BAB - XIII
Disusun oleh:
2
(4) Lain-lain, termasuk investasi lain-lain misalnya investasi untuk
pemasangan alat pemanas, alat pendingin, pemasangan sistem musik
yang dimaksudkan untuk dapat meningkatkan moral para karyawan.
Menurut Sumastuti (2006:123) usulan investasi ini bisa terdiri dari berbagai
tipe, untuk maksud analisis, suatu proyek bisa dimasukkan ke dalam salah
satu klasifikasi berikut ini:
(1) Pengenalan proyek baru atau perluasan produk baru
(2) Penggantian peralatan atau gedung,
(3) Penelitian dan pengembangan,
(4) Eksplorasi,
(5) dan lain-lain.
3
tetap lama lebih tinggi dibanding nilai bukunya. Demikian pula sebaliknya bila
harga jual lebih rendah dibanding nilai buku akan mengalami kerugian.
Untuk menilai penggantian aset tetap layak atau tidak layak, maka perlu
menghitung (1) investasi bersih dan (2) tambahan cashflow.
(1) Investasi Bersih
Pada penilaian investasi penggantian, yang dianalisis adalah besarnya
tambahan keuntungan dan tambahan investasi. Tambahan investasi atau
sering disebut investasi bersih ini didapatkan dari harga beli aset tetap baru
dengan penerimaan bersih atas penjualan aset tetap lama. Seperti diuraikan
di atas bahwa penerimaan bersih atas penjualan aset tetap lama. Seperti
diuraikan diatas bahwa penerimaan bersih didapatkan dari harga jual aset
tetap lama dibandingkan dengan nilai buku dan diperhitungkan pajak. Dengan
demikian perhitungan investasi bersih sebagai berikut:
a. Perhitungan penjualan aset tetap (AT) lama
Harga beli aset tetap lama xxx
Akumulasi penyusutan xxx
Nilai buku xxx
Harga jual aset tetap lama xxx
Laba(Rugi) penjualan AT lama xxx
Pajak xxx
Laba bersih penjualan AT lama xxx
Investasi bersih atau net investment inilah nantinya akan menjadi initial
cashflow yang harus ditutup dengan aliran kas yang diterima dari
penggantian.
Contoh 1
4
Dari contoh diatas bisa kitu hitung besarnya investasi bersih sebagai berikut:
500.000.000−80.000.000
Penyusutan mesin lama per tahun = = 60.000.000
7
700.000.000−200.000.000
Penyusutan mesin baru per tahun = = 125.000.000
4
a. Perhitungan penjualan aset tetap lama
Harga beli aset tetap lama 500.000.000,-
Akumulasi penyusutan = 3 x Rp 60.000.000 180.000.000,-
Nilai buku 320.000.000,-
Harga jual aset tetap lama 350.000.000,-
Laba penjualan aset tetap lama 30.000.000,-
Pajak 30% 9.000.000,-
Laba bersih penjualan aset tetap lama 21.000.000,-
Untuk menilai kelayakan investasi penggantian aset tetap, aliran kas yang
digunakan adalah aliran kas tambahan (incremental cashflow) yang
disebabkan penggantian aset tersebut. Tambahan aliran kas ini bisa
disebabkan karena adanya penghematan biaya tunai seperti turunnya biaya
bahan baku dan biaya tenaga kerja, dan juga karena peningkatan penjualan
yang disebabkan aset tetap baru. Penghematan-penghematan ini akan
menjadi tambahan penghasilan, sehingga perlu dikurangi dengan kenaikan
biaya seperti biaya penyusutan (penyusutan mesin baru- penyusutan mesin
lama). Dengan demikian dari contoh diatas bisa dihitung tambahan cashflow
sebagai berikut:
5
Dengan demikian, penggantian tersebut menghasilkan tambahan
cashflow sebesar Rp 103.500.000,-
Untuk menilai kelayakannya, misal dengan metode NPV maka bisa dihitung
NPV nya sebagai berikut :
PV tambahan cashflow th. 1-4 = Rp 103.500.000 x 2,690 = Rp 278.415.000,-
PV nilai residu th. ke 4 = Rp 200.000.000 x 0,516 = Rp 103.200.000,-
Total PV of Cashflow Rp 381.615.000,-
Investasi Rp 359.000.000,-
Net Present Value Rp 22.615.000,-
6
mesin tersebut beberapa kali, sehingga menghasilkan umur yang sama.
Misalnya mesin A umurnya 2 tahun dan mesin B umrunya 3 tahun, maka
untuk menyamakan umurnya mesin A dianggap membeli tiga kali sehingga
umurnya jadi 6 tahun dan mesin B dibeli dua kali se hingga umurnya jadi
sama. Selanjutnya mesin tersebut dianalisis dengan NPV dan IRR. Proyek
yang menghasilkan NPV dan IRR yang lebih besar dianggap lebih baik.
Dari contoh proyek mesin C dan Mesin F diatas, karena umur proyek F 3
tahun sementara proyek C mempunyai umur 6 tahun, maka proyek F
dianggap melakukan 2 kali investasi. Dengan demikian cashflow selama
enam tahun proyek F adalah sebagai berikut:
Proyek F (dalam ribuan)
0 1 2 3 4 5 6
o-------------o------------o-------------o-------------o------------o-------------o
-50.000 25.000 27.500 35.000 25.000 27.500 35.000
-50.000
-15.000
Dari cashflow tersebut selanjutnya dihitung besarnya NPV dan IRR untuk
proyek F selama enam tahun. Setelah dihitung pada discount rate 15%
ternyata menghasilkan NPV sebesar Rp 25.767.995,- dengan IRR sebesar
32,88%. Dengan demikian baik dengan NPV maupun IRR, proyek F
memberikan hasil yang lebih besar, oleh karena itu diusulkan yang dipilih
proyek mesin F
7
Dengan demikian EAA proyek F lebih besar, sehingga dengan metode ini
proyek F sebaiknya yang dipilih sebab menghasilkan EAA lebih besar
dibanding proyek C
2. kontijensi
Proyek yang bersifat kontijensi merupakan proyek yang mempunyai
hubungan keterkaitan, dimana bila satu proyek diterima maka proyek
lainnya juga harus diterima. Sebaliknya bila satu proyek ditolak maka
proyek lainnya juga harus ditolak. Misalnya suatu Depatemen mempunyai
dua proyek yaitu satu proyek pembangunan gedung dan saat bersamaan
ada proyek pengerasan jalan menuju gedung tersebut. Departemen
mensyaratkan jika mengambil proyek harus keduanya, tidak bisa salah
satu saja yang diambil. Untuk menilai proyek yang bersifat kontijensi ini
maka harus mengadakan penggabungan dari alat analisis yang
digunakan. Jika kita menggunakan PI untuk menilai proyek ini maka perlu
dihitung besarnya PI gabungan. Misal ada dua proyek yang bersifat
kontijensi yakni proyek A dengan investasi Rp 100.000.000,-
menghasilkan PI sebesar 1,23 dan proyek B dengan investasi sebesar
Rp 60.000.000,- menghasilak PI sebesar 0,95, maka perlu dihitung PI
gabungan dengan cara sebagai berikut :
8
Proyek Investasi PI Present Value of
Cashflow
A Rp 100.000.000 1,23 Rp 123.000.000
B Rp 60.000.000 0,95 Rp 57.000.000
Rp 160.000.000 Rp 180.000.000
180.000.000
PI Gabungan = 160.000.000 = 1,125
9
Dana proyek yang tersedia sebesar Rp 900.000.000,- proyek-prroyek
mana saja yang sebaiknya dipilih dahulu ?
Untuk menentukan proyek mana saja yang sebaiknya dipilih, maka perlu
menyelesaikan dulu proyek-proyek yang bersifat khusus. Proyek B dan E
yang mempunyai sifat mutually exclusive dipilih yang PI paling besar yakni
proyek B sehingga proyek E ditolak. Demikian juga proyek C dan G yang
mempunyai hubungan kontijensi, perlu dicari PI gabungannya sebagau
berikut :
Proyek Investasi PI Present Value of
Cashflow
C Rp 150.000.000 1,22 Rp 186.000.000
G Rp 150.000.000 0,98 Rp 144.000.000
Rp 300.000.000 Rp 330.000.000
330.000.000
PI Gabungan = 300.000.000 = 1,10
948.000.000
PI Gabungan = 850.000.000 = 1,12
10
Proyek Investasi PI Present Value of
Cashflow
A Rp 200.000.000 1,12 Rp 224.000.000
C+G Rp 300.000.000 1,10 Rp 330.000.000
D Rp 300.000.000 1,09 Rp 327.000.000
F Rp 100.000.000 1,07 Rp 107.000.000
Rp 900.000.000 Rp 988.000.000
988.000.000
PI Gabungan = 900.000.000 = 1,10
Dari alternatif 1 diperoleh PI nya sebesar 1,12 dan masih ada sisa dana
sebesar Rp 50.000.000,- dana ini masih bisa diinvestasikan pada proyek lain.
Sedangkan alternatif 2 dengan semua dana yang tersedia sebesar Rp
900.000.000,- mengahasilak PI nya sebesar 1,10. Dengan demikian
sebaiknya perusahaan memilih alternatif 1 yaitu proyek B, A, C+G dan F
11
Oleh karena selisih PI yang terkecil adalah selisih PI proyek P, maka
sebaiknya proyek yang ditunda adalah proyek P, buktinya adalah sebagai
berikut:
Proyek Investasi PI PV
Q 200.000.000 1,14 228.000.000
R 200.000.000 1,11 222.000.000
S 200.000.000 1,08 216.000.000
P 200.000.000 1,15 230.000.000
800.000.000 896.000.000
896.000.000
PI Gabungan = 800.000.000 = 1,12
Kita bandingkan bila yang ditunda proyek yang mempunyai selisih PI paling
besar yakni proyek R, maka PI nya bisa dihitung:
Proyek Investasi PI PV
P 200.000.000 1,17 234.000.000
Q 200.000.000 1,14 228.000.000
S 200.000.000 1,08 216.000.000
R 200.000.000 1,04 208.000.000
800.000.000 886.000.000
886.000.000
PI Gabungan = 800.000.000 = 1,11
Dengan demikian dari perhitungan tersebut terlihat PI-nya lebih kecil, maka
sebaiknya ditunda adalah proyek P
Contoh 1.
Soal dan Jawaban
PT. JOGJAMAJU sedang mempertimbangkan untuk mendirikan suatu proyek
investasi yang berlokasi di Yogyakarta. Total investasi diperkirakan sebesar
Rp 1.000.000.000,-, dimana Rp 100.000.000,- nya merupakan modal kerja
dan sisanya sebagai modal tetap. Investasi diperkirakan mempunyai umur
ekonomis 6 tahun dengan nilai residu sebesar Rp 240.000.000,-
Proyeksi penjualan selama usia ekonomisnya diperkirakan sebagai berikut:
Tahun Penjualan (Rp)
1 700.000.000
2 740.000.000
3 780.000.000
4 820.000.000
5 860.000.000
6 900.000.000
12
Struktur biaya yang dikeluarkan adalah biaya variabel sebasar 45% dari
penjualan dan biaya selain biaya penyusutan Rp 35.000.000,- pajak 30% dan
tingkat keuntungan yang diharapkan sebesar 20%
Jawaban:
900.000.000−240.000.000
Penyusutan(metode garis lurus) = = 110.000.000/
6
tahun
Biaya tetap selain penyusutan Rp 35.000.000,- pertahun
13
= 3,4 Tahun
Apabila target pengembalian investasi adalah selama 4 tahun, maka investasi
ini layak dilaksanakan karena payback period nya lebih kecil dibanding tearget
pengembalian investasi.
14
Dengan demikian:
rr = 20% TPVrr = 1.139.577.400 NPVrt = 139.577.400
rt = 30% TPVrt = 876.685.400
139.577.400
IRR = 20% + x (30%-20%)
1.139.577.400−876.685.500
= 20 % + 6,15%
= 26,15%
Karena IRR nya lebih besar dari tingkat keuntungan yang diharapkan, maka
proyek ini layak untuk dilakukan.
Contoh 2
PT PRADANA sedang mempertimbangkan untuk mengganti armada
angkutannya yang dibeli dua tahun lalu dengan harga Rp 360.000.000,- umur
ekonomisnya 6 tahun, dan nilai residu Rp 60.000.000,- dengan armada baru
yang lebih efisien yang mempunyai harga Rp 500.000.000n- dengan umur
ekonomis 4 tahun dan nilai residu Rp 150.000.000,-. Armada lama masih bisa
laku di jual dengan harga Rp 250.000.000,-
Atas penggantian tersebut didapatkan penghematan tunai dari efisiensi
bahan bakar dan perbaikan rutin sebesar Rp 75.000.000,- pertahun. Pajak
30% dan return yang diharapkan sebesar 17%. Apakah proyek penggantian
ini layak ?
350.000.000−60.000.000
Penyusutan armada lama pertahun = = 50.000.000
6
500.000.000−150.000.000
Penyusutan armada baru pertahun= = 87.500.000
4
15
Penerimaan bersih 253.000.000,-
Harga beli aset tetap baru 500.000.000,-
Investasi bersih 247.000.000,-
Contoh 3
PT DWIJAYA memiliki dana sebasar Rp. 600.000.000,- yang aka
dipergunakan untuk membiayai beberapa usulan investasi yang memiliki
karakteristik sebagai berikut:
Proyek Kebutuhan Dana Profitability Index
(Ribu Rp)
1 100.000 0,97
2 150.000 1,16
3 125.000 1,11
4 150.000 1,25
5 100.000 1,05
6 200.000 1,09
7 100.000 1,19
16
tidak tersedia kesempatan untuk melakukan penundaan. Proyek mana saja
yang sebaiknya dipilih?
Jawaban:
Proyek 3 dan 7 mempunyai hubungan mutually exclusive dipilih proyek 7
karena mempunyai PI yang lebih besar yakni 1,19. Proyek 1 dan 4 merupakan
proyek yang memiliki hubungan kontijensi digabung dengan perhitungan
sebagai berikut:
Proyek Investasi PI PV
1 100.000.000 0,97 97.000.000
4 150.000.000 1,25 185.500.000
250.000.000 284.500.000
284.500.000
PI Gabungan = = 1,14
250.000.000
Menyusun ranking proyek
Proyek Kebutuhan Dana Profitability Index
(Ribu Rp)
7 100.000 1,19
2 150.000 1,16
1&4 250.000 1,14
6 200.000 1,09
5 100.000 1,05
683.000.000
PI Gabungan = 600.000.000 = 1,14
17
677.000.000
PI Gabungan = = 1,13
600.000.000
Karena alternatif 1 memberikan PI yang lebih besar/lebih menguntungkan,
maka sebaiknya memilih alternatif 1 dengan mengambil proyek 7, 2, 1&4, dan
5
Contoh 4
Ada dua alternatif mesin yang bisa diambil oleh perusahaan. Mesin X
mempunyai umur ekonomis 2 tahun dengan harga beli Rp 500.000.000,- dan
menghasilkan aliran kas Rp 350.000.000,- pertahun. Mesin Y mempunyai
umur ekonomis 3 tahun dengan harga beli Rp 750.000.000,- dan mampu
menghasilkan aliran kas sebesar Rp 400.000.000,- pertahun. Lakukan
analisis dengan metode Replacement Chain dan EAA
Jawaban:
a) Dengan menggunakan metode Replacement Chain, bisa kita cari aliran
kas dengan cara menjadikan kedua umur yang sama yakni X dijadikan 6
tahun sehingga perlu 3 kali investasi dan Y untuk menjadi 6 tahun perlu 2
kali investasi. Dengan demikian bila digambarkan kedua mesin tersebut
adalah:
Dengan discount rate NPV 18% NPV kedua mesin adalah (Dalam Ribuan)
Tahun Cashflow Discount PV of Cashflow
Mesin X Mesin Y Factor Mesin X Mesin Y
1 350.000 400.000 0,847 296.450 338.800
2 -150.000 400.000 0,718 -107.700 287.200
3 350.000 -350.000 0,609 213.150 -213.150
4 -150.000 400.000 0.516 -77.400 206.400
18
5 350.000 400.000 0,437 152.950 174.800
6 350.000 400.000 0,370 129.500 148.000
Total PV of Cashflow 606.950 942.050
Investasi 500.000 750.000
Net Present Value 106.950 192.050
Sedangkan jika dihitung IRR kedua mesin tersebut akan didapat IRR mesin
X =26,37% dan IRR mesin Y = 28,17%
Dengan menggunakan metode replacement chain didapat baik NPV maupun
IRR mesin Y lebih besar dibanding mesin X, sehingga sebaiknya dipilih mesin
Y.
b) Dengan menggunakan pendekatan Equivalent Annual Annuity perlu dicari
discount factor pada r = 18% untuk 2 tahun dan 3 tahun sehingga bisa
dihitung EAA kedua mesin
EAA mesin X = Rp 106.950.000 : 1,566 = Rp 68.295.019,-
Referensi:
Sutrisno. 2017. Manajemen Keuangan. Teori Konsep & Aplikasi. Edisi 2.
Penerbit Ekosina Yogyakarta
Riyanto, Bambang. 2015. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan. Edisi 4.
BPFE, Yogyakarta.
Sumastuti, 2006. “Keunggulan NPV Sebagai Alat Analisis Uji Kelayakan
Investasi Dan penerapannya” http://jurnal.bl.ac.id/ wpcontent/uploads/
2007/01/BEJ-v3-n1- artikel7-agustus2006.pdf. 08 November 2011.
.
19