AKUNTANSI KEUANGAN
LAPORAN KEUANGAN LABA/RUGI
KELOMPOK 1
MAGISTER AKUNTANSI
2023 - 2024
Laporan Laba-Rugi
Laporan laba-rugi merupakan salah satu bentuk laporan keuangan utama yang
menyajikan informasi tentang kinerja entitas pada periode tertentu. Unsur laporan
tersebut adalah pendapatan (revenue), biaya (expenses), dan laba (income). Laporan
ini akan tetap dibutuhkan sebagai laporan keuangan utama yang sangat penting dalam
memprediksi aliran kas dimasa yang akan datang serta untuk menilai kinerja
manajemen.
Definisi yang ke-1 dan ke-2 mengacu pada pendekatan revenue expense.
Penekanannya terletak pada pentingnya standar yang mendefinisikan elemen-elemen
laba-rugi serta spesifikasi pengakuan dan pengukurannya. Definisi yang ke 3
mengacu pada pendekatan sumber daya ekonomi, klaim atas sumber daya dan definisi
tersebut menjadi arah yang diambil oleh FASB saat ini dan yang akan datang.
Transaksi Non-operating
Menurut APB opinion No.9, berbagai transaksi non-operating (non-operating
transactions) terdiri atas berbaagai komponen berikut yaitu:
a. Perkiraan-perkiraan extraordinary
Pelaporan perkiraan extraordinary telah menjadi kontroversi dalam beberapa
tahun ini. Dasar kontroversi terdapat pada pengaruh perkiraan extraordinary yang
mungkin ada pada laporan keuangan terhadap opersepsi para pemakai informasi atas
hasil operasi dan proyeksi dalam future operation untuk laporan suatu entitas.
Kontroversi yang muncul tersebut merupakan contoh yang baik untuk memberikan
batas finite uniformity menuju rigid uniformity.
b. Perubahan metode akuntansi
Perubahan dalam metode akuntansi berpengaruh secara signifikan pada
laporan keuangan baik current reporting period dan setiap trend yang ditunjukkan
oleh perkiraan/kelompok perkiraan dalam laporan keuangan komparatif serta
historical summaries dari laporan suatu entitas bisnis. Perubahan metode akuntansi
diklasifikasikan dalam 3 kategori yaitu:
1. Perubahan prinsip akuntansi.
2. Perubahan dalam estimasi akuntansi.
3. Perubahan dalam laporan entitas.
c. Operasi yang terhenti
Satu perlakuan khusus terhadap perkiraan non-operating yang mengharuskan
pelaporan akuntansi yang bersifat khusus yaitu pada saat kegiatan operasi suatu
entitas terhenti. Operasi yang terhenti akan memunculkan keuntungan maupun
kerugian karena penghapusan sebagian dari usaha yang mengharuskan perlakuan
akuntansi khusus.
Laporan arus kas merupakan laporan keuangan yang berisi informasi aliran
kas masuk dan aliran kas keluar dari suatu perusahaan selama periode tertentu.
Informasi ini penyajiannya diklasifikasikan menurut jenis kegiatan yang
menyebabkan terjadinya arus kas masuk dan kas keluar tersebut. Kegiatan perusahaan
umumnya terdiri dari tiga jenis yaitu, kegiatan operasional, kegiatan investasi serta
kegiatan keuangan.
Kegiatan operasional untuk perusahaan dagang terdiri dari membeli barang
dagangan, menjual barang dagangan tersebut serta kegiatan lain yang terkait dengan
pembelian dan penjualan barang. Untuk perusahaan jasa, kegiatan operasional antara
lain adalah menjual jasa kepada pelanggannya. Misalkan menjual jasa aeronautika
dan non aaeronautika. Kegiatan ini akan mengakibatkan terjadinya uang masuk untuk
pendapatan dan aliran uang keluar untuk biaya. Baik pendapatan dan biaya yang
terjadi telah dilaporkan dalam laporan laba rugi, namun besarnya pendapatan tersebut
belum tentu sama dengan uang yang diterima karena perusahaan umumnya
menggunakan dasar akrual untuk mengakui pendapatan. Demikian halnya dengan
biaya, biaya yang dilaporkan laba rugi belum tentu sama dengan arus keluar untuk
biaya tersebut.
Kegiatan investasi merupakan kegiatan membeli atau menjual kembali
investasi pada surat berharga jangka panjang dan aktiva tetap. Jika perusahaan
membeli investasi/aktiva tetap akan mengakibatkan arus keluar dan jika menjual
investas/aktiva tetap akan mengakibatkan adanya arus kas masuk ke perusahaan.
Kegiatan keuangan atau ada yang menyebutnya kegiatan pendanaan, adalah
kegiatan menarik uang dari kreditor jangka panjang dan dari pemilik serta
pengembalian uang kepada mereka.
Terdapat dua bentuk penyajian laporan arus kas, yang pertama metode langsung
dan yang kedua metode tidak langsung. Perbedaan antara kedua metode terletak pada
penyajian arus kas berasal dari kegiatan operasi. Dengan metode langsung, arus kas dari
kegiatan operasional dirinci menjadi arus kas masuk dan arus kas keluar. Arus kas masuk
dan keluar dirinci lebih lanjut dalam beberapa jenis penerimaan atau pengeluaran kas.
Sementara itu dengan metode tidak langsung, arus kas dari opersional ditentukan dengan
cara mengoreksi laba bersih yang dilaporkan di laporan laba rugi dengan beberapa hal
seperti biaya penyusutan, kenaikan harta lancar dan hutang lancar serta laba/rugi karena
pelepasan investasi.
Pada tahun 1971, APB memandatkan Laporan Perubahan Posisi Keuangan untuk
pelaporan keuangan. Laporan “Aliran Dana” melaporkan perubahan dalam saldo akun
aset, liabilitas, dan ekuitas. Pada tahun 1987, FASB memandatkan laporan arus kas dalam
SFAS NO.95. Laporan ini lebih baik dari Laporan Perubahan Posisi Keuangan. Transisi
dari Laporan Aliaran Dana ke Laporan Arus Kas merefleksikan kepentingan FASB pada
pelaporan basis kas sebagai pelengkap penting dari laporan laba rugi dan neraca yang
berdasarkan akrual.
Ketiga informasi tersebut tidak dapat secara langsung diperoleh dari laporan rugi
laba dan neraca komparatif karena pengaturan data yang diagregasi. Karena laporan ini
bergantung pada defenisi dan pengukuran elemen akuntansi dari dua laporan keuangan
lainnya, maka laporan ini disebut juga laporan derivatif. Logikanya diringkas seperti di
bawah ini:
Transaksi Kredit = Transaksi Debit
Terdapat dua bagian keseimbangan dari Laporan Perubahan Posisi Keuangan.
Bagian ini adalah: sumber dari sumber daya dan penggunaan dari sumber daya. Sumber
dari sumber daya didefenisikan sebagai transasksi kredit. Ini meningkat dari peningkatan
dalam ekuitas dan penurunan dalam aset. Peningkatan dalam ekuitas merefleksikan
pendanaan dari sumber daya eksternal (seperti : utang dan pengeluaran saham), begitu
pula sumber daya internal (laba bersih, dan penghasilan dari penjualan aset).
Penggunaan dari sumber daya didefenisikan sebagai transaksi debit. Ini
meningkat dari pengurangan ekuitas dan peningkatan dalam aset. Penurunan dalam
ekuitas merefleksikan reduksi dari pendanaan perusahaan , memasukkan utang yang jatuh
tempo, pembelian saham treasuri, pembayaran ddividen dan kerugian bersih. Aset
meningkat karena penggunaan sumber daya perusahaan. Dalam seluruh kasus,
ketersediaan sumber daya perusahaan menurun karena transaksi debit.
Format Standar Laporan Perubahan Posisi Keuangan
Sumber dari sumber daya (Transaksi Kredit)
1. Peningkatan saldo dana
a. Dari laba bersih
b. Dari sumber daya lain
2. Sumber lain dari sumber daya
3. Penurunan, saldo dana
Pendahulu laporan ini, laporan arus dana hanya memasukkan transaksi dalam
poin 1a dan 1b. Transaksi yang tidak memengaruhi dikeluarkan. Hasilnya laporan
perubahan dana dan bagaimana dana itu berubah. Penekanan pada pelaporan arus dana
difokuskan pada likuiditas. Dengan menanmbahkan transaksi yang ada pada poin 2, maka
ringkasan komprehensif dibuat dari seluruh perubahan dalam posisi keuangan. Tidak
hanya menyinggung akun saldo dana. Pendekatan ini merupakan Laporan Perubahan
Posisi Keuangan all-inclusive atau all resources. Tipe transaksi yang dimasukkan dalam
poin 2 adalah aktivitas investasi dan pendanaan yang tidak berdampak pada akun dana.
Contoh Memasukkan konversi dari utang konvertibel ke saham biasa, pengeluaran saham
untuk aset non moneter, dividen yang ddibayar dadlam bentuk properti selain kas, dan
perubahan aset moneter. Opini APB NO.19 mengambil pendekatan all-inclusive dari
pada laporan aliran dana. Meskipun bagiannya masih ada dalam Laporan Perubahan
Posisi Keuangan.
Bagian dari penyiapan Laporan Perubahan Posisi Keuangan, kebutuhan
mendefenisikan akun neraca yang di buat oleh akun saldo dana. Opini APB No.19
mengizinkan empat defenisi, kas, kas ditambah setara kas (sekuritas jangka pendek yang
diperdagangkan dan investasi temporer lainnya), aset lancar, dan modal kerja. Dalam
kebanyakan kasus, seluruh transaksi yang pada akun bukan dana dimasukkan dalam
Laporan Perubahan Posisi Keuangan. Ini benar jika transaksi itu tidak memiliki efek
langsung pada akun dana.
Ketika dana didefenisikan sebagai modal kerja, transaksi bukan dana ditolak pada
transaksi non moneter, seperti pertukaran non moneter dari aset, dan konversi utang
konvertibel ke sham biasa. Mendefenisikan dana sebagai kas mengarahkan komplikasi
tambahan, banyak transaksi akuntansi yang tidak melibatkan kas. Hasil ini sebagai
tambahan dari transaksi bukan dana, harus dilaporkan terpisah. Kemudian, defenisi
modal kerja dari dana meminimalkan biaya Laporan Perubahan Posisi Keuangan. Opini
APB NO.19 mengizinkan perusahaan untuk memilih salah satu dan kebanyakan
perusahaan memilih menggunakan istilah dana sebagai modal kerja.
Pengakuan pentingnya Laporan Perubahan Posisi Keuangan bertahap. Pada tahun
1963, Opini APB No.3 merekomendasikan inklusi dai Laporan Perubahan Posisi
Keuangan dalam laporan tahunan. SEC membuat itu sebagai mandatory untuk pengisian
statutori pada tahun 1971. Dalam merespon tindakan SEC, APB mengeluarkan Opini
APB No.19 pada 1971 dan membuat laporan mandatori untuk pelaporan keuangan.
Selama pertimbangan FASB mengarahkan pada adopsi sebuah Laporan Arus Kas,
sebuah kesepakatan dikedepankan bahwa dana didefenisikan sebagai kas dari pada modal
kerja. Modal Kerja bersih dilihat sebagai ukuran yang jelek dari likuiditas karena tiga
alasan:
1. Biaya dan utang yang ditangguhkan dimasukkan dalam modal kerja bersih tetapi
tidak memiliki konsekuensi arus kas.
2. Konversi aset lancar menjadi kas dapat mengambil waktu satu tahun atau lebih dalam
siklus operasi yang panjang.
3. Item-item seperti persediaan dibawa pada basis biaya perolehan dan tidak secara
eksplisit mengukur potensi kas dari persediaan.
Tujuan Pelaporan Keuangan
SFAC No.1 mendaftar 3 tujuan pelaporan keuangan:
Pada poin 1 digunakan untuk menilai data pada arus kas masa lalu. Ini mengikuti
data arus kas juga kebutuhan untuk pemahaman arus kas yang dihasilkan dari aktivitas
operasi (poin 2). Poin ketiga, kualitas laba, kata yang digunakan dalam analis keuangan
untuk mendeksripsikan hubungan data arus kas dan laba akuntansi. Korelasi yang lebih
tinggi antara laba akuntansi dan arus kas, berarti semakin tinggi kualitas laba. Konsep
kualitas laba merefleksikan perhatian bahwa laba akuntansi terdiri dari banyak akrual non
kas dan tangguhan dan tidak memberikan indikasi atas likuiditas. Poin keempat juga
sejalan dengan masalah keseragaman. Bergantung pada fleksiblitas dalam pemilihan
metode akuntansi, komparabilitas antara perusahaan mungkin tidak dapat tercapai. Arus
kas dari aktivitas operasi memiliki sedikit arbitasi dalam pemilihan kebijakan akuntansi.
Ini lebih seragam dari pada pengukuran laba dan dan hasil dari tingkat yang lebih tinggi
dari komparabilitas. Poin kelima adalah untuk menilai fleksibilitas dan likuiditas.
Fleksiblitas keuangan adalah: kemampuan perusahaan untuk beradaptasi dalam situasi
dan kesempatan baru. Likuiditas adalah kemmapuan untuk mengkonversi aset dengan
cepat menjadi kas tanpa merugi. Kas yang dihasilkan dari aktivitas operasi
mengindikasikan likuiditas dan fleksibilitas. Arus kas menyajikan sumber daya internal
yang tersedia untuk utang, investasi baru dan distribusi ke pemegang saham.
SFAS 95 menyatakan bahwa arus kas dari aktivitas operasi mungkin disajikan
menggunakan metode langsung atau tidak langsung. Metode langsung melaporkan arus
kas berhubungan dengan klasifikasi laporan laba rugi (penjualan, HPP dan lainnya).
Sedangkan metode tidak langsung atau metode rekonsiliasi dimulai dari laba akrual dan
disesuaikan dengan item nonkas lainnya. Informasi lebih harus diungkapkan pada metode
langsung dan FASB kelihatannya setuju dengan itu. Dalam Eksposur Draft FASB
menyatakan bahwa metoded langsung akan lebih memakan biaya karena perusahaan
mengorganisasikan semua data akuntansinya dengan basis akrual.
Jika metode tidak langsung digunakan, skedul terpisah akan merekonsiliasi arus
kas bersih dari aktivitas operasi dengan laba bersih. Kemudian, metode tidak langsung
atau metode rekonsiliasi harus digunakan sendiri atau melengkapi laporan arus kas
metode langsung. Kebanyakan anggota FASB percaya bahwa menggunakan metode tidak
langsung akan menghalangi pemahaman pengguna dan akan mengurangi kualitas laporan
keuangan.
Masalah non artikulasi yang terbesar adalah akuisisi anak perusahaan dalam
tahun berjalan. Ketika perusahaan memiliki anak, modal kerja awal tahun dari
perusahaan tidak dimasukkan dalam neraca konsolidasi. Untuk mengartikulasikannya,
neraca yang hilang harus dimasukkan dalam neraca awal tahun dari perusahaan yang
dikonsolidasi.
Sebagai tambahan, non artikulasi yang disebabkan oleh akuisisi tengah tahun, non
artikulasi juga disebabkan oleh transaksi dalam modal kerja yang tidak berdampak pada
kas.Transaksi tipe ini berdampak pada perusahaan non konsolidasi begitu pula pada
perusahaan konsolidasi.
Terakhir, non artikulasi terjadi ketika satu akun utang digunakan untuk pembelian
baik set modal kerja (seperti persediaan), begitu pula untuk pembelian aset yang bukan
modal kerja (peralatan). Sebagai contoh: pembelian persediaan merupakan aktivitas
operasi. Ini mengarahkan peningkatan akun utang dan penyesuaian modal kerja positif
(aliran masuk kas) pada bagian operasi dari laporan arus kas. Sebaliknya, pembelian
peralatan merupakan aktivitas investasi. Ketika laporan arus kas dibentuk pembayaran
tangguhan untuk peralatan akan dimasukkan dalam aktivitas investasi.Karenanya
perubahan dalam neraca pada akun utang akan tidak sama dengan penyesuaian utang
pada bagian operasi dari laporan arus kas.