikolompokkan sesuai dengan aktivitas masing-masing, kemudian

masing-masing kolompok biaya (cost pool) tersebut dihubungkan dengan

masing-masing aktivitas dan dialokasikan berdasarkan aktivitasnya

masing-masing. Dasar alokasi yang digunakan adalah jumlah aktivitas

dalam setiap cost pool tersebut. Metode ini menggunakan jenis pemicu

biaya yang lebih banyak sehingga dapat mengukur sumber daya yang

digunakan oleh produk secara lebih akurat.

Hasil penelitian yang dilakukan Yuliastanti (2010) menunjukkan

bahwa Activity based costing memperbaiki keakuratan perhitungan biaya

produk dengan mengakui bahwa banyak dari biaya overhead tetap

ternyata bervariasi secara proporsional dengan perubahan selain volume

produksi. Dengan memahami apa yang menyebabakn biaya-biaya

tersebut meningkat atau menurun, biaya tersebut dapat ditelusuri

kemasing-masing produk. Hubungan sebab akibat ini memungkinkan


3

manajer untuk memperbaiki ketetapan perhitungan biaya peroduk yang

secara signifikan memperbaiki pengambilan keputusan.

PT. selebes Indonesia marble ada;ah suatu perusahaan industry

marmer. Produk-produk yang dihasilkan PT. Celebes Indonesia Marble

telah dipasarkan hingga keluar negeri diantarnya cina dan korea.

Perusahaan ini merupakan sebuah perusahaan manufaktur yang proses

produksinya menggunakan bantuan Kristal kasar yang berasal dari batu

kapur atau dolomite diolah menjadi marmer.

Proses produksi perusahaan tersebut menggunakan berbagai macan

mesin sehingga menyerap biaya yang banyak. Oleh karena itu,

memerlukan ketetapan dan kecermatan dalam menghitung dan

membebankannya sesuai dengan jumlah yang telah dikomsumsi oleh

aktivitas pembuatan produk. Perhitungan biaya produk sangat penting

karena berkaitan dengan penentuan harga pomok produksi suatu produk

dan penentuan harga jual produk serta dapat mempengaruhi profitabilitas

perusahaan.

Saat ini ,perhitungan harga pokok produksi yang dilakukan oleh

PT.Celebes Indonesia marble masih menggunakan system tradisional

yang hanya membebankan biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja

langsung kesetiap unit produk,sedangkan seluruh biaya produksi tidak

langsung akan dikumpulkan dalam satu pengelompokan biaya,kemudian

seluruh total biaya tersebut dialokasikan dengan satu dasar

pengalokasian kepda suatu objek biaya atau dasar tunggal.


4

Sedangkan PT.Celebes Indonesia Marble memiliki beragam jenis

dan tipe produk marmer yang dihasilkan dan memiliki beragam biaya

produksi tidak langsung yang dibebankan kesemua produk,namun tidak

semua produk menggunakan biaya produksi tidak langsung tersebut

sehingga dapat terjadi distorsi biaya pada produk yang dihasilkan.

Salah satu penyebab tidak akuratnya laporan biaya produksi

diantaranya adalah kesalahan dalam mengalokasikan biaya produksi tidak

langsung.Biaya produksi merupakan Biaya yang paling banyak jenisnya

dan besar jumlahnya dan juga merupakan biaya yang sulit sekali untuk

ditelusuri langsung ke produk,karna itu managemen membutuhkan suatu

system biaya yang mampu mengalokasikan biaya produksi tidak langsung

ini secara akurat dapat dan juga digunakan sebagai salah satu sarana

untuk perusahaan mengendalikan aktivitas-aktivitas yang dilakukan

perusahaan.

Analisis perhitungan harga pokok produksi melalui pendekatan

sistem Activity based costing diharapkan akan mampu menyediakan

informasi biaya secara lebih akurat, sehingga besarnya distorsi biaya

pada penggunaan sistem tradisional (konvensional) dapat diketahui dan

dilakukan penyesuaian-penyesuaian guna meminimalkan harga pokok

produksi untuk mendapatkan harga jual yang akurat dan kompetitif.

Penetapan harga jual yang kompetitif dapat membantu perusahaan

tersebut dalam merebut pasar dari para pesaingnya, karena harga jual

merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pemasaran.


5

Berdasarkan uraian di atas, dapat dilihat betapa pentingnya

menggunakan sistem Activity based costing dalam perhitungan harga

pokok produksi sebagai pengganti system tradisional yang dianggap

sudah tidak akurat lagi. Maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian

dengan judul “Analisis activity Based Costinguntuk Menentukan

Harga Pokok Produksi Marmer pada PT. Celebes Indonesia Marble.”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah diuraikan

sebelumnya, maka rumusan masalah dalam penelitian ini menggunakan

sistem Actinity Based Costing pada PT. Celebes Indonesia Marble?

C. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini hanya menganalisis perhitungan harga

pokok produksi dengan menggunakan sistem Activity based costing pada

PT. Celebes Indonesia Marble Tahun 2019.

D. Manfaat penelitian

Manfaat kegiatan ini diharapkan mampu memberikan manfaat yaitu

sebagai berikut:

1. Secara Teoritis

a. Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi kepada

pihak lainyang berkepentingan dalam rangka penentuan harga

pokok produksi di PT.Celebes Indonesia Marble.


6

b. Memperkaya khasanah ilmu pengetahuan dalam bidang akuntansi

terutama yang terkait dengan penentuan harga pokok produksi

dengan sistem ABC pada perusahaan.

2. Secara Praktis

a. Bagi Perusahaan

1) Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi

PT.Celebes Indonesia Marble dalam menentukan harga pokok

produksi.

2) Membantu perusahaan dalam menentukan harga pokok

produksi dengansistem ABC.

b. Bagi Peneliti

1) Membandingkan teori yang diperoleh di bangku kuliah dengan

praktekyang ada di perusahaan.

2) Memperoleh pengetahuan dalam bidang akuntansi biaya dan

akuntansi manajemen dalam menentukan harga pokok produksi

perusahaan.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Biaya

Secara umum, biaya merupakan semua pengorbanan yang perlu

dilakukan untuk suatu produksi, yang dinyatakan dengan suatu uang. Di

dalam kamus besar bahasa Indonesia (KBBI), biaya didefinisikan sebagai

uang yang dikeluarkan untuk mengadakan atau mengeluarkan sesuatu.

Beberpa juga ahli juga mendefinisikan biaya dalam artian yang lebih luas.

Menurut Sujarweni (2015:09) “biaya menpunyai pengertian secara

luas dan secara sempit biaya dalam arti luas pengorbanan sumber

ekonomi yang di ukur dalam satuan uang dalam usahanya untuk

mendapatkan sesuatu untuk mencapai tujuan tertentu baik yang sudah

terjadi dan belum terjadi/baru direncanakan. Biaya dalam arti sempit

pengorbanan sumber ekonomi dalam satuan uang untuk memperoleh

aktiva,

Sementara itu Mulyadi (2014:7) proses pencatatan, penggolongan,

peringkasan dan penyajian biaya pembuatan dan penjualan produk atau

jasa, dengan cara-cara tertentu, serta penapsiran terhadapnya.

Dunia dan Abdullah (2018:22) juga mengumukakan biaya sebagai

pengeluaran pengeluaran atau nilai pengorbanan memperoleh barangatau

jasa yang berguna dimasa yang akan datang, atau mempunyai manfaat

melebih satu periode akuntansi.Beberapa definisi di atas dapat di jadikan

7
8

acuan dalam menyimpulkan bahwa biayamerupakan sumber daya

ekonomi yang dikorbankan untuk mencapai tujuan tertentu baik jangka

panjang maupun jangka pendek.

B. Jenis-Jenis Biaya

Biaya pada umumnya dapat diklasifikasikan menjadi beberapa

jenis. Riwayadi (2014:17) mengelompokkan biaya kedalam tiga klasifikasi

yaitu biaya berdasarkan kemudahan penelusuran (traceability), biaya

berdasarkan fungsi utama organisasi, dan biaya berdasarkan perilaku

biaya. Pada tiga klasifikasi tersebut dikelompokkan biaya sebagai berikut.

1. Biaya berdasarkan kemudahan penelusuran (traceability)

a) Biaya langsung (direc cost) adalah biaya yang dapat secara

mudahan dan akurat ditelusuri ke objek biaya.

b) Biaya tidak langsung (indirect cost) adalah biaya yang tidak dapat

secara mudah dan akurat ditelusuru diobjek biaya. Hal itu karena

biayanya dikomsumsi secara bersama oleh beberapa objek biaya.

2. Biaya berdasarkan fungsi utama organisasi

a) Biaya produksi (manufacturing cost) adalah biaya yang berhubungan

dengan fungsi produksi. Biaya produksi terdiri atas biaya bahan baku

langsung, biaya tenags kerja langsung, dan biaya overhead pabrik.

b) Biaya pemasaran (marketing expense) adalah biaya yang

berhubugan dengan fungsi pemasaran. Biaya gaji karyawan

pemasaran, biaya iklan, ongkos angkut penjualan dan pemasaran.


9

c) Biaya administrasi dan umum (administrative and general expenses)

adalah biaya yang berhubungan dengan fungsi admonistrasi dan

umum. Biaya gaji karyawan departemen personalia, biaya

penyusutan peralatan departemen keungan adalah beberapa contoh

biaya administrasi dan umum.

3. Biaya berdasarkan perilaku biaya

a) Biaya tetap (fixed cost) adalah biaya yang totalnya tetap tampa

dipengaruhi oleh perubahan output aktivitas dalam batas relevan

tertentu, sedangkan biaya perunit berubah berbanding terbalik.

Semakin tinggi output aktivitas, semakin rendah biaya per unit.

Sebaliknya, semakin renda output aktivitas, semakin tinggi biaya per

unitnya.

b) Biaya variabel (variable cost) adalah biaya yang totalnya beruba

secara proporsional dengan perubahan output aktivitas. Semakin

tinggi output aktivitas, semakin gtinggi total biayanya, jika tidak ada

aktivitas maka tidak ada biaya. Oleh karena itu besar kecilnya biaya

tergantung pada output aktivitasnya.

C. Objek Penelitian Biaya

Sistem akuntansi biaya disususn untuk mengukur dan menentukan

biaya pada objek biaya. Objek biaya pada dasarnya merupakan suatu

item atau aktivitas yang ada pada produk, pelanggan, departemen,

proyek, kegiatan, dan lain-lain di mana biaya diukur dan dibebankan.


10

Biaya yang menjadi objek aktivitas, dihitung sebagai unit dasar dari

pekerjaan yang dilakukan dalam sebuah organisasi.

Salah satu objek biaya yang paling penting adalah output dari

organisasi itu sendiri. Jenis output dari organisasi ada dua, yaitu produk

nyata dan jasa. Produk nyata adalah barang yang dihasilkan dengan

mengubah bahan baku melalui penggunaan input tenaga kerja dan modal.

Sedangkan jasa adalah aktifitas yang dilakukan organisasi untuk

digunakan oleh pelanggan atau aktifitas yang dilakukan pelanggan untuk

menggunakan produk atau fasilitas organisasi, penelusuran biaya ke

objek biaya dapat di lakukan dengan dua cara, yaitu:

1. Penelusuran langsung (direct tracing)

Penulusuran langsung adalah proses mengidentifikasi dan

menetapkan biaya pada objek biaya dengan cara khusus yaitu dengan

melakukan pengamatan fisik pada suatu objek biaya, sebagai contoh,

asumsikan bahwa departemen pembelian adalah objek biaya. Gaji

superfisor bagian pembelian dimasukkan dalam perhitungan pembelian

barang adalah contoh biaya yang secara khusus dapat diidentifikasi

(dengan pengamatan fisik) pada objek biaya (bagian pembelian).

Idealnya, semua biaya harus dibebankan pada objek biaya dengan

menggunakan penulusuran langsung. Sayangnya sangat sering tidak

mungkin untuk mengamati secara fisik jumlah sumber daya yang

dikomsumsi pada subuah objek. Pendekatan terbaik berikutnya adalah


11

menggunakan hubungan sebab aklibat untuk mengedintifikasi

penelusuran.

2. Penelusuran driver (driver tracing)

Pemicu biaya adalah factor yang menyebabkan perubahan dalam

penggunaan sumber daya, aktivitas dan pendapatan. Dirver tracing

adalah penggunaan driver untuk membebankan biaya pada objek biaya.

Walaupun perhitungan drivertracing kurang tepat dibandingkan dengan

direc tracing, tetapi driver tracing sangat akurat jika menggunakan

hubungan sebab dan akibat. Misalnya, mempertimbangkan biaya listrik

untuk pabrik jeanas. Manejer pabrik mungkin ingin tahu berapa banyak

listrik digunakan untuk menjalankan mesin jahit. Mengamati fisik secara

langsung berapa banyak listrik yang digunakan untuk mengukur

komsumsi daya dari mesin jahit, mungkin tidak praktis, dengan demikian,

driver seperti “jam mesin” dapat digunakan untuk menetapkan biaya listrik.

Jika biaya listrik perjam mesin adalah $ 0,50 dan mesin jahit

menggunakan jam mesin 20.000 dalam satu tahun, maka $ 10.000 dari

biaya listrik ($ 0,50x20.000) akan dibebankan untuk mesin jahit.

Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa pembebanan biaya ke

objek biaya dki bagi menjadi tiga, yaitu direct tracing, dan alokasi.

Mengedentifikasi pemicu biaya dan menilai kualitas hubungan sebab

akibat, jauh lebih mahal dari pada menggunakan direct tracing dan

alokasi. Bahkan, salah satu keuntungan dari alokasi adalah sederhana

dan murah untuk diterapkan. Namun, alolakasi adalah metode


12

pembebanan biaya yang paling tidak akurat dan penggunaannya harus

dihindari sebisa mungkin. Dalam banyak kasus, driver tracing

meningkatakn akurasi perhitungan yang lebih besar dari pada biaya

tambahan yang di timbulkan karena menggunakan driver tracing.

D. KonsepDasar Pokok Produksi

Harga pokok produksi merupakan biaya-biaya yang terjadi dalam

mengelola bahan baku menjadi produk jadi untuk siap dipasarkan. Untuk

dapat menentukan harga jual secara tepat, maka diperlukan perhitungan

harga pokok suatu produk secara benar. Harga pokok produksi juga

merupakan dasar untuk menentukan harga jual, karena harga pokok

menberikan tingkat prestasi yang diusahakan untuk diperoleh bagi

pengorbana yang telah dilakukan.

Terdapat beberapa definisi harga pokok produksi yang

diungkapkan oleh sejumlah akademis, diantaranya adalah Mulyadi

(2014:16)biaya produksi merupakan biaya-biaya yang dikeluarkan dalam

pengolahan bahan baku menjadi produk. Selain itu Raibon dan Kinney

(2014:56) yang mengatakan harga pokok produksi (cost of goods

manufactured) adalah total produksi biaya barang-barang yang telah

selesai dikerjakan dan di transfer kedalam persediaan barang jadi selama

sebuah periode.

Berdasarkan pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa harga

pokok produksi adalah semua produksi yang digunakan untuk memproses


13

suatu bahan baku hingga menjadi barang jadi dalam suatu periode

tertentu.perhitungan harga , pokok produksi digunakan untuk perhitungan

laba atau rugi perusahaan yang akan dilaporkan pada pihak eksternal

perusahaan. Harga pokok produksi memilki peranan dan pengambilan

keputusan perusahaan untuk beberapa hal seperti menerima atau

menolak pesanan, membuat atau membeli bahan baku, dan lain-lain

mengenai harga pokok produksi menjadi dasar bagi manajemen dalam

pengambilan keputusan mengenai harga jual produk yang bersangkutan.

Oleh sebab itu biaya-biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk

memproduksi suatu barang jadi dapt diperhitungkan untuk menentukan

harga jual yang tepat.

E. Unsur-Unsur Harga Pokok Produksi

Dalam proses memproduksi suatu produk diperlukan biaya untuk

mengelolah bahan menjadi bahan jadi yang siap untuk dijual. Menurut

objek pengeluarannya, secara garis besar biaya produksi dapat

digolongkan kedalam biaya bahan baku, biaya tenaga kerja dan biaya

overhead pabrik.

1. Biaya Bahan baku

Menurut Sujarweni (2015:11) biaya bahan baku adalah biaya yang

di keluarkan untuk membeli bahan baku utama yang di pakai untuk

memproduksi barang. seperti biaya pembelian kain kaos di

perusahaan konveksi.
14

2. Biaya tenaga kerja langsung

Menurut Mulyadi (2014:321) adalah semua karyawan yang secara

langsung ikut serta memproduksi produk jadi, yang jasanya dapat di

usut secara langsung pada produk, dan yang upahnya merupakan

bagian yang besar dalam memproduksi produk.

3. Biaya overhead pabrik

Menurut Sujarweni (2015:11) biaya overhead pabrik merupakan

biaya produksi selain biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja

langsung. Adapun elemen-elemen biaya overhead pabrik digolongkan

kedalam:

a) Biaya bahan penolong

b) Biaya tenaga kerja langsung

c) Penyusutan dan mamortisasi aktifa tetap pabrik

d) Refarasi dan pemeliharaan aktiva tetap pabbrik

e) Biaya lisrtik dan air pabrik

f) Biaya asuransi pabrik

g) Biaya overhead lain-lain

F. Metode pengumpulan harga pokok produksi

Metode pengempulan harga pokok dapat dikelompokkan menjadi dua

metode yaitu metode harga pokok proses dan metode harga pokok

pesanan.

1. Metode harga pokok proses (process costing)


15

Menurut Mulyadi (2014:63) harga pokok proses merupakan

pengumpulan biaya produksi yang digunakan oleh perusahaan yang

mengelola produknya secara missal.

Metode harga pokok proses, biaya produksi dikumpulkan untuk

setiap proses selama jangka waktu tertentu,dan biaya produksi per

satuan dihitung dengan cara membagi total biaya produksi dalam

proses tertentu selama priode tertentu dengan jumlah satuan produk

yang dihasilkan darimetode harga pokok proses menurut mulyadi

(2014:63) adalah sebagai berikut:

a. Produk yang dihasilkan merupakan produk yang standar;

b. Produk yang dihasilkan dari bulan kebulan adalah sama;

c. Kegiatan produksinya dimulai dengan diterbitkannyaperintah

produksi yang berisi rencana produksi produk standar untuk jangka

waktu tertentu.

2. Metode harga pakok pesanan (job order costing)

Menurut Mulyadi (2014:38) metode pengumpulan biaya produksi

dengan metode Job Order Costing memiliki karakteristik sebagai

berikut:

a. Perusahaan memproduksi berbagai macan produk sesuai dengan

sfesifikasinya pesanan dan setiap jenis produk perlu dihitung harga

pokok produksi secara individual.

b. Biaya produksi harus digolongkan berdasarkan hubungannya

dengan produk yaitu biaya produksi langsung dan biaya produksi.


16

c. Biaya produksi lansung terdiridari biaya bahan baku dan biaya

tenaga kerja langsung, sedangkan biaya tidak langsung disebut

dengan istilah biaya overhead pabrik.

d. Biaya produksi langsung diperhitungkan sebagai harga pokok

produksi pesanan tertentu berdasarkan biaya yang sesungguhnya

terjadi, sedangkan biaya overhead pabrik diperhitungkan kedalam

harga pokok pesanan berdasarkan tariff yang ditentukan dimuka.

e. Harga pokok produksi perunit dihitung pada saat pesanan selesai di

produksi dengan cara menbagikan jumlah biaya produksi yang

dikeluarakan untuk pesanan tersebut dengan jumlah unit produk

yang dihasilkan dalam pesanan yang bersangkutan.

G. Metode penentuan harga pokok produksi

Menurut Mulyadi (2014:17) terdapat dua metode dalam

menentukan harga pokok sebagai berikut:

1. Full costing

Full Costing merupakan metode penentuan harga produk dengan

memasukkan semua biaya yang bersifat tetap maupun uang bersifat

variable terhadap produk. Metode Full Costing digambarkan sebagai

berikut:

Biaya bahan baku xx

Biaya tenaga kerja langsung xx

Biaya overhead pabrik variable xx


17

Biaya overhead pabrik tetap xx

Harga pokok produksi xx

2. Variabel costing

Variable costing merupakan metode penentuan harga pokok

produk yang hanya memasukkan biaya produksi yang bersifat variable.

Biaya yang bersifat tetap terhadap produk dimasukkan sebagai biaya

periode. Metode variablecosting dapat digambarkan sebagai berikut:

Biaya bahan baku xx

Biaya tenaga kerja langsung xx

Biaya overhead pabrik xx

Harga pokok produksi xx

H. Klasifikasi Aktivitas dan Tingkat Aktivitas

Aktifitas secara umum dapat diartikan sebgai rangkaian yang

dilaksanakan untuk mencapai tujuan tertentu. Islahuzzaman. (2011:42)

menjelaskan bahwa aktivitas adalah pekerjaan yang dilakukan dalam

sutau organisasi tindakan, gerakan atau rangkaian pekerjaan kumpulan

tindakan yang dilakukan dalam organisasi yang berguna untuk tujuan

penentuan biaya berdasarkan aktivitas.

Menurut Garrison dkk, (2014:315) aktivitas dapat dibagi menjadi

lima tingkat yaitu aktivitas tingkat unit, aktivitas tingkat back, aktivitas

tingkat produk, aktivitas tingkat pelanggan, dan aktivitas pemeliharaan

organisasi, tingkatan-tingkatan tersebut dijelaskan sebagai berikut:


18

1. Aktifitas tingkat unit (unit-level activitites) dilakukan setiap unit produksi.

Biaya aktivitas tingkat unit bersifat proporsional dengan jumlah unit

produksi. Sebagai contoh, menyediakan tenaga untuk menjalankan

peralatan menjadi aktivitas tingkat unit lkarena tenaga tersebut

cenderung dikomsumsi secara proporsional dengan jumlah unit

produksi.

2. Aktivitas tingkat batch (bact-level activities) dilakukan setiap batch

diproses, tampa memperhatikan beberapa unit yang ada dalam betch

tersebut. Sebagai contoh, pekerjaan seperti membuat pesanan

produksi, pengaturan peralatan, dan pengaturan pengiriman kepada

pelanggan adalah aktivitas tingkat betch.

3. Aktifitas tingkat produk (produck-level activities) berkaitan dengan

produk spisifik dan biasanya dikerjakan tampa memperhatikan berapa

batch atau berapa unit yang diproduksi atau dijual. Sebagai contoh,

aktivitas untuk merancan produk, mengikklankan produk, dan biaya

untuk manajer serta staf produksi adalah aktifitas tingkat produk.

4. Aktifitas tingkat pelanggan (costumer-level activities) berkaitan dengan

pelanggan khusus dan meliputi aktivitas seperti telepon untuk

penjualan, pengiriman catalog, dukungan teknis yang tidak terpaku

pada produk tertentu.

5. Aktivitas pemeliharaan organisasi (organization-sustaining activities)

yang dilakukan tampa memperhatikan pelanggan man yang dilayani,

barang apa yang diproduksi, berapa bacth yang dijalanka, atau


19

beberapa unit yang dibuat.kategori ini termasuk aktivitas seperti

pemanas dipabrik, kebersihan kantor eksekutif, penyediaan jaringan

computer, pengaturan pinjaman, penyusunan laporan tahunan untuk

pemegan saham, dan sebagainya.

I. Activity Based Costing ABC

Metode activity based costing merupakan tolak ukur yang efektif

serta efisien dalam pengambilan keputusan karena dapat menyajikan

informasi yang lebih akurat mengenai biaya produk dan memberikan

informasi mengenai aktifitas-aktivitas yang dapat menyebabkan bertamba

atau timbulnya biaya.

Activity based costing (ABC) dapat menyediakan informasi

perhitungan biaya yang lebih baik dan dapat membantu manajemen

dalam mengelola perusahaan secara efisien serta memperoleh

pemahaman yang lebih baik atau keunggulan kompotitif, kekuatan, dan

kelemahan perusahaan.

Dunia dan Abdullah (2018:443) ABC didefinisikan sebagai suatu

sistem pendekatan perhitungan biaya yang dilakukan berdasarkan

aktivitas-aktivitas yang ada perusahaan system ini dilakukan dengan

dasar pemikiran bahwa penyebab timbulnya biaya adalah aktivitas yang

dilakukan dalam suatu perusahaan, sehingga wajar bila mengalokasikan

biaya-biaya tidak lamgsung dilakukan berdasarkan penggunaan dari

aktivitas tersebut.
20

Menurut Bastian dan Nurlela (2013:24) activity based costing

adalah metode menbebankan biaya aktivitas-aktivitas berdasarnya

pemakaian sumber daya, dan membebankan biaya pada objek biaya,

seperti produk atau pelanggan, berdasarkan besarnya pemakaian

aktivitas, serta untuk mengukur biaya dan kinerja dari aktivitas yang terkait

dengan proses dan objek biaya.

Islahuzzama (2011:39) juga menjelaskan bahwa metode ABC

merupakan pendekatan penentuan baiaya produk yang menbebankan

biaya keproduk atau jasa berdasarkan komsusmsi sumber daya yang

disebabkan karena aktivitas. Dasar pemikiran pendekatan penentuan

biaya ini adalah bahwa produk atau jasa perusahaan dilakukan oleh suatu

aktivitas dan aktivitas yang dibutuhkan tersebut menggunakan sumber

daya yang menyebabkan timbulnya biaya, sumber daya dibebankan

keaktivitas, kemudian aktivitas dibebankan keobjrk biaya berdasarkan

penggunaannya.

Beberapa anggapan yang telah dijelaskan dapat ditarik disimpulkan

bahwa ABC merupakan metode yang dirancang dengan menelusuri biaya

dan factor-faktor biaya secara menyeluruh untuk menghasilkan informasi

biaya yang digunakan untuk menbuat keputusan strategis dan lainnya

oleh manajer.

J. Cost Driver

Cost driver Menurut hartati (2017:306) adalah faktor-faktor yang

menentukan besar kerja dan usaha yang di perlukan untuk suatu aktivitas
21

pemicu biaya menjelaskan alasan suatu aktivitas dikerjakan secara

spesifik, aktivitas dilaksanakan sebagai reaksi atas kejadian yang sudah

terjadi.

Cost driver juga menjelaskan seberapa besar biaya yang harus di

keluarkan untuk melaksanakan kerja. Pemicu biaya sangat bermanfaat

karena mengungkapkan kesempatan untuk perbaikan, activity based

costing mengedentifikasi aktivitas yang dilakukan, menelusuri biaya

aktivitas, dan menggunakan berbagai cost driver untuk menelusuri biaya

dari aktivitas le prodeuk.

Cost driver merefleksikan komsumsi aktivitas oleh suatu produk.

Cost driver faktor yang dapat menerangkan komsumsi biaya-biaya

overhead. Faktor ini menunjukkan suatu penyebab utama tingkat aktivitas

yang akan menyebabkan biaya dalam aktivitas-aktivitas selanjutnya. Cost

driver, sebagai landasan penting untuk menghitung biaya berdasarkan

aktivitas adalah dengan mengedentifikasi pemicu biaya atau cost driver

untuk setiap aktivitas.

Activity based costing menggunakan jenis cost driver yang lebih

banyak dibandingkandengan sistem biaya akuntansi tradisional. Activity

based costing menggunakan cost driver non unit sebagai tambahan cost

driver unit, selain itu dalam pemilihan jenis dan jumlah cost driver, harus

dipertimbangkan manfaat yang diperoleh (berupa keakuratan data dan

informasi biaya) untuk menentukan jumlah cost driver perlu diperhatikan

hal-hal berikut:
22

1. biaya pengukuran, dengan kemudahan memperoleh data yang

dibutuhkan oleh cost driver;

2. tingkat korelasi, aktualisasi komsumsi aktivitas yang berhubungan

dengan komsumsi yang ditimbulkan oleh cost driver;

K. Manfaat, kelebihan dan keterbatasan Metode Activity Based

Costing

Islahuzzaman (2011:50-51) mengemukakan beberapa manfaat dari

Activity based costing yaitu:

1. Activity based costingmenyajikan biaya yang lebih akurat dan

informative, yang menuju pada pengukuran kemanpuan perolehan

laba atau peroduk yang lebih akurat dan keputusan-keputusan

strategis yang diinformasikan dengan lebih baik mengenai harga jual,

llini produk, pasar pelanggan, dan pengeluaran modal.

2. Activity based costingmemberikan pengukuran yang lebih akurat atas

biaya-biaya pemicu aktivitas, yang menbantu manejer memperbaiki

produk dan proses menilai dengan membuat keputusan desain produk

yang lebih baik, pengendalian biaya yang lebih baik dan membantu

mempertinggi berbagai nilai projek.

3. Activity based costingmembantu menajer lebih mudah mengakses

informasi tentang biaya-biaya yang relevan dalam membuat keputusan

bisnis.

Sementara itu, Dunia dan Abdullah (2014:329) juga memaparkan

beberapa kelebihan Activity based costing yaitu:


23

1. Membantu mengedentifikasi ketidak efisienan yang terjadi dalam

proses produksi, baik keperdepartemen, per produk, ataupun

peraktivitas.

2. Membantu pengambilan keputusan dengan lebih baik karena

perhitungan biaya atas suatu objek biaya overhead pabrik dan dapat

membantu mengalokasikan sumber daya yang dimiliki perusahaan

untuk objek biaya yang lebih menguntunkan.

3. Membantu mengendaliakan biaya (terutama biaya overhead pabrik)

kepada level individual dan level departemental. Hal ini dapat

dilakukan mengingat Activity based costinglebih fokus pada biay per

unit (unit cost) dibandingkan total biaya.

Berdasarkan dari beberapa kelebihan yang dipaparkan dapat

disimpulkan bahwa ABC sangat bermanfaat bagi pengambilan keputusan

manajer terutama dalam segi penyajian data. Selain itu ABC bermanfaat

dalam meningkatkan efisiensi dan efektivitas usaha perusahaan.

Kelebihan activity based costing menurut neneng hartati

(2017:301)adalah menbantu mengurangi distorsi yang disebabkan oleh

biaya tradisional ini memberikan gambaran yang jerni tentang bauran

beragam produk dan aktivitas menberikan kontribusi pada laba usaha

dalam jangka panjang. Ada beberapa keunggulan metode activity based

costing, yaitu:

1. Meyakinkan manajemen bahwa mereka harus mengambil sejumlah

langka untuk menjadi lebih kompotitif. Sebagai hasilnya mereka dapat


24

berusaha untuk meningkatkan mutu sambil secara simultan fokus pada

mengurangi biaya. Analisis biaya dapat menyoroti mahalnya proses

manufacturing, yang pada akhirnya dapat memicu aktifitas untuk

mengorganisasi proses, memperbaiki mutu, dan mengurangi biaya;

2. Membantu dalam mengambil keputusan, manajemen akan berada

dalam suatu posisi untuk melakukan penawaran kompetitif yang lebih

wajar;

3. Dengan analisis biaya yang diperbaiki, manajemen dapat melakukan

analisis yang lebih akurat mengenai volume, yang dilakukan untuk

mencari break even atas produk yang bervolume rendah;

4. Melalui analisis data biaya dan pola komsumsi sumber daya,

manejemen dapat mulai merekayasa kembali proses manufakturing

untuk mencapai pola keluaran mutu yang lebih efisien dan lebih tinggi;

5. Keputusan dan kendali yang lebih baik. Activity based costing

menyajikan pengukuran yang lebih akurat tentang biaya yang timbul

karena dipicu oleh aktivitas, membantu manajemen untuk

meningkatkan nilai produk dan nilai proses dengan membuat keputusan

yang lebih baik, mengendalikan biaya lebih baik;

6. Informasi yang lebih baik untuk mengendalikan biaya kapasitas, activity

based costing membantu manajer megedentivikasi dan mengendalikan

biaya kapasitas yang tidak terpakai dalam pengambilan keputusan

bisnis;
25

7. Kemampuan activity based costing untuk mengunkapkan aktivitas yang

tidak memberi nilai tambah (non value added activities) bagi produk

yang di hasilkan;

Keterbatasan metode activity based costing menurut Hartati

(2017:302) yaitu:

1. Menghendaki data-data yang tidak biasa dikumpulkan oleh suatu

perusahaan, seperti jumlah set up, jumlah inspeksi, jumlah order yang

di terima;

2. Pengalokasian biaya overhead pabrik, seperti biaya asuransi dan biaya

penyusutan pabrik kepusat-pusat aktivitas lebih sulit dilakukan secara

akurat karena semakin banyaknya jumlah pusat aktivitas;

Kelemahan activity based costing menurut bastian dan Nurlela

(2013:30) adalah sebagai berikut:

1. Dibandingkan system biaya tradisional yang hanya membebankan

biaya cukup satu pemicu biaya seperti jam kerja langsung, Activity

based costing membutuhkan berbagai ukuran aktivitas yang harus

dikumpulkan, diperiksa, dan dimasukkan dalam system, mungkin

kurang sebanding dengan tingkat keakuratn yang didapat yang pada

akhirnya mengakibatkan biaya yang tinggi.

2. Sulitnya mengubah kebiasaan manajer. Mengubah kebiasaan manajer

membutuhkan waktu penyesuaian, karena para manejer sudah terbiasa

menggunakan system biaya system tradisional dalam operasinya dan

juga digunakan sebagai evaluasi kinerja, maka dengan perubahan


26

ppola ini kadang kala mendapat perlawanan dari para karyawan. Jika

hal ini terjadi maka penerapan Activity based costingakan mengalami

kegagalan.

3. Mudahnya data activity based costing disalah artikan. Dalam

prakteknya, data Activity based costingdengan mudah disalah artikan

dan harus digunakan secara hati-hati ketika pengambilan keputusa.

Biaya yang dibebankan keproduk, pelanggan dan objek biaya lainnya

hanya dilakukan bila mana secara potensial relevan. Sedangkan

mengambil keputusan yang signifikan dengan menggunakan data

Activity based costing, para pengambil keputusan harus dapat

mengedentifikasi biaya yang mana betul-betul relevan dengan

keputusan saat itu.

4. Bentuk laporan kurang sesuai. Umumnya laporan yang disususn

dengan menggunakan Activity based costingtidak sesuai dengan prinsif

akuntansi yang berlaku secara umum. Konsekuensi yang menerapkan

ABC harus menyusun laporan biaya yang berlainan satu untuk internal

dan satu lagi untuk pelaporan eksternal, hal ini membutuhkan waktu

dan biaya tambahan.

L. Akuntansi Sistem Biaya Tradisional

Dalam sebuah perusahaan yang bergerak dalam bidan

manufaktur ataupun jasa memerlukan suatu sistem akuntasi biaya yang

sangat tepat dan sesuai dengan kondisi yang terjadi dalam


27

masyarakat.sistem itu dibuat untuk memberikan informasi biaya kepada

manajemen yang berguna untuk pembuatan perencanaan, keputusan,

dan pengendalian bbiaya serta perhitungan dan dalam penentuan biaya

produksi.

Sistem biaya tradisional menurut William dan Carter (2009:23)

adalah dimana biaya bahan baku langsung,biaya tenaga kerja tidak

langsung, biaya produk, sitem biaya tradisional mengasumsikan produk-

produk dan volume produksi yang terkait merupakan penyebab timbulnya

biaya, dengan kata lain sitem biaya tradisional membuat produk individual

menjadi pokus dari sisyem biaya.

Ada beberapa kelemahan pada akuntansi biaya tradisional yaitu:

1. Akuntansi biaya tradisional hanya menyajikan informasi biaya pada

tahap produksi.

2. Ankuntansi biaya tradisional menyediakan informasi biaya berdasarkan

pusat pertanggunjawabkan oleh karena ankuntansi biaya tradisional

tidak didesain untuk menyajikan informasi tentang aktivitas, maka

akuntansi biaya tradisional tidak menyediakan informasi ypenting yang

diperlukan oleh personel untuk melakukan pengelolaan terhadap

operasi perusahaan.

3. Alokasi biaya overhead pabrik hanya didasarkan pada jam tenaga kerja

langsung atau hanya dengan volume produksi.

4. Ada beberapa diversitas produk dimana maing-masing produk

mengkomsumsi biaya overhed yang berbeda-beda


28

5. Sistem keuangan tradisional hanya menyajikan kesimpulan dari biaya-

biaya yang telah lalu sebagai feedback atas siklus laporan keuangan.

sedangkan dewasi ini kompotitip sebuah perusahaan harus mengambil

keputusan yang akurat dan fokus kekomsumen dengan informasi yang

terkini. Sehingga dengan informasi biaya tradisional ini. Manejer akan

terlambat dalam mengambil sikap.

M. Perbedaan Antara Activity Based Costing dan Sistem Tradisional

Terdapat beberapa antara metode Activity Based Costing dengan

metode system tradisional. Dunia dan Abdullah (2018:444) memaparkan

bahwa salah satu perbedaan penerapan antara ABC dan system

tradisional adalah pada cara pengalokasian biaya tidak langsung kepada

objek biaya.Untuk biaya langsung, dapat dilakukan dengan cara

pembebanan langsung kepada masing-masing objek biaya karena dapat

dilakukan penelusuran secara mudah. Untuk biaya tidak langsung, tidak

mungkin dilakukan penelusuran langsung pada objek biaya, karena

banyak jenis biaya yang harus dibebankan tetapi tidak ditemukan hungan

dengan objek biaya.

Penerapan system tradisional, biasanya seluru biaya tidak langsung

akan dikkumpulkan dalam satu pengelompokan biaya (cost pool),

kemudian seluruh total biaya tersebut dialokadikan dengan satu dasar

pengalokasian (cost allocation based) kepada suatu objek biaya.


29

Analis metode ABC, umumnya seluruh biaya tidak langsung akan

dikumpulkan dalam beberapa pengelompokan biaya (cost pool) sesuai

dengan aktivitas masing-masing yang berhubungan, kemudian masing-

masing kolompok biaya tersebut dihubungkan dengan masing-mading

aktivitas dan dialokasikan berdasarkan aktivitasnya masing-masing.

N. Langkah-Langkah Penerapan Activity Based Costing

Beberapa ahli memaparkan langkah-langkah yang umumnya

dilakukan untuk menerapkan Activity based costing, riwayadi (2014:2008)

memaparkan beberapa langkah dalam menerapkan Activity based

costingyaitu:

1. Mengedentifikasi akltivitas dan driver aktivitas.

2. Mengedentivikasi sumber daya yang digunakan oleh setip aktivitas,

biaya sumber daya, dan driver sumber daya untuk biaya tidak langsung

aktivitasnya.

3. Mengumpulkan data kapasitas driver aktifitas dan driver sumber daya.

4. Membebankan biaya sunber daya ke aktivitas.

5. Membebankan biaya keaktivitas pendukun (secondary activities)

keaktivitas utama (primary activities).

6. Mengklasifikasikan aktivitas berdasarkan tingkat aktivitas dan driver

aktivitas.

7. Menghitung tariff aktivitas.

8. Membebankan produk keaktivitas keproduk.

Sementara itu, islahuzzama (2011:50) memaparkan langkah-langkah


30

dalam mendesain Activity based costingyaitu

1. Lakukan survai pendahuluan dan pelajari system akuntansi biaya di

perusahaan, dan telah peraturan yang berlaku.

2. Bentuk tim khusus untuk menerapkan Activity based costing.

3. Manejer ankuntansi menggambarkan grafik untuk menjelaskan struktur

umum model Activity based costing.

4. Pastikan asumsi: system akuntansi tradisioanl mencukupi untuk

mengukur bahan langsung dan tenaga kleja langsung, ABC akan

difokuskan biaya-biaya yang lainnya biaya overhead, penjuala, umum

dan administrasi.

5. Membuat tahap administrasi analisi.

6. Mengedentifikasikan aktifitas dalam system Activity based costing.

7. Memahami dan menggabungkan aktivitas.

8. Menyusunbiaya pool biaya aktivitas.

9. Mengbebankan biaya ke pool biaya aktivitas.

10. Menghitung tariff aktifitas.

11. Menbebankan biaya ke obyek biaya.

12. Menghitung marjin produk dengan Activity based costing.

13. Menyiapkan laporan manajemen (tahap enam), biaya produk Activity

Based Costinganalisis tindakan.

Sementara, Bastian dan Nurlela (2013:26), memaparkan beberapa

langkah dalam menerapkan sistem Activity based costingyaitu:

1. Mengidentifikasi, mendefinisikan aktivitas, dan pool aktivitas.


31

a. Aktivitas tingkat unit.

b. Aktivitas tingkat batch.

c. Aktivitas tingkat produk.

d. Aktivitas tingkat pelanggan.

e. Aktifitas pemeliharaan organisasi.

Tahapan utama dan pertama dalam menerepkan activity based

costing system (ABC) adalah mengidentifikasi aktifitas yang menjadi dasar

system. tersebut. Tahapan ini mungkin sulit dilakukan, karena memakan

waktu danmembutuhkan pertimbangan yang cukup rumit. Prosedur umum

yang dilakukan pada tahap ini, dengan melakukan wawancara terhadap

semua orang yang terlibat atau semua tingkat supervise atau semua

manajer yang menimbulkan overhead dan meminta mereka untuk

menggambarkan aktivitas utama yang mereka lakukan, biasanya akan

diperoleh catatan aktivitas yang cuku beragam dan rumit. Adapun aktifitas

yang cukup beragam tersebut,dapat digabungkan menjadi lima tingkat

aktifitas, yaitu aktifitas tingkat unit; batch; produk; pelanggan; dan

pemeliharaan organisasi. Penjelasannya sebagai berikut:

1. Aktivitas tingkat unit.

Dilakukan oleh setiap unit produksi. Biaya aktifitas unit bersifat

proporsional dengan jumlah unit yang diproduksi. Contoh: biaya

pekerja untuk operator peralatan produksi, ini menjdi aktivitas tingkat

unit, karena pekerja tersebut cenderung dikonsumsi secara

proporsional dengan jumlah unit produksi.


32

2. Aktivitas tingkat batch

Dilakukan setiap batch yang diproses,tanpa meperlihatkan berapa

unit yang terdapat dalam batch tersebut.Contoh:membuat pesanan

pelanggan,penataan peralatan,pengaturan pengiriman pesanan

pelanggan,ini merupakan tigkat batch.Biaya tingkat batch lebih

tergantung pada jumlah batch yang dihasilkan,bukan jumlah unit

produksi,jumlah unit yang terjual atau ukuran lainnya.

3. Aktivitas pemeliharaan organisasi

Aktivitas ini dilakukan tanpa memperhatikan produk apa yang

diproduksi,berapa unit yang dibuat, berapa batch yang dihasilkan dan

pelanggan mana yang dilayani. Contoh: aktifitas kebersihan kantor,

pengadaan jaringan komputer, pengaturan pinjaman dan penyusunan

laporan keuangan untuk internal maupun eksternal. Penggabungan

aktifitas dalam activity based costing system, setiap harus

dikelompokkan yang mempunyai korelasi yang tinggi dalam satu

tingkat. Contoh: jumlah pesanan pelanggan yang diterima akan dimiliki

korelasi yang tinggi dengan jumlah pengiriman berdasarkan pesanan

pelanggan, sehingga kedua aktifitas tingkat batch ini dapat digabung,

tanpa mengurangi keakuratannya. Gabungan dari biaya overhead

yang berhubungan dengan aktifitas yang sama dikenal dengan cost

pool, yang akan digunakan untuk menghitung tarif pembebanan ke

setiap aktivitas. Menelusuri biaya overhead secara langsung ke

aktivitas dan objek biaya. Tahap kedua dalam menerapkan activity


33

based costing system adalah sejauh mungkin menelusuri biaya

overhead secara langsung ke objek biaya, yang menyebabkan

timbulnya biaya, kemudian menentukan pemicu biayanya, seperti

produk, pesanan pelanggan, dan pelanggan itu sendiri.

4. Membebankan biaya ke pool biaya aktivitas.

Pada umumnya biaya overhead diklasifikasikan dalam system akuntans

iperusahaan berdasarkan departemen atau divisi, di mana biaya

tersebut terjadi.Tetapi pada beberapa kasus ada beberapa atau semua

biaya bisa ditelusuri langsung ke pool biaya aktivitas seperti:

pemrosesan pesanan, di mana semua departemen pembelian dapat

ditellusuri ke aktivitas ini. Dalamactivity based costing system sangat

umum overhead terkait dengan beberapa aktivitas. Untuk kondisi

seperti ini, biaya departemen dapat dibagi ke beberapa kelompok atau

pool aktivitas dengan menggunakan proses alokasi tahap pertama,

yaitu membebankan overhead ke pool biaya aktivitas.

5. Menghitung tarif per aktivitas.

Tarif per aktivitas yang akan digunakan untuk pembebanan biaya

overhead ke produk dihitung, dengan menentukan total aktivitas

sesungguhnya yang dperlukan untuk memproduksi bauran produk dan

untuk melayani pelanggan yang saat ini. Kemudian menentukan tarif

aktivitas dengan membagi total biaya pool aktivitas masing-masing

aktivitas dengan total pemicu aktivitas.

𝑇arif pembebanan/ 𝑝𝑜𝑜𝑙𝑟𝑎𝑡𝑒= Total biaya 𝑝𝑜𝑜𝑙 aktivitas


34

6. Membebankan biaya ke objek biaya dengan menggunakan tarif

aktivitas dan ukuran aktivitas. Langkah berikut dalam penerapan

activity based costing system disebut alokasi tahap kedua, di mana

tarif aktivitas digunakan untuk membebankan biaya ke produk atau

pelanggan dengan cara mengalihkan tarif pool aktivitas dengan ukuran

aktivitas yang dikonsumsi masing-masing produk atau jasa layanan.

Tarif pembebanan = pool rate x jimlah aktivitas yang dikomsumsi

7. Laporan untuk manajemen.

Tahap ini adalah tahap laporan yang disusun, dengan menggabungkan

bahan baku langsung, tenaga kerja langsung dan overhead yang ke

produk atau jasa layanan berdasarkan aktivitas.

O. Studi Penelitian Terdahulu

Sebelum dilakukannya penelitian ini, telah ditulis beberapa

penelitian terdahulu yang dikemukakan sebagai berikut:

1. Kurniyawan, penelitian tahun 2018, dengan judul penelitian analisis

metode activity based costing dalam menentukan tarif jasa polikklinik

gigi dan mulut pada Rsup Dr wahidin sudirohusudo; fokus penelitian

yaitu penelitian ini berfokus pada perubahan tarif (dikarenakan adanya

alokasi biaya bersama yang dialokasikan sesuai dengan penggunaan

pada setiap layanan pada metode activity based coting pembebanan

biaya overhead pada masing-masing layanan hanya dibebankan pada

satu cost driver saja. Akibatnya cenderung terjadi distorsi pada


35

pembebana biaya overhead. Sehingga dalam metode Activiti based

costing, telah mampu mengalokasikan biaya aktivitas kesetiap layanan

secara tepat berdasarkan komsumsi masing-masing aktivitas.

2. Rahmaji penelitian tahun (2013), dengan judul penelitian “penerapan

PT. Celebes mina pratama” dengan hasil penelitian bahwa perhitungan

harga pokok produksi menggunakan activity based costing

memberikan hasil yang lebih mahal dari sistem tradisional adalah pada

ikan kayu, hana katsuo dan fish meal. Sistem tradisional memberikan

perhitungan laba yang lebih besar dibandingkan dengan activity based

costing

3. Rotikan penelitian tahun ( 2013), dengan judul penelitian “analisis

metode activity based costing dalam penentuan harga pokok produksi

pada PT. Tropicana cocoprima” dengan hasil penelitian bahwa

perhitungan harga pokok produksi menggunakan activity based costing

memberikan hasil yang lebih mahal dari sistem tradisional adalah pada

ikan kayu, hana katsuo dan fish meal. Sistem tradisional memberikan

perhitungan laba yang lebih besar dibandingkan dengan sistem activity

based costing.

Anda mungkin juga menyukai