Disusun oleh :
IKA SETYAWARDANINGSIH B.241.18.0040
AGUSTIYA HENIDA .S B.241.18.0043
i
DAFTAR ISI
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kami panjatkan Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan taufiq,
rahmat, serta ridho-Nya kepada kita semua, sehingga makalah kami dengan tema
“Penilaian Sekuritas ” dapat terselesaikan.
Kami ucapkan terimakasih kepada Ibu Diana Puspita Sari, S.E, M.M selaku dosen pengajar
Manajemen Keuangan Korporasi yang telah membimbing dan mengajari kami. Kami juga
mengucapkan terimakasih kepada teman- teman yang telah membantu dalam pembuatan
makalah ini.
Makalah ini berisi tentang Penilaian Sekuritas. Kami mohon maaf apabila terdapat
kesalahan atau kekurangan dalam penyajian makalah ini. Semoga makalah yang kami buat
dapat bermanfaat bagi kami khususnya dan bagi pembaca pada umumnya untuk
menambah pengetahuan.
Penyusun
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Pasar modal sebagai salah satu sumber pembiayaan bagi dunia usaha dan wahana
investasi bagi masyarakat sangat berperan dalam pembangunan nasional.
Kegiatan investasi di pasar modal ini dilakukan dengan cara membeli saham,
obligasi maupun instrumen pasar modal lainnya. Keputusan investor untuk
melakukan investasi dapat diartikan sebagai pengorbanan konsumsi pasar masa
kini dengan harapan akan mendapatkan konsumsi yang lebih besar pada masa
yang akan datang.
Dalam perkembangannya pasar modal Indonesia terus mengalami peningkatan
sepanjang tahun. Secara umum peningkatan yang terjadi dapat dilihat dari
perkembangan aktivitas pasar modal yang mencapai rata-rata volume
perdagangan saham dan industri reksadana yang mengalami peningkatan yang
signifikan.
Di pasar modal, investasi dalam saham merupakan salah satu pilihan favorit bagi
investor. Seperti halnya investasi yang lain, investasi dalam saham juga tidak
lepas dari resiko kerugian karena sifat komoditasnya yang peka terhadap
perubahan-perubahan yang terjadi baik perubahan eksternal maupun faktor
internal perusahaan sehingga diperlukan analisis yang cermat dari investor
sebelum memutuskan saham mana yang akan dipilih. Salah satu cara yang dapat
dilakukan adalah dengan menganalisis harga saham perusahaan tersebut.
Harga saham perusahaan dapat dikatakan sebagai indikator untuk menilai tingkat
keberhasilan perusahaan. Semakin tinggi harga saham suatu perusahaan maka
menunjukkan semakin tinggi tingkat keberhasilan perusahaan. Dan sebaliknya
semakin rendah harga saham maka kemungkinan keberhasilan perusahaan juga
semakin rendah. Dengan kata lain, harga saham dapat mencerminkan tingkat
kepercayaan investor terhadap prospek perusahaan.
Untuk menilai harga saham suatu perusahaan tersebut ada berbagai teknik analisis
yang dapat digunakan antara lain adalah analisis teknikal dan analisis
fundamental. Analisis teknikal adalah analisis yang dilakukan dengan
menggunakan data-data atau catatan-catatan mengenai pasar yang telah
1
dipublikasikan. Analisis ini sering dilakukan sebagai analisis pasar dan biasanya
digunakan oleh investor jangka pendek. Sedangkan analisis fundamental
didasarkan pada anggapan bahwa setiap saham mempunyai nilai intrinsik. Nilai
intrinsik adalah suatu fungsi dari variabel perusahaan yang dikombinasikan untuk
menghasilkan return yang diharapkan atau dengan kata lain nilai intrinsik adalah
nilai yang sebenarnya atau seharusnya dari suatu saham.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Gambar 2.1
Hubungan antara Risiko dan Tingkat Keuntungan
3
2.2 Sekuritas
Sekuritas adalah surat-surat berharga yang dapat diperjualbelikan pada Bursa
Efek. Penilaian sekuritas mempunyai pengertian proses penentuan nilai pasar
suatu sekuritas. Dimana sekuritas merupakan secarik kertas yang menunjukkan
hak kepemilikan untuk memperoleh bagian dari prospek atau kekayaan atas
perusahaan yang menerbitkan sekuritas tersebut dan berbagai kondisi yang
melaksanakan hak tersebut.
4
2.5 Penilaian Sekuritas Berpenghasilan Tetap
Contoh sekuritas tipe ini adalah obligasi. Obligasi biasanya mempunyai features
sebagai berikut. Mempunyai nilai nominal (misal Rp1.000.000,00). Kapan akan
dilunasi (misal 5 tahun). Mempunyai coupon rate (misal 13% per tahun). Kalau
kita mengabaikan kemungkinan obligasi tersebut tidak bisa dilunasi (default)
maka pembeli obligasi akan memperoleh Rp130.000,00 pada tahun ke-1 s/d 5,
ditambah pelunasan pokok pinjaman sebesar Rp.1.000.000,00 pada tahun ke-5.
Nilai pasar obligasi (B0) bisa dihitung sebagai berikut.
𝑛
𝐹𝑡 𝑁
𝐵0 = ∑ +
1 + 𝑟𝑡 1 + 𝑟 𝑛
𝑡=1
Dalam hal ini Ft adalah bunga yang dibayarkan setiap periode (t = 1,..,n), N
adalah nilai nominal pelunasan, dan r adalah tingkat bunga yang dianggap relevan
oleh pemodal.
Sekarang, misalkan obligasi tersebut ditawarkan ke pasar modal, dan para
pemodal menginginkan tingkat keuntungan 12%. Berapa harga obligasi tersebut?
B0 = 130/(1+0,12) + 130/(1+0,12)2 + .... + 130/(1+0,12)5 + 1.000/(1+0,12)5
= Rp.1.036.000,00
Perhatikan bahwa apabila tingkat bunga yang dianggap relevan oleh pemodal
meningkat, harga pasar obligasi akan menurun dan sebaliknya.
5
= (11.000 - 10.000 + 1.000)/10.000
= 0,20 atau 20%.
Oleh karena seseorang bisa memiliki saham untuk waktu n tahun maka persamaan
umumnya menjadi,
𝑛
𝐷𝑡 𝑃𝑛
𝑃0 = ∑ 𝑡
+
1+𝑟 1 + 𝑟𝑛
𝑡=1
Dalam hal ini P0 adalah harga saham saat ini, Dt adalah dividen yang diterima
oleh pemodal pada tahun ke t (t=1,...,n), Pn adalah harga saham pada tahun ke-n,
dan r adalah tingkat keuntungan yang dianggap relevan. Meskipun seorang
pemodal bisa memiliki saham selama n tahun, tetapi sewaktu saham tersebut
dijual, akhirnya periode kepemilikan akan menjadi tidak terhingga. Dengan
demikian, Persamaan diatas bisa dituliskan menjadi:
∞
𝐷𝑡
𝑃0 = ∑
1 + 𝑟𝑡
𝑡=1
Secara konsepsional rumus penentuan harga saham tersebut benar, tetapi untuk
operasionalisasinya akan sangat sulit. Bagaimana kita bisa memperkirakan Dt dari
tahun ke-1 sampai dengan tahun tidak terhingga? Semakin jauh dimensi waktu
estimasi kita semakin tidak pasti estimasi tersebut. Oleh karena itulah, kemudian
dipergunakan berbagai penyederhanaan.
Penyederhanaan yang pertama adalah dengan menggunakan asumsi- asumsi
6
sebagai berikut.
1. Keuntungan tidak berubah setiap tahunnya.
2. Semua keuntungan dibagikan sebagai dividen.
Berdasarkan asumsi-asumsi tersebut bisa dirumuskan bahwa harga saham saat ini
adalah:
P0= E/r
atau
P0=D/r
Asumsi-asumsi tersebut, kemudian dirasa sangat tidak realistis. Oleh karena itu,
kemudian diasumsikan sebagai berikut.
1. Tidak semua laba dibagi, tetapi ada sebagian yang ditahan.
Proporsi laba yang ditahan (= b) diasumsikan konstan.
2. Laba yang ditahan dan diinvestasikan kembali tersebut bisa
menghasilkan tingkat keuntungan, disebut juga Return on Equity,
sebesar R.
3. Sebagai akibat dari asumsi-asumsi tersebut maka laba per lembar
saham (= E) dan juga dividen (= D) meningkat sebesar bR.
Peningkatan ini kita beri notasi g. Dengan kata lain g = bR.
Berdasarkan asumsi-asumsi tersebut bisa dirumuskan bahwa harga saham saat ini
adalah:
P0= D1/(r-g)
Apabila D1 diharapkan sebesar Rp200, sedangkan r = 0,16 dan g = 0,11 maka
taksiran harga saham saat ini,
P0 = Rp200/(0,16 – 0,11)
= Rp4.000
7
P0 = D1/(1 + r) + D1(1 + g1)/(1 + r)2 + D1(1 + g1)2/(1 + r)3 +D1(1 + g1)2
Dividen pada tahun ke-4 sampai dengan tahun tidak terhingga bisa dirumuskan
sebagai:
P3 = D4/(r-g2)
Karena itu,
P0 = D1/(1 + r) + D1(1 + g1)/(1 + r)2 + D1(1 + g1)2/(1 + r)3+ P3/(1+r)3
Yang berarti juga bisa dituliskan sebagai:
P0 = D1/(1 + r) + D1(1 + g1)/(1 + r)2 + D1(1 + g1)2/(1 + r)3 + …+ [D4/(r - g2)
1/(1 + r)3]
Perhatikan bahwa angka 247,6 merupakan PV dari dividen pada tahun ke-1
sampai dengan tahun ke-3, sedangkan angka 1.065,6 merupakan PV dari dividen
tahun ke-4 sampai dengan tahun tidak terhingga.
Salah satu jenis sekuritas yang berkarakteristik adalah warrant. Warrant adalah
opsi untuk membeli sejumlah saham biasa dengan harga tertentu dan biasanya
sering dipergunakan untuk ‘pemanis’ penerbitan obligasi. Dan bilamana suatu
obligasi disertai dengan warrant, maka investor akan memperoleh bunga tetap dari
pembelian obligasi dan juga memperoleh opsi untuk membeli saham biasa dengan
harga tertentu. Kalau harga saham diperkirakan akan naik maka opsi ini akan
berharga. Dan akibatnya perusahaan mungkin dapat menjual obligasi dengan
tingkat suku bunga yang lebih rendah. Bagi perusahaan penerbit warrant ini
mempunyai keuntungan dengan adanya tambahan dana dari penjualan saham
biasa yang diatas nilai nominal saham tersebut disamping dana dari penjualan
obligasi tadi.
8
BAB III
STUDI KASUS
Multi Bintang Indonesia Tbk (MLBI) didirikan 03 Juni 1929 dengan nama N.V.
Nederlandsch Indische Bierbrouwerijen dan mulai beroperasi secara komersial
pada tahun 1929. Kantor pusat MLBI berlokasi di Talavera Office Park Lantai 20,
Jl. Let. Jend. TB. Simatupang Kav. 22-26, Jakarta 12430, sedangkan pabrik
berlokasi di Jln. Daan Mogot Km.19, Tangerang 15122 dan Jl. Raya Mojosari –
Pacet KM. 50, Sampang Agung, Jawa Timur.
Pemegang saham yang memiliki 5 % atau lebih saham Multi Bintang Indonesia
Tbk adalah Heineken International BV (pengendali) (81,78%).
Multi Bintang Indonesia Tbk merupakan bagian dari Grup Asia Pacific Breweries
dan Heineken, dimana pemegang saham utama adalah Fraser & Neave Ltd. (Asia
Pacific Breweries) dan Heineken N.V. (Heineken).
Pada tahun 1981, MLBI memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk
melakukan Penawaran Umum Perdana Saham MLBI (IPO) kepada masyarakat
sebanyak 3.520.012 dengan nilai nominal Rp1.000,- per saham dengan harga
penawaran Rp1.570,- per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa
Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 15 Desember 1981.
9
Sejarah Pencatatan Saham
Nama Jabatan
10
Sebagai salah satu perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia,
PT Multi Bintang Indonesia, Tbk merupakan perusahaan dengan harga saham
paling mahal dari semua saham perusahaan yang listing di Bursa Efek
Indonesia. Pada tahun 2013 saham PT Multi Bintang Indonesia, Tbk ditutup
pada harga Rp1.200.000, melebihi saham perusahaan lainnya. PT Multi
Bintang Indonesia, Tbk juga merupakan perusahaan besar yang telah terbukti
memiliki reputasi baik dan secara historis memiliki catatan pertumbuhan
keuntungan dari tahun ke tahun.
Grafik 3.1. Fluktuasi Harga Saham PT Multi Bintang Indonesia, Tbk
Tahun 2010-2013
11
Berdasarkan uraian diatas, maka tujuan ini yakni mengetahui nilai intrinsik saham
PT Multi Bintang Indonesia, Tbk dan harga saham pada PT Multi Bintang
Indonesia, Tbk apakah dalam kondisi overvaalued atau undervalued serta
mengetahui akurasi model penilaian saham menggunakan dividend discounted
model dan price earning ratio.
Harga
Tahun Dividen Growth Ks
wajar
2010 21.279 0,3176 11,26% Rp303.487
-
2011 24.074 0,1314 6,27%
Rp118.900
2012 14.556 -0,3954 0,13% Rp173.408
2013 46.076 2,1654 20,10% Rp28.755
12
dikarenakan tingkat imbal hasil lebih kecil dari pertumbuhannya. Tahun 2012
harga wajar saham mengalami kenaikan menjadi Rp173.408, hal ini
dikarenakan tingkat imbal hasil lebih besar dari pertumbuhannya. Pada tahun
2013 harga wajar saham kembali turun menjadi Rp28.755. Meski pada tahun
2013 dividen mengalami kenaikan, kebijakan pemberian dividen yang
dilakukan PT Multi Bintang Indonesia, Tbk. masih belum belum sebanding
dengan harga pasarnya.
13
yang berlaku di lantai bursa dari tahun 2010 sampai dengan 2013 berada di bawah
harga wajar (harga wajar saham > harga pasar), yang artinya saham PT Multi
Bintang Indonesia, Tbk berada pada kondisi yang murah (undervalued) atau layak
dibeli dikarenakan harga saham lebih murah dari harga wajarnya.
Berdasarkan Tabel 3.3 menunjukkan hasil penilaian harga wajar saham MLBI
yang diperoleh dengan menggunakan dividend discounted model pada tahun
2010 berada pada kondisi undervalued. Kondisi ini menunjukkan bahwa saham
MLBI pada tahun 2010 layak untuk dibeli (buy). Tahun 2011 sampai tahun 2013
harga saham MLBI berada pada kondisi overvalued. Hal ini dikarenakan terjadi
penurunan pembayaran dividen yang tidak sebanding dengan kenaikan harga
saham. Kondisi ini menunjukkan bahwa saham MLBI pada tahun 2011 sampai
14
2103 tidak layak untuk dibeli karena harganya sudah melampaui harga wajarnya
dan layak untuk dijual (sell) bagi investor yang sudah memiliki saham MLBI.
Tabel 3.4. Analisis Undervaluation dan
Overvaluation dengan
Price Earning Ratio tahun 2010- 2013
Berdasarkan Tabel 3.4 menunjukkan hasil penilaian harga wajar saham MLBI
yang diperoleh dengan menggunakan price earning ratio pada tahun 2010
berada pada kondisi overvalued. Kondisi ini menunjukkan bahwa saham MLBI
pada tahun 2010 bagi investor yang belum memiliki saham MLBI tidak layak
untuk dibeli. Namun, bagi investor yang sudah memiliki saham MLBI
sebaiknya menjual saham MLBI. Tahun 2011 sampai tahun 2013 harga saham
MLBI berada pada kondisi undervalued. Kondisi ini menunjukkan bahwa
saham MLBI pada tahun 2011 sampai 2103 layak untuk dibeli karena harga
pasar belum melampaui harga wajarnya.
15
Tabel 3.5. Perbandingan Model Penilaian Saham
Tabel 3.5 menunjukkan hasil perbandingan model penilaian harga wajar saham
yang digunakan dalam penelitian ini yakni model penilaian price earning ratio
merupakan model penilaian yang memiliki nilai RMSE terkecil 205.196,76.
Artinya, penyimpangan harga wajar terhadap harga pasar saham yang dimiliki
model penilaian price earning ratio merupakan penyimpangan yang paling kecil
dibandingkan dengan dividend discounted model. Hal ini berarti model penilaian
price earning ratio merupakan model yang paling akurat untuk melakukan
penilaian harga wajar saham dibanding semua model.
16
oleh investor lebih tinggi dari tingkat pertumbuhan. Tapi kenaikan harga wajar PT
Multi Bintang Indonesia, Tbk ini masih berada dibawah harga pasarnya. Hal ini
dikarenakan dividen tahun 2012 mengalami penurunan. Tahun 2013 harga waja
saham mengalami penurunan menjadi Rp 28.755. penurunan ini diakarenakan
tingkat pertumbuhan lebih tinggi dari tingkat imbal hasil yang disyaratkan
investor. Kenaikan harga saham PT Multi Bintang Indonesia, Tbk dikarenakan
perusahaan sering mendapatkan penghargaan. Mulai dari meraih medali emas dari
The Brewing Industry International Awards 2011, masuk dalam 100 perusahaan
most valuable brand di Indonesia, dan PT Multi Bintang Indonesia, Tbk salah
satu pemenang Indonesian Employers of Choice 2013. Selain itu diakuisisinya PT
Multi Bintang Indonesia, Tbk oleh HEINEKEN International BV dari asia pacific
breweries limited (APB) juga menyebabkan harga saham mengalami kenaikan.
17
(buy). Tahun 2011 sampai tahun 2013 harga saham MLBI berada pada kondisi
overvalued. Hal ini dikarenakan
terjadi penurunan pembayaran dividen yang tidak sebanding dengan kenaikan
harga saham. Kondisi ini menunjukkan bahwa saham MLBI pada tahun 2011
sampai 2103 tidak layak untuk dibeli karena harganya sudah melampaui harga
wajarnya dan layak untuk dijual (sell) bagi investor yang sudah memiliki saham
MLBI.
Hasil penilaian harga wajar saham MLBI yang diperoleh dengan
menggunaan price earning ratio pada tahun 2010 berada pada kondisi
overvalued. Kondisi ini menunjukkan bahwa saham MLBI pada tahun 2010
tidak layak untuk dibeli karena harganya sudah melampaui harga wajarnya dan
layak untuk dijual (sell) bagi investor yang sudah memiliki saham MLBI.
Tahun 2011 sampai tahun 2013 harga saham MLBI berada pada kondis
undervalued. Kondisi ini menunjukkan bahwa saham MLBI pada tahun 2011
sampai 2103 layak untuk dibeli karena harga pasar belum melampaui harga
wajarnya.
18
kecil dibandingkan dengan dividend discounted model (870.859,59).
Hal ini berarti model penilaian price earning ratio merupakan model yang
paling akurat untuk melakukan penilaian harga wajar saham dibandingkan
dengan dividend discounted model.
KESIMPULAN
Nilai intrinsik saham PT Multi Bintang Indonesia, Tbk bila dihitung dengan
dividend discounted model pertumbuhan tidak konstan (ganda) tahun 2010 sebesar
Rp 303.487, tahun 2011 sebesar Rp -118.900, tahun 2012 sebesar Rp 173.408,
dan tahun 2013 Rp 28.755. Nilai intrinsik saham PT Multi Bintang Indonesia, Tbk
bila dihitung dengan price earning ratio pada tahun 2010 sebesar Rp 271.778,
tahun 2011 sebesar Rp 359.100, tahun 2012 sebesar Rp 1.061.814, dan tahun
2013 sebesar Rp 1.448.201. Harga saham PT Multi Bintang Indonesia, Tbk bila
dihitung dengan dividend discounted model pertumbuhan tidak konstan (ganda)
periode 2010 dinilai
undervalued (harga wajar saham > harga pasar) dan strategi yang baik untuk
sekuritas PT Multi Bintang Indonesia, Tbk adalah beli karena harga saham
murah, sedangkan pada tahun 2011 sampai dengan 2013 dinilai overvalued
(harga wajar saham < harga pasar). Hasil penelitian menggunakan price earning
ratio menunjukkan harga saham PT Multi Bintang Indonesia, Tbk pada tahun
2010 berada pada kondisi overvalued (harga wajar saham < harga pasar). Tahun
2011 sampai tahun 2013 harga saham MLBI berada pada kondisi undervalued
(harga wajar saham > harga pasar). Kondisi ini menunjukkan bahwa saham MLBI
pada tahun 2011 sampai 2103 layak untuk dibeli karena harga pasar belum
melampaui harga wajarnya.
Hasil analisis perbandingan model penilaian saham menunjukkan model price
earning ratio merupakan model yang memiliki penyimpangan paling rendah,
memiliki nilai RMSE sebesar 205.196,76. RMSE adalah suatu indikator kesalahan
yang didasarkan pada total kuadratis dari simpangan antara hasil model dengan
19
hasil observasi. Semakin kecil nilai RMSE, maka semakin baik model penilaian
harga wajar saham dalam mengestimasi nilai intrinsik saham.
20
DAFTAR PUSTAKA
https://www.coursehero.com/file/26781350/MAKALAH-PENILAIAN-SEKURITAS-
1ISIdocx/
https://britama.com/index.php/2012/12/sejarah-dan-profil-singkat-mlbi/
https://mafiadoc.com/penilaian-sekuritas_59cccc7c1723ddd6201c6b21.html
https://www.academia.edu/.../Rangkuman_Penilaian_Sekuritas_Jangka_Panjang
https://www.scribd.com/doc/184446433/Penilaian-Sekuritas
20
21