2. Model Boumol
Ketiga Model ini berorientasi kepada masalah yang sama yaitu terdapatnya trade off antara
kekurangan dan kelebihan Kas bagi Perusahaan.
a. Model Kas Sebagai Persediaan Barang
Metode yang paling mendasar dalam menunjukkan kebutuhan rata rata kebutuhan kas
adalah seperti konsep Economic order quantity (EOQ), adapun tujuan dari model ini adalah
menyeimbangkan pendapatan yang hilang yang dialami oleh perusahaan yang memegang
Kas, bukannya sekuritas yang dapat diperjual belikan dibandingkan dengan biaya transaksi
dalam mengubah sekuritas menjadi kas.
Dimana:
C* =
= 50.000.-
Jumah C* = Rp 50000,- ini secara grafik dapat diperjelaskan pada gambar berikut
Dari Gambar tersebut terlihat jumlah konversi surat berharga optimal sebesar Rp.
50.000,- terjadi pada total biaya terendah . untuk membuktikan bahwa tingkat konversi surat
berharga sebesar Rp. 50.000,- adalah optimal mempunyai total biaya terendah dapat dilihat
pada table berikut
Dari table diatas dapat dilihat bahwa jika konversi surat berharga dalam kas
dilakukan selama 5 kali sebesar 50000,- untuk setiap konversi , maka total biayanya akan
minimum dibandingkan dengan jumlah konversi surat berharga lainnya.
b. Model Persediaan (Model Baumol)
William Baumol (1952) mengidentifikasikan bahwa kebutuhan akan kas dalam
perusahaan mirip dengan pemakaian persediaan. Apabila perusahaan memiliki saldo kas
yang tinggi, perusahaan akan mengalami kehilangan kesempatan untuk menginvestasikan
dana tersebut pada kesempatan investasi yang lain yang lebih menguntungkan (sebaliknya).
Maka model kas sebagai persediaan barang dapat dimodifikasi sebagai model baumol.
Dengan demikian model boumel adalah identic dengam model persediaan kecuali untuk
biaya penyimpanan kasnya diganti dengan tingkat suku bunga.
Jumlah konversi surat berharga yang optimal menurut model Baumol ini adalah:
Sebagai ilustrasi misalkan tingkat suku bunga (i) untuk surat berharga adalah 5% dan
biaya konversi surat berharga adalah Rp 100,- sedangkan jumlah kebutuhan kas selama satu
tahun adalah Rp. 6.000.000,- jumlah persediaan kas yang optimal adalah :
= 154.919,-
Dari model ini kita ketahui bahwa jumlah kas optimal yang harus dikonversikan
bervariasi secara langsung dengan akar dari total kebutuhan dan biaya tetap konversi, dan
berbanding terbalik dengan tingkat suku bunga. Ini menunjukan bahwa dengan semakin
bertambahnya jumlah kebutuhan kas dalam satu periode, semakin bertambah pula jumlah
konversi surat berharga. Sebaliknya kenaikan tingkat suku bunga menyebabkan peluang
untuk mendapatkan pendapatan bungan semakin besar,karena semakin kecil jumlah surat
berharga yang ingin dikonversikan.
Gambar : Fluktuasi Saldo Kas
Formula dari model kas Miller –orr adalah:
Dimana Keterangan :
TK = Titik Kembali yang merupakan saldo kas yang kas optimal
b = Biaya transaksi pembelian
= Variance Arus kas harian
i = Tingkat suku bungan harian pada surat berharga
BB = Batas bawah saldo Kas
Sedangkan jumlah untuk Batas Atas adalah
BA= 3 TK - 2BB
Dimana saldo untuk batas bawah (BB) ditentukan oleh perusahaan sabagia ilustrasi misalkan
perusahaan mempunyai data sebagai berikut:
· Batas bawah untuk saldo kas adalah Rp.1000
· Biaya transaksi konversi surat berharga ke dalam kas atau sebaliknya = Rp 50,- untuk setiap
kali transaksi
Dengan data diatas maka besarnya titik kembali dihitung dengan model miller –orr adalah:
= 493,24 + 1000 = 1.493,24
Sedangkan Nilai Batas Atas adalah :
BA = 3 TK – 2BB
= 3(1.493,24) – 2 (1.000)
= 4.479,72 – 2000
= 2.479,72
Dari perhitungan ini dapat diketahui keputusan investasi yang harus diambil perusahaan
yaitu : Jika Saldo kas meningkat sampai sebesar Rp 2.479,24 – Rp 1.493,24 = Rp 986,48
sedangkan jika saldo kas berkurang sampai dibatas bawah yaitu Rp 1000 perusahaan harus
menjual surat berharga sebesar Rp 493,24 agar saldo kas kembali ke tingkat titik kembali ,
yaitu Rp 1.493,24. Jika saldo kas berfluktuasi diantara batas atas dan batas
bawah ,perusahaan tidak perlu melakukan transaksi jual beli.
Gambar : Batas Pengawasan Kas