KELOMPOK 14 :
Zulastri Hamdilla 2010531036
Belvy Stefanny S. 2010532033
DOSEN PENGAMPU :
Dra. Sri Dewi Edmawati, M.Si, Akt
Menurut Salman dan Farid (2016:80) menyatakan bahwa “Activity Based Costing
adalah perhitungan biaya (Costing) yang dimulai dengan penelusuran aktivitas-aktivitas dan
kemudian memproduksi produk. Atau dengan kata lain, Activity Based Costing adalah proses
sistem perhitungan biaya yang berfokus pada aktivitas-aktivitas untuk menghasilkan produk.
Sedangkan menurut Horngren (2009:266) dalam Suratinoyo (2013:658) mendefinisikan ABC
sebagai suatu sistem pendekatan perhitungan biaya yang dilakukan berdasarkan aktivitas-
aktivitas yang ada di perusahaan. Sistem ini dilakukan dengan dasar pemikiran bahwa
penyebab timbulnya biaya adalah aktivitas yag dilakukan dalam suatu perusahaan, sehingga
wajar bila pengalokasian biaya-biaya tidak langsung dilakukan berdasarkan aktivitas tersebut.
Menurut Mulyadi (2003:40) yang dimaksud dengan Activity Based Costing yaitu,
Sistem informasi biaya yang berorientasi pada penyediaan informasi lengkap tentang aktivitas
untuk memungkinkan personel perusahaan melakukan pengelolaan terhadap aktivitas. Sistem
informasi ini menggunakan aktivitas sebagai basis serta pengurangan biaya dan penentuan
secara akurat biaya produk atau jasa sebagai tujuan. Sistem informasi ini diterapkan dalam
perusahaan manufaktur, jasa, dan dagang.
Kelemahan
• Pengeluaran dana dan waktu yang dikonsumsi pada activit based costing system
sangat mahal untuk di kembangkan ataupun diimplementasikan
• Metode pelaksanaan yang kompleks sehingga memakan waktu dan tentunya biaya
• Metode ini mengabaikan beberapa biaya seperti iklan, promosi dan riset dari
analisisnya
• Pengalokasian biaya yang praktis mungkin sulit untuk dilakukan karena kemungkinan
tidak ditemukannya aktivitas yang menyebabkan biaya tersebut
Kelebihan
Penerapad Activity Based Costing pada perusahaan memiliki beberapa kriteria. Beberapa
kriteria tersebut akan saya uraikan secara singkat sebagai berikut.
Product Diversity
Kriteria ini menunjukan akan penawaran dari jumlah dan keanekaragaman product families.
Jadi, semakin bertambahnya produk yang dihasilkan maka akan semakin cocok jika
menggunakan analisa Activity Based Costing, karena dengan bertambahnya keanekaragaman
produk yang dihasilkan maka berdampak pada semakin beragamnya aktivitas sehingga
tingkat distorsi cost akan semakin tinggi.
Support Diversity
Kriteria ini menunjukan akan tingginya pengeluaran overhead cost berdasarkan jumlah dan
keanekaragaman aktivitas. Sehingga menyebabkan sulitnya pengalokasian biaya overhead.
Jika jumlah dan keanekargaman aktivitas semakin meningkat maka cocok jika menggunakan
analisa Activity Based Costing.
Common Processes
Kreiteria ini menunjukan tingkat kegiatan yang akan dikerjakan bersama dalam penghasilan
suatu produk sehingga biaya periode tiap produk akan sulit untuk dipisahkan. Kegiatan
bersama itu dapat dicontohkan seperti manufacturing, engineering, accounting, material
handling, marketing, distribution dan sebagainya. Dengan tingginya jumlah departemen yang
dibutuhkan pada saat menjalankan operasi perusahaan maka akan berdampak pada jumlah
dari common cost. Sehingga menyebabkan sulitnya alokasi biaya per produk. Penggunaan
analisa Activity Based Cost akan cocok apabila tingkat common processes semakin besar.
Kriteria ini menunjukan kapabilitas dari suatu sistem akuntansi biaya dengan pengalokasian
biaya periode secara akurat. Biaya tersebut diidentifikasikan dengan menggunakan jangka
waktu tertentu karena tidak dibutuhkan dalam perolehan produk yang akan dijual. Agar dapat
memperkecil biaya produk maka dianjurkan menerapkan analisis Activities Based Costing.
Kriteria ini menunjukan kecepatan dari pertumbuhan biaya periode di tiap tahunnya. Apabila
perusahaan Anda mempunyai tingkat pertumbuhan yang tergolong cepat maka akan sulit
dalam mengalokasikan biaya, maka kemungkinan distorsi biaya pun meningkat. Sehingga
perusahaan yang mempunyai tingkat pertumbuhan biaya periode yang cepat maka akan cocok
dalam penggunaan analisa Activities Based Costing.
Pricing Freedom
Kriteria ini menunjukan tingkat kemandirian dari suatu perusahaan dalam penentuan harga
sehingga menghasilkan suatu produk yang profitability. Suatu perusahaan yang memiliki
ketidakbebasan dalam penentuan harga biasanya disebabkan karena adanya persaingan
terhadap kompetitor pasar. Dampak dari persaingan tersebut berdampak pada penentuan biaya
yang tepat untuk perusahaan. Sehingga bagi perusahaan yang tidak memiliki tingkat
ketidakbebasan dalam penentuan harga produk cocok menggunakan analisa Activities Based
Costing.
Kriteria ini menunjukan adanya distorsi cost suatu produk secara material. Hal ini berkaitan
dengan seberapa pengaruh penurunan atau kenaikan biaya dalam proporsi laba. Apabila laba
perusahaan memiliki pengaruh yang signifikan maka perusahaan tersebut cocok
menggunakan analisa Activity Base Costing.
Strategic Considerations
Kriteria ini menunjukan seberapa penting informasi biaya dalam suatu pengambilan
keputusan dalam manajemen. Keputusan tersebut berkaitan denga strategi yang akan
diterapkan pada perusahaan, strategi tersebut bukan hanya sebatas strategi pemasaran. Maka
dari itu semakin pentingnya informasi biaya tersebut maka semakin cocok pula penggunaan
analisa Activity Based Costing pada perusahaan.
Kriteria ini menggambarkan seberapa penting dari akurasi pelaporan dari cost periode dalam
pengambilan keputusan manajemen yang bersifat internal. Dengan adanya keakuratan dalam
pelaporan alokasi cost periode juga akan berkaitan dengan adanya evaluasi bagi internal
manajemen. Bagi pihak manajemen dapat menggunakan informasi yang tersajikan pada
laporan untuk pembuatan kebijakan yang lebih tepat di kemudian hari. Maka dari itu
penggunaan analisa Activities Based Costing akan semakin cocok apabila tingkat kepentingan
akurasi semakin tinggi.
Analysis of Frequency
Kriteria ini menungjukan tingkatan dari kegiatan yang berkaitan dengan analisa cost biaya
produk. Frekuensi kebutuhan informasi biaya berkaitan dengan banyaknya kegiatan. Apabila
tingkat frekuensi semakin tinggi maka tingkat keakuratan dari alokasi biaya akan semakin
meningkat juga. Sehingga penggunaan analisa Activity Based Costing akan semakin cocok
apabila tingkat frekuensi semakin tinggi.
Mari kita gambarkan konsep ABC dengan melihat dua kegiatan manufaktur yang umum:
Asumsikan bahwa perusahaan memiliki biaya overhead manufaktur tahunan dari $ 2.000.000
— $ 200.000 yang secara langsung terlibat dalam pemasangan mesin produksi. Selama satu
tahun ini perusahaan mengharapkan untuk melakukan 400 pembelian dan perawatan
mesin. Kemudian kita juga berasumsi bahwa ukuran produksi sangat bervariasi, tetapi upaya
perawatan untuk setiap mesin sama.
Biaya per perawatan dihitung menjadi $ 500 ($ 200.000 biaya per tahun dibagi dengan 400
perawatan per tahun). Di bawah ABC, $ 200.000 dari overhead akan dipandang sebagai biaya
per kuota produksi
Ini berarti bahwa $ 200.000 pertama-tama akan dialokasikan ke kuota produk yang akan
diproduksi (disebut alokasi Tahap 1), dan kemudian ditugaskan ke unit produk di setiap kuota
produksi (disebut alokasi Tahap 2).
Misalnya, jika kuota X terdiri dari 5.000 unit produk, biaya perawatan per unit adalah $ 0,10
($ 500 dibagi 5.000 unit). Jika kuota Y adalah 50.000 unit, biaya per unit untuk pemasangan
adalah $ 0,01 ($ 500 dibagi dengan 50.000 unit).
Untuk mempermudah, mari kita asumsikan bahwa sisa biaya produksi sebesar $ 1.800.000
disebabkan oleh aktivitas produksi yang berkorelasi dengan 100.000 jam mesin perusahaan.
Berikut contoh dua aktivitas sederhana, mari kita lihat bagaimana tarif untuk mengalokasikan
overhead manufaktur akan terlihat dengan ABC dan tanpa ABC:
Selanjutnya, mari kita lihat apa dampak manufacturing overhead cost allocations atau biaya
overhead teknik alokasi terhadap biaya per unit dari unit output tertentu. Asumsikan bahwa
perusahaan memproduksi per kuota 5.000 unit dan menghasilkan 50 unit per jam mesin,
berikut adalah bagaimana biaya yang ditetapkan untuk unit dengan ABC dan tanpa ABC
Manufacturing O/H caused by setup per unit $0.10 Tidak Dapat Diterapkan
Seperti yang diilustrasikan tabel di atas, dengan activity based costing, biaya per unit
berkurang dari $ 0,46 menjadi $ 0,37 karena biaya perawatan kegiatan tersebar di 50.000 unit,
bukan 5.000 unit. Tanpa ABC, biaya per unit adalah $ 0,40 terlepas dari jumlah unit dalam
setiap kuota produksi.
Kesimpulan
Jika perusahaan mendasarkan harga jual mereka pada biaya, maka perusahaan yang tidak
menggunakan pendekatan ABC mungkin kehilangan pekerjaan dengan kuota besar
dibandingkan dengan kompetitor yang mengajukan penawaran dengan harga yang lebih
rendah dari biaya overhead atau lebih kecil dari $ 0,37.
Kemungkinan lain adalah bahwa perusahaan yang tidak menggunakan ABC akan kesulitan
untuk memproduksi produk dengan kuota kecil, karena $ 0,40 lebih rendah dari model ABC
$ 0,46 untuk ukuran kuota 5.000 unit.
Dengan harga penawaran berdasarkan overhead manufaktur sebesar $ 0,40, tetapi biaya
sebenarnya sebesar $ 0,46. Jadi kemungkinan perusahaan melakukan banyak produksi dengan
sedikit atau tanpa laba.