Anda di halaman 1dari 22

RMK

KOPERASI DAN UMKM (EKU 203 C3)


SAP 11&12

Disusun oleh :
KELOMPOK 7
Cyntia Habibah Sinaga (1506305091 / Absen 14)
Nyoman Yudha Astriayu Widyari (1506305110 / Absen 16)

PROGRAM REGULER
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
2018
11.1 Keadaan Pedesaan di Indonesia
Kawasan Perdesaan menurut Undang-Undang No. 6 Tahun 2007 Pasal 1 adalah
kawasan yang mempunyai kegiatan utama pertanian, termasuk pengelolaan sumber daya
alam dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perdesaan, pelayanan jasa
pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi.
Kondisi atau keadaan masyarakat pedesaan di Indonesia masih sangat erat kaitannya
dengan adat istiadat yang mereka anut di wilayah masing-masing. Hal ini dikarenakan
pedesaan di Indonesia masih menjunjung tinggi rasa kekeluargaan demi keutuhan adat
istiadat yang mereka punya. Selain itu, masyarakat pedesaan di Indonesia umumnya sudah
mengenal istilah gotong royong, hal inilah yang menjadi ciri khas yang biasanya dilakukan
masyarakat pedesaan. Gotong royong biasanya dilakukan oleh masyarakat pedesaan untuk
mencapai tujuan bersama yang sudah direncanakan sebelumnya. Ini dilakukan agar semua
masyarakat ikut terlibat dan pekerjaan yang dilakukan akan menjadi lebih ringan karena
dilakukan bersama. Rasa tanggung jawab dan kekeluargaan sangatlah penting mengingat
kondisi pedesaan di Indonesia saat ini masih menjunjung tinggi adat istiadatnya sehingga
masyarakatnya harus mampu menjaga kekompakan agar permasalahan-permasalahan yang
timbul bisa dibatasi ataupun dikendalikan.
Daerah pedesaan sangat luas wilayahnya, sebagian besar penduduknya hidup di sektor
pertanian dalam arti luas (meliputi sub-sub sektor tanaman pangan, perkebunan, perikanan,
peternakan, dan kehutanan), artinya struktur perekonomiannya menitikberatkan pada sektor
pertanian atau merupakan daerah yang berbasis agraris (agriculture base). Adapun ciri
masyarakat pedesaan antara lain:
a. Antar warga memiliki hubungan yang sangat erat.
b. Kekeluargaan dijadikan sebuah pengikat antar warga dalam kehidupan berkelompok.
c. Sebagian besar warganya menghasilkan produk pertanian untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya.
d. Kesenjangan sosial yang ada tidak terlalu besar selisihnya.
e. Kesadaran masyarakat untuk mematuhi nilai dan norma yang berlaku di wilayahnya
sangatlah tinggi.

Kawasan pedesaan dicirikan antara lain dengan rendahnya tingkat produktivitas


tenaga kerja, masih tingginya tingkat kemiskinan, dan rendahnya kualitas lingkungan
pemukiman pedesaan. Dari kondisi pedesaan tersebut, dapat dilakukannya pembangunan
desa. Setiap program pembangunan desa dimaksudkan untuk membantu, dan memacu
1
masyarakat desa membangun berbagai sarana dan parasarana desa yang diperlukan. Langkah
ataupun kebijaksanaan yang akan diambil oleh pemerintah, dalam melaksanakan
pembangunan perlu diletakkan dalam satu kesatuan dengan daerah kota dalam rangka
pengembangan wilayah yang terpadu. Kebijakan tersebut akan didukung dengan adanya
lembaga-lembaga sosial maupun ekonomi yang sudah ada di pedesaan yaitu salah satunya
Koperasi Unit Desa (KUD).

11.2 Pengertian dan Luasnya Pembangunan Pedesaan


11.2.1 Pengertian Pembangunan Desa
Pembangunan desa menurut UU No. 6 Tahun 2014 Pasal 1 adalah upaya peningkatan
kualitas hidup dan kehidupan untuk sebesar-besarnya kesejahteraan masyarakat Desa.
Pembangunan pedesaan merupakan sebuah tahapan pendiskusian dan penentuan keinginan
yang dilakukan oleh anggota atau masyarakat desa, setelah itu melakukan perencanaan dan
pengerjaan bersama untuk mencapai tujuan tersebut. Sehingga, pembangunan pedesaan
merupakan pembangunan masyarakat dalam satu kesatuan, yang bertujuan agar dapat
meningkatkan penghasilan dan juga taraf hidup warga masyarakat tersebut.

11.2.2 Luasnya Pembangunan Pedesaan


Dalam upaya mencapai keberhasilan tujuan pembangunan wilayah pedesaan saat ini,
secara umum kita dihadapkan pada banyak masalah yang sangat berbeda-berbeda sifatnya. Di
Indonesia, terdapat beberapa masalah nasional mendasar yang menjadi pangkal problema
pembangunan pedesaan yang perlu mendapat perhatian, yaitu:
a. Pemikiran mendasar tentang dua titik tolak strategi pembangunan desa yang
berlawanan yaitu pola strategi yang bersifat perencanaan dari atas dengan pola strategi
perencanaan dari bawah.
b. Masyarakat desa menghadapi masalah kemiskinan, keterbelakangan, dan
ketidaktahuan.
c. Masalah kepemilikan tanah yang semakin sempit dan terbatasnya peluang kesempatan
kerja di luar sektor pertanian yang mendorong tingginya tingkat pengangguran dan
urbanisasi.

Alasan penyelenggaraan pembangunan di pedesaan, yaitu:


a. Jumlah penduduk yang digolongkan sebagai tenaga kerja banyak berada di pedesaan.
b. Lebih luas dan suburnya lahan pertanian yang terdapat di desa.
2
c. Ketersediaan bahan baku yang sangat memadai.
d. Jumlah pengangguran yang relatif banyak, dan upahnya yang relatif rendah.
e. Sifat masyarakat pedesaan yang ramah mudah untuk mengajak kerjasama dapat
diarahkan untuk tujuan usaha yang positif seperti koperasi.

Tujuan perencanaan pembangunan desa sebagaimana ditetapkan pada Pasal 78


Undang-Undang No. 6 tahun 2014 yaitu:
a. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa.
b. Meningkatkan kualitas hidup.
c. Penanggulangan kemiskinan melalui pemenuhan kebutuhan dasar.
d. Pembangunan sarana dan prasarana desa.
e. Pengembangan ekonomi lokal.
f. Pemanfaatan sumberdaya alam dan lingkungan secara berkelanjutan.

11.3 Peranan KUD dalam Pembangunan Masyarakat Pedesaan


Salah satu jenis koperasi yang memiliki peran cukup vital bagi pembangunan,
khususnya di pedesaan adalah Koperasi Unit Desa (KUD). KUD secara umum bergerak di
wilayah pedesaan. Awalnya koperasi ini dibentuk untuk memenuhi kebutuhan masyarakat
desa dalam aktivitas pertanian karena kebanyakan masyarakat desa bekerja di sektor agraria
atau pertanian. Melalui KUD inilah masyarakat desa melakukan aktivitas simpan pinjam,
pemasaran, layanan jasa, kegiatan konsumsi maupun produksi hasil usaha. KUD bisa
diibaratkan wadah organisasi ekonomi sosial kemasyarakatan.
KUD yang dibentuk di pedesaan dan beranggotakan masyarakat desa tak bergerak
sendiri dalam segala aktivitasnya. Pemerintah telah memberi dukungan secara hukum, moril,
dan finansial. Pemerintah ikut bertanggungjawab memberdayakan KUD yang ada guna
mendorong pembangunan di kawasan pedesaan. Peran pemerintah dalam mendorong
perkembangan dan jangkauan KUD adalah dengan mengucurkan bantuan berupa hibah,
kredit, dan bantuan lain. Pemerintah juga mengadakan pelatihan bagi masyarakat desa agar
lebih produktif lagi dalam bidang ekonomi. Guna mendorong peran KUD agar lebih optimal,
maka perlu ditumbuhkan dan dikembangkan semangat serta pola pikir kewirausahaan.
Masyarakat perlu diarahkan agar memanfaatkan KUD sebagai penampung hasil produksi
(pertanian, perkebunan, perikanan, dll) dan kemudian dipasarkan.
Agar KUD bisa terus eksis dan memiliki peran penting, maka perlu diupayakan
beberapa hal berikut:
3
1. Peningkatan modal dari berbagai pihak. Modal operasional KUD bisa diperoleh dari
pemerintah (pusat/daerah), lembaga swasta maupun bantuan pribadi anggota serta
dermawan.
2. Peningkatan kualitas SDM dan perbaikan manajemen KUD. Tiap pengurus atau orang
yang terlibat dalam KUD harus berjiwa profesional dan punya moralitas yang tinggi.
Masyarakat dijadikan pengawas operasional KUD.
3. Adanya dukungan anggota. KUD bisa terus berkembang bila anggota benar-benar
memanfaatkan KUD sebagai penyedia kebutuhan, tempat pemasaran, dan lain
sebagainya.
4. Memberikan pelayan optimal bagi anggota serta masyarakat yang membutuhkan.
KUD hendaknya tak hanya fokus pada simpan pinjam, namun perlu menjangkau lebih
luas seperti pemasaran, penyedia jasa, produksi, distribusi, dan konsumsi bagi anggota
dan masyarakat luas.
5. Melibatkan generasi muda agar turut serta membangun KUD. Pelatihan, magang atau
menjadikan generasi muda sebagai pengurus/anggota bisa menjadi satu point penting
bagi pengembangan KUD.
Keberadaan Koperasi Unit Desa (KUD) di pedesaan harus tetap dipertahankan
sehingga koperasi memiliki peranan penting untuk dapat menjadi kekuatan ekonomi di setiap
desa. KUD dapat berperan dalam membantu perekonomian desa dalam rangka pembangunan
pertanian. Aktivitas KUD merupakan program pemerintah dalam mewujudkan swasembada
beras,meliputi pemberian kredit pada petani melalui unit desa, penyaluran bibit melalui KUD
serta pengolahan hasil dan pemasaran. Jadi, KUD hadir guna mensukseskan program
swasembada beras dalam pembangunan pertanian pada khususnya dan pembangunan
ekonomi pada umumnya dengan jalan meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani
dan masyarakat pada umumnya.

12.1 Pengembangan KUD


Perihal mengenai pengembangan Koperasi Unit Desa (KUD) diatur dalam Instruksi
Presiden Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1984 Tentang Pembinaan dan Pengembangan
Koperasi Unit Desa (KUD) yaitu sebagai berikut:

4
BAB I
UMUM
Pasal 1
(1) Koperasi Unit Desa (KUD) dibentuk oleh warga desa dari suatu desa atau sekelompok
desa-desa yang disebut unit desa, yang dapat merupakan satu kesatuan ekonomi
masyarakat terkecil.
(2) Pengembangan KUD diarahkan agar KUD dapat menjadi pusat pelayanan kegiatan
perekonomian di daerah pedesaan yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
pembangunan nasional, dan dibina serta dikembangkan secara terpadu melalui program
lintas sektoral.
(3) Pembinaan dan pengembangan KUD dilaksanakan dalam rangka pemantapan dan
peningkatan peranan serta tanggung jawab masyarakat pedesaan, sehingga mampu
mengurus diri sendiri dan dapat berperan serta secara nyata dalam pembangunan
nasional dan pembangunan pedesaan serta mampu memetik dan menikmati hasil
pembangunan atas dasar swadaya dan gotong royong dalam rangka melaksanakan
demokrasi ekonomi sesuai Pasal 33 Undang-Undang Dasar 1945.

BAB II
PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN KUD
Bagian Pertama
Tujuan
Pasal 2
Pembinaan KUD bertujuan untuk:
a. Memantapkan dan menumbuhkan swadaya KUD, sehingga mampu menjadi pusat
pelayanan kegiatan perekonomian pedesaan yang berdaya guna dan berhasil guna serta
dimiliki dan diatur oleh warga desa sendiri untuk keperluan mereka dan pembangunan
pedesaan;
b. Memperkuat kerangka dasar dan arah pembangunan KUD sebagai pusat pelayanan
dalam tata perekonomian masyarakat di daerah pedesaan yang merupakan bagian
integral dari pembangunan nasional.

5
Bagian Kedua
Sasaran
Pasal 3
Sasaran pembinaan dan pengembangan KUD terutama diarahkan agar KUD dapat memegang
peranan utama dalam kegiatan perekonomian pedesaan, khususnya di sektor-sektor:
a. Pertanian yang meliputi bidang-bidang pertanian pangan, peternakan, perikanan,
perkebunan, dan agro industri;
b. Penyaluran kebutuhan pokok masyarakat pedesaan, terutama pangan, sandang, dan
papan;
c. Jasa yang antara lain meliputi bidang-bidang simpanpinjam, perkreditan, angkutan
darat dan air, listrik pedesaan, dan konstruksi;
d. Industri kecil dan kerajinan rakyat;
e. Lain-lain bidang sesuai kemampuan dan keadaan setempat.

Bagian Ketiga
Ruang lingkup
Pasal 4
(1) Pembentukan dan pamantapan KUD dilakukan sebagai berikut:
a. Pembentukan KUD dilakukan oleh warga desa sendiri baik yang menjadi anggota
kelompok tani atau tidak menjadi anggota kelompok tani yang ada di pedesaan;
b. Lingkup wilayah kerja KUD pada dasarnya meliputi satu atau beberapa desa sesuai
dengan potensi ekonomi yang layak untuk dikelola dan dikembangkan secara
berdaya guna dan berhasil guna yang ditetapkan oleh Menteri Koperasi dengan
mempertimbangkan kemampuan KUD dan potensi ekonomi wilayah yang
bersangkutan;
c. KUD yang dibentuk berdasarkan hal-hal yang tercantum dalam huruf a dan huruf b
di atas merupakan koperasi serba usaha yang melakukan usaha pelayanan berbagai
barang dan jasa mulai dari produksi sampai dengan pemasarannya.

(2) KUD mempunyai alat kelengkapan organisasi yang terdiri dari:


a. Rapat Anggota, yang merupakan pemegang kekuasaan tertinggi;
b. Pengurus, yang menjalankan keputusan Rapat Anggota;
c. Badan Pemeriksa, yang mengawasi jalannya kegiatan KUD.

6
(3) Pelaksanaan sehari-hari kegiatan pelayanan usaha berdasarkan kebijaksanaan yang
ditetapkan Pengurus sebagaimana dimaksudkan dalam ayat (2) huruf b di atas
dilakukan oleh Manajer yang mampu dan terampil, yang diangkat dan diberhentikan
oleh Pengurus.
(4) Manajer sebagaimana dimaksudkan dalam ayat (3) di atas dapat diangkat dari:
a. Seseorang yang mempunyai kemampuan dan keterampilan mengelola koperasi
secara profesional, dengan kemungkinan apabila perlu mengangkatnya menjadi
Pegawai Negeri Sipil; atau
b. Pegawai Negeri Sipil terutama di lingkungan Departemen Koperasi yang
mempunyai kemampuan, keterampilan, dan pengalaman dalam mengelola koperasi
secara profesional yang diperbantukan.
(5) Pengelolaan jenis-jenis kegiatan usaha KUD di setiap sektor sebagaimana dimaksudkan
dalam Pasal 3 dilaksanakan oleh unit-unit usaha KUD yang pembentukannya
didasarkan atas pertimbangan kebutuhan serta kelayakan ekonomi.
(6) Kegiatan pelayanan KUD meliputi bidang-bidang:
a. Perkreditan, simpan pinjam, dan pertanggungan kerugian;
b. Penyediaan dan penyaluran sarana-sarana produksi kebutuhan seharihari dan jasa-
jasa lainnya;
c. Pengelolaan dan pemasaran hasil-hasil produksi;
d. Kegiatan perekonomian lainnya yang dibutuhkan oleh anggota.
(7) Pembentukan KUD yang baru di luar ketentuan sebagaimana dimaksudkan dalam ayat
(1) sampai dengan ayat (6) di atas tidak dibenarkan.
(8) Pembinaan dan pengembangan permodalan KUD dilakukan untuk:
a. Meningkatkan kemampuan KUD dalam mobilisasi dana dari para anggotanya baik
dalam bentuk simpanan pokok, simpanan wajib, simpanan sukarela, simpanan
khusus, dan jenis-jenis simpanan lainnya, maupun dana-dana yang ada pada
masyarakat desa;
b. Meningkatkan kegiatan pelayanan KUD di bidang simpan pinjam terutama
dilakukan untuk memenuhi kebutuhan anggotanya, dan dikembangkan seluas-
luasnya untuk diarahkan pada pemantapan dan pengembangan Bank oleh Koperasi;
c. Meningkatkan kegiatan pelayanan KUD di bidang pertanggungan kerugian untuk
memenuhi kebutuhan anggota.
(9) Kegiatan pendidikan dan latihan diarahkan untuk:

7
a. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam pengelolaan KUD serta dalam
rangka pembinaan kader-kader koperasi di daerah pedesaan;
b. Menanamkan kesadaran dan semangat berkoperasi secara lebih meluas, dengan
mengintegrasikan pengajaran pengetahuan dan latihan perkoperasian melalui
pendidikan formal dan non formal pada segala tingkatan.
(10) Pengendalian dan pengawasan dilakukan oleh Badan Pemeriksa yang dibina dan
dikembangkan kemampuannya untuk mengendalikan dan mengawasi seluruh kegiatan
pengelolaan KUD.
(11) Badan Pemeriksa sebagaimana dimaksudkan dalam ayat (10) dalam melakukan tugas
pengendalian dan pengawasan dapat menggunakan bantuan jasa pengawasan dari luar
KUD yang bersangkutan terutama dari Koperasi Jasa Audit.

Bagian Keempat
Kebijaksanaan Dasar
Pasal 5
Pembinaan dan pengembangan KUD dilaksanakan secara bertahap sebagai berikut:
a. Pada tahap pertama, Pemerintah memberikan bimbingan dan penyuluhan, bantuan
usaha, manajemen, dan permodalan;
b. Pada tahap kedua, pembinaan dan pengembangan KUD diarahkan kepada usaha untuk
menumbuhkan kemampuan dan kekuatan KUD, melalui pengembangan usaha yang
berorientasi pada pemenuhan kebutuhan pokok, peningkatan swadaya, dan perluasan
peran serta seluruh anggota KUD;
c. Pada tahap terakhir, KUD diharapkan dapat tumbuh menjadi organisasi ekonomi
masyarakat pedesaan yang kokoh dan mampu berswadaya.

Bagian Kelima
Kebijaksanaan Pelaksanaan
Pasal 6
Pelaksanaan pembinaan dan pengembangan KUD dilakukan selaras dan serempak dalam
rangka:
a. Penyediaan kesempatan usaha yang seluas-luasnya dan penyediaan bantuan fasilitas
permodalan serta sarana yang memadai, yang mengutamakan peningkatan pelayanan
bagi anggota KUD dan masyarakat pedesaan yang berpenghasilan rendah;

8
b. Penyediaan kepastian usaha dalam bentuk jaminan pasar dan jaminan harga untuk
meningkatkan daya saing barang dan jasa yang dihasilkan oleh anggota KUD dan
masyarakat pedesaan;
c. Penumbuhan kemampuan dan kekuatan KUD di bidang permodalan melalui
peningkatan tabungan dan simpanan yang terpusat dan terpadu;
d. Peningkatan pembinaan organisasi, manajemen, dan kemampuan pengendalian serta
pengawasan intern dan ekstern KUD melalui kegiatan pendidikan, penyuluhan, latihan
dan penataran bagi Pengurus, Padan Pemeriksa, Manajer, dan pelaksanaan usaha;
e. Pemantapan dan peningkatan kerjasama dalam keseluruhan jalinan kelembagaan KUD
secara terpadu serta terkait dalam kegiatan ekonomi nasional, khususnya di daerah
pedesaan.

Bagian Keenam
Pembiayaan
Pasal 7
Pembiayaan yang diperlukan dalam rangka pelaksanaan pembinaan dan pengembangan
KUD, diatur sebagai berikut:
a. Pengembangan jenis-jenis usaha KUD di sektor-sektor sebagaimana dimaksudkan
dalam Pasal 3 dan Pasal 4 ayat (5) yang mempunyai kelayakan ekonomi dapat dibiayai
melalui dana sendiri dan/atau diberikan bantuan kredit sesuai dengan persyaratan bank;
b. Khusus bagi KUD yang belum dapat memenuhi persyaratan Bank, diberikan bantuan
kredit dengan kemudahan antara lain penggolongan ke dalam kredit dengan syarat yang
memadai, kredit yang dijamin oleh Pemerintah atau Perusahaan Umum Pengembangan
Keuangan Koperasi (PERUM PKK);
c. Untuk jenis kegiatan usaha KUD yang tidak mempunyai kelayakan ekonomi, tetapi
menyangkut pelayanan kebutuhan masyarakat yang berpenghasilan rendah diberi
bantuan pembiayaan yang bersumber dari Anggaran Departemen Koperasi.

Bagian Ketujuh
Pelaksanaan Pembinaan KUD
Pasal 8
(1) Para Menteri, Gubernur Bank Indonesia, Kepala Badan Urusan Logistik, dan para
Gubernur Kepala Daerah Tingkat I sebagaimana dimaksudkan dalam diktum KETIGA
dan KEEMPAT Instruksi Presiden ini berkewajiban membantu pelaksanaan pembinaan
9
dan pengembangan KUD secara khusus, terpadu dan terkoordinasi sesuai dengan
lingkup tugas dan wewenang masingmasing,
(2) Menteri Koperasi mengatur lebih lanjut dan mengkoordinasikan pelaksanaan
pembinaan dan pengembangan KUD.

BAB III
BADAN PEMBIMBING DAN PELINDUNG KUD
Pasal 9
(1) Untuk kelancararn pelaksanaan usaha KUD serta untuk memantapkan pertumbuhan,
dan pengembangan KUD pada setiap KUD dibentuk Badan Pembimbing dan Pelindung
KUD, yang selanjutnya disingkat BPP KUD, yang mempunyai tugas pokok
memberikan bimbingan dan perlindungan kepada KUD.
(2) Pembentukan BPP KUD, susunan, pengangkatan serta pemberhentian pengurusnya
ditetapkan oleh Bupati/Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II berdasarkan pedoman
yang diberikan oleh Menteri Dalam Negeri.
(3) Keanggotaan pengurus organisasi BPP KUD sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
terdiri dari tokoh-tokoh masyarakat yang ada di pedesaan seperti Lurah atau anggota
perangkat desa, Pemuka Agama (ulama), Pemuka Adat, Guru, dan tokoh masyarakat
setempat lainnya yang dipandang perlu yang diusulkan oleh Camat yang bersangkutan.
(4) Dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari, BPP KUD mendapat bimbingan dan
pengarahan dari Camat yang bersangkutan sesuai dengan petunjuk
Bupati/Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II yang bersangkutan.
(5) Tugas BPP KUD antara lain :
a. Memberikan bimbingan, bantuan, saran, dan nasehat kepada pengurus KUD;
b. Melindungi KUD terhadap hal-hal yang dapat merusak kelangsungan hidup dan citra
KUD;
(6) BPP KUD tidak mencampuri kegiatan usaha KUD, tidak melakukan usaha sendiri, dan
tidak melakukan kegitan yang membebani atau menyaingi kegiatan KUD.
7) Segala pembiayaan yang timbul sebagai pelaksanaan pembinaan BPP. KUD
dibebankan kepada Pemerintah Daeran Tingkat II yang bersangkutan.

12.2 Keberhasilan dan Kekurangan KUD


Ukuran keberhasilan Koperasi Unit Desa dapat diuraikan sebagai berikut.

10
a. Baik tidaknya alat perlengkapan organisasi yaitu rapat anggota dalam pengurus
koperasi dan badan pemeriksa koperasi.
b. Seberapa jauh kegiatan koperasi unit desa mampu mengelola tugas yang dibebankan
oleh pemerintah seperti pengadaan sarana produksi, kredit candak kulak, partisipasi
anggota dan lain-lain.
c. Koperasi Unit Desa dapat melakukan kegiatan promosi dan mencari pesanan sehingga
dapat memperluas jangkauan pasar dalam memasarkan produksi petani. 
d. Koperasi Unit Desa dapat membantu mengembangkan cara berfikir petani melalui
tukar menukar pengalaman dan informasi secara diskusi dalam rapat anggota dan
dalam berbagai pertemuan lainnya.

Selain itu, juga terdapat kekurangan dari Koperasi Unit Desa antara lain sebagai
berikut.
a. Pejabat koperasi sebagai Pembina KUD terlalu cepat memberi bantuan berupa kredit
kepada KUD tanpa disertai pembinaan dan pengawasan yang insentif.
b. Kurangnya dukungan modal dari pemerintah melalui APBD dan APBN. Pemerintah
daerah mapun pusat seharusnya dapat mengalokasikannya dalam bentuk dana
bergulir.
c. Manajemen pengelolaan koperasi kurang professional, hal ini disebabkan oleh kurang
ahlinya para pelaku koperasi di dalam pengelolaan sumber daya manusianya.
Manajemen pengelolaan koperasi terlihat kurang kompeten di dalam menghadapi
kemajuan teknologi.
d. Penyuluhan mengenai KUD dilakukan tanpa ada koordinasi dengan dinas-dinas teknis
lain.
e. Jumlah tenaga pembina koperasi tidak sebanding dengan luas wilayah dan jumlah
anggota masyarakat yang dilayani.
f. Pejabat koperasi tidak tegas dalam mengambil keputusan terhadap pengurus KUD
yang tidak menjalankan fungsi dengan baik.
g. Membeli hasil pertanian dibawah harga pasar. Terdapat pedagang yang ingin
memonopoli semua hasil pertanian dengan harga murah di bawah harga pasar
sehingga petani mengalami kerugian. 
h. KUD belum mampu bersaing di pasaran. Hal tersebut disebabkan karena kemampuan
koperasi dalam memanfaatkan peluang yang ada masih sangat rendah. 

11
i. Kurangnya permodalan. Masalah modal usaha merupakan masalah yang sejak dulu
menjadi kendala dalam pelaksanaan pembangunan dan penggalakan koperasi, usaha
mikro, usaha kecil dan menengah (UMKM).

12.3 Permasalahan KUD


Untuk mewujudkan KUD agar bisa menjadi soko guru perekonomian rakyat
pedesaan, pemerintah mengadakan program pembinaan dan pengembangan KUD karena
KUD belum mampu menjalankan usahanya secara sendiri apalagi mengembangkannya. Hal
ini disebabkan oleh adanya permasalahan yang cukup berat bagi KUD. Permasalahan tersebut
diantaranya:
1) Permasalahan ekstern adalah sebagai berikut.
a. Masyarakat belum mampu sepenuhnya diyakinkan bahwa koperasi merupakan
sarana yang efektif dalam mengatasi kelemahan ekonomis dan dalam
meningkatkan kesejahteraannya. Penyebab timbulnya masalah ini adalah karena
kurangnya jiwa kewirausahaan di pedesaan.
b. Masyarakat pedesaan yang masih mengorientasikan hasil pertanian dan perikanan
untuk kebutuhan sendiri dan mengakibatkan kecilnya aliran uang.
c. Belum adanya rencana induk pengembangan koperasi yang terpadu.
d. Pembangunan KUD belum diakomodasikan di setiap desa. KUD harus di buat di
setiap desa agar dapat memfasilitasi masyarakat dalam memajukan desanya dan
taraf hidupnya serta bisa menggerakan roda perekonomian desa.
e. Belum adanya prasarana yang memadai untuk bisa membangkitkan kegairahan
berkoperasi.
f. Penyuluhan yang belum optimal tentang bagaimana menangani koperasi secara
professional dan penyuluhan bagaimana cara meningkatkan hasil pertanian,
beternak atau perkebunan jika ada.

2) Permasalahan intern adalah sebagai berikut.


a. KUD lemah dalam organisasi dan manajemen. Pengurus dan manajer koperasi
unit desa harus jujur, bijaksana dan harus memiliki jiwa kewirausahaan dan harus
ada manajer yang terlatih bila ada dukungan dana yang kuat.
b. Sarana pelayanan dan modal yang belum memadai.

12
c. Kurangnya pengarahan yang tepat dalam kesinambungan pengembangan kegiatan
ekonomi.

Adapun usaha-usaha yang dapat dilakukan oleh Koperasi Unit Desa (KUD) untuk
memecahkan permasalahan di atas adalah sebagai berikut.
a. Dengan memberi pelayanan yang baik terhadap kebutuhan anggota.
b. Mengaktifkan anggota dengan penyuluhan yang intensif.
c. Mengarahkan KUD pada kemampuannya untuk menjadi koperasi serba usaha
dengan menggunakan potensi daerahnya masing-masing.
d. Dengan penyempurnaan organisasi intern dan ekstern KUD.
e. Dengan memperbaiki manajemen koperasi.

12.4 Program Pembinaan dan Pengembangan KUD


Di Indonesia peranan Pemerintah dalam menggerakan dan mengembangkan koperasi
cukup besar. Campur tangan pemerintah dalam hal ini sifatnya membantu memecahkan
persoalan dan membimbing KUD menuju ke arah organisasi yang lebih otonomi yang
nantinya mampu menjadi soko guru perekonomian rakyat pedesaan.
Untuk membimbing, mendorong, mengembangkan dan membina KUD, dibentuk
BUUD beserta kepengurusannya yang anggotanya terdiri dari unsur-unsur pemuka
masyarakat seperti: Camat, Pamong desa, Guru, Ulama, dan lainnya. Pelaksanaan sehari-hari
kebijakan usaha KUD dilaksanakan oleh manager yang mempunyai kemampuan pengelolaan
perusahaan yang mencurahkan waktu sepenuhnya pada pekerjaannya.
Melihat liputan kegiatan yang begitu luas dari KUD, maka pembinaan KUD terus
ditingkatkan baik dari segi kuantitas maupun kualitas seperti jumlah anggota, volume usaha,
besarnya permodalan, penyaluran sarana produksi, serta perlengkapan gedung dan kantor.
Partisipasi masyarakat dalam KUD bisa diukur dengan mengetahui sejauh mana pengetahuan
masyarakat terhadap manfaat koperasi maupun pengetahuan anggota terhadap pengurus dan
hubungannya dengan pengurus. Di samping itu juga bisa diukur dari pemenuhan kewajiban
menyetor simpanan, dan frekuensi kunjungan mereka ke KUD.

Program pembinaan dan pengembangan KUD diatur dalam Undang-Undang Koperasi


No. 12 Tahun 1967 yaitu dalam Keputusan Bersama Menteri Perdagangan dan Koperasi dan
Menteri Pertanian dan Menteri Dalam Negeri Nomor : 612/Kbp/X/79
651/Kpts/Um/10/1979
13
202 Tahun 1979

Pasal 1
(1) Koperasi Unit Desa (KUD) dikembangkan atas dasar swadaya masyarakat;
(2) Pelaksanaan program Inpres Bantuan Pembangunan Desa dan Program-program
bantuan dan pembangunan desa lainnya dibina dan dikembangkan dalam rangka
membantu menunjang pembinaan dan pengembangan Koperasi Unit Desa (KUD).
Pasal 2
Pengembangan dan pembinaan Koperasi Unit Desa (KUD) dilaksanakan sebagai
berikut:
(1) Departemen Perdagangan dan Koperasi:
a. Membina organisasi dan manajemen KUD dengan cara
1. Memperkokoh dan memantapkan Struktur Organisasi Koperasi Unit Desa
agar:
1.1 Alat perlengkapan organisasi Koperasi Unit Desar yaitu Rapat Anggota,
Pengurus, Badan Pemeriksa dan Manajer dapat berfungsi dengan
sepenuhnya sesuai dengan tugas dan wewenangnya masing-masing;
1.2 Organisasi Koperasi Unit Desa (KUD) juga melaksanakan tugas sebagai
pusat pelayanan bagi kepentingan ekonomi warga masyarakat;
2. Mengusahakan system dan kemampuan administrasi yang memadai tingkat
usaha yang dilakukan oleh Koperasi Unit Desa (KUD):
a. Menetapkan kedudukan Badan Hukum Koperasi dengan prosedur yang
sederhana;
b. Menyelenggarakan pendidikan dan latihan bagi manajer, karyawan,
pengurus, dan badan pemeriksa;
c. Mengusahakan penerapan dan pengembangan manajer professional pada
Koperasi Unit Desa (KUD);
d. Mengembangkan pembinaan di bidang usaha dengan cara:
1. Mengusahakan peningkatan kemampuan pemupukan modal di
kalangan anggota Koperasi Unit Desa (KUD);
2. Menciptakan kerjasama yang harmonis dan saling menguntungkan di
antara KUD dan antara Koperasi lainnya;

14
3. Membantu Koperasi Unit Desa (KUD) dalam usahanya merangsang
para anggota untuk mengusahakan peningkatan produksi dan
perbaikan mutu bagi barang yang dihasilkan;
e. Meningkatkan kemampuan Koperasi Unit Desa (KUD) agar secara
bertahap mampu melaksanakan unsur-unsur kegiatan ekonomis Unit Desa
seperti penyaluran sarana produksi, pengolahan/pemasaran hasil dan
perkreditan;
f. Memberikan pelayanan khusus kepada Koperasi Unit Desa (KUD) di
bidang perdagangan dengan sasaran:
1. Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1967 tentang Pokok-
pokok Perkoperasian;
2. Meningkatkan peranan Koperasi Unit Desa (KUD) dalam jaringan
setiap tataniaga dalam negeri di daerah pedesaan.

(2) Departemen Pertanian:


a. Melimpahkan fungsi pelayanan jasa teknis pertanian dan pelayanan penyaluran
sarana produksi, pengolahan/pemasaran hasil dan perkreditan secara bertahap
kepada KUD sesuai dengan kemampuannya. Pelayanan jasa yang bersifat teknis
yang belum atau tidak dapat dilaksanakan oleh KUD tetap dilaksanakan oleh
Departemen Pertanian;
b. Mengarahkan kegiatan penyuluhan pertanian agar para petani mau dan mampu
menerapkan pelaksanaan pembaharuan teknologi dengan wadah kelompok tani
yang selanjutnya dikembangkan menjadi himpunan tani (gabungan kelompok
tani) untuk menunjang pembentukan dan pengembangan KUD;
c. Meningkatkan kegiatan penyuluhan mengenai perkoperasian kepada Kontak Tani
dan Kelompok Tani agar mereka lebih aktif berperan dalam mengembangkan
keanggotaan dan kepengurusan serta kegiatan dan usaha KUD;
d. Mengutamakan KUD dalam pelaksanaan penyaluran sarana produksi seperti
benih, pupuk, pestisida, dan lainnya dalam rangka Bimas/Inmas, dengan
pembinaan, bimbingan serta pengawasan yang insentif untuk kelancaran
penyaluran sarana produksi tersebut untuk meningkatkan kemampuan KUD;
e. Membimbing dan mengarahkan tiap kelompok tani di wilayah kelompok maupun
di wilayah proyek untuk dapat secara koperatif melaksanakan kegiatan-kegiatan

15
produksi dan pasca panen sehingga dapat berkembang sebagai unit kegiatan usaha
dari KUD;
f. Memberikan kesempatan kepada BUUD maupun pengurus KUD untuk
menghadiri dan mempergunakan forum pertemuan dan latihan antara Penyuluh
Pertanian Lapangan dengan Kontak Tani dan Kelompok Tani di lapangan serta
mengikuti latihan periodik Penyuluh Pertanian Lapangan guna mendapatkan
manfaat dan pengetahuan timbal balik;
g. Membantu Koperasi Unit Desa (KUD) dalam mengembangkan diversifikasi hasil
usaha pertanian.

(3) Departemen Dalam Negeri:


a. Mengambil langkah-langkah yang dapat memperlancar terlaksananya pembinaan
dan pengembangan usaha Koperasi Unit Desa (KUD) agar semakin mampu
memberikan pelayanan kepada masyarakat dengan berdasarkan pada azas
Swadaya dan semangat gotong royong, sebagai bagian integral dari pembangunan
desa;
b. Bersama-sama Departemen teknis yang bersangkutan atau secara tersendiri
memberikan pengarahan dan petunjuk-petunjuk kepada Gubernur/Kepala Daerah
Tingkat I maupun Bupati/Kepala Daerah Tingkat II dan para Camat dalam rangka:
1. Memberikan bimbingan serta pembinaan umum terhadap Koperasi Unit Desa
(KUD);
2. Memberikan petunjuk-petunjuk dan pengarahan langsung kepada Kepala
Kantor Wilayah/Kepala Kantor Koperasi dan instansi-instansi lain yang
bersangkutan dengan pengembangan kemampuan usaha Koperasi Unit Desa
(KUD);
3. Memberikan bantuan kepada Koperasi Unit Desa yang secara langsung dapat
dirasakan dan digunakan oleh Koperasi Unit Desa yang bersangkutan untuk
mengembangkan kemampuannya;
4. Memberikan bimbingan dan pengarahan agar pembinaan dan pengembangan
usaha Koperasi Unit Desa (KUD) yang dilaksanakan instansi-instansi
pemerintah di daerah terlaksana secara terpadu untuk mencapai daya guna dan
hasil guna yang sebesar-besarnya dalam memberikan pelayanan kepada
masyarakat secara langsung.

16
Pasal 3
Koordinasi pembinaan terpadu dalam rangka pengembangan BUUD dan KUD
ditingkat nasional dilaksanakan oleh Menteri Muda Urusan Koperasi, ditingkat
Propinsi/Daerah Tingkat I oleh Gubernur/Kepala Daerah Tingkat I, di tingkat
Kabupaten/Daerah Tingkat II oleh Bupati/Kepala Daerah Tingkat II dan di tingkat
Kecamatan oleh Camat.

Pasal 4
Pelaksanaan Keputusan Bersama ini diatur lebih lanjut oleh Menteri-Menteri yang
bersangkutan.

Pasal 5
Pembiayaan yang timbul sebagai akibat dikeluarkannya Keputusan Bersama ini,
dibebankan kepada departemen masing-masing.

12.5 Strategi Pembinaan dan Pengembangan KUD


Menurut Instruksi Presiden Republik Indonesia No. 4 Tahun 1984 Pasal 1 Ayat (2)
disebutkan bahwa pengembangan KUD diarahkan agar KUD dapat menjadi pusat layanan
kegiatan perekonomian didaerah pedesaan yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan
dari pembangunan nasional dan dibina serta dikembangkan secara terpadu melalui program
lintas sektoral. Adanya bantuan dari pemerintah tersebut ditujukan agar masyarakat dapat
menikmati kemakmuran secara merata dengan tujuan masyarakat yang adil makmur akan
juga tercapai dengan melalui pembangunan dibidang ekonomi, misalnya dengan memberikan
kredit kepada pihak-pihak yang ekonominya masih lemah atau rakyat kecil terutama didaerah
pedesaan. Dalam menjalankan usaha koperasi diarahkan pada usaha yang berkaitan langsung
dengan kepentingan anggota, baik untuk menunjang usaha maupun kesejahteraannya.
Adapun bimbingan dan pembinaan yang diterapkan di KUD, diantaranya sebagai
berikut.
1) Pembinaan organisasi, manajemen, dan pembinaan umum terhadap KUD dilakukan
oleh pejabat dan petugas-petugas Direktorat Jenderal Koperasi di Pusat dan di Daerah
menurut ketentuan-ketentuan yang berlaku.
2) Bimbingan, latihan, penyuluhan serta pembinaan dan pelayanan teknis dilakukan oleh
Departemen/Instansi/Dinas Teknis yang bersangkutan yang pelaksanaannya dilakukan
17
secara terpadu melalui penyuluh-penyuluh lapangan masing-masing dengan bantuan
KUD yang bersangkutan.
3) Untuk membimbing, mendorong, mempelopori pengembangan dan membina KUD
dibentuk Badan Usaha Unit Desa (BUUD) yang tidak melakukan kegiatan usaha
ekonomi.
4) Anggota-anggota BUUD terdiri dari unsur-unsur pemuka masyarakat seperti :
pamong desa, guru, ulama dan sebagainya serta diangkat atas saran atau pertimbangan
Camat.
5) Hal-hal yang berhubungan dengan pembentukan, fungsi, pengangkatan anggota,
tugas/wewenang serta tanggung jawab BUUD telah diatur dalam Keputusan Menteri
Perdagangan dan Koperasi Nomor : 609/Kp/X/79 tanggal 9 Oktober 1979.
6) Pengawasan terhadap KUD selain dilaksanakan oleh Badan Pemeriksa, Pejabat
Koperasi, BUUD juga oleh pihak-pihak lain seperti Bank. Pengawasan ini dilakukan
melalui suatu sistem yang tepat dan tidak menghambat kegiatan KUD.
7) Adanya pendidikan dan pelatihan untuk meningkatkan keterampilan manajemen dan
keterampilan teknis industri.
8) Bantuan survei, penelitian, dan pengembangan sentra industri kecil dilakukan untuk
penyusunan desain proyek pengembangan tiap-tiap sentra dalam wadah KUD.
9) Adanya bantuan pengembangan desain dan pengawasan mutu yang dilakukan oleh
tenaga-tenaga ahli.
10) Bantuan promosi dan peragaan yang kegiatannya diselenggarakan oleh pemerintah
dalam bentuk pameran pada tingkat nasional atau provinsi untuk beberapa jenis hasil
industri dalam pengembangan khususnya industri kecil.

Selain itu, mengingat luasnya permasalahan yang dihadapi serta keterbatasan dana,
daya dan waktu diperlukan adanya suatu strategi yang tepat dalam usaha pembinaan dan
pengembangan KUD yaitu strategi pemusatan pelayanan koperasi. Tujuan dari strategi
tersebut adalah untuk mengakomodasikan segala usaha pemerintah dalam mempercepat
pengembangan KUD. Dalam rangka pengembangan KUD, diadakan pengendalian
operasional untuk meningkatkan bimbingan dan penilaian teknis guna kelancaran
pelaksanaan program dalam mencapai tujuan, untuk menyusun laporan rutin dan periodik
dalam rangka memonitoring perkembangan KUD, dan untuk membuat evaluasi atas laporan
rutin dalam rangka mengatasi penyimpangan-penyimpangan dan kelemahan-kelemahan

18
pelaksanaan program pengembangan KUD sehingga dapat segera diperbaiki dan
disempurnakan seawal mungkin.
Dengan melihat keberadaan KUD yang belum maksimal di masa sulit desa ini, yang
justru sebenarnya melalui KUD mampu menggerakkan roda ekonomi pedesaan, beberapa
langkah perlu dicermati guna meningkatkan pengembangan KUD diantaranya sebagai
berikut.
a. Diperlukan sinergi yang sama antara pemerintah daerah, masyarakat desa dan
pengurus KUD.
b. Visi KUD harus diperluas yakni tidak hanya untuk masyarakat desa setempat saja
tetapi diperluas sampai ke desa lain.
c. Pengurus KUD hendaknya bertanggung jawab terhadap setiap perubahan yang terjadi.
d. Masyarakat desa ikut serta membangun dan melakukan kontrol terhadap kinerja
pengurus KUD.
e. Menumbuhkan ''rasa memiliki yang tinggi'' antar masyarakat desa terhadap KUD di
era persaingan saat ini, sehingga dapat menumbuh-kembangkan perekonomian desa
yang sekaligus pula dapat meningkatkan perekonomian Indonesia dimasa mendatang.

19
DAFTAR PUSTAKA

Dwi Resti Budiyanti, dkk. 2016. Peranan KUD.


http://dwirestibudiyanti.blogspot.co.id/2016/12/peranan-kud.html (diakses 03 April
2018).
Ihsan Fajri. 2014. Masyarakat Pedesaan di Indonesia.
http://ihsanfajri13.blogspot.com/2011/11/masyarakat-pedesaan-di-indonesia.html
(diakses 03 April 2018).
Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1984 Tentang Pembinaan dan
Pengembangan Koperasi Unit Desa (KUD).
Putri, Erlita. 2016. Koperasi Unit Desa (KUD) Sebagai Proses Pembangunan Ekonomi.
http://erlitahelania.blogspot.co.id/2016/01/koperasi-unit-desa-kud-sebagai-proses.html
(diakses 02 April 2018)
Reksohadiprodjo, Sukanto. 1988. Manajemen Koperasi. Yogyakarta : BPFE Yogyakarta
1992. Undang-Undang Koperasi No. 12 Tahun 1967 Tentang Pedoman Pelaksanaan
Pengembangan dan Pembinaan Koperasi/KUD
Universitas Gunadarma. 2012. Kehidupan Masyarakat Pedesaan di Indonesia. http://samuel-
idegue.blogspot.com/2012/01/kehidupan-masyarakat-pedesaan-di.html (diakses 03
April 2018)

20
Wiguna, Putu Adi dan I Wayan Sukadana. 2018. Peran Koperasi Unit Desa dalam
Meningkatkan Kesejahteraan Petani di Indonesia (Analisis Data Mikro). E-Jurnal
Ekonomi Pembangunan Universitas Udayana, 7 (1), hal. 2612-2639

21

Anda mungkin juga menyukai