Anda di halaman 1dari 17

.

i
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Matematika adalah ilmu tentang kuantitas, struktur, ruang, dan perubahan.


Matematikawan menemukan pola, merumuskan Dugaan baru, dan
membangun kebenaran melalui metode deduksi ketat yang berasal dari
aksioma dan definisi bertepatan.  Seorang ahli matematika Benjamin
Peirce disebut matematika sebagai “ilmu yang Menjelaskan Kesimpulan
penting”.

Istilah mathematics ( inggris ), mathematic ( German ), wiskunde ( Beland


a ), berasal dari bahasa Yunani dari akar kata mathema yang berarti
pengetahuan atau ilmu, atau dari kata lain yang serupa yaitu mathanein
yang berarti belajar atau berpikir. Jadi, secara etimologis perkataan
matematika berarti “ilmu pengetahuan yang diperoleh dengan bernalar”,
yang lebih menekankan pada aktifitas penalaran ratio. Matematika
terbentuk sebagai hasil pemikiran manusia yang berhubungan dengan ide,
proses, dan penalaran.

Sedangkan model pembelajaran aadalah kerangka kerja yang memberikan


gambaran sistematis untuk melaksanakan pembelajaran agar membantu
belajar siswa dalam tujuan tertentu yang ingin dicapai. Artinya, model
pembelajaran merupakan gambaran umum namun tetap mengerucut pada
tujuan khusus. Hal tersebut membuat model pembelajaran berbeda
dengan model pembelajaraan yang sudah menerapkan langkah atau
pendekatan pembelajaran yang justru lebih luas lagi cakupannya.

1
B. Rumusan Masalah

Adapun beberapa rumusan masalah sebagai berikut :

1. Masih banyak guru yang bingung untuk menerapkan model


pembelajaran matematika.

2. Masih kurangnya kesadaran siswa akan penting nya pelajaran


matematika.

3. Masih banyak guru yang salah menerapkan model pembelajaran di


sekolah.

C. Tujuan Penulisan.

Adapun tujuan yang di harapkan penulis sebagai berikut :

1. Agar nantinya guru tidak kesulitan dalam menerapkan model


pembelajaran yang sesuai dengan kondisi kelas maupun siswa.

2. Agar nantinya siswa lebih termotivasi untuk belajar matematika.

3. Agar guru tidak salah menerapkan model pembelajaran matematika.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Model Pembelajaran.

Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur


yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar peserta didik
untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi
perancang pembelajaran dan guru dalam merencanakan dan melaksanakan
aktivitas belajar mengajar Secara luas, Joyce dan Weil (2000:13)
mengemukakan bahwa model pembelajaran merupakan deskripsi dari
lingkungan belajar yang menggambarkan perencanaan kurikulum, kursus-
kursus, rancangan unit pembelajaran, perlengkapan belajar, buku-buku
pelajaran, program multi media, dan bantuan belajar melalui program
komputer. Hakikat mengajar menurut Joyce dan Weil adalah membantu
belajar (peserta didik) memperoleh informasi, ide, keterampilan, nilai-nilai,
cara berpikir, dan belajar bagaimana cara belajar.

Merujuk pada dua pendapat di atas, penulis memaknai model pembelajaran


dalam BBM (Bahan Belajar Mandiri) ini sebagai suatu rencana mengajar
yang memperlihatkan pola pembelajaran tertentu, dalam pola tersebut dapat
terlihat kegiatan guru-peserta didik di dalam mewujudkan kondisi belajar atau
sistem lingkungan yang menyebabkan terjadinya belajar pada peserta didik.
Di dalam pola pembelajaran yang dimaksud terdapat karakteristik berupa
rentetan atau tahapan perbuatan/kegiatan guru-peserta didik atau dikenal
dengan istilah sintaks dalam peristiwa pembelajaran. Secara implisit di balik
tahapan pembelajaran tersebut terdapat karakteristik lainnya dari sebuah
model dan rasional yang membedakan antara model pembelajaran yang satu
dengan model pembelajaran yang lainnya.

3
Model pembelajaran mengacu pada pendekatan pembelajaran yang akan
digunakan, termasuk di dalamnya tujuan – tujuan pengajaran, tahap – tahap
dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan
kelas ( Arends, 1997:7). Hal ini sesuai dengan pendapatan Joyce (1992:4)
bahwa “Each model guides as we design instruction to help students achieve
various objectives”.

Maksud kutipan tersebut adalah bahwa setiap model mengarahkan kita dalam
merancang pembelajaran untuk membantu peserta didik mencapai tujuan
pembelajaran. Dalam  Trianto (2010:51). Joyce dan weil (1992:1)
menyatakan bahawa “models of teaching are really models of learning. As
we help student acquire information, ideals, skills, value, ways of thinking
and means of expressing themselves, we are also teaching them how
learn”. Hal ini berarti bahwa model mengajar merupakan model belajar
dengan model tersebut guru dapaat membantu siswa untuk mendapatkan atau
memperoleh informasi, ide, keterampilan, cara berpikir, dan mengekspresikan
ide diri sendiri.

Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau pola yang dapat kita
gunakan untuk mendesain pola – pola mengajar secara tatap muka di dalam
kelas atau mengatur tutorial, dan untuk menentukan material/perangkat
pembelajaran termasuk di dalamnya buku – buku, film – film, tipe – tipe,
program – program media komputer, dan kurikulum (sebagai kursus untuk
belajar). Setiap model mengarahkan kita untuk mendesain pembelajaran yang
dapat membantu siswa untuk mencapai bebagai tujuan. Sebagaimana
pendapat Joice, dkk (1992:1).

B. Model Probem Based Learning (PBL)

Model PBL merupakan salah satu model pembelajaran inovatif yang


berangkat dari masalah dunia nyata peserta didik untuk belajar tentang cara
berpikir kritis dalam memecahkan suatu permasalahan. Menurut Ronis
(2009:7) “Problem based learning is based on the idea that individuals
fashion their understanding largely throught what the experience”. Pendapat

4
Ronis tersebut jika diterjemahkan mengandung arti pembelajaran berbasis
masalah didasarkan pada gagasan bahwa individu bisa paham terutama
melalui pengalaman.

Sejalan dengan itu, Bound and Feletti (dalam Barbara, 2001:6) “ The basic
principle supporting the concept of PBL, is older than formal education
itself., learning is initiated by a posed problem, query, or puzzle taht the
learner want to solve”. Pendapat Bound tersebut jika diterjemahkan
mengandung arti bahwa prinsip dasar yang mendukung konsep dari PBL
lebih tua dari pendidikan formal itu sendiri. Belajar diprakarsai dengan
adanya masalah, pertanyaan, atau permainan puzel yang akan diselesaikan
oleh perserta didik secara mandiri.

Lebih lanjut, Wena (2009:91) mengemukakan bahwa model PBL merupakan


“Strategi pembelajaran dengan menghadapkan peserta didik pada
permasalahan-permasalahan praktis sebagai pijakan dalam belajar atau
dengan kata lain peserta didik belajar melalui permasalahan-permasalahan”.
Sejalan dengan itu, Sanjaya (2009:214) mengemukakan, “Model PBL
diartikan sebagai rangkaian aktivitas pembelajaran yang menekankan kepada
proses penyelesaian masalah yang dihadapi secara ilmiah”.

Berdasarkan pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa model PBL


adalah suatu model pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata
sebagai langkah awal bagi peserta didik untuk belajar dalam mendapatkan
pengetahuan dan konsep yang esensi dari setiap materi pembelajaran yang
telah dimiliki peserta didik sebelumnya, sehingga terbentuklah pengetahuan
yang baru.

Model PBL yang digunakan dalam proses pembelajaran memiliki langkah-


langkah yang harus dipahami dengan baik. Hal ini bertujuan agar model PBL
yang digunakan terarah dan dapat mencapai tujuan yang diharapkan dalam
proses pembelajaran.

5
a) Menurut Tan, Wee dan Kek (dalam Amir 2010:12) langkah-langkah
dalam pelaksanaan PBL yaitu:

1. Pembelajaran dimulai dengan pemberian masalah, biasanya


masalah memiliki konteks dengan dunia nyata.

2. Pembelajar secara berkelompok aktif merumuskan masalah dan


mengidentifikasi kesenjangan pengetahuan mereka.

3. Mempelajari dan mencari sendiri materi yang terkait dengan


masalah.

4. Melaporkan solusi dari masalah.

b) Rusman (2011:243) menjelaskan langkah PBL sebagai berikut:

1) Orientasi peserta didik pada masalah,

2) Mengorganisasi peserta didik untuk belajar,

3) Membimbing pengalaman individual dan kelompok,

4) Mengembangkan dan menyajikan hasil karya,

5) Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah”.

C. MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG (DIRECT INTRUCTION)

Pengajaran Langsung merupakan suatu model pengajaran yang sebenarnya


bersifat teacher center. Dalam menerapkan model pengajaran langsung guru
harus mendemonstrasikan pengetahuan atau keterampilan yang akan dilatihkan
kepada siswa secara langkah demi langkah. Karena dalam pembelajaran peran
guru sangat dominan, maka guru dituntut agar dapat menjadi seorang model
yang menarik bagi siswa.

6
Pada model pembelajaran langsung terdapat lima fase yang sangat penting.
Guru mengawali pelajaran dengan pekerjaan tentang tujuan dan latar belakang
pembelajaran, serta mempersiapkan siswa untuk menerima penjelasan guru.

Fase persiapan dan motivasi ini kemudian diikuti oleh presentasi materi ajar
yang diajarkan atau demonstrasi tentang keterampilan tertentu. Pelajaran ini
termasuk juga pemberian kesempatan kepada siswa untuk melakukan pelatihan
dan pemberian umpan balik terhadap keberhasilan siswa. Pada fase pelatihan
dan pemberian umpan balik tertentu, guru perlu selalu mencoba memberikan
kesempatan kepada siswa untuk menerapkan pengetahuan atau keterampilan
yang dipelajari kedalam situasi kehidupan nyata. Rangkuman kelima fase

tersebut dapat dilihat dari tabel:

SINTAKS MODEL PENGAJARAN LANGSUNG


FASE-FASE PRILAKU GURU
( Fase 1 ) Guru menyampaikan tujuan, informasi
latar belakang pelajaran, pentingnya
Menyampaikan tujuan dan pelajaran ini, mempersiapkan siswa
mempersiapkan siswa untuk belajar
( FASE 2 ) Guru mendemonstrasikan
keterampilan yang benar, atau
Mendemonstrasikan pengetahuan atau menyajikan informasi tahap demi
keterampilan tahap
( Fase 3 ) Guru merencanakan dan memberi
bimbingan pelatihan awal
Membimbing pelatihan
( Fase 4 ) Mencek apakah siswa telah berhasil
melakukan tugas dengan baik,
Mengecek pemahaman dan memberi umpan balik
memberikan umpan balik
( FASE 5 ) Guru mempersiapkan kesempatan
melakukan pelatihan lanjutan, dengan
Memberikan kesempatan untuk perhatian khusus pada penerapan
pelatihan untuk pelatihan lanjutan dan kepada situasi lebih kompleks dan
penerapan kehidupan sehari-hari.

Pengajaran langsung memerlukan perencanaan dan pelaksanaan yang sangat


hati-hati di pihak guru. Agar efektif, pengajaran langsung mensyaratkan tiap
detil keterampilan atau isi didefinisikan secara seksama. Demonstrasi dan
jadwal pelatihan juga harus direncanakan dan dilaksanakan secara seksama.

Meskipun tujuan pembelajaran dapat direncanakan bersama oleh guru dan


siswa, model ini terutama berpusat pada guru. Sistem pengelolaan
pembelajaran yang dilakukan oleh guru harus menjamin terjadinya keterlibatan
siswa, terutama melalui memperhatikan, mendengarkan, dan resitasi (Tanya
jawab) yang terencana. Ini tidak berarti bahwa pembelajaran bersifat otoriter,

7
dingin, dan tanpa humor. Ini berarti bahwa lingkungan berorientasi pada tugas
dan member harapan tinggi agar siswa mencapai hasil belajar dengan baik.

Langkah-langkah pembelajaran model pengajaran langsung pada dasarnya


mengikuti pola-pola pembelajaran secara umum. Meliputi tahapan-tahapan
sebagai berikut:

1. Menyiapkan dan memotivasi siswa, Tujuan langkah awal ini untuk menarik
dan memusatkan perhatian siswa, serta memotivasi mereka untuk berperan
serta  dalam pelajaran itu.
2. Menyampaikan tujuan, Siswa perlu mengetahui dengan jelas, mengapa
mereka berpartisipasi dalam suatu pelajaran tertentu, dan mereka perlu
mengetahui apa yang harus dapat mereka lakukan setelah selesai berperan
serta dalam pelajaran.Presentasi dan Demonstrasi, Fase ini merupakan fase
kedua pengajaran langsung. Guru melaksanakan presentasi atau
demonstrasi pengetahuan dan keterampilan. Kunci keberhasilan kegiatan
demonstrasi ialah tingkat kejelasan demostrasi informasi yang dilakukan
dan mengikuti pola-pola demonstrasi yang efektif.
3. Mencapai kejelasan, Hasil-hasil penelitian secara konsisten menunjukkan
bahwa kemampuan guru untuk memberikan informasi yang jelas dan
spesifik kepada siswa, mempunyai dampak yang positif terhadap proses
belajar mengajar.
4. Melakukan demonstrasi, Pengajaran langsung berpegang teguh pada
asumsi bahwa sebagian besar yang dipelajari (hasil belajar) berasal dari
mengamati orang lain. Belajar dengan meniru tingkah laku orang lain dapat
menghemat waktu, menghindari siswa dari belajar melalui “trial and error.”
5. Mencapai pemahaman dan penguasaan, Untuk menjamin agar siswa akan
mengamati tingkah laku yang benar dan bukan sebaliknya, guru perlu
benar-benar memperhatikan apa yang terjadi pada setiap tahap demonstrasi
ini berarti, bahwa jika guru perlu berupaya agar segala sesuatu yang
didemonstrasikan juga benar.
6. Berlatih, Agar dapat mendemonstrasikan sesuatu dengan benar diperlukan
latihan yang intensif, dan memperhatikan aspek-aspek penting dari
keterampilan atau konsep yang didemonstrasikan.
7. Memberikan latihan Terbimbing, Salah satu tahap penting dalam
pengajaran langsung ialah cara guru mempersiapkan dan melaksanakan
“pelatihan terbimbing.” Keterlibatan siswa secara aktif dalam pelatihan
dapat meningkatkan retensi, membuat belajar berlangsung dengan lancar,
dan memungkinkan siswa menerapkan konsep/keterampilan pada situasi
yang baru.

D. Model Pembelajaran Kooperatif


Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidak-
tidaknya tiga tujuan penting pembelajaran, yaitu hasil belajar akademik,
penerimaan terhadap keragaman, dan pengembangan keterampilan sosial
(Ibrahim, dkk, 2000:7).

8
Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang dilakukan secara
berkelompok, siswa dalam satu kelas dijadikan kelompok-kelompok kecil yang
terdiri dari 4 sampai 5 orang untuk memahami konsep yang difasilitasi oleh
guru.

Pembelajaran kooperatif dapat diartikan sebagai model pembelajaran yang


menekankan pada keaktifan siswa dalam kelompok kecil, mempelajari materi
pelajaran dan mengerjakan tugas.

Model pembelajaran ini memanfaatkan bantuan siswa lain untuk meningkatkan


pemahaman dan penguasaan bahan pelajaran, karena terkadang siswa lebih
paham akan hal yang disampaikan temannya daripada guru serta bahasa yang
digunakan siswa kadang lebih mudah dipahami oleh siswa lainnya. Tujuan
dibentuknya kelompok kooperatif adalah memberikan kesempatan kepada
siswa agar dapat terlibat secara aktif dalam proses berfikir dalam kegiatan
belajar. Kelompok siswa tersebut harus saling bekerja sama dalam
menyelesaikan tugas kelompoknya. Dengan demikian model pembelajaran
kooperatif lebih dari sekedar bekerja dalam kelompok. (Slavin, 2008: 113).

a) Ciri-ciri pembelajaran koperatif menurut para ahli.

1. Ciri-ciri pembelajaran kooperatif menurut Stahl (dalam Ismail


(2003)

 belajar dengan teman,

 tatap muka antar teman

 mendengarkan antar anggota

 belajar dari teman sendiri dalam kelompok

 belajar dalam kelompok kecil

 produktif berbicara atau mengemukakan pendapat/gagasan

9
 siswa membuat keputusan, dan

 siswa aktif.

2. menurut Johnson (1984) belajar kooperatif mempunyai ciri-ciri:

 saling ketergantungan yang positif

 dapat dipertanggungjawabkan secara individu,

 heterogin,

 berbagi kepepimpinan,

 berbagi tanggung jawab,

 ditekankan pada tugas dan kebersamaan

 mempunyai keterampilan dalam berhubungan sosial

 guru mengamati, dan

 efektivitas tergantung pada kelompok.

Dengan demikian  di dalam pembelajaran kooperatif haruslah terjadi aktivitas


sebagai berikut:
1. siswa belajar dalam kelompok, produktif mendengar,  mengemukakan
pendapat, dan membuat keputusan secara bersama,
2. kelompok terdiri dari siswa-siswa yang memiliki kemampuan tinggi,
sedang, dan rendah,
3. jika dalam kelas terdapat siswa-siswa yang terdiri dari berbagai ras, suku,
agama, budaya, dan jenis kelamin yang berbeda, maka diupayakan agar
dalam setiap kelompok pun terdapat terdapat ras, suku, agama, dan jenis
kelamin yang berbeda pula, dan
4. penghargaan lebih diutamakan pada kerja kelompok daripada kerja
perorangan.

10
Aktivitas dalam model pembelajaran kooperatif dimulai dengan membagi siswa menjadi
kelompok-kelompok kecil 3 – 5 siswa per kelompok. Setiap siswa ditempatkan di dalam
kelas sedemikian rupa sehingga antara anggota kelompok dapat belajar dan berdiskusi
dengan baik tanpa mengganggu kelompok yang lain. Guru membagi materi pelajaran,
baik berupa lembar kerja siswa, buku, atau penugasan. Selanjutnya guru menjelaskan
tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dan memberikan pengarahan tentang materi yang
harus dipelajari dan permasalahan-permasalahan yang harus diselesaikan. siswa secara
sindiri-sendiri mempelajari materi pelajaran, dan jika ada kesulitan mereka saling
berdiskusi dengan teman-temannya dalam kelompok.
Untuk menguasai materi pelajaran atau menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan, setiap
siswa dalam kelompok ikut bertanggungjawab secara bersama, yakni dengan cara
berdiskusi, saling tukar ide/gagasan, pengetahuan dan pengalaman, demi tercapainya
tujuan pembelajaran secara bersama-bersama.

b) Tujuan Pembelajaran Koperatif.

Pengelolaan pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif,


paling tidak ada tiga tujuan yang ingin dicapai, yaitu :

1. Hasil belajar akademik.

Pembelajaran kooperatif bertujuan untuk meningkatkan kinerja


siswa dalam tugas-tugas akademik. Banyak ahli berpendapat bahwa
model pembelajaran kooperatif unggul dlam membantu siswa yang
sulit.

2. Pengakuan Adanya Keragaman.

Model pembelajaran kooperatif bertujuan agar siswa dapat menerima


teman-temannya yang mempunyai berbagai macam perbedaan latar
belakang. Perbedaan tersebut antara lain perbedaan ras, suku, agama,
kemampuan akademik, dan tingkat sosial.

3. Pengembangan keterampilan sosial

11
Model pembelajaran kooperatif bertujuan untuk mengembangkan
keterampilan sosial siswa. Keterampilan sosial yang dimaksud dalam
pembelajaran kooperatif antara lain adalah : berbagi tugas, aktif
bertanya, menghargai pendapat orang lain, bekerja dalam kelompok,
dan sebagainya.

c) Sintaks Model Pembelajaran Kooperatif.

Dalam model pembelajaran kooperatif terdapat enam langkah utama,


yang dimulai dengan langkah guru menyampaikan tujuan pembelajaran
dan memotivasi siswa untuk belajar, hingga diakhiri dengan langkah
memberikan penghargaan terhadap usaha-usaha kelompok maupun
individu. Model pembelajaran kooperatif mempunyai strategi yang
dijabarkan dalam langkah-langkah (sintak) pembelajaran  sebagai
berikut.

1. Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa

2. Menyajikan informasi

3. Mengorganisasikan siswa dalam kelompok-kelompok

4. Membimbing kelompok bekerja dan belajar

5. Evaluasi

6. Memberi penghargaan.

12
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan.

Model pembelajaran adalah bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai
akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran
merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik
pembelajaran. Dalam hal ini model pembelajaran merupakan cara yang digunakan
guru dalam mengorganisasikan kelas pada umumnya atau dalam menyajikan bahan
pelajaran pada khususnya, yang merupakan alat untuk mencapai suatu tujuan. Model
pembelajaran tidak hanya berfungsi sebagai cara untuk menyampaikan materi saja,
melainkan berfungsi juga untuk pemberian dorongan, pengungkap tumbuhnya minat
belajar, penyampaian bahan belajar, pencipta iklim belajar yang kondusif, tenaga
untuk melahirkan kreatifitas, pendorong untuk penilaian diri dalam proses dan hasil
belajar, dan pendorong dalam melengkapi kelemahan hasil belajar.
Adapun beberapa model pembelajaran yang sering di gunakan oleh guru yaitu:

13
1. Model Probem Based Learning (PBL)

Berdasarkan pendapat ahli, dapat disimpulkan bahwa model PBL adalah


suatu model pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai
langkah awal bagi peserta didik untuk belajar dalam mendapatkan
pengetahuan dan konsep yang esensi dari setiap materi pembelajaran yang
telah dimiliki peserta didik sebelumnya, sehingga terbentuklah pengetahuan
yang baru.

2. Model Pembelajaran Langsung (DIRECT INTRUCTION)

Dalam menerapkan model pengajaran langsung guru harus


mendemonstrasikan pengetahuan atau keterampilan yang akan dilatihkan
kepada siswa secara langkah demi langkah

3. Model Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif dapat diartikan sebagai model pembelajaran yang


menekankan pada keaktifan siswa dalam kelompok kecil, mempelajari
materi pelajaran dan mengerjakan tugas.

B. Saran.

Adapun beberapa saran yang terdapat di dalam isi makalah ini:

1. Masih terdapat beberapa kesalahan kata dalam pengetikan.

2. Masih kurangnya isi materi yang terdapat di dalam makalah.

3. Masih banyak terdapat kesalahan dalam penyampaian materi

4. Kurang nya kerapihan dalam penyusunan kata maupun yang lain.

14
DAFTAR PUSTAKA

https://serupa.id/model-pembelajaran-pengertian-ciri-jenis-macam-contoh/
https://www.gurupendidikan.co.id/pengertian-matematika/
https://www.neliti.com/id/publications/269801/penerapan-model-pembelajaran-
problem-based-learning-untuk-meningkatkan-hasil-bel
https://hrinovatif2.wordpress.com/2015/03/23/pembelajaran-inovatif-i/
https://www.matematrick.com/2016/10/macam-macam-model-pembelajaran.html

15
16

Anda mungkin juga menyukai