Anda di halaman 1dari 16

MANAJEMEN KEUANGAN

S SUMBER DANA JANGKA PANJANG

KELOMPOK 5 1. Dwi Novilindo 2. Fitra Alhady ERC1C010142 3. Iqbal Khairuzzaman ERC1C010140 4. Kevin Marcell ERC1C010026 5. Lesti Aprilia ERC1C010066 6. Merisa Gusfrina ERC1C010016 7. Tri D Astika ERC1C010084 8. Wahyu Gunawan ERC1C010034 ERC1C010042

PROGRAM STUDI EKSTENSI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS JAMBI 2011

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puja dan puji syukur kami persembahkan hanya kepada Allah SWT. Semata karena dengan hidayah serta izin-Nya jualah, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini sebagai suatu syarat untuk memperoleh nilai pada lembaga perguruan tinggi, walaupun hasilnya sangat sederhana. Penyelesaian tugas ini tidak lepas dari berbagai kendala yang kita hadapi, baik kendala dalam pengumpulan data, namun alhamdulillah semuanya dapat teratasi berkat kerja sama dalam kelompok kami.

Jambi November 2011

Kelompok Penyusun

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ............................................................................................. 2 DAFTAR ISI BAB I .............................................................................................. 3 PENDAHULUAN 1. Latar belakang ..............................................................................4 2. Rumusan masalah ......................................................................... 4 BAB II URAIAN A. SUMBER DANA JANGKA PANJANG A.1. Pengertian sumber dana jangka panjang ..................................... 5 A.2. Obligasi ....................................................................................... 5 A.3. Saham Preferen............................................................................ 8 A.4. Saham biasa .................................................................................10 BAB III PENUTUP ...........................................................................................14 Kesimpulan ..........................................................................................14 DAFTAR PUSAKA ............................................................................15

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tiga keputusan utama yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan perusahaan yaitu keputusan investasi, keputusan pendanaan, dan kebijakan deviden (Jensen&Smith,1984). Keputusan investasi dibuat berkaitan dengan jenis produk dan jasa yang diproduksi, dan bagaimana cara yang dilakuakanya barang tersebut didistribusikan. Keputusan pendanaan berhubungan dengan penentuan bauran pendanaan (financing mix) dan struktur modal yang terbaik. Sedangkan keputusan deviden merupakan keputusan tentang berapa banyak laba saat itu yang akan dibayarkan sebagai dividen dari pada ditahan untuk diinvestasikan kembali dalam perusahaan. Yang sangat penting untuk diperhatikan adlah bagaimana keputusankeputusan yang diambil mempengaruhi pencapaian tujua perusahaan yaitu memaksimumkan nilai perusahaan.

B. Rumusan Masalah Berpijak dalam latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan masalah pada penulisan materi ini adalah: Apakah yang menjadi Sumber dana jangka panjang dalam suatu perusahaan?.

BAB II URAIAN A. SUMBER DANA JANGKA PANJANG A.1. Pengertian Sumber Dana Jangka Panjang Sumber dana jangka panjang merupakan sumber dana yang memiliki jangka waktu panjang. Panjang pendeknya jangka waktu tersebut belum ada ketetapanya secara pasti. Namun demikian, sumber dana yang memiliki waktu lebih dari 10 tahun sudah dianggap sebagai sumber dana berjangka panjang. Sumber dana jangka panjang ini ada yang memiliki jangka waktu tertentu atau jangka waktu jatuh tempo seperti hutang obligasi dan hutang jangka panjang di bank. Di samping itu ada sumber dana jangka panjang yang tidak memiliki jangka waktu sperti modal sendiri berupa saham biasa. A.2. Obligasi Obligasi adalah surat pengakuan hutang perusahaan kepada pihak lain yang memiliki nilai nominal tertentu dan jangka waktu tertentu (waktu jatuh tempo) serta perusahaan yang mengeluarkannya wajib membayar bunga tertentu yang tertera pada surat tersebut. Obligasi merupakan jenis pendanaan berjangka panjang degan beban tetap (fixed income securities). Sebagai contoh, obligasi Jasa Marga yang memiliki bunga 10% dengan nominal Rp 1.000.000,-, berarti pemegang obligasi akan mendapatkan bunga 10% per tahun sebesar = 10% x Rp 1.000.000 = Rp 100.000. Obligasi dapat diterbitkan menurut dasar jaminan atau tanpa jaminan. Obligasi tanpa jaminan meliputi debentur, debentur bernilai rendah dan obligasi penghasilan. Sedangkan obligasi hipotik merupakan instrumen hutang jangka panjang dengan jaminan. Istilah-istilah dalam obligasi Nilai nominal Tingkat bunga Jatuh tempo

Pengawas Keuangan Pengawas keuangan (trustee) adalah seseorang atau lembaga yang ditunjuk oleh penerbit obligasi sebagai wakil resmi pemegang obligasi. Tanggung jawab trustee adalah mengesahkan legalitas obligasi yang diterbikan saat penerbitan, mengawasi kondis keuangan dan perilaku peminjam,memastikan seluruh kewajiban perjanjian yang dijalankan, serta melakukan tindakan yang diperlukan jika peminjam tidak memenuhi kewajibannya. Perjanjian prikatan antara penerbit obligasi dan pemegang obligasi dibuat dalam perjanjian resmi (indentur) atau disebut juga deed of trust. Dengan demikian indentur adalah perjanjian resmi antar perusahaan penerbit obligasi dengan pemegang obligasi. Perjanjian ini berisikan syarat-syarat yang harus dipenuhi sehubungan dengan obligasi yang diterbitkan. A.2.1. Jenis-Jenis obligasi Ada beberapa jenis obligasi yang kita kenal, yaitu: a. Debenture Debenture adalah hutang jangka panjang tanpa jaminan. Karena debenture tidak dijamin dengan kekayaan perusahaan, pemegang debenture menjadi kreditur umum perusahaan pada saat perusahaan dilikuidasi. Pemegang debenture mendapat perlindungan dalam bentuk persyaratan atau batasan-batasan dalam perjanjian, terutama jaminan negatif, artinya perusahaan perusahaan penerbit obligasi dilarang menjaminkan aktiva perusahaan yang belum dijaminkan kepada kreditur lain. b. Debenture bernilai rendah (subordinated debenture) Debenture bernilai rendah merupakan hutang tanpa jaminan degan tuntutan terhadap aktiva di bawah debenture. Debenture bernilai rendah ini memiliki hak untuk memiliki pembayaran pada saat likuidasi lebih duliu daripada pemegang saham preferen dan saham biasa. Oleh karena itu, untuk menarik para investor maka debenture bernilai rendah memberikan bunga yang lebih tinggi daripada tingkat bunga lainya dan dapat ditukar menjadi saham biasa.

c. Obligasi penghasilan (income bond) 6

Pembayaran bunga ini bersifat kumulatif, yaitu bila perusahaan tidak membayar bunga di tahun tertentu maka dapat diakumulasikan untuk periode berikutnya, dengan syarat laba mencukupi. Obligasi penghasilan ini memiliki peringkat pembayaran yang lebih tinggi. Dari saham preferen, saham biasa dan hutang bernilai rendah jika perusahaan dilikuidasi. d. Obligasi Sampah Obligasi sampah disebut juga obligasi yang memberikan hasil tinggi, karena memiliki risiko yang tinggi dan tanpa menggunkan jaminan. Obligasi ini diterbitkan sehubungan dengan perusahaan membutuhkan leaverage yang tinggi dimana perusahaan mengahdapi kesulitan dan resiko kegagalan. Sehingga hanya sedikit investor yang mau menanamkan modalnya pada obligasi sampah ini. e. Obligasi Hipotik (mortgage Bond) Obligasi hipotik adalah obligasi yang diterbitkan dengan jaminan hipotik kekayaan perusahaan penerbit obligasi. Hipotik merupakan dokumen resmi yang memberikan pemegang obligasi hak gadai atas aktiva yang dijaminkan. Apabila perusahaan tidak mampu melunasi hutangnya pada jatuh tempo, maka jaminan tersebut dapat dijual untuk melunasi hutangnya. Namun jika dalam penjualannya dibawah nilai obligasi, maka untuk sisanya pemegang obligasi diperlakukan menjadi kreditur umum. f. Obligasi Berseri Obligasi berseri adalah obligasi yang diterbitkan pada waktu yang sama dengan tanggal jatuh tempo serta bunga yang berbeda. Obligasi berseri memiliki jatuh tempo berbeda yaitu secara periodik hingga maturitas akhir. Dengan obligasi berseri ini, investor dapat memilih maturitas yang sesuai dengan kebutuhan. Hal ini menyebabkan jenis obligasi ini lebih menarik dibandingkan obligasi dengan jatuh tempo yang sama.

g. Sertifikat Perwalian Peralatan (equiqment trust certificate, ETC) 7

Sertifikat perwalian peralatan merupakn investasi jangka menengah hingga panjang. Model pendanaan ini digunakan misalnya oleh Perusahaan Umum kereta api untuk mendanai perolehan mesin lokomotif. Haka atas peralatan dipegang oleh trustee yang kemudian menyewakan peralatan tersebut kepada perusahaan kereta api.

A.2.2. Penarikan Kembali Obligasi Obligasi dapat ditarikan kembali dengan melakukan pembayaran pada akhir jatuh tempo, menukarkan obligasi dengan saham, membeli obligasi jika terdapat hak beli atau dengan pembayaran periodik. Dana untuk penarikan atau pelunasan obligasi merupakan dana yang ditetapkan untuk melunasi sejumlah sekuritas sebelum ajtuh temponya. A.3. Saham Preferen Saham adalah tanda bukti kepemilikan atau penyertaan pemegangnya atas perusahaan yang mengeluarkan saham tersebut (emiten). Pada prinsipnya ada dua jenis saham, yaitu saham preferen dan saham biasa. Saham preferen merupakan pendanaan yang memilik sifat kombinasi antara hutang dan saham biasa. Dari sisi perusahaan yang mengeluarkan saham preferen manfaat utama yang diperoleh adalah bahwa pembayaran dividen atas saham preferen relatif lebih fleksibel dibandingkan dengan bunga hutang. Pada saham preferen biaya modal setelah pajak lebih tinggi dibandingkan dengan biaya modal dari hutang, karena dividen saham preferen dibayar setelah pajak atau tidak dapat digunakan sebagai modal pajak. Ini berarti bahwa biaya modal saham preferen yang dihitung setelah pajak besarnya dapat mencapai dua kali lipat dari biaya modal hutang. Hal ini merupakan kelemahan utama saham preferen sebagai sarana pendanaan. Pada saham preferen terdapat dividen kumulatif. Dividen kumulatif yaitu dividen yang belum dibayarkan dan akan dibayarkan kemudian.

A.3.1. Jenis-jenis Saham Preferen

Pada dasarnya, ada dua jenis saham preferen, yaitu saham preferen kumulatif dan saham preferen partisipasi. Pada saham preferen kumulatif selalu diperhitungkan kewajiban pembayaran dividennya. Sebelum membayar dividen kepada pemegang saham biasa. Sedangkan saham preferen partisipasi merupakan saham preferen dimana pemiliknya juga berhak menerima dividen tambahan jika pemilik saham biasa juga menerima dividen tambahan. Ciri utama saham ini adalah pemegang saham preferen memiliki prioritas di atas pemegang saham biasa terhadap laba dan peluang tambahn return jika saham biasa melebihi jumlah yang ditetapkan. Namun kebanyakan saham preferen tidak bersifat partisipasi dengan maksimum return jika saham biasa melebihi jumlah yang ditetapkan. Namun kebanyakan saham preferen tidak bersifat partisipatif dengan maksimum return dibatasi sampai tingkat diveden tertentu. A.3.2. Hak pemberian suara Karena pemegang saham preferen memiliki hak prioritas di atas pemegang saham biasa terhadap aktiva dan laba, maka pemegang saham preferen tidak diberikan hak suara. Di samping itu, pada saat perusahaan sudah dalam keadaan kesulitan yang parah, biasanya pemegang saham preferen diberi hak suara walaupun hak suara tersebut masih harus dipertimbangkan dalam mempengaruhi kebijakan perusahaan. A.3.3. Penggunaan Saham Preferen dalam Pendanaan Saham preferen yang tidak dapat dipertukarkan (non convertible) tidak banyak digunakan sebagai sarana pendanaan. Salah satu kelemahanya adalah deviden saham preferen tidak dapat mengurangi laba kea pajak perusahaan penerbitannya. Salah satu manfaat dari pendanaan saham preferen adalah bahwa saham preferen merupakan rencana pendanaan yang fleksibel. Keuntungan lain dari saham preferen yang tidak dapat dipertukarkan adalah tidak adanya jatuh tempo. Jadi, saham preferen merupakan pinjaman abadi. Dari sisi kreditur saham preferen menambah modal sendiri sehingga memperkuat keuangan perusahaan. Price earning ratio atau PER merupakan harga pasar per lembar saham biasa perusahaan dibagi dengan laba per lembar saham yang dihitung untuk waktu satu tahun terakhir. A.4. Saham Biasa 9

Pemegang saham biasa perusahaan merupakan pemilik akhir perusahaan. Jika terjadi likuidasi, pemegang saham biasa memiliki hak atas sisa tuntutan terhadap aktiva perusahaan setelah tuntutan kreditur dan pemegang saham preferen dipenuhi seluruhnya. Saham biasa tidak memiliki jatuh tempo, namun pemegang saham dapat melikuidasi investasinya dengan menjual saham yang dimiliki pada pasar sekunder. A.4.1. Istilah-istilah pada Saham Biasa a. Saham diotoritasi, saham diterbitkan dan saham beredar Anggaran dasar perusahaan berisikan jumlah lembar saham biasa yang diotorisasi yaitu jumlah maksimum yang dapat diterbitkan perusahaan tanpa mengubah,anggaran dasar. Pada saat saham biasa yang diotorisasi dijual, saham tersebut menjadi saham diterbitkan. Saham beredar mengacu kepada jumlah saham yang diterbitkan dan dimiliki masyarakat. Perusahaan dapat membeli kembali sebagian saham perusahaan yang diterbitkan dan menyimpannya sebagai saham treasuri (treasury stock). b. Nilai nominal Saham biasa dapat diotorisasi dengan atau tanpa nilai nominal. Nilai nominal (sering disebut pula nilai pari) saham merupkan angka yang dicatat pada anggaran dasar perusahaan dan tidak memiliki nilai ekonomis yang berari. Jika terjadi likuidasi, pemegang saham secara hukum berhutang kepada kreditur untuk setiap potongan dari nilai nominal. Akibatnya, nilai nominal sebagian besar saham ditetapkan pada angka yang relatif rendah dibandingkan nilai pasarnya. Perbedaan antara harga saham pada saat penerbitan dan nilai nominal dinyatakan sebagai tambahan modal disetor (additional paid-in capital). c. Nilai buku dan nilai likuidasi Ada pendapat yang menyatakan adanya hubungan antara nilai buku per lembar saham dengan nilai likuidasi saham perusahaan, namun hal ini jarang sekali terjadi. Seringkali aktiva dijual dibawah nilai bukunya, terutama jika terjadi biaya likuidasi.

d. Nilai pasar

10

Nilai pasar per lembar saham merupakan harga yang berlaku sekarang dimana saham diperdagangkan. Nilai pasar saham biasanya berbeda dari nilai bukunya dan nilai likuidasi. Nilai pasa per lembar saham biasa merupakan fungsi dividen perusahaan saat ini dan yang diharapkan di masa datang serta risiko saham bagi investor. Pada umumnya, saham perusahaan baru akan diperdagangkan pada pasar saham tidak resmi (over the counter market), dimana satu atau lebih penjual saham mempertahankan sejumlah persediaan saham biasa dan membeli serta menjual saham tersebut pada harga yang ditetapkan oleh penjual. A.4.2. Hak pemegang Saham biasa Pemegang saham biasa memiliki hak atas laba perusahaan hanya jika dilakukan pembayaran dividen kas. Dalam hal ini pemegang saham tidak memiliki kekuatan hukum atas pembagian laba perusahaan. Hak pemegang saham berupa hak memberikan suara, hak untuk membeli saham baru, hak mendapatkan dividen, dan hak mendapatkan aktiva jika perusahaan dilikuidasi. a. Hak memberikan suara Pemegang saham biasa adalah pemilik perusahaan, sehingga mereka berhak untuk memilih dewan direksi. Para pemegang sham biasa berhak satu suara untuk aetiap lembar saham yang mereka miliki. Ada juga perusahaan yang memeberikan satu hak suara bagi pihak atau orang yang memiliki saham dalam jumlah tertentu, banyak pemegang saham memeberikan suaranya melalui surat kuasa (proxy), yaitu surat yang ditanda tangani pemegang sahm yang memberikan hak suara yang dimiliknya terhadap orang lain. Sedangkan prosedur pemberian suaranya adalah ada dua sistem,yaitu : sistem hak suara mayoritas dan sistem hak suara kumulatif. Dengan sistem hak suara mayoritas, pemegang saham memiliki satu suara untuk setiap lembar saham yang dimiliki, dan mereka harus memilih setiap posisi direksi yang tersedia. Sedangkan dengan sistem hak suara kumulatif, pemegang saham dapat mengakumulasikan suara dan memberikan suara tersebut untuk memilih dewan direksi di bawah jumlah total dewan direksi yang dipilih. Sistem pemberian suara kumulatif memberikan peluang yang lebih besar pada kelompok minoritas untuk memilih sejumlah direksi. Jumlah minimun saham 11

yang dibutuhkan untuk memilih sejumlah tertentu direksi ditentukan dengan rumus berikut:

Jumlah total saham hak suara x jumlah tertentu direksi yang dipilih +1 Jumlah total direksi yang dipilih + 1 b. Hak untuk membeli saham baru Misalnya anggaran perusahaan mengharuskan menerbitkan saham yang baru, maka hak prioritas dimiliki oleh pemegang saham lama untuk memiliki saham baru tersebut. Dengan kata, jika perusahaan menerbitkan saham biasa yang baru, maka pemegang saham biasa harus memberikan hak untuk memesan saham baru tersebut. c. Hak memperoleh pembayaran dividen Dividen merupakain bagian laba perusahaan yang dibagikan kepada para pemegang saham. Dividen yang diberikan kepada pemegang saham didasarkan atas dasar per lembar saham yang dimiliki dan besarnya dividen payout ratio. Besarnya dividen per lembar saham ditentukan oleh dewan direksi dengan pemegang saham melalui RUPS. d. Hak atas aktiva setelah pembayaran yang lebih senior dalam likuidasi Apabila perusahaan dilikuidasi, maka kewajiban perusahaan yang pertama adalah melunasi hutang kepada kreditur. Apabila kewajiban kepada kreditur terpenuhi, maka para pemegang saham memperoleh hak atas aktiva perusahaan. Mereka yang memiliki saham yang lebih dahulu (lebih senior) akan memperoleh hak didahulukan dalam pembagian aktiva tersebut. Sebenarnya hak ini tidak mutlak, tergantung pada kesepakatan dalam rapat pemegang saham.

A.4.3. Saham Biasa Dua Jenis (Dual class common stock) Untuk mempertahankan kontrol bagi menejemen, pendiri atau beberapa kelompok lainya dalam perusahaan, mungkin perusahaan memiliki lebih dari satu jenis

12

saham biasa. Pada umumnya perusahaan memiliki saham jenis B, sedangkan saham yang jenis A dijual kepada masyarakat umum. Saham jenis A biasanya tidak memiliki hak suara tetapi memiliki hak prioritas lebih dahulu atas tuntutan terhadap dividen. Sedangkan saham jenis B kebalikan dari saham jenis A.

BAB III PENUTUP

13

Kesimpulan Jadi, kesimpulan yang dapat kita ambil dari uraian di atas adalah yang menjadi sumber dana jangka panjang ada dua yaitu: obligasi dan saham. 1. Obligasi Obligasi adalah surat pengakuan hutang perusahaan kepada pihak lain yang memiliki nilai nominal tertentu dan jangka waktu tertentu (waktu jatuh tempo) serta perusahaan yang mengeluarkannya wajib membayar bunga tertentu yang tertera pada surat tersebut. Jenis-jenis obligasi ada beberap macam diantaranya: a. Debenture b. Debenture bernilai rendah (subordinated debenture) c. Obligasi penghasilan (income bond) d. Obligasi Sampah e. Obligasi Hipotik (mortgage Bond) f. Obligasi Berseri g. Sertifikat Perwalian Peralatan (equiqment trust certificate, ETC) 2. Saham Saham adalah tanda bukti kepemilikan atau penyertaan pemegangnya atas perusahaan yang mengeluarkan saham tersebut (emiten). Pada prinsipnya ada dua jenis saham, yaitu saham preferen dan saham biasa.

DAFTAR PUSTAKA

14

1. Martono dan D. Agus Harjito.2005, Manajemen Keuangan. Yogjakarta: Ekonisia Kampus fakultas ekonomi UII 2. www.google.com

15

16

Anda mungkin juga menyukai