Anda di halaman 1dari 11

BAB 14 ACCOUNTING FOR CHANGING PICES AND INFLATION

A. Aspek-aspek intitusional akuntansi inflasi sebelum SFAS No. 33


Pada pertengahan tahun 1930, American Accounting Association (AAA) dan
American Institute of Certified Public Accountants (AICPA) mendukung digunakannya
historical cost. AAA berpendapat bahwa "akuntansi bukanlah suatu proses penilaian,
namun merupakan alokasi dari historical cast dan pendapatan pada periode saat itu dan
seterusnya. Hingga tahun 1951, AAA mengeluarkan Suplementary Statement No. 2,
Price Level Change and Financial Statement, yang merekomendasikan bahwa laporan
keuangan harus dinyatakan dalam unit general purchasing power sebagai pelengkap
historical cost. Hal ini diperkuat oleh hasil study yang dilakukan oleh AICPA yang
dituangkan dalam Accounting Principles Board Statement No. 3 yang mendukung price-
level adjusted statements. Konsep ini kembali diperkuat oleh Trueblood Committee yang
mengidentifikasi adanya permasalahan akibat perubahan harga dalam laporan keuangan.
Akan tetapi, Security Exchange Commission (SEC) memiliki pandangan yang
berbeda. Pihaknya melarang penyajian laporan keuangan selain dengan historical cost.
Secara umum, SEC meminta adanya disclosure mengenai informasi replacement cost
yang mencerminkan efek karena penggantian aset baru yang lebih efisien dan produktif.
Selama 40 tahun, price-level-restarted financial statement terus menggunakan historical
cost tanpa ada keinginan untuk mengganti sistem pengukuran menjadi current value
(sekarang disebut fair value). Alasannya adalah karena pengukuran menggunakan current
value lebih sulit karena melibatkan informasi pasar seperti harga indeks. Namun
sekarang, pendekatannya mulai bergeser pada current values seiring dengan
dikeluarkannya ASR 190 oleh SEC.
Organisasi akuntansi seperti AAA, AICPA dan FASB lebih menyukai pendekatan
price-level restated, pernyataan ulang tingkat harga yang berdasarkan historical cost,
karena alasan metodologi dimana menyatakan kembali historical cost dalam perubahan
unit saat ini lebih mudah daripada mengukur current cost. Sedangkan SEC dengan ASR
190 menggunakan pendekatan current cost dan membawa perubahan akuntansi yang
dramatis dalam perubahan harga di Amerika Serikat. John C. Burton, seorang akademisi
dan akuntan di SEC yang mengemukakan pokok-pokok pikiran yang menyatakan bahwa
inflasi akan menyebabkan suatu penyimpangan yang besar apabila dalam pengukurannya
menggunakan pendekatan satuan uang yang bersifat historis. Tidaklah tepat apabila
menandingkan historical cost dengan pendapatan periode berjalan karena tidak akan
memberikan prediksi rata-rata aliran arus kas bersih jangka panjang yang baik jika berada
dalam perubahan harga yang sangat cepat.

B. Pandangan Menyeluruh akuntansi inflasi


General price level adjustment menekankan pada perubahan purchasing power
unit moneter waktu ke waktu untuk barang dan jasa yang diproduksi dan dijual dalam
ekonomi. Untuk mengukur perubahan dalam level harga yang terjadi selama periode
waktu tertentu, harga index harus dihitung. Harga index adalah rata-rata tertimbang dari
harga saat ini dari barang dan jasa, rata-rata ini terkait dengar harga di periode dasar dan
tujuannya untuk menentukan berapa banyak perubahan yang terjadi.
SFAS No. 33 mengunakan harga indeks konsumen untuk general price-level
purpose. Penyesuaian dilakukan dengan mengalikan historical cost pada saat aset tersebut
dibeli dengan harga indeks sekarang dibagi harga indeks pada saat pembelian. FASB
dalam SFAS No. 107 mendefinisikan fair value sebagai jumlah yang disetujui oleh dua
pihak untuk melakukan transaksi saat Transaksi tersebut tidak dapat dilikuidasi. Current
value ada dua tipe yaitu entry value. (harga jika perusahaan membeli) dan exit value
(harga jika perusahaan menjual).

Komponen Inflasi:

1. Purchasing Power Gains and Losses


Purchasing power gains and losses muncul karena item moneter yang tetap dalam
jumlah dolar yang diterima atau dibayar, purchasing power gain or lose sebagai
perubahan tingkat harga. Purchasing power gains and losses ditentukan dengan
mengukur purchasing power dari item moneter yang tersedia untuk perusahaan dan
membandingkannya dengan jumlah sebenarnya dari net monetary accounts.
Purchasing power gains and losses tidak di bahas dalam SFAS No. 157, juga bukan
merupakan bagian dari standar income measurement system. Namun, merupakan
bagian dari sumplementary data yang terdapat di SFAS No. 33.
2. Holding Gains and Losses
Aset non moneter (yang disebut aset riil) dikenai gain or loss akibat perubahan
nilai mereka. Holding gain and losses pada aset riil dapat dibagi menjadi dua bagian,
yaitu monetary holding gains and losses, yang semata mata karena perubahan tingkat
harga umum selama periode tersebut, dan (2) real holding gains and losses, perbedaan
antara jumlah price-level-adjusted umum dan nilai-nilai saat ini olding gains and
losses juga dapat diklasifikasikan sebagai akuntansi konvensional yang telah
direalisasikan atau belum direalisasi.

3. Deprival Value
Nilai deprival adalah pengukuran nilai saat ini atau nilai wajar. Penggunaan nilai
deprival dapat menciptakan masalah yang berkaitan dengan verifiability.

C. Perbelakuan SFAS No. 33 dan Penolakan SFAS No. 82 dan 89 SFAS No.33
(Financial Reporting and Changing Prices)
Melalui SFAS No. 33, FASB mewajibkan informasi pelengkap atas pengaruh inflasi
dan perubahan harga spesifik dalam laporan tahunan. SFAS No. 33 menjelaskan bahwa
efek dari perubahan harga harus di tampilkan sebagai informasi tambahan dalam laporan
keuangan Didukung dengan pendekatan dolar yang stabil akan sama baiknya dengan
pendekatan nilai sekarang FASB menyimpulkan perusahaan seharusnya melaporkan
informasi tambahan selain informasi utama dengan pendekatan pengukuran yang
berbeda. Hanya perusahaan publik yang harus mematuhi SFAS No 33 ini dengan kriteria:
a. Persediaan dan property, plant, dan equipment (kecuali goodwill atau aset yang tak
berwujud lainnya sebelum di dikurangi depresiasi, deplesi dan amortisasi) berjumlah
sebesar lebih dari $125 juta.
b. Total aset sebesar lebih dari $1 milyar

 SFAS No. 33 menjelaskan "perusahaan public” sebagai kesatuan:


a. Pemilik kewajiban atau sekuritas ekuitas yang diperdagangkan dalam sebuah public
market di bursa saham domestik atau dalam market di luar domestic (termasuk surat-
surat berharga yang hanya diberikan dalam skala lokal atau regional), atau;
b. diwajibkan untuk mengajukan laporan keuangan oleh SEC (Securities and Exchange
Commission

 Untuk laporan dollar konstan, SFAS memerlukan pengungkapan dari:


a. Informasi pendapatan dari opersi berkelanjutan untuk tahun fiskal yang sedang
berjalan di dalam sebuah historical cost atau constant dollar.
b. Keuntungan atau kerugian daya beli atas nilai moneter bersih untuk pajak tahunan.

Purchasing power gains and losses tidak boleh dimasukkan dalam perhitungan income
continuing operatios berdasarkan current cost, berikut adalah yang harus diungkapkan:

a. Informasi income yang berasal dari operasi berkelanjutan untuk tahun fiskal saat ini
dalam current cost.
b. Jumlah current cost dari inventory, property, plant, dan equipment pada akhir tahun
fiskal.
c. Peningkatan atau penurunan untuk jumlah current cost dari inventory, property, plant,
dan equipment untuk tahun fiskal sekarang pada saat inflasi.

SFAS No. 33 gagal dalam beberapa alasan. Pertama, ada penolakan dramatis terhadap
inflasi selama awal 1980-an. Ditambah lagi masalah pengukuran yang digunakan, muncul
pertanyaan tentang understandability (pengertian) dan kegunaan untuk tujuan predictive value.

SFAS No. 82

SFAS No. 82 dikeluarkan pada akhir tahun 1984 Standar baru ini mengeliminasi
pengungkapan constant dollar income yang sebelumnya diminta oleh SFAS No. 33. Informasi
yang disajikan dianggap membingungkan pengguna, serta menyebabkan adanya overload
information karena kesamaan pengungkapan pendapatan biaya.

SFAS No. 89

Pengukuran current cost income, purchasing power gains and losses, dan informasi
holding gains and losses didorong untuk diungkapkan tapi tidak diwajibkan. Hal yang menarik
dari SFAS No. 89 yaitu terbit hanya dengan tiga sampai empat dukungan. Dengan komentar
yang cukup mencerahkan. Dimana David Mosso mempercayai bahwa isu terkait perubahan
harga umum dan harga spesifik adalah masalah utama yang akan dihadapi oleh FASB selama
abad ini. Hal tersebut melawan pernyataan dari SFAS No. 33. Hal serupa juga diungkapkan oleh
Raymond Lauver. Robert Swieringa juga sependapat dengan Mosso dan Lauver yang juga
melihat adanya kekurangan sistem dan data berkelanjutan, khususnya terkait biaya tetap dari
pemasangan dan penetapan current cost data.

D. SFAS No. 157 (Fair Value Measurements) Main Elements of SFAS No. 157

Ulasan yang membahas standar ini termasuk:

1. Sewa pada SFAS No. 13 (para C9).


2. Impaired asset pada SFAS No. 144, dengan konsep lower of cost atau market type of
valuation.
3. Penukaran aset non moneter pada Opini APB No.29 dan SFAS No. 153, dengan
sebuah pengecualian yang diperbolehkan jika fair value tidak cukup ditentukan" (para
C21c).
4. Derivatif pada SFAS No. 133 dengan laba atau rugi yang belum direalisasi diakui di
laporna laba rugi, tetapi lebih pengungkapkan harus disediakan (para C13-16)
5. Loan impairments pada SFAS No. 114, asalkan harga pasar yang diobservasi
digunakan (para C18).
6. Tingkat bunga pinjaman nol pada Opini APB No. 21 (para C19).
7. Aset dan liabilitas yang diperoleh dalam penggabungan usaha.

SFAS No. 157 mendefinisikan nilai wajar sebagai suatu harga yang akan diterima untuk
menjual aset atau dibayar untuk mentransfer kewajiban dalam transaksi teratur antara pelaku
pasar pada tanggal pengukuran dengan nilai tertinggi dan terbaik untuk aset dan dengan harga
terendah untuk kewajiban. Pelaku pasar diasumsikan independen dari perusahaan pelapor,
berpengetahuan, dan mampu dan mau masuk ke dalam transaksi.

Asset Prices seharusnya diturunkan untuk aset di pasar di mana aset tersebut merupakan
"yang tertinggi dan terbaik penggunaannya". Demikian pula fiability prices adalah khusus di
mana kewajiban memiliki harga terendah. Asset Prices harus datang dari pasar utama aset, tetapi
ada beberapa kebingungan jika harga yang lebih tinggi berasal dari pasar tambahan.
- Measurement Considerations
SFAS No. 157 mencoba untuk membangun penggunaan tertinggi dan terbaik untuk aset
Dalam membangun penggunaan tertinggi dan terbaik, standar yang digunakan dibagi
menjadi 2 kategori:
a) In uses
Aset digunakan dalam kombinasi bersama aset lain oleh pembeli (para 13a).
b) In exchange
Aset digunakan secara terpisah atau berbasis berdiri sendiri oleh pembeli (para 13b).

Harga dari aset dan liabilitas dipengaruhi oleh faktor penting. Harga aset dapat berkurang
karena faktor risiko, yang dapat membuat harga turun dalam penggunaan tertinggi dan terbaik
asset. Di dalam liabilitas, resiko non-performance harus dipertimbangkan. Resiko non-
performance berupa kemungkinan perusahaan tidak dapat membayar utangnya pada saat jatuh
tempo. Didalam proses valuasi hasil ini meningkatkan discount rate dan menurunkan carrying
value dari utang, yang membuat perusahaan memperoleh keuntungan.

Fair value secara general diaplikasikan untuk aset yang spesifik dan liabilitas, tetapi dapat
juga digunakan untuk cakupan yang lebih luas dari aset seperti sebuah bisnis yang dimiliki oleh
entitas pelaporan (para 6).

- Valuation Techniques
Terdapat 3 teknik atau pendekatan valuasi, yaitu:
a) The market approach
Melibatkan penentuan harga saat ini atau membandingkan antara aset dan kewajiban.

b) The income approach


Menggunakan laba masa depan atau arus kas yang kemudian didiskon untuk harga
jual simulasi.

c) Cost approach
Pendekatan ini melibatkan penentuan biaya saat ini untuk menggantikan kapasitas
pelayanan aset.
 Teknik valuasi ini harus diterapkan secara konsisten (para 20).
1) The Fair Value Pricing Hierarchy
Hierarki harga fair value berkenaan dengan proses atau mekanik mengamankan
harga Terdapat 3 tingkatan dalam mengamankan harga, yaitu:
a) Level 1 prices: harga didalam pasar aktif untuk aset atau liabilitas yang identik
(para 24). Harga tersedia untuk aset atau kewajiban tetapi perusahaan memiliki
sejumlah besar unit aset dan menempatkan mereka semua di pasar sekaligus maka
akan menurunkan harga per unit dari harga pada Level 1, harga pada level 1 yang
digunakan. Hal ini karena nilai-nilai dikumpulkan dimaksudkan untuk menjadi
pasar tertentu daripada entitas tertentu dalam SFAS No. 157.

b) Level 2 prices: harga untuk aset dan liabilitas yang serupa di dalam pasar aktif
(para 28a). Karena harga pasar aset adalah untuk aset serupa bukan identik,
mereka di bawah Level 1. Namun, mereka bisa untuk identik serta sejenis aset
(atau kewajiban) di pasar yang relatif tidak aktif. Dalam Level 2, harga juga bisa
berasal dari sumber selain harga dikutip seperti suku bunga dan kurva yield.

c) Level 3 Input: situasi dimana terdapat aktivitas kecil pasar (para 30). Oleh karena
itu masukan ini disebut masukan tidak teramati. Informasi dari input teramati
didasarkan pada informasi terbaik yang tersedia, dan mereka melibatkan asumsi
bahwa perusahaan membuat relatif terhadap bagaimana pasar peserta membangun
harga. Jelas isu komparabilitas dan veribialitast menjadi relatif sangat penting
untuk Level 3 input.

2) Disclosures
Disclosure untuk interim dan pengungkapan akhir tahun dibuat berdasarkan SFAS
No. 157. Hal ini khususnya dalam kasus pengukuran menggunakan unobservable
input (level 3). Pengukuran fair value didalam tanggal pelaporan ditambah breakout
dari rincian yang berkaitan dengan penggunaan dari tiga level harus ditampilkan (para
32). Untuk pengukuran pada Level 3, saldo awal, saldo akhir dan komposisi
perubahan harus ditunjukkan. Selain itu, keuntungan dan kerugian di Level 3
pengukuran harus ditunjukkan, termasuk di mana jumlah tersebut menghilang. Ini
adalah pengungkapan utama.

Evaluating SFAS No. 157

SFAS no. 157 adalah standar yang memiliki pengaruh besar, terbukti bahwa 24 standar
FASB dan tiga opini APB dipengaruhi oleh standar ini. Kritik terhadap standar ini akan dipecah
menjadi dua bagian, yaitu omisions dan theoretical Issues.

1. Omissions
1) The Income Statement
Untuk aktiva tetap, penyusutan kemungkinan besar akan sama dengan penurunan
nilai aset antara dua titik dalam satu waktu Ini juga meninggalkan kemungkinan
bahwa aset tetap dapat berharga jika nilai pasar secara keseluruhan meningkat
lebih dari penurunan karena penggunaan Lampiran E SFAS 157 menunjukkan
beberapa perubahan SFAS No 144 atas penurunan nilai aset jangka panjang.

2) Holding gains and losses


Bahkan jika proporsi moneter dan riil tidak pecah, holding gains
memberikan hal yang sangat baik untuk menjalankan jumlah yang belum
direalisasi melalui pendapatan komprehensif lain dan kemudian membawa bagian
yang direalisasikan menjadi pendapatan.

2. Theoretical Issues
1) The exit value choice
Sebagian konsepsi nilai realisasi bersih. atau exit value memperhitungkan
biaya transaksi rekening, akan tetapi di dalam SFAS 157 tidak mendefinisikan
nilai wajar Oleh karena itu menjadi sulit untuk menafsirkan makna exit value
sebagai nilai wajar jika biaya transaksi (kecuali biaya transportasi) tidak
dikurangi.
2) Market-based vs entity-spesific prices
Dalam ringkasan SFAS No 157 menyatakan bahwa nilai wajar adalah
berdasar pengukuran pasar bukan berdasar pengukuran entitas tertentu. Dalam
persaingan sempurna, kita dapat mengatakan bahwa hasil interaksi antara harga
pembeli (pengguna) dan penjual (penyedia) adalah ditentukan oleh pasar. Dalam
kasus monopoli, penjual mengatur harga menerima kuantitas yang diminta.
Dalam pasar yang kurang sempurna, harga dapat ditentukan di pasar, namun
penjual mempunyai pengaruh lebih atas hal tersebut.

3) Pricing approaches and techniques


Teknik penilaian atau pendekatan yang tercantum dalam ayat 181
(pendekatan pasar, pendekatan pendapatan, dan pendekatan biaya). menyediakan
array yang luas dari teknik biaya keseluruhan untuk menentukan nilai wajar.
Sementara dua yang pertama didasarkan pada exit market, pendekatan biaya
secara jelas adalah entry value.

4) Capital maintenance
Pemeliharaan modal merupakan jumlah yang dapat didistribusikan kepada
pemegang saham sebagai deviden. Pengumuman dividen maksimum dinyatakan
dengan pendapatan yang dihasilkan selama periode tersebut. Masalah lain muncul
dari tidak dikuranginya biaya transaksi dari nilai wajar penentuan nilai aset
perusahaan. Akhirnya pertanyaan atas reliabilitas penentuan nilai wajar
menggunakan pengukuran level 3 merupakan pertimbangan lain.

5) Comparability and reliability


Jika pengukuran tidak dapat diandalkan (diverifikasi), kami
mempertanyakan apakah tingkat komparabilitas yang tinggi dapat hasilkan.
Tingkat pengukuran 3 menggunakan input tertentu yang tidak teramati untuk
mengangkat masalah ini. Masalah lain yang potensial muncul di mana beberapa
perusahaan menggunakan pasar dengan nilai wajar lebih tinggi daripada yang
ditentukan untuk pasar principal.
6) Other points
Pertama, standar menyatakan bahwa seringkali initial cost atau harga
transaksi adalah sama dengan exit value di pengakuan awal. Hal ini benar untuk
instrumen keuangan tapi tidak untuk aset tetap dan operating aset lainnya. Kedua,
pengukuran nilai wajar yang seharusnya terjadi "di pasar utama untuk aset atau
kewajiban, atau jika tidak ada pasar utama, pasar yang paling menguntungkan
untuk aset atau kewajiban".

E. SFAS No. 159 (The Fair Value Option for Financial Assets and Liabilities)
SFAS no. 159, Pilihan Nilai wajar untuk financial assets dan financial Liabilities
termasuk amandemen dari FASB No. 115, meluas ke beberapa daerah baru "pilihan dari
pengukuran nilai wajar, pilihan diperpanjang untuk peristiwa financial assets dan
financial liabilities yang lebih banyak kecuali untuk hal ini:
1. cabang perusahaan wajib untuk konsolidasi.
2. Variable interest entities.
3. Overfunded rencana manfaat pensiun, tunjangan pasca kerja lain dan imbalan
pasca kerja, dan berbagai pengaturan kompensasi yang ditangguhkan dan
rencana.
4. Leased assets and liabilities, meskipun ini termasuk dalam SFAS No. 157.
5. Berbagai simpanan dan kewajiban bank.
6. Instrumen keuangan yang merupakan bagian dari ekuitas pemilik.

Standar ini seharusnya mengurangi volatilitas pendapatan dengan memungkinkan


pengukuran penilaian serupa di seluruh spektrum dari instrumen keuangan, mengurangi hedging
yang tidak perlu untuk melancarkan pendapatan dengan memungkinkan penilaian serupa untuk
instrumen keuangan. Hal ini memungkinkan available-for-sale dan held-to-maturity securities
diukur pada nilai wajar.

F. Accounting Standards Update


1. FASB mengeluarkan pembaruan standar akuntansi 2009-12 untuk mengatasi masalah
pengukuran untuk entitas tertentu yang terkait dengan investasi yang tidak memiliki
nilai-nilai yang mudah ditentukan.
2. Berdasarkan saran dan atau rekomendasi dari SAC, IASB, dan AICPA selama tahun
2008 sampai 2009, FASB mengeluarkan pembaruan standar akuntansi 2010-06:
meningkatkan pengungkapan tentang pengukuran nilai wajar.
3. Pembaruan Standar akuntansi 2011-04: amandemen untuk mencapai pengukuran nilai
wajar yang umum dan persyaratan pengungkapan dalam US GAAP dan IFRS.

Anda mungkin juga menyukai