Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

“ANALISIS PEMBIAYAAN JANGKA PANJANG”

Disusun oleh:

Amita Apriyanti (0117063141)

Dimas Febryawan (0117064861)

Rohmah Indana (0117065761)

M. Kholilurrohman (0117066491)

Kelas : Manajemen 4 Pagi B

UNIVERSITAS PEKALONGAN

FAKULTAS EKONOMI

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


DAFTAR ISI

Halaman Judul .................................................................................................. i

Daftar Isi ......................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUIAN

A. Latar Belakang .............................................................................................1

B. Rumusan Masalah ........................................................................................1

C. Tujuan...........................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Pendanaan Jangka Panjang. .......................................................... 3


B. Jenis-jenis Pendanaan Jangka Panjang ............................................................. 3

1. Kredit Investasi .....................................................................................3

2. Hipotek ..................................................................................................5

3. Obligasi .................................................................................................5

4. Obligasi Konversi ...............................................................................10

5. Saham Preferen ...................................................................................12

6. Saham Biasa dan Rights ......................................................................13

7. Penerbitan Sekuritas di Pasar Modal ...................................................14

BAB III PENUTUP

A. Simpulan ....................................................................................................19

Daftar Pustaka
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada era saat ini, pendanaan dalam arti sempit biasanya diartikan
sebagai pembayaran yang dilakukan oleh suatu lembaga keuangan seperti
misalnya bank kepada nasabahnya. Sedangkan pembiayaan dalam arti luas
memiliki maksud untuk mendukung investasi yang telah direncanakan baik
dilakukan sendiri atau orang lain.

Untuk melakukan pembiayaan, perusahaan membutuhkan sumber dana


dimana sumber dana itu sendiri jika dilihat dari jangka waktunya, terbagi ke
dalam sumber dana jangka pendek dan sumber dana jangka panjang.
Sedangkan jika dilihat berdasarkan sumbernya, sumber dana dibedakan
menjadi sumber dana internal dan sumber dana eksternal.

Di dalam pendanaan jangka panjang sendiri terdapat beberapa jenis


pendanaan yang sudah dikenal oleh publik seperti kredit investasi, hipotek,
obligasi dan saham.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan pembiayaan jangka panjang?
2. Apa saja jenis pembiayaan di dalam pembiayaan jangka panjang?
3. Bagaimana contoh soal dari masing-masing jenis pembiayaan di dalam
pembiayaan jangka panjang?

C. Tujuan
1. Kita menjadi tahu bagaimana apa yang dimaksud dengan pembiayaan
jangka panjang.
2. Kita menjadi tahu apa saja jenis pembiayaan yang ada di dalam
pembiayaan jangka panjang.
3. Untuk mengetahui cara menyelesaikan contoh soal dari masing-masing
jenis pembiayaan di dalam pembiayaan jangka panjang.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Pendanaan Jangka Panjang.


Pendanaan jangka panjang merupakan salah satu jenis pendanaan
yang bisa dimanfaatkan oleh perusahaan dalam jangka waktu yang relatif
lebih lama dibandingkan dengan alternatif jenis pendanaan lainnya dalam
memenuhi kebutuhan pembelanjaan perusahaan. Jenis pendanaan jangka
panjang yang umum dikenal antara lain : Kredit Investasi, Hipotek
(Mortgage), Obligasi, dan Saham.

B. Jenis-jenis Pendanaan Jangka Panjang


1. Kredit Investasi

Kredit investasi merupakan alternatif pendanaan jangka panjang


yang umumnya disediakan oleh kalangan perbankan selain kredit modal
kerja yang ada di dalam pendanaan jangka pendek.

Keputusan perusahaan untuk memanfaatkan kredit investasi ini


hendaknya mempertimbangkan faktor-faktor berikut ini :

a. Kelayakan jenis investasi yang akan dilaksanakan.


b. Pola cashflow dari investasi yang akan dilaksanakan
c. Lamanya jangka waktu kredit
d. Besarnya pengembalian pinjaman setiap periodenya
e. Tingkat suku bunga yang dipersyaratkan
f. Persyaratan mengenai pelunasan kredit sebelum jatuh tempo yang
biasanya dalam bentuk penalty.
Contoh :
Pada awal 1997, suatu Perusahaan Langit menanda tangani perjanjanjian
kredit investasi selama lima tahun dari Bank Cahaya. Jumlah kredit
sebesar Rp. 1.000 Juta, telah diamabil semua. Bunga sebesar 15% per
tahun dari saldo kreditnya, dan perusahaan selalu membayar bunga tepat
waktunya meskipun pokok pinjamannya belum diangsur satu rupiahpun.
Pada awal tahun 2000, perusahaan mendapatkan tawaran kredit dari Bank
Awan dengan bunga hanya 13.5% per tahu. Sewaktu perusahaan
menyampaikan niatnya untuk melunasi kredit investasi tersebut. Bank
Cahaya menyatakan bahwa pelunasan sebelum jangka waktu lima tahun
akan dikenakan denda dalam bentuk bunga sebesar 2% per tahun. Karena
masih terdapat dua tahun sebelum maturity, perusahaan harus membayar
bunga sebesar,
2 x 2% x Rp. 1.000 juta = Rp. 40 juta
Apabila kredit tersebut masih akan diperlukan selama dua tahun
lagi, apakah sebaiknya perusahaan beralih ke Bank Awan dengan
membayar denda kepada Bank Cahaya, ataukah tetap mengutamakan
Bank Cahaya?
Apabila beralih ke Bank Awan dan membayar denda, maka denda
dan bunga yang dibayar selama 2 tahun akan datang adalah,

Denda Rp. 40 juta


Bunga = 2 x 16% x Rp. 1.000 juta = Rp. 270 juta
Total Rp. 310 juta
Apabila bertahan menggunakan Bank Cahaya, bunga yang
dibayar adalah,,
Bunga = 2 x 16% x Rp. 1.000 juta = Rp. 320 juta

Karena biaya kalau beralih ke Bank Awan lebih murah, alternatif


tersebut sebaiknya dipilih. Dengan demikian dampak bahwa adanya
penalty dari Bank Cahaya membuat bahwa biaya bunga Bank Cahaya
lebih besar dari pada yang dicantumkan. Bagi Bank Cahaya, pencantuman
penalty dilakukan karena dengan pelunasan kredit, Bank Cahaya harus
berupaya untuk menjual kembali dana tersebut agar dapat menghasilkan
penghasilan.
2. Hipotek
Hipotek adalah merupakan alternatif pendanaan jangka panjang
dalam bentuk hutang yang biasanya harus disertai dengan agunan
berupa aktiva tidak bergerak (tanah, bangunan). Dalam hal terjadinya
likuidasi perusahaan yang mempunyai hutang, maka kewajiban
kreditur harus dipenuhi terlebih dahulu dari hasil penjualan aktiva
yang dijadikan sebagai agunan tersebut.
3. Obligasi
Obligasi merupakan surat tanda hutang, dan umumnya tidak
dijamin dengan aktiva tertentu. Oleh karenanya kalau perusahaan
bangkrut, pemegang obligasi akan diperlakukan sebagai kreditur
umum.

Dalam Obligasi, akan mencantumkan :

a. Nilai pelunasan atau face value


b. Jangka waktu pelunasan
c. Bunga yang dibayarkan (coupon rate)
d. Berapa kali dalam satu tahun bunga tersebut dibayarkan
Tipe obligasi konvensional mempunyai dampak resiko baik
bagi pemilik maupun penerbit obligasi. Resiko ini biasanya dikaitkan
dengan tingkat suku bunga. Artinya, apabila suku bunga naik maka
harga obligasi akan turun (dalam kondisi ini pemilik obligasi akan
rugi). Akan tetapi apabila tingkat suku bunga turun, maka harga
obligasi akan mengalami kenaikan (dalam kondisi yang demikian ini
penerbit obligasi akan rugi).

Oleh karena itu, dalam rangka untuk meminimalisir kerugian


yang dialami oleh perusahaan penerbit obligasi yang disebabkan
karena menurunnya tingkat suku bunga, penerbit obligasi kemudian
menawarkan :

a. Obligasi dengan suku bunga mengambang (floating rate).


Misalnya, suku bunga obligasi ditentukan sebesar sama
dengan suku bunga rata-rata deposito jangka waktu 6 bulan pada
bank pemerintah ditambah dengan 1,00%.
b. Mencantumkan call price.
Call price menunjukkan harga yang akan dibayar oleh
penerbit obligasi, pada saat hak untuk membeli kembali obligasi
tersebut dilaksanakan oleh penerbit obligasi.

Misalkan : call price sebesar 110.

Artinya Penerbit obligasi dapat meminta obligasi yang


dimiliki oleh pemodal dengan membayarnya sebesar Rp.
1.100.000 pada saat harga obligasi di pasar sebesar Rp. 1.100.000
bagi pemilik obligasi dengan nilai nominal sebesar Rp. 1.000.000.

Pada saat obligasi dilunasi oleh penerbit, maka penerbit


kemudian akan mengganti dengan obligasi baru dengan coupon
rate yang lebih rendah.

Misalkan :

Perusahaan menerbitkan obligasi dengan coupon rate 17%


per tahun. Karena menurunnya suku bunga, obligasi yang
ekuivalen dapat dijual sesuai dengan nilai nominal dengan coupon
rate hanya 14% per tahun. Saat ini obligasi tersebut masih
mempunyai usia 9 tahun lagi. Kondisi ini menyebabkan
perusahaan ingin memanggil obligasi lama. Apabila call price
sebesar 105 dan diperlukan waktu 3 bulan overlap sebelum
obligasi baru dipergunakan untuk melunasi obligasi lama.
Berapakah keuntungan daripada penggantian obligasi tersebut
kalau nilai nominalnya sebesar Rp. 1.000.000?

Pelunasan obligasi lama = 105 x Rp. 1.000.000 = Rp. 1.050.000

Kas masuk obligasi baru = Rp. 1.000.000


Selisih Rp. 50.000

Bunga selama periode overlap 0,25 x 17% x Rp. 1 juta

= Rp. 42.500

Kas keluar pada awal periode Rp. 92.500,-

Penghematan pembayaran bunga =

(17% - 14%) x Rp. 1.000.000 = Rp. 30.000

Dengan menggunakan tingkat bunga 14% (Ada pada Tabel A-2


– Present Value of Annuity), maka Present Value (PV) penghematan
selama 9 tahun sebesar = 4,946 x Rp. 30.000 = Rp. 148.380

Dengan demikian keuntungan bagi penerbit obligasi sebesar =


Rp. 148.380 - Rp. 92.500 = Rp. 55.880

Untuk melunasi obligasi, perusahaan sering menyisihkan dana


khusus yang sering disebut sebagai “Sinking Fund”, dimana dana
tersebut biasanya ditempatkan pada bank setelah mencapai usia
tertentu.

Jenis-jenis obligasi :

1. Obligasi yang tidak dijamin dengan aktiva tertentu (unsecured bond)


atau disebut juga dengan “debenture”.
2. Subordinate debenture, merupakan obligasi yang pelunasannya akan
dilakukan oleh perusahaan setelah debenture terselesaikan pada saat
terjadi likuidasi perusahaan.
3. Income Bonds, merupakan jenis obligasi yang hanya membayarkan
bunga saja kepada pemiliknya, apabila perusahaan memperoleh
keuntungan
4. Zero Coupon Bonds, merupakan jenis obligasi yang tidak
membayarkan bunga kepada pemiliknya, dan perusahaan dalam
menjual obligasi jenis ini dengan memberikan discount. Penerbitan
jenis obligasi semacam ini sering didasarkan atas maksud untuk
memperoleh keuntungan karena present value pembayaran pajak.
Dalam penerbitan obligasi, perusahaan kadang-kadang
menyertakan “warrant”, yang merupakan hak untuk membeli saham
dengan harga tertentu dan digunakan sebagai semacam penarik minat
agar orang mau membeli obligasi yang diterbitkan oleh perusahaan.
Contoh :
Misalkan Perusahaan Mandiri mau menerbitkan obligasi dengan
nilai nominal sebesar Rp. 1.000.000 dengan coupon rate sebesar 13%
dan jangka waktu 5 tahun, dimana obligasi tersebut ditawarkan sebesar
nilai nominalnya. Andaikan saat ini coupon rate yang umum berlaku
untuk obligasi yang ekuivalen dengan obligasi yang mau ditawarkan
sebesar 15%. Perusahaan Mandiri dalam menawarkan obligasi ini
disertai dengan warrant, yang menyatakan bahwa pembeli obligasi ini
berhak membeli 100 lembar saham biasa dengan harga Rp. 8.000 per
lembar saham pada lima tahun yang akan datang, dimana harga saham
saat ini sebesar Rp. 6.000. Apabila para pemodal memperkirakan
bahwa lima tahun yang akan datang harga saham perusahaan Mandiri
sebesar Rp. 11.000, maka warrant tersebut akan cukup menarik
investor untuk membeli obligasi yang ditawarkan oleh Perusahaan
Mandiri. Mengapa demikian ?
Jawabannya karena dengan harga saham sebesar Rp. 11.000 maka
investor akan memperoleh keuntungan sebesar Rp. 3.000 per lembar
saham. Dengan demikian total keuntungan yang didapatkan dari
warrant dalam bentuk saham ini menjadi :
100 x Rp. 3.000 = Rp. 300.000
Pola arus kas yang diharapkan oleh investor dengan membeli
obligasi tersebut dapat dilihat dalam ilustrasi perhitungan berikut ini.

Tahun Arus Kas


0 (1.000.000 )
1 130.000
2 130.000
3 130.000
4 130.000
5 130.000
1.000.000
300.000
Dengan menggunakan formulasi berikut, maka tingkat
keuntungan yang diharapkan dari obligasi dengan warrant tersebut
adalah

5 130 1.000 130

1.000 =  + +

t = 1 (1+i )t (1+i)5 (1+i)5

Dari perhitungan diatas akan diperoleh nilai i sebesar 17,25%

Dari contoh ilustrasi diatas, dapat disimpulkan bahwa apabila


harga saham di bawah Rp. 11.000 maka tingkat keuntungan akan lebih
kecil dari 17,25% dan apabila harga saham lebih besar dari Rp. 11.000
maka tingkat keuntungan akan lebih besar dari 17,25%. Dalam hal ini para
pemegang saham akan menerima keuntungan minimal sebesar 13%
(sebesar coupon rate-ny ).

Apabila kita mau menaksir nilai warrant dengan menggunakan


konsep teori opsi dari Black and Scholes, maka akan diperoleh nilai seperti
nampak dalam ilustrasi perhitungan berikut ini. Diasumsikan bahwa
deviasi standar perubahan harga (a) saham sebesar 0,20 dan tingkat bunga
bebas resiko sebesar 10% per tahun.

Langkah 1 :

Kalikan deviasi standar perubahan harga saham dengan akar dari


jangka waktu opsi jatuh tempo :
0,20 x √ 5 = 0,45

Langkah 2 :

Hitung rasio nilai saham dengan PV exercise opsi

PV harga exercise = 8.000 / ( 1 + 0,1 )5

= Rp. 4.967

Rasio = 6.000 : 4.967

= 1,20

Langkah 3 :

Dari tabel A-4 kita akan menemukan harga opsi call sebesar 25,94
persen harga saham saat ini atau sebesar 25,94% x Rp. 6.000 = Rp. 1.554

Langkah 4 :

Kalikan nilai call tersebut dengan 100, karena warrant tersebut


memberikan hak untuk membeli saham

Nilai warrant = 100 x Rp. 1.554 = Rp. 155.400

Apakah warrant tersebut menarik untuk dibeli oleh calon investor?


Jawabannya adalah ya.

Perhatikan ilustrasi perhitungan dibawah ini :

Nilai obligasi seandainya tanpa warrant sebesar :

5 130.000 130.000

Po =  + = Rp. 932.960,-

t = 1 (1+0,15 )1 (1+0,15)5

Dari ilustrasi perhitungan diatas, maka selisih harga obligasi


seandainya tanpa warrant akan sebesar Rp. 67.040 berasal dari (Rp.
1.000.000 - Rp. 932.960). Dan apabila dibandingkan dengan harga
obligasi yang menggunakan warrant akan lebih menguntungkan, karena
disini calon investor akan mendapatkan keuntungan sebesar Rp. 155.400 >
Rp. 67.040. Dengan demikian warrant tersebut akan tetap menarik dimata
calon investor.

Penambahan jumlah lembar saham yang tanpa disertai dengan


pemasukan modal sesuai dengan harga saham yang berlaku saat itu, akan
mengakibatkan penurunan harga saham dan sebagai akibatnya nilai call
dan juga warrant juga akan turun. Fenomena ini disebut sebagai “dilusi”.

4. Obligasi Konversi

Obligasi konversi ( Convertible Bonds / CB ) merupakan obligasi


yang dapat dikonversikan ( dirubah ) menjadi saham biasa. Pemilik
obligasi konversi akan memiliki obligasi dan opsi call atas saham
perusahaan.

Misalkan : Perusahaan Mandiri diatas menerbitkan obligasi


konversi dengan nilai nominal Rp. 1.000.000 per lembar dan
membayarkan coupon rate 14% per tahun, yang dapat dikonversikan
menjadi saham biasa pada lima tahun yang akan datang. Setiap lembar
obligasi konversi dapat dikonversikan menjadi 100 lembar saham biasa.

Andaikan pada akhir tahun kelima, harga per lembar saham biasa
mencapai lebih dari Rp. 10.000 maka para pemegang obligasi akan
mengkonversikannya menjadi saham biasa. Akan tetapi apabila harga
saham di bawah Rp. 10.000 mereka mungkin akan memilih untuk
menguangkan obligasi tersebut.

Dari contoh diatas, ratio konversi sebesar 100, dan harga konversi
sebesar Rp. 10.000. Apabila harga saham saat sekarang ini sebesar Rp.
8.000 per lembar, maka nilai konversi akan menjadi sebesar

100 x Rp. 8.000 = Rp. 800.000


Apabila jangka waktu pelunasan obligasi adalah 5 tahun,
sedangkan obligasi yang ekuivalen dengan obligasi tersebut memberikan
coupon rate sebesar 15%, maka nilai obligasi akanh menjadi :

5 140.000 1.000.000

Nilai Obligasi =[  ] + = Rp. 966.520

t = 1 (1+0,15 )t (1+0,15)5

Andaikan harga pasar obligasi sebesar Rp. 980.000, maka premi


konversi adalah sebesar Rp. 980.000 - Rp. 966.480 = Rp. 13.520

Permasalahan yang kemudian muncul adalah Bagaimana cara


menilai menarik tidaknya tawaran obligasi konversi tersebut di mata
calon investor?

Jawabannya adalah sangat sederhana, yakni dengan menggunakan


teori opsi call.

Misalkan : harga saham Perusahaan Mandiri Rp. 7.000 per lembar,


dan obligasi dapat ditukar dengan 100 lembar saham. Nilai nominal
(pelunasan) obligasi sebesar Rp. 1.000.000. Dengan demikian exercise
price-nya sebesar Rp. 10.000 (Rp. 1.000.000 : 100). Andaikan deviasi
standar () perubahan harga saham ditaksir sebesar 0,20 dan risk free rate
sebesar 10% per tahun.

Dengan menggunakan model Black and Scholes, maka kita dapat


menaksir nilai opsi call sebagai berikut :

Langkah 1 :

Kalikan deviasi standar perubahan harga saham dengan akar dari


jangka waktu opsi jatuh tempo :

0,20 x √ 5 = 0,45

Langkah 2 :
Hitung rasio nilai saham dengan PV exercise opsi

PV harga exercise = 10.000 / ( 1 + 0,1 )5

= Rp. 6.209,-

Rasio = 7.000 : 6.209

= 1,12

Langkah 3 :

Dari tabel A-4 kita akan menemukan harga opsi call sebesar 22,7
persen (lihat sumbu tegak angka 0,45 dan sumbu datar 1,12) dari harga
saham saat ini atau sebesar 22,7% x Rp. 7.000 = Rp. 1.589

Langkah 4 :

Konversikan nilai call tersebut sesuai dengan rasio konversinya,


karena obligasi tersebut dapat dikonversikan menjadi 100 saham, maka
nilai call 100 saham adalah :

Nilai call = 100 x Rp. 1.589 = Rp. 158.900

Dari ilustrasi perhitungan diatas, maka selisih harga obligasi


seandainya tanpa konversi akan sebesar Rp. 33.520 berasal dari (Rp.
1.000.000 - Rp. 966.480). Dan apabila dibandingkan dengan harga
obligasi yang menggunakan konversi akan lebih menguntungkan
dibandingkan dengan obligasi yang tanpa konversi. Hal ini disebabkan
karena obligasi yang setara menawarkan coupon rate 15%, dan nilai
obligasi (dengan coupon rate hanya 14%). Artinya terlampau mahal
sebesar Rp. 33.520 apabila tidak mempunyai hak konversi. Dengan
demikian tawaran obligasi konversi tersebut cukup menarik bagi calon
investor karena nilai hak sebesar Rp. 158.900 > Rp. 33.520 nilai cost yang
harus dibayar.

5. Saham Preferen
Saham preferen adalah saham yang memberikan deviden yang
tetap besarnya. Besarnya deviden yang diterima oleh pemegang saham
preferen tidak dipengaruhi oleh laba yang diperoleh oleh perusahaan.
Dalam hal ini deviden saham preferen dilakukan terhadap laba setelah
pajak. Misalnya nilai nominal saham sebesar Rp. 1.000 dengan
memberikan deviden rate sebesar 16%, maka pemegang saham prederen
akan memperoleh deviden sebesar Rp. 160

Pemegang saham preferen adakalanya tidak menerima pembagian


deviden setiap tahun. Artinya, apabila perusahaan mengalami kerugihan
pada tahun lalu, maka pembagian deviden oleh perusahaan sementara
waktu akan ditunda dan akan diberikan manakala perusahaan mengalami
keuntungan pada periode tahun berikutnya. Dalam kondisi yang demikian
ini, maka perusahaan akan memberikan deviden secara kumulatif

Dalam hal diadakannya Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS),


pemegang saham preferen ini tidak berhak memberikan suara.

6. Saham Biasa dan Rights

Saham menunjukkan bukti kepemilikan, sedangkan obligasi


merupakan surat tanda hutang jangka panjang yang diterbitkan oleh
perusahaan. Para pemegang saham mempunyai hak untuk memilih direksi
perusahaan. Yang umumnya berlaku adalah “one share one vote”. Artinya
satu saham memiliki satu suara.

Penerbitan rights (rights issue) saham baru akan dilakukan oleh


perusahaan apabila :

a. Perusahaan memerlukan tambahan dana untuk keperluan ekspansi.


b. Perusahaan dapat menerbitkan saham baru dan menawarkan kepada publik
umum atau kepada pemegang saham lama
c. Apabila perusahaan menawarkan saham baru ke publik umum, maka
perusahaan harus menggunakan jasa lembaga penjamin (yang akan
menjamin bahwa penerbitan tersebut akan laku terjual semua) atau
menawarkan saham baru dengan harga yang lebih rendah dari harga saham
saat ini kepada para pemegang saham lama.
Contoh :
Misalkan perusahaan akan menerbitkan saham baru sebanyak 10
juta lembar dan ditawarkan dengan harga Rp. 5.000 per lembar kepada
para pemegang saham lama. Dengan demikian, maka setiap pemilik satu
lembar saham lama diberi hak membeli satu lembar saham baru dan
kepada mereka diberikan bukti rights sesuai dengan jumlah saham yang
mereka miliki. Bagi mereka yang tidak ingin membeli saham baru dapat
menjual bukti rights. Penawaran semacam ini disebut sebagai
“Penawaran Terbatas”, karena hanya dibatasi kepada para pemegang
saham lama.
Mengapa perusahaan menerbitkan rights? Alasan utama
perusahaan menrbitkan rights adalah untuk menghemat biaya emisi dan
menambah jumlah lembar saham yang diperdagangkan. Dengan
penambahan jumlah lembar saham yang diperdagangkan di pasar bursa,
maka diharapkan akan dapat meningkatkan frekuensi perdagangan saham
tersebut (meningkatkan likuiditas saham).
7. Penerbitan Sekuritas di Pasar Modal

Apablia perusahaan akan menerbitkan saham di pasar modal, berbagai


pihak perlu dihubungi, sebelum memperoleh ijin dan persetujuan dari Badan
Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM). Pihak-pihak tersebut antara lain :

a. Akuntan Publik yang akan menyatakan bahwa laporan keuangan


perusahaan telah diaudit dan dinyatakan wajar tanpa syarat (WTS).
b. Notaris, yang akan meyatakan bahwa Rapat Umum Pemegang
Saham (RUPS) memang telah memutuskan bahwa perusahaan
untuk go public.
c. Konsultan Hukum, yang menyatakan bahwa perusahaan memang
sedang tidak berada dalam sengketa hukum dengan pihak manapun
juga.
d. Appraisal (perusahaan penilai), yang akan membuat pernyataan
tentang nilai wajar dari berbagai aktiva yang dimiliki perusahaan
saat ini.
e. Underwriter ( perusahaan penjamin ), yang akan menjamin bahwa
keseluruhan saham yang ditawarkan oleh perusahaan akan laku
terjual, dan apabila ada sebagian besar saham yang tidak laku
terjual, maka underwriter inilah yang nantinya akan membeli
secara keseluruhan terhadap saham-saham yang belum laku terjual.

Sedangkan persyaratan-persyaratan lain yang menyangkut kondisi


intern perusahaan yang akan menerbitkan sekuritas di pasar modal, antara
lain :

a. Perusahaan adalah merupakan perusahaan yang baik (telah lama


beroperasi, dan selama dua tahun terakhir menghasilkan keuntungan).
b. Besar (jumlah saham yang diterbitkan minimal satu juta lembar saham
dengan nilai nominal Rp. 1.000).
Contoh Soal :
PT. NAROTAMA Tbk. berencana akan menerbitkan obligasi
dengan nilai nominal Rp. 1.000.000 untuk jangka waktu 5 tahun.
Obligasi dirawarkan sesuai dengan nilai nominal dan memberikan coupon
rate sebesar 12% per tahun. Di pasar, obligasi yang ekuivalen ditawarkan
dengan coupon rate 15% dan terjual sesuai dengan nilai nominalnya.
Melihat kondisi seperti ini, PT. NAROTAMA Tbk. kemudian
memutuskan untuk menyertakan warrant dalam menawarkan obligasi
tersebut dengan ketentuan setiap satu lembar obligasi berhak untuk
membeli 50 lembar saham dengan harga Rp. 8.000 pada lima tahun yang
akan datang. Andaikan harga pasar saham tersebut sebesar Rp. 10.000
lima tahun yang akan datang, berapakah tingkat keuntungan yang
diperoleh pembeli obligasi ?
Jawab :
Jawabannya cukup sederhana, karena dengan harga saham sebesar
Rp. 10.000 maka investor akan memperoleh keuntungan sebesar Rp. 2.000
per lembar saham. Dengan demikian total keuntungan yang didapatkan
dari warrant dalam bentuk saham ini menjadi
= 50 x Rp. 2.000 = Rp. 100.000
Pola arus kas yang diharapkan oleh investor dengan membeli
obligasi tersebut dapat dilihat dalam ilustrasi perhitungan berikut ini.

Tahun Arus Kas


0 (1.000.000 )
1 120.000
2 120.000
3 120.000
4 120.000
5 120.000
1.000.000
100.000
Dengan menggunakan formulasi berikut, maka tingkat keuntungan
yang diharapkan dari obligasi dengan warrant tersebut adalah :
5 120 1.000 100

1.000 =  + +

t = 1 (1+i )t (1+i)5 (1+i)5

Tahun Cash DF PV of DF PV of

Flow (12%) (12%) (15%) (15%)

0 (1.000) 1 (1.000) 1 (1.000)

1 120 0,893 107,16 0,869 104,28

2 120 0,797 95,64 0,756 90,72

3 120 0,712 85,44 0,657 78,84

4 120 0,635 76,2 0,572 68,64

5 120 0,567 68,04 0,497 59,64

1.000 0,567 567 0,497 497

100 0,567 56,7 0,497 49,7

56,18 (51,18)

NPV’

i = i’ + ( i’’ – i’ )

NPV’ – NPV’’

56,18

= 12% + ( 15% - 12% )


56,18 + 51,18

56,18

= 12% + ( 3% )

107,36

= 12% + 0,523 ( 3% )

= 12% + 1,57%

= 13,57%

Dari perhitungan diatas akan diperoleh nilai i sebesar 13,57%

Dari contoh ilustrasi diatas, dapat disimpulkan bahwa apabila harga


saham di bawah Rp. 10.000 maka tingkat keuntungan akan lebih kecil dari
13,57% dan apabila harga saham lebih besar dari Rp. 10.000 maka tingkat
keuntungan akan lebih besar dari 13,57%. Dalam hal ini para pemegang
saham akan menerima keuntungan minimal sebesar 12% (sebesar coupon
rate-nya).
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
1. Pendanaan jangka panjang merupakan salah satu jenis pendanaan yang
bisa dimanfaatkan oleh perusahaan dalam jangka waktu yang relatif
lebih lama dibandingkan dengan alternatif jenis pendanaan lainnya
dalam memenuhi kebutuhan pembelanjaan perusahaan.
2. Jenis-jenis pendanaan jangka panjang, yaitu: Kredit investasi, hipotek,
obligasi dan saham.
3. Saham : Formula yang dapat digunakan untuk menentukan apakah
telah terjadi penjualan atau pembelian kembali saham-saham
perusahaan.
Stock = SEt – SEt-l – REt + REt-l
4. Obligasi : pada umumnya pembayaran bunga untuk obligasi dilakukan
per 6 bulan, maka untuk perhitungan anuitet bunga obligasi sama
seperti cara menghitung present value Rp. 1,00 yang pembayaran
bunganya dilakukan per 6 bulan (compounded semianually) dan
jumlah periode penerimaan bunga adalah (mXn) = 2 kali dalam
setahun masing-masing sebesar 0,5 dari tingkat bunga yang ditetapkan.
DAFTAR PUSTAKA

https://dianprase.blogspot.com/2016/05/makalah-analisispendanaan-jangka-
pendek.html

https://www.slideshare.net/devreshmaker/manajemen-keuangan-bab-20-
pendanaan-jangka-panjang

https://deden08m.files.wordpress.com/2011/03/13b-pendanaan-jangka-
panjang5.pdf

Anda mungkin juga menyukai