Disusun Oleh :
Bagas Noverman (1810603006)
Dosen Pengampuh :
Rachmania, SE., M.Si
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................. i
Kesimpulan ................................................................................................................ 13
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Sebagai akuntan publik, profesionalisme merupakan syarat utama profesi ini.
Karena selain profesi yang bekerja atas kepercayaan masyarakat, kontribusi akuntan publik
terhadap ekonomi sangatlah besar. Peran auditor untuk meningkatkan kredibilitas dan
reputasi perusahaan sangatlah besar. Selain itu beberapa peneliti seperti Peursem (2005)
melihat bahwa auditor memainkan peranan penting dalam jaringan informasi di suatu
perusahaan. Sejalan dengan pendapat tersebut, Gjesdal (1981) dalam Suta dan Firmanzah
(2006) juga mengatakan bahwa peranan utama auditor adalah menyediakan informasi yang
berguna untuk keperluan penyusunan kontrak yang dilakukan oleh pemilik atau manajer
perusahaan.
Logika sederhananya bahwa agar mesin perekonomian suatu negara dapat
menyalurkan dana masyarakat kedalam usaha-usaha produktif yang beroperasi secara
efisien, maka perlu disediakan informasi keuangan yang andal, yang memungkinkan para
investor untuk memutuskan kemana dana mereka akan di investasikan. Untuk itu
dibutuhkan akuntan publik sebagai penilai kewajaran informasi yang disajikan manajemen.
Jadi jelas bahwa begitu besarnya peran akuntan publik dalam perekonomian, khususnya
dalam lingkup perusahaan menuntut profesi ini untuk selalu profesional serta taat pada
etika dan aturan yang berlaku.
Tidak terlepas dari pembahasan di atas bahwa untuk memulai dan mengatur
beberapa tugas auditor maka yang pertama kali diperlukan yakni teori, konsep dan standar
dalam melakukan auditing terhadap suatu perusahaan atau bidang jasa keuangan lainnya.
Maka dari itu kami fokuskan dalam pembahasan makalah ini mengenai konsep serta dasar
dari mengaudit yang pembahasannya dapat kami rumuskan sebagai berikut.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa teori dan konsep dasar yang digunakan dalam auditing?
2. Apa saja standar dalam Auditing?
1
C. TUJUAN
1. Apa teori dan konsep dasar yang digunakan dalam auditing?
2. Apa saja standar dalam Auditing?
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
adalah pengukur kualitas, dan tujuan sehingga jarang berubah. sedangkan Prosedur
Audit adalah metode-metode atau teknik-teknik rinci untuk melaksanakan standar,
sehingga prosedur akan berubah bila lingkungan auditnya berubah.
Berikut ini adalah tujuh postulat yang dimodifikasi dari delapan postulat yang
secara tentatif diusulkan oleh Mautz dan Sharaf dalam bukunya “The Philosophy of
Auditing” :
1. Asersi atau objek audit harus verifable dan auditable.
2. Auditor yang bertugas memiliki hubungan netral dan tidak mempunyai konflik
dengan objek audit.
3. Asersi atau objek audit harus dipandang bebas dari kekeliruan sampai proses
pembuktian diselesaikan dan menunjukan sebaliknya.
4. Suatu sistem pengendalian internal dipandang eksis dan berjalan semestinya
sampai diperoleh bukti bahwa telah terjadi sebaliknya.
5. Penerapan ketentuan yang berlaku (seperti standar akuntansi) diasumsikan telah
berjalan dengan konsisten sampai diperoleh bukti meyakinkan bahwa telah terjadi
hal-hal sebaliknya.
6. Setiap auditor berfungsi secara ekslusif sebagai auditor dalan menjalankan
tugasnya.
7. Setiap auditor senantiasa diasumsikan profesional dalam pelaksanaan tugasnya
dan tingkah lakunya.
Menurut Mautz dan Sharaf teori auditing tersusun atas lima konsep
dasar,yaitu:
1. Bukti
Tujuan memperoleh dan mengevaluasi bukti adalah untuk memperoleh
pengertian sebagai dasar untuk memberikan kesimpulan atas pemeriksaan yang di
tuangkan dalam pendapat auditor. Secara umum usaha untuk memperoleh bukti
dilakukan dengan cara , yaitu :
4
a. Authoritarianisme, Bukti diperoleh berdasar informasi dari pihak lain.
Misalnya keterangan lisan manajemen dan karyawan, dan pihak luar lainnya,
serta keterangan lisan tertulis berupa doklumen.
b. Mistikisme, Bukti dihasilkan dari intuisi. Misalnya pemeriksaan buku besar,
dan penelaahan terhadap keterangan dari pihak luar.
c. Rasionalisasi, Merupakan pemikiran asumsi yang diterima. Misalnya
penghitungan kembali oleh auditor, dan pengamatan terhadap pengendalian
intern.
d. Emperikisme, Merupakan pengalaman yang sering terjadi. Misalnya
perhitungan dan pengujian secara fisik.
e. Pragmatisme, Merupakan hasil praktik. Misalnya kejadian setelah tanggal
selesainya pekerjaan lapangan.
5
c) Audit Obligation : berkaitan dengan kewajiban auditor untuk independen
dalam memberikan pendapat.
4. Independensi
Merupakan suatu sikap mental yang di miliki auditor untuk tidak memihak
dalam melakukan audit. Masyarakat pengguna jasa audit memandang bahwa
auditor akan independen terhadap laporan keuangan yang di periksa dan pembuat
dan pemakai laporan keuangan. Jika posisi auditor terhadap kedua hal tersebut
tidak independen maka hasil kerja auditor menjadi tidak berarti sama sekali.
5. Etika perilaku
Dalam auditing berkaitan dengan perilaku yang ideal seorang auditor
profesional yang independen dalam melaksanakan audit.
B. STANDAR AUDITING
1. International Federation Of Accountant (IFAC)
IFAC adalah organisasi yang membidangi standar-standar akuntansi, auditing,
kode etik, dan kendali mutu pada tatanan global (Tuanakotta, 2013). IFAC
didirikan untuk memperkuat profesi akuntansi di seluruh dunia dengan
mengembangkan standar internasional yang berkualitas tinggi untuk bidang audit
dan asurans, akuntansi sektor publik, etika, dan pendidikan bagi akuntan
profesional dan mendukung adopsi dan penggunaannya. IFAC telah membentuk
sejumlah badan dan komite untuk mengembangkan standar dan pedoman
internasional, salah satunya adalah International Auditing and Assurance
Standards Board (IAASB).
6
yang terkait. Guna meningkatkan kualitas dan keseragaman praktek di seluruh
dunia dan memperkuat kepercayaan publik dalam profesi audit dan asuransi secara
global, IAASB menghasilkan beberapa standar, antara lain: (1) International
Standards on Auditing (ISas), (2) International Standards on Review Engagements
(ISREs), (3) International Standards on Assurance Engagements (ISAes), (4)
International Standards on Related Services (ISRSs), (5) International Standard
on Quality Control 1 (ISQC 1).
7
sebelumnya, SPAP berbasis ISA tidak membagi standar audit ke dalam tiga
kategori yakni, Standar Umum, Standar Pekerjaan Lapangan, dan Standar
Pelaporan. Namun standar-standar yang disajikan dalam SPAP berbasis ISA sudah
mencerminkan proses pengerjaan auditing yang dibagi kedalam enam bagian dan
36 standar.
1. Standar Umum,
Standar umum bersifat pribadi dan berkaitan dengan persyaratan auditor dan mutu
pekerjaannya (Standar Profesional Akuntan Publik,201:2011). Standar umum
berhubungan dengan kualifikaasi auditor dan kualitas pekerjaan auditor. Standar
umum terdiri atas tiga bagian
8
a. Pelatihan dan Keahlian Auditor Independen.
Standar umum pertama berbunyi : “Audit harus dilaksanakan oleh
seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup
sebagai auditor." (Standar Profesional Akuntan Publik,210:2011). Audit
harus di laksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan
pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor. Standar pertama menuntut
kompetensi teknis seorang auditor di tentukan oleh tiga faktor yaitu:
a) Pendidikan formal dalam pendidikan akuntansi di suatu perguruan tinggi
termasuk ujian profesi auditor.
b) Pelatihan bersifat praktis dan pengalaman dalam bidang auditing.
c) Pendidikan profesional berkelanjutan selama menekuni karir auditor
profesional.
b. Indenpendensi.
Standar umum kedua berbunyi : "Dalam semua hal yang berhubungan dengan
perikatan, independensi dalam sikap mental harus dipertahankam oleh
auditor." (Standar Profesional Akuntan Publik, 220:2011). Standar ini
mengharuskan auditor bersikap independen, artinya tidak mudah dipengaruhi,
karena ia melaksanakan pekerjaannya untuk kepentingan umum (dibedakan
dalam hal ia berpraktik sebagai auditor intern). Ada 4 aspek independesi,
yaitu:
a) Independensi sikap mental.
b) Independensi penampilan.
c) Independensi praktisi.
d) Independensi profesi.
9
c. Profesional dalam Pelaksanaan Pekerjaan Auditor.
Standar umum ketiga berbunyi : "Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan
laporannya, auditor wajib menggunakan kemahiran professionalnya dengan
cermat dan saksama." (Standar Profesional Akuntan Publik, 230:2011).
Penggunaan kemahiran professional dengan kecermatan dan kesaksamaan
menekankan tanggung jawab setiap professional yang bekerja dalam
organisasi auditor independen untuk mengamati standar pekerjaan lapangan
dan standar pelaporan.
3. Standar Pelaporan
a. Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun
sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.
b. Laporan auditor harus menunjukkan atau menyatakan, jika ada,
ketidakkonsistenan penerapan prinsip akuntansi dalam penyusunan laporan
10
keuangan periode berjalan dibandingkan dengan penerapan prinsip akuntansi
tersebut dalam periode sebelumnya.
c. Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang memadai,
kecuali dinyatakan lain dalam laporan auditor.
d. Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai laporan
keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan demikian
tidak dapat diberikan. Jika pendapat secara keseluruhan tidak dapat diberikan,
maka alasannya harus dinyatakan. Dalam hal nama auditor dikaitkan dengan
laporan keuangan, maka laporan auditor harus memuat petunjuk yang jelas
mengenai sifat pekerjaan audit yang dilaksanakan, jika ada, dan tingkat
tanggung jawab yang dipikul oleh auditor.
11
persediaan dalam perusahaan jasa. Begitu pula, piutang umumnya memerlukan
perhatian yang lebih besar dibandingkan dengan premi asuransi dibayar di muka.
Sedangkan paragraf 5 menjelaskan mengenai risiko audit. Pertimbangan atas
risiko audit berkaitan erat dengan sifat audit. Transaksi kas umumnya lebih rentan
terhadap kecurangan jika dibandingkan dengan transaksi persediaan, sehingga audit
atas kas harus dilaksanakan secara lebih konklusif, tanpa harus menyebabkan
penggunaan waktu yang lebih lama. Transaksi dengan pihak tidak terkait biasanya
tidak diperiksa serinci pemeriksaan terhadap transaksi antarbagian dalam perusahaan
atau transaksi dengan pimpinan perusahaan dan karyawan, yang tingkat kepentingan
pribadi dalam transaksi yang disebut terakhir ini sulit ditentukan.
Pengendalian intern terhadap lingkup audit mempengaruhi besar atau kecilnya
risiko salah saji terhadap prosedur audit yang dilaksanakan oleh auditor. Semakin
efektif pengendalian intern, semakin rendah tingkat risiko pengendalian.
12
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Adapun kesimpulan dari pembahasan di atas bahwa Teori di klasifikasikan berdasar
sifatnya menjadi dua yaitu :
1. Teori Normatif adalah Teori yang seharusnya dilaksanakan
2. Teori Deskriptif adalah Teori yang sesungguhnya dilaksanakan.
Menurut Prof. C.W. Schandl pada tahun 1978 yang mengembangkan pemikiran dari
Mautz dan Sharaf, mengemukakan elemen-elemen dasar teori adalah sebagai berikut :
1. Postulat yaitu : Konsep dasar yang harus diterima tanpa perlu pembuktian.
2. Teori yaitu : Dalil yang diterangkan oleh postulat.
3. Struktur yaitu : Komponen disiplin tertentu dan hubungan antar komponen tersebut.
4. Prinsip yaitu : Kaidah-kaidah yang diterapkan dalam praktik.
5. Standar yaitu : Kualitas yang ditetapkan dalam hubungannya dengan praktik.
Menurut Mautz dan Sharaf teori auditing tersusun atas lima konsep dasar yaitu :
1. Bukti (evidence)
2. Kehati-hatian dalam pemeriksaan (Due Audit Care)
3. Penyajian atau pengungkapan yang wajar (Fair Presentation)
4. Independensi (Independence)
5. Etika Perilaku (Ethical Conduct)
Standar Auditing merupakan suatu kaidah agar mutu auditing dapat dicapai
sebagaimana mestinya yang harus diterapkan dalam setiap audit atas laporan keuangan
yang dilakukan auditor independen.
Standar auditing terdiri atas tiga bagian yaitu :
1. Standar Umum
2. Standar Pekerjaan
3. Standar Pelaporan
13
DAFTAR PUSTAKA
http://masphatar.blogspot.com/2013/03/teori-konsep-dasar-standar-auditing.html
14