Anda di halaman 1dari 7

RINGKASAN MATA KULIAH

TEORI PASAR MODAL DAN INVESTASI


NILAI SAHAM

OLEH KELOMPOK 4
KELAS: MAKSI 24A

I KETUT SUMANTRI 1981611010


NYOMAN YUDHA ASTRIAYU WIDYARI 1981611014
NI KADEK CAHYA DWI UTAMI 1981611015
AGUSTINUS ANDI PRASETYO 1981611026
ANDRIANTO BUDIAJI 1981611028

PROGRAM MAGISTER AKUNTANSI


PROGRAM PASCASARJANA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2020
PEMBAHASAN

1. Nilai Buku dan Nilai-nilai Lain yang Berhubungan


Untuk menghitung nilai buku suatu saham, beberapa nilai yang berhubungan
dengannya perlu diketahui. Nilai-nilai ini adalah nilai nominal (par value), agio saham
(additional paid-in capital atau in excess of par value), nilai modal yang disetor (paid-in
capital) dan laba yang ditahan (retained earnings).
1) Nilai nominal (par value) dari suatu saham merupakan nilai kewajiban yang
ditetapkan untuk tiap-tiap lembar saham. Kepentingan dari nilai nominal adalah
untuk kaitannya dengan hukum. Nilai nominal merupakan modal per lembar
yang secara hukum harus ditahan diperusahaan untuk proteksi kepada kreditor
yang tidak dapat diambil oleh pemegang saham. Kadangkala suatu saham
tidak mempunyai nilai nominal (non-par value stock). Untuk saham yang tidak
mempunyai nilai nominal, dewan direksi umumnya menetapkan nilai sendiri
perlembarnya. Jika tidak ada nilai yang ditetapkan, maka yang dianggap
sebagai modal secara hukum adalah semua penerimaan bersih (proceed) yang
diterima oleh emiten pada waktu mengeluarkan saham bersangkutan.
2) Agio saham merupakan selisih yang dibayar oleh pemegang saham kepada
perusahaan dengan nilai nominal sahamnya. Misalnya nilai nominal saham
biasa per lembar adalah Rp 5.000 dan saham ini dijual sebesar Rp 8.000 per
lembar, maka agio saham per lembar adalah sebesar Rp 3.000. Di neraca
ditampilkan dalam nilai totalnya yaitu agio per lembar dikalikan dengan jumlah
lembar yang dijual.
3) Nilai modal disetor merupakan total yang dibayar oleh pemegang saham
kepada perusahaan emiten untuk ditukarkan dengan saham preferen atau
dengan saham biasa. Nilai modal disetor merupakan penjumlahan total nilai
nominal ditambah dengan agio saham. Jika perusahaan mengeluarkan dua
kelas saham, yaitu saham preferen dan saham biasa, saham preferen disajikan
terlebih dahulu diikuti saham biasa di neraca untuk menunjukkan urutan
haknya.
4) Laba ditahan merupakan laba yang tidak dibagikan kepada pemegang saham.
Laba tersebut diinvestasikan kembali ke perusahaan sebagai sumber dana
internal. Laba ditahan dalam penyajiannya dalam neraca menambah total laba
yang disetor. Karena laba ditahan ini milik pemegang saham yang berupa

1
keuntungan tidak dibagikan, maka nilai ini juga akan menambah ekuitas pemilik
saham di neraca.
5) Nilai buku per lembar saham menunjukkan aktiva bersih yang dimiliki oleh
pemegang saham dengan memiliki satu lembar saham. Maka nilai buku per
lembar saham dapat dilihat dengan total ekuitas dibagi dengan jumlah saham
yang beredar. Jika perusahaan mempunyai dua macam kelas saham, yaitu
saham preferen dan saham biasa, maka perhitungan nilai buku per lembar
untuk masing-masing kelas saham ini lebih rumit dibandingkan jika hanya
mempunyai saham biasa saja. Perhitungan nilai buku per lembar saham untuk
dua macam kelas saham adalah sebagai berikut.
 Hitung nilai ekuitas saham preferen
Nilai ekuitas dihitung dengan mengalikan nilai tebus (call price)
ditambah dengan dividen yang di arrears dengan lembar saham
preferen yang beredar. Jika nilai tebus tidak digunakan, maka nilai
nominal yang digunakan. Di dalam perhitungan ini, agio saham untuk
saham preferen tidak dimasukkan, karena pemegang saham preferen
tidak mempunyai hak untuk agio ini walaupun berasal dari saham
preferen, sehingga nilai agio ini dimasukkan sebagai tambahan nilai
ekuitas saham biasa.
 Hitung nilai ekuitas saham biasa
Nilai ekuitas saham biasa dihitung dengan mengurangi nilai total ekuitas
dengan nilai ekuitas saham preferen.
 Nilai buku saham biasa dihitung dengan membagi nilai ekuitas saham
biasa dengan jumlah saham biasa yang beredar.

2. Nilai Pasar
Nilai pasar (market value) berbeda dengan nilai buku. Jika nilai buku
merupakan nilai yang dicatat pada saat saham dijual oleh perusahaan, maka nilai
pasar adalah harga saham yang terjadi di pasar bursa pada saat tertentu yang
ditentukan oleh pelaku pasar. Nilai pasar ini ditentukan oleh permintaan dan
penawaran saham bersangkutan di pasar bursa.

3. Nilai Intrinsik
Beberapa pertanyaan mendasar sering diutarakan seperti apakah harga saham
di pasar mencerminkan nilai sebenarnya dari perusahaan. Jika tidak, berapa nilai

2
sebenarnya dari saham yang diperdagangkan tersebut. Nilai seharusnya ini disebut
dengan nilai fundamental (fundamental value) atau nilai intrinsik (intrinsic value).
Dua macam analisis yang banyak digunakan untuk menentukan nilai
sebenarnya dari saham adalah analisis sekuritas fundamental (fundamental security
analysis) atau analisis perusahaan (company analysis) dan analisis teknis (technical
analysis). Analisis fundamental menggunakan data fundamental, yaitu data yang
berasal dari keuangan perusahaan (misalnya laba, dividen yang dibayar, penjualan,
dan lain sebagainya), sedangkan analisis teknis menggunakan data pasar dari saham
(misalnya harga dan volume transaksi saham) untuk menentukan nilai dari saham.
Analisis teknis banyak digunakan oleh praktisi dalam menentukan harga saham
dan analisis fundamental banyak digunakan oleh akademisi. Telah diketahui bahwa
analisis fundamental mencoba menghitung nilai intrinsik dari suatu saham dengan
menggunakan data keuangan perusahaan (sehingga disebut juga dengan analisis
perusahaan). Untuk analisis fundamental, ada dua pendekatan untuk menghitung nilai
intrinsik saham, yaitu dengan pendekatan nilai sekarang (present value approach) dan
pendekatan PER (P/E ratio approach).

3.1 Pendekatan Nilai Sekarang


Pendekatan nilai sekarang disebut dengan metode kapitalisasi laba
(capitalization of income method) karena melibatkan proses kapitalisasi nilai-nilai masa
depan yang didiskontokan menjadi nilai sekarang. Jika investor percaya bahwa nilai
dari perusahaan tergantung dari prospek perusahaan tersebut di masa mendatang dan
prospek ini merupakan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan aliran kas masa
depan, maka nilai perusahaan tersebut dapat ditentukan dengan mendiskontokan nilai-
nilai arus kas (cash flow) di masa depan menjadi nilai sekarang. Arus kas merupakan
komponen di dalam penentuan nilai perusahaan. Arus kas merupakan kas yang
diterima oleh perusahaan emiten. Sebagai alternatif dari arus kas, laba perusahaan
(earnings) juga dapat digunakan untuk menghitung nilai perusahaan. Earnings yang
diperoleh oleh perusahaan dapat ditahan sebagai sumber dana internal (retained
earnings) atau dibagikan dalam bentuk dividen. Arus dividen dapat dianggap sebagai
arus kas yang diterima oleh investor. Dengan alasan bahwa dividen merupakan satu-
satunya arus pendapatan yang diterima oleh investor, model diskonto dividen dapat
digunakan sebagai pengganti model diskonto arus kas untuk menghitung nilai instrik
saham.

3
Beberapa kasus dapat ditemui di dalam besarnya nilai dividen yang dibayarkan.
Beberapa perusahaan membayar dividen dengan besarnya yang tidak beratur dan
beberapa perusahaan yang lain membayar dividen yang nilainya konstan sama dari
waktu ke waktu dan beberapa perusahaan lainnya bahkan membayar dividen yang
selalu naik dengan tingkat pertumbuhan yang konstan.

3.2 Pembayaran Dividen Tidak Teratur


Beberapa perusahaan membayar dividen dengan tidak teratur, yaitu dividen
tiap-tiap periode tidak mempunyai pola yang jelas bahkan untuk periode-periode
tertentu tidak membayar dividen sama sekali (misalnya dalam periode masa rugi atau
dalam periode kesulitan likuiditas).

3.3 Dividen Konstan Tidak Bertumbuh


Umumnya perusahaan enggan memotong dividen karena pengurangan dividen
akan dianggap sebagai sinyal jelek oleh investor. Perusahaan yang memotong dividen
akan dianggap mengalami kesulitan likuiditas sehingga perlu mendapatkan tambahan
dana dengan memotong dividen. Perusahaan emiten tidak ingin mengeluarkan sinyal
seperti ini, sehingga jika tidak sangat terpaksa biasanya perusahaan tidak akan
memotong dividennya. Hal yang paling banyak ditemui adalah perusahaan membayar
dividen yang konstan dari waktu ke waktu untuk menunjukkan bahwa likuiditas
perusahaan dalam keadaan stabil.

3.4 Pertumbuhan Dividen yang Konstan


Bentuk lain dari model diskonto dividen adalah untuk kasus dividen yang
bertumbuh secara konstan, yaitu dengan pertumbuhan sebesar g. Jika dividen periode
awal adalah D0, maka dividen periode kesatu adalah D0(1+g) dan periode kedua
adalah sebesar D0 (1+g) (1+g) atau D0 (1+g)2 dan seterusnya.

3.5 Harga Jual Akhir


Model diskonto dividen yang telah dijelaskan dalam buku Teori Portofolio dan
Analisis Investasi oleh Jogiyanto (2017) mengasumsikan bahwa arus dividen sifatnya
adalah infiniti, yaitu dividen dibayar terus sampai periode yang tidak berhingga.
Investor menyukai dividen dan tidak akan menjual sahamnya akan menerima arus
dividen seperti yang telah diasumsikan sebelumnya. Akan tetapi tidak semua investor
menyukai dividen dan akan memegang saham selamanya. Investor seperti ini

4
biasanya mementingkan capital gain dibandingkan dividen. Keuntungan modal atau
capital gain adalah keuntungan penjualan saham akibat selisih dari harga jual saham
dengan harga belinya. Untuk investor seperti ini harga jual akhir yang diterima perlu
dipertimbangkan sebagai arus kas yang harus masuk ke dalam rumus model dividen
diskonto sebelumnya.

3.6 Pendekatan PER


Alternatif lain selain menggunakan arus kas atau arus dividen dalam
menghitung nilai fundamental atau nilai instrinsik saham adalah dengan menggunakan
nilai laba perusahaan (earnings). Salah satu pendekatan yang popular yang
menggunakan nilai earnings untuk mengestimasi nilai instrinsik adalah pendekatan
PER (price earnings ratio) atau disebut juga dengan pendekatan earnings multiplier.
PER (price earning ratio) menunjukkan rassio dari harga saham terhadap earnings,
ratio ini menunjukkan berapa besar investor menilai harga dari saham terhadap
kelipatan dari earnings. Misalnya nilai PER adalah 5, maka ini menunjukkan bahwa
harga saham merupakan kelipatan 5 kali earnings perusahaan. Misalnya earnings
yang digunakan adalah earnings tahunan dan semua earnings dibagikan dalam bentuk
dividen, maka nilai PER sebesar 5 juga menunjukkan lama investasi pembelian saham
akan kembali selama 5 tahun.

5
REFERENSI

Jogiyanto, H.M. 2017.Teori Portofolio dan Analisis Investasi. BPFE: Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai