Anda di halaman 1dari 18

BAB II

PEMBAHASAN

A. Harga Saham
Selembar saham adalah selembar kertas yang menerangkan bahwa
pemilik kertas tersebut adalah pemilik saham (berapapun porsinya atau
jumlahnya) dari suatu perusahaan yang menerbitkan kertas (saham) tersebut.
Selembar saham mempunyai nilai atau harga. Menurut widoatmodjo, harga
saham dapat dibedakan sebagai berikut:1
1. Harga nominal, harga nominal merupakan harga yang tercantum dalam
sertifikat saham yang ditetapkan oleh emiten untuk menilai setiap lembar
saham yang dikeluarkan. Deviden yang dibayarkan atas saham biasanya
ditetapkan berdasarkan nilai nominal.
2. Harga perdana, harga perdana merupakan harga pada waktu saham
tersebut dicatat di bursa efek dalam rangka penawaran umum penjualan
saham perdana yang disebut dengan IPO (Initial Public Offering). Harga
saham pada pasar perdana biasanya ditetapkan oleh penjamin emisi
(underwriter) dan emiten. Dengan demikian, akan diketahui berapa harga
saham emiten itu akan dijual kepada masyarakat.
3. Harga pasar, harga pasar adalah harga jual dari investor yang satu dengan
investor yang lain. Harga ini terjadi setelah saham tersebut dicatatkan di
bursa efek. Transaksi disini tidak lagi melibatkan emiten dan penjamin
emisi. Harga inilah yang disebut sebagai harga di pasar sekunder dan
merupakan harga yang benar-benar mewakili harga perusahaan
penerbitnya. Harga yang setiap hari diumumkan di media adalah harga
pasar yang tercatat pada waktu penutupan (closing price) aktivitas di
Bursa Efek Indonesia.

1
Widoatmodjo, Sawidji. 2000. Cara Sehat Investasi di Pasar Modal: Pengetahuan Dasar. Jakarta:
Yayasan Mpu Ajar Artha. h. 13.
Harga saham menjadi sangat penting bagi investor karena mempunyai
konsekuensi ekonomi. Perubahan harga saham akan mengubah nilai pasar
sehingga kesempatan yang akan diperoleh investor di masa depanpun akan
ikut berubah. Harga saham mencerminkan berbagai informasi yang terjadi di
pasar modal dengan asumsi pasar modal efisien. Beberapa definisi tentang
nilai, yaitu:2
1. Nilai par (par value) adalah nilai nominal dari saham. Semua saham
perseroan terbatas (PT) harus mempunyai nilai nominal berdasarkan
aturan yang mengatur agar para pemegang saham bertanggungjawab
terhadap pemenuhan saham yang dimilikinya jika yang harus
dipenuhinya adalah sejumlah nilai nominal.
2. Nilai buku (book value) adalah nilai akuntansi dari selembar saham biasa
yang setara dengan ekuitas saham biasa (jumlah saham biasa ditambah
agio saham dan laba ditahan) dibagi dengan jumlah saham yang beredar.
3. Nilai wajar (fair value) adalah nilai yang didukung oleh kenyataan seperti
aktiva, pendapatan, dan dividen. Harga sekuritas adalah nilai sekarang
yang didapat dengan mengkapitalisasi aliran kas yang diharapkan di
masa mendatang.
4. Nilai pasar saham (market value) adalah jumlah yang dibayar orang
untuk setiap lembar saham, nilainya bisa lebih atau kurang dari nilai
buku saham.
Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan tingkat harga saham,
antara lain:3
1. Jumlah dividen kas yang diberikan, sebagai salah satu faktor yang
mempengaruhi tingkat perubahan harga saham, maka dengan
membagikan dividen dalam jumlah besar dapat meningkatkan
kepercayaan investor kepada perusahaan dan akan berdampak pada
kenaikkan dividen dalam jumlah yang besar.

2
Azis, Musdalifah. 2015. Manajemen Investasi Fundamental, Teknikal, Perilaku Investor, dan
Return Saham. Ed. 1. Cet. 1. Yogyakarta: Deepublish. H. 82-83
3
Azis, Musdalifah. 2015. Manajemen... H. 83-84
2. Jumlah laba yang didapat oleh perusahaan, perusahaan yang mempunyai
laba yang tinggi dan prospek perusahaan yang cerah umumnya menjadi
pilihan bagi investor dalam menanamkan dananya. Karena perusahaan
dengan laba yang tinggi cenderung akan membagikan dividennya dalam
jumlah besar.
3. Laba per lembar (earning per share), sebagai seorang investor yang
melakukan investasi pada perusahaan, akan menerima laba atas saham
yang dimilikinya, semakin tinggi laba per lembar saham yang diberikan
perusahaan, maka investor akan semakin percaya bahwa perusahaan akan
memberikan tingkat pengembalian yang cukup baik. Ini akan mendorong
investor untuk melakukan investasi yang lebih besar lagi, sehingga harga
saham perusahaan akan meningkat.
4. Tingkat suku bunga dapat mempengaruhi harga saham perusahaan
dengan cara:
a. Mempengaruhi laba perusahaan, hal ini terjadi karena bunga adalah
biaya, semakin tinggi suku bunga semakin rendah laba perusahaan.
b. Mempengaruhi persaingan di pasar modal antara saham dan obligasi,
apabila suku bunga naik maka investor akan mendapatkan hasil yang
besar dari obligasi schingga mereka akan segera menjual saham
mereka untuk ditukarkan dengan obligasi, penukaran yang demikian
akan menurunkan harga saham. Hal sebaliknya juga terjadi apabila
tingkat suku bunga turun maka harga saham akan naik.
5. Tingkat risiko dan tingkat pengembalian, pada umumnya semakin tinggi
risiko semakin besar tingkat pengembalian yang diharapkan oleh
investor, hal ini akan mempunyai pengaruh yang besar antara sikap
investor dengan harga saham yang diharapkan.

B. Tujuan Penilaian Saham


Salah satu indikator yang sering menjadi fokus para investor dalam
berinvestasi saham adalah dengan melihat pergerakan harga atau nilai saham
dipasar. Untuk menentukan nilai saham, pemodal harus melakukan analisis
terlebih dahulu terhadap saham-saham yang ada dipasar modal guna
menentukan saham atau melakukan portofolio yang dapat memeberikan
return optimal.4
Seorang investor atau analis sekuritas khususnya saham di pasar modal
apabila akan melakukan investasi pada saham tidak boleh hanya ikut-ikutan,
akan tetapi perlu menganalisa secara detail fundamental perusahaan. Hal
penting yang harus diperhatikan adalah pendapatan perusahaan. Karena
pendapatan akan menentukan besarnya dividen dan pertumbuhan dividen
yang akan menentukan nilai intrisik saham. Nilai intrinsik saham dapat
digunakan sebagai cut of point untuk memutuskan beli atau menjual saham
apabila sudah dimiliki saham.
Beberapa nilai yang berhuhungan dengan harga saham, yaitu nilai buku
(book value), nilai pasar (market value), dan nilai intrinsik (intrinsic value).
Ketiga konsep nilai ini merupakan hal yang dapat digunakan untuk
mengetahui saham-saham yang bertumbuh (growth) dan yang murah (under
valued). Jika mengetahui nilai buku dan nilai pasar, maka pertumbuhan
perusahaan dapat diketahui. Dan jika mengetahui nilai pasar dan nilai intrisik
maka saham-saham mana yang murah, tepat nilainya, atau yang mahal dapat
diketahui.

C. Nilai Buku
Nilai perusahaan lazim diindikasikan dengan price to book value. Price
to book value yang tinggi akan membuat pasar percaya atas prospek
perusahaan kedepan. Nilai perusahaan yang tinggi mengindikasikan
kemakmuran pemegang saham juga tinggi. Dengan mengetahui nilai buku
dan nilai pasar, pertumbuhan perusahaan dapat diketahui. Pertumbuhan
perusahaan (growth) menunjukan Investment Opportunity Set (IOS) atau
kesempatan investasi dimasa datang.
Smith dan walls (1992) juga gaver dan gaver (1993) menggunakan nilai
rasio pasar dibagi dengan nilai buku sebagai proksi dari IOS yang merupakan

4
Sunariyah. 2006. Pengantar Pengetahuan Pasar Modal. Ed. 5. Yogyakarta: UPP STIM YKPN. Hal.
168.
pengukur pertumbuhan perusahaan. Perusahaan yang bertumbuh mempunyai
rasio lebih besar dari nilai satu yang berarti pasar percaya bahwa nilai pasar
perusahaan tersebut lebih besar daripada nilai bukunya. Nilai buku dan nilai-
nilai lain yang berhubungan
1. Nilai nominal, nilai nominal dari suatu saham merupakan nilai kewajiban
yang ditetapkan untuk setiap lembar saham.
2. Agio saham, agio saham merupakan selisih yang dibayar oleh pemegang
saham kepada perusahaan dengan nilai nominal sahamnya.
3. Nilai modal disetor merupakan total yang dibayar kepada perusahaan
emiten untuk ditukarkan dengan saham preferen atau saham biasa.
4. Laba ditahan merupakan laba yang tidak dibagikan kepada pemegang
saham.
5. Nilai buku, nilai buku per lembar saham menunjukan aktiva bersih yang
dimiliki oleh pemegang saham dengan memiliki satu lembar saham.
Nilai buku per lembar saham adalah nilai aktiva bersih (net assets) yang
dimiliki pemilik dg memiliki satu lembar saham. Dilihat dari laporan
keuangan perusahaan yang bersangkutan.

Total ekuitas
Nilai Buku=
jumlah sahambiasa yang beredar

Perhitungan nilai buku per lembar saham untuk dua macam kelas
saham:
1. Hitung nilai ekuitas saham preferen, nilai ekuitas dihitung dengan
mengalikan nilai tebus ditambah dengan nilai deviden yang di arrears
dengan lembar saham preferen yang beredar.
2. Hitung nilai ekuitas saham biasa, nilai ekuitas saham biasa dihitung
dengan mengurangi nilai total ekuitas dengan nilai ekuitas saham
preferen.
3. Nilai buku saham biasa dihitung dengan membagi nilai ekuitas saham
biasa dengan jumlah lembar saham biasa jika perusahaan juga
mengeluarkan saham preferen.5
D. Nilai pasar
Pasar merupakan harga yang dibentuk oleh permintaan dan penawaran
saham di pasar modal atau disebut juga dengan harga pasar sekunder. Nilai
pasar berbeda dengan nilai buku. Jika nilai buku merupakan nilai yang dicatat
pada saat saham dijual oleh perusahaan, maka nilai pasar dimana harga saham
yang terjadi di pasar bursa pada saat tertentu yang ditentukan oleh pelaku
pasar..6
E. Nilai intrinsik
Nilai intrinsik menentukan harga wajar suatu saham agar saham
tersebut mencerminkan nilai saham yang sebenarnya sehingga tidak terlalu
mahal. Investor menghitung nilai intrinsik saham untuk memutuskan strategi
investasinya.
1. Jika nilai pasar > nilai intrinsiknya berarti saham tersebut overloud, dan
investor sebaiknya menjual sahamnya saja.
2. Jika nilai pasar < nilai intrinsiknya, berarti saham tersebut undervalued
dan sebaiknya investor membeli saham tersebut.
3. Jika nilai pasar = nilai intrinsiknya, berarti saham tersebut fair-priced, dan
investor sebaiknya menahann sahamnya.
Ada dua macam analisis yang banyak digunakan untuk menentukan
nilai yang sebenarnya dari saham, yaitu analisis sekuritas fundamental
(fundamental security analysis) atau analisis perusahaan (company analysis)
dan analisis teknis (technical analysis). Analisis teknis banyak digunakan
oleh praktisi dalam menentukan harga saham. Sedangkan analisis
fundamental banyak digunakan oleh akademisi.
1. Analisis Teknikal

5
Azis, Musdalifah. 2015. Manajemen Investasi Fundamental, Teknikal, Perilaku Investor, dan
Return Saham. Ed. 1. Cet. 1. Yogyakarta: Deepublish. H. 86-88.
6
Jogiyanto HM. 2016. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Ed. 10. BPFE-Yogyakarta. Hal
188.
Analisis teknikal adalah teknik untuk memprediksi arah pergerakan
harga saham dan indikator pasar saham lainnya berdasarkanpada data
pasar historis seperti informasi harga saham dan volume. 7 Sedangkan
menurut Rahardjo (2006) mendefinisikan, bahwa Analisis teknikal
merupakan suatu metodologi peramalan fluktuasi harga saham yang
datanya diambil dari data perdagangan saham yang terjadi di pasar saham
atau bursa efek. Jenis datanya sendiri bisa berbentuk informasi harga
saham, jumlah volume & nilai transaksi perdagangan, harga tertinggi &
terendah pada perdagangan setiap hari, atau berbagai informasi lain yang
terkait dengan transaksi saham yang terwujud dalam bentuk tren harga
saham; bisa dalam bentuk grafik atau sejenisnya.
Dan Sunariyah (2006) menjelaskan bahwa analisis teknikal
(technical analysis) merupakan suatu teknik analisis yang menggunakan
data atau catatan mengenai pasar itu sendiri untuk berusaha mengakses
permintaan serta penawaran suatu saham tertentu atau pasar secara
keseluruhan. Pendekatan analisis ini sendiri menggunakan data pasar yang
dipublikasikan, seperti harga saham, volume perdagangan, indeks harga
saham gabungan dan individu, serta faktor-faktor lain yang bersifat teknis.
Alat analisis pada analisis teknikal adalah didasarkan pada grafik atau
chart, sehingga para penganut aliran ini sering disebut chartist.
Analsis ini merupakan upaya untuk memperkirakan harga saham
dengan mengamati perubahan harganya di waktu lalu. Analsis ini
didasarkan pada argumen bahwa:
a. Harga saham mencerminkan informasi yang relevan.
b. Informasi yang relevan ditunjukkan oleh perubahan harga di waktu
lalu.
c. Perubahan harga saham akan mempunyai pola tertentu dan pola
tersebut akan berulang.

7
Tandelilin, Eduardus. 2010. Portofolio dan Investasi dan Aplikasi. Ed. 1. Yogyakarta: Kanisius.
Hal 392.
Ada beberapa teori yang biasanya digunakan oleh para investor
dalam analisis teknikal, yaitu: The Dow Theory, analisis rata-rata bergerak
(moving average), dan analisis relative strenght.
1. The Dow Theory
Teknik ini diperkenalkan oleh Charles H. Dow pada tahun 1897.
Charles H. Dow merupakan salah satu editor dari Wall Street Jornal
(Collins, 1961). Teknik ini merupakan teknik yang sering digunakan
dalam melakukan penilaian terhadap saham. Ada beberapa alasan
yang menyebabkan teknik ini sering digunakan. Alasan pertama
adalah teknik ini dapat menyediakan catatan perubahan ekonomi
secara berturut-turut yang terefleksi dalam pergerakan saham. Selain
mampu menyediakan informasi mengenai pergerakan saham, The
Dow Theory menjadi populer karena dapat menyediakan data
pergerakan saham tidak hanya dalam periode harian tapi juga dalam
periode jam. Kepopuleran The Dow Theory juga didukung oleh Wall
Street Journal yang memuat analisis berdasarkan teknik ini.
The Dow Theory menjelaskan bahwa pergerakan saham pada
dasarnya dibagi menjadi tiga (Tandelilin, 2010), yaitu:
a. Primary Trend, merupakan pergerakan saham dalam jangka waktu
tahunan.
b. Secondary Trend, merupakan pergerakan saham yang terjadi
selama jangka waktu tahunan. Umumnya terjadi dalam bentuk
bulanan atau mingguan.
c. Minor Trend, merupakan perubahan harga saham yang terjadi
setiap hari.
2. Teknik Rata-Rata Bergerak (Moving Average)
Teknik digunakan untuk mendapatkan informasi mengenai arah
pergerakan harga saham dan besarnya tingkat pergerakan harga saham
tersebut. Data yang dipakai dalam menggunakan teknik ini adalah data
harga penutupan saham. Teknik rata-rata bergerak dilakukan dengan
menghitung nilai rata-rata bergerak dari harga penutupan saham
harian selama beberapa periode pengamatan. Perhitungan dilakukan
secara terus menerus sehingga menghasilkan garis yang menunjukan
trend pergerakan harga saham Teknik Moving Average mempunyai
beberapa tipe, yaitu:
a. Rata-Rata Bergerak Sederhana
Rata-rata bergerak sederhana dihitung dengan
menjumlahkan harga-harga suatu saham selama beberapa periode.
Jumlah tersebut akan dibagi dengan jumlah periode tersebut.
b. Rata-Rata Bergerak Tertimbang
Penggunaan metode ini dilakukan dengan memberi bobot
pada setiap periode harga. Contohnya, periode harga paling awal
diberi bobot 1, periode harga berikutnya diberi bobot 2, dan
seterusnya. Setiap periode harga akan dikalikan dengan bobotnya.
Hasil perkalian akan dijumlahkan dan jumlah tersebut akan dibagi
dengan jumlah bobot seluruhnya.
c. Rata-Rata Bergerak Eksponensial
Pada rata-rata bergerak sederhana dan tertimbang, data
sebelum periode yang digunakan tidak dimasukan dalam
perhitungan rata-rata bergerak tersebut. Misalnya periode yang
diambil adalah 200 hari, maka data sebelum 200 hari tidak akan
diperhitungkan. Namun, data sebelum periode merupakan data
yang penting dan harus diperhitungkan. Eksponen dihitung dari
perhitungan angka dua dibagi dengan periode yang digunakan.
Misalnya periode yang digunakan adalah lima hari maka
eksponennya 2:5 = 0,4. Setelah itu menentukan angka rata-rata
bergerak awal. Penentuan angka rata-rata bergerak awal didapat
dengan rata-rata bergerak sederhana. Apabila telah didapat angka
rata-rata awal, langkah selanjutnya dilakukan dengan mengurangi
harga penutupan dengan angka rata-rata awal. Hasil yang didapat
akan dikalikan dengan eksponen, misalnya 0,4. Langkah terakhir
adalah menjumlahkan angka rata-rata awal dengan hasil perkalian
eksponen yang telah didapat pada langkah sebelumnya.
d. Rata-Rata Bergerak Berganda
Umumnya rata-rata bergerak berganda dilakukan dengan
menggunakan periode yang berbeda. Misalnya menggunakan
periode lima hari dan lima belas hari. Tujuan penggunaan rata-rata
bergerak berganda adalah untuk menentukan kecenderungan. Saat
dua rata-rata bergerak digunakan, sinyal pembalikan terjadi jika
rata-rata bergerak periode yang lebih pendek memotong rata-rata
bergerak periode yang lebih panjang. Pemotongan terjadi dari
bawah ke atas. Sinyal menjual terjadi saat rata-rata bergerak
periode yang lebih pendek memotong rata-rata bergerak yang
periodenya lebih panjang namun dari atas ke bawah.
3. Relative Strenght
Teknik ini menggunakan pendekatan rasio, yaitu antara harga
saham dengan indeks pasar atau industri tertentu (Tandelilin, 2010).
Secara sederhana analisis ini membandingkan kinerja suatu saham
dengan kinerja kelompok industrinya (Susanto dan Sabardi, 2010).
Jika menggunakan teknik ini, investor dapat mengetahui trend
pergerakan harga saham. Apabila trend menunjukkan pergerakan
saham yang meningkat maka hal ini merupakan sinyal bahwa
peningkatan rasio harga saham akan meningkat dibandingkan dengan
indeks pasar. Analisis ini juga dapat digunakan untuk membandingkan
antar industri sehingga investor dapat mengetahui industri yang
menguntungkan.
2. Analisis Fundamental
Analisis fundamental telah memperoleh perhatian yang besar dari
para analisis sekuritas dan perkembangan penelitian sehubungan dengan
konsep dasar yang efisien. Analisis fundamental mencoba memperkirakan
harga saham di masa yang akan datang dengan mengestimasi nilai faktor-
faktor fundamental yang mempengaruhi harga saham di masa yang aan
datang, serta menerapkan hubungan variabel-variabel tersebut sehingga
memperoleh taksiran harga. Model ini sering disebut share price
forecasting model. Dalam pembuatan peramalan harga saham tersebut,
langkah yang penting adalah mengidentifikasi faktor-faktor fundamental
yang diperkirakan akan mempengaruhi harga saham. Setelah itu,
bagaimana membuat suatu model dengan memasukkan faktor-faktor
tersebut dalam analisis. Para teknsi cenderung menyukai penggunaan
model yang tidak rumit, mudah dipahami dan mendasarkan diri atas
informasi akuntansi (Husnan,2001:315)
Secara umum, analisis fundamental merupakan satu proses yang
memerlukan waktu yang lama dengan menyelidiki keadaan ekonomi,
politik, sosial, industri, dan laporan keuangan perusahaan. Analisis
fundamental adalah analisis yang dialkuakn terhadap perusahaan itu
sendiri yang berhubungan dengan prospek pertumbuhan dan kemampuan
memperoleh keuangan. Analisis fundamental digunakan untuk membuat
keputusan tentang saham apa yang perlu diinvestasikan (Rodoni,2005:61-
62).
Analisis fundamental menyatakan bahwa setiap instrumen investasi
mempunyai landasan yang kuat yaitu nilai intrinsik yang dapat ditentukan
melalui suatu analisis yang sangat hati-hati terhadap kondisi pada saat
sekarang dan prospeknya di masa yang akan datang. Ide dasar pendekatan
ini adalah bahwa harga saham dipengaruhi oleh kinerja perusahaan.
(Kodrat dan Indonanjaya, 2010:1)
Untuk membuat keputusan terakhir, perlu dilakukan analisis
perusahaan atau analisis fundamental. Terdapat tiga alasan yang
mendasari penggunaan dalam komponen tersebut :
a. Melalui analisis fundamental bisa didapat informasi mengenai
nilai intrinsik perusahaan. Nilai intrinsik akan dibandingkan
dengan nilai pasar saham untuk menentukan keputusan membeli
atau menjual.
b. Dividen yang dibayarkan perusahaan berasal dari earning.
c. Adanya hubungan antara perubahan earning dan perubahan harga
saham.
Berdasarkan tiga alasan yang telah dijabarkan sebelumnya,
dapat disimpulkan bahwa analisis fundamental berfungsi sebagai alat
evaluasi sebuah saham perusahaan. Selain fungsi tersebut, masih ada
beberapa fungsi lainnya.
a. Sebagai penghubung ke realita ekonomi.
Analisis laporan keuangan membangun hubungan yang kuat
antara inti bisnis dengan kenyataan kondisi keuangan perusahaan.
Dalam laporan keuangan, investor bisa mendapatkan informasi
mengenai kinerja perusahaan, mulai dari earning, expense,
hingga kondisi kas perusahaan. Semua informasi tersebut
menggambarkan realita keuangan perusahaan. Walaupun terdapat
kemungkinan adanya rekayasa dalam laporan keuangan,
laporan keuangan tetap menjadi instrumen penting untuk mencari
informasi mengenai kondisi perusahaan.
b. Sebagai kerangka dalam mengevaluasi informasi.
Banyaknya informasi mengenai sebuah perusahaan dapat
mempengaruhi penilaian investor terhadap sebuah perusahaan.
Jika investor telah memiliki kerangka yang tepat dalam
melakukan penilaian maka, investor dapat menyaring semua
informasi menjadi informasi yang diperlukan saja. Analisis
fundamental dapat memberikan kerangka pengevaluasian informasi.
Investor cukup mencari informasi yang berhubungan dengan laporan
keuangan perusahaan.
c. Sebagai penilaian terhadap resiko.
Dalam laporan keuangan investor bisa mendapatkan
berbagai informasi mengenai kondisi keuangan perusahaan.
Misalnya investor mendapatkan informasi dari laporan keuangan
bahwa perusahaan tersebut mempunyai utang yang jumlahnya besar.
Investor menilai bahwa perusahaan tersebut mempunyai
kemungkinan untuk gagal membayar hutangnya namun di sisi
lain income perusahaan mengalami peningkatan. Investor menilai
bahwa ada kemungkinan perusahaan tersebut membayar
hutangnya walaupundalam jangka waktu yang lama. Setelah
dilakukan analisis fundamental, investor memutuskan untuk tidak
membeli saham perusahaan tersebut dalam jumlah besar
mengingat resiko perusahaan mengalami kebangkrutan karena hutang.
a. Price Earning Ratio (PER)
Price atau harga merupakan nilai yang disepakati antara penjual dan
pembeli, sedangkan earning adalah laba atau keuntungan yang tersedia
bagi para pemegang saham, baik yang berupa dividen maupun capital
gain. Sehingga Price Earning Ratio dapat diartikan sebagai hubungan
antara pasar saham dengan earning per share saat ini yang digunakan
secara luas oleh investor sebagai panduan umum untuk mengukur nilai
saham. Pengertian Price Earning Ratio yaitu merupakan cerminan rupiah
yang berani dibayar investor untuk setiap rupiah laba (Arifin, 2005:152).
Model PER, sebagaimana namanya menunjukkan, mendasarkan diri atas
rasio antara harga saham per lembar dengan EPS (Husnan, 2003:288).
Sebelum mencari nilai PER, terlebih dahulu harus diketahui nilai
dari EPS. EPS atau laba per lembar saham adalah tingkat keuntungan
bersih untuk tiap lembar sahamnya yang mampu diraih perusahaan pada
saat menjalankan operasinya. Laba per lembar saham atau EPS di peroleh
dari laba yang tersedia bagi pemegang saham biasa dibagi dengan jumlah
rata – rata saham biasa yang beredar. Menurut Syamsuddin (2007:75) EPS
(Earning per share) dapat dicari menggunakan rumus :
Laba bersih
EPS=
Jumlah saham yang beredar
Dalam investasi pada saham, keuntungan yang merupakan hak
investor adalah laba bersih setelah pajak perusahaan. Pada dasarnya PER
memberikan indikasi tentang jangka waktu yang diperlukan untuk
mengembalikan dana pada tingkat harga saham dan keuntungan
perusahaan pada suatu periode tertentu (Halim, 2005:27). Pendekatan ini
merupakan pendekatan yang lebih populer dipakai di kalangan analis
saham dan para praktisi. Dalam pendekatan PER, investor akan
menghitung berapa kali nilai earning yang tercermin dalam harga suatu
saham.
Kegunaan Price Earning Ratio adalah untuk melihat bagaimana
pasar menghargai kinerja perusahaan yang dicerminkan oleh earning per
share nya. Price Earning Ratio menunjukkan hubungan antara pasar
saham biasa dengan earning per share. Semakin besar Price Earning
Ratio suatu saham maka harga saham tersebut akan semakin mahal
terhadap pendapatan bersih per sahamnya. Angka rasio ini biasanya
digunakan investor untuk memprediksi kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan laba dimasa yang akan datang.
Perusahaan dengan peluang tingkat pertumbuhan tinggi biasanya
mempunyai price earning ratio yang tinggi pula, hal ini menunjukkan
bahwa pasar mengharapkan pertumbuhan laba di masa mendatang.
Sebaliknya perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang rendah
cenderung mempunyai price earning ratio yang rendah pula. Semakin
rendah price earning ratio suatu saham maka semakin murah harganya
untuk diinvestasikan. Price Earning Ratio menjadi rendah nilainya bisa
karena harga saham cenderung semakin turun atau karena meningkatnya
laba bersih perusahaan. Jadi semakin kecil nilai PER maka semakin murah
saham tersebut untuk dibeli dan semakin baik pula kinerja per lembar
saham dalam menghasilkan laba bagi perusahaan. Semakin baik kinerja
per lembar saham akan mempengaruhi banyak investor untuk membeli
saham tersebut. Untuk menilai apakah harga saham tersebut dinilai terlalu
tinggi atau rendah oleh pasar maka rasio PER saham tersebut
dibandingkan dengan PER saham-saham lain. Secara matematis PER
dapat diukur sebagai berikut (Arifin, 2002:87) :
Harga per lembar saham
PER=
Earnings per lembar saham
b. Price Book Value (PBV)
Price Book Value (PBV) merupakan metode penilaian saham yang
berdasarkan pada book value suatu saham. Book value adalah nilai buku
yang diperoleh dari harga perolehan aktiva dikurangi dengan akumulasi
penyusutan. Untuk mencari nilai book value, digunakan rumus sebagai
berikut (Syamsuddin, 2007:75) :
Jumlah Modal Saham Biasa
BV =
Jumlah Lembar Saham Biasa
(Arifin, 2002:89) mendefinisikan nilai buku per lembar saham
sebagai rasio untuk membandingkan harga pasar sebuah saham dengan
nilai buku (book value) sebenarnya. Sementara Syamsudin (2007:75)
menjelaskan bahwa pengertian Price Book Value adalah rasio yang
menggambarkan seberapa besar pasar menghargai nilai buku saham suatu
perusahaan. Semakin tinggi PBV, maka menunjukkan semakin besar
kepercayaan pasar terhadap prospek perusahaan tersebut. Untuk
perusahaan yang berjalan baik, umumnya rasio ini mencapai diatas satu,
yang menunjukkan bahwa nilai pasar saham lebih besar dari nilai bukunya
(Jogiyanto, 2003:79). Rasio PBV dihitung dengan membagi nilai pasar
dari saham dibagi dengan nilai buku dari ekuitas saat ini. Secara matematis
PBV dapat ditulis:
Harga per lembar saham
PBV =
Nilai buku ekuitas per lembar saham
Untuk menentukan posisi saham menggunakan metode Price Book
Value tidak mencari nilai intrinsik dari saham yang diteliti, melainkan
menghitung nilai PBV kemudian mengukur harga saham mahal atau
murah dengan cut off 1 yang berarti jika nilai PBV diatas 1 menunjukkan
bahwa nilai pasar saham lebih besar dari nilai bukunya (overvalued),
sebaliknya jika nilai PBV dibawah berarti nilai pasar saham lebih kecil
dari nilai bukunya (undervalued). Penentuan ini berdasarkan pada teori
yang diungkapkan Husnan (2003:27) “Untuk perusahaan-perusahaan yang
berjalan dengan baik, umumnya rasio ini mencapai diatas satu yang
menunjukkan bahwa nilai pasar saham lebih besar dari nilai bukunya.
Semakin besar rasio PBV semakin tinggi perusahaan dinilai oleh para
pemodal relatif dibandingkan dengan dana yang telah ditanamkan di
perusahaan”. Tandelilin (2010:323) juga mengungkapkan hal serupa
“Idealnya, harga pasar saham bank jika dibandingkan nilai buku asetnya
akan mendekati. Saham-saham yang mempunyai rasio harga/nilai buku
yang rendah sebaiknya dibeli untuk memperoleh tingkat return yang lebih
besar pada tingkat risiko tertentu”.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Selembar saham adalah selembar kertas yang menerangkan
kepemilikan saham dari suatu perusahaan yang menerbitkan kertas (saham)
tersebut. Selembar saham mempunyai nilai atau harga. Harga saham menjadi
sangat penting bagi investor karena harga saham mencerminkan berbagai
informasi yang terjadi di pasar modal. Untuk menentukan nilai saham,
pemodal harus melakukan analisis terlebih dahulu terhadap saham-saham
yang ada dipasar modal guna menentukan saham atau melakukan portofolio
yang dapat memberikan return optimal.
Nilai yang berhuhungan dengan harga saham, yaitu nilai buku (book
value), nilai pasar (market value), dan nilai intrinsik (intrinsic value) yang
meliput analisis teknikal dan fundamental. Ketiga konsep nilai ini merupakan
hal yang dapat digunakan untuk mengetahui saham-saham yang bertumbuh
(growth) dan yang murah (under valued).
DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Zainal. 2005. Teori Keuangan Dan Pasar Modal. Ekonosia. Kampus FE
UII, Yogyakarta.
Azis, Musdalifah. 2015. Manajemen Investasi Fundamental, Teknikal, Perilaku
Investor, dan Return Saham. Ed. 1. Cet. 1. Yogyakarta: Deepublish.
Halim, Abdul. 2005. Analisis Investasi. Salemba Empat, Jakarta.
Husnan, Suad. 2001. Dasar-Dasar Teori Potofolio Dan Analisis Sekuritas. Edisi
3, BPFE AMP YKM, Yogyakarta.
Jogiyanto HM. 2016. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Ed. 10. BPFE-
Yogyakarta.
Kodrat, David Sukardi dan Kurniawan Indonanjaya. 2010. Manajemen Investasi:
Pendekatan Teknikal Dan Fundamental Untuk Analisis Saham. Graha Ilmu,
Yogyakarta.
Rodoni, Ahmad. 2007. Analisis Teknikal Dan Fundamental Pada Pada Pasar
Modal. Center For Social Economics Studies (CSES) Press, Jakarta.
Sunariyah. 2006. Pengantar Pengetahuan Pasar Modal. Ed. 5. Yogyakarta: UPP
STIM YKPN. Hal.
Syamsudin, Lukman. 2007. Manajemen Keuangan Perusahaan. Jakarta: Raja
Grafindo Persada.
Tandelilin, Eduardus. 2010. Portofolio dan Investasi dan Aplikasi. Ed.1.
Yogyakarta: Kanisius.
Widoatmodjo, Sawidji. 2000. Cara Sehat Investasi di Pasar Modal: Pengetahuan
Dasar. Jakarta: Yayasan Mpu Ajar Artha.

Anda mungkin juga menyukai