Komponen Inflasi:
3. Deprival Value
Nilai deprival adalah pengukuran nilai saat ini atau nilai wajar. Penggunaan nilai
deprival dapat menciptakan masalah yang berkaitan dengan verifiability.
C. Perbelakuan SFAS No. 33 dan Penolakan SFAS No. 82 dan 89 SFAS No.33
(Financial Reporting and Changing Prices)
Melalui SFAS No. 33, FASB mewajibkan informasi pelengkap atas pengaruh inflasi
dan perubahan harga spesifik dalam laporan tahunan. SFAS No. 33 menjelaskan bahwa
efek dari perubahan harga harus di tampilkan sebagai informasi tambahan dalam laporan
keuangan Didukung dengan pendekatan dolar yang stabil akan sama baiknya dengan
pendekatan nilai sekarang FASB menyimpulkan perusahaan seharusnya melaporkan
informasi tambahan selain informasi utama dengan pendekatan pengukuran yang
berbeda. Hanya perusahaan publik yang harus mematuhi SFAS No 33 ini dengan kriteria:
a. Persediaan dan property, plant, dan equipment (kecuali goodwill atau aset yang tak
berwujud lainnya sebelum di dikurangi depresiasi, deplesi dan amortisasi) berjumlah
sebesar lebih dari $125 juta.
b. Total aset sebesar lebih dari $1 milyar
Purchasing power gains and losses tidak boleh dimasukkan dalam perhitungan income
continuing operatios berdasarkan current cost, berikut adalah yang harus diungkapkan:
a. Informasi income yang berasal dari operasi berkelanjutan untuk tahun fiskal saat ini
dalam current cost.
b. Jumlah current cost dari inventory, property, plant, dan equipment pada akhir tahun
fiskal.
c. Peningkatan atau penurunan untuk jumlah current cost dari inventory, property, plant,
dan equipment untuk tahun fiskal sekarang pada saat inflasi.
SFAS No. 33 gagal dalam beberapa alasan. Pertama, ada penolakan dramatis terhadap
inflasi selama awal 1980-an. Ditambah lagi masalah pengukuran yang digunakan, muncul
pertanyaan tentang understandability (pengertian) dan kegunaan untuk tujuan predictive value.
SFAS No. 82
SFAS No. 82 dikeluarkan pada akhir tahun 1984 Standar baru ini mengeliminasi
pengungkapan constant dollar income yang sebelumnya diminta oleh SFAS No. 33. Informasi
yang disajikan dianggap membingungkan pengguna, serta menyebabkan adanya overload
information karena kesamaan pengungkapan pendapatan biaya.
SFAS No. 89
Pengukuran current cost income, purchasing power gains and losses, dan informasi
holding gains and losses didorong untuk diungkapkan tapi tidak diwajibkan. Hal yang menarik
dari SFAS No. 89 yaitu terbit hanya dengan tiga sampai empat dukungan. Dengan komentar
yang cukup mencerahkan. Dimana David Mosso mempercayai bahwa isu terkait perubahan
harga umum dan harga spesifik adalah masalah utama yang akan dihadapi oleh FASB selama
abad ini. Hal tersebut melawan pernyataan dari SFAS No. 33. Hal serupa juga diungkapkan oleh
Raymond Lauver. Robert Swieringa juga sependapat dengan Mosso dan Lauver yang juga
melihat adanya kekurangan sistem dan data berkelanjutan, khususnya terkait biaya tetap dari
pemasangan dan penetapan current cost data.
D. SFAS No. 157 (Fair Value Measurements) Main Elements of SFAS No. 157
SFAS No. 157 mendefinisikan nilai wajar sebagai suatu harga yang akan diterima untuk
menjual aset atau dibayar untuk mentransfer kewajiban dalam transaksi teratur antara pelaku
pasar pada tanggal pengukuran dengan nilai tertinggi dan terbaik untuk aset dan dengan harga
terendah untuk kewajiban. Pelaku pasar diasumsikan independen dari perusahaan pelapor,
berpengetahuan, dan mampu dan mau masuk ke dalam transaksi.
Asset Prices seharusnya diturunkan untuk aset di pasar di mana aset tersebut merupakan
"yang tertinggi dan terbaik penggunaannya". Demikian pula fiability prices adalah khusus di
mana kewajiban memiliki harga terendah. Asset Prices harus datang dari pasar utama aset, tetapi
ada beberapa kebingungan jika harga yang lebih tinggi berasal dari pasar tambahan.
- Measurement Considerations
SFAS No. 157 mencoba untuk membangun penggunaan tertinggi dan terbaik untuk aset
Dalam membangun penggunaan tertinggi dan terbaik, standar yang digunakan dibagi
menjadi 2 kategori:
a) In uses
Aset digunakan dalam kombinasi bersama aset lain oleh pembeli (para 13a).
b) In exchange
Aset digunakan secara terpisah atau berbasis berdiri sendiri oleh pembeli (para 13b).
Harga dari aset dan liabilitas dipengaruhi oleh faktor penting. Harga aset dapat berkurang
karena faktor risiko, yang dapat membuat harga turun dalam penggunaan tertinggi dan terbaik
asset. Di dalam liabilitas, resiko non-performance harus dipertimbangkan. Resiko non-
performance berupa kemungkinan perusahaan tidak dapat membayar utangnya pada saat jatuh
tempo. Didalam proses valuasi hasil ini meningkatkan discount rate dan menurunkan carrying
value dari utang, yang membuat perusahaan memperoleh keuntungan.
Fair value secara general diaplikasikan untuk aset yang spesifik dan liabilitas, tetapi dapat
juga digunakan untuk cakupan yang lebih luas dari aset seperti sebuah bisnis yang dimiliki oleh
entitas pelaporan (para 6).
- Valuation Techniques
Terdapat 3 teknik atau pendekatan valuasi, yaitu:
a) The market approach
Melibatkan penentuan harga saat ini atau membandingkan antara aset dan kewajiban.
c) Cost approach
Pendekatan ini melibatkan penentuan biaya saat ini untuk menggantikan kapasitas
pelayanan aset.
Teknik valuasi ini harus diterapkan secara konsisten (para 20).
1) The Fair Value Pricing Hierarchy
Hierarki harga fair value berkenaan dengan proses atau mekanik mengamankan
harga Terdapat 3 tingkatan dalam mengamankan harga, yaitu:
a) Level 1 prices: harga didalam pasar aktif untuk aset atau liabilitas yang identik
(para 24). Harga tersedia untuk aset atau kewajiban tetapi perusahaan memiliki
sejumlah besar unit aset dan menempatkan mereka semua di pasar sekaligus maka
akan menurunkan harga per unit dari harga pada Level 1, harga pada level 1 yang
digunakan. Hal ini karena nilai-nilai dikumpulkan dimaksudkan untuk menjadi
pasar tertentu daripada entitas tertentu dalam SFAS No. 157.
b) Level 2 prices: harga untuk aset dan liabilitas yang serupa di dalam pasar aktif
(para 28a). Karena harga pasar aset adalah untuk aset serupa bukan identik,
mereka di bawah Level 1. Namun, mereka bisa untuk identik serta sejenis aset
(atau kewajiban) di pasar yang relatif tidak aktif. Dalam Level 2, harga juga bisa
berasal dari sumber selain harga dikutip seperti suku bunga dan kurva yield.
c) Level 3 Input: situasi dimana terdapat aktivitas kecil pasar (para 30). Oleh karena
itu masukan ini disebut masukan tidak teramati. Informasi dari input teramati
didasarkan pada informasi terbaik yang tersedia, dan mereka melibatkan asumsi
bahwa perusahaan membuat relatif terhadap bagaimana pasar peserta membangun
harga. Jelas isu komparabilitas dan veribialitast menjadi relatif sangat penting
untuk Level 3 input.
2) Disclosures
Disclosure untuk interim dan pengungkapan akhir tahun dibuat berdasarkan SFAS
No. 157. Hal ini khususnya dalam kasus pengukuran menggunakan unobservable
input (level 3). Pengukuran fair value didalam tanggal pelaporan ditambah breakout
dari rincian yang berkaitan dengan penggunaan dari tiga level harus ditampilkan (para
32). Untuk pengukuran pada Level 3, saldo awal, saldo akhir dan komposisi
perubahan harus ditunjukkan. Selain itu, keuntungan dan kerugian di Level 3
pengukuran harus ditunjukkan, termasuk di mana jumlah tersebut menghilang. Ini
adalah pengungkapan utama.
SFAS no. 157 adalah standar yang memiliki pengaruh besar, terbukti bahwa 24 standar
FASB dan tiga opini APB dipengaruhi oleh standar ini. Kritik terhadap standar ini akan dipecah
menjadi dua bagian, yaitu omisions dan theoretical Issues.
1. Omissions
1) The Income Statement
Untuk aktiva tetap, penyusutan kemungkinan besar akan sama dengan penurunan
nilai aset antara dua titik dalam satu waktu Ini juga meninggalkan kemungkinan
bahwa aset tetap dapat berharga jika nilai pasar secara keseluruhan meningkat
lebih dari penurunan karena penggunaan Lampiran E SFAS 157 menunjukkan
beberapa perubahan SFAS No 144 atas penurunan nilai aset jangka panjang.
2. Theoretical Issues
1) The exit value choice
Sebagian konsepsi nilai realisasi bersih. atau exit value memperhitungkan
biaya transaksi rekening, akan tetapi di dalam SFAS 157 tidak mendefinisikan
nilai wajar Oleh karena itu menjadi sulit untuk menafsirkan makna exit value
sebagai nilai wajar jika biaya transaksi (kecuali biaya transportasi) tidak
dikurangi.
2) Market-based vs entity-spesific prices
Dalam ringkasan SFAS No 157 menyatakan bahwa nilai wajar adalah
berdasar pengukuran pasar bukan berdasar pengukuran entitas tertentu. Dalam
persaingan sempurna, kita dapat mengatakan bahwa hasil interaksi antara harga
pembeli (pengguna) dan penjual (penyedia) adalah ditentukan oleh pasar. Dalam
kasus monopoli, penjual mengatur harga menerima kuantitas yang diminta.
Dalam pasar yang kurang sempurna, harga dapat ditentukan di pasar, namun
penjual mempunyai pengaruh lebih atas hal tersebut.
4) Capital maintenance
Pemeliharaan modal merupakan jumlah yang dapat didistribusikan kepada
pemegang saham sebagai deviden. Pengumuman dividen maksimum dinyatakan
dengan pendapatan yang dihasilkan selama periode tersebut. Masalah lain muncul
dari tidak dikuranginya biaya transaksi dari nilai wajar penentuan nilai aset
perusahaan. Akhirnya pertanyaan atas reliabilitas penentuan nilai wajar
menggunakan pengukuran level 3 merupakan pertimbangan lain.
E. SFAS No. 159 (The Fair Value Option for Financial Assets and Liabilities)
SFAS no. 159, Pilihan Nilai wajar untuk financial assets dan financial Liabilities
termasuk amandemen dari FASB No. 115, meluas ke beberapa daerah baru "pilihan dari
pengukuran nilai wajar, pilihan diperpanjang untuk peristiwa financial assets dan
financial liabilities yang lebih banyak kecuali untuk hal ini:
1. cabang perusahaan wajib untuk konsolidasi.
2. Variable interest entities.
3. Overfunded rencana manfaat pensiun, tunjangan pasca kerja lain dan imbalan
pasca kerja, dan berbagai pengaturan kompensasi yang ditangguhkan dan
rencana.
4. Leased assets and liabilities, meskipun ini termasuk dalam SFAS No. 157.
5. Berbagai simpanan dan kewajiban bank.
6. Instrumen keuangan yang merupakan bagian dari ekuitas pemilik.