OLEH: KELOMPOK 5
1
Penyesuaian Tingkat Harga Umum. Komite Trueblood juga menegaskan kembali pentingnya
pengakuan atas perubahan harga dalam laporan keuangan.
Segera setelah terbentuk, FASB mengumumkan konsep laporan yang berjudul
”Pelaporan Keuangan dalam Unit-unit Daya Beli yang Bersifat Umum”. Konsep ini
mengusulkan perlunya penyajian informasi tambahan, dimana neraca dan laba rugi
dinyatakan kembali dalam unit-unit daya beli umum. Namun konsep ini ditunda karena di sisi
lain SEC mengeluarkan ASR 190 yang menyatakan bahwa SEC menghendaki adanya
pengungkapan informasi biaya pengganti pada neraca dan laba rugi (informasi jumlah
penjualan dan depresiasi berdasarkan biaya pengganti). Dikeluarkannya ASR 190 ini
mengakhiri posisi SEC yang sebelumnya membatasi penyajian informasi selain yang
berdasarkan informasi kos historis.
Hal ini mengakibatkan timbulnya dua pendekatan yang berbeda, yakni :
1) Price-level restated
Didukung oleh Organisasi akuntansi seperti AAA, AICPA dan FASB. Pendekatan
pernyataan ulang tingkat harga yang berdasarkan kos historis, karena alasan
metodologi dimana menyatakan kembali kos historis dalam perubahan unit saat ini
lebih mudah daripada mengukur current cost (kost saat ini).
2) Current cost
Didukung oleh SEC dengan ASR 190. Yang membawa perubahan akuntansi yang
dramatis dalam perubahan harga di Amerika Serikat. Evolusi dramatis ini tak lepas
dari peran John C. Burton, seorang akuntan dalam SEC yang mengemukakan pokok-
pokok pikiran yang menyatakan bahwa inflasi akan menyebabkan suatu
penyimpangan yang besar apabila dalam pengukurannya menggunakan pendekatan
satuan uang yang bersifat historis. Tidaklah tepat apabila menandingkan kos historis
dengan pendapatan periode berjalan karena tidak akan memberikan prediksi rata-rata
aliran arus kas bersih jangka panjang yang baik jika berada dalam perubahan harga
yang sangat cepat.
I n 100 x
P
i ni xQ oi
P
i oi xQoi
Dimana :
In : indeks untuk tahun ke-n
Pni : harga saat periode n pada barang i
Poi : harga saat periode o (tahun dasar) pada barang i
Qoi : kuantitas saat periode o pada barang i
Σi : jumlah keseluruhan
I n 100 x
P
i ni xQ ni
P
i oi xQni
Dimana :
Qni : kuantitas saat periode n pada barang i
3
a) PV yaitu merupakan nilai sekarang dari perputaran kas masa yang akan datang
yang dikenakan pada sumber daya perusahaan.
b) EV yaitu nilai beli atau kos pengganti.
c) NRV yaitu nilai jual atau nilai bersih yang direalisasi.
Kemungkinan Kombinasi
Ada beberapa kombinasi yang mungkin terjadi yaitu :
1. NRV>PV>EV 4. PV >NRV>EV
2. NRV>EV>PV 5. EV>PV>NRV
3. PV>EV>NRV 6. EV>NRV>PV
4
3. Kemampuan Daya Beli Keuntungan dan Kerugian
Kemampuan daya beli keuntungan dan kerugian, timbul sebagai hasil dari
mempertahankan aktiva bersih moneter atau kewajiban perusahaan selama suatu
periode saat tingkat harga mengalami perubahan. Kemampuan daya beli keuntungan
dan kerugian ditentukan dengan mengukur kemampuan daya beli perusahaan
terhadap item moneter dan dibandingkan dengan jumlah aktual akun bersih moneter.
Berikut digambarkan kemampuan keuntungan dan kerugian pada kondisi inflasi dan
deflasi yaitu :
5
isu teoritik yang signifikan. Laporan posisi keuangan menggunakan penyesuaian tingkat
harga umum dan penilaian sekarang untuk tujuan pemeliharaan modal.
1. General Price-Level Adjustment (GPLA)
Satu titik tambahan yang harus ditambahkan ke diskusi yang menjadi perhatian
GPLA adalah jenis pemeliharaan modal.
2. Pendekatan Nilai Sekarang
Tiga pendekatan untuk nilai saat ini dibahas di sini berorientasi pada metode
penilaian. Semua akan menunjukkan pendapatan operasional saat ini. Oleh karena itu,
pendapatan operasional harus memiliki relevansi yang berlaku bagi pengguna dari
sudut pandang akuntabilitas dan kemampuan prediktif.
a. Pendapatan Distribusi
Berdasarkan pendekatan ini keuntungan modal tergantung dari penyesuaian
modal yang elemenya terdiri atas ekuitas pemilik bukan pendapatan. Kemampuan
daya beli keuntungan dihitung dengan memakai indeks tipe Paasche.
b. Pendapatan Realisasi
Komponen realisasi dari pemeliharaan keuntungan (holding gains) berdasarkan
pendapatan. Hasil pengukuran pemeliharaan modalnya hampir sama dengan
GPLA (General Price-Level Adjustment) meskipun secara total pernyataannya
berbeda.
c. Earning Power Income (EPI)
EPI meliputi income holding gains sesungguhnya yang muncul selama tahun
yang bersangkutan.
3. Isu terkait Pemeliharaan Modal
Berdasarkan bukti pemeliharaan modal keuangan yang diajukan oleh GPLA dan RI,
DI menyediakan sebuah pemeliharaan modal fisik. Pemeliharaan modal fisik lebih
ambigu artinya dibandingkan dengan pemeliharaan modal keuangan karena jika
pengukuran dalam dolar tidak mudah diterjemahkan. Menurut Carsberg, modal fisik
dapat diartikan:
a) Memelihara jumlah fisik dari aset operasi nonmoneter,
b) Memelihara aset nonmoneter untuk keperluan produksi jumlah tetap barang dan
jasa
c) Memelihara asset operasi nonmoneter dan moneter untuk keperluan produksi
jumlah tetap barang dan jasa.
6
V. Ketetapan Menurut SFAS No. 33 dan Penolakan Dalam SFAS No. 82 dan 89
Dalam SFAS No. 33, FASB memutuskan tetap memakai biaya historis nominal
sebagai dasar laporan keuangan. SFAS No. 33 menjelaskan secara spesifik pengaruh
perubahan harga seharusnya disajikan sebagai informasi tambahan dalam laporan tahunan.
Selama laporan dolar tetap, SFAS memerlukan pengungkapan :
a. Informasi pendapatan dan operasi selanjutnya selama pajak tahunan beredar pada
harga historis atau dasar dolar tetap.
b. Keuntungan kekuatan pembelian atau kerugian pada pendapatan operasi selanjutnya
selama pajak tahunan beredar.
Akhirnya SFAS No. 33 gagal karena beberapa alasan, antara lain: pertama, karena
adanya kemunduran dramatis dari inflasi selama awal tahun 1980an. Selain itu terjadinya
masalah pengukuran, pertanyaan tentang understandability dan kegunaan untuk tujuan
prediktif.
1. SFAS No. 82
Diterbitkan akhir tahun 1984, mengeliminasi pengungkapan pendapatan dolar tetap
yang sebelumnya diperlukan oleh SFAS No. 33. Informasi yang yang disajikan
membuat pemakai bingung.
2. SFAS No. 89
Menurut David Mosso, isu terkait perubahan harga umum dan harga spesifik
merupakan masalah terpenting yang akan dihadapi oleh FASB. Hal tersebut melawan
pernyataan dari SFAS No. 33. Robert Swieringa juga sependapat dengan Mosso dan
Lauver yang juga melihat adanya kehilangan sistem dan data berkelanjutan,
khususnya terkait biaya tetap dari pemasangan dan penangkapan peredaran biaya
data.
7
VI. Masalah Khusus Dalam Pengukuran dan Penilaian
1. Penyusutan dan keusangan teknologi
Pengukuran langsung dari pemakaian nilai aset tetap tidak dapat dipakai untuk banyak
aset tetap. Penilaian sekarang dari aset tetap dan penyusutannya menjadi sulit ketika
adanya keusangan teknologi. Keusangan teknologi terjadi dengan adanya
pengembangan dari mesin baru, perlengkapan dan hardware yang menyediakan jasa
produktif yang serupa bagi aset pada suatu produksi total biaya lebih rendah.
2. Kemampuan mendapat keuntungan dalam utang jangka panjang
Biasanya diasumsikan perusahaan akan memperoleh keuntungan dalam utang jangka
panjang selama inflasi karena surat perjanjian utang akan dibayar kembali dengan
dolar lebih murah. Surat perjanjian utang akan dimengerti jika inflasi
berkesinambungan, maka pembayaran kembali oleh pemegang surat tersebut kepada
pihak perusahaan akan memberikan daya beli yang lebih kecil dibandingkan dengan
dolar sesungguhnya dipinjamkan pada perusahaan.
8
DAFTAR PUSTAKA
Harry I. Wolk., Michael G. Tearney., dan James L. Dodd. 2001. Accounting Theory: A
Conceptual and Institusional Approach. USA: South Western College Publishing,
Cincinnati, Ohio.