Anda di halaman 1dari 20

NAMA:DONISIA SATI

NPM:200404020016

PRODI:AKUNTANSI

TUGAS:TEORI AKUNTANSI(SLIDE KE-13)

1. Menjelaskan pengertian harga dan jenisnya


Harga adalah senilai uang yang harus dibayarkan konsumen kepada penjual untuk
mendapatkan barang atau jasa yang ingin dibelinya.
Jenis-jenis harga:
1) Harga Subjektif
Harga subjektif adalah harga yang ditetapkan berdasarkan taksiran atau opini
seseorang. Penjual dan pembeli memiliki taksiran harga yang berbeda untuk suatu
produk dan biasanya berbeda dengan harga pasar.
2) Harga Objektif (Harga Pasar)
Harga objektif adalah harga yang telah disepakati oleh penjual dan pembeli.
Nilainya dijadikan patokan bagi para penjual dalam memasarkan produknya.
3) Harga Pokok
Harga pokok adalah nilai riil suatu produk, atau jumlah nilai yang dikeluarkan
untuk menghasilkan produk tersebut.
4) Harga Jual
Harga jual adalah harga pokok ditambah dengan besarnya keuntungan yang
diharapkan oleh produsen atau penjual. Umumnya harga jual pada masing-masing
penjual berbeda, namun tetap berpatokan pada harga pasar.
2. Menunjukan implikasi perubahan harga terhadap rerangka akuntansi pokok
Rerangka akuntansi pokok akan menghasilkan statemen keuangan dasar. Paton dan
Littleton menegaskan bahwa data dasar hendaknya merupakan angka yang
terandalkan yaitu obyektif dan dapat diverifikasi. Tujuan pelaporan keuangan tidak
terbatas pada masalah pertanggungjelasan tetapi juga pada pemenuhan kebutuhan
pengambilan keputusan ekonomi yang lebih luas. Tujuan penyajian informasi untuk
pertanggung jawaban menjadi tidak berarti atau bahkan dapat diganti sama sekali.
Kos merupakan jumlah rupiah kesepakatan dalam rangka memperoleh barang dan jasa
dan merupakan jumlah rupiah kesepakatan dalam rangka penyerahan produk atau
jasa yang dihasilkan perusahaan.
3. Menyebut dan menjelaskan masalah akuntansi yang berkaitan dengan perubahan
harga
a. Masalah Penilaian
Nilai aset individual atau spesifik akan berubah kalau dibandingkan dengan
aset tertentu yang lain meskipun daya beli uang tidak berubah. Perubahan ini
disebabkan oleh penggunaan teknologi yang berbeda atau kemampuan produk
baru yang lebih tinggi. Persepsi atau selera orang terhadap manfaat atau nilai
barang tertentu dapat pula menyebabkan perubahan nilai yang akhirnya
mempengaruhi harga barang tersebut. Perubahan harga semacam ini disebut
dengan perubahan harga spesifik. Model akuntansi untuk menghadapi masalah
ini adalah akuntansi nilai sekarang yang pengukuran nilainya bergantung
pada dasar penilaian yang dianut yaitu kos sekarang atau nilai keluaran
sekarang.
b. Masalah Unit Pengukur
Daya beli uang dapat berubah sehingga unit moneter sebagai pengukur nilai
tidak bersifat homogenus lagi kalau dikaitkan dengan waktu. Perubahan nilai
unit pengukur ini terjadi karena perubahan tingkat harga secara umum dalam
ekonomi suatu negara. Artinya, kalau nilai atau manfaat suatu barang tidak
berubah, jumlah unit moneter yang dapat digunakan untuk memperoleh barang
yang sama akan berbeda dari waktu ke waktu karena daya beli uang berubah.
Secara umum, daya beli uang semakin menurun karena adanya inflasi.
Akuntansi menghadapi masalah ini karena kos yang diukur satuan rupiah
nominal tidak lagi homogenus untuk beberapa pos sehingga penjumlahan kos
vertikal atau horisontal sebenarnya tidak bermakna lagi
c. Masalah Pemertahanan Kapital
Laba adalah kenaikan kapital dalam suatu periode yang dapat didistribusi atau
dinikmati setelah kapital awal dipertahankan. Untuk menentukan laba dengan
mempertahankan kapital, tiga hal penting dalam mengukur kapital harus
dipertimbangkan yaitu dasar penilaian, skala pengukuran, dan jenis kapital
terutama dalam hal terjadi perubahan harga atau nilai. Masalah unit pengukur
dalam perubahan harga berkaitan dengan skala pengukuran. Masalah
pemertahanan kapital dalam perubahan harga berkaitan dengan jenis kapital
yang harus dipertahankan yaitu finansial atau fisis.
4. Menjelaskan dan memberikan contoh berbagai model untuk mengatasi implikasi
perubahan harga
1) Model 1
Model diatas adalah akuntansi kos historis yang disebut juga dengan
akuntansi konvensional. Dalam pembahasan ini, akuntansi seperti itu disebut
dengan rerangka akuntansi pokok.
2) Model 2
Model 2 hanya mengatasi masalah unit pengukur dalam akuntansi
perubahan harga. Semua penilaian masih bersifat kos historis dan hanya skala
pengukurannya yang distandarkan menjadi daya beli.

3) Model 3
Dalam model ini, untuk pos kos barang terjual, kos sekarang sebenarnya
adalah kos sekarang pada saat penjualan. Karena tidak praktis untuk selalu
mencatat kos pengganti pada saat terjadinya penjualan, cara yang termudah
adalah mengambil rata-rata kos pengganti selama perioda yang dalam kasus
diatas adalah SRP 6.350 dengan asumsi penjualan terjadi secara merata
sepanjang tahun. Pos penjualan juga dianggap terjadi merata sepanjang tahun
sehingga harga jual pada saat penjualan sudah menunjukkan kos sekarang.
Demikian juga, angka penjualan kos sekarang dengan sendirinya sama dengan
angka rupiah penjualan nominal bila digunakan harga jual rata-rata. Hal yang
sama berlaku untuk biaya lain-lain. Hal ini sejalan dengan yang dibahas
mengenai konversi pos-pos operasi ke dalam daya beli konstan. Dengan dasar
pikiran yang sama, depresiasi yang dibebankan selama perioda didasarkan pula
atas kos sekarang rata-rata selama perioda. Dapat juga digunakan kos
pengganti akhir perioda tetapi akan menjadi kurang realistic karena transaksi
terjadi selama satu perioda tidak hanya pada akhir perioda.
Dengan pendekatan ini, masalah yang sebenarnya adalah pemisahan antara
kegiatan operasi dan aktivitas menahan asset tertentu. Dengan dasar
pengukuran kos historis, keduanya akan tergabung menjadi satu. Kegiatan
operasi bersangkutan dengan kegiatan menghasilkan pendapatan, sedangkan
kegiatan penahanan asset bersangkutan dengan perubahan harga asset
nonmoneter yang terjadi selama perusahaan menahan/menggunakan asset
tersebut selama satu perioda. pemisahan ini diperlukan karena perubahan harga
merupakan kegiatan yang tidak dapat dikendalikan oleh manajemen sehingga
untuk mengukur prestasi perusahaan dan manajemen, perhitungan lama perlu
mempertimbangkan perubahan harga tersebut.
laba operasi atas dasar kos sekarang SRp 2.748.000 lebih rendah daripada laba
atas dasar kos historis karena biaya diperhitungkan atas dasar kos sekarang
yang lebih tinggi. Dengan mengacu pada contoh, laba terrealisasi SRp
3.336.000 sama dengan laba kos historis. Akan tetapi, dengan akuntansi kos
sekarang laba tersebut dipecah menjadi bagian yang merupakan hasil kegiatan
penahanan yaitu SRp 2.748.000 dan bagian yang merupakan hasil kegiatan
penahanan yaitu SRp 588.000 yang sudah terealisasi. Untung penahanan
terealisasi ini sebenarnya merupakan angka penyesuaian laba atas dasar kos
sekarang agar menjadi laba kos historis. Di bawah ini merupakan cara
menentukan untung atau rugi penahanan terealisasi.

Untung penahanan terrealisasi sebenarnya menggambarkan laba yang


diperoleh karena kenaikan harga suatu potensi jasa dan untung tersebut dapat
dikatakan terrealisasi kalau potensi jasa tersebut telah terjual (misalnya
sediaan) atau potensi jasa tersebut telah digunakan (misalnya depresiasi).
Akuntansi kos sekarang juga berusaha menentukan laba total
perusahaan (operasi dan penahanan total). oleh karena itu, tia juga
menyediakan informasi tambahan berupa untung atau rugi penahanan yang
belum terealisasi. Untung penahanan belum terealisasi di atas sebenarnya
merupakan informasi tambahan yang menunjukkan selisih kos sekarang sisa
potensi jasa atau sediaan dengan kos historis atau nilai buku potensi jasa
tersebut. perbedaan antara kos sekarang neto dan kos historis neto
perlengkapan pada akhir tahun (SRp 2.870.000 untuk perlengkapan lama)
tidak menggambarkan untung penahanan selama tahun 2005 saja tetapi
menggambarkan fluktuasi harga kumulatif. Oleh karena itu, untuk menentukan
untung fluktuasi tahun 2005 saja, jumlah kumulatif tersebut harus dikurangi
dengan untung belum terealisasi awal tahun (SRp 2.192.000). Berikut ini
adalah cara menentukan untung penahanan belum terealisasi.

4) Model 4
Model ini merupakan model hibrida yaitu penggabungan akuntansi daya beli
konstan (model 2) dan akuntansi kos sekarang (model 3) yang semula berdiri
sendiri. Model 2 mengabaikan perubahan harga spesifik sedangkan Model 3
mengabaikan perubahan harga umum. Model hibrida ini berusaha untuk
memisahkan pengaruh akibat perubahan harga umum dan harga spesifik.
Angka laba operasi dalam model ini (yaitu 2.748.000) sama dengan
angka dalam model 3. Perbedaan terletak pada satuan rupiahnya. dalam Model
satuan rupiahnya adalah SRp sedangkan dalam Model 4 satuannya adalah
KSRp. Angka tersebut sama karena digunakan indekss harga rata-rata dan
semua pos operasi dianggap terjadi secara merata sepanjang tahun. factor
pengali 127/127 digunakan semata-mata untuk mengubah SRp menjadi KSRp.

Perbedaan untung terealisasi untuk sediaan atas dasar kos sekarang saja
sebesar SRp 113.500 (dalam model 3) dan untung atas dasar kos sekarang
konstan KSRp 0 (kebetulan sama dengan 0) adalah selisih karena perbedaan
daya beli. Ini berarti perbedaan untung penahanan yang dalam model 3
dipandang sebagai akibat perubahan harga spesifik terrnyata dalam model 4
perbedaan tersebut semuanya adalah akibat perubahan daya beli. Karena
sediaan merupakan pos nonmoneter, perubahan akibat daya beli inilah yang
oleh wolk, Tearney, dan Dodd (2001) disebut dengan untung penahanan
moneter. Berikut ini adalah cara untuk penentuan untung atau rugi terrealisasi
atas asset nonmoneter.

Demikian juga untuk perlengkapan, dari untung penahanan terrealisasi


melalui depresiasi dalam model 3 (yaitu SRp 474.500), ternyata KSRp 71.500
merupakan rugi penahanan real sehingga selisihnya (SRp 474.500 –
KSRp(71.500) = KSRp 546.000) merupakan rugi penahanan moneter. Dengan
kata lain, model hibrida dapat menyediakan informasi bahwa untung
penahanan terealisasi atas dasar kos sekarang SRp 474.500 sebenarnya terdiri
atas rugi penahanan real KSRp 71.500 dan untung penahanan moneter KSRp
546.000.
Saldo untung atau rugi belum terealisasi untuk perlengkapan pada awal
atau akhir perioda bersifat kumulatif sehingga untung atau rugi perioda
merupakan selisih saldo awal dan akhir. Dari perhitungan di atas terlihat
bahwa untuk perlengkapan lama dan baru telah terjadi untung sebelum
terealisasi KSRp 127.000 dan KSRp 1.485.900. Keduanya merupakan untung
penahanan real. Adanya untung penahanan real menunjukkan bahwa selama
perioda kenaikan harga spesifik lebih tinggi daripada kenaikan tingkat harga
umum (inflasi). Sebaliknua bila terjadi rugi penahanan real seperti pada
sediaan, hal tersebut menunjukkan bahwa kenaikan harga spesifik sediaan
lebih rendah daripada kenaikan tingkat harga umum (inflasi). Seperti pada
sediaan sebagai pos nonmoneter, informasi untung atau rugi moneter dan mana
untung atau rugi real.
Seperti pada Model 3, perhitungan laba disini berusaha untuk
menganalisis berbagai factor yang menentukan laba perioda. Laba sebesar
KSRp 3.009.900 sebenarnya menggambarkan laba ats dasar konsep
mempertahankan capital. Laba perusahaan dengan hanya memperhatikan
perubahan daya beli (laba terealisasi setelah untung atau rugi daya beli) adalah
KSRp 1.397.000. Dengan menggunakan kos sekarang daya beli konstan, dapat
ditunjukkan adanya untung menahan asset nonmoneter sebesar KRp 1.612.900
sehingga laba bersih perusahaan atas dasar kos sekarang daya beli konstan
adalah KSRp 3.009.900. Seperti model kos sekarang, model hibrida juga
memasukkan untung atau rugi penahanan sebagai komponen penentu laba.
5) Model 5
Model ini sama dengan Model 3 tetapi jenis capital yang diukur adalah fisis.
Telah dibahas sebelumnya bahwa penyesuaian untuk mempertahankan kapital
menunjukkan kos yang harus dikapitalisasi sehingga tidak dapat didistribusi
kepada pemegang saham kalau capital fisis harus dipertahankan kapasitas
produksi. Dalam kasus ini, jumlah rupiah penyesuaian ini akan sama dengan
untung atau rugi penahanan baik sudah maupun belum terealisasi dalam Model
Untung atau rugi ini bukan merupakan bagian dari laba yang menunjukkan
kemampuan perusahaan menghasilkan laba.
Jadi, model ini tidak berbeda dengan Model 3 kecuali cara
penyajiannya. Dalam hal ini, untung atau rugi penahanan diintepretasikan
sebagai jumlah untuk mempertahankan capital dan tidak menjadi komponen
penentu laba. Bila perubahan daya beli diperhitungkan, model ini akan
menjadi model di bawah ini.
Penghitungan dan Penyajian Laba dengan model ini disajikan di
halaman berikut ini :
Model 5
Dasar Penilaian : Kos Sekarang
Jenis Kapital : Fisis
Skala : Nominal

6) Model 6
Laba yang dapat didistribusi (sebelum disesuaikan dengan untung atau rugi
daya beli) adalah sama dengan Model 5 karena indeks harga umum yang
digunakan adalah indeks harga umum rata-rata dan semua pos operasi
dianggap terjadi secara merata. Perbedaan terletak pada unit pengukur yang
telah berubah dari SRp menjadi KSRp. Hal lain yang berbeda adalah
diperhitungkan rugi daya beli dan besarnya jumlah rupiah penyesuaian capital
fisis untuk mempertahankan capital. Berikut ini adalah hitungan untuk
menentukan besarnya penyesuaian capital.
Jumlah untuk mempertahankan capital fisis disini KSRp 1.541.400
lebih rendah daripada jumlah dalam model 5 sebesar 3.741.000. Selisihnya
sebesar 2.199.600 sebenarnya menggambarkan rugi penahanan moneter.
Karena capital fisis yang harus dipertahankan, hanya perubahan harga yang
meerefleksikan untung penahanan real yang digunakan untuk mempertahankan
capital. Rugi penahanan moneter akan melekat pada asset dan laba ditahan.
Jumlah ini digunakan sebagai basis untuk membatasi distribusi dividen.
Karena penentuan laba atas dasar konsep mempertahankan capital
dilakukan dengan membandingkan capital awal dan akhir, penggunaan angka
indeks akhir periode mungkin lebih relevan. Penggunaan angka indeks rata-
rata di sini semata-mata dimaksudkan agar konsisten dengan model-model
yang lain.
7) Model 7
Model ini sebenarnya tidak berbeda dengan kos sekarang hanya kos
sekarang didefinisi sebagai harga jual sehingga laba dimaknai sebagai aliran
kas (dana) bersih masa dating baik yang terealisasu maupun belum. Laba
dipandang sebagai aliran dana kas masuk dari operasi dan aliran kas masuk
dari penjualan sisa capital fisis. Jadi, berbeda dengan model kos sekarang, laba
serta untung atau rugi penahanan (baik yang terealisasi maupun belum)
dinyatakan dalam aliran kas harapan. Perubahan harga sediaan akhir dapat
dipandang sebagai tambahan aliran kas masuk karena penjualan sediaan
tersebut. Depresiasi dimaknai sebagai penurunan nilai fasilitas fisis. Jadi,
depresiasi dipandang sebagai suatu proses penilaian dengan menggunakan
harga jual asset sebagai dasar penilaiannya. Dua format dapat digunakan untuk
penghitungan laba dan penyajian dalam model ini sebagaimana tampak berikut
ini.#
Model 7
Dasar penilaian : Harga jual sekarang
Jenis capital : Finansial
Skala : nominal
Dalam contoh diatas, penurunan nilai perlengkapan lama JRp 1.122.000
dipandang sebagai depresiasi yang mengurangi aliran kas masuk harapan.
Sementara itu, kenaikan harga perlengkapan baru JRp 921.000 dipandang
sebagai penghematan kos yang menambah aliran kas masuk masa dating.
Gabungan keduanya menghasilkan jumlah yang dapat menaikan harga atau
penurunan harga neto. Karena terjadi penurunan neto sebesar JRp 201.000,
jumlah ini lebih menggambarkan depresiasi atau kos antisipasian.
Format 2 didasarkan pada asumsi bahwa perusahaan dilikuidasi pada
akhir tahun sehingga penghitungan laba tidak memperhatikan aliran fisis
produk selama perioda. Dengan demikian, laba dihitung sebagai selisih aliran
kas yang masuk dan yang keluar selama perioda termasuk hasil penjualan
sediaan akhir. Pembelian sediaan barang dipandang sebagai aliran dana keluar
sehingga dikurangkan semua ke pendapatan. Penurunan nilai asset adalah
jumlah untuk mempertahankan capital sehingga aliran kas yang dapat
dikonsumsi adalah JRp 23.161.500.
8) Model 8
Model 7 belum mempertimbangkan pengaruh perubahan harga umum
atau daya beli. Model 8 merupakan pengembangan model 7 dengan
memasukkan unsur perubahan daya beli dalam perhitungan laba sehingga
semua angka rupiah dikalikan dengan indeks yang sesuai. Seperti pada Model
7, karena persediaan barang dibeli selama tahun 2005 aliran kas masuk
harapan merupakan perbandingan antara kos historis dengan harga jual
sekarang pada akhir perioda. Jumlah ini kemudian dikonversi ke rupiah harga
jual konstan (KJRp). Aliran kas masuk harapan dari sediaan inilah yang
disebut dengan margin pembelian. Untuk perlengkapan baru harga jual awal
sama dengan kos historis karena perlengkapan dibeli pada awal tahun. Untuk
perlengkapan lama, aliran kas masuk merupakan selisih harga jual awal dan
akhir periode, Dalam contoh diatas, terjadi penurunan nilai total perlengkapan
KJRp 2.197.100. Penurunan ini merupakan jumlah untuk mempertahankan
capital finansial sehingga mengurangi aliran kas masuk harapan dari
penahanan asset nonmoneter.
Dua model terakhir sebagai contoh masih sederhana sifatnya karena
belum menyajikan perubahan nilai untuk asset dan utang moneter jangka
panjang. Meskipun demikian, meretia memberi dasar tentang apa yang disebut
dengan akuntansi harga atau nilai keluaran.
Berbagai pembahasan model-model di atas merupakan interaksi antara
tiga factor penent laba atas dasar konsep mempertahankan capital dalam
kondisi harga-harga berubah. ketiga factor tersebut adalah dasar penilaian,
jenis capital, dan skala pengukur. Pembahasan difokuskan pada bagaimana
rerangka akuntansi pokok kos historis dapat ditingkatkan keberpautannya
dengan cara menambah informasi perubahan harga sebagai pelengkap.

5. Menunjukan kelemahan dan keunggulan berbagai model akuntansi perubahan harga


a. Tindakan manajemen untuk menghadapi perubahan harga biasanya
diwujudkan dalam keputusan yang didasarkan atas harapan atau prediksi
adanya perubahan harga di masa datang untuk barang atau jasa yang diperoleh
perusahaan.
b. Akuntansi kos sekarang dapat menunjukkan laba operasi dan untung
penahanan sehingga dapat memberikan informasi tentang pengaruh perubahan
harga terhadap profitabilitas perusahaan yang sesungguhnya.
c. Informasi kos sekarang bermanfaat dalam analisis kemampuan perusahaan
untuk menjaga kapasitas operasi sekaligus untuk membagi dividen.
d. Neraca atas dasar kos sekarang menggambarkan nilai ekonomik aset dan utang
yang lebih realistik dibandingkan neraca berbasis kos historis.
e. Akuntansi kos sekarang akan memberikan informasi tentang efisiensi suatu
perusahaan yang lebih baik dan dapat diperbandingkan secara lebih bermakna
dengan perusahaan lain.
f. Untuk mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan, akuntansi kos
sekarang mendasarkan pada konsep pemertahanan kapital yang semestinya
atas dasar perkembangan dan kondisi perusahaan yang mutakhir.
6. Menjelaskan perkembangan standar akuntansi perubahan harga di Amerika dan
kemungkinan penerapannya di Indonesia
Di Amerika, standar akuntansi mula-mula mewajibkan pelaporan pengaruh
perubahan harga sebagai informasi pelengkap dengan berbagai argumennya. Kemudian
standar tersebut diganti dengan standar baru yang tidak lagi mewajibkan tetapi tetap
menganjurkan pelaporan pengatuh perubahan harga dengan berbagai argumennya.
Akibatnya buku-buku teks akuntansi keuangan menengah tidak lagi memasukkan topik
akuntansi perubahan harga. Akan tetapi, pembahasan mengenai perubahan harga dan
teorinya tetap penting untuk memberi wawasan yang luas dan dalam khususnya bila
perubahan harga cukup berarti atau mencolok dalam sistem perekonomian negara
tertentu.
Berkaitan dengan kapital, jika kapital dimaknai sebagai kapital fisis, kos sekarang
merupakan dasar penilaian kapital fisis tersebut. Perubahan kos sekarang karena kegiatan
penahanan aset harus dipisahkan dari laba yang dianggap sebagai penyesuai kapital fisis
sehingga tidak menjadi komponen penentu laba. Penyesuai kapital fisis ini merupakan
jumlah rupiah untuk mempertahankan kapasitas produksi fisis akhr periode agar sama
dengan kapasitas produksi awal periode. Jika pengertian kapital adalah financial, kegiatan
untung atau rugi penahanan merupakan komponen penentu laba sehingga masuk dalam
laporan laba-rugi pelengkap.
Berkaitan degan skala, jika daya beli konstan digunakan sebagai unit pengukur laba,
untung atau rugi daya beli akan dapat ditentukan dan dapat dikeluarkan dari atas dasar
kos historis atau kos sekarang. Untung atau rugi daya beli timbul karena perusahaan
menahan aktiva moneter bersih selama periode tertentu. Bila untung atau rugi daya beli
dikeluarkan dari laba, hasiilnya adalah angka laba yang menggambarkan laba riil.
Dengan demikian, dapat ditentukan berapa jumlah yang tersedia untuk deviden tanpa
harus mengurangi kapital awal secara ekonomik.

Anda mungkin juga menyukai