Anda di halaman 1dari 9

Judul : Penerapan Activity-Based Costing System untuk Menentukan Harga Pokok

Produksi PT Celebes Mina Pratama


Peneliti : Danang Rahmaji
Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi
Universitas Sam Ratulangi Manado
Publikasi : Jurnal EMBA
September 2013
Volume 1, nomor 3, hal. 63-73
Tanggal Review : 19 September 2019

PENDAHULUAN
Perkembangan teknologi dan informasi menyebabkan proses produksi ikut mengalami
perubahan. Kebutuhan akan tenaga kerja semakin berkurang karena adanya peningkatan dari
pemakaian mesin-mesin untuk berproduksi. Meningkatnya penggunaan mesin menyebabkan
komposisi biaya produksi dalam perusahaan secara perlahan mengalami perubahan, seperti
adanya penurunan biaya tenaga kerja dan kenaikan biaya overhead pabrik.
Kesalahan yang terjadi dalam perhitungan harga pokok produksi akan menyebabkan
kerugian bagi perusahaan. Hal ini karena harga pokok produksi berfungsi sebagai dasar untuk
menetapkan harga jual dan laba serta digunakan sebagai alat untuk mengukur efisiensi
pelaksanaan proses produksi, serta dasar untuk pengambilan keputusan bagi manajemen
perusahaan.
PT Celebes Mina Pratama memproduksi tiga jenis produk yaitu ikan kayu, hana katsuo,
dan fish meal. Berbagai macam mesin digunakan dalam proses produksi, sehingga membutuhkan
banyak biaya. Hal tersebut dapat dilihat dari besarnya total aset tetap PT Celebes Mina Pratama
yang mencapai Rp 7.127.242.784 dari total aset perusahaan secara keseluruhan yaitu sebesar Rp
13.740.563.379. Perhitungan untuk harga pokok produksi membutuhkan ketepatan dan
kecermatan dalam menghitung dan membebankannya sesuai dengan jumlah yang telah
dikonsumsi oleh aktivitas pembuatan produk. Selanjutnya, muncul metode baru dalam
menghitung harga pokok produksi yang disebut dengan activity-based costing system.
Activity-based costing system adalah suatu metode akuntansi biaya dimana pembebanan
harga pokok produk diperoleh dengan menjumlah seluruh biaya aktivitas yang menghasilkan
produk, baik itu barang atau jasa. Dasar alokasi yang digunakan adalah jumlah aktivitas dalam
setiap cost pool tersebut. Metode ini menggunakan jenis pemicu biaya yang lebih banyak,
sehingga dapat mengukur sumber daya yang digunakan oleh produk secara lebih akurat.
Penelitian ini merujuk pada penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Wijayanti (2011) tentang
penerapan activity-based costing system untuk menentukan harga pokok produksi tekstil.
Berdasarkan atas literatur tersebut, maka penulis melakukan penelitian untuk mengetahui apakah
activity-based costing system dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif metode penentuan
harga pokok produksi dalam mencapai tujuan perusahaan. Adapun tujuan dari penelitian ini
adalah untuk membandingkan sistem perhitungan harga pokok produksi yang selama ini
digunakan oleh perusahaan dengan metode activity-based costing system.

LANDASAN TEORI
Terdapat beberapa teori pendukung yang digunakan dalam penelitian ini. Pertama adalah
teori tentang akuntansi biaya yang didefinisikan oleh Mulyadi (2012:7) sebagai suatu proses
pencatatan, penggolongan, peringkasan, dan penyajian biaya, pembuatan, dan penjualan produk
atau jasa dengan cara-cara tertentu, serta penafsiran terhadapnya. Akuntansi biaya menghasilkan
informasi untuk memenuhi berbagai macam tujuan. Tujuan yang ingin dicapai adalah penentuan
kos produksi, pengendalian biaya, serta tujuan pengambilan keputusan khusus.
Teori selanjutnya adalah konsep tentang biaya. Pengertian biaya menurut Mursyidi
(2010:14) adalah suatu pengorbanan yang dapat mengurangi kas atau harta lainnya untuk
mencapai tujuan, baik yang dibebankan saat ini ataupun dibebankan di masa mendatang.
Pengertian lain dari biaya menurut Abdullah (2012:22) adalah pengeluaran-pengeluaran atau
nilai pengorbanan untuk memperoleh barang atau jasa yang berguna untuk masa mendatang dan
memiliki manfaat lebih dari satu periode akuntansi. Selanjutnya, adapun objek biaya
(Witjaksono, 2013:13) adalah biaya-biaya yang digunakan dalam sistem akuntansi manajemen
untuk mengukur dan menentukan biaya.
Teori berikutnya menjelaskan tentang harga pokok produksi (Dunia dan Abdullah,
2012:24) yaitu biaya-biaya yang terjadi yang berkaitan dengan proses manufaktur. Biaya ini
dibagi menjadi tiga kategori yaitu bahan langsung (direct material), tenaga kerja langsung
(direct labor), dan biaya overhead pabrik (manufacturing overhead).
Banyak pengertian dari activity-based costing system berdasarkan berbagai literatur.
Dunia dan Abdullah (2012:318) mendefinisikan activity-based costing system sebagai suatu
sistem pendekatan perhitungan biaya yang dilakukan berdasarkan aktivitas-aktivitas yang ada di
perusahaan. Pengertian lain dikemukakan oleh Simamora (2012:117) yang mendefinisikannya
sebagai sistem akuntansi yang terfokus pada aktivitas-aktivitas yang dilakukan untuk
memperoleh produk berupa barang dan jasa.
Terdapat suatu istilah yang disebut dengan hirarki biaya yaitu pengelompokkan biaya
menjadi cost pool yang berbeda atas dasar jenis pemicu biaya yang berbeda dan berdasarkan atas
kesulitan yang dialami dalam penetapan hubungan sebab-akibat antara sumber daya dengan
aktivitas dan produk. Mursyidi (2010:288) menjelaskan bahwa terdapat empat hirarki biaya
dalam sistem activity-based costing system diantaranya output unit level cost, batch level cost,
product (or services) sustaining cost, dan facility sustaining cost.
Dunia dan Abdullah (2012:238) menjelaskan bahwa terdapat beberapa manfaat dari
sistem activity-based costing system yaitu: (1) membantu mengidentifikasi ketidakefisienan yang
terjadi dalam proses produksi, baik per departemen, per produk, ataupun per aktivitas; (2)
membantu pengambilan keputusan dengan lebih baik karena perhitungan biaya atas suatu objek
biaya menjadi lebih akurat; dan (3) membantu mengendalikan biaya (terutama biaya overhead
pabrik) kepada level individual dan level departemental.
Tahapan penyusunan hingga implementasi activity-based costing system menurut Dunia
dan Abdullah (2012:323) yaitu: (1) memeriksa ulang seluruh informasi keuangan perusahaan; (2)
menentukan tujuan penerapan activity-based costing system; (3) menetapkan aktivitas utama
yang menyebabkan perubahan pada beban tidak langsung atau overhead; (4) menghubungkan
biaya tidak langsung dengan aktivitas, sehingga dapat dihitung tarif (rate) per unit untuk setiap
dasar alokasi yang digunakan untuk membebankan biaya tidak langsung; (5) menghitung biaya
tidak langsung yang dibebankan pada setiap objek biaya; (6) menghitung total biaya untuk setiap
objek biaya; dan (7) menggunakan hasil perhitungan activity-based costing untuk melakukan
perbaikan dan pengambilan keputusan yang relevan.
Penelitian ini mengacu pada beberapa penelitian terdahulu diantaranya adalah penelitian
Wijayanti (2011) yang dilakukan pada PT Industri Sandang Nusantara Unit Patal Secang sebagai
sebuah perusahaan industri tekstil, penelitian Karamoy (2012) pada Rumah Sakit Mongisidi
Manado sebagai perusahaan jasa dibidang kesehatan, dan penelitian Widjajanti (2009) pada PT
Nilas Wahana Antika. Hasil yang diperoleh dari ketiga penelitian tersebut berbeda-beda.
Penelitian oleh Wijayanti (2011) memperoleh hasil bahwa dengan metode activity-based costing
system, harga pokok produksi yang dihasilkan lebih mahal daripada sistem tradisional. Hal
tersebut karena dengan activity-based costing system, biaya overhead pabrik pada masing-
masing produk dibebankan pada banyak cost driver, sehingga sistem activity-based costing
mampu mengalokasikan biaya aktivitas ke setiap produk secara tepat berdasarkan konsumsi
masing-masing aktivitas. Selanjutnya, untuk penelitian Karamoy (2012) memperoleh hasil
bahwa setelah menerapkan activity-based costing system, Rumah Sakit Mongisidi Manado
mengalami kerugian pada tahun 2011 karena kesalahan manajemen dalam menerapkan metode
perhitungan harga pokok, sehingga menghasilkan data yang kurang tepat dan berdampak buruk
pada pengambilan keputusan untuk penentuan harga jual. Penelitian terakhir oleh Widjajanti
(2009) memperoleh kesimpulan di mana pembebanan biaya overhead ke produk hanya
berdasarkan tingkat unit, sehingga menimbulkan distori dalam perhitungan harga pokok
produksi. Perbedaan penelitian Widjajanti (2009), Wijayanti (2011), dan Karamoy (2012)
dengan penelitian ini terletak pada objek penelitian yaitu sektor perusahaan yang berbeda-beda,
sedangkan persamaannya terdapat pada subjek penelitian. Perusahaan yang diteliti sama-sama
menerapkan activity-based costing system untuk mengevaluasi keakuratan perhitungan yang
dilakukan saat ini.
Sehubungan dengan penulisan penelitian ini, agar bisa mengamati bahwa ada banyak hal
yang dapat dijadikan sebagai dasar persamaan antara beberapa penelitian yang telah
dikemukakan diatas, yaitu metode-metode yang digunakan dalam penelitian serta bagaimana
menentukan harga pokok produksi dengan perhitungan activity-based costing system, sedangkan
perbedaan yang dapat dilihat dari penelitan sebelumnya yaitu mengenai objek penelitian dimana
objek yang dipakai penulis yaitu PT Celebes Mina Pratama Bitung yang merupakan perusahaan
industri yang memproduksi ikan kayu.

METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yaitu penelitian yang berlandaskan pada
filsafat postpostivisme, digunakan untuk meneliti kondisi obyek yang alamiah, (sebagai
lawannya eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, pengambilan sampel
sumber data dilakukan secara purposive dan snowball, teknik pengumpulan dengan trianggulasi
(gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih
menekankan makna dari pada generalisasi (Sugiyono, 2010:14).
Objek penelitian adalah PT Celebes Mina Pratama yang terletak di Bitung Sulut,
Indonesia dengan waktu penelitian dilakukan selama dua bulan yaitu bulan Januari sampai
dengan bulan Maret 2013. Jenis data yang digunakan adalah data kualitatif dan data kuantitatif.
Data kualitatif berupa struktur organisasi, perlengkapan atau peralatan, dan proses pelaksanaan
produksi. Data kuantitatif berupa pengeluaran perusahaan, biaya dalam setiap tindakan yang
dilakukan dalam proses produksi, serta banyaknya jumlah produksi. Sumber data yang
digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data primer berupa laporan keuangan dalam
bentuk laporan keuangan PT Celebes Mina Pratama, sedangkan data sekunder bersumber dari
buku-buku dan artikel-artikel yang berhubungan dengan topik penelitian.
Teknik pengumpulan data untuk memperoleh informasi dikumpulkan melalui beberapa
tahap yaitu tahap wawancara, observasi, dan dokumentasi. Metode analisis yang digunakan
adalah metode analisis deskriptif yang bertujuan untuk memahami data dengan cara
mengumpulkan, mengklasifikasikan, menganalisa, dan menginterpretasikan data-data yang
diperoleh dari PT Celebes Mina Pratama dengan menghitung harga pokok produksi dengan
sistem tradisional dan activity-based costing system serta membandingkan hasil perhitungan dari
kedua sistem tersebut.
Adapun teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: (1) menghitung harga
pokok produksi dengan sistem tradisional pada PT Celebes Mina Pratama; (2) menghitung harga
pokok produksi dengan activity-based costing system; dan (3) menarik kesimpulan dan
memberikan saran untuk dijadikan sebagai bahan masukan bagi manajemen perusahaan.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Perhitungan Harga Pokok Produksi dengan Sistem Tradisional
Perhitungan harga pokok produksi pada PT Celebes Mina Pratama melalui dua tahap.
Tahap pertama yaitu biaya overhead pabrik diakumulasi menjadi satu kesatuan untuk
keseluruhan pabrik dengan menggunakan dasar pembebanan biaya berupa unit produk.
Selanjutnya diperoleh tarif tunggal berdasarkan unit produk yaitu sebesar Rp 2.859,37452 per
unit. Tahap kedua yaitu biaya overhead pabrik dibebankan ke produk dengan mengalikan tarif
tersebut dengan biaya yang digunakan masing-masing produk. Setelah itu, diperoleh harga
pokok produksi untuk masing-masing produk yaitu ikan kayu sebesar Rp 40.833,556; hana
katsuo sebesar Rp 80.353,9537; dan fish meal sebesar Rp 2.931,18578.

Perhitungan Harga Pokok Produksi dengan Activity-Based Costing System


Tahap pertama menentukan harga pokok produksi berdasarkan Activity-Based Costing
System adalah menelusuri biaya dari sumber daya ke aktivitas yang mengkonsumsinya. Tahap ini
terdiri dari mengidentifikasi dan menggolongkan aktivitas. Aktivitas PT Celebes Mina Pratama
dapat digolongkan menjadi empat level aktivitas yaitu aktivitas level unit, aktivitas level batch,
aktivitas level produk, dan aktivitas level fasilitas.
Selanjutnya untuk prosedur tahap dua, berdasarkan pembebanan biaya overhead pabrik
yang telah dilakukan, maka perhitungan harga pokok produksi dengan menggunakan Activity-
Based Costing System pada PT. Celebes Mina Pratama Tahun 2010. Hasil perhitungan harga
pokok produksi per unit pada tahun 2010 menggunakan activity-based costing system diperoleh
hasil harga pokok produksi untuk ikan kayu adalah sebesar Rp 41.232,00; untuk hana katsuo
sebesar Rp 80.957,00; dan untuk fish meal sebesar Rp 3.004,00.

Perbandingan Sistem Tradisional dengan Activity-Based Costing System dalam menentukan


Harga Pokok Produksi
Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa hasil perhitungan
harga pokok produksi dengan activity-based costing system untuk ikan kayu adalah sebesar Rp
41.232,00 untuk hana katsuo sebesar Rp 80.957,00 dan untuk fish meal sebesar Rp 3.004,00.
Dari hasil tersebut jika dibandingkan dengan sistem tradisional, maka activity-based costing
system memberikan hasil yang lebih besar untuk produk ikan kayu, hana katsuo dan fish meal.
Selisih untuk ikan kayu sebesar Rp 399 dan selisih untuk hana katsuo sebesar Rp 603, sedangkan
selisih untuk fish meal sebesar Rp 73.

SIMPULAN DAN SARAN


Simpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Perhitungan harga pokok produksi menggunakan activity-based costing system
memberikan hasil yang lebih mahal dari sistem tradisional adalah pada ikan kayu, hana
katsuo dan fish meal. Sistem tradisional memberikan perhitungan laba yang lebih besar
dibandingkan dengan sistem activity-based sosting, dikarenakan perhitungan dengan
sistem tradisional hanya menggunakan satu cost driver sehingga banyak terjadi distorsi-
distorsi biaya dan menghasilkan perhitungan laba yang tidak relevan.
2. Perbedaan yang terjadi antara harga pokok produksi dengan menggunakan sistem
tradisional dengan activity-based costing system disebabkan karena pembebanan biaya
overhead pabrik pada masing-masing produk. Pada sistem tradisional biaya pada masing-
masing produk hanya dibebankan pada satu cost driver saja, akibatnya cenderung terjadi
distorsi pada pembebanan biaya overhead pabrik. Pada metode activity-based costing
system, biaya overhead pabrik pada masing-masing produk dibebankan pada banyak cost
driver, sehingga activity-based costing system mampu mengalokasikan biaya aktivitas ke
setiap jenis produk secara tepat berdasarkan konsumsi masing-masing aktivitas.

Adapun saran dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.


1. Harga pokok produksi pada PT Celebes Mina Pratama dengan activity based-costing
system menampakkan hasil yang relatif lebih besar daripada harga pokok produksi
dengan sistem tradisional, namun sebaiknya PT Celebes Mina Pratama mengevaluasi
kembali sistem pembebanan biayanya dalam menentukan harga pokok produksi karena
harga pokok produksi akan mempengaruhi posisi produk di pasar.
2. Pihak manajemen sebaiknya mulai mempertimbangkan perhitungan harga produksi
dengan menggunakan activity-based costing system dengan tetap mempertimbangkan
faktor-faktor eksternal yang lain seperti harga pesaing dan kemampuan masyarakat.

PENDAPAT ATAS PENELITIAN


1) Kelebihan
Beberapa kelebihan dari penelitian dan artikel ilmiah tersebut yaitu:
a. Fenomena yang dipaparkan oleh penulis sudah jelas. Peningkatan penggunaan mesin
menyebabkan komposisi biaya produksi dalam perusahaan secara perlahan mengalami
perubahan, seperti adanya penurunan biaya tenaga kerja dan kenaikan biaya overhead
pabrik. Kesalahan yang terjadi dalam perhitungan harga pokok produksi akan
menyebabkan kerugian bagi perusahaan. Hal ini karena harga pokok produksi berfungsi
sebagai dasar untuk menetapkan harga jual dan laba.
b. Pada bagian abstrak, peneliti telah mencantumkan beberapa poin penting diantaranya
fenomena yang diambil, tujuan penelitian, metode yang digunakan, serta hasil dari
penelitian tersebut.
c. Pada bagian pendahuluan, peneliti telah memaparkan tujuan penelitian ini dibuat.
d. Peneliti telah menjelaskan teori-teori yang digunakan dengan rinci, beserta literatur
berupa buku yang mendasari teori tersebut.
e. Peneliti telah menjelaskan mengenai penelitian-penelitian terdahulu yang digunakan
sebagai bahan referensi, sehingga dilakukan replikasi untuk menghasilkan penelitian yang
dilakukan saat ini.
f. Peneliti telah menjelaskan secara lengkap mengenai metode penelitian yang digunakan
dalam artikel ilmiah.
g. Peneliti memaparkan proses perhitungan dengan lengkap sehingga memudahkan
pembaca untuk memahami mengenai konsep perhitungan harga pokok produksi, baik
menggunakan sistem tradisional maupun activity-based costing system.
h. Saran yang ditulis peneliti sudah tepat, karena ditujukan kepada pihak manajemen selaku
pihak yang mengelol operasional PT Celebes Mina Pratama untuk mempertimbangkan
faktor-faktor lain dalam menentukkan harga pokok produksi seperti harga pesaing dan
kemampuan masyarakat.
i. Penulisan sitasi dan daftar pustaka telah ditulis sesuai dengan aturan yang berlaku umum.

2) Kekurangan
Beberapa kekurangan dari penelitian dan artikel ilmiah tersebut yaitu:
a. Peneliti tidak menjelaskan alasannya meneliti PT Celebes Mina Pratama sebagai objek
penelitian.
b. Peneliti tidak menjelaskan alasannya memilih tahun 2010 sebagai tahun penelitian yang
diteliti dalam artikel ilmiah.
c. Masih terdapat kesalahan dalam penulisan tanda baca, penulisan kata depan dan kata
sambung di awal kalimat, kesalahan penggunaan huruf kapital, dan istilah asing yang
tidak dicetak miring.
d. Peneliti memaparkan beberapa penelitian terdahulu yang digunakan sebagai bahan acuan
dalam penelitian. Peneliti sebaiknya mengurutkan penelitian-penelitian tersebut
berdasarkan tahun penelitiannya, dimulai dari tahun terlama hingga tahun terbaru.

Anda mungkin juga menyukai