Anda di halaman 1dari 29

BAB III

MANAJEMEN KAS DAN SURAT BERHARGA

A. Pengertian Kas
Kas merupakan salah satu bagian dari aktiva yang memiliki sifat paling
lancar (paling likuid) dan paling mudah berpindah tangan dalam suatu transaksi.
Transaksi tersebut misalnya untuk pembayaran gaji atau upah pekerja, membeli
aktiva tetap, membayar hutang, membayar dividen dan transaksi lain yang
diperlukan perusahaan.
Kas ini merupakan aktiva yang tidak dapat menghasilkan "laba", dalam arti
tidak bisa untuk mendapatkan laba secara langsung dalam operasi perusahaan.
Oleh karena itu, perlu dilakukan usaha pengelolaan (manajemen) kas yang efektif
dan efisien sehingga pemanfaatan kas tersebut dapat optimal.
Pada dasarnya, perusahaan akan membutuhkan/menyimpan uang kas
dengan tiga tujuan. :
Pertama, kebutuhan kas untuk transaksi. Kebutuhan kas untuk transaksi ini
perlukan dalam pelaksanaan operasi usaha perusahaan. Kegiatan perusahaan
sehari-hari seperti pembayaran upah, pembelian bahan baku, biaya administrasi dan
biaya kantor.
Kedua, kebutuhan kas untuk berjaga-jaga. Kebutuhan kas untuk berjaga-
jaga ini dimaksudkan untuk mengantisipasi aliran kas masuk dan keluar yang tidak
kontinyu dan sulit diperkirakan.
Ketiga, kebutuhan kas untuk berspekulasi. Kebutuhan kas untuk spekulasi
dimaksudkan agar perusahaan dapat memanfaatkan kesempatan apabila ada
barang yang dapat dibeli secara lebih murah.

B. Persediaan Kas Minimal


Ketersediaan kas dalam perusahaan merupakan hal yang mutlak. Setiap
saat, perusahaan harus memiliki persediaan kas minimal yang harus ada atau sering
disebut persediaan besi (safety cash).
Persediaan kas minimal ini bertujuan untuk menjaga agar kelangsungan
operasi perusahaan tetap terjamin dan dapat memenuhi kewajiban finansial
perusahaan apabila sewaktu-waktu harus dibayar. Kewajiban finansial ini dapat

76
77

berupa hutang lancar maupun biaya-biaya baik biaya tetap maupun biaya variabel
yang harus segera harus dibayar untuk kelangsungan operasi perusahaan.
Jumlah uang kas minimal yang harus ada di perusahaan berbeda-beda
antara perusahaan yang satu dengan lainnya. Hal ini sangat tergantung pada besar
kecilnya perusahaan dan kemampuan perusahaan.
Di samping itu kas minimal juga tergantung pada prediksi besarnya aliran kas
masuk dan kas keluar beserta penyimpangannya. Prediksi aliran kas keluar perlu
mempertimbangkan adanya biaya yang keluar secara tunai dan biaya yang tidak
tunai.
Dalam perencanaan kas, biaya yang tidak tunai seperti penyusutan tidak
diperhitungkan dalam menentukan jumlah kas minimal perusahaan.
Akhirnya, hubungan baik dengan pihak perbankan, suplier dan perantara
juga akan mempengaruhi besarnya persediaan kas minimal yang harus dijaga oleh
perusahaan.

C. Model Manajemen Kas


Model manajemen kas yang terkenal adalah model yang dikemukakan oleh
William Baumol (Weston dan Brigham, 1998). Pertama-tama Baumol mencatat
bahwa saldo kas yang ada dalam perusahaan diperlakukan sama dengan
persediaan barang. Model Economic Order Quantity (EOQ) yang digunakan untuk
menghitung pesanan barang yang paling ekonomis. Konsep EOQ ini juga berlaku
dalam perhitungan persediaan kas yang paling ekonomis atau saldo kas yang
ditargetkan.
Model Baumol ini mengasumsikan bahwa perusahaan menggunakan kas
dengan pola yang konstan baik kebutuhan kas, aliran kas masuk maupun aliran kas
keluarnya. Misalnya rencana penggunaan kas suatu perusahaan selama seminggu
sebesar Rp. 5.000.000,00. Aliran kas masuk diperkirakan sebesar Rp. 4.000.000,00
per minggu. Oleh karena itu kebutuhan kas bersih atau kas keluar bersih sebesar
Rp. 5.000.000,00 – Rp. 4.000.000,00 = Rp. 1.000.000,00. Keadaan posisi kas
tersebut akan terlihat pada gambar 5 berikut:
78

Saldo kas Rp
Kas maksimum
sebesar C =
3.000.000,00

Kas rata-rata
sebesarC/2 =
1.500.000,00

Kas akhir 0 3 6 9 minggu

Gambar 5 : Saldo kas menurut model Baumol

Gambar 5 menunjukkan bahwa apabila perusahaan ini mulai bekerja (awal


waktu) dengan saldo kas sebesar C = Rp. 3.000.000,00 (saldo kas maksimum), dan
jika kas keluar bersih per minggu sebesar Rp. 1.000.000,00, maka saldo kasnya
akan menjadi nol pada akhir minggu ketiga. Rata-rata saldo kas yang ada sebesar
C/2 = Rp. 1.500.000,00. Pada awal minggu ketiga, perusahaan harus mengisi
kasnya kembali dengan jumlah yang tetap yaitu sebesar Rp. 3.000.000,00.
Demikian seterusnya.
Apabila jumlah kas maksimum dinaikkan menjadi Rp. 6.000.000,00 dan
kebutuhan kas keluar bersih tetap sebesar Rp. 1.000.000,00 per minggu, maka
jangka waktu pemakaiannya akan lebih lama yaitu selama 6 minggu. Dengan
demikian saldo kas rata-ratanya akan naik menjadi Rp. 6.000.000,00/2 = Rp.
3.000.000,00.
Oleh karena itu perlu ditentukan berapa besarnya jumlah kas yang optimal bagi
perusahaan. Baumol memberikan formula untuk menentukan jumlah kas yang optimal
dengan konsep EOQ tersebut di atas, yaitu:

2 ( F ) (T )
C =
k
di mana:
C = jumlah kas yang optimal
F = biaya tetap untuk memperoleh pinjaman atau menjual sekuritas
T = jumlah kas untuk transaksi selama periode tertentu
k = biaya kesempatan dari kas yang dimiliki. Biaya kesempatan merupakan
penghasilan yang seharusnya dapat diperoleh dari kas yang menganggur.
79

Contoh :
Suatu perusahaan mengeluarkan biaya tetap berupa bunga per tahun sebesar Rp
150.000. Jumlah kebutuhan kas untuk kegiatan perusahaan per minggu sebesar Rp
1.000.000, sehingga setahun = 52 x Rp 1.000.000 = Rp 52.000. 000,-. Besarnya
penghasilan investasi yang diharapkan sebesar 15% per tahun. Sehingga jumlah kas
optimal yang diperlukan perusahaan adalah:

2 ( F ) (T )
C =
k
2 (150.000) (52.000.000)
C =
0,15
= Rp. 10.198.039

Jadi kas optimal perusahaan tersebut adalah sebesar Rp 10.198.039,-.


Jumlah frekuensi transaksi yang harus dilakukan sebanyak = T/C
= Rp 52.000.000/Rp 10.198.039 = 5,09 kali atau sebanyak 5 kali.
Sedangkan rata-rata saldo kas = C/2 = Rp 10.198.039 : 2 = Rp 5.099.020,-.

Dari contoh di atas, model Baumol jelas terlalu sederhana, terutama dengan
asumsi mengenai aliran kas masuk dan keluar yang dianggap konstan dan diperkirakan
dengan tepat tanpa mengindahkan adanya situasi musiman atau fluktuasi ekonomi.
Untuk mengatasi perubahan aliran kas masuk dan kas keluar yang tidak
konstan, dapat dilakukan dengan model Miller dan Orr. Model Miller dan Orr
merupakan model penentuan persediaan apabila aliran kas masuk dan keluar tidak
konstan.
Konsep Miller dan Orr ini mengatakan bahwa perusahaan harus menetapkan
jumlah saldo kas yang paling tinggi sebagai batas atas dan saldo kas terendah
sebagai batas bawah.
Apabila saldo kas telah mencapai batas atas, maka perusahaan hendaknya
merubah sebagian kas tersebut ke dalam bentuk surat berharga agar saldo kas
kembali pada jumlah yang ideal. Sebaliknya, apabila jumlah saldo kas telah mencapai
batas minimal (batas bawah), maka perusahaan dapat merubah sekuritas yang ada
menjadi kas sehingga mencapai jumlah saldo kas yang ideal.
80

Rumus model Miller dan Orr untuk menentukan jumlah saldo kas yang
optimal adalah sebagai berikut:

1/ 3
 3T  2 
Z =  
 4i 
di mana:
T = biaya tetap untuk melakukan transaksi.
2 = varian dari aliran kas masuk bersih sebagai penyebaran arus kas.
i = tingkat bunga harian untuk investasi pada surat berharga (sekuritas).

Nilai maksimal sebagai batas atas (diberi notasi H) adalah sebesar 3Z ( H =3Z).
Sedangkan rata-rata saldo kas kurang lebih sebesar (Z + H)/3. Adapun jumlah saldo
kas sebagai batas minimal besarnya adalah nol.
Kas (Rp)

o 0 1 2 3 4 5 Waktu

Gambar 6 : Batas-batas pengawasan kas model Miller dan Orr


Contoh :
Suatu perusahaan mengeluarkan biaya transaksi sebesar Rp 5.000 setiap kali
transaksi. Deviasi standar aliran kas masuk sebesar Rp 100.000. Tingkat bunga per
tahun sebesar 12%. Batas minimal kas yang tersedia sebagai batas bawah sebesar
nol rupiah. Satu tahun dihitung 360 hari. Maka jumlah persediaan kas yang
diinginkan perusahaan adalah:
1/ 3
 3T  2 
Z =  
 4i 
1/ 3
 3 (5.000) (100.000) 2 
Z =  
 4 (0,12 / 360) 
= Rp 482.745,-
Jadi jumlah kas yang diinginkan perusahaan sebesar Rp 482.745,-.
81

Nilai batas atas adalah H = 3Z yaitu = 3 (Rp 482.745) = Rp 1.448.235,-.

Batas atas jumlah kas tersebut menunjukkan batas maksimal kas yang
optimal tersedia di perusahaan. Ketika kas mencapai batas atas tersebut (Rp.
1.448.235), maka perusahaan harus merubah sebagian kas tersebut sebesar Rp.
965.490 (Rp.1.448.235 – Rp. 482.745) menjadi surat berharga agar saldo kas
kembali sebesar Rp. 482.475 sesuai dengan yang diinginkan perusahaan.
Sedangkan ketika kas perusahaan sampai batas minimal, dalam hal ini nol
rupiah, maka perusahaan harus menjual surat berharganya sebesar Rp. 482.475
agar saldo kas kembali ke jumlah Rp. 482.475 sesuai dengan yang diinginkan
perusahaan.

D. Anggaran Kas
Anggaran kas (cash budget} merupakan skedul yang menyajikan perkiraan
aliran kas masuk dan kas keluar suatu perusahaan selama periode tertentu pada
waktu yang akan datang.
Periode penyusunan anggaran kas ini dapat disusun untuk waktu tahunan,
triwulanan, bulanan, mingguan atau bahkan harian. Namun;, pada umumnya
perusahaan menggunakan anggaran kas bulanan yang disusun untuk jangka waktu
3 bulan, 6 bulan sampai 12 bulan.
Anggaran kas untuk jangka waktu yang lebih panjang digunakan untuk
perencanaan yang bersifat umum dan menyeluruh, sedangkan anggaran dalam
jangka waktu yang lebih pendek biasanya untuk pengendalian kas yang lebih riil dan
spesifik.
Fokus anggaran kas meliputi dua bagian yaitu penerimaan kas yang
direncanakan dan pengeluaran kas yang direncanakan. Merencanakan aliran uang
kas masuk dan kas keluar akan memberikan saldo posisi awal dan saldo akhir kas
yang direncanakan untuk suatu jangka waktu tertentu.
Perencanaan aliran uang kas masuk dan keluar akan menunjukkan:
1. Kebutuhan untuk membiayai kekurangan kas yang mungkin terjadi,
atau
2. Kebutuhan terhadap perencanaan investasi atas kelebihan uang pada
penggunaan yang mendatangkan keuntungan.
82

Karena anggaran kas menekankan arus kas masuk dan keluar pada saat
tertentu, oleh karena itu, tujuan adanya anggaran kas ini antara lain:

1. Membuat taksiran posisi kas pada setiap akhir periode dari kegiatan
operasi perusahaan baik periode bulanan ataupun tahunan.
2. Mengetahui adanya kelebihan atau kekurangan kas yang terjadi pada
periode tertentu.
3. Merencanakan besarnya kas untuk menutup kekurangan (defisit) yang
terjadi.
4. Menentukan besarnya kas untuk pembayaran-pembayaran dan kelebihan
kas yang dapat digunakan untuk melakukan investasi.
5. Mengetahui waktu kapan suatu pinjaman atau kewajiban lainnya harus
dibayar.

E. Penyusunan Anggaran Kas


Penyusunan anggaran kas akan memberikan gambaran kepada kita tentang
sumber-sumber penerimaan kas, pos-pos pengeluaran kas, saat terjadinya
kelebihan atau kekurangan kas, dan saat pembayaran-pembayaran pinjaman dan
atau bunga pinjamannya. Untuk penyusunan anggaran kas ini dilakukan melalui
beberapa tahap, yaitu :
1. Menyusun rencana penerimaan dan pengeluaran dari operasi perusahaan
(transaksi operasi). Rencana penerimaan dapat berasal dari penjualan tunai,
penerimaan piutang jika penjualan dilakukan secara kredit, pendapatan bunga,
pendapatan sewa, dan pendapatan lain yang kemungkinan diperoleh
perusahaan. Sedangkan rencana pengeluaran meliputi pembelian tunai,
pembayaran hutang, pembayaran gaji, pembayaran bunga dan pembayaran
biaya-biaya lainnya. Dengan rencana penerimaan dan pengeluaran ini dapat
diketahui pula adanya defisit atau surplus yang terjadi.

2. Menyusun rencana transaksi finansial, yaitu transaksi yang berhubungan


dengan rencana kebutuhan dana yang diperoleh dari pinjaman untuk menutup
defisit yang terjadi beserta rencana pembayaran-pembayaran pinjaman
tersebut beserta bunganya.
83

3.Menyusun anggaran kas final, yaitu meliputi transaksi operasi dan transaksi
fmansial. Di sini terlihat anggaran kas secara keseluruhan dari rencana
penerimaan dan pengeluaran kas.

Contoh :
Pada tahun 2001 perusahaan "AFL" akan menyusun anggaran kas. Rencana
penerimaan dan pengeluaran kas selama enam bulan pertama (bulan Januari s/d
Juni) adalah sebagai berikut:

1. Rencana penerimaan :
Penerimaan dari penjualan yang dilakukan secara tunai sebanyak 25% dan
secara kredit 75% dari penjualan. Dari penjualan kredit, 60% diterima pada satu
bulan setelah bulan penjualan dan sisanya diterima 2 bulan setelah bulan
penjualan.
Total penerimaan piutang bulan Januari dan Pebruari masing-masing
Rp. 1.900.000 dan Rp. 2.600.000. Adapun rencana penerimaannya adalah:

a. Besarnya penjualan yaitu:


Januari Rp. 4.000.000 April Rp. 5.200.000
Pebruari 5.500.000 Mei 6.000.000
Maret 5.600.000 Juni 6.500.000

b. Penerimaan lain-lain yaitu :


Januari Rp. 400.000 April Rp. 1.200.000
Pebruari 900.000 Mei 1.400.000
Maret 1.000.000 Juni 1.500.000

2. Rencana Pengeluaran :

a. Pembelian bahan mentah:


Januari Rp. 1.000.000 April Rp. 2.200.000
Pebruari 1.500.000 Mei 2.000.000
Maret 1.600.000 Juni 2.100.000
84

b. Pembelian bahan penolong:


Januari Rp. 200.000 April Rp. 500.000
Pebruari 300.000 Mei 400.000
Maret 200.000 Juni 500.000

c. Pembayaran gaji dan upah:


Januari Rp. 2.500.000 April Rp. 2.800.000
Pebruari 2.500.000 Mei 3.000.000
Maret 2.600.000 Juni 3.200.000

d. Biaya tansport dan komisi penjualan:


Januari Rp. 300.000 April Rp. 600.000
Pebruari 500.000 Mei 500.000
Maret 400.000 Juni 500.000

e. Biaya administrasai dan lainnya:


Januari Rp. 350.000 April Rp. 550.000
Pebruari 550.000 Mei 450.000
Maret 450.000 Juni 550.000

3. Rencana lain :
a. Saldo kas akhir pada bulan Desember tahun sebelumnya Rp 300.000.
b. Apabila terjadi defisit, perusahaan akan melakukan pinjaman ke bank
pada permulaan bulan dan pembayaran bunganya juga pada permulaan
bulan dengan bunga sebesar 2% per bulan.
c. Pinjaman ke bank pada bulan Januari sebesar Rp 1.000.000 dan bulan
Pebruari sebesar Rp 500.000,-. Pembayaran angsuran pinjaman tersebut
akan dilakukan pada bulan April sebesar Rp 600.000, bulan Mei sebesar Rp
300.000 dan sisanya sebesar Rp 600.000 akan dibayar pada bulan Juni
2001.
d. Persediaan besi kas sebesar Rp 200.000

Dari informasi data tersebut di atas dapat disusun anggaran kas untuk bulan Januari
sampai dengan Juni tahun 2001 secara bertahap yaitu anggaran kas untuk transaksi
operasi (transaksi usaha), transaksi finansial dan transaksi secara keseluruhan.
85

Penyelesaiannya:
1. Menyusun Anggaran Kas untuk Transaksi Operasi (transaksi usaha)
Anggaran kas untuk transaksi operasi menggambarkan penerimaan dan
pengeluaran kas dari usaha operasi perusahaan. Penerimaan yang berasal dari
penjualan dibedakan menjadi penjualan tunai dan penerimaan dari penagihan
piutang. Kedua penerimaan tersebut dapat dihitung sebagai berikut :
 Penerimaan dari hasil penjualan tunai setiap bulannya adalah:
Januari 25% x Rp. 4.000.000 Rp. 1.000.000
Pebruari 25% x Rp. 5.500.000 1.375.000
Maret 25% x Rp. 5.600.000 1.400.000
April 25% x Rp. 5.200.000 1.300.000
Mei 25% x Rp. 6.000.000 1.500.000
Juni 25% x Rp. 6.200.000 1.625.000

 Penerimaan hasil penjualan tunai dan penagihan piutang dari penjualan kredit
setiap bulannya dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.1: PT "AFL"


Penerimaan Kas dari Hasil Penjualan Tunai dan
Pengumpulan Piutang dari Penjualan Kredit
Bulan Januari s/d Juni 2001(dalam ribuan rupiah)

No Keterangan Januari Pebruari Maret April Mei Juni


1 Total Penjualan 4.000 5.500 5.600 5.200 6.000 6.500
2 Penjualan tunai (25%) 1.000 1.375 1.400 1.300 1.500 1.625
3 Penjualan kredit (75%) 3.000 4.125 4.200 3.900 4.500 4.875
4 Penerimaan
piutang :
60% dari penj. kredit 1.800 2.475 2.520 2.340 2.700
40% dr penjualan 800 1.200 1.650 1.680 1.560
kredit 1.900
5 Total penerimaan 1.900 2.600 3.675 4.170 4.020 4.260
6 Total kas masuk (2 +5) 2.900 3.975 5.075 5.470 5.520 5.885

Dari anggaran penerimaan penjualan (tunai dan piutang) tersebut pada tabel
3.1, maka dapat disusun anggaran kas untuk transaksi operasi (transaksi
penerimaan dan pengeluaran) PT “AFL” yang dapat dilihat pada tabel 3.2. berikut ini.
86

Tabel 3.2: PT "AFL"


Anggaran Transaksi Operasi Bulan Januari - Juni Tahun 2001
(Penerimaan dan Pengeluaran Kas)
(dalam ribuan rupiah)

Keterangan Bulan
Januari Pebruari Maret April Mei Juni
Rencana Penerimaan :
Penjualan tunai 1.000 1.375 1.400 1.300 1.500 1.625
Penerimaan piutang 1.900 2.600 3.675 4.170 4.020 4.260
Penerimaan lain 400 900 1.000 1.200 1.400 1.500
Jumlah Penerimaan 3.300 4.875 6.075 6.670 6.920 7.385
Rencana Pengeluaran :
Pembelian Bahan Mentah 1.000 1.500 1.600 2.200 2.000 2.100
Pemb. Bahan Penolong 200 300 200 500 400 500
Pembayaran Gaji/upah 2.500 2.500 2.600 2.800 3.000 3.200
Pemb. transport/komisi 300 500 400 600 500 500
Pemb.adm dan lainnya 350 550 450 550 450 550
Jumlah Pengeluaran 4.350 5.350 5.250 6.650 6.350 6.850
Surplus (Defisit) (1.050) (475) 825 20 570 535

Apabila terjadi defisit, maka perusahaan dapat menutupnya dengan


meminjam uang ke bank. Pinjaman ke bank, pembayaran angsuran dan pembayaran
bunganya dapat dilihat pada tabel transaksi finansial berikut ini.

Tabel 3.3: PT "AFL"


Anggaran Transaksi Finansial Bulan Januari - Juni Tahun 2001
(Penerimaan Pinjaman dan Pengembaliannya)
(dalam ribuan rupiah)

Keterangan Bulan
Januari Pebruari Maret April Mei Juni
Saldo kas awal bulan 1) 300 230 225 1.020 422 680
Penerimaan pinjaman 2) 1.000 500 - - - -
Pembayaran angsuran 3) - - - (600) (300) (600)
Kas yang tersedia 4) 1.300 730 225 420 122 80
Surplus (defisit) 5) (1.050) (475) 825 20 570 535
Pembayaran bunga 6) (20) (30) (30) (18) (12) -
Saldo kas akhir bulan 7) 230 225 1.020 422 680 615
Sisa pinjaman kumulatif 8) 1.000 1.500 1.500 900 600 0

Penjelasan tabel :
1)
Saldo kas awal bulan merupakan saldo kas akhir bulan sebelumnya.
2)
Penerimaan pinjaman bulan Januari sebesar Rp 1.000.000 dan Pebruari = Rp 500.000.
Jumlah pinjaman minimal (misalnya X) dapat dihitung sebagai berikut:
Jumlah pinjaman = Persediaan besi + Besarnya defisit - Saldo awal + Bunga
X = Rp 200.000 + Rp 1.050.000 - Rp 300.000 + 0,02 X
87

0,98 X = Rp 950.000
X = Rp 969.388
Jadi besarnya pinjaman bulan Januari 2001 minimal adalah Rp 969.388,-.
3)
Pembayaran angsuran pinjaman dilakukan apabila perusahaan memiliki saldo kas yang
cukup (persediaan besi kas sebesar Rp 200.000). Dalam contoh ini, pembayaran sudah
ditentukan yaitu bulan April sebesar Rp 600.000, bulan Mei sebesar Rp 300.000 dan
bulan Juni sebesar Rp 600.000.
4)
Kas yang tersedia merupakan penjumlahan dari saldo kas awal ditambah penerimaan
pinjaman dikurangi angsuran pinjaman.
5)
Surplus (defisit) berasal dari data tabel transaksi sebelumnya.
6)
Pembayaran bunga sama dengan besarnya bunga (2%) dikalikan dengan sisa pinjaman.
7)
Saldo kas akhir = Kas yang tersedia - surplus (defisit) - pembayaran bunga
8)
Pinjaman kumulatif merupakan sisa pinjaman yang masih ada di perusahaan.

Setelah tabel transaksi operasi dan tabel transaksi finansial dibuat, kemudian
langkah terakhir adalah membuat anggaran kas secara menyeluruh (anggaran final) di
mana dalam tabel tersebut tertera transaksi operasi dan transaksi finansialnya.

Tabel 3.4: PT "AFL"


Anggaran Kas Final
(Transaksi Operasi dan Transaksi Finansial)
Bulan Januari - Juni Tahun 2001
(dalam ribuan rupiah)

Keterangan Bulan
Januari Pebruari Maret April Mei Juni
Saldo Kas awal bulan 300 230 225 1.020 422 680
Rencana Penerimaan :
Penjualan tunai 1.000 1.375 1.400 1.300 1.500 1.625
Penerimaan piutang 1.900 2.600 3.675 4.170 4.020 4.260
Penerimaan pinjaman 1.000 500 - - - -
Penerimaan lain 400 900 1.000 1.200 1.400 1.500
Jumlah Penerimaan 4.300 5.375 6.075 6.670 6.920 7.385
Jumlah Kas tersedia 4.600 5.605 6.300 7.690 7.342 8.065
Rencana Pengeluaran :
Pembelian Bahan 1.000 1.500 1.600 2.200 2.000 2.100
Pemb. Bahan Penolong 200 300 200 500 400 500
Pembayaran Gaji/upah 2.500 2.500 2.600 2.800 3.000 3.200
Pemb. transport/komisi 300 500 400 600 500 500
Pemb.adm dan lainnya 350 550 450 550 450 550
Pembayaran bunga 20 30 30 18 12 -
Pembayaran angsuran - - - 600 300 600
Jumlah Pengeluaran 4.370 5.380 5.280 7.268 6.662 7.450
Saldo Kas akhir bulan 230 225 1.020 422 680 615
88

F. Pengertian Sekuritas
Sekuritas (marketable security) merupakan surat-surat berharga yang segera
dapat dijual untuk memperoleh uang kas. Alasan kepemilikan surat berharga oleh
perusahaan dimaksudkan untuk menggunakan dana sementara yang lebih guna
diinvestasikan dalam surat berharga yang dijual oleh emiten (perusahaan yang
mengeluarkan saham). Apabila suatu sekuritas telah diperjual belikan di pasar
sekunder (bursa efek), maka jaul-beli sekuritas tersebut dilakukan oleh pialang
(makelar). Karena kepemilikan sekuritas ini hanya sementara saja (kurang dari 1
tahun), maka investasi pada surat berharga dimasukkan dalam investasi jangka
pendek. Sekuritas tersebut dimiliki hanya dalam jangka pendek saja dengan maksud
agar dapat segera diuangkan (dijual) jika sewaktu-waktu perusahaan memerlukan
dana dalam operasinya. Sebenarnya investasi dalam sekuritas ada yang berjangka
panjang (dimiliki lebih dari 1 tahun). Jika investasi pada sekuritas tersebut untuk
jangka panjang, maka investasi tersebut dimasukkan sebagai investasi jangka
panjang yang tertera pada pos investasi (investment) pada neraca.
Alasan lain perusahaan memiliki sekuritas ini adalah untuk menjaga likuiditas
perusahaan dan memperoleh pendapatan dari investasi tersebut. Sekuritas memiliki
sifat yang likuid (mudah diuangkan atau dijual), sehingga apabila perusahaan
kekurangan uang kas maka sekuritas ini dapat segera dijual. Dalam hal ini berarti
pemilikan sekuritas dimaksudkan untuk memperoleh pendapatn berupa
keuntungan. Keuntungan tersebut dapat berupa deviden, bunga, atau capital gain.
Deviden akan diperoleh oleh perusahaan apabila sekuritas tersebut berupa saham
dan dimiliki sampai waktu pembayaran deviden (biasanya deviden dibayarkan sekali
dalam setahun). Sedangkan pendapatan bunga akan diperoleh jika perusahaan
menginvestasikan danannya dengan membeli sekuritas berupa obligasi atau
sertifikat deposito. Sedangkan capital gain akan diperoleh apabila hasil penjualan
suatu sekuritas lebih tinggi daripada harga perolehannya.

G. Kriteria Pemilihan Sekuritas


Kriteria pemilihan sekuritas (khususnya sekuritas jangka pendek) dapat
dilihat dari berbagai macam pertimbangan, yaitu meliputi resiko keuangan (financial
risk), resiko suku bunga (interest rate risk), resiko likuiditas (liquidity risk), resiko
inflasi dan tingkat kentungan yang diharapkan. Pertimbangan-pertimbangan tersebut
89

akan menentukan besarnya dana yang akan ditanamkan dalam sekuritas (surat
berharga) jangka pendek. Perusahaan akan berusaha memperkecil resiko yang
mungkin dihadapi dengan harapan memperoleh keuntungan (return) yang maksimal.
Resiko keuangan merupakan resiko tidak kembalinya dana yang
diinvestasikan pada sekuritas sesuai dengan yang diinginkan perusahaan. Ketidak
pastian pengembalian dana yang telah diinvestasikan (beserta bunganya jika berupa
obligasi) pada sekuritas kaddang sulit diprediksikan. Adakalanya peminjam
menunggak dalam jangka waktu yang tidak ditentukan apabila peminjam tidak dapat
mengembalikan dananya, maka perusahaan akan mengalami kesulitan likuiditas.
Apalagi jika perusahaan tidak memiliki cadangan kas yang cukup untuk biaya
operasi perusahaannya.
Harga sekuritas yang berupa obligasi sangat terpengaruh dengan naik-
turunnya suku bunga. Obligasi jangka pendek relatif lebih stabil dibanding obligasi
jangka panjang dalam hubungannya dengan suku bunga ini. Apabila suku bungan
naik, para investor cenderung mengalihkan dananya ke instrumen perbankan,
sehingga harga obligasi akan turun. Dan sebaliknya jika suku bunga bank turun,
maka investor akan beramai-ramai menginvestasikan dananya pada obligasi
sehingga harga obligasi akan meningkat.
Resiko likuiditas sekuritas merupakan cepat lambatnya sekuritas yang
bersangkutandapat diperjual belikan. Sekuritas yang likuid berarti sekuritas tersebut
cepat laku terjual. Apabila suatu sekuritas tidak likuid, maka perusahaan atau pihak
yang memiliki sekuritas tersebut akan menurunkan harganya agar laku dijual.
Penurunan harga ini mengakibatkan keuntungan yang diperoleh akan berkurang
atrau bahkan akan menderita kerugian jika penurunan harganya sampai melebihi
harga perolehannya. Makin likiud suatu saham makain kecil resiko likuiditasnya
karena sekuritas tersebut dapat diperjual belikan setiap saat.
Resiko inflasi pada prinsipnya hampir sama dengan resiko tingkat bunga.
Kita tahu bahwa antara tingkat bunga dan inflasi memiliki hubungan yang erat.
Tingkat suku bunga yang tinggi mengakibatkan tingkat inflasi yang tinggi. Inflasi
merupakan kecenderungan naiknya harga barang-barang. Tingginya inflasi akan
menurunkan daya beli masyarakat. Reksiko inflasi ini mengakibatkan pada resiko
penurunan daya beli. Pihak yang lebih merasakan dampak dari resiko inflasi ini
adalah mereka yang memiliki surat berharga dengan pendapatan tetap seperti
90

obligasi bila dibandingkan dengan surat berharga yang memiliki penghasilan


meningkat (seperti saham). Oleh karena itu saham biasa yang diperjual belikan di
bursa efek memiliki stabilitas yang lebih aman dibandingkan dengan obligasi yang
memberikan pendapatan tetap. Sehingga pada situasi inflasi yang cenderung
meningkat, perusahaan akan lebih menguntungkan bila melakukan investasi pada
saham.
Kriteria terakhir yang perlu dipertimbangkan dalam melakukan investasi pada
sekuritas adalah memperhitungkan hasil yang diharapkan (yield) berupa
keuntungan.
Besarnya yield atau sering pula disebut return ini akan dipengaruhi oleh faktor-faktor
lain tersebut di atas yaitu adanya resiko keuangan, resiko tingkat bunga, resiko
likuiditas, dan resiko inflasi atau resiko daya beli. Resiko-resiko tersebut akan
mempengaruhi besarnya hasil yang akan diperoleh baik langsung maupun tidak
langsung. Resiko keuangan dan resiko likuiditas lebih dapat dikontrol daripada
resiko tingkat bunga dan resiko inflasi. Hal ini karena resiko keuangan dan resiko
likuiditas lebih banyak berhubungan dengan kemampuan perusahaan dalam
mengelola keuangannya. Sedangkan resiko tingkat bunga dan resiko inflasi lebih
banyak berhubungan debngan kondisi ekonomi secara keseluruhan.
Hasil yang diharapkan (yield) oleh perusahaan dalam hubungannya dengan
resiko-resiko yang mungkin terjadi mengharuskan perusahaan melakukan portofolio
atau diversifikasi (penganakaragaman) investasi pada sekuritas. Perusahaan
melakukan portofolio investasi berarti bahwa dana yang dimiliki oleh perusahaan
ditanamkan pada sekuritas yang bermacam-macam. Perusahaan jangan smpai
menanamkan dananya hanya pada satu jenis sekuritas saja, karena apabila
securitas tersebut harganya “ambruk” maka perusahaan akan mengalami kerugian
yang cukup besar. Perusahaan perlu mengikuti pepatah investasi “jangan
tempatkan telor-telor anda dalam satu keranjang saja” (don’t put your eggs in one
basket). Oleh karena itu perusahaan harus melakukan portofolio investasi. Tujuan
portofolio ini adalah untuk memperkecil resiko yang mungkin dihadapi. Kita tahu
bahwa dalam situasiekonomi yang normal (stabil) maka antara resiko dan hasil yang
memiliki hubungan yang linier. Semakin tinggi resiko semakin tinggi pula hasil yang
diharapkan, dan sebaliknya. Oleh karena itu, dengan portofolio ini perusahaan
berusaha untuk melakukan investasi dengan portofolio yang optimal. Portofolio yang
91

optimal adalah portofolio yang menghasilkan resiko terkecil (minimal) dengan hasil
tertentu atau memperoleh hasil yang maksimal dengan resiko tertentu. Dari kriteria
pemilihan sekuritas dalam kaitannya dengan hasil yang diharapkan dan portofolio
investasi tersebut di atas, secara skematis dapat digambarkan sebagai berikut:

Risiko keuangan
Hasil atau yield Resiko
Risiko tingkat bunga Portofolio sekuritas
atau return vs
Risiko likuiditas return
Risiko inflasi

Gambar 7: Skema Desain Pertimbangan Melakukan Portofolio Sekuritas

Dari gambar 7 dapat dijelaskan bahwa resiko-resiko yang mungkin muncuk


dalam investasi sekuritas seperti resiko keuangan, resiko tingkat bunga, resiko
likuiditas dan resiko inflasi akan mempengaruhi besarnya hasil (return) yang akan
diperoleh. Perusahaan harus mengelola resiko dan hasil tersebut dengan berusaha
untuk memperkecil resiko guna mencapai hasil yang diharapkan melalui devirsifikasi
(portofolio) sekuritas, yaitu menanamkan dananya pada berbagai sekuritas agar
resiko dapat diperkecil. Dengan demikian, tujuan utama portofolio investasi adalah
mengurangi atau memperkecil resiko investasi.

H. Alternatif Investasi Pada Sekuritas Jangka Pendek


Setelah kita mempelajari kriteria yang perlu dipertimbangkan dalam investasi
sekuritas, khususnya sekuritas jangka pendek, berikut ini beberapa alternatif
sekuritas yang sering diperjual belikan di amerika serikat atau di indonesia.
Sekuritas-sekuritas tersebut antara lain seperti US. Treasury bills, federal agency
securities, negotiable certificates of deposit (CD), commercial paper, dan money
market mutual fund. Sedangkan di Indonesia, beberpa surat berharga yang telah
diperjual belikan antara lain adalah saham obligasi, sertifikat bank indonesia (SBI),
sertifikat deposito, surat berharga pasar uang, dan commercial paper.
Securitas treasury bills (disingkat T-bills) yang diterbitkan di Amerika,
merupakan instrumen hutang yang diterbitkan oleh pemerintah atau bank sentral
atas unjuk dengan jumlah tertentu yang akan dibayarkan kepada pemegangnya
pada tanggal yang telah ditetapkan. Oleh karena diterbitkan oleh pemerintah atau
92

bank sentral maka T-Bills merupakan sekuritas yang aman dan sangat likuid.
Disamping itu, resiko investasi pada T-Bills sangat rendah atau bahkan hampir
tampa resiko kareena diterbitkan oleh pemerintah. T-Bills ini merupakan sekuritas
jangka pendek sehingga memiliki jangka waktu jatuh tempo satu tahun atau kurang.
Pemerintah Amerika juga menerbitkan sekuritas yang disebut federal agency
securities. Sekuritas ini merupakan surat hutang dari perusahaan Amerika. Ada 5
agen besar yang memperjual belikan sekuritas ini yaittu Federal National Mortgage
Association, the Federal Home Land Bank, The Federal Intermediate Credit Bank,
dan The Bank for Cooperatives.
Sertifikat Bank Indonesia (SBI) memiliki prinsip seperti T-Bills di amerika. SBI
ini merupakan surat berharga atas unjuk yang diterbitkan dengan sistem diskonto
oleh bank sentral (bank indonesia) sebagai pengakuan pengakuan hutang berjangka
waktu pendek (kurang dari 1 tahun). Sertifikat bank indonesia diciptakan pertama
kali pada tahun 1970. namun peran SBI tersebut tahun 1971 digantikan oleh
sertifikat deposito yang boleh diterbitkan oleh bank. Adanya kebijakan moneter
tahun 1983, SBI terbit kembali sebagai instrumen yang digunakan untuk
mengendalikan kebijakan moneter dalam operasi pasar seperti memperketat uang
beredar dengan jalan menjual SBI tersebut.
Sertifikat deposito atau negotiable certificate of deposit (disingkat CD)
merupakan instrumen keuangan yang diternitkan oleh bank yang berupa deposito
berjangka. Sekuritas ini biasanya merupakan sekuritas atas unjuk dan menyatakan
sejumlah deposito tertentu dengan tingkat bunga dan jangka waktu tertentu pula.
Sertifat deposito ini memiliki perbedaan dengan deposito berjangka biasa.
Perbedaan tersebut antara lain adalah bahwa CD ini dapat dipindah tangankan atau
diperjual belikan sebelum jatuh tempo karena sertifikat deposito ini atas unjuk.
Sedangkan deposito biasa yang merupakan deposito atas nama tidak dapat
diperjual belikan melalui bank.
Surat berharga pasar uang (SBPU) merupakam surat-surat berharga jangka
pendek yang dapat diperjual belikan secara diskonto dengan bank indonesia atau
lembaga diskonto yang ditunjuk oleh bank indonesia. Surat berharga pasar uang ini
diperkenalkan pertama kali tahun 1985. penerbitan SBPU ini bertujuan untuk
mengendalikan situasi moneter seperti halnya SBI. Apabila SBI digunakan untuk
melakukan kontraksi pasar (pengetatan uang), sebaliknya SBPU ini digunakan untuk
93

melakukan ekspansi moneter. Apabila BI akan melakukan ekspansi maka BI akan


membeli SBPU yang diterbitkan oleh bank-bank dengan tingkat diskonto tertentu.
Bank-bank akan menerbitkan SBPU ini jika ada suatu badan usaha atau masyarakat
yang mengeluarkan surat aksep atau wesel untuk memperoleh pinjaman kepada
bank tersebut. Surat aksep tersebut merupakan surat berharga yang dapat diperjual
belikan oleh bank melalui lembaga diskonto yang ditunjuk (securities house).
Akhirnya, lembaga diskonto dapat menjual surat berharga tersebut kepada Bank
Indonesia. Dengan dibelinya surat berharga tersebut, maka uang yang beredar akan
bertambah.
Surat berharga yang benyak digunakan oleh pengusaha adalah commercial
paper (disingkat CP). Commercial paper merupakan surat kesanggupan membayar
(promes) sejumlah uang tertentu pada saat jatuh tempo yang tidak ada jaminannya.
Namun demikian, pada prakteknya CP ini disertai dengan jaminan seperti
kemampuan perusahaan memperoleh keuntungan dan jaminan bank garansi. Surat
ini diterbitkan oleh suatu perusahaan atau bank yang digunakan untuk memperoleh
dana pinjaman jangka pendek, kemudian dijual kepada investor yang melakukan
investasi dalam instrumen pasar uang. Jangka waktu CP ini kurang dari 1 tahun.
Sebelum jangka waktu habis, CP ini dapat diperjual belikan dengan diskon tertentu.
Dalam prakteknya, mekanisme penerbitan CP adalah bahwa perusahaan yang
membutuhkan dana akan menghubungi bank yang biasa bertindak sebagai pengatur
(arranger). Perusahaan tersebut menyebutkan jumlah dana yang dibutuhkan. Bank
ini bertindak sebagai perantara antara investor dan penerbit CP tersebut. Tugas
utama bank tersebut adalah menawarkan CP kepada investor atau para
nasabahnya. Bank tidak mempunyai tanggung jawab apabila penerbit CP tersebut
tidak mampu membayae kesanggupannya pada saat CP tersebut jatuh tempo.
Resiko tersebut sepenuhnya menjadi tanggung jawab investor.
94

1. Kebutuhan kas suatu perusahaan per tahun sebesar Rp. 120.000.000. Kas yang
digunakan per hari besarnya tetap. Biaya transaksi yang dikeluarkan setiap
merubah sekuritas menjadi kas sebesar Rp. 50.000. Tingkat bunga yang
diharapkan dari sekuritas yang dimiliki sebesar 20% per tahun. Berapa jumlah
sekuritas yang harus diubah menjadi kas setiap kali transaksi (sebagai kas
optimal).

2. Pada Tahun 2007 perusahaan “MATAHARI” akan menyusun anggaran kas.


Rencana penerimaan dan pengeluaran kas selama enam bulan kedua ( bulan Juli
s/d Desember ) adalah sebagai berikut :

A. Rencana Penerimaan :
Penerimaan Penjualan : Penjualan secara tunai dilakukan sebanyak 40%
dan penjualan secara kredit sebanyak 60% .
Dari penjualan kredit, 30% diterima pada satu bulan setelah bulan penjualan
dan sisanya diterima dua bulan setelah bulan penjualan. Total penerimaan
piutang bulan Juli dan Agustus masing-masing sebesar Rp. 2.900.000 dan
Rp. 3.600.000. Adapun rencana penerimaan tersebut adalah:

1. Besarnya penjualan yaitu :

Juli Rp. 5.000.000 Oktober Rp. 6.200.000


Agustus 6.500.000 Nopember 6.400.000
September 6.600.000 Desember 6.500.000

2. Penerimaan lain-lain yaitu :

Juli Rp. 500.000 Oktober Rp. 1.400.000


Agustus 900.000 Nopember 1.500.000
September 1.100.000 Desember 1.600.000

B. Rencana Pengeluaran :

1. Pembelian bahan mentah :

Juli Rp. 2.500.000 Oktober Rp. 2.400.000


Agustus 2.400.000 Nopember 2.500.000
September 2.600.000 Desember 2.600.000
95

2. Pembelian bahan penolong :

Juli Rp. 200.000 Oktober Rp. 500.000


Agustus 300.000 Nopember 400.000
September 200.000 Desember 600.000

3. Pembayaran gaji dan upah :

Juli Rp. 2.500.000 Oktober Rp. 2.400.000


Agustus 2.400.000 Nopember 2.500.000
September 2.600.000 Desember 2.600.000

4. Biaya transport dan komisi penjualan:

Juli Rp. 300.000 Oktober Rp. 600.000


Agustus 500.000 Nopember 500.000
September 400.000 Desember 700.000

5. Biaya administrasi dan lainnya:

Juli Rp. 850.000 Oktober Rp. 950.000


Agustus 950.000 Nopember 850.000
September 850.000 Desember 750.000

6. Pajak akan dibayar pada bulan Nopember 2007 sebesar Rp. 1.000.000

C. Rencana Lain-Lain :
Saldo kas akhir pada bulan Juni 2007 sebesar Rp. 400.000
1. Apabila terjadi defisit, perusahaan akan melakukan pinjaman ke bank
pada permulaan bulan sebesar 150% dari besarnya defisit tersebut dan
pengembaliannya akan dilakukan pada akhir bulan ketika persediaan kas
telah cukup. Tingkat bunga pinjaman 2% per bulan.
2. Pembayaran angsuran pinjaman akan dilakukan pada saat saldo kas
perusahaan mencukupi dan selalu menjaga kas minimalnya.
3. Persediaan kas minimal (persediaan besi) sebesar Rp. 250.000

Dari informasi data tersebut di atas buatlah:


1. Anggaran Kas untuk transaksi operasi bulan Juli sampai dengan Desember
2007.
2. Anggaran Kas untuk transaksi finansial bulan Juli sampai dengan Desember
2007.
96

3. Anggaran Kas Final (keseluruhan) bulan Juli sampai dengan Desember


2007.

3. Kebutuhan kas suatu perusahaan per tahun sebesar Rp. 12.000.000. Kas yang
digunakan per hari besarnya tetap. Biaya transaksi yang dikeluarkan setiap
merubah sekuritas menjadi kas sebesar Rp. 5.000. Tingkat bunga yang
diharapkan dari sekuritas yang dimiliki sebesar 12% per tahun. Ditanyakan :
a. Berapa jumlah sekuritas yang harus diubah menjadi kas setiap kali transaksi
(sebagai kas optimal) ?
b. Berapakah frekuensi transaksi yang harus dilakukan selama setahun ?
c. Berapakah rata-rata saldo kas nya ?

4. Pada tahun 2008 perusahaan “MAJU MUNDUR” akan menyusun anggaran kas.
Rencana penerimaan dan pengeluaran kas selama enam bulan pertama
(Januari s/d Juni) adalah sebagai berikut :
Rencana Penerimaan :
Penerimaan Penjualan : Penjualan secara tunai dilakukan sebanyak 50%
dan penjualan secara kredit sebanyak 50% .
Dari penjualan kredit, 60% diterima pada satu bulan setelah bulan penjualan
dan sisanya diterima dua bulan setelah bulan penjualan.
Total penerimaan piutang bulan Januari dan Pebruari masing-masing
sebesar Rp. 200.000 dan Rp. 300.000. Adapun rencana penerimaan tersebut
adalah :
1. Besarnya penjualan yaitu:

Januari Rp. 1.400.000 April Rp. 1.600.000


Pebruari 1.500.000 Mei 1.700.000
Maret 1.500.000 Juni 1.650.000

2. Penerimaan lain-lain yaitu:

Januari Rp. 200.000 April Rp. 200.000


Pebruari 300.000 Mei 400.000
Maret 100.000 Juni 500.000
97

Rencana Pengeluaran :
1. Pembelian bahan mentah:
Januari Rp. 100.000 April Rp. 220.000
Pebruari 200.000 Mei 150.000
Maret 200.000 Juni 210.000

2. Pembelian bahan penolong:

Januari Rp. 20.000 April Rp. 50.000


Pebruari 30.000 Mei 40.000
Maret 20.000 Juni 60.000

3. Pembayaran gaji dan upah:

Januari Rp. 500.000 April Rp. 800.000


Pebruari 500.000 Mei 1.000.000
Maret 600.000 Juni 800.000

4. Biaya transport dan komisi penjualan:

Januari Rp. 30.000 April Rp. 60.000


Pebruari 50.000 Mei 50.000
Maret 40.000 Juni 70.000

5. Biaya administrasi dan lainnya:

Januari Rp. 35.000 April Rp. 55.000


Pebruari 55.000 Mei 40.000
Maret 45.000 Juni 60.000

6. Pajak akan dibayar pada bulan Maret 2008 sebesar Rp. 50.000

Rencana Lain-Lain :
Saldo kas akhir pada bulan Desember 2007 sebesar Rp. 50.000
1. Apabila terjadi defisit, perusahaan akan melakukan pinjaman ke bank
pada permulaan bulan dan pengembaliannya akan dilakukan pada akhir
bulan tanpa bunga pinjaman.
2. Persediaan kas minimal (persediaan besi) sebesar Rp. 60.000

Dari informasi data tersebut di atas susunlah anggaran kas untuk bulan Januari
sampai dengan Juni 2008 secara bertahap yaitu Anggaran Kas untuk transaksi
Operasi, transaksi Finansial dan transaksi secara keseluruhan.
98

5. Pimpinan PT. NAMOSAIN JAYA merencanakan :


a) Penjualan Januari s/d Juni tahun 1999 sebagai berikut :
Januari Rp. 300.000 April Rp. 420.000
Pebruari Rp. 330.000 Mei Rp. 450.000
Maret Rp. 360.000 Juni Rp. 480.000
Berdasarkan data penjualan tersebut ditentukan bahwa yang 25% dijual
secara tunai dengan cash discount sebesar 5% dan selebihnya dilakukan
secara kredit. Sesuai data penjualan tahun sebelum 80% dari penjualan
tersebut diterima satu bulan setelah bulan penjualan dan sisanya diterima
dua bulan setelah bulan penjualan. Penjualan bulan Nopember dan
Desember 1998 masing-masing sebesar Rp. 240.000 dan Rp. 270.000
b) Penerimaan kas lainnya selama bulan Januari sampai Juni diperkirakan :
Januari Rp. 120.000 April Rp. 105.000
Pebruari Rp. 120.000 Mei Rp. 90.000
Maret Rp. 90.000 Juni Rp. 120.000
c) Saldo kas pada 31 Desember 1998 sebesar Rp. 30.000
d) Rencana pembelian tunai setiap bulan :
Januari Rp. 150.000 April Rp. 300.000
Pebruari Rp. 180.000 Mei Rp. 240.000
Maret Rp. 225.000 Juni Rp. 225.000
e) Perusahaan membayar pajak pada bulan Maret dan Juni masing-masing
sebesar Rp. 900.000
f) Pembayaran tunai lainnya diperkirakan pada bulan Januari sebesar
Rp.240.000; Pebruari Rp. 300.000; April Rp. 300.000 dan Juni Rp. 300.000
g) Safety Cash Balance sebesar Rp. 150.000 berdasarkan data tersebut
saudara diminta menyusun anggaran kas bulan Januari s/d Juni 1999
dengan keterangan sebagai berikut :
- Pisahkan operating transaction dengan financial transaction
- Apabila terjadi defisit akan ditutup dengan kredit dari bank dengan bunga
2%/bulan.
- Kredit dari bank dibayar kembali pada bulan berikut pada saat kondisi
perusahaan memungkinkan.
- Harus diketahui hutang kumulatif setiap bulan.
99

6. Dalam tahun 2000 rencana penjualan PT Amitaba Indah berdasarkan


perhitungan akhir bulan adalah sbb :
a) Penjualan Januari s/d Juni tahun 1999 sebagai berikut :
Januari Rp. 450.000 April Rp. 750.000
Pebruari Rp. 600.000 Mei Rp. 675.000
Maret Rp. 675.000 Juni Rp. 600.000
Perusahaan menetapkan syarat penjualan 3/20/net 30. Berdasarkan
pengalaman dari penjualan kredit 60% dibayarkan dalam waktu 20 hari
sesudah barang diserahkan, 25% dalam waktu sesudah 20 hari dalam bulan
yang sama dan sisanya dalam bulan berikutnya. Penjualan bulan Nopember
dan Desember 1999 masing-masing sebesar Rp. 450.000 dan Rp. 675.000
b) Upah dan gaji dibayarkan setiap bulan sebesar Rp. 300.000
c) Rencana pembelian tunai setiap bulan :
Januari Rp. 900.000
Maret Rp. 600.000
Juni Rp. 300.000
d) Perusahaan menerima bunga diskonto setiap bulan Rp. 30.000
e) Pada bulan Pebruari menjual aktiva tetap yang tidak terpakai sebesar Rp.
20.000
f) Perusahaan membayar deviden pada bulan Mei sebesar Rp. 37.500
g) Depresiasi aktiva tetap setiap bulan diperkirakan sebesar Rp. 15.000
h) Pada bulan Mei perusahaan membayar pajak sebesar Rp. 60.000
Diminta :
Susunlah anggaran kas bulan Januari s/d Juni 2000 dan Receivable Budget
dengan safety cash balance ditetapkan sebesar Rp. 7.500.
Ketentuan lain ditetapkan sbb:
- Pisahkan operating transaction dengan financial transaction
- Apabila terjadi deficit akan ditutup dengan kredit dari bank dengan bunga
2% per bulan.
- Apabila terjadi surplus akan dibayarkan kembali.
- Tentukan besarnya hutang kumulatif.
100

7. Pimpinan Perusahaan RISMA memperkirakan :


a) Ramalan Penjualan Januari s/d Juni tahun 1999 sebagai berikut :
Januari Rp. 100 juta April Rp. 140 juta
Pebruari Rp. 110 juta Mei Rp. 150 juta
Maret Rp. 120 juta Juni Rp. 160 juta
Berdasarkan data penjualan tersebut ditentukan bahwa yang 30% akan dijual
secara tunai dengan cash discount sebesar 5% dan selebihnya dilakukan
secara kredit. Sesuai data penjualan tahun sebelumnya, 80% dari penjualan
tersebut diterima satu bulan setelah bulan penjualan dan sisanya diterima
dua bulan setelah bulan penjualan. Penjualan bulan Nopember dan
Desember 1998 masing-masing sebesar Rp. 80 juta dan Rp. 90 juta
b) Penerimaan kas lainnya selama bulan Januari sampai Juni diperkirakan :
Januari Rp. 40 juta April Rp. 80 juta
Pebruari Rp. 75 juta Mei Rp. 30 juta
Maret Rp. 100 juta Juni Rp. 40 juta
c) Saldo kas pada 31 Desember 1998 sebesar Rp. 5.000.000
d) Rencana pembelian setiap bulan :
Januari Rp. 60 juta April Rp. 80 juta
Pebruari Rp. 75 juta Mei Rp. 75 juta
Maret Rp. 100 juta Juni Rp. 95 juta
e) Perusahaan membayar pajak pada bulan Maret dan Juni masing-masing
sebesar Rp. 30 juta. Bulan Desember bayar Rp. 50 juta.
f) Pembayaran atas pembelian dilakukan satu bulan setelah dilakukan
pembelian.
g) Susunlah Anggaran Kas PT RISMA.

8. Pimpinan PT. LINTAS UTAMA menginformasikan : (dalam Ribuan)


a) Penjualan Juli s/d Desember tahun 1999 sebagai berikut :
Juli Rp. 100.000 Oktober Rp. 140.000
Agustus Rp. 110.000 Nopember Rp. 150.000
September Rp. 120.000 Desember Rp. 160.000
Syarat pembayaran ditetapkan : 4/20/net 60. Diperkirakan 50% dari para
pelanggan akan membayar dalam waktu 20 hari sesudah bulan penjualan,
101

30% dalam waktu sisanya dalam bulan itu, dan sisanya membayar dalam
satu bulan berikutnya.
b) Penjualan bulan Mei dan Juni 1999 masing-masing sebesar Rp. 90.000 dan
Rp. 70.000
c) Penerimaan kas lainnya selama bulan Juli sampai Desember diperkirakan :
Juli Rp. 20.000 Oktober Rp. 20.000
Agustus Rp. 25.000 Nopember Rp. 35.000
September Rp. 30.000 Desember Rp. 30.000
d) Rencana pembelian bahan mentah (tunai) setiap bulan :
Juli Rp. 80.000 Oktober Rp. 70.000
Agustus Rp. 80.000 Nopember Rp. 60.000
September Rp. 60.000 Desember Rp. 70.000
e) Pembayaran biaya adminstrasi dan umum masing-masing bulannya selama 6
bulan adalah sbb :
Juli Rp. 5.000 Oktober Rp. 6.000
Agustus Rp. 5.000 Nopember Rp. 4.000
September Rp. 10.000 Desember Rp. 5.000
f) Perusahaan membayar pajak pada bulan September dan Nopember masing-
masing sebesar Rp. 12.000 dan Rp. 10.000
g) Pembayaran tunai lainnya diperkirakan pada bulan Nopember sebesar
Rp.2.000; dan Desember Rp. 3.000
h) Telah dibeli mesin baru seharga Rp. 100.000 dengan syarat pembayaran sbb
: 10% dibayar pada waktu pesan : 80% dibayar pada waktu mesin dating dan
sisanya dibayar setelah mesin selesai dipasang. Mesin dipesan dalan bulan
Juli dan diharapkan mesin datang dalam bulan September dan diperkirakan
selesai dipasang dalam bulan Nopember.
i) Penghapusan aktiva tetap setiap bulannya ditetapkan Rp, 10.000. Dari data
tersebut di atas susunlah skedul pengumpulan piutang dan budget kas untuk
bulan Juli s.d. Desember 1999. Apabila ada keterangan tambahan sbb :

1. Saldo kas pada akhir bulan Juni diperkirakan Rp. 3.000


2. Saldo kas minimal ditetapkan sebesar Rp. 5.000
3. Harus dipisahkan antara operating transaction dan financial transaction
102

4. Harus diketahui hutang komulatif setiap bulannya.


5. Bunga pinjaman 2% per bulan.

9. Pada tahun 2008 perusahaan “SUMBER MAKMUR” akan menyusun anggaran


kas. Rencana penerimaan dan pengeluaran kas selama enam bulan pertama
(Januari s/d Juni) adalah sebagai berikut:
Rencana Penerimaan :
Penerimaan Penjualan : Penjualan secara tunai dilakukan sebanyak 40%
dan penjualan secara kredit sebanyak 60% .
Dari penjualan kredit, 60% diterima pada satu bulan setelah bulan penjualan,
30% diterima dua bulan setelah bulan penjualan dan sisanya diterima tiga
bulan setelah bulan penjualan.
Total penerimaan piutang bulan Januari dan Pebruari masing-masing
sebesar Rp. 500.000.
Adapun rencana penerimaan tersebut adalah:
1. Besarnya penjualan yaitu:

Januari Rp. 1,600.000 April Rp. 1.800.000


Pebruari 1.700.000 Mei 1.900.000
Maret 1.700.000 Juni 1.850.000

2. Penerimaan lain-lain yaitu:

Januari Rp. 400.000 April Rp. 400.000


Pebruari 600.000 Mei 800.000
Maret 200.000 Juni 900.000

Rencana Pengeluaran :
1. Pembelian bahan mentah:

Januari Rp. 200.000 April Rp. 440.000


Pebruari 300.000 Mei 300.000
Maret 400.000 Juni 400.000

2. Pembelian bahan penolong:

Januari Rp. 40.000 April Rp. 100.000


Pebruari 60.000 Mei 80.000
Maret 40.000 Juni 120.000
103

3. Pembayaran gaji dan upah:

Januari Rp. 900.000 April Rp. 600.000


Pebruari 900.000 Mei 2.000.000
Maret 1.200.000 Juni 1.600.000

4. Biaya transport dan komisi penjualan:

Januari Rp. 60.000 April Rp. 120.000


Pebruari 100.000 Mei 100.000
Maret 80.000 Juni 140.000

5. Biaya administrasi dan lainnya:

Januari Rp. 70.000 April Rp. 90.000


Pebruari 110.000 Mei 80.000
Maret 90.000 Juni 90.000

6. Pajak akan dibayar pada bulan Maret 2008 sebesar Rp. 150.000

Rencana Lain-Lain :
1. Saldo kas akhir pada bulan Desember 2007 sebesar Rp. 100.000
2. Apabila terjadi defisit, perusahaan akan melakukan pinjaman ke bank
pada permulaan bulan dan pengembaliannya akan dilakukan pada akhir
bulan tanpa bunga pinjaman.
3. Persediaan kas minimal (persediaan besi) sebesar Rp. 120.000

Dari informasi data tersebut di atas susunlah anggaran kas untuk bulan Januari
sampai dengan Juni 2008 secara bertahap yaitu Anggaran Kas untuk transaksi
Operasi, transaksi Finansial dan transaksi secara keseluruhan.
104

Anda mungkin juga menyukai