NPM:200404020016
PRODI:AKUNTANSI
3) Model 3
Dalam model ini, untuk pos kos barang terjual, kos sekarang sebenarnya
adalah kos sekarang pada saat penjualan. Karena tidak praktis untuk selalu
mencatat kos pengganti pada saat terjadinya penjualan, cara yang termudah
adalah mengambil rata-rata kos pengganti selama perioda yang dalam kasus
diatas adalah SRP 6.350 dengan asumsi penjualan terjadi secara merata
sepanjang tahun. Pos penjualan juga dianggap terjadi merata sepanjang tahun
sehingga harga jual pada saat penjualan sudah menunjukkan kos sekarang.
Demikian juga, angka penjualan kos sekarang dengan sendirinya sama dengan
angka rupiah penjualan nominal bila digunakan harga jual rata-rata. Hal yang
sama berlaku untuk biaya lain-lain. Hal ini sejalan dengan yang dibahas
mengenai konversi pos-pos operasi ke dalam daya beli konstan. Dengan dasar
pikiran yang sama, depresiasi yang dibebankan selama perioda didasarkan pula
atas kos sekarang rata-rata selama perioda. Dapat juga digunakan kos
pengganti akhir perioda tetapi akan menjadi kurang realistic karena transaksi
terjadi selama satu perioda tidak hanya pada akhir perioda.
Dengan pendekatan ini, masalah yang sebenarnya adalah pemisahan antara
kegiatan operasi dan aktivitas menahan asset tertentu. Dengan dasar
pengukuran kos historis, keduanya akan tergabung menjadi satu. Kegiatan
operasi bersangkutan dengan kegiatan menghasilkan pendapatan, sedangkan
kegiatan penahanan asset bersangkutan dengan perubahan harga asset
nonmoneter yang terjadi selama perusahaan menahan/menggunakan asset
tersebut selama satu perioda. pemisahan ini diperlukan karena perubahan harga
merupakan kegiatan yang tidak dapat dikendalikan oleh manajemen sehingga
untuk mengukur prestasi perusahaan dan manajemen, perhitungan lama perlu
mempertimbangkan perubahan harga tersebut.
laba operasi atas dasar kos sekarang SRp 2.748.000 lebih rendah daripada laba
atas dasar kos historis karena biaya diperhitungkan atas dasar kos sekarang
yang lebih tinggi. Dengan mengacu pada contoh, laba terrealisasi SRp
3.336.000 sama dengan laba kos historis. Akan tetapi, dengan akuntansi kos
sekarang laba tersebut dipecah menjadi bagian yang merupakan hasil kegiatan
penahanan yaitu SRp 2.748.000 dan bagian yang merupakan hasil kegiatan
penahanan yaitu SRp 588.000 yang sudah terealisasi. Untung penahanan
terealisasi ini sebenarnya merupakan angka penyesuaian laba atas dasar kos
sekarang agar menjadi laba kos historis. Di bawah ini merupakan cara
menentukan untung atau rugi penahanan terealisasi.
4) Model 4
Model ini merupakan model hibrida yaitu penggabungan akuntansi daya beli
konstan (model 2) dan akuntansi kos sekarang (model 3) yang semula berdiri
sendiri. Model 2 mengabaikan perubahan harga spesifik sedangkan Model 3
mengabaikan perubahan harga umum. Model hibrida ini berusaha untuk
memisahkan pengaruh akibat perubahan harga umum dan harga spesifik.
Angka laba operasi dalam model ini (yaitu 2.748.000) sama dengan
angka dalam model 3. Perbedaan terletak pada satuan rupiahnya. dalam Model
satuan rupiahnya adalah SRp sedangkan dalam Model 4 satuannya adalah
KSRp. Angka tersebut sama karena digunakan indekss harga rata-rata dan
semua pos operasi dianggap terjadi secara merata sepanjang tahun. factor
pengali 127/127 digunakan semata-mata untuk mengubah SRp menjadi KSRp.
Perbedaan untung terealisasi untuk sediaan atas dasar kos sekarang saja
sebesar SRp 113.500 (dalam model 3) dan untung atas dasar kos sekarang
konstan KSRp 0 (kebetulan sama dengan 0) adalah selisih karena perbedaan
daya beli. Ini berarti perbedaan untung penahanan yang dalam model 3
dipandang sebagai akibat perubahan harga spesifik terrnyata dalam model 4
perbedaan tersebut semuanya adalah akibat perubahan daya beli. Karena
sediaan merupakan pos nonmoneter, perubahan akibat daya beli inilah yang
oleh wolk, Tearney, dan Dodd (2001) disebut dengan untung penahanan
moneter. Berikut ini adalah cara untuk penentuan untung atau rugi terrealisasi
atas asset nonmoneter.
6) Model 6
Laba yang dapat didistribusi (sebelum disesuaikan dengan untung atau rugi
daya beli) adalah sama dengan Model 5 karena indeks harga umum yang
digunakan adalah indeks harga umum rata-rata dan semua pos operasi
dianggap terjadi secara merata. Perbedaan terletak pada unit pengukur yang
telah berubah dari SRp menjadi KSRp. Hal lain yang berbeda adalah
diperhitungkan rugi daya beli dan besarnya jumlah rupiah penyesuaian capital
fisis untuk mempertahankan capital. Berikut ini adalah hitungan untuk
menentukan besarnya penyesuaian capital.
Jumlah untuk mempertahankan capital fisis disini KSRp 1.541.400
lebih rendah daripada jumlah dalam model 5 sebesar 3.741.000. Selisihnya
sebesar 2.199.600 sebenarnya menggambarkan rugi penahanan moneter.
Karena capital fisis yang harus dipertahankan, hanya perubahan harga yang
meerefleksikan untung penahanan real yang digunakan untuk mempertahankan
capital. Rugi penahanan moneter akan melekat pada asset dan laba ditahan.
Jumlah ini digunakan sebagai basis untuk membatasi distribusi dividen.
Karena penentuan laba atas dasar konsep mempertahankan capital
dilakukan dengan membandingkan capital awal dan akhir, penggunaan angka
indeks akhir periode mungkin lebih relevan. Penggunaan angka indeks rata-
rata di sini semata-mata dimaksudkan agar konsisten dengan model-model
yang lain.
7) Model 7
Model ini sebenarnya tidak berbeda dengan kos sekarang hanya kos
sekarang didefinisi sebagai harga jual sehingga laba dimaknai sebagai aliran
kas (dana) bersih masa dating baik yang terealisasu maupun belum. Laba
dipandang sebagai aliran dana kas masuk dari operasi dan aliran kas masuk
dari penjualan sisa capital fisis. Jadi, berbeda dengan model kos sekarang, laba
serta untung atau rugi penahanan (baik yang terealisasi maupun belum)
dinyatakan dalam aliran kas harapan. Perubahan harga sediaan akhir dapat
dipandang sebagai tambahan aliran kas masuk karena penjualan sediaan
tersebut. Depresiasi dimaknai sebagai penurunan nilai fasilitas fisis. Jadi,
depresiasi dipandang sebagai suatu proses penilaian dengan menggunakan
harga jual asset sebagai dasar penilaiannya. Dua format dapat digunakan untuk
penghitungan laba dan penyajian dalam model ini sebagaimana tampak berikut
ini.#
Model 7
Dasar penilaian : Harga jual sekarang
Jenis capital : Finansial
Skala : nominal
Dalam contoh diatas, penurunan nilai perlengkapan lama JRp 1.122.000
dipandang sebagai depresiasi yang mengurangi aliran kas masuk harapan.
Sementara itu, kenaikan harga perlengkapan baru JRp 921.000 dipandang
sebagai penghematan kos yang menambah aliran kas masuk masa dating.
Gabungan keduanya menghasilkan jumlah yang dapat menaikan harga atau
penurunan harga neto. Karena terjadi penurunan neto sebesar JRp 201.000,
jumlah ini lebih menggambarkan depresiasi atau kos antisipasian.
Format 2 didasarkan pada asumsi bahwa perusahaan dilikuidasi pada
akhir tahun sehingga penghitungan laba tidak memperhatikan aliran fisis
produk selama perioda. Dengan demikian, laba dihitung sebagai selisih aliran
kas yang masuk dan yang keluar selama perioda termasuk hasil penjualan
sediaan akhir. Pembelian sediaan barang dipandang sebagai aliran dana keluar
sehingga dikurangkan semua ke pendapatan. Penurunan nilai asset adalah
jumlah untuk mempertahankan capital sehingga aliran kas yang dapat
dikonsumsi adalah JRp 23.161.500.
8) Model 8
Model 7 belum mempertimbangkan pengaruh perubahan harga umum
atau daya beli. Model 8 merupakan pengembangan model 7 dengan
memasukkan unsur perubahan daya beli dalam perhitungan laba sehingga
semua angka rupiah dikalikan dengan indeks yang sesuai. Seperti pada Model
7, karena persediaan barang dibeli selama tahun 2005 aliran kas masuk
harapan merupakan perbandingan antara kos historis dengan harga jual
sekarang pada akhir perioda. Jumlah ini kemudian dikonversi ke rupiah harga
jual konstan (KJRp). Aliran kas masuk harapan dari sediaan inilah yang
disebut dengan margin pembelian. Untuk perlengkapan baru harga jual awal
sama dengan kos historis karena perlengkapan dibeli pada awal tahun. Untuk
perlengkapan lama, aliran kas masuk merupakan selisih harga jual awal dan
akhir periode, Dalam contoh diatas, terjadi penurunan nilai total perlengkapan
KJRp 2.197.100. Penurunan ini merupakan jumlah untuk mempertahankan
capital finansial sehingga mengurangi aliran kas masuk harapan dari
penahanan asset nonmoneter.
Dua model terakhir sebagai contoh masih sederhana sifatnya karena
belum menyajikan perubahan nilai untuk asset dan utang moneter jangka
panjang. Meskipun demikian, meretia memberi dasar tentang apa yang disebut
dengan akuntansi harga atau nilai keluaran.
Berbagai pembahasan model-model di atas merupakan interaksi antara
tiga factor penent laba atas dasar konsep mempertahankan capital dalam
kondisi harga-harga berubah. ketiga factor tersebut adalah dasar penilaian,
jenis capital, dan skala pengukur. Pembahasan difokuskan pada bagaimana
rerangka akuntansi pokok kos historis dapat ditingkatkan keberpautannya
dengan cara menambah informasi perubahan harga sebagai pelengkap.