Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH

PENGEMBANGAN SISTEM MANAJEMEN BIAYA

KELOMPOK 1

Andika Pramukti
Fadiah Al Wafi Ibrahim
Miranti Kartini

AKUNTANSI MANAJEMEN LANJUTAN


PROFESI AKUNTAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
2022
Bab I
Pendahuluan
A. Latar Belakang

Manajemen merupakan proses yang dilakukan untuk mengatur dan

memanfaatkan sumber daya yang ada untuk mencapai tujuan organisasi atau

sekelompok tertentu. Sedangkan biaya merupakan pengeluaran-pengeluaran

yang dikeluarkan untuk memperoleh barang atau jasa yang berguna unutk

masa yang akan datang

Manajemen Biaya merupakan suata system yang dikembangkan untuk

merencanakan dan mengendalikan biaya organisasi yang menghasilkan

aktivitas-aktivitas terkait strategi dan tujuan organisasi

Informasi akuntansi keuangan dan informasi akuntansi manajemen

memiliki karakteristik yang berbeda, sehingga informasi tersebut seharusnya

dihasilkan dari dua system akuntansi yang bebeda. Salah satu model yang

dapat dipakai untuk mengembangkan system akuntansi manajemen adalah

Activity Based Costing (ABC).

Perhitungan biaya berdasarkan aktivitas (ABC) dapat meningkatkan

keakuratan pengalokasian biaya, yaitu pertama-tama dengan menelusuri biaya

sebagai aktivitas, kemudian produk atau pelanggan yang menggunakan

berbagai aktivitas tesebut. System ABC tmbul sebagai akibat dari kebutuhan

manajemen akan informasi akuntansi yang mampu mencerminkan konsumsi


sumber daya dalam berbagai aktivitas untuk menghasilkan produk secara

akurat.

Sistem ABC timbul sebagai akibat dari kebutuhan manajemen akan

informasi akuntansi yang mampu mencerminkan konsumsi sumber daya

dalam berbagai aktivitas untuk menghasilkan produk secara akurat. Hal ini

didorong oleh:

1. Persaingan global yang tajam yang memaksa perusahaan untuk cost

effective.

2. Advanced manufacturing technology yang menyebabkan proporsi biaya

overhead pabrik dalam product cost menjadi lebih tinggi dari primary

cost.

3. Adanya strategi perusahaan yang menerapkan market driven strategy.

Menurut Garrison et al. (2006:442) dalam akuntansi tradisional semua

biaya dibebankan ke produk bahkan biaya produksi yang tidak disebabkan

oleh produk. Sebagai contoh, sebagian upah untuk keamanan pabrik akan

dilokasikan ke produk meskipun upah penjaga keamanan tersebut sama sekali

tidak terpengaruh apakah perusahaan berproduksi atau tidak.

B. Rumusa Masalah

1. Apa Perbedaan Metode System Biaya Tradisional Dan Activity Based

Costing?

2. Apa Alasan Perbedaan Hasil Alokasi Tradisional dengan Activity

Based Costing?
3. Bagaimana Langkah-Langkah Perbaikan Profitabilitas Produk?

4. Bagaimana Konsep Activit Ybased Costing With Idle Capacityz?

5. Bagaimana Konsep Activity Based Costing Dengsn Persamaan Waktu

(Time Equation)

6. Bagaimana Konsep Activity Based Costing Untuk Perusahaan Jasa


BAB II
PEMBAHASAN

A. sistem biaya tradisional dengan sistem activity based costing

1. Pengertian Metode tradisional

Metode akuntansi biaya tradisional Adalah penghitungan harga

pokok berdasarkan pada volume atau unit yang diproduksi tanpa

memperhatikan aktivitas pemicu biaya lainnya (Riwayadi, 2014:129)

Konsep dan metode akuntansi biaya terdahulu kurang tepat digunakan

dalam bisnis sekarang ini karena mengalami banyak perubahan.

Konsep baru dalam akuntansi biaya bermunculan seiring berjalannya

waktu, salah satunya yaitu Activity Based Costing System. Metode

akuntansi biaya tradisional menggunakan sumber daya yang dianggap

oleh perusahaan diserap oleh produk, sedangkan dalam metode Activity

Based Costing System perusahaan menggunakan sumber daya yang

diserap oleh aktivitas.

2. Pengertian Metode Activity Based Costing

Activity Based Costing merupakan sistem informasi biaya berbasis

aktivitas yang pertama kali menelusuri biaya pada kegiatan atau aktivitas

kemudian pada produk. Metode perhitungan biaya ini dirancang untuk

memotivasi personal dalam melakukan pengurangan biaya dalam jangka

panjang dan dirancang untuk menyediakan informasi biaya bagi manajer


untuk keputusan strategis dan keputusan lainnya. Metode Activity Based

Costing telah diakui sebagai sistem manajemen biaya yang menggantikan

sistem akuntansi biaya yang lama, yaitu sistem tradisional. Dalam metode

Activity Based Costing produk diartikan sebagai barang atau jasa yang

dijual perusahaan. Produk-produk yang dijual perusahaan misalnya

produk kerajinan, asuransi, pelayanan konsultasi, buka, baju dan

sebagainya. Semua produk tersebut dihasilkan melalui aktivitas

perusahaan.

3. Perbandingan metode Activity Based costing dengan metode Tradisional


Beberapa perbandingan antara sistem biaya tradisional dan Activity

Based Costing yang dikemukakan oleh Nuryanti yang dikutip dari Amin

Widjaja (2015) adalah sebagai berikut :

1. Sistem biaya ABC menggunakan aktivitas-aktivitas sebagai pemicu

biaya (cost driver) untuk menentukan seberapa besar konsumsi

overhead dari setiap produk. Sedangkan metode Tradisional

mengalokasikan biaya overhead pabrik secara arbitrer berdasarkan satu

atau dua basis alokasi yang non representatif.

2. Sistem biaya ABC memfokuskan pada biaya, mutu dan faktor waktu.

Sistem biaya Tradisional terfokus pada performansi keuangan jangka

pendek seperti laba. Apabila sistem biaya tradisional digunakan untuk


penentuan harga dan profitabilitas produk, angka-angkanya tidak dapat

diandalkan.

3. Sistem biaya ABC memerlukan masukan dari seluruh departemen

persyaratan ini mengarah ke integrasi organisasi yang lebih baik dan

memberikan suatu pandangan fungsional silang mengenai organisasi.

4. Sistem biaya ABC mempunyai kebutuhan yang jauh lebih kecil untuk

analisis varian dari pada sistem tradisional, karena kelompok biaya

(cost pool) dan pemicu biaya (cost driver) jauh lebih akurat dan jelas,

selain itu ABC dapat menggunakan data biaya historis pada akhir

periode untuk menghitung biaya aktual apabila kebutuhan muncul.

B. Alasan Perbedaan Hasil Alokasi Tradisional dan Activity Based Costing


Dalam model Activity Based Costing, aktivtas-aktivitas yang

dilakukan oleh perusahaan dibagi menjadi empat bagian, yaitu:

1. Unit Level Activity

Aktivitas yang dikerjakan setiap kali unit diproduksi. Sumber daya

yang dikorbankan untuk aktivitas ini membentuk unit level activities

costs. Unit level activity costs adalah biaya yang fluktuasinya dipengaruhi

oleh besar kecilnya jumlah produk yang dihasilkan. Yang termasuk dalam

golongan ini adalah biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan

beberapa biaya yang dapat ditelusuri.


2. Batch Level Activities

Aktivitas yang dikerjakan setiap kali suatu batch produk diproduksi.

Sumber daya yang dikorbankan untuk aktivitas tersebtu membentuk batch

activity costs. Batch activity costs merupakan biaya yang berhubungan

dengan jumlah batch produk yang diproduksi, yang termasuk dalam

golongan ini adalah aktivitas set-up, biaya inspeksi, biaya pengolahan

bahan, dan lain sebagainya.

3. Product Level Activity

Aktivitas yang dikerjakan untuk mendukung berbagai produk yang

diperlukan oleh pelanggan. Sumber daya yang dikorbankan untuk

aktivitas tersebut membentuk product sustaining activity costs. Product

sustaining costs merupakan biaya yang berhubungan dengan penelitian

dan pengembangan produk tertentu dan biaya-biaya untuk

mempertahankan produk untuk tetap dapat dipasarkan. Contoh biaya ini

adalah biaya desain produk, desain proses pengolahan produk, pengujian

produk.

4. Facility Level Activities

Meliputi aktivitas untuk menyediakan fasilitas atau kapasitas pabrik

untuk memproduksi produk. Sumber daya yang dikorbankan untuk

aktivitas tersebut membentuk facility sustaining activities. Facility


sustaining costs merupakan biaya yang berhubungan dengan kegiatan

utnuk mempertahankan kapasitas yang dimiliki oleh perusahaan, yang

termasuk golongan ini adalah biaya depresiasi, biaya asuransi, gaji

manajer pabrik, dan lain sebagainya.

Tidak seperti Activity Based Costing yang memiliki empat tingkatan

pembebanan, kesemua dasar pembebansn secara tradisional adalah

pembebanan berdasarkan tingkat unit (unit level). Pembebanan tingkat unit ini

akan menyebabkan pembebanan biaya tidak langsung yang besar untuk

produk dengan volume besar, dan pembebanan biaya tidak langsung yang

kecil untuk produk dengan volume kecil.

C. Langkah-Langkah Perbaikan Profabilitas Produk


Cooper dan Kaplan (1999) mengatakan paling tidak terdapat tujuh hal

yang dapat dilakukan yaitu :

1. Menyesuaikan harga produk ( reprice products ), dalam Tindakan ini

perusahaan akan mencoba menyesuaikan harga produk, sehingga

profitabilitas produk dapat ditingkatkan. Misalkan untuk produk yang

merugi, perusahaan akan berusaha menaikkan harga. Strategi ini biasanya

hanya dapat dilakukan apabila perusahaan memiliki produk yang unik juga

tingkat persaingan renda, yang menyebabkan pelanggan tidak terlalu

sensitive terhadap harga. Terkadang perusahaan juga akan mencoba

menurunkan harga pokok produksi mereka, dengan harapan volume


penjualan akan meningkat pesat. Hal ini dapat terjadi jika produk tersebut

memiliki kurva permintaan yang elastis

2. Memberikan produk substitusi ( substitutr products ), terkadang pelanggan

meminta produk non standar dengan spesifikasi tertentu yang harus dibuat

secara khusus oleh perusahaan. Permintaan khusus tersebut akan

menimbulkan aktivitas tambahan yang berakibat pada tambahan biaya yang

dikeluarkan perusahaan. Dalam hal ini, perusahaan dapat membujuk

pelanggan unutk membeli produk standar yang tidak memerlukan aktivitas

tambahan dalam pembuatannya. Hal ini dapat menghemat biaya yang

dikeluarkan perusahaan. Namun jika pelanggan tetap meminta pesanan

khusus, maka pelanggan tersebut akan dikenai tambhan biaya karena

adanya aktivitas tambhan yang dikeluarkan perusahaan.

3. Merancang ulan produk ( redesign products ), salah satu kesalahan yang

dibuat perusahaan adalah rancangan produk yang buruk. Rancangan yang

buruk akan mengakibatkan ketidakefesienan dalam proses produksi. Jika

hal tersebut yang terjadi, maka perusahaan dapat merancang ulang

produknya, sehingga lebih mudah dan lebih efisien untuk diproduksi

4. Memperbaiki proses produksi ( improve production processec ), jika

perusahaan persaingan yang ketat, dimana kekuatan pembeli ( buyer power

) lebih besar dari kekuatan penjual, maka perusahaan akan sulit untuk

menaikkan harga. Dalam keadaan ini, salah satu hal yang dapat dilakukan

perusahaan adalah melakukan perbaikan proses produksi.


5. Mengubah kebijakan operasional dan strategi ( change operating policies

and strategy ), mengubah kebijakan operasional harus dilakukan dengan

hati-hati. Activity Based Costing akan memperlihatkan seminimal

mungkin. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka proses produksi harus

dilakukan berdasarkan permintaan ( pull system ), dengan konsekuaensi

prosuk dibuat dalam jumlah batch yang kecil. Proses produksi seperti itu

akan membuat aktivitas tingkatan batch akan dilakukan semakin sering,

yang berakibat bukan pada penurunan biaya, namun malahan bisa

menjadikan peningkatan biaya. Dampak biaya dari perusahaan kebijakan

tersebut dapat dilihat pada hasil perhitungan activiyy based costing. Karena

itu disarankan agar perusahaan dapat memisahkan jenis produk yang akan

diproduksi dalam batch yang kecil. Untuk produk yang dapat dibuat dalam

batch besar, maka focus produksi adalah pada penghematan biaya pada

aktivitas tingkatan unit, sedangkan untukproduk yang diproduksi dalam

batch yang kecil harus diupayakan penghematan dalam aktivitas tingkatan

batch, seperti melakukan investasi pada teknologi yang fleksibel.

6. Melakukan investasi pada teknologi yang fleksibel ( invest in flexible

technology), car aini menyarankan perusahaan untuk melakukan investasi

pada teknologi yang dapat mebuat aktivitas-aktivitas yang dapat bersifat

batch maupun produk dapat dilakukan dengan lebih efesien. Misalkan

perusahaan dapat membeli mesin yang mempercepat proses set-up yang

dilakukan perusahaan. Dengan mempercepat waktu set-up, maka walaupun


produk-produk tersebut dibuat dalam batcg yang kecil, namun biaya

aktivitas set-up tidak menjadi besar

7. Menghentikan produksi produk ( eliminate products ), jika segala macam

cara telah ditempuh dan tidak menghasilkan apapun, Langkah terakhir

adalah menghentikan produksi produk. Keputusan ini seringkali ditentang

oleh bagian pemasaran, dengan berbagai macam alas an. Diantaranya

adalah tanpa produk tersebut , maka akan terdapat beberapa pelanggan

yang akan berhenti membeli produk lainnya dari perusahaan. Bila hal ini

tersebut menjadi alasan utama , maka akan lebih baik keputusan diberikan

pada departemen pemasaean untuk mengelola produk yang mrnguntungkan

maupun yang tidak menguntungkan dengan tujuan untuk memaksimalkan

tingkat profitabilitas dari keseluruhan produk yang dimiliki perusahaan.

D. Activity based costing dengan idle capacity (time driven activity Based

Costing)

Dalam akuntansi biaya tradisional, tarif overhead yang ditentukan

dimuka dihitung dengan membagi anggaran biaya overhead dengan ukuran

aktivitas yang dianggarkan seperti anggaran jam kerja langsung. Praktek

seperti ini akan mengakibatkan pembebanan kapasitas yang menganggur ke

produk dan juga akan menyebabkan biaya produksi per unit tidak stabil. Jika

anggaran aktivitas turun, tarif overhead akan meningkat karena komponen


tetap dalam overhead hanya digunakan untuk jumlah produk yang lebih

sedikit sehingga biaya produksi per unit akan meningkat.

Berlawanan dengan akuntansi biaya tradisional, dalam ABC produk

hanya dibebani biaya dari kapasitas yang digunakan dan tidak dibebani oleh

biaya kapasitas yang tidak digunakan. Pendekatan ini menyebabkan biaya per

unit yang lebih stabil dan konsisten dengan tujuan pembebanan biaya ke

produk yang menyebabkan aktivitas.

Kelemahan model activity based costing yang telah dibahas adalah

model ini hanya akan memberikan gambaran mengenai kondisi perusahaan

yang akurat saat ini. Namun demikian, jika model activity based costing ini

tidak dapat dipergunakan untuk melihat dari dampak efesiensi yang dilakukan

perusahaan. Meskipun perusahaan dapat melakukan efesiensi sedemikian

rupa, sehingga dapat menghilangkan salah satu aktivitas yang dilakukannya.

Hal tersebut belum tentu menjamin bahwa biaya-biaya yang dikeluarkan

perusahaan otomatis akan mengalami penurunan. Hal ini dikarenakan, jika

perusahaan menghilangkan aktivitas, maka biaya tetap dari aktivitas tersebut

tidak serta merta hilang, yang dapat dihilangkan adalah biaya non

tetap. Karena itu, model activity based costing yang dapat dipergunakan untuk

efesiensi adalah model activity based costing yang memisahkan biaya tetap

dengan biaya non tetap.


Dalam model ABC, pembagian biaya berdasarkan perilakunya dapat

dibagi menjadi dua bagian, yaitu:

1. Biaya fleksibel, merupakan kategori biaya yang berfluktuasi sesuai

dengan jumlah aktivitas yang dilakukan perusahaan. Biaya ini yang dapat

dihilangkan oleh perusahaan.

2. Biaya tetap, merupakan biaya yang muncul akibat adanya komitmen

perusahaan terhadap penggunaan sumber daya untuk melakukan suatu

aktivitas. Komitmen tersebut sudah dilakukan untuk suatu tertentu,

sehingga sulit untuk dibatalkan. Biaya-biaya inilah yang akan tetap

muncul walaupun perusahaan sudah dapat menghilangkan aktivitas yang

memakai biaya-biaya tersebut. Jika aktivitas dihilangkan, maka biaya-

biaya tersebut akan menjadi beban perusahaan dalam bentuk kapasitas

menganggur.

Dalam model ABC ini, maka biaya tetap ini harus dibebankan

berdasarkan kapasitas teoritis (theoretical capacity), atau kapasitas

praktikal (practical capacity).

a. Kapasitas teoritis merupakan kapasitas maksimal dari penggunaan

sumber daya yang dimiliki perusahaan. Misalkan, perusahaan membayar

seseorang untuk bekerja dalam perusahaan selama 8 jam per harinya.

Jumlah itulah yang akan menjadi kapasitas teoritis orang perharinya.


Sedangkan kapasitas teoritis dari mesin adalah kapasitas terpasang dari

mesin tersebut.

b. Kapasitas praktikal merupakan kapasitas teoritis setelah dikurangi

dengan waktu-waktu tidak produktif. Misalkan diperkirakan waktu tidak

produktif dari seseorang selama satu hari adalah 2 jam, maka kapasitas

praktikal dari orang tersebut adalah enam jam perhari. Kapasitas praktikal

dari mesin adalah kapasitas teoritikal mesin dikurangi dengan kapasitas

tidak produktif dari mesin tersebut, misalkan waktu kapasitas yang

dipakai untuk pemeliharaan, dan lain-lain. Dalam model activity based

costing ini, kapasitas yang dipergunakan biasanya adalah kapasitas

praktikal.

E. Activity Based Costing Dengan Persamaan Waktu ( Time Equation)

Time Driven Activity Based Costing menyederhanakan proses biaya

dengan mengeliminasi adanya interview dan survey terhadap karyawan untuk

alokasi biaya sumber daya terhadap aktivitas sebelum mengalokasikannya

pada objek biaya. Time Driven Activity Based Costing membebankan biaya

secara langsung kepada objek biaya melalui dua cara: Pertama, menghitung

biaya kapasitas sumber daya. Kedua, menggunakan capacity cost rate untuk

menentukan alokasi biaya terhadap masing-masing objek biaya. Sistem ini

menghindari biaya yang mahal, konsumsi terhadap waktu serta aktivitas

subyektifitas (survey). Time Driven Activity Based Costing menggunakan

time equation yang secara langsung dan otomatis membebankan biaya sumber
daya pada aktivitas. Selain itu sistem ini hanya menggunakan dua pengukuran

yaitu: tingkat biaya kapasitas (the capacity cost rate) untuk tiap departemen

dan kapasitas penggunaan tiap transaksi di departemen tersebut. Kedua

pengukuran ini dapat diestimasi secara mudah dan objektif. Time Driven

Activity Based Costing memudahkan dalam hal variasi waktu yang diminta

atas berbagai jenis transaksi. Dalam Time Driven Activity Based Costing

diperbolehkan mengestimasi waktu atas dasar pesanan atau karakteristik

aktivitas. Akurasi model Time Driven Activity Based Costing meningkat dari

kemampuan memenuhi permintaan sumber daya dari berbagai operasi yang

berbeda dengan menambahkan istilah pada time equation departemen

tersebut. Contoh: time equation waktu pengepakan adalah 0,5 menit (standar)

+ 6,5 menit (jika terdapat pesanan khusus) + 0,2 menit (jika pengiriman lewat

udara) + 30 menit (jika bahan berbahaya). Time equation juga menyediakan

manajemen kemudahan untuk mengaplikasikan model Time Driven Activity

Based Costing untuk merefleksikan perubahan kondisi operasional

perusahaan. Kaplan (2004) menjelaskan lebih lanjut bahwa model Time

Driven Activity Based Costing menunjukkan proses aktual dalam mengerjakan

suatu aktivitas di perusahaan. Time Driven Activity Based Costing dapat

dipergunakan dalam proses yang lebih bervariasi dan lebih kompleks

dibandingkan dengan Activity Based Costing konvensional.

F. Activity Based Costing untuk perusahaan Jasa


Pada dasarnya, konsep Activity Based Costing yang dikembangkan pada

perusahaan manufaktur sebenarnya sangat cocok pada perusahaan jasa. Hal ini

dibuktikan dengan banyaknya artikel-artikel yang ditulis mengenai penerapan

activity based costing, terutama pada rumah sakit dan bank. Konsep activity

based osting dibutuhkan oleh industry jasa dikarenakan Sebagian besar dari biaya

yang dikeluarkan dalam industry jasa merupakan biaya-biaya tidak langsung.

Konsep time driven activity based costing juga tepat untuk diterapkan dalam

industry jasa, misalnya pada bank. Bank umumnya memiliki perhitunggan waktu

untuk melayani nasabah, misalkan berapa waktu yang dibutuhkan customer

service jika ada nasabah yang membuka rekening baru, atau berapa lama waktu

yang dibuthkan kasit untuk melayani orang yang menyetor uang, ataupun

menarik uang. Waktu-waktu tersebut bisa dijadikan dasar untuk Menyusun

persamaan waktu yang kemudian dapat dijadikan dasar pembebanan biaya

dengan menpergunakan model Iactivity based costing.


Contoh kasus

A. Kegiatan UMKM Yst Cake and Cookies


UMKM Yst Cake and Cookies merupakan usaha yang bergerak di bidang
makanan yaitu kue. Tujuan utama dari usaha ini yaitu membuat toko Bakery yang
Besar di bidangnya, dikenal dan diminati oleh orang banyak. Beranjak dari tujuan
tersebut maka kepercayaan dan kepuasan pelanggan merupakan hal yang harus
diperhatikan. Maka dari itu produk yang dihasilkan harus memiliki mutu yang baik,
dengan demikian usaha ini dapat bertahan dan menjadi besar di bidangnya. Dalam
produksinya UMKM Yst Cake and Cookies memproduksi berbagai macam kue
sebagai berikut :
No Nama Produk Harga
1 Kue ulang tahun
Kue ulang tahun ukuran ukuran 30 cm Rp 350.000
Kue ulang tahun ukuran ukuran 24 cm Rp 300.000
Kue ulang tahun ukuran ukuran 22 cm Rp 250.000
Kue ulang tahun ukuran ukuran 20 cm Rp 200.000
Kue ulang tahun ukuran ukuran 18 cm Rp 150.000
2 Brownies
Brownies premium besar Rp 80.000
Brownies premium sedang Rp 65.000
Brownies premium kecil Rp 45.000
Brownies premium ekonomis Rp 35.000
3 Donat Frozen Rp 25.000
4 Roti Manis Rp 5.000
Sumber : UMKM Yst Cake and Cookies

Dari data di atas produk yang paling banyak diproduksi dan paling banyak
diminati yaitu Roti Manis dan Donat Frozen. Kemudian hal tersebut menjadi dasar
objek yang akan di teliti oleh penulis. Berdasarkan adanya keterbatasan data yang
dimiliki oleh peneliti. Maka analisis penlitian ini hanya berfokus pada satu tahun
penelitian, yaitu Tahun 2021. Berikut merupakan data produksi Roti manis dan Donat
Frozen tahun 2021:
Total Produksi Roti Manis dan Donat Frozen
no Jenis produk Jumlah produk
1 Donat frozen 3.600
2 Roti manis 8.160
jumlah 11.760
Selama tahun 2021 UMKM Yst Cake and Cookies memiliki biaya-biaya
produksi yang digunakan untuk memproduksi produk diatas :

1. Biaya Bahan Baku


Biaya Bahan Baku merupakan seluruh biaya yang dikeluarkan untuk
memproduksi Donat Frozen dan Roti Manis. Biaya Bahan Baku yang digunakan
dalam pembuatan produk pada UMKM Yst Cake and Cookies adalah sebagai
berikut:

Biaya Bahan Baku Donat Frozen


Bahan Baku Harga Satuan Kuantitas Jumlah per Jumlah Jumlah
satuan produksi perbulan pertahun
terigu Rp 11.000 2 kg Rp 22.000 Rp 660.000 Rp 7.920.000
telur Rp 24.000 1 kg Rp 24.000 Rp 720.000 Rp 8.640.000
Mentega Rp 35.000 1 kg Rp 35.000 Rp 1.050.000 Rp 12.600.000
Susu bubuk Rp 10.000 0,5 kg Rp 10.000 Rp 300.000 Rp 3.600.000
Ragi Rp 5.300 0,1 kg Rp 5.300 Rp 159.000 Rp 1.908.000
Jumlah Rp 96.300 Rp 2.889.000 Rp 34.668.000

Biaya Bahan Baku Roti Manis


Bahan Baku Harga Kuantitas Jumlah per Jumlah Jumlah
Satuan satuan produksi perbulan pertahun
terigu Rp 11.000 2 kg Rp 22.000 Rp 176.000 Rp 2.112.000
telur Rp 24.000 1 kg Rp 24.000 Rp 192.000 Rp 2.304.000
Mentega Rp 35.000 1 kg Rp 35.000 Rp 280.000 Rp 3.360.000
Susu bubuk Rp 10.000 0,5 kg Rp 10.000 Rp 80.000 Rp 960.000
Ragi Rp 5.300 0,1 kg Rp 5.300 Rp 42.000 Rp 508.000
Jumlah Rp 96.300 Rp 770.400 Rp 9.244.800

Total Biaya Bahan Baku yang dikeluarkan UMKM Yst Cake and Cookies
Untuk memproduksi Donat frozen pada tahun 2021 sebesar Rp 34.668.000 dan untuk
Roti Manis Sebesar Rp9.244.800.
2. Biaya Tenaga Kerja Langsung
Biaya Tenaga Kerja Langsung merupakan upah UMKM Yst Cake and
Cookies untuk membayar pekerja yang berkaitan langsung dalam proses
produksi. Jumlah pemakaian Biaya Tenaga Kerja Langsung yang digunakan
UMKM Yst Cake and Cookies sebagai berikut:
Biaya Tenaga Kerja Langsung
no Jenis Jumlah BTKL per BTKL per
produk produk bulan tahun
(Rp) ( Rp)
1 Donat frozen 3.600 Rp 750.000 Rp 9.000.000
2 Roti manis 8.160 Rp 750.000 Rp 9.000.000
jumlah Rp 1.500.000 Rp 18.000.000

Total Biaya Tenaga Kerja Langsung yang dikeluarkan UMKM Yst Cake and
Cookies Untuk memproduksi Donat frozen dan Roti Manis pada tahun 2021 43
masing-masing sebesar Rp9.000.000. Kemudian berdasarkan Data Total
Produksi, Data Biaya Bahan Baku dan data Biaya Tenaga Kerja Langsung
UMKM Yst Cake and Cookies pada tahun 2021, maka dapat diringkas dalam
Tabel 4.6 sebagai berikut:

Ringkasan Data Produksi UMKM Yst Cake and Cookies


No Jenis produk Jumlah Biaya Bahan Biaya Tenaga Total Biaya
produk Baku Kerja
Langsung
1 Donat frozen 3.600 Rp 34.668.000 Rp 9.000.000 Rp 43.668.000
2 Roti manis 8.160 Rp 9.244.800 Rp 9.000.000 Rp 18.244.800
jumlah Rp 43.912.800 Rp 18.000.000 Rp 61.912.800

Berdasarkan data diatas menunjukan bahwa besarnya biaya Donat Frozen dari
Biaya Bahan Baku dan Biaya Tenaga Kerja Langsung sebesar Rp 43.668.000 dan
menghasilkan 3600 produk selama setahun, kemudian untuk biaya Roti Manis dari
Biaya Bahan Baku dan Biaya Tenaga Kerja sebesar Rp18.244.800. dan menghasilkan
8160 produk dalam setahun.
3. Biaya overhead pabrik
Biaya Overhead Pabrik merupakan seluruh biaya yang dikeluarkan UMKM
untuk membiayai produksi selain biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja
langsung atau biaya-biaya yang tidak berkaitan langsung dengan proses produksi.
Jumlah pemakaian Biaya Overhead Pabrik yang digunakan UMKM Yst Cake and
Cookies sebagai berikut:

BIAYA OVERHEAD PABRIK


UMKM Yst Cake and Cookies
no Jenis biaya Jumlah biaya
1 Biaya bahan pembantu Rp 27.864.000
2 Biaya listrik Rp 8.400.000
3 Biaya air Rp 3.250.000
4 Biaya penyusutan mesin Rp. 4.272.000
5 Biaya bungkus produk Rp. 6.000.000
Total BOP Rp 49.786.000

Penjelasan Pemakaian Biaya Overhead Pabrik pada UMKM Yst Cake and
Cookies sebagai berikut:
a. Biaya Bahan pembantu
Biaya Bahan Pembantu terdiri dari biaya topping dan biaya gas LPG
yang digunakan dalam proses produksi oleh UMKM yst Cake and
Cookies. Biaya-biaya pembantu tersebut penggunaanya seiring dengan
banyaknya jumlah unit yang diproduksi.

b. Biaya Listrik
Biaya Listrik merupakan biaya yang digunakan untuk membayar listrik
yang digunakan dalam jangka waktu satu tahun oleh UMKM Yst Cake and
Cookies baik digunakan untuk penerangan maupun untuk proses produksi.
c. Biaya Air
Biaya Air merupakan biaya yang digunakan untuk membayar Air yang
digunakan dalam jangka waktu satu tahun oleh UMKM Yst Cake and
Cookies. Air yang digunakan baik untuk proses produksi maupun untuk
proses pembersihan peralatan lainnya.
d. Biaya Penyusutan Mesin
Biaya penyusutan mesin merupakan biaya yang terjadi karena
penggunaan mesin yang menyebabkan penurunan nilai mesin-mesin
tersebut dalam jangka waktu tertentu. Dasar pembebanan adalah jumlah
unit produksi.
e. Biaya Bungkus Produk
Biaya bungkus produk merupakan biaya yang dikeluarkan untuk
membungkus produk yang sudah jadi dan siap untuk dijual. Bungkus
produk ini merupakan salah satu yang membuat menarik perhatian para
pelanggan.

B. Perhitungan Harga Pokok Produksi Dengan Metode Tradisional Dan


Metode Activity Based Costing

1. Perhitungan Harga Pokok Produksi Dengan Metode Tradisional


Salah satu metode yang umum digunakan untuk membedakan
overhead pabrik untuk suatu produk adalah dengan menggunakan
penggerak biaya berbasis unit untuk menghitung tarif tunggal. Terdapat
dua tahap perhitungan biaya Overhead pabrik dengan tarif tunggal.
Pembebanan biaya berupa jam mesin, unit produk, jam kerja untuk
menghitung tarif tunggal. Tahap kedua pembebanan biaya overhead pabrik
dibebankan ke produk dengan mengalikan tarif tersebut dengan biaya yang
digunakan masing-masing produk.
a. Tahap Pertama
Tahap pertama merupakan pengakumulasian biaya overhead pabrik
menjadi satu kesatuan untuk keseluruhan pabrik dan menjadikan unit
produk menjadi dasar pembebanan biaya. Perhitungan tarif tunggal
berdasarkan unit produk dapat disajikan sebagai beriku

Tarif tunggal Donat frozen dan Roti Manis


𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑜𝑣𝑒𝑟ℎ𝑒𝑎𝑑 𝑝𝑎𝑏𝑟𝑖𝑘
= 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖

𝑅𝑝 49.786.000
=
11.760
= 𝑅𝑝 4.234
b. Tahap kedua
Tahap kedua merupakan tahap di mana overhead pabrik dibebankan ke
produk dengan mengalikan tarif tersebut dengan biaya yang digunakan
masing-masing produk. Perhitungan Harga Pokok produksi dengan
sistem Tradisional disajikan dalam Tabel 4.8 sebagai berikut:

Perhitungan Harga Pokok Produksi dengan Metode Tradisional


DONAT FROZEN
Elemen Utama Biaya Total Jumlah Produk Biaya Per Unit
Biaya Utama Rp 43.668.00 3.600 Rp 12.130
Biaya Overhead Pabrik
Rp. 4.234 × 3.600 Rp 15.240.612 3.600 Rp 4.234
Jumlah Rp 58.908.612 3.600 Rp 16.364
Roti Manis
Elemen Biaya Biaya Total Jumlah Produk Biaya Per Unit
Biaya Utama Rp 18.244.800 8.160 Rp 2.236
Biaya Overhead Pabrik
Rp 4.234 × 8.160 Rp 34.545.388 8.160 Rp 4.234
Jumlah Rp 52.790.000 8.160 Rp 6.469
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa perhitungan Harga Pokok
produksi per unit dengan metode Tradisional pada UMKM Yst Cake and
Cookies tahun 2021 diperoleh hasil Harga Pokok Produksi untuk produk
sebagai berikut:
no Jenis produk Total biaya
1 Donat Frozen Rp 16.364
2 Roti Manis Rp 6.469

2. Perhitungan Harga Pokok Produksi dengan Metode Activity Based Costing


a. Mengidentifikasi biaya sumber daya dan aktivitas Aktivitas yang dapat
digolongkan pada UMKM Yst Cake and Cookies menjadi tiga level
aktivitas. Rincian penggolongan aktivitas-aktivitas pada UMKM Yst
Cake and Cookies dapat dilihat pada Tabel sebagai berikut:

Klasifikasi Biaya ke dalam berbagai aktivitas


UMKM Yst Cake and cookiea
Level Aktivitas Komponen BOP Jumlah
Biaya Beban Rp 27. 864.000
Aktivitas Level Unit Pembantu
Biaya Listrik Rp 8.000.000
Biaya Air Rp 3.250.000
Aktivitas Level Batch Biaya Penyusutan
Mesin Rp 4.272.000
Aktivitas Level Produk Biaya Bungkus Produk Rp 6.000.000

Total Rp 49.786.000

Berdasarkan Tabel di atas berikut penjelasan mengenai tiap level


aktivitas yang dapat diidentifikasi sebagai berikut:
1) Aktivitas Level Unit
Aktivitas level unit ini merupakan aktivitas yang dikerjakan setiap 1 kali
unit diproduksi. Jumlah unit yang diproduksi mempengaruhi besar
kecilnya aktivitas level unit ini. jenis aktivitas ini meliputi Biaya Bahan
pembantu, Biaya Listrik dan Biaya Air.
2) Aktivitas Level Batch
Aktivitas level batch ini merupakan aktivitas yang dikonsumsi oleh
produk berdasarkan jumlah batch produk yang diproduksi dan aktivitas
penyebab biaya ini terjadi berulang setiap satu batch (kelompok). Jenis
aktivitas ini meliputi biaya penyusutan mesin.
3) Aktivitas Level produk
Aktivitas level produk ini merupakan aktivitas yang dikerjakan untuk
mendukung berbagai produk yang diproduksi. Aktivitas ini meliputi
Biaya Bungkus produk.

b. Menetukan Cost Driver yang tepat untuk masing-masing aktivitas.


Setelah aktivitas-aktivitas diidentifikasi sesuai dengan levelnya,
langkah selanjutnya yang harus dilakukan yaitu menentukan cost driver
dari setiap biaya. Rincian data cost driver dalam setiap produk dapat dilihat
pada Tabel sebagai berikut:
Daftar Cost Driver
UMKM Yst Cake and Cookies
No Cost Driver Donat Roti Manis Jumlah
Frozen
1 Jumlah PRODUK 3.600 8.160 11.760
2 Jumlah KWH 2.914 2.914 5.828
3 Jumlah Jam Inspeksi 3.168 1.152 4.320

c. Penentuan Kelompok-kelompok biaya yang homogen (cost pool)


Membuat cost pool yang homogen bertujuan untuk menyederhanakan
pembuatan terlalu banyak cost pool, karena aktivitas dengan pemicu biaya
terkait dapat dimasukkan ke dalam sebuah cost pool dengan salah satu cost
pool yang di pilih. Aktivitas yang dikelompokkan ke dalam level unit
dikendalikan oleh dua cost driver yaitu jumlah unit dan jumlah KWH.
Aktivitas yang dikelompokkan kedalam level batch dikendalikan oleh satu
cost driver yaitu jam inspeksi. Sedangkan aktivitas yang dikelompokkan ke
dalam level produk dikendalikan juga hanya dengan satu cost driver yaitu
jumlah unit produk. Rincian cost pool yang homogen pada UMKM Yst
cake and cookies dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
Cast Pool Homogen
UMKM Yst Cake and Cookies
Cost Pool Homogen Aktivitas BOP Cost Driver Level Aktivitas
Biaya Beban Jumlah Unit Unit Level
Pool 1 pembantu
Biaya Air Jumlah Unit Unit Level
Pool 2 Biaya Listrik Jumlah KWH Unit Level
Pool 3 Biaya Penyusutan Jam Inspeksi Batch Level
mesin
Pool 4 Biaya Bungkus Unit Produk Produk Level
Produk

d. Penetuan tarif kelompok ( pool rate )


Setelah menentukan cost pool yang homogen, hal yang harus dilakukan yaitu
tentukan tarif per unit cost driver. Tarif kelompok (pool rate) merupakan tarif
overhead pabrik per unit cost driver yang dihitung untuk membagi total
overhead pabrik untuk kelompok aktivitas tertentu dengan dasar pengukuran
untuk grup tersebut. Menurut V. Wiratna Sujarweni (2015) tarif per unit cost
driver dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑜𝑣𝑒𝑟ℎ𝑒𝑎𝑑 𝑐𝑜𝑠𝑡


𝑝𝑜𝑜𝑙 𝑟𝑎𝑡𝑒 =
𝑐𝑜𝑠𝑡 𝑑𝑟𝑖𝑣𝑒𝑟
1) Pool Rate Aktivitas level unit pada UMKM Yst Cake and Cookies tahun
2021 dapat dilihat pada Tabel. sebagai berikut
Pool Rate Aktivitas Level Unit
Cost Pool Elemen BOP Jumlah (Rp)
Biaya Bahan Pembantu Rp 27.864.000
Cost Pool 1 Biaya Air Rp 3.250.000
Jumlah Biaya Rp 31.114.000
Jumlah Unit Produk 11.760
Pool Rate 1 Rp 2.646

Cost Pool Elemen BOP Jumlah (Rp)


Cost Pool 2 Biaya Listrik Rp 8.400.000
Jumlah Biaya Rp 8.400.000
Jumlah KWH 5.828
Pool Rate 2 Rp 1.441

2) Pool Rate aktivitas level batch pada UMKM Yst Cake and Cookies tahun 2021
dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
Tabel Pool Rate Aktivitas Level Batch UMKM Yst Cake and Cookies
Cost Pool Elemen BOP Jumlah (Rp)
Cost Pool 3 Biaya Penyusutan Mesin Rp 4.272.000
Jumlah Biaya Rp 4.272.000
Jam Imspeksi 4.320
Pool Rate 3 Rp 989

3) Pool Rate aktivitas level produk pada UMKM Yst Cake and Cookies tahun
2021 dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:

Pool Rate Aktivitas Level Produk UMKM Yst Cake and Cookies
Cost Pool Elemen BOP Jumlah (Rp)
Cost Pool 4 Biaya Bungkus Produk Rp 6.00.000
Jumlah Biaya Rp 6.000.000
Unit Produk 11.760
Pool Rate 4 Rp 510
4) Pembebanan tarif kelompok berdasarkan cost driver
Membebankan tarif kelompok berdasarkan cost driver merupakan
tahap kedua dalam menentukan Harga Pokok Produksi berdasarkan aktivitas.
Biaya untuk setiap kelompok biaya Overhead Pabrik dilacak ke berbagai jenis
produk. Tarif per kelompok aktivitas telah diketahui, selanjutnya dapat
melakukan perhitungan biaya overhead pabrik yang dibebankan pada produk.
Menurut Hansen dan Mowen (2000) biaya overhead pabrik ditentukan dari
setiap kelompok biaya ke setiap produk dengan rumus sebagai berikut:
𝒐𝒗𝒆𝒓𝒉𝒆𝒂𝒅 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒅𝒊𝒕𝒆𝒕𝒂𝒑𝒌𝒂𝒏 = 𝒑𝒐𝒐𝒍 𝒓𝒂𝒕𝒆 × 𝒑𝒆𝒏𝒈𝒈𝒖𝒏𝒂𝒂𝒏

Biaya overhead setiap produk yang telah dihitung dapat dilihat pada Tabel.
sebagai berikut :
Tabel Pembebanan Biaya Overhead Pabrik dengan metode Activity Based
Cost Driver Proses pembebanan Roti manis Donat Frozen Jumlah
2.646 × 3.600 Rp 9.524.694 Rp 9.524.694
Unit Produk 2.646 × 8.160 Rp 21.589.306 Rp 21.589.306
1.441 × 2.914 Rp 4.200.000 Rp 4.200.000
KWH 1.441 × 2.914 Rp 4.200.000 Rp 4.200.000
989 × 3.168 Rp 3.132.800 Rp 3.132.800
Jam Inspeksi 989 × 1.152 Rp 1.139.200 Rp 1.139.200
510 × 3.600 Rp 1.836.735 Rp 1.836.735
Unit Produk 510 × 8.160 Rp 4.163.265 Rp 4.163.265
Total BOP Rp 18.694.229 Rp 31.091.771 Rp 49.789.000

Total Biaya Overhead pabrik yang dilakukan dengan menggunakan Activity Based
Costing adalah sebesar Rp 49.786.000 dimana jumlah BOP untuk Donat Frozen yaitu sebesar
Rp 31.091.771 sedang kan BOP untuk Roti Manis yaitu sebesar Rp18.694.229.
Berdasarkan Tabel diatas dapat dilihat telah dilakukannya pembebanan Biaya
Overhead Pabrik. Maka perhitungan Harga Pokok Produksi dengan menggunakan metode
Activity Based Costing pada UMKM Yst Cake and Cookies tahun 2021 dapat dilihat pada
Tabel 4.17. sebagai berikut:
Harga Pokok Produksi dengan Metode Activity Based Costing
UMKM Yst Cake and Cookies
Keterangan Donat Frozen Roti Manis
Biaya Bahan Baku Rp 34.668.000 Rp 9.244.800
Biaya Tenaga Kerja Langsung Rp 9.000.000 Rp 9.000.000
Biaya Overhead Pabrik Rp 31.091.771 Rp 18.694.229
Harga Pokok Produksi Rp 74.759.771 Rp 36.939.029
Unit Produk 3.600 8.160
HPP per Unit Rp 20.767 Rp 4.527

Hasil Perhitungan Harga Pokok Produksi dengan metode Activity Based Costing per
unit pada UMKM Yst Cake and Cookies tahun 2021 memperoleh hasil Harga Pokok
Produksi untuk Donat Frozen yaitu sebesar Rp20.767 sedangkan Harga Pokok Produksi
untuk Roti Manis sebesar Rp4.527.

5) Perbandingan Metode Tradisional dengan Activity Based Costing terhadap Harga


Pokok Produksi pada UMKM Yst Cake and Cookie
Dari hasil perhitungan Harga Pokok produksi berdasarkan Metode Tradisional
dengan Metode Activity based Costing dapat dibandingkan harga pokok produksinya.
Perbandingan harga pokok produksi berdasarkan Metode Tradisional dengan Metode
Activity Based Costing dapat dilihat pada Tabel sebagai berikut

Tabel 4.18. : Perbandingan Metode Tradisional dengan Activity based Costing


terhadap Harga Pokok Produksi UMKM Yst Cake and Cookies.
Jenis Metode Metode Selisih Nilai
produk Tradisional ABC Kondisi
Donat
Frozen Rp 16.364 Rp 20.767 -Rp 4.403 Undercosting
Roti
Manis Rp 6.469 Rp 4.527 Rp 1.943 Overcosting

Dapat dilihat pada tabel diatas dapat diketahui hasil perhitungan dengan
menggunakan dua metode menghasilkan perbedaan pembebanan overhead pabrik yang
mengakibatkan adanya perbedaan harga pokok produksinya. Pada tabel diatas Donat Frozen
mengalami Undercosting atau pembebanan biaya terlalu rendah sebesar - Rp4.403 sedangkan
Donat Manis juga mengalami Overcosting atau biaya terlalu tinggi sebesar Rp1.943.
DAFTAR PUSTAKA

Amin Widjaja Tunggal, 2009, Akuntansi Manajemen, Terjemahan oleh Harvindo, Jakarta

IAI. 2016. IAI. 2016. Modul Chartered Accountant Aku Modul Chartered Accountant
Akuntansi Manajemen Lanjutan. Jakarta Pusat:

Riwayadi. (2014). Akuntansi Biaya Pendekatan Tradisional dan Kontemporer. Jakarta:


Penerbit Salemba Empat

Contoh Soal

Rahmah, R., Hardiyanto, A. T., & Octavianty, E. (2022). Analisis Perbandingan Metode
Tradisional dengan Metode Activity Based Costing terhadap Harga Pokok Produksi
pada UMKM Yst Cake and Cookies (Doctoral dissertation, Universitas Pakuan).

Anda mungkin juga menyukai