Kelas : 21AK4
NIM : 3012111108
Definisi
Activity based costing(ABC) telah dikembangkan pada organisasi sebagaisuatu solusi untuk
masalah yang tidak dapat diselesaikan dengan baik oleh sistembiaya tradisional. Berikut ini adalah
beberapa definisi yang di kemukakanbeberapa ahli mengenai activity based costing :
Amin Widjaja (1995), mengatakan activity based costing tidak hanyamemberikan kalkulasi
biaya produk yang lebih akurat, tetapi juga memberikankalkulasi apa yang menimbulkan biaya dan
bagaimana mengelolanya, sehinggajuga dikenal sebagai sistem manajemen yang pertama.
Menurut Supriyono (2002), activity based costing merupakan sistem yangterdiri dari 2 tahap
yaitu pertama melacak biaya pada berbagai aktivitas, dankemudian kedua adalah melacak biaya ke
berbagai produk.
Menurut Mulyadi (2007), activity based cost system adalah sistem informasibiaya berbasis
aktivitas yang didesain untuk memotivasi personel dalammelakukan pengurangan biaya dalam jangka
panjang melalui pengelolaanaktivitas.
Dalam kamus istilah ekonomi, activity based costing (ABC) merupakanpendekatan perhitungan
analisis biaya yang membantu manajemen untukmenganalisis dasar perhitungan biaya secara lebih
bermanfaat, menginformasikanaktivitas seluruh bagian organisasi yang memberikan gambaran lebih
jelasterhadap hubungan antara aktivitas dan biaya.
Tahapan
Menurut Supriyono (2002:231) ada 2 tahap pada ABC System, tahap pertama terdiri dari 4
langkah yakni penggolongan ke berbagai aktivitas, pengasosiasian berbagai biaya dengan berbagai
aktivitas, penentuan kelompok biaya yang homogen (cost pool) dan penentuan tarifkelompok (pool
rate). Sedangkan pada tahap kedua meliputi pelacakan biaya ke berbagai produk.
Asumsi Dasar
Menurut Cooper dan Kaplan (1991) ada 2 asumsi dasar yang mendasari ABC System:
1. Kegiatan menyebabkan timbulnya biaya ABC System dimulai dari anggapan bahwa sumber
daya tidak langsung menyediakan kemampuan untuk melakukan aktivitas bukan hanya sekedar
menyebabkan timbulnya biaya yang harus dialokasikan.
2. Produk dan pelanggan menyebabkan munculnya permintaan dan aktivitas Untuk membuat
produk diperlukan berbagai aktivitas dan tiap aktivitas perlu sumber daya dalam
pelaksanaannya.
Kondisi yang mendasari penerapan ABC System, dalam perusahaan manufaktur dan juga
perusahaan jasa menurut Supriyono (2002) di golongkan ke dalam tiga kelompok
Manfaat
Menurut Cooper dan Kaplan (1991), terdapat tiga manfaat Activity Based Costing systems bagi
manajemen perusahaan
1. Improved Decision. Perhitungan biaya produk dengan menggunakan Activity Based Costing
systems menghasilkan informasi yang lebih akurat, sehingga manajemen perusahaan dapat
mengambil keputusan dengan tepat karena terhindar dari distorsi yang terjadi pada perhitungan
biaya produk menggunakan sistem tradisional.
3. Ease of Determining Relevant Cost. Activity Based Costing systems mengurangi kebutuhan
untuk melaksanakan pembelajaran khusus mengenai analisa yang lebih mendalam untuk
mendapatkan informasi yang relevan dalam rangka keputusan tertentu dengan meningkatkan
akurasi dari laporan biaya produk dan menghasilkan biaya secara terpisah dari keempat kategori
aktivitas.
Keunggulan dan Kekurangan
Beberapa keunggulan dari sistem biaya Activity Based Costing dalam penentuan biaya produksi adalah
sebagai berikut
Disamping terdapat kelebihan juga memiliki beberapa kelemahan yang pada umumnya cenderung
dihadapi manajemen, yaitu :
Menurut Cooper dan Kaplan, hirarkhi aktivitas dari activity based costing terdiri atas empat komponen
yaitu tingkatan unit, batch, produk, pabrik.
1. Tingkatan unit. Biaya pada tingkatan unit adalah biaya yang akan bertambah besar jika produksi
ditingkatkan. Biaya ini merupakan satu-satunya biaya yang dapat dialokasikan secara akurat
terhadap setiap unit sebanding dengan volumenya. Contoh biaya dari tingkat unit ini adalah
biaya listrik jika mesin menggunakan listrik di dalam memproduksi produk dan biaya tenaga
kerja pemeriksa jika setiap unit yang diproduksi harus diperiksa oleh tenaga kerja. Biaya ini
merupakan biaya variable ini yang sangat berfluktuasi sejalan dengan fluktuasi produksi.
Pengendara tingkat unit (unit tingkat drivers) adalah ukuran dari berbagai aktivitas yang
bervariasi terhadap volume produksi.
2. Tingkatan batch. Tingkatan agregasi yang lebih tinggi berikutnya adalah tingkatan batch. Biaya
tingkat batch adalah semua biaya yang timbul karena disebabkan oleh jumlahbatch yang
diproduksi dan dijual. Contohnya biaya tingkat batch ini adalah biaya tatanan produksi atau
biaya pendirian dan biaya penanganan bahan-bahan yang akan dimasukkan kedalam proses
produksi. Jika biaya pesanan muncul dari pemasok karena adanya batch maka sebagian biaya
untuk mendapatkan bahan akan berada biaya pada tingkatan batch. Jika unit pertama yang
seringkali dijadikan sampel deperiksa maka biaya pemeriksaan ini juga termasuk biaya pada
tingkatan batch.
3. Tingkatan produk. Tingkatan ini merupakan tingkatan yang lebih tinggi lagi dan berada pada
satu tingkatan di atas tingkatan batch. Biaya pada tingkatan produk adalah semua biaya yang
timbul karena digunakan untuk mendukung jumlah yang berberda-beda dari produk yang
diproduksi. Tingkatan ini tidak depengaruhi oleh produksi dan oleh penjualan batch atau unit.
Contohnya dari biaya tingkatan produk ini adalah serta merekayasa produk, biaya
pengembangan produk, membuat proto tipe produk serta merekayasa produksi. Jika tenaga kerja
yang ditugaskan untuk memproduksi perlu menjalani latihan sebelum melakukan aktivitas
produksi maka biaya latihan ini akan dimasukkan sebagai biaya tingkatan produk.
4. Tingkatan pabrik. Beberapa tingkat biaya dan pengendara (drivers) dapat muncul diatas tingkat
produk. Hal ini meliputi tingkat lini produk, tingkat proses dan tingkat pabrik. Sebagian besar
aplikasi ABC menyadari hanya satu tingkat yaitu tingkat pabrik (plant tingkat). Biaya tingkat
pabrik (plant tingkat cost) adalah biaya untuk menompang kapasitas pada suatu tempat
perusahaan. Contoh dari biaya ini dan asuransi bangunan. Sedangkat ruangan kantor yang
ditempati seringkali disebut sebagai pengendara tingkat pabrik (plant tingkat drivers) untuk
menghubungkan dengan biaya tingkat pabrik.
Beberapa perbandingan antara sistem biaya tradisional dan sistem biaya Activity Based Costing yang
dikemukakan oleh Amin Widjaja adalah sebagai berikut
1. Sistem biaya ABC menggunakan aktivitas-aktivitas sebagai pemacu biaya driver untuk
menentukan seberapa besar konsumsi overhead dari setiap produk. Sedangkan sistem biaya
tradisional mengalokasikan biaya overhead secara arbitrer berdasarkan satu atau dua basis
alokasi yang non reprersentatif.
2. Sistem biaya ABC memfokuskan pada biaya, mutu dan faktor waktu. Sistem biaya tradisional
terfokus pada performansi keuangan jangka pendek seperti laba. Apabila sistem biaya
tradisional digunakan untuk penentuan harga dan profitabilitas produk, angka-angkanya tidak
dapat diandalkan.
3. Sistem biaya ABC memerlukan masukan dari seluruh departemen persyaratan ini mengarah ke
integrasi organisasi yang lebih baik dan memberikan suatu pandangan fungsional silang
mengenai organisasi.
4. Sistem biaya ABC mempunyai kebutuhan yang jauh lebih kecil untuk analisis varian dari pada
sistem tradisional , karena kelompok biaya (cost pools) dan pemacu biaya (cost driver) jauh
lebih akurat dan jelas, selain itu ABC dapat menggunakan data biaya historis pada akhir periode
untuk menghilang biaya aktual apabila kebutuhan muncul.