Disusun oleh :
KELOMPOK 7
Cyntia Habibah Sinaga (1506305091 / Absen 14)
Nyoman Yudha Astriayu Widyari (1506305110 / Absen 16)
PROGRAM REGULER
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
2018
11.1 Keadaan Pedesaan di Indonesia
Kawasan Perdesaan menurut Undang-Undang No. 6 Tahun 2007 Pasal 1 adalah
kawasan yang mempunyai kegiatan utama pertanian, termasuk pengelolaan sumber daya
alam dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perdesaan, pelayanan jasa
pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi.
Kondisi atau keadaan masyarakat pedesaan di Indonesia masih sangat erat kaitannya
dengan adat istiadat yang mereka anut di wilayah masing-masing. Hal ini dikarenakan
pedesaan di Indonesia masih menjunjung tinggi rasa kekeluargaan demi keutuhan adat
istiadat yang mereka punya. Selain itu, masyarakat pedesaan di Indonesia umumnya sudah
mengenal istilah gotong royong, hal inilah yang menjadi ciri khas yang biasanya dilakukan
masyarakat pedesaan. Gotong royong biasanya dilakukan oleh masyarakat pedesaan untuk
mencapai tujuan bersama yang sudah direncanakan sebelumnya. Ini dilakukan agar semua
masyarakat ikut terlibat dan pekerjaan yang dilakukan akan menjadi lebih ringan karena
dilakukan bersama. Rasa tanggung jawab dan kekeluargaan sangatlah penting mengingat
kondisi pedesaan di Indonesia saat ini masih menjunjung tinggi adat istiadatnya sehingga
masyarakatnya harus mampu menjaga kekompakan agar permasalahan-permasalahan yang
timbul bisa dibatasi ataupun dikendalikan.
Daerah pedesaan sangat luas wilayahnya, sebagian besar penduduknya hidup di sektor
pertanian dalam arti luas (meliputi sub-sub sektor tanaman pangan, perkebunan, perikanan,
peternakan, dan kehutanan), artinya struktur perekonomiannya menitikberatkan pada sektor
pertanian atau merupakan daerah yang berbasis agraris (agriculture base). Adapun ciri
masyarakat pedesaan antara lain:
a. Antar warga memiliki hubungan yang sangat erat.
b. Kekeluargaan dijadikan sebuah pengikat antar warga dalam kehidupan berkelompok.
c. Sebagian besar warganya menghasilkan produk pertanian untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya.
d. Kesenjangan sosial yang ada tidak terlalu besar selisihnya.
e. Kesadaran masyarakat untuk mematuhi nilai dan norma yang berlaku di wilayahnya
sangatlah tinggi.
4
BAB I
UMUM
Pasal 1
(1) Koperasi Unit Desa (KUD) dibentuk oleh warga desa dari suatu desa atau sekelompok
desa-desa yang disebut unit desa, yang dapat merupakan satu kesatuan ekonomi
masyarakat terkecil.
(2) Pengembangan KUD diarahkan agar KUD dapat menjadi pusat pelayanan kegiatan
perekonomian di daerah pedesaan yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
pembangunan nasional, dan dibina serta dikembangkan secara terpadu melalui program
lintas sektoral.
(3) Pembinaan dan pengembangan KUD dilaksanakan dalam rangka pemantapan dan
peningkatan peranan serta tanggung jawab masyarakat pedesaan, sehingga mampu
mengurus diri sendiri dan dapat berperan serta secara nyata dalam pembangunan
nasional dan pembangunan pedesaan serta mampu memetik dan menikmati hasil
pembangunan atas dasar swadaya dan gotong royong dalam rangka melaksanakan
demokrasi ekonomi sesuai Pasal 33 Undang-Undang Dasar 1945.
BAB II
PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN KUD
Bagian Pertama
Tujuan
Pasal 2
Pembinaan KUD bertujuan untuk:
a. Memantapkan dan menumbuhkan swadaya KUD, sehingga mampu menjadi pusat
pelayanan kegiatan perekonomian pedesaan yang berdaya guna dan berhasil guna serta
dimiliki dan diatur oleh warga desa sendiri untuk keperluan mereka dan pembangunan
pedesaan;
b. Memperkuat kerangka dasar dan arah pembangunan KUD sebagai pusat pelayanan
dalam tata perekonomian masyarakat di daerah pedesaan yang merupakan bagian
integral dari pembangunan nasional.
5
Bagian Kedua
Sasaran
Pasal 3
Sasaran pembinaan dan pengembangan KUD terutama diarahkan agar KUD dapat memegang
peranan utama dalam kegiatan perekonomian pedesaan, khususnya di sektor-sektor:
a. Pertanian yang meliputi bidang-bidang pertanian pangan, peternakan, perikanan,
perkebunan, dan agro industri;
b. Penyaluran kebutuhan pokok masyarakat pedesaan, terutama pangan, sandang, dan
papan;
c. Jasa yang antara lain meliputi bidang-bidang simpanpinjam, perkreditan, angkutan
darat dan air, listrik pedesaan, dan konstruksi;
d. Industri kecil dan kerajinan rakyat;
e. Lain-lain bidang sesuai kemampuan dan keadaan setempat.
Bagian Ketiga
Ruang lingkup
Pasal 4
(1) Pembentukan dan pamantapan KUD dilakukan sebagai berikut:
a. Pembentukan KUD dilakukan oleh warga desa sendiri baik yang menjadi anggota
kelompok tani atau tidak menjadi anggota kelompok tani yang ada di pedesaan;
b. Lingkup wilayah kerja KUD pada dasarnya meliputi satu atau beberapa desa sesuai
dengan potensi ekonomi yang layak untuk dikelola dan dikembangkan secara
berdaya guna dan berhasil guna yang ditetapkan oleh Menteri Koperasi dengan
mempertimbangkan kemampuan KUD dan potensi ekonomi wilayah yang
bersangkutan;
c. KUD yang dibentuk berdasarkan hal-hal yang tercantum dalam huruf a dan huruf b
di atas merupakan koperasi serba usaha yang melakukan usaha pelayanan berbagai
barang dan jasa mulai dari produksi sampai dengan pemasarannya.
6
(3) Pelaksanaan sehari-hari kegiatan pelayanan usaha berdasarkan kebijaksanaan yang
ditetapkan Pengurus sebagaimana dimaksudkan dalam ayat (2) huruf b di atas
dilakukan oleh Manajer yang mampu dan terampil, yang diangkat dan diberhentikan
oleh Pengurus.
(4) Manajer sebagaimana dimaksudkan dalam ayat (3) di atas dapat diangkat dari:
a. Seseorang yang mempunyai kemampuan dan keterampilan mengelola koperasi
secara profesional, dengan kemungkinan apabila perlu mengangkatnya menjadi
Pegawai Negeri Sipil; atau
b. Pegawai Negeri Sipil terutama di lingkungan Departemen Koperasi yang
mempunyai kemampuan, keterampilan, dan pengalaman dalam mengelola koperasi
secara profesional yang diperbantukan.
(5) Pengelolaan jenis-jenis kegiatan usaha KUD di setiap sektor sebagaimana dimaksudkan
dalam Pasal 3 dilaksanakan oleh unit-unit usaha KUD yang pembentukannya
didasarkan atas pertimbangan kebutuhan serta kelayakan ekonomi.
(6) Kegiatan pelayanan KUD meliputi bidang-bidang:
a. Perkreditan, simpan pinjam, dan pertanggungan kerugian;
b. Penyediaan dan penyaluran sarana-sarana produksi kebutuhan seharihari dan jasa-
jasa lainnya;
c. Pengelolaan dan pemasaran hasil-hasil produksi;
d. Kegiatan perekonomian lainnya yang dibutuhkan oleh anggota.
(7) Pembentukan KUD yang baru di luar ketentuan sebagaimana dimaksudkan dalam ayat
(1) sampai dengan ayat (6) di atas tidak dibenarkan.
(8) Pembinaan dan pengembangan permodalan KUD dilakukan untuk:
a. Meningkatkan kemampuan KUD dalam mobilisasi dana dari para anggotanya baik
dalam bentuk simpanan pokok, simpanan wajib, simpanan sukarela, simpanan
khusus, dan jenis-jenis simpanan lainnya, maupun dana-dana yang ada pada
masyarakat desa;
b. Meningkatkan kegiatan pelayanan KUD di bidang simpan pinjam terutama
dilakukan untuk memenuhi kebutuhan anggotanya, dan dikembangkan seluas-
luasnya untuk diarahkan pada pemantapan dan pengembangan Bank oleh Koperasi;
c. Meningkatkan kegiatan pelayanan KUD di bidang pertanggungan kerugian untuk
memenuhi kebutuhan anggota.
(9) Kegiatan pendidikan dan latihan diarahkan untuk:
7
a. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam pengelolaan KUD serta dalam
rangka pembinaan kader-kader koperasi di daerah pedesaan;
b. Menanamkan kesadaran dan semangat berkoperasi secara lebih meluas, dengan
mengintegrasikan pengajaran pengetahuan dan latihan perkoperasian melalui
pendidikan formal dan non formal pada segala tingkatan.
(10) Pengendalian dan pengawasan dilakukan oleh Badan Pemeriksa yang dibina dan
dikembangkan kemampuannya untuk mengendalikan dan mengawasi seluruh kegiatan
pengelolaan KUD.
(11) Badan Pemeriksa sebagaimana dimaksudkan dalam ayat (10) dalam melakukan tugas
pengendalian dan pengawasan dapat menggunakan bantuan jasa pengawasan dari luar
KUD yang bersangkutan terutama dari Koperasi Jasa Audit.
Bagian Keempat
Kebijaksanaan Dasar
Pasal 5
Pembinaan dan pengembangan KUD dilaksanakan secara bertahap sebagai berikut:
a. Pada tahap pertama, Pemerintah memberikan bimbingan dan penyuluhan, bantuan
usaha, manajemen, dan permodalan;
b. Pada tahap kedua, pembinaan dan pengembangan KUD diarahkan kepada usaha untuk
menumbuhkan kemampuan dan kekuatan KUD, melalui pengembangan usaha yang
berorientasi pada pemenuhan kebutuhan pokok, peningkatan swadaya, dan perluasan
peran serta seluruh anggota KUD;
c. Pada tahap terakhir, KUD diharapkan dapat tumbuh menjadi organisasi ekonomi
masyarakat pedesaan yang kokoh dan mampu berswadaya.
Bagian Kelima
Kebijaksanaan Pelaksanaan
Pasal 6
Pelaksanaan pembinaan dan pengembangan KUD dilakukan selaras dan serempak dalam
rangka:
a. Penyediaan kesempatan usaha yang seluas-luasnya dan penyediaan bantuan fasilitas
permodalan serta sarana yang memadai, yang mengutamakan peningkatan pelayanan
bagi anggota KUD dan masyarakat pedesaan yang berpenghasilan rendah;
8
b. Penyediaan kepastian usaha dalam bentuk jaminan pasar dan jaminan harga untuk
meningkatkan daya saing barang dan jasa yang dihasilkan oleh anggota KUD dan
masyarakat pedesaan;
c. Penumbuhan kemampuan dan kekuatan KUD di bidang permodalan melalui
peningkatan tabungan dan simpanan yang terpusat dan terpadu;
d. Peningkatan pembinaan organisasi, manajemen, dan kemampuan pengendalian serta
pengawasan intern dan ekstern KUD melalui kegiatan pendidikan, penyuluhan, latihan
dan penataran bagi Pengurus, Padan Pemeriksa, Manajer, dan pelaksanaan usaha;
e. Pemantapan dan peningkatan kerjasama dalam keseluruhan jalinan kelembagaan KUD
secara terpadu serta terkait dalam kegiatan ekonomi nasional, khususnya di daerah
pedesaan.
Bagian Keenam
Pembiayaan
Pasal 7
Pembiayaan yang diperlukan dalam rangka pelaksanaan pembinaan dan pengembangan
KUD, diatur sebagai berikut:
a. Pengembangan jenis-jenis usaha KUD di sektor-sektor sebagaimana dimaksudkan
dalam Pasal 3 dan Pasal 4 ayat (5) yang mempunyai kelayakan ekonomi dapat dibiayai
melalui dana sendiri dan/atau diberikan bantuan kredit sesuai dengan persyaratan bank;
b. Khusus bagi KUD yang belum dapat memenuhi persyaratan Bank, diberikan bantuan
kredit dengan kemudahan antara lain penggolongan ke dalam kredit dengan syarat yang
memadai, kredit yang dijamin oleh Pemerintah atau Perusahaan Umum Pengembangan
Keuangan Koperasi (PERUM PKK);
c. Untuk jenis kegiatan usaha KUD yang tidak mempunyai kelayakan ekonomi, tetapi
menyangkut pelayanan kebutuhan masyarakat yang berpenghasilan rendah diberi
bantuan pembiayaan yang bersumber dari Anggaran Departemen Koperasi.
Bagian Ketujuh
Pelaksanaan Pembinaan KUD
Pasal 8
(1) Para Menteri, Gubernur Bank Indonesia, Kepala Badan Urusan Logistik, dan para
Gubernur Kepala Daerah Tingkat I sebagaimana dimaksudkan dalam diktum KETIGA
dan KEEMPAT Instruksi Presiden ini berkewajiban membantu pelaksanaan pembinaan
9
dan pengembangan KUD secara khusus, terpadu dan terkoordinasi sesuai dengan
lingkup tugas dan wewenang masingmasing,
(2) Menteri Koperasi mengatur lebih lanjut dan mengkoordinasikan pelaksanaan
pembinaan dan pengembangan KUD.
BAB III
BADAN PEMBIMBING DAN PELINDUNG KUD
Pasal 9
(1) Untuk kelancararn pelaksanaan usaha KUD serta untuk memantapkan pertumbuhan,
dan pengembangan KUD pada setiap KUD dibentuk Badan Pembimbing dan Pelindung
KUD, yang selanjutnya disingkat BPP KUD, yang mempunyai tugas pokok
memberikan bimbingan dan perlindungan kepada KUD.
(2) Pembentukan BPP KUD, susunan, pengangkatan serta pemberhentian pengurusnya
ditetapkan oleh Bupati/Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II berdasarkan pedoman
yang diberikan oleh Menteri Dalam Negeri.
(3) Keanggotaan pengurus organisasi BPP KUD sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
terdiri dari tokoh-tokoh masyarakat yang ada di pedesaan seperti Lurah atau anggota
perangkat desa, Pemuka Agama (ulama), Pemuka Adat, Guru, dan tokoh masyarakat
setempat lainnya yang dipandang perlu yang diusulkan oleh Camat yang bersangkutan.
(4) Dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari, BPP KUD mendapat bimbingan dan
pengarahan dari Camat yang bersangkutan sesuai dengan petunjuk
Bupati/Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II yang bersangkutan.
(5) Tugas BPP KUD antara lain :
a. Memberikan bimbingan, bantuan, saran, dan nasehat kepada pengurus KUD;
b. Melindungi KUD terhadap hal-hal yang dapat merusak kelangsungan hidup dan citra
KUD;
(6) BPP KUD tidak mencampuri kegiatan usaha KUD, tidak melakukan usaha sendiri, dan
tidak melakukan kegitan yang membebani atau menyaingi kegiatan KUD.
7) Segala pembiayaan yang timbul sebagai pelaksanaan pembinaan BPP. KUD
dibebankan kepada Pemerintah Daeran Tingkat II yang bersangkutan.
10
a. Baik tidaknya alat perlengkapan organisasi yaitu rapat anggota dalam pengurus
koperasi dan badan pemeriksa koperasi.
b. Seberapa jauh kegiatan koperasi unit desa mampu mengelola tugas yang dibebankan
oleh pemerintah seperti pengadaan sarana produksi, kredit candak kulak, partisipasi
anggota dan lain-lain.
c. Koperasi Unit Desa dapat melakukan kegiatan promosi dan mencari pesanan sehingga
dapat memperluas jangkauan pasar dalam memasarkan produksi petani.
d. Koperasi Unit Desa dapat membantu mengembangkan cara berfikir petani melalui
tukar menukar pengalaman dan informasi secara diskusi dalam rapat anggota dan
dalam berbagai pertemuan lainnya.
Selain itu, juga terdapat kekurangan dari Koperasi Unit Desa antara lain sebagai
berikut.
a. Pejabat koperasi sebagai Pembina KUD terlalu cepat memberi bantuan berupa kredit
kepada KUD tanpa disertai pembinaan dan pengawasan yang insentif.
b. Kurangnya dukungan modal dari pemerintah melalui APBD dan APBN. Pemerintah
daerah mapun pusat seharusnya dapat mengalokasikannya dalam bentuk dana
bergulir.
c. Manajemen pengelolaan koperasi kurang professional, hal ini disebabkan oleh kurang
ahlinya para pelaku koperasi di dalam pengelolaan sumber daya manusianya.
Manajemen pengelolaan koperasi terlihat kurang kompeten di dalam menghadapi
kemajuan teknologi.
d. Penyuluhan mengenai KUD dilakukan tanpa ada koordinasi dengan dinas-dinas teknis
lain.
e. Jumlah tenaga pembina koperasi tidak sebanding dengan luas wilayah dan jumlah
anggota masyarakat yang dilayani.
f. Pejabat koperasi tidak tegas dalam mengambil keputusan terhadap pengurus KUD
yang tidak menjalankan fungsi dengan baik.
g. Membeli hasil pertanian dibawah harga pasar. Terdapat pedagang yang ingin
memonopoli semua hasil pertanian dengan harga murah di bawah harga pasar
sehingga petani mengalami kerugian.
h. KUD belum mampu bersaing di pasaran. Hal tersebut disebabkan karena kemampuan
koperasi dalam memanfaatkan peluang yang ada masih sangat rendah.
11
i. Kurangnya permodalan. Masalah modal usaha merupakan masalah yang sejak dulu
menjadi kendala dalam pelaksanaan pembangunan dan penggalakan koperasi, usaha
mikro, usaha kecil dan menengah (UMKM).
12
c. Kurangnya pengarahan yang tepat dalam kesinambungan pengembangan kegiatan
ekonomi.
Adapun usaha-usaha yang dapat dilakukan oleh Koperasi Unit Desa (KUD) untuk
memecahkan permasalahan di atas adalah sebagai berikut.
a. Dengan memberi pelayanan yang baik terhadap kebutuhan anggota.
b. Mengaktifkan anggota dengan penyuluhan yang intensif.
c. Mengarahkan KUD pada kemampuannya untuk menjadi koperasi serba usaha
dengan menggunakan potensi daerahnya masing-masing.
d. Dengan penyempurnaan organisasi intern dan ekstern KUD.
e. Dengan memperbaiki manajemen koperasi.
Pasal 1
(1) Koperasi Unit Desa (KUD) dikembangkan atas dasar swadaya masyarakat;
(2) Pelaksanaan program Inpres Bantuan Pembangunan Desa dan Program-program
bantuan dan pembangunan desa lainnya dibina dan dikembangkan dalam rangka
membantu menunjang pembinaan dan pengembangan Koperasi Unit Desa (KUD).
Pasal 2
Pengembangan dan pembinaan Koperasi Unit Desa (KUD) dilaksanakan sebagai
berikut:
(1) Departemen Perdagangan dan Koperasi:
a. Membina organisasi dan manajemen KUD dengan cara
1. Memperkokoh dan memantapkan Struktur Organisasi Koperasi Unit Desa
agar:
1.1 Alat perlengkapan organisasi Koperasi Unit Desar yaitu Rapat Anggota,
Pengurus, Badan Pemeriksa dan Manajer dapat berfungsi dengan
sepenuhnya sesuai dengan tugas dan wewenangnya masing-masing;
1.2 Organisasi Koperasi Unit Desa (KUD) juga melaksanakan tugas sebagai
pusat pelayanan bagi kepentingan ekonomi warga masyarakat;
2. Mengusahakan system dan kemampuan administrasi yang memadai tingkat
usaha yang dilakukan oleh Koperasi Unit Desa (KUD):
a. Menetapkan kedudukan Badan Hukum Koperasi dengan prosedur yang
sederhana;
b. Menyelenggarakan pendidikan dan latihan bagi manajer, karyawan,
pengurus, dan badan pemeriksa;
c. Mengusahakan penerapan dan pengembangan manajer professional pada
Koperasi Unit Desa (KUD);
d. Mengembangkan pembinaan di bidang usaha dengan cara:
1. Mengusahakan peningkatan kemampuan pemupukan modal di
kalangan anggota Koperasi Unit Desa (KUD);
2. Menciptakan kerjasama yang harmonis dan saling menguntungkan di
antara KUD dan antara Koperasi lainnya;
14
3. Membantu Koperasi Unit Desa (KUD) dalam usahanya merangsang
para anggota untuk mengusahakan peningkatan produksi dan
perbaikan mutu bagi barang yang dihasilkan;
e. Meningkatkan kemampuan Koperasi Unit Desa (KUD) agar secara
bertahap mampu melaksanakan unsur-unsur kegiatan ekonomis Unit Desa
seperti penyaluran sarana produksi, pengolahan/pemasaran hasil dan
perkreditan;
f. Memberikan pelayanan khusus kepada Koperasi Unit Desa (KUD) di
bidang perdagangan dengan sasaran:
1. Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1967 tentang Pokok-
pokok Perkoperasian;
2. Meningkatkan peranan Koperasi Unit Desa (KUD) dalam jaringan
setiap tataniaga dalam negeri di daerah pedesaan.
15
produksi dan pasca panen sehingga dapat berkembang sebagai unit kegiatan usaha
dari KUD;
f. Memberikan kesempatan kepada BUUD maupun pengurus KUD untuk
menghadiri dan mempergunakan forum pertemuan dan latihan antara Penyuluh
Pertanian Lapangan dengan Kontak Tani dan Kelompok Tani di lapangan serta
mengikuti latihan periodik Penyuluh Pertanian Lapangan guna mendapatkan
manfaat dan pengetahuan timbal balik;
g. Membantu Koperasi Unit Desa (KUD) dalam mengembangkan diversifikasi hasil
usaha pertanian.
16
Pasal 3
Koordinasi pembinaan terpadu dalam rangka pengembangan BUUD dan KUD
ditingkat nasional dilaksanakan oleh Menteri Muda Urusan Koperasi, ditingkat
Propinsi/Daerah Tingkat I oleh Gubernur/Kepala Daerah Tingkat I, di tingkat
Kabupaten/Daerah Tingkat II oleh Bupati/Kepala Daerah Tingkat II dan di tingkat
Kecamatan oleh Camat.
Pasal 4
Pelaksanaan Keputusan Bersama ini diatur lebih lanjut oleh Menteri-Menteri yang
bersangkutan.
Pasal 5
Pembiayaan yang timbul sebagai akibat dikeluarkannya Keputusan Bersama ini,
dibebankan kepada departemen masing-masing.
Selain itu, mengingat luasnya permasalahan yang dihadapi serta keterbatasan dana,
daya dan waktu diperlukan adanya suatu strategi yang tepat dalam usaha pembinaan dan
pengembangan KUD yaitu strategi pemusatan pelayanan koperasi. Tujuan dari strategi
tersebut adalah untuk mengakomodasikan segala usaha pemerintah dalam mempercepat
pengembangan KUD. Dalam rangka pengembangan KUD, diadakan pengendalian
operasional untuk meningkatkan bimbingan dan penilaian teknis guna kelancaran
pelaksanaan program dalam mencapai tujuan, untuk menyusun laporan rutin dan periodik
dalam rangka memonitoring perkembangan KUD, dan untuk membuat evaluasi atas laporan
rutin dalam rangka mengatasi penyimpangan-penyimpangan dan kelemahan-kelemahan
18
pelaksanaan program pengembangan KUD sehingga dapat segera diperbaiki dan
disempurnakan seawal mungkin.
Dengan melihat keberadaan KUD yang belum maksimal di masa sulit desa ini, yang
justru sebenarnya melalui KUD mampu menggerakkan roda ekonomi pedesaan, beberapa
langkah perlu dicermati guna meningkatkan pengembangan KUD diantaranya sebagai
berikut.
a. Diperlukan sinergi yang sama antara pemerintah daerah, masyarakat desa dan
pengurus KUD.
b. Visi KUD harus diperluas yakni tidak hanya untuk masyarakat desa setempat saja
tetapi diperluas sampai ke desa lain.
c. Pengurus KUD hendaknya bertanggung jawab terhadap setiap perubahan yang terjadi.
d. Masyarakat desa ikut serta membangun dan melakukan kontrol terhadap kinerja
pengurus KUD.
e. Menumbuhkan ''rasa memiliki yang tinggi'' antar masyarakat desa terhadap KUD di
era persaingan saat ini, sehingga dapat menumbuh-kembangkan perekonomian desa
yang sekaligus pula dapat meningkatkan perekonomian Indonesia dimasa mendatang.
19
DAFTAR PUSTAKA
20
Wiguna, Putu Adi dan I Wayan Sukadana. 2018. Peran Koperasi Unit Desa dalam
Meningkatkan Kesejahteraan Petani di Indonesia (Analisis Data Mikro). E-Jurnal
Ekonomi Pembangunan Universitas Udayana, 7 (1), hal. 2612-2639
21