Anda di halaman 1dari 8

RINGKASAN

KONSEP DASAR PENENTUAN HARGA POKOK


BERDASARKAN AKTIVITAS DAN DUA PUSAT COST
DRIVERS

AKUNTANSI BIAYA II
KELAS A

Dosen Pengampu
Alfi Arif (197210041999031001)

Oleh:
Damas Fitra Hernis Setyawan 190810201041
Mohamad Difananda Risaldi 190810201073
Aditya Prayoga 190810201216
Muhammad Ulil Albab 190810201166

PROGRAM STUDI S1 MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS JEMBER
2021
A. Kosep Dasar Penentuan Harga Pokok Produksi Berdasarkan Aktivitas
• Metode Activity-Based Costing
Activity Based Costing System adalah suatu sistem akuntansi yang
terfokus pada aktivitas – aktivitas yang dilakukan untuk menghasilkan produk/
jasa. Activity Based Costing menyediakan informasi perihal aktivitas – aktivitas
dan sumber daya yang dibutuhkan untuk melaksanakan aktivitas tersebut.
Aktivitas – aktivitas ini menjadi titik perhimpunan biaya. Dalam sistem ABC,
biaya ditelusur ke aktivitas dan kemudian ke produk. Sistem ABC
mengasumsikan bahwa aktivitas – aktivitaslah yang mengkonsumsi sumber daya.
Les Heitgers, Pekin Ogan dan Serge Matulich (1992), mendefinisikan ABC
sebagai Proses mengidentifikasi sumber atau penyebab biaya dalam
manufakturing atau aktivitas usaha lain. Sumber biaya ini, dinamakan
pemacu/pemandu/ penyebab, digunakan sebagai dasar untuk mengidentifikasi dan
mengalokasikan biaya ke aktivitas dan akhirnya ke produk yang mengkonsumsi
aktivitas ini”. (Tunggal W, 1995).
Dasar pemikiran penentuan biaya ini adalah bahwa produk atau jasa
perusahaan dilakukan oleh aktivitas dan aktivitas yang dibutuhkan tersebut
menggunakan sumber daya yang menyebabkan timbulnya biaya. Sumber daya
dibebankan ke aktivitas kemudian aktivitas dibebankan ke obyek biaya
berdasarkan penggunaan. ABC merupakan sistem yang mempertahankan dan
memproses data keuangan dan operasional dari sumber daya perusahaan
berdasarkan aktivitas, obyek biaya, cost driver dan ukuran kinerja aktivitas.
• Penentuan Harga Pokok Berdasar Aktivitas

Sistem biaya berdasar aktivitas (ABC) adalah sistem yang terdiri atas dua
tahap yaitu pertama melacak biaya pada berbagai aktivitas, dan kemudian ke
berbagai produk. Sistem ABC tidak hanya menawarkan ketelitian informasi
mengenai harga pokok produk tetapi juga menyediakan informasi tentang biaya
dari berbagai aktivitas. Pengetahuan atas biaya dari berbagai aktivitas
memungkinkan para manajer untuk memfokuskan diri pada aktivitas-aktivitas
yang memberikan peluang untuk melakukan penghematan biaya dengan cara
menyederhanakan aktivitas, melaksanakan aktivitas dengan lebih efisien,
meniadakan aktivitas yang tak bernilai tambah, dan sebagainya. Jadi, dalam
merancang sistem ABC, tahap pertama dari penentuan harga pokok produk adalah
suatu langkah yang sangat penting. Penggunaan metode ABC dapat dilakukan
melalui langkah-langkah berikut ini:
1. Tahap yang pertama adalah mengelompokkan biaya overhead ke dalam
kelompok biaya homogen. Kelompok biaya homogen sendiri merupakan
sekumpulan overhead yang variasinya dapat dikaitkan dengan satu faktor
penyebab atau pemicu (cost driver). Jadi cost driver adalah faktor yang
menjelaskan konsumsi biaya-biaya overhead. Kelompok biaya homogen
dapat ditentukan dengan melihat biaya yang memiliki rasio konsumsi yang
sama dengan seluruh produk yang ada.
2. Tahap yang kedua adalah mengalokasikan biaya overhead pabrik.
Pengalokasian biaya overhead dapat dilakukan dengan tarif kelompok
dikalikan dengan dasar pembebanan yang dikonsumsi oleh suatu produk.
• Manfaat atau Kebaikan Activity Based Costing (ABC)
Manfaat dari Activity Based Costing menurut Tunggal W (1995:23-24) adalah
sebagai berikut:
1. Suatu pengkajian ABC dapat meyakinkan manajemen bahwa mereka harus
mengambil sejumlah langkah untuk menjadi lebih kompetitif. Sebagai hasilnya,
mereka dapat berusaha untuk meningkatkan mutu sambil secara simultan
memfokus pada mengurangi biaya. Ini pada gilirannya dapat memacu aktivitas
untuk mereorganisasi proses, memperbaiki mutu, dan mengurangi biaya.
2. Manajemen akan berada dalam suatu posisi untuk melakukan penawaran
kompetitif yang lebih wajar.
3. ABC dapat membantu dalam keputusan membuat-membeli yang manajemen
harus lakukan.
4. Dengan analisis biaya yang diperbaiki, manajemen dapat melakukan analisis
yang lebih akurat mengenai volume yang diperlukan untuk mencapai impas
(breaks even) atas produk yang bervolume rendah.
5. Melalui analisis data biaya dan pola konsumsi sumber daya, manajemen dapat
mulai merekayasa kembali proses manufakturing untuk mencapai pola keluaran
produk yang lebih efisien dan lebih tinggi.
• Perbedaan antara Sistem ABC dengan Sistem Kalkulasi Biaya Tradisional
Ada beberapa perbedaan antara sistem Activity Based Costing dengan sistem
kalkulasi biaya tradisional antara lain:
a. ABC menggunakan aktivitas-aktivitas sebagai pemacu untuk menentukan
berapa besar setiap overhead tidak langsung dari setiap produk
mengkonsumsikan. Sistem tradisional mengalokasi overhead secara arbirter
berdasarkan satu atau dua basis alokasi yang non representatif, dengan demikian
gagal menyerap konsumsi overhead yang benar menurut produk individual.
b. ABC membagi konsumsi overhead ke dalam empat kategori yaitu unit, batch,
produk dan penopang fasilitas (facility substaining). Sistem tradisional membagi
biaya overehad ke dalam unit dan yang lain. Sebagai akibatnya, ABC
mengalkulasi konsumsi sumber daya, tidak semata-mata pengeluaran
organisasional. ABC memfokus pada sumber biaya, tidak hanya dimana sumber
biaya terjadi. Ini mengakibatkan lebih berguna untuk pengambilan keputusan.
Manajemen dapat mengikuti bagaimana biaya timbul dan menemukan cara-cara
untuk mengurangi biaya.
c. Fokus ABC adalah pada biaya, mutu, dan faktor waktu. Sistem tradisional
terutama memfokus pada kinerja keuangan jangka pendek, seperti laba, dengan
cukup akurat. Apabila sistem tradisional digunakan untuk penetapan harga dan
untuk mengidentifikasi produk yang menguntungkan, angkaangkanya tidak dapat
diandalkan/dipercayai.
d. ABC mempunyai kebutuhan yang jauh lebih kecil untuk analisis varian
daripada sistem tradisional, karena kelompok biaya (cost pools) dan pemacu
(driver) jauh lebih akurat dan jelas, dan karena ABC dapat menggunakan biaya
historis pada akhir periode utnuk menghitung biaya aktual apabila kebutuhan
muncul. (Tunggal W, 1995:26-27).
B. Dua Pusat Cost Driver

Menurut Mulyadi (2003:40), mengistilahkan cost driver sebagai activity


driver.“Activity Driver adalah suatu yang menjadi penyebab timbulnya konsumsi aktivitas
oleh produk atau jasa dan merupakan basis yang digunakan untuk membebankan biaya
aktivitas ke produk atau jasa yang memanfaatkan aktivitas tersebut”.

ABC Systems mampu menghasilkan keakuratan pengukuran biaya yang lebih baik
bila dibandingkan dengan penggunaan sistem biaya tradisional. Hal ini
disebabkan ABC menggunakan lebih banyak cost driver dibandingkan dengan sistem biaya
tradisional yang hanya menggunakan satu atau dua cost driver. Jenis cost driver yang
digunakan dalam ABC systems meliputi cost driver yang berkaitan dengan unit (misalnya jam
mesin, jam tenaga kerja langsung, dan lain-lain) maupun cost driver yang tidak berkaitan
dengan unit misalnya jumlah batch, jumlah persiapan, jumlah perubahan desain dan lain-lain.
Karena sangat pentingnya cost driver dalam penentuan biaya supaya menghasilkan ketepatan
informasi, maka perlu diperhatikan faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam
memilih cost driver yang akan digunakan. Menurut Cooper dan Kaplan (1991:383)
mengatakan bahwa terdapat tiga faktor yang dapat digunakan dalam memilih cost driver,
yaitu:
1. Kemudahan untuk memperoleh data yang dibutuhkan oleh cost driver tersebut.
Untuk mengurangi biaya dari pengukuran cost driver, Activity Based Costing
systems mencoba untuk menggunakan driver dengan kuantitas yang mudah diketahui.
Sebagai contoh, driver berupa jam inspeksi dapat digantikan dengan driver berupa
jumlah inspeksi. Pergantian ini pada umumnya diterima apabila durasi dari setiap
inspeksi adalah sama. Penggunaan cost driver berupa jumlah dari transaksi ini merupakan
sebuah teknik untuk mengurangi biaya pengukuran dalam perancangan Activity Based
Costing systems. Data yang digunakan untuk pemilihan cost driver pada umumnya
adalah data yang tersedia untuk digunakan supaya menghasilkan informasi yang lebih
nyata dan menghindari pengeluaran-pengeluaran untuk mencari informasi baru.
2. Korelasi antara konsumsi dari aktivitas seperti yang digambarkan
melalui cost driver dengan konsumsi yang sesungguhnya.
Penggunaan cost driver yang secara tidak langsung menunjukkan konsumsi aktivitas oleh
produk menimbulkan resiko, yakni cost driver tersebut akan mengakibatkan distorsi
biaya produk karena tidak mampu menunjukkan secara akurat konsumsi aktual produk
terhadap aktivitas. Sebagai contoh, apabila aktivitas inspeksi membutuhkan durasi waktu
yang berbeda-beda, penggunaan jumlah inspeksi sebagai cost driver tidak berkaitan
secara tepat dengan penggunaan jam inspeksi sebagai cost driver. Korelasi merupakan
bagian penting dalam pemilihan cost driver. Cost driver harus mencerminkan sumber
daya yang dikonsumsi.

3. Pengaruh cost driver terhadap perilaku


Pemilihan cost driver juga harus mempertimbangkan pengaruh dari cost driver tersebut
terhadap perilaku individu dalam perusahaan, terutama apabila cost driver tersebut
digunakan untuk penilaian prestasi.

Cost driver yang digunakan dalam ABC Systems sangat bergantung pada tingkat
keakurasian biaya yang diharapkan yang akan dilaporkan dan tingkat diversifikasi produk
yang diproduksi. Semakin tinggi tingkat keakuratan yang diharapkan dan semakin besar
tingkat diversifikasi produk, maka semakin banyak cost driver yang harus digunakan.
Penerapan dan pemahaman yang tidak tepat mengenai cost driver akan menyebabkan
kegagalan dalam ABC system.

Cost driver sebagai activity driver. “Activity driver merupakan suatu dasar yang
digunakan untuk mengalokasikan biaya dari suatu ke produk, pelanggan, atau objek biaya
final (final cost object) lainya”(Carter ,2009:529) Menurut Islahuzzaman (2011:43), cost
driver adalah faktor-faktor yang menyebabkan perubahan biaya aktivitas. Cost driver
merupakan faktor yang dapat diukur yang digunakan untuk membebankan biaya ke
aktivitas dan dari aktivitas ke aktivitas lainnya. Ada dua jenis cost driver yaitu :
1.Driver sumber daya (resources driver) merupakan ukuran kuantitas sumber daya yang
dikonsums oleh aktivitas. Cost driver ini digunakan untuk membebankan biaya sumber daya
yang dikonsumsi oleh aktivitas ke cost pool. Contoh resources driver adalah persentase dari
total yang digunakan oleh suatu aktivitas

2.Driver aktivitas (activity driver), adalah ukuran frekuensi dan intensitias permintaan
terhadap suatu aktivitas berdasarkan objek biaya. Driver aktivitas digunakan untuk
membebankan biaya dari cost pool ke obyek biaya. Contoh activity driver adalah jumlah
suku cadang yang digunakan dalam produk akhir untuk mengukur konsumsi aktivitas
penanganan bahan untuk setiap produk.

CONTOH SOAL
PT. Sentosa Jaya Tbk adalah perusahaan yang menghasilkan dan menjual produk dalam 2 jenis
berbeda yaitu Jenis AB dan BC. Data Keuangan yang terhimpun untuk kedua jeniS produk
tersebut adalah sebagai berikut :
Produk
Keterangan
AB BC
Volume Produksi ( Unit ) 5.000 20.000
Biaya Utama ( Rp ) 3.000 1.500
Dan akuntan manajemen mengidentifikasikan aktivitas cost pool yang dianggarkan dan Aktivitas
sebagai berikut :
Aktivitas Anggaran Cost Pool Aktivitas
Rekayasa Rp150.000 Jam
Setup 500.000 Jam
Perputaran Mesin 1.500.000 Jam
Pengemasan 100.000 Jumlah
Dan berikut ini aktivitas yang sesungguhnya untuk kedua jenis produk :
Konsumsi / Realisasi
Aktivitas Total
AB BC
Rekayasa 6.000 9.000 15.000
Setup 400 600 1.000
Perputaran Mesin 50.000 100.000 150.000
Pengemasan 5.000 20.000 25.000
Diminta :
Hitunglah biaya per unit produk AB dan BC dengan sistem ABC ?
Jawab :
Sistem ABC ( Activity Based Costing )

Aktivitas Total Biaya Konsumsi Aktivitas Tarif Aktivitas


Rekayasa 150.000 15.000 Rp10
Setup 500.000 1.000 Rp500
Perputaran Mesin 1.500.000 150.000 Rp10
Pengemasan 100.000 25.000 Rp4
Biaya Overhead yang dibebankan ke masing – masing produk sebagai berikut :
A.Produk AB
Aktivitas Tarif Jumlah BO Total BO / Unit
Rekayasa Rp10 6.000 60.000 Rp10
Setup Rp500 400 200.000 Rp500
Perputaran Mesin Rp10 50.000 500.000 Rp10
Pengemasan Rp4 5.000 20.000 Rp4
780.000 Rp.524
B.Produk BC
Aktivitas Tarif Jumlah BO Total BO / Unit
Rekayasa Rp10 9.000 90.000 Rp10
Setup Rp500 600 300.000 Rp500
Perputaran Mesin Rp10 100.000 1.000.000 Rp10
Pengemasan Rp4 20.000 80.000 Rp4
1.470.000 Rp524
Menghitung biaya per unit menggunakan metode ABC :
Keterangan Produk AB Produk BC
Biaya Utama 15.000.000 30.000.000
Biaya Overhead 2.620.000 10.480.000
Total Biaya 17.620.000 40.480.000
Unit diproduksi 5.000 20.000
Biaya / Unit 3.524 2.024

Biaya Utama= Volume Produksi X Biaya Utama


Biaya Overhead= Volume Produksi X BO/Unit

Anda mungkin juga menyukai