Anda di halaman 1dari 7

ANGGARAN PERUSAHAAN

ANGGARAN PENDEKATAN ABC (Aktivity Based Costing)

Tugas ini untuk memenuhi tugas Ujian Akhir Semester Anggaran Perusahaan A

Administrasi Keuangan

Dosen Pengampu : Dra. Susanti Prasetiyaningtiyas, M.Si

Di ketik oleh :
Ryan Hanafi ( 210803102054 )

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS JEMBER
TAHUN 2022 / 2023
Sejarah Activity Based Costing
Untuk mengatasi masalah yang dihadapi dalam pendekatan tradisional distribusi
overhead, pendekatan baru dan lebih ilmiah dikembangkan oleh Cooper dan Kalpan yang
dikenal sebagai Activity Based Costing. ABC adalah model penetapan biaya khusus yang
mengidentifikasi aktivitas dalam organisasi dan menetapkan biaya setiap aktivitas dengan
sumber daya untuk semua produk dan layanan sesuai dengan konsumsi aktual oleh setiap
aktivitas. Jadi, dalam ABC, biaya overhead diatribusikan ke pusat biaya atau unit berdasarkan
jumlah aktivitas yang dilakukan dalam produksi. ABC bertujuan untuk mengidentifikasi
aktivitas yang menghasilkan mata uang biaya. Fokus utama adalah pada aktivitas yang
dilakukan pada produk tertentu selama produksinya. Dengan demikian, aktivitas merupakan
titik fokus dalam perhitungan biaya. ABC didasarkan pada Biaya Aktivitas George Staubus
dan Akuntansi Input-Output. Konsep ABC dikembangkan di sektor manufaktur Amerika
Serikat selama tahun 1970-an dan 1980-an. Selama ini, Consortium for Advanced
Management-International (CAM-I), memberikan peran formatif untuk mempelajari dan
memformalkan prinsip-prinsip yang secara formal lebih dikenal dengan Activity-Based
Costing. ABC kehilangan ketenaran pada 1990-an karena metrik alternatif seperti balanced
scorecard dan economic value added.

Pengertian Activity Based Costing


Activity Based Costing merupakan perubahan paling revolusioner dan mendasar
dalam teori akuntansi management dan praktek. Berawal dari sebuah metode sederhana untuk
melacak biaya produk, metode ini kemudian berkembang menjadi mtode baru yang disebut
Activity Based Costing dan Management. Dalam pelatihan ini akan dikenalkan beberapa cara
pendekatan untuk menangani masalah mendasar seperti pengelolaan biaya, waktu, kualitas,
dana dan kendala dengan penggunaan metode ABC. Ini adalah salah satu cara menghitung
setiap biaya yang dikeluarkan pada masing-masing aktivitas dengan alokasi yang berbeda-
beda pada setiap aktivitasnya.ABC lebih berfokus pada biaya pada produk yang bersumber
dari proses selama produksi berlangsung. Sayangnya, di Indonesia saat ini belum banyak
perusahaan yang menerapkan metode Activity Based Costing untuk penentuan harga produk,
sehingga produk-produk yang berasal dari Indonesia kurang bisa bersaing terutama di pasar
global.Metode Activity Based Costing ini sudah banyak diterapkan di perusahaan-perusahaan
dunia.

Dengan menggunakan metode ABC, perusahaan bisa mengurangi distorsi harga yang
disebabkan oleh penentuan harga yang masih dilakukan secara tradisional, sehingga harga
produk yang dikeluarkan bisa akurat bukan hanya asal-asalan.
Syarat Penerapan Activity Based Costing

1. Perusahaan Memiliki Tingkat Diversitas Tinggi


Syarat yang pertama perusahaan diharuskan memiliki produksi bermacam-macam produk
atau lini produk yang diproses dengan fasilitas yang sama. Kondisi demikianlah yang
nantinya akan menimbulkan masalah dalam melakukan pembebanan biaya ke masing-masing
produk.

2. Tingkat Persaingan Yang Tinggi


Jika persaingan produk dari perusahaan lain tinggi, maka perusahaan akan meningkatkan
persaingan untuk memperbesar jangkauan pasarnya, semakin besar jangkauan pasarnya maka
semakin besar pula peran informasi tentang penentuan harga pokok yang dilakukan oleh
pihak manajemen perusahaan.

3. Biaya Pengukuran Rendah


Syarat yang terakhir adalah biaya yang digunakan dalam pengukuran sistem ABC haruslah
lebih rendah dari manfaat yang akan diperoleh, jika sampai biayanya di atas dari manfaat,
maka perusahaan akan mengalami kerugian.

Kekurangan Activity Based Costing


Meskipun sistem Activity Based Costing memberikan dampak yang besar terhadap
perusahaan terutama dalam penentuan harga, tetapi ABC juga memiliki kekurangan yang
harus diketahui terutama oleh pihak manajemen.

Berikut beberapa kekurangan dari penerapan Activity Based Costing:

a) Metode untuk melakukan implementasi dan pengembangan Activity Based Costing


terbilang mahal.
b) Waktu untuk implementasi ABC dari mulai hingga selesai membutuhkan waktu yang
lama, biasanya lebih dari satu tahun sampai bisa berhasil.
c) Activity Based Costing belum termasuk biaya iklan, promosi dan riset.
d) Laporan Activity Based Costing tidak sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku
saat ini.
Manfaat Activity Based Costing
Meskipun Activity Based Costing memiliki banyak kekurangan, tetapi jika perusahaan bisa
melakukan implementasi hingga sukses, maka akan ada manfaat besar yang akan didapatkan
oleh perusahaan. Berikut manfaatnya:

1) Metode ABC dapat digunakan untuk membantu dalam pengambilan keputusan dalam
perusahaan.
2) Penentuan harga yang sudah melalui sistem ABC akan menghasilkan harga yang
lebih baik sehingga bisa bersaing dengan produk sejenis lainnya.
3) Dengan menggunakan Activity Based Costing, analisis biaya bisa diperbaiki sehingga
pihak manajemen bisa melakukan peningkatan volume atas produk yang memiliki
volume jual rendah.
4) Activity Based Costing menjadikan manajemen berada pada posisi untuk melakukan
penawaran yang lebih kompetitif secara wajar.
5) Melalui analisis data biaya dan pola konsumsi sumber daya, pihak manajemen bisa
melakukan rekayasa ulang proses produksi dari bahan baku sampai jadi untuk
mencapai mutu terbaik yang lebih efektif dan efisien. Jika perusahaan memiliki
aplikasi stok barang yang bagus, maka hal ini akan dapat membantu dalam
manajemen pengolahan bahan baku sampai jadi suatu produk.

Tahap-Tahap Pengolahan DataDalam Activity Based Costing System


(ABC System)
A. Tahap pertama : pembebanan sumber daya ke aktivitas Pengolahan data dalam ABC
System disebut activity based process costing

B. Tahap kedua: pembebanan activity cost ke produk/jasa.

Proses pengolahan data dalam ABC Systemdisebut activity based object costing. Pada tahap
kedua ini berisi tiga kegiatan yaitu:

1. Penentuan activity cost pool


2. Pembebanan biaya antar aktivitas
Penerapan Activity Based Costing System (ABC System) Pada Perusahaan
Jasa
Sistem ABC pada mulanya berkembang pada perusahaan manufaktur yang memiliki
teknologi tinggi, yang artinya biaya peralatan jauh lebih besar dibandingkan dengan biaya
tenaga kerja, karena mekanisme proses produksi dapat dinyatakan secara otomatis
(terkomputerisasi). Menurut Blocher dkk (2007) Output dalam perusahaan jasa lebih sulit
didefinisikan, aktivitas untuk memenuhi permintaan jasa juga lebih sulit diprediksi, dan biaya
overhead atau biaya tak langsung sulit untuk dibandingkan ke produk atau output.

Keterbatasan Activity Based Costing System (ABC System)


Terdapat tiga keterbatasan dalam penerapan Sistem ABC Blocher dkk (2007), yaitu :

1. Alokasi Tidak semua biaya memiliki penggerak biaya konsumsi sumber daya atau
aktivitas yang tepat atau tidak ganda.
2. Mengabaikan biaya. Biaya produk atau jasa yang diidentifikasi sistem ABC
cenderung tidak mencakup seluruh biaya yang berhubungan dengan produk atau jasa
tersebut.
3. Mahal dan menghabiskan waktuproduksi dan biaya produksi

Komponen dalam Activity Based Costing

1. Resources (Sumber Daya)


Resources adalah tempat organisasi membelanjakan uang mereka — kategori biaya
yang dicatat. Sumber daya didefinisikan sebagai elemen ekonomi atau uang yang diterapkan
atau digunakan dalam pelaksanaan aktivitas. Gaji dan material, misalnya, merupakan sumber
daya yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan. Contoh tambahan dari sumber daya
termasuk perbaikan, inspeksi, sewa, depresiasi, utilitas, asuransi, dan persediaan. Sebagian
besar sistem Activity Based Costing saat ini mengecualikan biaya seperti pajak penghasilan
dan beban bunga yang tidak digunakan dalam pelaksanaan aktivitas.

2. Resource Drivers (Penggerak Sumber Daya)


Penggerak sumber daya adalah dasar untuk menelusuri sumber daya ke aktivitas.
Penggerak sumber daya didefinisikan sebagai ukuran kuantitas sumber daya yang dikonsumsi
oleh suatu aktivitas. Contoh penggerak sumber daya adalah persentase total meter persegi
ruang yang ditempati oleh suatu aktivitas. Faktor ini digunakan untuk melacak sebagian dari
biaya pengoperasian fasilitas ke aktivitas.
3. Aktivitas
Aktivitas adalah sautu unit kerja. Jika Anda pergi ke restoran, pelayan atau pramusaji dapat
melakukan unit kerja berikut:

 Memberi menu cafe


 Menerima pesanan
 Mengirim pesanan ke bagian dapur
 Menyajikan pesanan makanan dan minuman
 Menghitung dan memberikan tagihan
 Menerima uang dan memberikan tagihan
 Mengumpulkan uang dan berikan kembalian
 Mengapus tabel

Masing-masing merupakan aktivitas dan kinerja setiap aktivitas menghabiskan sumber daya
yang memerlukan biaya. Aktivitas mewakili pekerjaan yang dilakukan dalam suatu
organisasi. Biaya kegiatan ditentukan dengan menelusuri sumber daya ke kegiatan
menggunakan penggerak sumber daya.

4. Activites Driver (Penggerakan Biaya Kegiatan)


Seperti penggerak sumber daya yang digunakan untuk melacak sumber daya ke aktivitas,
penggerak biaya aktivitas digunakan untuk melacak biaya aktivitas ke objek biaya. Penggerak
aktivitas didefinisikan sebagai ukuran frekuensi dan intensitas permintaan yang ditempatkan
pada aktivitas oleh objek biaya. Penggerak aktivitas digunakan untuk menetapkan biaya ke
objek biaya. Penggerak biaya adalah kegiatan yang menghasilkan biaya. Penggerak biaya
adalah faktor, seperti tingkat aktivitas atau volume, yang secara kausal mempengaruhi biaya
(selama rentang waktu tertentu).

Artinya, ada hubungan sebab-akibat antara perubahan tingkat aktivitas atau volume dan
perubahan tingkat biaya total objek biaya tersebut. Jadi, pendorong biaya menandakan faktor,
kekuatan atau peristiwa yang menentukan biaya kegiatan. Berdasarkan penggunaan aktivitas
(konsumsi), biaya aktivitas dilacak ke objek biaya. Dalam organisasi manufaktur, berikut
adalah contoh dari beberapa penggerak biaya aktivitas:

Beberapa Contoh Penggerak Biaya Kegiatan:

 Jumlah menerima pesanan untuk departemen penerima.


 Jumlah pesanan pembelian untuk biaya pengoperasian departemen pembelian.
 Jumlah pesanan pengiriman untuk departemen pengiriman.
 Jumlah unit.
 Jumlah pengaturan.
 Besarnya biaya tenaga kerja yang dikeluarkan.
 Nilai bahan dalam suatu produk.
 Jumlah jam penanganan material.
 Jumlah inspeksi.
 Jumlah perubahan jadwal.
 Jumlah bagian yang diterima per bulan.
 Jumlah jam mesin yang digunakan pada suatu produk.
 Jumlah jam pengaturan
 Jumlah jam kerja langsung.
 Jumlah sub-majelis.
 Jumlah vendor.
 Jumlah jam pembelian dan pemesanan.
 Jumlah unit yang dihapus.
 Jumlah transaksi tenaga kerja.
 Jumlah pesanan pelanggan yang diproses
 Jumlah bagian
 Jumlah karyawan.

5. Cost Objects(Objek Biaya)


Objek biaya, dapat berupa pelanggan, produk, layanan, kontrak, proyek, atau unit kerja
lain yang menginginkan pengukuran biaya terpisah. Objek biaya yang paling umum adalah
biaya produk atau jasa. Penggerak aktivitas digunakan untuk melacak biaya aktivitas ke objek
biaya.

Contoh Kasus Activity Based Costing


Untuk memperjelas konsep ABC dan memahami cara penerapannya, berikut suatu
skenario fiktif guna memberi contoh activity based costing. Dalam skenario ini, kamu ingin
mencari tahu seberapa banyak dana yang telah dipergunakan untuk memenuhi utilitas suatu
produk. Untuk itu, kamu membuat estimasi dengan hasil Rp15.000.000 utilitas di tahun
tersebut. Setelah itu, kamu perlu menemukan pemicu biaya yang memberikan pengaruh pada
tagihan utilitas adalah jam kerja langsung. Bahkan, besaran jumlah elemen berikut sampai
1.500 jam pada tahun tersebut.

Langkah awal penerapan activity based costing adalah dengan membagi jumlah
tagihan utilitas dengan Activities Drivers (penggerak sumber daya) dalam hal ini merupakan
jam kerja langsung (Rp15.000.000/1.500) untuk mendapatkan cost objects sebesar Rp10.000.
Spesifik produk berikut, kamu memerlukan 4 jam untuk membuatnya. Oleh karenanya, kamu
bisa mengalikannya dengan biaya penggerak aktivitas Rp10.000 dan mendapatkan hasil
Rp400.000.

Anda mungkin juga menyukai