Anda di halaman 1dari 17

TEORI, KONSEP DASAR dan STANDAR AUDITING

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Auditing

Disusun Oleh :
Bagas Noverman (1810603006)

Dosen Pengampuh :
Rachmania, SE., M.Si

Program Studi Perbankan Syariah


Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Islam
Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang
2021
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil’alamiin, segala puji dan syukur kepada Allah SWT, karena
atas berkat rahmat, nikmat dan karunia-Nya makalah ini dapat diselesaikan. Shalawat
beserta salam tetap tercurahkan kepada suri tauladan kita Nabi besar Muhammad SAW.
yang telah membawa kita dari zaman jahiliyah menuju zaman hilmiyah seperti sekarang
ini.
Penulisan makalah ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Auditing. Adapun materi yang akan kami bahas dalam makalah ini adalah “Teori, Konsep
Dasar Dan Standar Auditing”. Penulis berterimakasih kepada Ibu Rachmania, SE., M.Si.
selaku dosen mata kuliah Auditing yang telah memberikan arahan serta bimbingan, dan
juga kepada semua pihak yang telah membantu baik langsung maupun tidak langsung
dalam penulisan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi penyusunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka penulis menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami
dapat memperbaiki makalah ini.
Penulis berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi
terhadap pembaca.

Palembang, 21 Maret 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................. i

DAFTAR ISI ............................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................ 1

A. Latar Belakang ............................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ......................................................................................... 1
C. Tujuan ............................................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN .........................................................................................

A. Teori Dan Konsep Dasar Auditing ...................................................................... 3


B. Standar Auditing .................................................................................................. 6

BAB III PENUTUP ................................................................................................. 13

Kesimpulan ................................................................................................................ 13

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 14

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Sebagai akuntan publik, profesionalisme merupakan syarat utama profesi ini.
Karena selain profesi yang bekerja atas kepercayaan masyarakat, kontribusi akuntan publik
terhadap ekonomi sangatlah besar. Peran auditor untuk meningkatkan kredibilitas dan
reputasi perusahaan sangatlah besar. Selain itu beberapa peneliti seperti Peursem (2005)
melihat bahwa auditor memainkan peranan penting dalam jaringan informasi di suatu
perusahaan. Sejalan dengan pendapat tersebut, Gjesdal (1981) dalam Suta dan Firmanzah
(2006) juga mengatakan bahwa peranan utama auditor adalah menyediakan informasi yang
berguna untuk keperluan penyusunan kontrak yang dilakukan oleh pemilik atau manajer
perusahaan.
Logika sederhananya bahwa agar mesin perekonomian suatu negara dapat
menyalurkan dana masyarakat kedalam usaha-usaha produktif yang beroperasi secara
efisien, maka perlu disediakan informasi keuangan yang andal, yang memungkinkan para
investor untuk memutuskan kemana dana mereka akan di investasikan. Untuk itu
dibutuhkan akuntan publik sebagai penilai kewajaran informasi yang disajikan manajemen.
Jadi jelas bahwa begitu besarnya peran akuntan publik dalam perekonomian, khususnya
dalam lingkup perusahaan menuntut profesi ini untuk selalu profesional serta taat pada
etika dan aturan yang berlaku.
Tidak terlepas dari pembahasan di atas bahwa untuk memulai dan mengatur
beberapa tugas auditor maka yang pertama kali diperlukan yakni teori, konsep dan standar
dalam melakukan auditing terhadap suatu perusahaan atau bidang jasa keuangan lainnya.
Maka dari itu kami fokuskan dalam pembahasan makalah ini mengenai konsep serta dasar
dari mengaudit yang pembahasannya dapat kami rumuskan sebagai berikut.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa teori dan konsep dasar yang digunakan dalam auditing?
2. Apa saja standar dalam Auditing?

1
C. TUJUAN
1. Apa teori dan konsep dasar yang digunakan dalam auditing?
2. Apa saja standar dalam Auditing?

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. TEORI DAN KONSEP DASAR AUDITING


Teori dapat di klasifikasikan berdasarkan sifat menjadi dua, yaitu teori
normatif, dan teori deskriptif. Teori normatif merupakan teori yang seharusnya di
laksanakan. Teori deskriptif merupakan teori yang sesungguhnya di laksanakan.
Tidak seperti pada akuntansi, pada auditing tidak banyak orang yang berbicara
tentang teori auditing sebagai lawan kata praktik auditing. Pada umumnya, orang
menganggap auditing hanya suatu rangkaian prosedur, metode dan teknik. Auditing
tidak lebih dari pada sekedar suatu cara untuk melakukan sesuatu dengan sedikit
penjelasan, uraian, rekonsiliasi, dan argumentasi. Meskipun demikian telah di coba
untuk meyakinkan perlunya suatu teori normatif pada auditing. Professor R. K. Mautz
dan H. A. Sharaf dengan bukunya “The Philosophy of Auditing“, merupakan tokoh
pertama yang melakukan usaha tersebut.
Profesor C. W. Schandl pada tahun 1978 yang mengembangkan pemikiran dari
Mautz dan Sharaf, mengemukakan elemen-elemen dasar teori adalah sebagai berikut :
1. Postulat yaitu : Konsep dasar yang harus diterima tanpa perlu pembuktian. Sebagai
syarat penting dalam pengembangan disiplin, tidak perlu di periksa kebenaranya
lagi, sebagai dasar pengambil kesimpulan, sebagai dasar membangun struktur teori
dan bisa juga dimodifikasi sesuai perkembangan ilmu pengetahuan.
2. Teori yaitu : Dalil yang diterangkan oleh postulat.
3. Struktur yaitu : Komponen disiplin tertentu dan hubungan antar komponen
tersebut.
4. Prinsip yaitu : Kaidah-kaidah yang diterapkan dalam praktik
5. Standar yaitu : Kualitas yang ditetapkan dalam hubungannya dengan praktik.
Teori Auditing merupakan tuntunan untuk melaksanakan audit yang bersifat
normatif. Konsep adalah abstraksi-abstraksi yang diturunkan dari pengalaman dan
observasi, dan dirancang untuk memahami kesamaan-kesamaan di dalam suatu
subyek, dan perbedaan-perbedaannya dengan subyek yang lain. Standar Auditing

3
adalah pengukur kualitas, dan tujuan sehingga jarang berubah. sedangkan Prosedur
Audit adalah metode-metode atau teknik-teknik rinci untuk melaksanakan standar,
sehingga prosedur akan berubah bila lingkungan auditnya berubah.
Berikut ini adalah tujuh postulat yang dimodifikasi dari delapan postulat yang
secara tentatif diusulkan oleh Mautz dan Sharaf dalam bukunya “The Philosophy of
Auditing” :
1. Asersi atau objek audit harus verifable dan auditable.
2. Auditor yang bertugas memiliki hubungan netral dan tidak mempunyai konflik
dengan objek audit.
3. Asersi atau objek audit harus dipandang bebas dari kekeliruan sampai proses
pembuktian diselesaikan dan menunjukan sebaliknya.
4. Suatu sistem pengendalian internal dipandang eksis dan berjalan semestinya
sampai diperoleh bukti bahwa telah terjadi sebaliknya.
5. Penerapan ketentuan yang berlaku (seperti standar akuntansi) diasumsikan telah
berjalan dengan konsisten sampai diperoleh bukti meyakinkan bahwa telah terjadi
hal-hal sebaliknya.
6. Setiap auditor berfungsi secara ekslusif sebagai auditor dalan menjalankan
tugasnya.
7. Setiap auditor senantiasa diasumsikan profesional dalam pelaksanaan tugasnya
dan tingkah lakunya.

Menurut Mautz dan Sharaf teori auditing tersusun atas lima konsep
dasar,yaitu:
1. Bukti
Tujuan memperoleh dan mengevaluasi bukti adalah untuk memperoleh
pengertian sebagai dasar untuk memberikan kesimpulan atas pemeriksaan yang di
tuangkan dalam pendapat auditor. Secara umum usaha untuk memperoleh bukti
dilakukan dengan cara , yaitu :

4
a. Authoritarianisme, Bukti diperoleh berdasar informasi dari pihak lain.
Misalnya keterangan lisan manajemen dan karyawan, dan pihak luar lainnya,
serta keterangan lisan tertulis berupa doklumen.
b. Mistikisme, Bukti dihasilkan dari intuisi. Misalnya pemeriksaan buku besar,
dan penelaahan terhadap keterangan dari pihak luar.
c. Rasionalisasi, Merupakan pemikiran asumsi yang diterima. Misalnya
penghitungan kembali oleh auditor, dan pengamatan terhadap pengendalian
intern.
d. Emperikisme, Merupakan pengalaman yang sering terjadi. Misalnya
perhitungan dan pengujian secara fisik.
e. Pragmatisme, Merupakan hasil praktik. Misalnya kejadian setelah tanggal
selesainya pekerjaan lapangan.

2. Kehati-hatian dalam pemeriksaan (due care)


Artinya melakukan pekerjaan dengan sangat hati-hati dan selalu
mengindahkan norma-norma profesi dan norma moral yang berlaku. Konsep
kehati-hatian yang di harapkan auditor yang bertanggung jawab. Dalam auditing
tersebut sebagai prudent auditor. Tanggung jawab yang di maksud adalah tanggung
jawab profesional dalam melaksanakan tugasnya. Konsep ini lebih di kenal dengan
konsep konservatif.

3. Penyajian atau pengungkapan yang wajar


Konsep ini menuntut adanya informasi laporan keuangan yang bebas (tidak
memihak), tidak bias, dan mencerminkan posisi keuangan, hasil operasi, dan aliran
kas perusahaan. Konsep ini dijabarkan lagi dalam 3 sub konsep, yaitu :
a) Accounting Propriety : berhubungan dengan penerapan prinsip akuntansi
tertentu dalam kondisi tertentu.
b) Adequate Disclosure : berkaitan dengan jumlah dan luas pengungkapan atau
penyajian informasi

5
c) Audit Obligation : berkaitan dengan kewajiban auditor untuk independen
dalam memberikan pendapat.

4. Independensi
Merupakan suatu sikap mental yang di miliki auditor untuk tidak memihak
dalam melakukan audit. Masyarakat pengguna jasa audit memandang bahwa
auditor akan independen terhadap laporan keuangan yang di periksa dan pembuat
dan pemakai laporan keuangan. Jika posisi auditor terhadap kedua hal tersebut
tidak independen maka hasil kerja auditor menjadi tidak berarti sama sekali.

5. Etika perilaku
Dalam auditing berkaitan dengan perilaku yang ideal seorang auditor
profesional yang independen dalam melaksanakan audit.

B. STANDAR AUDITING
1. International Federation Of Accountant (IFAC)
IFAC adalah organisasi yang membidangi standar-standar akuntansi, auditing,
kode etik, dan kendali mutu pada tatanan global (Tuanakotta, 2013). IFAC
didirikan untuk memperkuat profesi akuntansi di seluruh dunia dengan
mengembangkan standar internasional yang berkualitas tinggi untuk bidang audit
dan asurans, akuntansi sektor publik, etika, dan pendidikan bagi akuntan
profesional dan mendukung adopsi dan penggunaannya. IFAC telah membentuk
sejumlah badan dan komite untuk mengembangkan standar dan pedoman
internasional, salah satunya adalah International Auditing and Assurance
Standards Board (IAASB).

2. International Auditing And Assurance Standards Board (IAASB)


IAASB merupakan badan penetapan standar independen yang melayani
kepentingan umum dengan menetapkan standar internasional berkualitas tinggi
untuk bidang audit, pengendalian mutu, review, jasa asurans lain, dan jasa lain

6
yang terkait. Guna meningkatkan kualitas dan keseragaman praktek di seluruh
dunia dan memperkuat kepercayaan publik dalam profesi audit dan asuransi secara
global, IAASB menghasilkan beberapa standar, antara lain: (1) International
Standards on Auditing (ISas), (2) International Standards on Review Engagements
(ISREs), (3) International Standards on Assurance Engagements (ISAes), (4)
International Standards on Related Services (ISRSs), (5) International Standard
on Quality Control 1 (ISQC 1).

3. International Standards on Auditing (ISA)


Keberadaan ISA sebagai standar yang digunakan dalam audit atas informasi
keuangan historis sudah cukup lama, yakni sejak tahun 1991. Namun, pada tahun
2004 IAASB memulai program yang komprehensif untuk meningkatkan kejelasan
atas ISA yang dikenal sebagai Clarity Project. Dalam program ini IAASB
menerapkan konvensi baru mengenai penyusunan draft pada seluruh ISA, sebagai
bagian dari revisi substantif maupun penyusunan draf ulang secara terbatas. Pada
tanggal 27 Februari 2009, IAASB mengumumkan telah diselesaikannya Clarity
Project tersebut. Dengan demikian, ISA yang terbit pasca selesainya Clarity
Project tampil sesuai dengan konvensi yang baru. Hasil dari Clarity Project yakni
adanya 36 ISA baru yang sudah dimuktahirkan dan diklarifikasi dan 1 ISQC yang
sudah diklarifikasi.

4. Standar Audit (SA) berbasis International Standard on Auditing (ISA)


Standar Audit (SA) mengatur tentang standar yang digunakan oleh praktisi saat
melaksanakan kegiatan audit atas laporan keuangan historis. Dilakukannya adopsi
standar internasional yang ditetapkan oleh IFAC membuat standar audit pada
SPAP 31 Maret 2011 yang selama ini digunakan dengan berbasis US GAAS,
berubah menjadi SPAP berbasis International Standard on Auditing (ISA). SPAP
berbasis standar internasional., khususnya standar auditing untuk emiten sudah
berlaku efektif untuk periode yang dimulai pada atau setelah tanggal 1 Januari
2013, dan 1 Januari 2014 untuk entitas selain emiten. Berbeda dengan standar audit

7
sebelumnya, SPAP berbasis ISA tidak membagi standar audit ke dalam tiga
kategori yakni, Standar Umum, Standar Pekerjaan Lapangan, dan Standar
Pelaporan. Namun standar-standar yang disajikan dalam SPAP berbasis ISA sudah
mencerminkan proses pengerjaan auditing yang dibagi kedalam enam bagian dan
36 standar.

5. Pernyataan Standar Auditing (PSA)


PSA merupakan penjabaran lebih lanjut dari masing-masing standar yang
tercantum di dalam standar auditing. PSA berisi ketentuan-ketentuan dan pedoman
utama yang harus diikuti oleh Akuntan Publik dalam melaksanakan penugasan
audit. Kepatuhan terhadap PSA yang diterbitkan oleh IAPI ini bersifat wajib bagi
seluruh anggota IAPI. Termasuk di dalam PSA adalah Interpretasi Pernyataan
Standar Auditng (IPSA), yang merupakan interpretasi resmi yang dikeluarkan oleh
IAPI terhadap ketentuan-ketentuan yang diterbitkan oleh IAPI dalam PSA. Dengan
demikian, IPSA memberikan jawaban atas pernyataan atau keraguan dalam
penafsiran ketentuan-ketentuan yang dimuat dalam PSA sehingga merupakan
perluasan lebih lanjut berbagai ketentuan dalam PSA. Tafsiran resmi ini bersifat
mengikat bagi seluruh anggota IAPI, sehingga pelaksanaannya bersifat wajib.

Standar Auditing, merupakan salah satu ukuran kualitas pelaksanaan auditing.


Setiap standar dalam standar auditing ini saling berkaitn saling tergantung antara yang
satu dengan yang lainnya. Standar tersebut dengan segala bahasa di tuangkan ke dalam
sebuah buku yaitu buku Standar profesional Akuntan Publik (SPAP). Secara lengkap
standar auditing adalah sebagai berikut:

1. Standar Umum,
Standar umum bersifat pribadi dan berkaitan dengan persyaratan auditor dan mutu
pekerjaannya (Standar Profesional Akuntan Publik,201:2011). Standar umum
berhubungan dengan kualifikaasi auditor dan kualitas pekerjaan auditor. Standar
umum terdiri atas tiga bagian

8
a. Pelatihan dan Keahlian Auditor Independen.
Standar umum pertama berbunyi : “Audit harus dilaksanakan oleh
seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup
sebagai auditor." (Standar Profesional Akuntan Publik,210:2011). Audit
harus di laksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan
pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor. Standar pertama menuntut
kompetensi teknis seorang auditor di tentukan oleh tiga faktor yaitu:
a) Pendidikan formal dalam pendidikan akuntansi di suatu perguruan tinggi
termasuk ujian profesi auditor.
b) Pelatihan bersifat praktis dan pengalaman dalam bidang auditing.
c) Pendidikan profesional berkelanjutan selama menekuni karir auditor
profesional.

b. Indenpendensi.
Standar umum kedua berbunyi : "Dalam semua hal yang berhubungan dengan
perikatan, independensi dalam sikap mental harus dipertahankam oleh
auditor." (Standar Profesional Akuntan Publik, 220:2011). Standar ini
mengharuskan auditor bersikap independen, artinya tidak mudah dipengaruhi,
karena ia melaksanakan pekerjaannya untuk kepentingan umum (dibedakan
dalam hal ia berpraktik sebagai auditor intern). Ada 4 aspek independesi,
yaitu:
a) Independensi sikap mental.
b) Independensi penampilan.
c) Independensi praktisi.
d) Independensi profesi.

9
c. Profesional dalam Pelaksanaan Pekerjaan Auditor.
Standar umum ketiga berbunyi : "Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan
laporannya, auditor wajib menggunakan kemahiran professionalnya dengan
cermat dan saksama." (Standar Profesional Akuntan Publik, 230:2011).
Penggunaan kemahiran professional dengan kecermatan dan kesaksamaan
menekankan tanggung jawab setiap professional yang bekerja dalam
organisasi auditor independen untuk mengamati standar pekerjaan lapangan
dan standar pelaporan.

2. Standar Pekerjaan Lapangan,


a. Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus
disupervisi dengan semestinya
b. Pemahaman memadai atas pengendalian intern harus diperoleh untuk
merencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian yang
akan dilakukan. dalam hal ini pemahaman mengenai struktur pengendalian
intern klien akan di gunakan untuk:
a) Mengidentifikasi salah satu yang potensial.
b) Mempertimbangkan faktor yang mempengaruhi risiko salah satu yang
material.
c) Merancang pengujian substantif.
c. Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi,
pengamatan, permintaan keterangan, dan konfirmasi sebagai dasar memadai
untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang diaudit.

3. Standar Pelaporan
a. Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun
sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.
b. Laporan auditor harus menunjukkan atau menyatakan, jika ada,
ketidakkonsistenan penerapan prinsip akuntansi dalam penyusunan laporan

10
keuangan periode berjalan dibandingkan dengan penerapan prinsip akuntansi
tersebut dalam periode sebelumnya.
c. Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang memadai,
kecuali dinyatakan lain dalam laporan auditor.
d. Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai laporan
keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan demikian
tidak dapat diberikan. Jika pendapat secara keseluruhan tidak dapat diberikan,
maka alasannya harus dinyatakan. Dalam hal nama auditor dikaitkan dengan
laporan keuangan, maka laporan auditor harus memuat petunjuk yang jelas
mengenai sifat pekerjaan audit yang dilaksanakan, jika ada, dan tingkat
tanggung jawab yang dipikul oleh auditor.

Standar-standar tersebut di atas dalam banyak hal saling berhubungan dan


saling bergantung satu dengan lainnya. Keadaan yang berhubungan erat dengan
penentuan dipenuhi atau tidaknya suatu standar, dapat berlaku juga untuk standar yang
lain. “Materialitas” dan “Risiko Audit” melandasi penerapan semua standar auditing,
terutama standar pekerjaan lapangan dan standar pelaporan.
Paragraf 4 SPAP SA Seksi 150 menjelaskan bahwa konsep “Materialitas”
bersifat bawaaan dalam pekerjaan auditor independen. Dasar yang lebih kuat harus
dicari sebagai landasan pendapat auditor independen atas unsur-unsur yang secara
relatif lebih penting dan unsur-unsur yang mempunyai kemungkinan besar salah saji
material. Misalnya, dalam perusahaan dengan jumlah debitur yang sedikit, dengan
nilai piutang yang besar, secara individual piutang itu adalah lebih penting dan
kemungkinan terjadinya salah saji material juga lebih besar dibandingkan dengan
perusahaan lain yang mempunyai jumlah nilai piutang yang sama tetapi terdiri dari
debitur yang banyak dengan nilai piutang yang relatif kecil. Dalam perusahaan
manufaktur dan perusahaan dagang, persediaan umumnya mempunyai arti penting,
baik bagi posisi keuangan maupun hasil usaha perusahaan, sehingga secara relatif
persediaan memerlukan perhatian auditor yang lebih besar dibandingkan dengan

11
persediaan dalam perusahaan jasa. Begitu pula, piutang umumnya memerlukan
perhatian yang lebih besar dibandingkan dengan premi asuransi dibayar di muka.
Sedangkan paragraf 5 menjelaskan mengenai risiko audit. Pertimbangan atas
risiko audit berkaitan erat dengan sifat audit. Transaksi kas umumnya lebih rentan
terhadap kecurangan jika dibandingkan dengan transaksi persediaan, sehingga audit
atas kas harus dilaksanakan secara lebih konklusif, tanpa harus menyebabkan
penggunaan waktu yang lebih lama. Transaksi dengan pihak tidak terkait biasanya
tidak diperiksa serinci pemeriksaan terhadap transaksi antarbagian dalam perusahaan
atau transaksi dengan pimpinan perusahaan dan karyawan, yang tingkat kepentingan
pribadi dalam transaksi yang disebut terakhir ini sulit ditentukan.
Pengendalian intern terhadap lingkup audit mempengaruhi besar atau kecilnya
risiko salah saji terhadap prosedur audit yang dilaksanakan oleh auditor. Semakin
efektif pengendalian intern, semakin rendah tingkat risiko pengendalian.

12
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Adapun kesimpulan dari pembahasan di atas bahwa Teori di klasifikasikan berdasar
sifatnya menjadi dua yaitu :
1. Teori Normatif adalah Teori yang seharusnya dilaksanakan
2. Teori Deskriptif adalah Teori yang sesungguhnya dilaksanakan.
Menurut Prof. C.W. Schandl pada tahun 1978 yang mengembangkan pemikiran dari
Mautz dan Sharaf, mengemukakan elemen-elemen dasar teori adalah sebagai berikut :
1. Postulat yaitu : Konsep dasar yang harus diterima tanpa perlu pembuktian.
2. Teori yaitu : Dalil yang diterangkan oleh postulat.
3. Struktur yaitu : Komponen disiplin tertentu dan hubungan antar komponen tersebut.
4. Prinsip yaitu : Kaidah-kaidah yang diterapkan dalam praktik.
5. Standar yaitu : Kualitas yang ditetapkan dalam hubungannya dengan praktik.
Menurut Mautz dan Sharaf teori auditing tersusun atas lima konsep dasar yaitu :
1. Bukti (evidence)
2. Kehati-hatian dalam pemeriksaan (Due Audit Care)
3. Penyajian atau pengungkapan yang wajar (Fair Presentation)
4. Independensi (Independence)
5. Etika Perilaku (Ethical Conduct)
Standar Auditing merupakan suatu kaidah agar mutu auditing dapat dicapai
sebagaimana mestinya yang harus diterapkan dalam setiap audit atas laporan keuangan
yang dilakukan auditor independen.
Standar auditing terdiri atas tiga bagian yaitu :
1. Standar Umum
2. Standar Pekerjaan
3. Standar Pelaporan

13
DAFTAR PUSTAKA

http://masphatar.blogspot.com/2013/03/teori-konsep-dasar-standar-auditing.html

oleh Rina_Sweet di 03.13 http://memoryofokta.blogspot.com/2010/06/teori-konsep-dasar-


dan-standar-auditing.html

Auditng 1 Dasar-Dasar Auditing Dan Laporan Keuangan

14

Anda mungkin juga menyukai