Anda di halaman 1dari 19

INA013 – MANAJEMEN KEUANGAN I – MODUL-SESI 14

BAB - XIII

INVESTASI PENGGANTIAN ASET, PEMILIHAN INVESTASI DENGAN UMUR


BERBEDA, DAN CAPITAL RATIONING

Disusun oleh:

Dr. Riyandi Nur Sumawidjaja, SE.,M.M

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI INDONESIA MEMBANGUN


(STIE INABA)
BANDUNG
2020
BAB 13
INVESTASI PENGGANTIAN ASET, PEMILIHAN INVESTASI
DENGAN UMUR BERBEDA, DAN CAPITAL RATIONING

Diharapkan mahasiswa mampu menjelaskan keputusan investasi untuk


penggantian aset, pemilihan investasi yang mempunyai umur investasi yang
berbeda, dan mengambil keputusan investasi pada beberapa proyek secara
bersamaan dengan keterbatasan dana yang tersedia (Capital Rationing)

Investasi yaitu Setiap pengeluaran modal atau dana yang ditanamkan ke


berbagai aset dengan harapan dana tersebut akan diterima kembali baik
dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Perusahaan yang
mengadakan investasi dalam investasi aset tetap tentunya mempunyai
harapan bahwa perusahaan tersebut akan memperoleh kembali dana yang
diinvestasikan seperti halnya dalam aset lancar. Perbedaaan antara aset
lancar dan aset tetap terletak pada waktu dan cara perputaran dana yang
tertanam. Investasi dalam aset lancar diharapkan dapat diterima kembali
dalam waktu yang relatif singkat atau kurang dari satu tahun. Sebaliknya,
investasi dalam aset tetap akan diterima kembali secara keseluruhan dalam
beberapa tahun dan kembalinya berangsur-angsur melalui depresiasi.
Keputusan untuk investasi pada aset tetap memerlukan perencanaan yang
seksama, ini disebabkan investasi tersebut akan memerlukan dana yang
cukup besar jumlahnya dan dana tersebut akan terikat untuk jangka waktu
panjang.
Usulan investasi oleh Riyanto (2015) dikelompokan dalam:

(1) Penggantian, pada umumnya keputusan mengenai investasi penggantian


adalah yang paling sederhana, misalnya suatu aktiva yang sudah aus
atau usang yang harus diganti dengan aktiva baru, kalau produksi akan
tetap dilanjutkan. Secara umum dapat dikatakan bahwa sebagian besar
dari keputusan mengenai investasi penggantian dapat diperhitungkan
dengan lebih mudah.
(2) Penambahan kapasitas, termasuk dalam golongan investasi penambahan
kapasitas misalnya usulan penambahan jumlah mesin atau pembukaan
pabrik baru. Investasi penambahan kapasitas sering juga bersifat
investasi penggantian, misalnya mesin yang sudah tua yang tidak efisien
akan diganti dengan mesin baru yang lebih besar kapasitasnya dan lebih
efisien. Dengan sendirinya tingkat ketidakpastian pada investasi
penambahan kapasitas lebih besar dari pada investasi penggantian
(3) Penambahan jenis produk baru, investasi ini untuk menghasilkan produk
baru, juga tetap menghasilkan produk yang telah diproduksi pada waktu
tersebut. Karena itu menyangkut produk baru maka investasi ini juga
mempunyai tingkat ketidakpastian yang besar; dan

2
(4) Lain-lain, termasuk investasi lain-lain misalnya investasi untuk
pemasangan alat pemanas, alat pendingin, pemasangan sistem musik
yang dimaksudkan untuk dapat meningkatkan moral para karyawan.
Menurut Sumastuti (2006:123) usulan investasi ini bisa terdiri dari berbagai
tipe, untuk maksud analisis, suatu proyek bisa dimasukkan ke dalam salah
satu klasifikasi berikut ini:
(1) Pengenalan proyek baru atau perluasan produk baru
(2) Penggantian peralatan atau gedung,
(3) Penelitian dan pengembangan,
(4) Eksplorasi,
(5) dan lain-lain.

Menurut Riyanto (20015) ada beberapa usulan investasi yang diantaranya


adalah investasi penggantian yang pada umumnya keputusan mengenai
investasi penggantian adalah yang paling sederhana misalnya suatu aset
yang sudah aus atau usang yang harus diganti dengan aset baru kalau
produksi akan tetap di jalankan. Bagian penting atau urgennya penilaian
kelayakan investasi pengganti aset tetap mendorong peneliti untuk mengkaji
permasalahan investasi pengganti aset tetap tersebut yang diangkat dalam
penelitian ini yang membahas masalah-masalah yang berkaitan dengan
pengambilan keputusan investasi bagi manajemen.

13.1 Investasi Penggantian


Seringkali karena kemajuan teknologi yang begitu cepat, peralatan dan
mesin yang digunakan oleh perusahaan menjadi usang ketinggalan zaman
atau out of date, padahal bisa saja umur ekonomisnya masih cukup panjang.
Aset baru yang ditawarkan tersebut bisa lebih efisien dalam operasionalnya
sehingga bisa mengadakan penghematan-penghematan seperti misalnya
penghematan energi, penghematan biaya tenaga kerja, penghematan bahan
baku dan sebagainya. Contoh industri tekstil 5 tahun lalu membeli mesin
spinning masih bisa digunakan 3 tahun lagi, saat ini sudah ada mesin spinning
yang mempunyai kecepatan menghasilkan panjang kain per jam lebih
panjang dan dengan penggunaan energi listrik lebih hemat 40%. apabila
perusahaan tidak segera mengganti dengan mesin yang baru perusahaan
akan kesulitan bersaing dengan perusahaan lain karena biaya produksinya
lebih tinggi. Dengan kasus seperti ini apakah perusahaan tekstil tersebut akan
mengganti mesinnya atau tetap mempertahankan mesin lama ?
Dari kasus tersebut bisa dtarik kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan
investasi penggantian adalah mengganti aset tetap lama yang masih
mempunyai umur ekonomis dengan aset tetap yang lebih menguntungkan.
Karena aset tetap lama masih mempunyai umur ekonomis, artinya aset tetap
lama tersebut mempunyai nilai buku, yaitu selisih harga perolehan aset
dikurangi akumulasi penyusutannya. Aset tetap lama juga mempunyai harga
jual, sehingga bila diganti dengan aset tetap baru perlu dihitung laba atau rugi
atas penjualan aset tetap lama tersebut. Laba didapatkan bila harga jual aset

3
tetap lama lebih tinggi dibanding nilai bukunya. Demikian pula sebaliknya bila
harga jual lebih rendah dibanding nilai buku akan mengalami kerugian.
Untuk menilai penggantian aset tetap layak atau tidak layak, maka perlu
menghitung (1) investasi bersih dan (2) tambahan cashflow.
(1) Investasi Bersih
Pada penilaian investasi penggantian, yang dianalisis adalah besarnya
tambahan keuntungan dan tambahan investasi. Tambahan investasi atau
sering disebut investasi bersih ini didapatkan dari harga beli aset tetap baru
dengan penerimaan bersih atas penjualan aset tetap lama. Seperti diuraikan
di atas bahwa penerimaan bersih atas penjualan aset tetap lama. Seperti
diuraikan diatas bahwa penerimaan bersih didapatkan dari harga jual aset
tetap lama dibandingkan dengan nilai buku dan diperhitungkan pajak. Dengan
demikian perhitungan investasi bersih sebagai berikut:
a. Perhitungan penjualan aset tetap (AT) lama
Harga beli aset tetap lama xxx
Akumulasi penyusutan xxx
Nilai buku xxx
Harga jual aset tetap lama xxx
Laba(Rugi) penjualan AT lama xxx
Pajak xxx
Laba bersih penjualan AT lama xxx

b. Perhitungan penerimaan bersih dan investasi bersih

Nilai buku aset tetap lama xxx


Laba (Rugi) penjualan AT lama xxx
Penerimaan bersih xxx
Harga beli aset tetap baru xxx
Investasi bersih xxx

Investasi bersih atau net investment inilah nantinya akan menjadi initial
cashflow yang harus ditutup dengan aliran kas yang diterima dari
penggantian.

Contoh 1

Perusahaan Hero merencanakan akan mengganti mesin yang dibeli 3 tahun


lalu seharga Rp 500.000.000,- umur ekonomisnya 7 tahun dan nilai residu Rp
80.000.000, dengan nilai baru yang diperkirakan lebih efisien seharga Rp
700.000.000,- dengan umur ekonomis 4 tahun dan nilai residu Rp
200.000.000,- mesin lama diperkirakan akan terjuan dengan harga Rp
350.000.000,-
Atas penggantian mesin tersebut diharapkan akan bisa menghemat biaya
tunai dari penurunan bahan baku dan biaya tenaga kerja sebesar Rp
120.000.000,- per tahun. Pajak sebesar 30% dan return yang diharapkan
sebesar 18%

4
Dari contoh diatas bisa kitu hitung besarnya investasi bersih sebagai berikut:

500.000.000−80.000.000
Penyusutan mesin lama per tahun = = 60.000.000
7

700.000.000−200.000.000
Penyusutan mesin baru per tahun = = 125.000.000
4
a. Perhitungan penjualan aset tetap lama
Harga beli aset tetap lama 500.000.000,-
Akumulasi penyusutan = 3 x Rp 60.000.000 180.000.000,-
Nilai buku 320.000.000,-
Harga jual aset tetap lama 350.000.000,-
Laba penjualan aset tetap lama 30.000.000,-
Pajak 30% 9.000.000,-
Laba bersih penjualan aset tetap lama 21.000.000,-

b. Perhitungan penerimaan bersih dan investasi bersih

Nilai buku aset tetap lama 320.000.000,-


Laba bersih penjualan aset tetap lama 21.000.000,-
penerimaan bersih penjualan aset tetap lama 341.000.000,-
harga beli aset tetap baru 700.000.000,-
Investasi bersih 359.000.000,-

(2) Tambahan Cashflow

Untuk menilai kelayakan investasi penggantian aset tetap, aliran kas yang
digunakan adalah aliran kas tambahan (incremental cashflow) yang
disebabkan penggantian aset tersebut. Tambahan aliran kas ini bisa
disebabkan karena adanya penghematan biaya tunai seperti turunnya biaya
bahan baku dan biaya tenaga kerja, dan juga karena peningkatan penjualan
yang disebabkan aset tetap baru. Penghematan-penghematan ini akan
menjadi tambahan penghasilan, sehingga perlu dikurangi dengan kenaikan
biaya seperti biaya penyusutan (penyusutan mesin baru- penyusutan mesin
lama). Dengan demikian dari contoh diatas bisa dihitung tambahan cashflow
sebagai berikut:

Penghematan tunai 120.000.000,-


Tambahan penyusutan:
Penyusutan mesin baru 125.000.000,-
Penyusutan mesin lama 60.000.000,-
65.000.000,-
Tambahan EBT 55.000.000,-
Pajak 30% 16.500.000,-
Tambahan EAT 38.500.000,-
Tambahan penyusutan 65.000.000,-
Tambahan Cashflow 103.500.000,-

5
Dengan demikian, penggantian tersebut menghasilkan tambahan
cashflow sebesar Rp 103.500.000,-
Untuk menilai kelayakannya, misal dengan metode NPV maka bisa dihitung
NPV nya sebagai berikut :
PV tambahan cashflow th. 1-4 = Rp 103.500.000 x 2,690 = Rp 278.415.000,-
PV nilai residu th. ke 4 = Rp 200.000.000 x 0,516 = Rp 103.200.000,-
Total PV of Cashflow Rp 381.615.000,-
Investasi Rp 359.000.000,-
Net Present Value Rp 22.615.000,-

Dari perhitungan tersebut ternyata menghasilkan NPV positif sebesar Rp.


22.615.000,- sehingga dapat disimpulkan bahwa investasi penggantian
tersebut layak.

13.2 Pemilihan Investasi dengan Umur Berbeda

Dalam keputusan investasi penggantian, kadang-kadang umur ekonomis


dari aset tetap yang akan diganti dengan aset tetap pengganti berbeda. Bisa
juga dalam mengganti aset tetap ada dua alternatif aset tetap yang
mempunyai umur ekonomis yang berbeda. Sebagai contoh perusahaan akan
mengadakan pembaharuan dalam pergudangan. Ada dua pilihan alat
pemindahan yakni sistem conveyer (proyek C) dan truk Forklift (Proyek F).
Proyek C mempunyai umur ekonomis 6 tahun dan proyek F mempunyai umur
3 tahun. Investasi dan cashflow masing-masing proyek adalah sebagai berikut
:
Tahun Proyek C Proyek F
0 -100.000.000 -50.000.000
1 25.000.000 25.000.000
2 35.000.000 27.500.000
3 37.500.000 35.000.000
4 35.000.000
5 27.500.000
6 35.000.000
NPV r = 15% 21.676.207 15.546.149
IRR 22,72% 32,55%
Dari contoh diatas, dilihat dari analisis NPV, proyek yang lebih baik adalah
proyek C karena menghasilkan NPV positif lebih banyak dibanding proyek F.
Tapi bila menggunakan analisis IRR ternyata lebih baik adalah proyek F
karena IRR nya jauh lebih tinggi dibanding dengan proyek C. Pertanyaannya,
mana sebaiknya proyek yang dipilih. Untuk menjawab ini tidak bisa
diputuskan dengan melihat NPV dan IRR nya saja. Untuk itu penyelesaiannya
bisa menggunakan (1) Replacement Chain Approach atau (2) Equivalent
Annual Annuity Approach
(1) Replacement Chain Approach
Replacement chain approach ini sering disebut dengan common life
approach merupakan metode yang menjadikan kedua mesin/alat yang
umurnya berbeda dibuat menjadi sama dengan mengasumsikan membeli

6
mesin tersebut beberapa kali, sehingga menghasilkan umur yang sama.
Misalnya mesin A umurnya 2 tahun dan mesin B umrunya 3 tahun, maka
untuk menyamakan umurnya mesin A dianggap membeli tiga kali sehingga
umurnya jadi 6 tahun dan mesin B dibeli dua kali se hingga umurnya jadi
sama. Selanjutnya mesin tersebut dianalisis dengan NPV dan IRR. Proyek
yang menghasilkan NPV dan IRR yang lebih besar dianggap lebih baik.
Dari contoh proyek mesin C dan Mesin F diatas, karena umur proyek F 3
tahun sementara proyek C mempunyai umur 6 tahun, maka proyek F
dianggap melakukan 2 kali investasi. Dengan demikian cashflow selama
enam tahun proyek F adalah sebagai berikut:
Proyek F (dalam ribuan)

0 1 2 3 4 5 6
o-------------o------------o-------------o-------------o------------o-------------o
-50.000 25.000 27.500 35.000 25.000 27.500 35.000
-50.000
-15.000

Dari cashflow tersebut selanjutnya dihitung besarnya NPV dan IRR untuk
proyek F selama enam tahun. Setelah dihitung pada discount rate 15%
ternyata menghasilkan NPV sebesar Rp 25.767.995,- dengan IRR sebesar
32,88%. Dengan demikian baik dengan NPV maupun IRR, proyek F
memberikan hasil yang lebih besar, oleh karena itu diusulkan yang dipilih
proyek mesin F

(2) Equivalent Annual Annuity Method

Dengan menggunakan pendekatan Equivalent Annual Annuity masing-


masing proyek perlu dicari NPV nya yang kemudian dibuat rata-rata tahunan
dan membaginya dengan discount factor annuitetnya selama umur ekonomis
masing-masing proyek. Dengan demikian langkah yang perlu diambil adalah:
a. Menghitung NPV masing-masing proyek dengan tingkat diskonto
tertentu. Misal proyek C dan proyek F diatas dengan tingkat diskonto
15% diproleh NPV proyek C = Rp 21.676.207,- dan NPV proyek F =
Rp 15.546.149,-
b. Menghitung discount factor annuity masing-masing proyek dengan
discount rate sama untuk mencari NPV yakni 15%. Oleh karena itu
discount factor 15% untuk 3 tahun = 2.283, dan 6 tahun = 3,784
c. Selanjutnya menghitung Equivalent Annual Annuity (EAA) masing-
masing proyek dengan jalan membagi NPV dengan discount factor
annuitynya. Yaitu:
- EAA proyek C = Rp 21.676.207 : 3,784 = Rp 5.728.385,-
- EAA Proyek F = Rp 15.549.149 : 2,283 = Rp 6.809.527,-

7
Dengan demikian EAA proyek F lebih besar, sehingga dengan metode ini
proyek F sebaiknya yang dipilih sebab menghasilkan EAA lebih besar
dibanding proyek C

12.3 Capital Rationing

Seringkali manajemen dihadapkan pada pengambilan keputusan investasi


pada beberapa proyek secara bersamaan, sementara dana yang tersedia
untuk membiayai proyek tersebut terbatas. Dengan keterbatasan dana yang
dimiliki oleh investor menyebabkan proyek-proyek tersebut tidak bisa
dikerjakan semuanya, melainkan harus dipilih yang paling menguntungkan.
Apabila masing-masing proyek tidak memiliki keterkaitan atau independen,
maka untuk memilih proyek tersebut lebih mudah yaitu dengan memilih
secara urut dari proyek yang paling besar tingkat keuntungannya. Tingkat
keuntungan proyek diukur dari profitability indexnya. Proyek yang mempunyai
profitability index paling besar menempati ranking pertama, dan begitu
seterusnya disusul yang lebih rendah.
Pada kenyataan tiidak seluruhnya proyek bersifat independen, ada
proyek-proyek mempunyai keterkaitan tertentu. Sifat proyek-proyek tersebut
antara lain adalah :
1. Independen
Proyek yang bersifat independen adalah sekumpulan proyek yang tidak
mempunyai hubungan keterkaitan, karena tidak ada hubungan
keterkaitan, maka dalam menentukan pilihan proyek jauh lebih mudah
yakni dengan membuat ranking dari tingkat yang keuntungannya atau
profitability indexnya (PI) yang paling tinggi sampai yang paling rendah.
Pilihannya tentu diurutkan berdasarkan dengan ranking proyek.

2. kontijensi
Proyek yang bersifat kontijensi merupakan proyek yang mempunyai
hubungan keterkaitan, dimana bila satu proyek diterima maka proyek
lainnya juga harus diterima. Sebaliknya bila satu proyek ditolak maka
proyek lainnya juga harus ditolak. Misalnya suatu Depatemen mempunyai
dua proyek yaitu satu proyek pembangunan gedung dan saat bersamaan
ada proyek pengerasan jalan menuju gedung tersebut. Departemen
mensyaratkan jika mengambil proyek harus keduanya, tidak bisa salah
satu saja yang diambil. Untuk menilai proyek yang bersifat kontijensi ini
maka harus mengadakan penggabungan dari alat analisis yang
digunakan. Jika kita menggunakan PI untuk menilai proyek ini maka perlu
dihitung besarnya PI gabungan. Misal ada dua proyek yang bersifat
kontijensi yakni proyek A dengan investasi Rp 100.000.000,-
menghasilkan PI sebesar 1,23 dan proyek B dengan investasi sebesar
Rp 60.000.000,- menghasilak PI sebesar 0,95, maka perlu dihitung PI
gabungan dengan cara sebagai berikut :

8
Proyek Investasi PI Present Value of
Cashflow
A Rp 100.000.000 1,23 Rp 123.000.000
B Rp 60.000.000 0,95 Rp 57.000.000
Rp 160.000.000 Rp 180.000.000

180.000.000
PI Gabungan = 160.000.000 = 1,125

Karena PI gabungannya lebih besar dari 1 maka proyek tersebut layak


untuk dilaksanakan
3. Muttualy Exclusive
Untuk proyek yang bersifat mutually exclusive adalah proyek yang
mempunyai hubungan keterkaitan yang saling meniadakan. Bila proyek A
dan B bersifat mutually exclusive, artinya jika proyek A diterima, maka
proyek B harus ditolak, demikian sebaliknya jika proyek B diterima maka
proyek A harus ditolak. Dari proyek-proyek yang bersifat mutually
exclusive, akan dipilih yang PI nya paling tinggi. Contoh proyek ini,
misalnya sebuah kementerian pemerintah mempunyai dua proyek dan
demi untuk pemerataan, maka hanya boleh mengambi salah satu proyek
untuk masing-masing kontraktor.
Dari beberapa proyek pemerintah yang akan dipilih beserta sifat-sifat dan
keterbatasan dana maka untuk memilih proyek mana saja yang sebaiknya
dilaksanakan juga perlu pertimbangan apakah pelaksanaan proyek bisa
ditunda atau tidak bisa ditunda. Apabial proyek-proyek tersebut tidak bisa
ditunda, maka analisisnya menggunakan analisis waktu tunggal, sedang
bila proyek bisa ditunda bisa menggunakan analisis waktu ganda.
Contoh Analisis Waktu Tunggal
Kementerian PUPR sedang mempertimbangkan beberapa proyek dengan
kondisi sebagai berikut:

Proyek Kebutuhan Dana (Jt) PI


A 200 1,12
B 250 1,15
C 150 1,22
D 300 1,09
E 200 1,10
F 100 1,07
G 150 0,98
_______________________________________
Proyek B dan E bersifat mutually exclusive, proyek C dan G bersifat
Kontijensi. Sedang lainnya bersifat independen.

9
Dana proyek yang tersedia sebesar Rp 900.000.000,- proyek-prroyek
mana saja yang sebaiknya dipilih dahulu ?
Untuk menentukan proyek mana saja yang sebaiknya dipilih, maka perlu
menyelesaikan dulu proyek-proyek yang bersifat khusus. Proyek B dan E
yang mempunyai sifat mutually exclusive dipilih yang PI paling besar yakni
proyek B sehingga proyek E ditolak. Demikian juga proyek C dan G yang
mempunyai hubungan kontijensi, perlu dicari PI gabungannya sebagau
berikut :
Proyek Investasi PI Present Value of
Cashflow
C Rp 150.000.000 1,22 Rp 186.000.000
G Rp 150.000.000 0,98 Rp 144.000.000
Rp 300.000.000 Rp 330.000.000

330.000.000
PI Gabungan = 300.000.000 = 1,10

Dengan demikian PI untuk proyek C dan G adalah sebesar 1,10. Setelah


proyek-proyek yang mempunyai sifat khusus dianalisis, selanjutnya proyek-
proyek tersebut di ranking berdasarkan PI nya, maka terlihat seperti dibawah
ini.
Proyek Kebutuhan Dana (Jt ) PI
B 250 1,15
A 200 1,12
C&G 300 1,10
D 300 1,09
F 100 1,07
Dari ranking proyek dipilih proyek-proyek berdasarkan ranking tersebut dan
berdasarkan keterbatasan dana yakni Rp 900.000.000
Alternatif 1 proyek B, A, C+G, dan F
Proyek Investasi PI Present Value of
Cashflow
B Rp 250.000.000 1,15 Rp 287.500.000
A Rp 200.000.000 1,12 Rp 224.000.000
C+G Rp 300.000.000 1,10 Rp 330.000.000
F Rp 100.000.000 1,07 Rp 107.000.000
Rp 850.000.000 Rp 948.000.000

948.000.000
PI Gabungan = 850.000.000 = 1,12

Alternatif 2, proyek A, C+G, D, dan F

10
Proyek Investasi PI Present Value of
Cashflow
A Rp 200.000.000 1,12 Rp 224.000.000
C+G Rp 300.000.000 1,10 Rp 330.000.000
D Rp 300.000.000 1,09 Rp 327.000.000
F Rp 100.000.000 1,07 Rp 107.000.000
Rp 900.000.000 Rp 988.000.000

988.000.000
PI Gabungan = 900.000.000 = 1,10

Dari alternatif 1 diperoleh PI nya sebesar 1,12 dan masih ada sisa dana
sebesar Rp 50.000.000,- dana ini masih bisa diinvestasikan pada proyek lain.
Sedangkan alternatif 2 dengan semua dana yang tersedia sebesar Rp
900.000.000,- mengahasilak PI nya sebesar 1,10. Dengan demikian
sebaiknya perusahaan memilih alternatif 1 yaitu proyek B, A, C+G dan F

Analisis Waktu Ganda


Bila proyek yang dipilih dapat ditunda pelaksanaannya, maka perlu dicari
PI bila dilaksanakan tahun ini dan PI bila proyek ditunda. Selanjutnya dicari
selisih PI nya. Proyek yang dipilih untuk dilaksanakan terlebih dahulu adalah
proyek yang mempunyai selisih PI lebih besar, atau proyek yang ditunda
pelaksanaannya yang mempunyai selisih PI paling kecil.
Contoh Analisis waktu ganda
Perusahaan HERO mendapatkan tawaran proyek dengan karakterisitik
sebagai berikut:
Proyek Keb. Dana PI saat ini PI tahun depan
P Rp 200.000.000 1,17 1,15
Q Rp 200.000.000 1,14 1,10
R Rp 200.000.000 1,11 1,04
S Rp 200.000.000 1,08 1,05
Dana tersedia saat ini hanya Rp 600.000.000,-
Tahun depan tersedia dana Rp 200.000.000,-
Proyek mana yang dipilih terlebih dahulu ?

Untuk penyelesaian permasalahan ini perlu dicari selisih PI antara proyek


bila dilaksanakan tahun ini dengan proyek dilaksanakan tahun depan.

Proyek Keb. Dana PI saat ini PI tahun Selisih


depan PI
P Rp 200.000.000 1,17 1,15 0,02
Q Rp 200.000.000 1,14 1,10 0,04
R Rp 200.000.000 1,11 1,04 0,07
S Rp 200.000.000 1,08 1,05 0,03

11
Oleh karena selisih PI yang terkecil adalah selisih PI proyek P, maka
sebaiknya proyek yang ditunda adalah proyek P, buktinya adalah sebagai
berikut:
Proyek Investasi PI PV
Q 200.000.000 1,14 228.000.000
R 200.000.000 1,11 222.000.000
S 200.000.000 1,08 216.000.000
P 200.000.000 1,15 230.000.000
800.000.000 896.000.000

896.000.000
PI Gabungan = 800.000.000 = 1,12

Kita bandingkan bila yang ditunda proyek yang mempunyai selisih PI paling
besar yakni proyek R, maka PI nya bisa dihitung:
Proyek Investasi PI PV
P 200.000.000 1,17 234.000.000
Q 200.000.000 1,14 228.000.000
S 200.000.000 1,08 216.000.000
R 200.000.000 1,04 208.000.000
800.000.000 886.000.000

886.000.000
PI Gabungan = 800.000.000 = 1,11

Dengan demikian dari perhitungan tersebut terlihat PI-nya lebih kecil, maka
sebaiknya ditunda adalah proyek P
Contoh 1.
Soal dan Jawaban
PT. JOGJAMAJU sedang mempertimbangkan untuk mendirikan suatu proyek
investasi yang berlokasi di Yogyakarta. Total investasi diperkirakan sebesar
Rp 1.000.000.000,-, dimana Rp 100.000.000,- nya merupakan modal kerja
dan sisanya sebagai modal tetap. Investasi diperkirakan mempunyai umur
ekonomis 6 tahun dengan nilai residu sebesar Rp 240.000.000,-
Proyeksi penjualan selama usia ekonomisnya diperkirakan sebagai berikut:
Tahun Penjualan (Rp)
1 700.000.000
2 740.000.000
3 780.000.000
4 820.000.000
5 860.000.000
6 900.000.000

12
Struktur biaya yang dikeluarkan adalah biaya variabel sebasar 45% dari
penjualan dan biaya selain biaya penyusutan Rp 35.000.000,- pajak 30% dan
tingkat keuntungan yang diharapkan sebesar 20%
Jawaban:
900.000.000−240.000.000
Penyusutan(metode garis lurus) = = 110.000.000/
6
tahun
Biaya tetap selain penyusutan Rp 35.000.000,- pertahun

Biaya variabel 45% dari penjualan


a. Menghitung Cashflow
(Dalam Ribuan Rp)
Keterangan Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3 Tahun 4 Tahun 5 Tahun 6
PENJUALAN 700.000 740.000 780.000 820.000 840.000 900.000
Bi. Variabel 45% 315.000 333.000 351.000 369.000 387.000 405.000
Bi.Tetap Non Pen. 35.000 35.000 35.000 35.000 35.000 35.000
Bi. Tetap Pen. 110.000 110.000 110.000 110.000 110.000 110.000
TOTAL BIAYA 460.000 478.000 496.000 514.000 532.000 550.000
Laba Sebelum 240.000 262.000 284.000 306.000 328.000 350.000
Pajak
Pajak 30% 72.000 78.600 85.200 91.800 98.400 105.000
EAT 168.000 183.400 198.800 214.200 229.600 245.000
Penyusutan 110.000 110.000 110.000 110.000 110.000 110.000
Nilai Residu 240.000
Modal Kerja 100.000
CASHFLOW 278.000 293.400 308.800 324.200 339.600 695.000
b. Accounting Rate of Return
(168.000+183.400+198.800+214.400+229.600+245.000)∶6
ARR = x 100%
(1.000.000+240.000):2
= 33,31%
Karena Nilai ARR sebesar 33,31% lebih besar dari tingkat keuntungan yang
diharapkan 20%, maka menurut metode ini proyek investasi ini layak
dilaksanakan.
c. Payback Period
Investasi 1.000.000.000,-
Cashflow tahun 1 278.000.000,-
Sisa pengeluaran investasi 722.000.000,-
Cashflow tahun 2 293.400.000,-
Sisa pengeluaran investasi 428.600.000,-
Cashflow tahun 3 308.800.000,-
Sisa pengeluaran investasi 119.800.000,-
Cashflow tahun 4 324.200.000,-

Payback Period = 3 tahun + 119.800.000 x 1 tahun = 3 tahun + 0,4 tahun


324.200.000

13
= 3,4 Tahun
Apabila target pengembalian investasi adalah selama 4 tahun, maka investasi
ini layak dilaksanakan karena payback period nya lebih kecil dibanding tearget
pengembalian investasi.

d. Metode Net Present Value r =20%


Perhitungan Net Present Value r = 20%
Tahun Cashflow Discount Factor Present Value
r = 20% Of Cashflow
1 278.000.000 0.833 231.574.000
2 293.400.000 0,694 203.619.600
3 308.800.000 0,579 178.795.200
4 324.200.000 0,482 156.264.400
5 339.600.000 0,402 136.519.200
6 695.000.000 0,335 232.825.000
Total Present Value of Casflow
1.139.577.400
Present Value of Investment
1.000.000.000
Net Present Value 139.577.400

Dengan menggunakan tingkat keuntungan yang diharapkan sebesar 20%


ternyata diperoleh NPV positif Rp 139.577.200,- maka proyek investasi ini
layak untuk dilaksanakan.

e. Internal Rate Of Return


Dengan menggunakan hasil perhitungan NPV pada tingkat keuntungan yang
diharapkan r = 20%, maka dicari NPV negatif dengan menggunakan r = 30%
Perhitungan Net Present Value r = 30%
Tahun Cashflow Discount Factor Present Value
r = 30% Of Cashflow
1 278.000.000 0.769 213.782.000
2 293.400.000 0,592 173.692.800
3 308.800.000 0,455 140.504.000
4 324.200.000 0,350 113.470.000
5 339.600.000 0,269 91.352.400
6 695.000.000 0,207 143.865.000
Total Present Value of Casflow 876.685.400
Present Value of Investment 1.000.000.000
Net Present Value (123.314.600)

14
Dengan demikian:
rr = 20% TPVrr = 1.139.577.400 NPVrt = 139.577.400
rt = 30% TPVrt = 876.685.400
139.577.400
IRR = 20% + x (30%-20%)
1.139.577.400−876.685.500
= 20 % + 6,15%
= 26,15%
Karena IRR nya lebih besar dari tingkat keuntungan yang diharapkan, maka
proyek ini layak untuk dilakukan.

Contoh 2
PT PRADANA sedang mempertimbangkan untuk mengganti armada
angkutannya yang dibeli dua tahun lalu dengan harga Rp 360.000.000,- umur
ekonomisnya 6 tahun, dan nilai residu Rp 60.000.000,- dengan armada baru
yang lebih efisien yang mempunyai harga Rp 500.000.000n- dengan umur
ekonomis 4 tahun dan nilai residu Rp 150.000.000,-. Armada lama masih bisa
laku di jual dengan harga Rp 250.000.000,-
Atas penggantian tersebut didapatkan penghematan tunai dari efisiensi
bahan bakar dan perbaikan rutin sebesar Rp 75.000.000,- pertahun. Pajak
30% dan return yang diharapkan sebesar 17%. Apakah proyek penggantian
ini layak ?
350.000.000−60.000.000
Penyusutan armada lama pertahun = = 50.000.000
6

500.000.000−150.000.000
Penyusutan armada baru pertahun= = 87.500.000
4

a. Perhitungan penjualan aset tetap lama


Harga beli armada lama 360.000.000,-
Akumulasi penyusutan = 2 x 50.000.000 100.000.000,-
Nilai buku 260.000.000,-
Harga jual armada lama 250.000.000,-
Rugi penjualan armada lama 10.000.000,-
Pajak 30% 3.000.000,-
Rugi bersih penjualan armada lama 7.000.000,-

b. Perhitungan penerimaan bersih dan investasi bersih


Nilai buku mesin lama 260.000.000,-
Rugi bersih penjualan armada lama 7.000.000,-

15
Penerimaan bersih 253.000.000,-
Harga beli aset tetap baru 500.000.000,-
Investasi bersih 247.000.000,-

c. Perhitungan tambahan cashflow


Penghematan tunai 75.000.000,-
Tambahan penyusutan:
Penyusutan armada baru = 87.500.000,-
Penyusutan armada lama = 50.000.000,-
37.500.000,-
Tambahan EBT 37.500.000,-
Pajak 30% 11.250.000,-
Tambahan EAT 26.250.000,-
Tambahan Penyusutan 37.500.000,-
Tambahan Cashflow 63.750.000,-

Dengan demikian penggantian armada tersebut menghasilkan tambahan


cashflow sebesar Rp 63.750.000,- dan NPV nya dengan tingkat keuntungan
yang diharapkan 17% sebesar :
PV tambahan cashflow tahun 1-4 = 63.750.000 x 2,743 = Rp 174.866.250,-
PV dari nilai residu tahun ke 4 = 150.000.000 x 0,534 = Rp 80.100.000,-
Total PV of cashflow = Rp 254.966.250,-
Investasi = Rp 247.000.000,-
Net present value Rp 7.966.250,-
Karena proyek penggantian armada ini menghasilkan NPV positif sebasar Rp
7.966.250,- maka proyek penggantian armada ini layak dilaksanakan.

Contoh 3
PT DWIJAYA memiliki dana sebasar Rp. 600.000.000,- yang aka
dipergunakan untuk membiayai beberapa usulan investasi yang memiliki
karakteristik sebagai berikut:
Proyek Kebutuhan Dana Profitability Index
(Ribu Rp)
1 100.000 0,97
2 150.000 1,16
3 125.000 1,11
4 150.000 1,25
5 100.000 1,05
6 200.000 1,09
7 100.000 1,19

Proyek 1 dan 4 merupakan proyek yang memiliki hubungan kontijensi dan


proyek 3 dan 7 mempunyai hubungan mutually exclusive. Semua usulan ini

16
tidak tersedia kesempatan untuk melakukan penundaan. Proyek mana saja
yang sebaiknya dipilih?
Jawaban:
Proyek 3 dan 7 mempunyai hubungan mutually exclusive dipilih proyek 7
karena mempunyai PI yang lebih besar yakni 1,19. Proyek 1 dan 4 merupakan
proyek yang memiliki hubungan kontijensi digabung dengan perhitungan
sebagai berikut:
Proyek Investasi PI PV
1 100.000.000 0,97 97.000.000
4 150.000.000 1,25 185.500.000
250.000.000 284.500.000

284.500.000
PI Gabungan = = 1,14
250.000.000
Menyusun ranking proyek
Proyek Kebutuhan Dana Profitability Index
(Ribu Rp)
7 100.000 1,19
2 150.000 1,16
1&4 250.000 1,14
6 200.000 1,09
5 100.000 1,05

Menyusun alternatif proyek dengan keterbatasan dana:


Alternatif 1 proyek 7, 2, 1&4, dan 5
Proyek Investasi PI Present Value of
Cashflow
7 Rp 100.000.000 1,19 Rp 119.000.000
2 Rp 150.000.000 1,16 Rp 174.000.000
1&4 Rp 250.000.000 1,14 Rp 285.000.000
5 Rp 100.000.000 1,05 Rp 105.000.000
Rp 600.000.000 Rp 683.000.000

683.000.000
PI Gabungan = 600.000.000 = 1,14

Alternatif 2, proyek 2, 1&4, 6


Proyek Investasi PI Present Value of
Cashflow
2 Rp 150.000.000 1,16 Rp 174.000.000
1&4 Rp 250.000.000 1,14 Rp 285.000.000
6 Rp 200.000.000 1,09 Rp 218.000.000
Rp 600.000.000 Rp 677.000.000

17
677.000.000
PI Gabungan = = 1,13
600.000.000
Karena alternatif 1 memberikan PI yang lebih besar/lebih menguntungkan,
maka sebaiknya memilih alternatif 1 dengan mengambil proyek 7, 2, 1&4, dan
5

Contoh 4
Ada dua alternatif mesin yang bisa diambil oleh perusahaan. Mesin X
mempunyai umur ekonomis 2 tahun dengan harga beli Rp 500.000.000,- dan
menghasilkan aliran kas Rp 350.000.000,- pertahun. Mesin Y mempunyai
umur ekonomis 3 tahun dengan harga beli Rp 750.000.000,- dan mampu
menghasilkan aliran kas sebesar Rp 400.000.000,- pertahun. Lakukan
analisis dengan metode Replacement Chain dan EAA
Jawaban:
a) Dengan menggunakan metode Replacement Chain, bisa kita cari aliran
kas dengan cara menjadikan kedua umur yang sama yakni X dijadikan 6
tahun sehingga perlu 3 kali investasi dan Y untuk menjadi 6 tahun perlu 2
kali investasi. Dengan demikian bila digambarkan kedua mesin tersebut
adalah:

Mesin X (dalam Jutaan Rp)


0 1 2 3 4 5 6
o-------------o------------o-------------o-------------o------------o-------------o
-500 350 350 350 350 350 350
-500 -500
150 150

Mesin Y (dalam Jutaan Rp)


0 1 2 3 4 5 6
o-------------o------------o-------------o-------------o------------o-------------o
-750 400 400 400 400 400 400
-750
-350

Dengan discount rate NPV 18% NPV kedua mesin adalah (Dalam Ribuan)
Tahun Cashflow Discount PV of Cashflow
Mesin X Mesin Y Factor Mesin X Mesin Y
1 350.000 400.000 0,847 296.450 338.800
2 -150.000 400.000 0,718 -107.700 287.200
3 350.000 -350.000 0,609 213.150 -213.150
4 -150.000 400.000 0.516 -77.400 206.400

18
5 350.000 400.000 0,437 152.950 174.800
6 350.000 400.000 0,370 129.500 148.000
Total PV of Cashflow 606.950 942.050
Investasi 500.000 750.000
Net Present Value 106.950 192.050

Sedangkan jika dihitung IRR kedua mesin tersebut akan didapat IRR mesin
X =26,37% dan IRR mesin Y = 28,17%
Dengan menggunakan metode replacement chain didapat baik NPV maupun
IRR mesin Y lebih besar dibanding mesin X, sehingga sebaiknya dipilih mesin
Y.
b) Dengan menggunakan pendekatan Equivalent Annual Annuity perlu dicari
discount factor pada r = 18% untuk 2 tahun dan 3 tahun sehingga bisa
dihitung EAA kedua mesin
EAA mesin X = Rp 106.950.000 : 1,566 = Rp 68.295.019,-

EAA mesin Y = Rp 192.050.000 : 2,174 = Rp 88.339.466,-

Dengan demikian mesin Y lebih baik dipilih.

Referensi:
Sutrisno. 2017. Manajemen Keuangan. Teori Konsep & Aplikasi. Edisi 2.
Penerbit Ekosina Yogyakarta
Riyanto, Bambang. 2015. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan. Edisi 4.
BPFE, Yogyakarta.
Sumastuti, 2006. “Keunggulan NPV Sebagai Alat Analisis Uji Kelayakan
Investasi Dan penerapannya” http://jurnal.bl.ac.id/ wpcontent/uploads/
2007/01/BEJ-v3-n1- artikel7-agustus2006.pdf. 08 November 2011.
.

19

Anda mungkin juga menyukai