Anda di halaman 1dari 10

RINGKASAN MATA KULIAH

TEORI AKUNTANSI KEUANGAN


Akuntansi Inflasi dan Perubahan Harga
Accounting for Inflation and Changing Prices

OLEH: KELOMPOK 5

IDA BAGUS SURYA PURWITHA 1981611011/11


NYOMAN YUDHA ASTRIAYU WIDYARI 1981611014/14

PROGRAM MAGISTER AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2019
PEMBAHASAN

Inflasi adalah fenomena ekonomi dimana secara sederhana dapat didefinisikan


sebagai rata-rata kenaikan tingkat harga setiap barang dan jasa yang dihasilkan dalam suatu
perekonomian. Namun, meskipun tidak terjadi inflasi, harga-harga secara individual pasti
akan mengalami perubahan karena pergeseran permintaan dan pembelian atas barang dan
jasa tersebut.
Inflasi membawa dua masalah mendasar terhadap sistem akuntansi yang berdasarkan
kos historis, yaitu :
1) Banyak jumlah data kos historis yang ditunjukkan dalam laporan keuangan tidak
relevan secara ekonomis karena harga telah berubah sejak laporan keuangan tersebut
dikeluarkan. Ini merupakan masalah penyajian yang jujur (SFAC No.2) sebagai salah
satu elemen primer kualitas keandalan suatu informasi akuntansi.
2) Sejumlah dolar yang dinyatakan dalam laporan keuangan menunjukkan nilai yang
berbeda-beda setiap saat dan memperlihatkan kemampuan daya beli yang berbeda
pula.

I. Sejarah Akuntansi di Amerika Serikat Tentang Pengaruh Perubahan Harga


Sampai Dikeluarkannya SFAS No.33
Akuntan di Amerika Serikat sadar bahwa selama lebih dari 75 tahun, timbul dampak
potensial bagi laporan keuangan sebagai pengaruh dari perubahan harga. Bahkan sejumlah
perusahaan menyatakan ulang laporan keuangan mereka secara spesifik sebagai akibat
perubahan harga selama tahun 1920-an.
Organisasi AAA dan AICPA telah melakukan diskusi mengenai pengaruh perubahan
harga dan menyokong model kos historis selama pertengahan tahun 1930-an.
Menjelang tahun 1950-an, baik AAA dan AICPA mulai memiliki pandangan yang
berbeda. Pada tahun 1951, AAA mengeluarkan Suplementary Statement No. 2 mengenai “
Perubahan Tingkat Harga dan Laporan Keuangan”. Statement ini merekomendasikan agar
laporan keuangan dinyatakan dalam unit-unit daya beli umum sebagai tambahan laporan
yang berdasarkan kos historis. Sedangkan AICPA di tahun 1952, mensponsori studi dalam
perubahan konsep-konsep income dan di tahun 1957 dan 1966, AAA mendukung laporan
pernyataan ulang tingkat harga (price-level restated) dalam laporan keuangan. Sedangkan
AICPA dalam ARS No. 6 pada tahun 1961 dan APB Statemen No. 3 mendukung Laporan

1
Penyesuaian Tingkat Harga Umum. Komite Trueblood juga menegaskan kembali pentingnya
pengakuan atas perubahan harga dalam laporan keuangan.
Segera setelah terbentuk, FASB mengumumkan konsep laporan yang berjudul
”Pelaporan Keuangan dalam Unit-unit Daya Beli yang Bersifat Umum”. Konsep ini
mengusulkan perlunya penyajian informasi tambahan, dimana neraca dan laba rugi
dinyatakan kembali dalam unit-unit daya beli umum. Namun konsep ini ditunda karena di sisi
lain SEC mengeluarkan ASR 190 yang menyatakan bahwa SEC menghendaki adanya
pengungkapan informasi biaya pengganti pada neraca dan laba rugi (informasi jumlah
penjualan dan depresiasi berdasarkan biaya pengganti). Dikeluarkannya ASR 190 ini
mengakhiri posisi SEC yang sebelumnya membatasi penyajian informasi selain yang
berdasarkan informasi kos historis.
Hal ini mengakibatkan timbulnya dua pendekatan yang berbeda, yakni :
1) Price-level restated
Didukung oleh Organisasi akuntansi seperti AAA, AICPA dan FASB. Pendekatan
pernyataan ulang tingkat harga yang berdasarkan kos historis, karena alasan
metodologi dimana menyatakan kembali kos historis dalam perubahan unit saat ini
lebih mudah daripada mengukur current cost (kost saat ini).
2) Current cost
Didukung oleh SEC dengan ASR 190. Yang membawa perubahan akuntansi yang
dramatis dalam perubahan harga di Amerika Serikat. Evolusi dramatis ini tak lepas
dari peran John C. Burton, seorang akuntan dalam SEC yang mengemukakan pokok-
pokok pikiran yang menyatakan bahwa inflasi akan menyebabkan suatu
penyimpangan yang besar apabila dalam pengukurannya menggunakan pendekatan
satuan uang yang bersifat historis. Tidaklah tepat apabila menandingkan kos historis
dengan pendapatan periode berjalan karena tidak akan memberikan prediksi rata-rata
aliran arus kas bersih jangka panjang yang baik jika berada dalam perubahan harga
yang sangat cepat.

II. Mengkonstruksi Indeks Harga


Indeks harga merupakan rata-rata tertimbang, harga sekarang barang dan jasa, yang
akan digunakan sebagai nilai dasar dalam suatu periode dan sebagai penentu besarnya
perubahan nilai yang telah terjadi. Ada dua tipe indeks harga yaitu indeks harga khusus dan
indeks harga umum. Suatu indeks harga diperlukan dalam mengukur tingkat perubahan harga
yang terjadi dalam beberapa periode yang ditentukan
2
Formula indeks berdasarkan Indeks Laspeyres adalah sebagai berikut :

I n  100 x
P
i ni xQ oi
P
i oi xQoi
Dimana :
In : indeks untuk tahun ke-n
Pni : harga saat periode n pada barang i
Poi : harga saat periode o (tahun dasar) pada barang i
Qoi : kuantitas saat periode o pada barang i
Σi : jumlah keseluruhan

Pengukuran indeks juga dapat menggunakan Indeks Paasche dengan rumus :

I n  100 x
P
i ni xQ ni
P
i oi xQni

Dimana :
Qni : kuantitas saat periode n pada barang i

SFAS No. 33 mewajibkan penggunaan Indeks Laspeyres dalam penyesuaian tingkat


harga umum karena perhitungan indeks laspeyres berdasarkan kuantitas tahun dasar saja dan
lebih murah penggunaannya.

III. Suatu Gambaran Akuntansi Inflasi


Dalam menanggapi adanya inflasi, perlu menekankan penyesuaian antara daya beli
umum dengan nilai sekarang. Penyesuaian tingkat harga umum terkait dengan perubahan
dalam kemampuan daya beli suatu unit moneter dalam satuan waktu atas keseluruhan barang
dan jasa yang diproduksi. Sedangkan penilaian sekarang (current cost/fair value)
menggambarkan suatu usaha untuk memperoleh harga dalam suatu periode tertentu atas
aktiva, kewajiban, biaya, dan pendapatan. Terdapat dua ukuran yang digunakan dalam
penilaian sekarang yaitu :

1. Nilai Beli (entry value)


Entry value menunjukkan biaya pengganti di pasar untuk aset, kewajiban dan beban
yang diperoleh perusahaan. Agar dapat memahami dengan baik penggunaan nilai beli,
maka digunakan tiga jenis penilaian yaitu :

3
a) PV yaitu merupakan nilai sekarang dari perputaran kas masa yang akan datang
yang dikenakan pada sumber daya perusahaan.
b) EV yaitu nilai beli atau kos pengganti.
c) NRV yaitu nilai jual atau nilai bersih yang direalisasi.

Kemungkinan Kombinasi
Ada beberapa kombinasi yang mungkin terjadi yaitu :
1. NRV>PV>EV 4. PV >NRV>EV
2. NRV>EV>PV 5. EV>PV>NRV
3. PV>EV>NRV 6. EV>NRV>PV

Ketiga jenis penilaian diatas dapat digunakan untuk mengidentifikasi kas.


 Jika PV > NRV maka suatu aktiva yang dimiliki perusahaan harus tetap
dipertahankan dan digunakan (situasi 3, 4, dan 5) dan
 Apabila NRV > PV maka aktiva tersebut harus dijual (situasi 1, 2, dan 6).
 Apabila NRV > EV, maka aktiva dapat dijual atau dapat juga tetap digunakan.
 Sedangkan dalam situasi 1, 2, dan 6 dimana penjualan kembali adalah wajar dapat
diaplikasikan pada persediaan. Jika perkalian antar nilai diperlukan maka digunakan
deprival value dengan menentukan nilai tertinggi antara PV dan NVP

Permasalahan dalam Pengukuran


Permasalahan yang timbul adalah kesulitan dalam menentukan dan mencatat nilai
sekarang. Contoh ukuran langsung adalah biaya bahan mentah, tenaga kerja langsung
dan overhead variabel, sedangkan untuk overhead tetap seperti penyusutan
menggunakan ukuran tidak langsung.
2. Nilai Tukar (exit value)
Menunjukkan harga jual yang dapat diperoleh pada saat terjadi penjualan aktiva
perusahaan melalui proses likuidasi, namun dalam situasi perusahaan akan tetap
meneruskan operasinya. Laporan neraca menjadi laporan keuangan utama apabila
menggunakan nilai tukar, sedangkan laporan laba rugi menunjukkan peningkatan
kemampuan perusahaan yang bersumber dari operasi perusahaan dalam suatu periode.

4
3. Kemampuan Daya Beli Keuntungan dan Kerugian
Kemampuan daya beli keuntungan dan kerugian, timbul sebagai hasil dari
mempertahankan aktiva bersih moneter atau kewajiban perusahaan selama suatu
periode saat tingkat harga mengalami perubahan. Kemampuan daya beli keuntungan
dan kerugian ditentukan dengan mengukur kemampuan daya beli perusahaan
terhadap item moneter dan dibandingkan dengan jumlah aktual akun bersih moneter.
Berikut digambarkan kemampuan keuntungan dan kerugian pada kondisi inflasi dan
deflasi yaitu :

Kondisi Kondisi Perekonomian


Perusahaan Inflasi Deflasi
Aktiva Bersih Kerugian Keuntungan
Kewajiban Bersih Keuntungan Kerugian

4. Holding Gains and Losses (Memelihara Keuntungan dan Kerugian)


Holding gains and losses atau aset non-moneter atas aset non-moneter dibagi dalam
dua bagian yaitu:
a) Monetary holding gains and losses yang timbul secara murni karena perubahan
dalam tingkat harga umum selama satu periode. Monetary holding gains and
losses merupakan bentuk capital adjustment dan bukan merupakan komponen
income.
b) Real holding gains and losses, yang merupakan perbedaan antara jumlah general
price level adjusted dan current value
5. Gearing Adjusment
Gearing adjustment merupakan hal yang berhubungan dengan keuntungan atas aktiva
yang telah digunakan di Inggris sebagai bagian dari mekanisme akuntansi inflasi di
negara tersebut. FASB menyimpulkan bahwa perusahaan hendaknya melaporkan
informasi tambahan dengan kedua pengukuran yang fundamental. General price level
adjusment (penyesuaian tingkat harga umum) dan replacement cost (biaya pengganti),
keduanya digunakan dalam holding gains yang terpisah ke dalam posisi moneter dan
yang sesungguhnya.

IV. Sistem Pengukuran Pedapatan


Secara relatif laporan laba rugi dan laporan perubahan posisi keuangan menggunakan
pendekatan teori problem inflasi yang berbeda. Laporan laba rugi akan mengajukan banyak

5
isu teoritik yang signifikan. Laporan posisi keuangan menggunakan penyesuaian tingkat
harga umum dan penilaian sekarang untuk tujuan pemeliharaan modal.
1. General Price-Level Adjustment (GPLA)
Satu titik tambahan yang harus ditambahkan ke diskusi yang menjadi perhatian
GPLA adalah jenis pemeliharaan modal.
2. Pendekatan Nilai Sekarang
Tiga pendekatan untuk nilai saat ini dibahas di sini berorientasi pada metode
penilaian. Semua akan menunjukkan pendapatan operasional saat ini. Oleh karena itu,
pendapatan operasional harus memiliki relevansi yang berlaku bagi pengguna dari
sudut pandang akuntabilitas dan kemampuan prediktif.
a. Pendapatan Distribusi
Berdasarkan pendekatan ini keuntungan modal tergantung dari penyesuaian
modal yang elemenya terdiri atas ekuitas pemilik bukan pendapatan. Kemampuan
daya beli keuntungan dihitung dengan memakai indeks tipe Paasche.
b. Pendapatan Realisasi
Komponen realisasi dari pemeliharaan keuntungan (holding gains) berdasarkan
pendapatan. Hasil pengukuran pemeliharaan modalnya hampir sama dengan
GPLA (General Price-Level Adjustment) meskipun secara total pernyataannya
berbeda.
c. Earning Power Income (EPI)
EPI meliputi income holding gains sesungguhnya yang muncul selama tahun
yang bersangkutan.
3. Isu terkait Pemeliharaan Modal
Berdasarkan bukti pemeliharaan modal keuangan yang diajukan oleh GPLA dan RI,
DI menyediakan sebuah pemeliharaan modal fisik. Pemeliharaan modal fisik lebih
ambigu artinya dibandingkan dengan pemeliharaan modal keuangan karena jika
pengukuran dalam dolar tidak mudah diterjemahkan. Menurut Carsberg, modal fisik
dapat diartikan:
a) Memelihara jumlah fisik dari aset operasi nonmoneter,
b) Memelihara aset nonmoneter untuk keperluan produksi jumlah tetap barang dan
jasa
c) Memelihara asset operasi nonmoneter dan moneter untuk keperluan produksi
jumlah tetap barang dan jasa.

6
V. Ketetapan Menurut SFAS No. 33 dan Penolakan Dalam SFAS No. 82 dan 89
Dalam SFAS No. 33, FASB memutuskan tetap memakai biaya historis nominal
sebagai dasar laporan keuangan. SFAS No. 33 menjelaskan secara spesifik pengaruh
perubahan harga seharusnya disajikan sebagai informasi tambahan dalam laporan tahunan.
Selama laporan dolar tetap, SFAS memerlukan pengungkapan :
a. Informasi pendapatan dan operasi selanjutnya selama pajak tahunan beredar pada
harga historis atau dasar dolar tetap.
b. Keuntungan kekuatan pembelian atau kerugian pada pendapatan operasi selanjutnya
selama pajak tahunan beredar.

Mengenai nilai sekarang, yang diungkapkan :


a. Informasi pendapatan dari operasi berkelanjutan untuk peredaran pajak tahunan
berdasarkan basis biaya sekarang.
b. Jumlah biaya sekarang dari persediaan properti, tanah dan perlengkapan di akhir peredaran
pajak tahunan.
c. Peningkatan atau penurunan untuk peredaran pajak tahunan dalam peredaran jumlah harga
persediaan properti, tanah dan kepemilikan pada saat inflasi.

Akhirnya SFAS No. 33 gagal karena beberapa alasan, antara lain: pertama, karena
adanya kemunduran dramatis dari inflasi selama awal tahun 1980an. Selain itu terjadinya
masalah pengukuran, pertanyaan tentang understandability dan kegunaan untuk tujuan
prediktif.
1. SFAS No. 82
Diterbitkan akhir tahun 1984, mengeliminasi pengungkapan pendapatan dolar tetap
yang sebelumnya diperlukan oleh SFAS No. 33. Informasi yang yang disajikan
membuat pemakai bingung.
2. SFAS No. 89
Menurut David Mosso, isu terkait perubahan harga umum dan harga spesifik
merupakan masalah terpenting yang akan dihadapi oleh FASB. Hal tersebut melawan
pernyataan dari SFAS No. 33. Robert Swieringa juga sependapat dengan Mosso dan
Lauver yang juga melihat adanya kehilangan sistem dan data berkelanjutan,
khususnya terkait biaya tetap dari pemasangan dan penangkapan peredaran biaya
data.

7
VI. Masalah Khusus Dalam Pengukuran dan Penilaian
1. Penyusutan dan keusangan teknologi
Pengukuran langsung dari pemakaian nilai aset tetap tidak dapat dipakai untuk banyak
aset tetap. Penilaian sekarang dari aset tetap dan penyusutannya menjadi sulit ketika
adanya keusangan teknologi. Keusangan teknologi terjadi dengan adanya
pengembangan dari mesin baru, perlengkapan dan hardware yang menyediakan jasa
produktif yang serupa bagi aset pada suatu produksi total biaya lebih rendah.
2. Kemampuan mendapat keuntungan dalam utang jangka panjang
Biasanya diasumsikan perusahaan akan memperoleh keuntungan dalam utang jangka
panjang selama inflasi karena surat perjanjian utang akan dibayar kembali dengan
dolar lebih murah. Surat perjanjian utang akan dimengerti jika inflasi
berkesinambungan, maka pembayaran kembali oleh pemegang surat tersebut kepada
pihak perusahaan akan memberikan daya beli yang lebih kecil dibandingkan dengan
dolar sesungguhnya dipinjamkan pada perusahaan.

8
DAFTAR PUSTAKA

Harry I. Wolk., Michael G. Tearney., dan James L. Dodd. 2001. Accounting Theory: A
Conceptual and Institusional Approach. USA: South Western College Publishing,
Cincinnati, Ohio.

Anda mungkin juga menyukai