Anda di halaman 1dari 9

RESUME

ACTIVITY BASED COSTING

Dosen Pengampu:
Ibnu Austrindanney Sina Azhar, S.E., M.Si.

Mata Kuliah :
Akuntansi Manajemen

Disusun oleh :

Kenzie Breezent Halim (200502097)

DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2021/2022

1
DAFTAR ISI

A. Definisi ................................................................................................................... 3
B. Tahapan .................................................................................................................. 4
C. Asumsi Dasar ......................................................................................................... 4
D. Kondisi Dalam Penerapan Asumsi ......................................................................... 4
E. Manfaat ................................................................................................................... 4
F. Kelebihan dan Kekurangan ..................................................................................... 5
G. Tingkatan Aktivitas Biaya ...................................................................................... 6
H. Perbedaan Sistem Biaya Tradisional dengan ABC ................................................. 7
I. Daftar Pustaka ……………………………………………………………………… 9

2
A. Definisi
Activity based costing telah dikembangkan pada organisasi sebagai suatu solusi untuk
masalah-masalah yang tidak dapat diselesaikan dengan baik oleh sistem biaya tradisional.
Berikut ini adalah beberapa definisi yang di kemukakan beberapa ahli mengenai activity
based costing:
1. Menurut Mulyadi (2003:40) Activity Based Costing systems (ABC systems) adalah:
“Activity Based Costing adalah sistem informasi biaya yang berorientasi pada penyediaan
informasi lengkap tentang aktivitas untuk memungkinkan personel perusahaan melakukan
pengelolaan terhadap aktivitas. Sistem informasi ini menggunakan aktivitas sebagai basis
serta pengurangan biaya dan penentuan secara akurat biaya produk atau jasa sebagai tujuan.
Sistem informasi ini diterapkan dalam perusahaan manufaktur, jasa, dan dagang”.
2. Garrison dan Noreen (2003:316) mendefinisikan Activity Based Costing sebagai berikut:
“Activity Based Costing is a costing method that is designed to provide managers cost
information for strategic and other decision that potentially affect capacity and therefore
‘fixed’ costs”. Menurut Hansen dan Mowen (2003:122) adalah: “Activity Based Costing
systems first trace cost to activities then to product….”.
3. Hilton, Maher, dan Selto (2006:14) memberikan pengertian Activity Based Costing
sebagai berikut: “Activity Based Costing or ABC is a costing method that first assigns costs
to activies and then to goods services based on how much each good or service use the
activities”.

Berdasarkan definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa Activity Based Costing


adalah suatu pendekatan terhadap sistem akuntansi yang memfokuskan pada aktivitas yang
dilakukan untuk memproduksi produk, dimana aktivitas tersebut merupakan titik akumulasi
biaya yang mendasar. Perhitungan biaya berdasarkan aktivitas ini didasarkan pada konsep
produk yang mengkonsumsi aktivitas dan aktivitas mengkonsumsi sumber daya. Dengan
metode ini diharapkan manajemen dapat mengurangi atau bahkan menghilangkan aktivitas-
aktivitas yang tidak bernilai tambah (aktivitas yang dipertimbangkan tidak memberi
kontribusi terhadap nilai pelanggan atau terhadap kebutuhan organisasi).

3
B. Tahapan
Menurut Supriyono (2002:231) ada 2 tahap pada ABC System, tahap pertama terdiri
dari 4 langkah yakni penggolongan ke berbagai aktivitas, pengasosiasian berbagai biaya
dengan berbagai aktivitas, penentuan kelompok biaya yang homogen (cost pool) dan
penentuan tarifkelompok (pool rate). Sedangkan pada tahap kedua meliputi pelacakan biaya
ke berbagai produk.

C. Asumsi Dasar
Menurut Cooper dan Kaplan (1991) ada 2 asumsi dasar yang mendasari ABC System.
1. Kegiatan menyebabkan timbulnya biaya ABC System dimulai dari anggapan bahwa
sumber daya tidak langsung menyediakan kemampuan untuk melakukan aktivitas bukan
hanya sekedar menyebabkan timbulnya biaya yang harus dialokasikan.
2. Produk dan pelanggan menyebabkan munculnya permintaan dan aktivitas untuk
membuat produk diperlukan berbagai aktivitas dan tiap aktivitas perlu sumber daya
dalam pelaksanaannya.

D. Kondisi Dalam Penerapan Asumsi


Kondisi yang mendasari penerapan ABC System, dalam perusahaan manufaktur dan
juga perusahaan jasa menurut Supriyono (2002) di golongkan ke dalam tiga kelompok.
1. Perusahaan menghasilkan lebih dari satu produk jual.
2. Biaya yang berbasis non unit harus merupakan prosentase signifikan dari biaya
overhead.
3. Rasio konsumsi masing-masing aktivitas dari tiap produk yang dijual berbeda.

E. Manfaat
Menurut Cooper dan Kaplan (1991), terdapat tiga manfaat Activity Based Costing
systems bagi manajemen perusahaan.
1. Improved Decision

4
Perhitungan biaya produk dengan menggunakan Activity Based Costing systems
menghasilkan informasi yang lebih akurat, sehingga manajemen perusahaan dapat
mengambil keputusan dengan tepat karena terhindar dari distorsi yang terjadi pada
perhitungan biaya produk menggunakan sistem tradisional.
2. Continuous Improvement Activities to Reduce Overhead Costs
Dalam penerapan Activity Based Costing systems penghematan biaya secara signifikan
dapat dilakukan dengan cara penanganan bahanbaku secara lebih efisien tanpa harus
menurunkan harga beli bahanbaku, mengurangi biaya set up dan membuat penjadwalan
produksi. Dengan disertai perbaikan aktivitas secara terus menerus dan penggunaan
informasi yang lebih akurat maka seharusnya penghematan biaya tersbut dapat tercapai.
3. Ease of Determining Relevant Cost
Activity Based Costing systems mengurangi kebutuhan untuk melaksanakan
pembelajaran khusus mengenai analisa yang lebih mendalam untuk mendapatkan
informasi yang relevan dalam rangka keputusan tertentu dengan meningkatkan akurasi
dari laporan biaya produk dan menghasilkan biaya secara terpisah dari keempat kategori
aktivitas.

F. Keunggulan dan Kekurangan


Beberapa keunggulan dari sistem biaya Activity Based Costing dalam penentuan biaya
produksi adalah sebagai berikut:
1. Biaya produk yang lebih realistik.
2. Semakin banyak overhead dapat ditelusuri ke produk. Analisis sistem biaya ABC itu
sendiri memberi perhatian pada semua aktivitas sehingga biaya aktivitas yang non lantai
pabrik dapat ditelusuri.
3. Sistem biaya ABC mengakui bahwa aktivitaslah yang menyebabkan biaya bukanlah
produk, dan produklah yang mengkonsumsi aktivitas.
4. Sistem biaya ABC memfokuskan perhatian pada sifat riil dari perilaku biaya dan
membantu dalam mengurangi biaya dan mengidentifikasi aktivitas yang tidak
menambah nilai terhadap produk.

5
5. Sistem biaya ABC mengakui kompleksitas dari diversitas produksi yang modem dengan
menggunakan banyak pemacu biaya (multiple cost drivers), banyak dari pemacu biaya
tersebut adalah berbasis transaksi (transaction-based) dari pada berbasis volume produk.
6. Sistem biaya ABC memberikan suatu indikasi yang dapat diandalkan dari biaya produk
variabel jangka panjang yang relevan terhadap pengambilan keputusan yang strategik.
7. Sistem biaya ABC cukup fleksibel untuk menelusuri biaya ke proses, pelanggan, area
tanggungjawab manajerial, dan juga biaya produk.
Disamping terdapat kelebihan juga memiliki beberapa kelemahan yang pada umumnya
cenderung dihadapi manajemen, yaitu:
1. Di dalam implementasinya ABC relatif sulit direalisasikan
2. Dalam implemetasinya sering mengabaikan aktivitas proses produksi karena tuntutan
adanya usaha pengurangan biaya aktivitas.
3. Penerapan ABC cenderung menimbulkan pertentangan antara manajemen dengan
pekerja karena adanya efeseiensi biaya yang amat ketat.
4. Karena laporan keuangan sifatnya timeliness maka ABC sulit dilaksanakan karena
adanya kendala periode waktu.

G. Tingkatan Aktivitas Biaya


Menurut Cooper dan Kaplan, hirarkhi aktivitas dari activity based costing terdiri atas
empat komponen yaitu tingkatan unit, batch, produk, pabrik.
1. Tingkatan unit
Biaya pada tingkatan unit adalah biaya yang akan bertambah besar jika produksi
ditingkatkan. Biaya ini merupakan satu-satunya biaya yang dapat dialokasikan secara
akurat terhadap setiap unit sebanding dengan volumenya. Contoh biaya dari tingkat unit
ini adalah biaya listrik jika mesin menggunakan listrik di dalam memproduksi produk
dan biaya tenaga kerja pemeriksa jika setiap unit yang diproduksi harus diperiksa oleh
tenaga kerja. Biaya ini merupakan biaya variable ini yang sangat berfluktuasi sejalan
dengan fluktuasi produksi. Pengendara tingkat unit (unit tingkat drivers) adalah ukuran
dari berbagai aktivitas yang bervariasi terhadap volume produksi.
2. Tingkatan batch

6
Tingkatan agregasi yang lebih tinggi berikutnya adalah tingkatan batch. Biaya tingkat
batch adalah semua biaya yang timbul karena disebabkan oleh jumlahbatch yang
diproduksi dan dijual. Contohnya biaya tingkat batch ini adalah biaya tatanan produksi
atau biaya pendirian dan biaya penanganan bahan-bahan yang akan dimasukkan kedalam
proses produksi. Jika biaya pesanan muncul dari pemasok karena adanya batch maka
sebagian biaya untuk mendapatkan bahan akan berada biaya pada tingkatan batch. Jika
unit pertama yang seringkali dijadikan sampel deperiksa maka biaya pemeriksaan ini
juga termasuk biaya pada tingkatan batch.
3. Tingkatan produk
Tingkatan ini merupakan tingkatan yang lebih tinggi lagi dan berada pada satu tingkatan
di atas tingkatan batch. Biaya pada tingkatan produk adalah semua biaya yang timbul
karena digunakan untuk mendukung jumlah yang berberda-beda dari produk yang
diproduksi. Tingkatan ini tidak depengaruhi oleh produksi dan oleh penjualan batch atau
unit. Contohnya dari biaya tingkatan produk ini adalah serta merekayasa produk, biaya
pengembangan produk, membuat proto tipe produk serta merekayasa produksi. Jika
tenaga kerja yang ditugaskan untuk memproduksi perlu menjalani latihan sebelum
melakukan aktivitas produksi maka biaya latihan ini akan dimasukkan sebagai biaya
tingkatan produk.
4. Tingkatan pabrik
Beberapa tingkat biaya dan pengendara (drivers) dapat muncul diatas tingkat produk.
Hal ini meliputi tingkat lini produk, tingkat proses dan tingkat pabrik. Sebagian besar
aplikasi ABC menyadari hanya satu tingkat yaitu tingkat pabrik (plant tingkat). Biaya
tingkat pabrik (plant tingkat cost) adalah biaya untuk menompang kapasitas pada suatu
tempat perusahaan. Contoh dari biaya ini dan asuransi bangunan. Sedangkan ruangan
kantor yang ditempati seringkali disebut sebagai pengendara tingkat pabrik (plant tingkat
drivers) untuk menghubungkan dengan biaya tingkat pabrik.

H. Perbedaan Sistem Biaya Tradisional dengan Sistem Biaya ABC


Beberapa perbandingan antara sistem biaya tradisional dan sistem biaya Activity
Based Costing yang dikemukakan oleh Amin Widjaja adalah sebagai berikut.

7
1. Sistem biaya ABC menggunakan aktivitas-aktivitas sebagai pemacu biaya driver untuk
menentukan seberapa besar konsumsi overhead dari setiap produk. Sedangkan sistem
biaya tradisional mengalokasikan biaya overhead secara arbitrer berdasarkan satu atau
dua basis alokasi yang non reprersentatif.
2. Sistem biaya ABC memfokuskan pada biaya, mutu dan faktor waktu. Sistem biaya
tradisional terfokus pada performansi keuangan jangka pendek seperti laba. Apabila
sistem biaya tradisional digunakan untuk penentuan harga dan profitabilitas produk,
angka-angkanya tidak dapat diandalkan.
3. Sistem biaya ABC memerlukan masukan dari seluruh departemen persyaratan ini
mengarah ke integrasi organisasi yang lebih baik dan memberikan suatu pandangan
fungsional silang mengenai organisasi.
4. Sistem biaya ABC mempunyai kebutuhan yang jauh lebih kecil untuk analisis varian
dari pada sistem tradisional , karena kelompok biaya (cost pools) dan pemacu biaya
(cost driver) jauh lebih akurat dan jelas, selain itu ABC dapat menggunakan data biaya
historis pada akhir periode untuk menghilang biaya aktual apabila kebutuhan muncul.

8
DAFTAR PUSTAKA

Kaplan, Robert S. and Robin Cooper. 1991. The Design of Cost System. 1st ed. New Jersey:
Prentice Hall International Inc

Mulyadi. 2007. Activity-Based Cost System. Yogyakarta: UPP STIM YKPN.

Supriyono. 2002. Akuntansi Biaya dan Akuntansi Manajemen Untuk Teknologi Maju dan
Globalisasi. Edisi Dua. Yogyakarta: Penerbit BPFE Yogyakarta.

Tunggal, Amin Widjaja. 1995. Activity-Based Costing : Untuk Manufakturing dan Pemasaran.
Jakarta: Harvarindo

Anda mungkin juga menyukai