Anda di halaman 1dari 35

AKUNTANSI UNTUK PERUBAHAN HARGA

1.1 Rerangka Akuntansi Pokok

  Rerangka akuntansi pokok akan menghasilkan statemen keuangan dasar. Patondan


Littleton menegaskan bahwa data dasar hendaknya merupakan angka yangterandalkan yaitu
obyektif dan dapat diverifikasi. Tujuan pelaporan keuangan tidak terbatas pada masalah
pertanggungjelasantetapi juga pada pemenuhan kebutuhan pengambilan keputusan ekonomi
yang lebihluas. Tujuan penyajian informasi untuk pertanggung jawaban menjadi tidak
berarti ataubahkan dapat diganti sama sekali

Kos merupakan jumlah rupiah kesepakatan dalam rangka memperoleh barangdan


jasa dan merupakan jumlah rupiah kesepakatan dalam rangka penyerahanproduk atau
jasa yang dihasilkan perusahaan.

1.2 Masalah akuntansi

  Sebagai data dasar, dalam kondisi perubahan harga akuntansi kos historismenghadapi
tiga masalah fundamental yang berkaitan dengan penilaian (valuation), unitpengukur
(measurement unit ) dan pemertahanan kapital (capital maintenance).

 Masalah Penilaian

  Nilai aset individual atau spesifik akan berubah kalau dibandingkan dengan
asettertentu yang lain meskipun daya beli uang tidak berubah. Perubahan ini disebabkanoleh
penggunaan teknologi yang berbeda atau kemampuan produk baru yang lebihtinggi.

  Persepsi atau selera orang terhadap manfaat atau nilai barang tertentu dapatpula
menyebabkan perubahan nilai yang akhirnya mempengaruhi harga barang
tersebut.Perubahan harga semacam ini disebut dengan perubahan harga spesifik. Model
akuntansi untuk menghadapi masalah ini adalah akuntansi nilaisekarang yang
pengukuran nilainya bergantung pada dasar penilaian yang dianut yaitukos sekarang atau
nilai keluaran sekarang.

 Masalah Unit Pengukur 


  Daya beli uang dapat berubah sehingga unit moneter sebagai pengukur nilai
tidakbersifat homogenus lagi kalau dikaitkan dengan waktu. Perubahan nilai unit pengukur
initerjadi karena perubahan tingkat harga secara umum dalam ekonomi suatu
negara. Artinya, kalau nilai atau manfaat suatu barang tidak berubah, jumlah unit moneter y
angdapat digunakan untuk memperoleh barang yang sama akan berbeda dari waktu kewaktu
karena daya beli uang berubah.

  Secara umum, daya beli uang semakin menurun karena adanya inflasi.
Akuntansimenghadapi masalah ini karena kos yang diukur satuan rupiah nominal tidak lagi
homogenus untuk beberapa pos sehingga penjumlahan kos vertikal atau
horisontalsebenarnya tidak bermakna lagi.

 Masalah Pemertahanan Kapital

  Laba adalah kenaikan kapital dalam suatu periode yang dapat didistribusi
ataudinikmati setelah kapital awal dipertahankan. Untuk menentukan laba
denganmempertahankan kapital, tiga hal penting dalam mengukur kapital
harusdipertimbangkan yaitu dasar penilaian, skala pengukuran, dan jenis kapital
terutamadalam hal terjadi perubahan harga atau nilai. Masalah unit pengukur dalam
perubahanharga berkaitan dengan skala pengukuran. Masalah pemertahanan kapital
dalamperubahan harga berkaitan dengan jenis kapital yang harus dipertahankan yaitu
finansialatau fisis.

  Bila pengaruh perubahan harga seperti di atas tidak diperhatikan, dalam


keadaanperubahan harga menarik, perhitungan laba atas dasar kos historis cenderung
tersajilebih. Hal ini disebabkan perubahan akibat kenaikan harga atau untuk
penahananmelekat pada angka laba. Angka laba yang tersaji lebih dapat mengakibatkan
distribusilaba yang melebihi jumlah yang dapat menyisakan laba untuk mempertahankan
kapital.

1.3 Pos-Pos Moneter dan Nonmoneter

Sangat erat kaitannya dengan implikasi perubahan harga adalah karakteristik pos-
pos statemen keuangan. Perubahan harga mempunyai implikasi yang berbeda antara pos pos
moneter dan nonmoneter (monetary dan nonmonetary items).

Pembagian pos meneter dan pos nonmoneter hendaknya tidak dikacaukan dengan
pembagian pos lancar dan tidak lancar. Pos moneter tidak sama dengan pos lancar.
Pembagian pos neraca menjadi lancar dan tidak didasarkan pada tingkat penggunaan (rate
ofuse) atau tingkat perputaran pos. Pembagian pos-pos neraca menjadi moneter dan
nonmoneter didasarkan pada potensi jasa yang melekat pada pos bersangkutan yaitu apakah
potensi jasa berupa aliran kas atau berupa aliran potensi jasa fisis (nonkas).

 Pos Moneter

Pos-pos moneter terdiri atas aset moneter dan kewajiban moneter. Aset moneter
adalah klaim untuk menerima kas di masa mendatang dengan jumlah dan saat yang pasti
tanpa mengaitkannya dengan harga masa datang barang dan jasa tertentu. Piutang usaha
merupakan salah satu contoh aset moneter.

Kewajiban moneter adalah keharusan untuk membayar uang di masa mendatang


dengan jumlah dan saat pembayaran yang sudah pasti. Kadang-kadang untuk pos utang
tertentu jumlah pembayaran tidak cukup pasti tetapi kalau jumlah yang akhimya dibayar
tidak bergantung pada perubahan daya beli uang, pos tersebut dapat diklasifikasi sebagai
kewajiban moneter. Contoh kewajiban moneter antara lain adalah utang dagang, utang
wesel, dan utang obligasi.

Implikasi perubahan harga terhadap pos-pos moneter lebih berkaitan dengan


perubanan daya beli yang menimbulkan untung atau rugi daya beli (purchasing power gains
and losses). Untung atau rugi daya beli timbul kalau perusahaan menahan pos pos moneter
dalam keadaan daya beli berubah.

 Pos-Pos Nonmoneter

Pos-pos nonmoneter adalah pos-pos selain yang bersifat moneter yang juga terdiri
atas aset nonmoneter dan kewajiban nonmoneter. Aset nonmoneter adalah aset yang
mengandung jumlah rupiah yang menunjukkan nilai dan nilai tersebut berubah-ubah dengan
berjalannya waktu atau aset yang merupakan klaim untuk menerima potensi jasa atau
manfaat fisis tanpa memperhatikan perubahan daya beli. Beberapa pos yang masuk dalam
pengertian aset nonmoneter adalah sediaan barang dagang, fasilitas fisis, investasi dalam
saham, ekuitas, dan goodwill.

Kewajiban nonmoneter adalah keharusan untuk menyerahkan barang dan jasa atau
potensi jasa lainnya dengan kuantitas tertentu tanpa memperhatikan daya beli atau
berubahan nilai barang atau potensi jasa tersebut pada saat diserahkan. Pengertian lain dari
kewajiban nonmoneter adalah keharusan untuk membayar tunai yang besarnya bergantung
pada harga barang dan jasa yang akan diterima di masa datang. Utang jaminan pelayanan
gratis (after sales service) merupakan salah satu contoh kewajiban nonmoneter.

Implikasi perubahan harga terhadap pos nonmoneter adalah terjadinya perbedaan


nilai tukar (exchange value) antara saat pos-pos tersebut diperoleh atau terjadi dan nilai
tukar saat meretia diserahkan atau dilaporkan pada akhir perioda. Dengan kata lain, dalam
hal aset, terjadi perbedaan antara kos tercatat (aktual) aset pada saat pemerolehan dan kos
sekarang aset tersebut pada saat digunakan atau diserahkan (dijual). Jadi, selama penahanan
aset terjadi perubahan nilai yang menimbulkan untung atau rugi penahanan.

1.4 Perubahan Harga

Perubahan harga adalah perbedaan jumlah rupiah untuk memperoleh barang atau
jasa yang sama pada waktu yang berbeda dalam pasar yang sama (masukan atau keluaran).
Dari segi akuntansi, perubahan harga adalah perbedaan antara kos tercatat suatu objek (pos)
dan jumlah rupiah yang menggambarkan nilai objek (pos) pada saat tertentu. Dari sudut
perusahaan, perbedaan harga masukan dan keluaran bukan merupakan perubanan harga
tetapi lebih merupakan laba yaitu kenaikan nilai ekonomik yang diharapkan karena proses
produksi. Harga berubah kalau kenaikan atau penurunan harga terjadi di pasar masukan atau
pasar keluaran dan terdapat dimensi waktu yang terlibat di dalamnya.

Ditinjau dari karakteristik perubahan harga barang dan jasa, ada tiga jenis perubahan
harga yaitu:

1. perubahan harga umum,


2. perubahan harga spesifik, dan
3. perubahan harga relatif.

Semua perubahan tersebut mempunyai dampak terhadap relevansi pengukuran dan


penilaian pos-pos statemen keuangan dalam akuntansi yang menggunakan unit moneter
sebagai satuan pengukur.

 Perubahan Harga Umum

Perubahan harga umum mencerminkan kenaikan atau penurunan nilai tukar satuan
uang atau dikenal dengan perubahan daya beli. Perubahan tersebut dapat disebabkan pada
umumnya oleh kekuatan-kekuatan faktor ekonomik seperti tersedianya uang atau kecepatan
beredarnya uang dibandingkan dengan tersedianya barang atau jasa dalam perekonomian
suatu negara. Penyebab lain adalah ketidakseimbangan antara permintaan dan penawaran
barang dan jasa secara umum atau perubahan harga pasar dunia untuk komoditas dasar
tertentu (misalnya minyak bumi, emas, atau kayu lapis). Secara teoretis, kalau tidak terdapat
perubahan struktur barang atau jasa tertentu, perubahan harga umum ditandai oleh
perubahan seluruh harga barang dan jasa dengan tingkat dan arah yang sama. Gambar 13.2
di bawah ini menggambarkan makna perubahan harga umum seandainya dalam suatu
perekonomian hanya terdapat lima jenis barang.

Dengan adanya perubahan harga umum, harga Nerang pada saat tertentu dapat
dibandingkan dengan harga pada waktu yang lain chagai dasar (bila waktu tahunan, waktu
tersebut disebut tahun dasar). Rasio sau perbandingan ini biasanya dinyatakan dalam angka
kelipatan 100 dan disebut dengan indeks harga dengan tahun dasar tertentu. Berbagai
formula digunakan untuk menentukan indeks harga sehingga dikenal beberapa angka indeks
seperti asio atau relatif harga (price relative) dan indeks harga agregat (aggregate price
index). Indeks harga agregat itu sendiri dapat dihitung dengan berbagai pendekatan
sehingga terdapat beberapa angka indeks antara lain indeks harga agregat berbobot
(weighted aggragate price index), indeks harga Laspeyres, dan indeks harga Paasche.

Indeks harga umum (general price index) biasanya tidak merepresentasi perubahan
harga seluruh barang dan jasa dalam suatu perekonomian negara. Pengertian "umum" atau
"agregat" lebih menunjukkan indeks berbobot untuk sekelompok barang dan jasa tertentu
yang dibeli oleh kelompok konsumen tertentu di pasar tertentu pula (disebut market basket
fgoods and services). Hal ini disebabkan oleh kerumitan atau kekompleksan dalam
menentukan indeks harga umum untuk seluruh barang dan jasa dalam suatu perekonomian
negara. Selain itu, angka indeks umum semacam itu justru tidak cukup bermanfaat atau
tepat untuk tujuan tertentu. Salah satu contoh indeks harga sekelompok barang yang sering
digunakan dalam analisis ekonomik atau bisnis adalah Indeks Harga Konsumer Gabungan
(Composite Consumer Price In der). Indeks harga ini dihitung atas dasar harga agregat
berbobot barang-barang tertentu yang dibeli konsumer di beberapa kota.
Inflasi dan Daya Beli Uang
Inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan
terus-menerus (kontinu) berkaitan dengan mekanisme pasar dapat disebabkan
oleh berbagaifaktor, antara lain, konsumsi masyarakat yang meningkat atau
adanya ketidak lancarandistribusi barang. Dengan kata lain, inflasi juga merupakan
proses menurunnya nilai matauang secara kontinu. Inflasi adalah proses dari suatu
peristiwa, bukan tinggi-rendahnyatingkat harga. Artinya, tingkat harga yang dianggap
tinggi belum tentu menunjukan inflasi.Inflasi dianggap terjadi jika proses kenaikan harga
berlangsung secara terus-menerus dansaling pengaruh-mempengaruhi. Istilah inflasi
juga digunakan untuk mengartikanpeningkatan persediaan uang yang kadangkala
dilihat sebagai penyebab meningkatnyaharga. Adapun penyebab Inflasi ini terjadi
karena suatu kenaikan dalam permintaan totalsewaktu perekonomian yang bersangkutan
dalam situasi full employment.
Indeks harga dapat memberi gambaran perubahan tingkat harga dari waktu kewaktu.
Perubahan indeks harga merefleksi pula perubahan daya beli atau nilai tukar uang.
Kenaikan indeks harga berarti penurunan daya beli demikian pula sebaliknya.Daya beli
uang adalah kemampuan satuan uang pada saat tertentu untuk ditukarkandengan barang.
Gejala kenaikan tingkat harga umum dari waktu ke waktu disebut inflasi.
Inflasiditunjukkan oleh indeks harga umum yang cenderung menaik dari waktu ke
waktu.Perubahan relatif indeks harga dari perioda satu ke perioda berikutnya disebut
denganlaju inflasi.

Implikasi Akuntansi
Biaya berbagai objek yang diukur dengan satuan uang pada waktu yang berbeda-beda
sebenarnya merupakan jumlah rupiah yang tidak homogenus sehingga tidak
dapatdijumlahkan. Karena bersifat moneter, meretia sudah merefleksi kos atau
hargasekarang setiap saat atau pada tanggal pelaporan. Dengan adanya perubahan daya beli
perusahaan kemungkinan akan mendapat untung atau menderita rugi karenaperusahaan
menahan pos-pos moneter.
Untung atau rugi daya beli pos moneter terjadi apabila perusahaan menahan asetmoneter
atau mempunyai utang moneter dalam jangka waktu tertentu. Dalam kondisiinflasi,
menahan aset moneter akan menimbulkan rugi daya beli. Dalam kndisi deflasimenahan aset
moneter akan memberikan untung daya beli dan menahan utang moneter akan
mengakibatkan rugi daya beli.
Interpretasi Untung/Rugi Daya Beli
Jumlah rupiah untung atau rugi daya beli merupakan informasi untuk
membantupemakai dalam menentukan laba ekonomik perusahaan karena informasi
tersebutberkaitan dengan seberapa jauh kapital secara ekonomik harus
dipertahankan.Untung daya beli penahanan utang dapat diperlakukan sebagai
penguranganaset yang diperoleh dengan utang tersebut. Untung atau rugi daya beli pos
moneter lancar dapat dianggap terrealisasi pada saat pos aset moneter lancar diterima
uangnyaatau pada saat utang moneter lancar dilunasi. Dari sudut pandang perusahaan
sebagaikesatuan usaha, untung atau rugi daya beli utang jangka panjang dalam suatu
periodatidak mempengaruhi besarnya laba. Dari sudut likuiditas, untung atau rugi daya beli
akan memberi informasi apakahperusahaan dapat menjaga likuiditas operasinya. Dalam
kondisi inflasi, tentu saja modalkerja moneter akan cenderung menurun daya belinya.
 Perubahan Harga Spesifik
Perubahan harga spesifik adalah perubahan harga barang tertentu karena nilai instrinsik
barang tersebut berubah sehingga nilai tukarnya juga berubah baik di pasar masukan
maupun pasar keluaran. Perubahan harga spesifik terjadi karena berbagai faktor antara lain
perubahan selera konsumer, perubahan teknologi di bidang teknik industri dan spekulasi
atau perubahan harapan masyarakat terhadap kuantitas barang dan jasa tertentu yang
tersedia dalam masyarakat. Perubahan harga spesifik dalam pasar masukan akan
mengakibatkan kenaikan atau penurunan kos aset yang yang akhirnya mempengaruhi biaya
bagi perusahan. Perubahan harga spesifik dalam pasar keluaran akan mengakibatkan
kenaikan ataupenurunan pendapatan perusahaan. Tipe-tipe utama informasi berikut ini
merefleksikan dampak-dampak perubahan harga yang direkomendasikan untuk
pengungkapan oleh IAS 15 sebagai berikut:
1. Jumlah penyesuaian untuk atau jumlah penyesuaian penyusutan properti, bangunan,
danperalatan.
2. Jumlah penyesuaian untuk atau jumlah penyesuaian dari harga pokok penjualan.
3. Penyesuaian yang berkaitan dengan pos-pos keuangan, dampak peminjaman, atau bunga
kepemilikan ketika penyesuaian ini telah dimasukkan ke dalam akun dalam
menentukan pendapatan di bawah metode akuntansi yang diadopsi.
4. Dampak keseluruhan dari hasil (pendapatan) dari penyesuaian sebagaimana pada pos-pos
lainnya yang merefleksikan dampak perubahan harga yang dilaporkan di bawah
metode akuntansi yang diadopsi.
5. Ketika metode biaya sekarang diadopsi, biaya sekarang property, bangunan, dan perlatanserta
persediaan.
6. Metode yang diadopsi untuk menghitung informasi yang disebut dalam pos-pos
sebelumnya, termasuk sifat dari indeks yang digunakan. IAS 15 penting karena
IAS 15 mengenali kebutuhan informasi untuk diungkapkan, mengenai dampak perubahan
harga & inflasi dan memberikan pedoman khusus yang dapat diikuti oleh berbagai
perusahaan untukmemperbaiki kualitas pengungkapan. Fakta bahwa adanya informasi
pokok dari satu negara ke negara lainnya bisa berbeda, tentu saja ini menjadi masalah, tetapi
profesi akuntansi jelas tidak bisa disesuaikan dengan solusi dunia.
Implikasi Akuntansi
Dalam akuntansi kos historis, perubahan harga spesifik ini tidak diperhatikan dandengan
sendirinya perubahan ini akan tersembunyi dalam perhitungan laba. Seandainyapengaruh
perubahan harga spesifik tersebut dikeluarkan dari perhitungan laba,pengaruh ini akan
menjadi untung atau rugi penahanan.

Interpretasi Untung / Rugi Daya Beli

Jumlah rupiah untung atau rugi daya beli merupakan informasi untuk
membantupemakai dalam menentukan laba ekonomik perusahaan karena informasi
tersebutberkaitan dengan seberapa jauh kapital secara ekonomik harus dipertahankan.

Untung daya beli penahanan utang dapat diperlakukan sebagai penguranganaset yang
diperoleh dengan utang tersebut. Untung atau rugi daya beli pos moneter lancar dapat
dianggap terrealisasi pada saat pos aset moneter lancar diterima uangnyaatau pada saat utang
moneter lancar dilunasi. Dari sudut pandang perusahaan sebagaikesatuan usaha, untung atau
rugi daya beli utang jangka panjang dalam suatu periodatidak mempengaruhi besarnya laba.

Dari sudut likuiditas, untung atau rugi daya beli akan memberi informasi
apakahperusahaan dapat menjaga likuiditas operasinya. Dalam kondisi inflasi, tentu saja
modalkerja moneter akan cenderung menurun daya belinya.

 Perubahan Harga Relatif


Perubahan harga relatif mengukur tingkat penyimpanan perubahan harga barangatau
jasa tertentu terhadap perubahan akibat perubahan tingkat harga umum seluruhbarang dan
jasa. Perubahan harga relatif adalah perubahan harga setelah pengaruhperubahan daya beli
dikeluarkan atau diperhitungkan.

Kalau unit moneter dihomogenuskan dengan indeks harga umum, statemen laba-rugi
akan menggambarkan laba real secara ekonomik. Pengaruh perubahan harga relatif tidak
dapat terungkapkan secara penuh kalau penyesuaian tidak dilakukan baik untukperubahan
harga spesifik maupun untuk perubahan harga umum. Model akuntansi
yangmemperhitungkan pengaurh perubahan harga relatif sebenarnya merupakan bastar
atauhibrida antara model akuntansi daya beli konstan dan akuntansi kos sekarang.
Modelhibrida tersebut disebut akuntansi kos sekarang daya beli konstan.

1.5 Akuntansi Daya Beli Konstan

Tujuan akuntansi daya beli konstan adalah mempertahankan kapital atas dasar daya beli.

 Pemilihan Indeks Harga untuk Konversi

Untuk dapat menyajikan statemen keuangan berbasis daya beli, data kos historisharus
dikonversi menjadi kos daya beli pada saat pelaporan.

Untuk menyusun statemen keuangan lengkap dalam daya beli, semua pos baikneraca
atau laba-rugi harus dikonversi. Bila indeks rata-rata digunakan dan pos-pos labarugi terjadi
secara merata selama perioda, rupiah daya beli yang didapat untuk suatu posbiasanya hampir
sama dengan jumlah rupiah nominalnya.

 Keunggulan dan Kelemahan

Argumen yang biasanya diajukan untuk mendukung penyajian informasi daya belikonstan
adalah :

1. Akuntansi daya beli konstan menjadi angka akuntansi lebih bermakna


2. Dengan akuntansi daya beli konstan, pembandingan antarperioda akan
memberikaninformasi yang lebih bermakna daripada pembandingan atas dasar rupiah
nominal
3. Pembandingan data antarperusahaan juga akan menjadi lebih berarti dan informatif
4. Akuntansi daya beli konstan akan menghasilkan informasi laba atas dasar
konsepmempertahankan kapital
5. Pejabat pemerintah sudah terbiasa menganalisis data keuangan atas dasar nilai
real,sehingga pelaporan keuangan perusahaan dengan menggunakan rupiah
nominalkemungkinan dapat menyebabkan kebijakan pemerintah yang merugikan
perusahaan
6. Akuntansi daya beli konstan merupakan sarana mengeluarkan pengaruh
perubahanharga umum tanpa harus mengubah atau mengganti struktur akuntansi yang
sudahberjalan.

7. Akuntansi daya beli konstan dapat mengatasi atau meniadakan sama sekali
metodaakuntansi yang dimaksudkan untuk menanggulangi perubahan harga secara
parsial atausecara pos per pos

Beberapa keberatan dan kelemahan terhadap akuntansi daya beli konstan adalah:

1. 1.Akuntansi daya beli konstan mendasarkan diri pada data kos historis
sehinggakelemahan-kelemahan yang melekat pada kos historis tidak seluruhnya
dapatdihilangkan atau diatasi. Jadi, akuntansi daya beli konstan belum
memperhitungkanpengaruh perubahan harga spesifik
2. Manfaat informasi tambahan kemungkinan besar tidak sepadan dengan kos
untukmenyusun statemen keuangan daya beli konstan
3. Acapkali stateman keuangan daya beli konstan diinterpretasi secara keliru
sebagaiinformasi tentang nilai sekarang padahal informasi yang disajikan oleh
akuntansi dayabeli konstan bukan merupakan nilai sekarang, nilai yang dapat
direalisasi, atau bahkannilai diskonan
4. Untung rugi daya beli tidak mempunyai makna atau interpretasi yang jelas atau
intuitif.
5. Acapkali indeks yang digunakan untung menghomogenuskan unit pengukur
tidakmewakili perubahan daya beli yang terkandung dalam aset perusahaan sehingga
hasilperhitungan akuntansi daya beli konstan diragukan keterandalannya.
 Kapital Daya Beli
Dalam konsep kapital daya beli konstan, daya beli dapat digolongkan menjadi golongan
kapital lain yaitu kapital daya beli (purchasing power capital). Jika dikaitkan dengan konsep
laba, maka akuntansi daya beli konstan merupakan konsep aplikasi untuk mempertahankan
kapital daya beli.
Kapital daya beli sebenarnya merupakan kapital finansial. Dengan konsep
mempertahankan kapital finansial, laba terjadi dari kenaikan jumlah rupiah kapital tanpa
memperhatikan wujud kapital tersebut. Kapital daya beli adalah jumah rupiah kapital
finansial yang telah dikonversi menjadi daya beli. Maka dari itu, selisih konversi merupakan
penyesuaian kapital (capital adjustment) untuk mempertahankan kapital daya beli sebagai
kapital finansial.
1.6 Akuntansi Kos Sekarang
Tujuan akuntansi kos sekarang adalah mengukur laba suatu periode dengan
mempertahankan kapital semula. Kapital diukur atas dasar kapasitas operasi atau kemampuan
untuk menyediakan barang dan jasa dengan kuantitas yang sama dengan kapasitas atau
kemampuan kapital sebelumnya. Akuntansi kos sekarang menuntut agar semua sumber
ekonomik (potensi jasa) yang dikonsumsi atau yang dikeluarkan dari kesatuan usaha diganti
dengan sumber ekonomik yang mempunyai fungsi atau kemampuan yang sama atau lebih
besar.
 Dasar Pengukuran Kos Sekarang
Kos sekarang dapat berupa nilai masukan maupun keluaran. Dalam kaitannya dengan
akuntansi kos sekarang, konsep penilaian aset yang masuk dalam pengertian kos sekarang
dalam arti luas adalah kos pengganti (masukan), nilai jual sekarang (keluaran), dan nilai
terrealisasi harapan (keluaran).
Kos Pengganti
Penekanan diletakkan pada kos penggantian aset yang dikuasai perusahaan dengan aset
yang sejenis atau sama fungsinya. Dengan kata lain, berapakah kos sumber ekonomik yang
harus dikorbankan untuk memperoleh aset yang sejenis dengan yang sekarang
dimiliki/dikuasai perusahaan? Pengertian sejenis tidak berarti bahwa aset tersebut sama
wujud fisisnya. Sejenis di sini lebih menekankan pada potensi jasa (service potential) yang
terkandung dalam aset.
Kos pengganti ini, secara konseptual laba periode akan terjadi atas dua unsur yaitu : (1)
laba operasi dan (2) untung atau rugi penahanan akibat perubahan harga relatif. Pengukuran
kos sekarang mengalami masalah teknis. FASB memberi pedoman pengukuran fasilitas fisis
yang sudah terpakai dengan cara berikut :
a) Mengukur kos sekarang suatu fasilitas fisis baru yang mempunyai potensi jasa yang
sama dengan potensi jasa fasilitas pada waktu dibeli perusahaan dan menguranginya
dengan depresiasi yang diperhitungkan atas dasar kos baru sesuai metode yang sama.
b) Mengukur kos sekarang suatu fasilitas fisis beka yang sama umum dan kondisinya
dengan aset yang sekarang dikuasai/dimiliki perusahaan.
c) Mengukur kos sekarang suatu fasilitas fisis baru yang mempunyai potensi jasa yang
berbeda dengan yang sekarang dikuasai/dimiliki perusahaan dan menyesuaikan kos baru
tersebut terhadap perbedaan-perbedaan nilai potensi jasa akibat perbedaan umur,
kapasitas, kualitas jasa dan kos pemeliharaan/pengoperasian.
Nilai Jual Sekarang
Kos sekarang aset diukur atas dasar harga aset senandainya pada saat sekarang
perusahaan memilih untuk menjual aset tersebut alih-alih memakainya untuk operasi.
Masalah teknis penilaian atau pengukuran yang dihadapi adalah tidak adanya pasar yang luas
untuk penjualan jenis aset tertentu sehingga harga tidak dapat ditentukan secara objektif dan
tidak dapat diuji kebenarannya. Kesukaran ini timbul untuk aset yang memang tujuannya
tidak untuk dijual seperti misalnya fasilitas fisis perusahaan. Oleh karena itu, dasar penilaian
yang digunakan dalam penentuan kos sekarang tidak harus sama untuk semua jenis aset.
Nilai jual sekarang berarti jumlah rupiah pendapatan yang dapat direalisasi seandainya
aset dijual sekarang. Secara konseptual laba periode untuk akuntansi perubahan harga ini
akan terdiri atas tiga unsur utama yaitu: (1) laba operasi, (2) untung atau rugi penahanan
akibat perubahan nilai yang dapat direalisasi selama aset disimpan atau ditahan, dan (3)
margin pembelian yang merupakan selisih antara pendapatan cukup pasti terrealisasi dan kos
pemerolehan aset tersebut.
Dapat juga nilai jual sekarang dianggap sebagai kos pengganti yang diukur dengan harga
jual. Akan tetapi, kalau aset benar-benar terjual, selisih antara harga jual dengan nilai jual
sekarang menjadi sulit dinterpretasi makna dan manfaatnya. Gambar 13.8 di bawah ini
melukiskan komponen laba periode dengan pendekatan ini.
Tentu saja akuntansi perubahan harga semacam ini hanya akan menjadi masuk akal kalau
digunakan untuk aset Yang memang tujuannya dijual tetapi belum terjual. Untuk aset yang
memang tidak untuk dijual, model akuntansi ini tidak begitu intuitif dan terlalu rumit untuk
diterapkan walaupun secara teoretis dengan berbagai asumsi yang melandasi, hal tersebut
cukup menawan.
Nilai Terealisasi Harapan

Pendekatan ini sama dengan nilai jual sekarang hanya pengukuran dilakukanatas dasar
nilai sekarang aliran kas masa datang yang diterima dari aset atau dibayar untuk aset atau
utang bersangkutan. FASB memberi pedoman saat dan dasar pengukuran kos sekarang untuk
sediaan, fasilitas fisis, kos barang terjual, dan depresiasi sebagai berikut :

a. Sediaan diukur atas dasar jumlah rupiah yang lebih rendah antara kos sekarang
dan jumlah rupiah terperoleh kembali (recoverable amount) pada tanggal
pengukuran.
b. Fasilitas fisis diukur atas dasar jumlah rupiah yang lebih rendah antara kos
sekarang dan jumlah rupiah terperoleh kembali dari sisa potensi jasa fasilitas
fisis pada tanggal pengukuran.
c. Sumber ekonomik yang digunakan untuk kontrak-kontrak (konstruksi) belum
selesai diukur atas dasar jumlah rupiah yang lebih rendah antara kos sekarang
dan jumlah rupiah teperoleh kembali pada tanggal pemakaian atau tanggal
sumber tersebut dinyatakan dipakai untuk kontrak.
d. Kos barang terjual diukur atas dasar jumlah rupiah yang lebih rendah antara
kos sekarang dan jumlah rupiah terperoleh kembali pada tanggal penjualan
atau pada tanggal barang tersebut digunakan atau dinyatakan untuk
dibebankan ke kontrak tertentu.
e. Biaya depresiasi, deplesi, dan amortisasi diukur atas dasar kos sekarang atau
jumlah rupiah teperoleh kembali rata-rata dari potensi jasa aset selama periode
pemakaian.
f. Pendapatan, biaya, untung, dan rugi lainnya dapat diukur sebesar jumlah
rupiah yang tersaji dalam statemen laba-rugi utama.

kos sekarang yang harus digunakan adalah yang terrendah antara kos sekarang dan jumlah
rupiah terperoleh kembali. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa FASB menganut konsep
konservatisma dalam penentuan kos sekarang.
Jumlah rupiah terperoleh kembali adalah nilai sekarang jumlah rupiah bersih yang diharapkan
didapat dari penjualan atau penggunaan suatu aset.

Nilai penggunaan adalah nilai sekarang aliran kas di masa mendatang yang diharapkan akan
diterima dari penggunaan aset oleh perusahaan.

Nilai pasar sekarang adalah jumlah rupiah kas, atau setara kas yang diharapkan akan dapat
diperoleh daripenjualan suatu aset dikurangi dengan biaya penjualan yang terlibat dalam
prosespenjualan aset tersebut.

 Kos Sekarang Dan Pemertahanan Kapital

Akuntansi kos sekarang dilandasi konsep mempertahankan kapital. Perubahan harga aset
yang ditahan selama suatu perioda menimbulkan untung atau rugi penahanan. Untuk kapital
finansial untung atau rugi ini akan diperhitungkan dalam penentuan laba perioda sebagai
untung terealisasi. Bila kapital fisis dianut, kapital dapat dikatakan tetap atau dipertahankan
kalau perusahaan mampu mengganti seluruh asetnya dengan aset sejenis atau kalau
perusahaan mampu mempertahankan kapasitas untuk memproduksi barang dan jasa secara
tetap atau sama dengan perioda sebelumnya. Perbedaan utama antara konsep
mempertahankan kapital fisis dan kapital finansial adalah bahwa dalammempertahankan
kapital fisis, untung atau rugi penahanan tidak dimasukkan sebagaikomponen laba perioda
tetapi diperlakukan sebagai penyesuai ekuitas pemegangsaham. Ini berarti bahwa sebagian
dan laba dicapitalisasi dan tidak dapat didistribusi sebagai dividen karena perusahaan harus
pelakukan reinvestasi untuk mempertahankan kapasitas produksi seperti sediakala.

 Sumber Informasi Dan Teknik Pengukuran

Dengan konsep di atas, terdapat masalah teknis dalam pelaksanaan akuntansi kos
sekarang. Masalah ini bersangkutan dengan penentuan kos sekarang secara objektif atas dasar
bukti yang terverifikasi karena kos sekarang bukan merupakan angka yang terjadi akibat
suatu transaksi. Kalau memang kos sekarang haras diungkapkan dalam statemen keuangan,
walaupun tidak sepenuhnya objektif, kos sekarang harus ditentukan secara cermat sehingga
mempunyai keterandalan yang cukup tinggi sebagai informasi. Berbagai teknik dan sumber
informasi dapat digunakan untuk penentuan kos sekarang.

Pengindeksan
Sumber informasi dapat berupa (1) indeks hang yang dihasilkan pihak eksternal untuk
kelompok barang atau jasa yang diukur atau (2) indeks harga yang dihasilkan sendiri oleh
perusahaan berdasarkan catatan historis untuk kelompok barang atau jasa yang diukur. Tentu
saja sumber dari luar atau badan resmi yang menerbitkan indeks (misalnya BPS) akan lebih
dapat diandalkan daripada indeks internal. Teknik pengindeksan memungkinkan
digunakannya komputer untuk menyatakan Kembali angka-angka dasar secara cepat. Selain
itu, angka indeks dapat dimasukkan sebagai basis data (data bases) dalam sistem akuntansi
komputerisasian sehingga akuntansi kos sekarang bukan lagi pekerjaan yang rumit. Kos dasar
disesuaikan dengan rasio indeks sekarang dan indeks pada saat kos dasar terjadi atau dicatat
pertama kali.

Penghargaan Langsung

Teknik ini membebankan secara langsung bahan dan tenaga kerja ke suatu aset atau
kelompok aset. Aset khusus atau unik ditentukan secara langsung kos sekarangnya dengan
dasar catatan teknis atau harga kontrak. Teknik ini biasanya memerlukan informasi dari
dalam maupun luar perusahaan. Informasi dari luar misalnya saja berupa (1) harga faktur
sekarang, (2) daftar harga dari penjual barang atau jasa (price list) atau kutipan harga lain
atau taksiran, dan (3) kos produksi standar yang menggambarkan kos sekarang.

3. Pengkosan Unit (Unit Costing)

Teknik ini digunakan untuk menaksir kos reproduksi suatu barang. Teknik ini
digunakanuntuk barang tau jasa yang tidak mempunyai pasar keluaran atau barang yang
bersifatkhusus (tidak standar).

4. Penghargaan fungsional (Functional Pricing)

Teknik ini digunakan untuk menentukan kos pengganti suatu fungsi produksi ataupemrosesan
dan bukanya suatu aset secara individual atau kelompok aset yang masing-masing berdiri
sendiri.

Keunggulan dan Kelemahan

Argumen yang diajukan untuk mendukung disediakannya informasi kos sekarang :

1. Tindakan manajemen untuk menghadapi perubahan harga biasanya diwujudkan


dalamkeputusan yang didasarkan atas harapan atau prediksi adanya perubahan harga dimasa
datang untuk barang atau jasa yang diperoleh perusahaan.
2. Akuntansi kos sekarang dapat menunjukkan laba operasi dan untung
penahanansehingga dapat memberikan informasi tentang pengaruh perubahan harga
terhadapprofitabilitas perusahaan yang sesungguhnya.

3. Informasi kos sekarang bermanfaat dalam analisis kemampuan perusahaan


untukmenjaga kapasitas operasi sekaligus untuk membagi dividen.

4. Neraca atas dasar kos sekarang menggambarkan nilai ekonomik aset dan utang
yanglebih realistik dibandingkan neraca berbasis kos historis.

5. Akuntansi kos sekarang akan memberikan informasi tentang efisiensi suatu


perusahaanyang lebih baik dan dapat diperbandingkan secara lebih bermakna dengan
perusahaanlain.

6. Untuk mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan, akuntansi kos


sekarangmendasarkan pada konsep pemertahanan kapital yang semestinya atas dasar
perkembangan dan kondisi perusahaan yang mutakhir.

Kritik umum yang ditujukan terhadap akuntansi kos sekarang :

1. Belum ada definisi yang tegas dan tunggal tentang apa yang dimaksud aset
penggantidan bagaimana aset tersebut diukur.

2. Akuntansi kos sekarang belum mempertimbangkan pengaruh perubahan daya


beliuang.

3. Konsep mempertahankan kapital yang menjadi landasan kos sekarang


sebenarnyabukan merupakan fungsi akuntansi atau laporan tetapi fungsi manajemen.

4. Kerumitan penyususunan informasi kos sekarang sebagai pelengkap tidak


sepadandengan manfaat yang diperoleh.

1.7 Akuntansi Hibrida

Akuntansi daya beli konstan berusaha untuk mengatasi masalah unit pengukur tidakstabil
sedangkan akuntansi kos sekarang berusaha untuk mengatasi masalah panilaian.

1.8 Standar Akuntansi Perubahan Harga

Berbagai argumen di atas dapat menjadi basis bagi penyusun standar apakah statemen
keuangan daya beli perlu menjadi bagian dari pelaporan keuangan. Bila perlu, bagaimana
kedudukan statemen keuangan tersebut; apakah mengganti kos historis ataukah hanya sebagai
statemen pelengkap. Pertimbangan lain adalah tanggung jawab auditor. Bila statemen
keuangan daya beli menjadi komponen seperangkat statemen keuangan penuh/lengkap (a full
set of financial statements), auditor juga mempunyai kewajiban untuk menentukan kewajaran
statemen keuangan daya beli tersebut Implikasi hal ini adalah tanggung jawab dan risiko bagi
auditor menjadi lebih besar.

Sampai saat buku ini disusun, Dewan Standar Akuntansi IAI belum mengeluarkah standar
akuntansi yang berkaitan dengan perubahan harga meskipun tingkat perubahan harga di
Indonesia dapat dipandang cukup signifikan. Dengan dikeluarkannya SFAS No. 89. FASB
telah mengubah status pelaporan informasi perubahan harga dan wajib menjadi anjuran.
Walaupun sangat dianjurkan, secara autoritatif pengungkapan informasi perubahan harga
setelah SFAS No. 89 sebenarnya bersifat sukarela. Standar akuntansi perubahan harga dalam
profesi akuntansi di Amerika memang mempunyai riwayat yang agak unik. Standar yang
cukup penting yang berpautan dengan pembahasan dalam bab ini adalah SFAS No. 33
(1979), No. 82 (1984), dan terakhir No. 89 (1986).

 SFAS No. 33

Semula, melalui SFAS No. 33, FASB mewajibkan informasi pelengkap atas pengaruh
inflasi dan perubahan harga spesifik dalam laporan tahunan. Informasi pelengkap tersebut
disajikan secara terpisah. SFAS No. 33 tidak menuntut penyajian komprehensif statemen
keuangan atas dasar kos sekarang atau daya beli konstan tetapi hanya mewajibkan
pengungkapan sebagian informasi yang membantu pemakai SFAS No untuk mengevaluasi
pengaruh perubahan harga. Standar ini dipandang FASB sebagai suatu eksperimen yang akan
dievaluasi kembali dalam lima tahun. Oleh karena itu, standar ini tidak diwajibkan untuk
semua perusahaan tetapi diberlakukan hanya untuk perusahaan publik yang menyusun
statemen utamanya dalam dolar Amerika dan sesuai dengan PABU-Amerika dan memenuhi
kriteria (disebut applicable size tests) berikut :

1. memiliki/menguasai sediaan dan fasilitas fisis (sebelum dikurangi depresiasi, deplesi,


dan amortisasi akumulasian) yang jumlah seluruhnya melebihi $125 milion (juta),
atau
2. memiliki/menguasai aset neto total (setelah dikurangi depresiasi akumulasiany Untuk
akuntansi daya beli konstan, butir-butir minimum yang harus diungkapkan berjumlah
lebih dari S1 bilion (milyar).

Untuk akuntansi daya beli konstan, butir-butir minimum yang harus diungkapkan adalah :
1. Informasi tentang laba dari operasi berlanjut untuk tahun berjalan atas dasar daya
Deli konstan.
2. Untung atau rugi daya beli atas pos-pos moneter neto untuk tahun berjalan.
Untung atau rugi daya beli ini tidak dimasukkan dalam laba dari operasi berlanjut
(artinya tidak ditambahkan atau dikurangkan terhadap laba kos historis tetapi
dilaporkan sebagai pos yang berdiri sendiri.

Telah disebutkan sebelumnya, indeks harga yang digunakan sebagai basis konversi
adalah Consumer Price Index for Ali Urban Consumer (CPI-U) yang di publikasi oleh
Bureau ofLabor Statistics of the U.S. Department of Labor. Alasan digunakannya indeks ini
adalah (1) tia dipublikasi secara bulanan dan (2) tia tidak direvisi lagi setelah pertama kali
dipublikasi. Kalau perusahaan bermaksud melengkapi statemen keuangan utama dengan
laporan daya beli konstan komprehensif (menyusun kembali seluruh laporan keuangan utama
atas dasar daya beli konstan sebagai laporan pelengkap), indeks yang dapat digunakan
sebagai basis penyusunan kembali adalah indeks harga rata-rata perioda atau indeks akhir
tahun. Akan tetapi, kalau hanya informasi pelengkap minimal yang ingin diungkapkan,
indeks harga rata-rata harus digunakan.

Untuk akuntansi kos sekarang, kriteria perusahaan yang wajib mengungkapkan sama dengan
kriteria untuk akuntansi daya beli konstan tetapi perusahaan mempunyai kelonggaran satu
tahun untuk melaksanakannya. Sebagai informasi pelengkap, dalam SFAS No. 33, FASB
menetapkan informasi minimal yang harus diungkapkan atas dasar kos sekarang sebagai
berikut:

1. Informasi tentang laba dari operasi berlanjut untuk tahun berjalan atas dasar kos
sekarang.
2. Jumlah rupiah kos sekarang sediaan dan fasilitas fisis pada akhir tahun.
3. Untung atau rugi penahanan selama tahun berjalan untuk sediaan dan fasilitas
fisis. Untung atau rugi daya beli ini tidak dimasukkan dalam laba dari operasi
berlanjut (artinya tidak ditambahkan atau dikurangkan terhadap laba kos historis
tetapi dilaporkan sebagai pos yang terpisah).

Selain inform pelengkap atau pengungkapan kos sekarang komperhensif seperti di


atas, SFAS No.33 juga mewajibkan perusahaan yang memenuhi kriteria untuk menyajikan
ringkasan data finansial tertentu untuk lima tahun terakhir (disebut ringkasan lima tahun atau
five-year summary). Data finansial tertentu atau terpilih tersebut adalah (SFAS No. 33,
prg.35)

1. Penjualan bersih dan pendapatan operasi lainnya.


2. Laba dasar atas historis/daya beli konstan untuk operasi berlanjut
3. Laba per saham atas dasar historis/daya beli konstan untuk operasi berlanjut.
4. Asset bersih atas dasar kos sekarang pada akhir tahun.
5. Laba atsa dasar kos sekarang dari operasi berlanjut.
6. Laba per sahama atas dasar kos sekarang pada akhir tahun.
7. Asset bersih atasa dasar os sekarang pada akhir tahun
8. Kenaikan atau penurunan kos sekarang selama tahun berjalan untuk sediaan dan
fasilitas fisis.
9. Untung atau rugi daya beli atas aset moneter.
10. Dividen kas yang dideklarasi per saham biasa.
11. Harga pasar saham per saham biasa pada akhir tahun.
12. Indeks harga umum yang digunakan untuk mengkonversi rupiah nominal menjadi
daya beli.

Butir-butir di atas sebenarnya adalah gabungan informasi minimal yang diwajibkan dalam
akuntansi daya beli konstan dan kos sekarang secara terpisah. Jadi, informasi kos sekarang
belum memasukkan pengaruh perubahan daya beli. Contoh penyajian dan penghitungan kos
sekarang yang belum memperhitungkan daya beli diberikan di bagian akhir bab ini.

 SFAS No. 82

Setelah lima tahun sejak SFAS No. 33 diterbitkan sebagai eksperimen, sudah saatnya
FASB meninjau standar tersebut. Setelah mengkaji ulang dan mempertimbangkan usulan dari
berbagai pihak termasuk praktisi, FASB menerbitkan SFAS No. 82 yang isinya meniadakan
beberapa pengungkapan yang sebelumnya diatur dalam SFAS No.33. Pada intinya, standar
baru ini meniadakan atau membatalkan ketentuan untuk mengungkapkan informasi daya beli
konstan. Dalam contoh Gambar 13.10, kolom kedua dari kanan ("Disesuaikan Terhadap
Perubahan Tingkat Harga Umum") tidak diwajibkan lagi.

 SFAS No.89

SFAS No. 82 sebenarnya masih merupakan bagian dari eksperimen FASB terhadap
pengaruh perubahan harga. Setelah bereksperimen dan mengkaji standar akuntansi perubahan
harga selama dua tahun sejak diterbitkannya SFAS No. 82, akhirnya FASB mengganti
standar tersebut dan beberapa standar lain yang berkaitan (lihat catatan kaki 27) dengan
menerbitkan SFAS No. 89.

Pada intinya, SFAS No. 89 tidak lagi mewajibkan (to require) pengungkapan pengaruh
perubahan harga sebagai informasi pelengkap tetapi sangat menganjurkan (to encourage)
pengungkapan tersebut. Hal ini dikemukakan dalam SFAS No. 89 paragraf 3 sebagai berikut:

A business enterprise that prepares its financial statements in U.S. dollars and in accordance
with U.S. generally accepted accounting principles is encouraged, but not required, to
disclose supplementary information on the effects of changing prices. Appendix A provides
measurement and presentation guidelines for disclosure. Entities are not discouraged from
experimenting with other forms of disclosure.

1.9 Model Akuntansi dan Implementasinya

Secara umum, akuntansi perubahan harga menjadi penting karena tia berkaitan dengan
pemertahanan kapital dan penentuan laba. Walaupun standar FASB tidak lagi mewajibkan
pengungkapan pengaruh perubahan harga, bukan berarti pemikiran teoretis tentang perubahan
harga menjadi tidak penting. Pembahasan teoretis menjadi penting manakala perubahan harga
merupakan gejala ekonomik yang cukup berarti dalam suatu wilayah negara tertentu. Oleh
karena itu, masih sangat relevan untuk membahas berbagai teori atau model perubahan harga.

Apa yang dibahas dalam standar pelaporan perubahan harga di atas sebenarnya hanya
menyangkut empat model yaitu akuntansi kos historis, akuntansi daya beli konstan, akuntansi
kos sekarang, dan akuntansi kos sekarang/daya beli konstan. Telah disinggung sebelumnya
bahwa suatu model akuntansi perubahan harga merupakan kombinasi dari tiga faktor
(dimensi) penting yaitu dasar penilaian, skala pengukuran. dan jenis kapital. Gambar 13.12 di
halaman berikut menyajikan berbagai kemungkinan model dalam matriks tiga dimensi.

Model 1 adalah model akuntansi perubahan harga yang pengukurannya berbasis kos historis
dengan skala pengukuran nominal untuk kapital bersifat finansial. Model ini adalah model
akuntansi konvensional yang berfungsi sebagai rerangka akuntansi pokok dan dalam konteks
perubahan harga statemen keuangannya disebut dengan statemen keuangan utama (primary
financial statements).
Model 4 adalah model yang dalam pembahasan sebelumnya disebut sebagai model hibrida.
Dengan matriks di atas, terdapat duabelas model yang mungkin tetapi tidak semuanya tampak
dalam gambar. Untuk mengidentifikasi semua model yang mungkin dengan nomor, gambar
di atas dapat dinyatakan Kembali dalam diagram dua dimensi seperti pada gambar 13.13 di
bawah ini
PT RISFI telah beroperasi selama tiga tahun sejak tahun 2003.neraca perusahaan pada
31 Desember 2004 disajikan di bawah ini

Berikut ini adalah informasi, transaksi, dan asumsi yang berkaitan dengan operasi perusahaan
selama tahun 2005.

a. Perlengkapan dalam neraca di atas dibeli pada awal tahun 2003 seharga
Rp18.000.000 pada saat indeks harga umum 100. Perlengkapan ditaksir
berumur 10 tahun dan didepresiasi secara garis lurus tanpa nilai residual.
b. Pada awal tahun 2005, perusahaan membeli perlengkapan baru seharga
Rp14.640.000 pada saat indeks harga umum 122. Perlengkapan ditaksir
berumur 10 tahun dan didepresiasi secara garis lurus tanpa nilai residual.
c. Perusahaan telah membeli sediaan barang sebagai berikut:
i. Pembelian 1: 350 unit @ Rp6.100 pada saat indeks harga umum 122

Pembelian 2: 520 unit @ Rp6.300 pada saat indeks harga umum 126
ii. Pembelian 3: 900 unit @ Rp6.400 pada saat indeks harga umum 128
d. Perusahaan telah menjual 870 unit barang dengan harga rata-rata Rp22.500
per unit. Penjualan terjadi secara merata selama satu tahun.
e. Perusahaan menerapkan metoda masuk pertama keluar pertama untuk sediaan
barangnya. Kos sekarang rata-rata (average current cost) sediaan pada saat
penjualan adalah Rp6.350 per unit.
f. Pada akhir tahun 2005, kos sekarang sediaan adalah Rp6.500 per unit dan
harga jual per unit ditetapkan Rp25.025.
g. Biaya operasi selain depresiasi terjadi secara merata selama tahun 2005 dan
berjumlah Rp7.564.000.
h. Kos sekarang untuk perlengkapan lama pada awal tahun 2005 adalah
Rp20.740.000 dan pada akhir tahun 2005 adalah Rp22.100.000 sedangkan kos
sekarang akhir tahun 2005 untuk perlengkapan baru adalah Rp17.290.000.
i. Indeks harga umum selama tahun 2005 adalah: awal tahun 122, rata-rata 127,
dan akhir tahun 130. Perusahaan menggunakan indeks rata-rata (tengah) untuk
mengkonversi rupiah nominal menjadi daya beli.

Berdasarkan data di atas, berikut ini ditujukkan pengukuran dan penyajian berbagai model
atau alternatif akutansi perubahan harga. Model-model tersebut sebenarnya juga merefleksi
penguuran laba atas dasar onsep pemertahanan kapital yang telah dibahas dalam Bab 10.

 Model 1
Model di atas merupakan akuntansi kos historis bisa disebut dengan akuntansi
konvensional. Pada pembahasan tersebut, akuntansi seperti itu disebut dengan rerangka
akuntansi pokok. Penyajian di atas dan selanjutnya dalam pembahasan berikut dapat
dimasutkan untuk menunjukkan cara perhitungan.
 Model 2

Menghitung Untung/Rugi Daya Beli Periode


Besarnya untung atau rugi daya beli suatu periode (tahun)ditentukan oleh indeks harga
yang dipilih sebagai basis tertentu. Perhitungan di atas dapat dilakukan atas dasar indeks
harga awal atau akhir.Kalau pos moneter tidak ditahan perusahaan samapi akhir periode
seperti dalam kasus di atas, maka perhitungan untung/rugi daya beli selama periode
ditentukan seperti di bawah ini:
1. Menghitung pos moneter bersih awal tahun yaitu asset moneter dikurangi utang
moneter.
2. Menghitung perubahan pos moneter selama periode yakni aliran asset moneter masuk
(contohnya penjualan) dikurangi aliran asset moneter keluar termasuk terdapat utang
moneter (untuk biaya serta pembelian asset).
3. Menghitung pos moneter bersih akhir tahun yaitu penggabungan langkah 1 dan 2 di
atas.
4. Mengkonversi pos-pos di atas menjadi daya beli dengan basis indeks awal, tengah,
atau akhir (indeksnya tengah atau rata-rata).
5. Menentukan untung atau rugi daya beli.
Oleh karena itu, perhitungan untung atau rugi daya beli atas pos moneter melibatkan dua
langkah pokok:
a. Menentukan jumlah rupiah daya beli pos moneter neto yang ditahan selama periode
dengan basis indeks tertentu.
b. Menentukan jumlah rupiah daya beli pos moneter neto yang nyatanya di miliki
perusahaan pada akhir periode dengan basis indeks yang sama.
Jika suatu perusahaan menggunakan indeks harga umum akhir periode sebagai basis, maka
jumlah rupiah pos moneter bersih akhir tahun. Sudah merefleksi daya beli akhir tahun
sehingga dapat langsung dikurangkan pada butir (a) yang telah dikonversi dengan indeks
harga akhir tahun.
Secara ekonomik angka laba Rp 2.676.500 merupakan laba real (real income).
Apabila dikaitkan dengan konsep pemertahanan capital, rugi daya beli Rp 1.279.500
merupakan jumlah untuk mempertahankan capital sehingga jumlah yang di dapat konsumsi
atau distribusi sebanyak Rp 1.397.000. JUmlah tersebut yang memenuhi laba atas dasar
konsep pemertahanan capital. Sebagai informasi lengkap, rugi daya beli tidak dicatat atau di
akui ecara keseluruhan dan jumlah yang sama akan melekat pada laba ditahan kos historis.
Pada model 2 ini mengatasi masalah unit pengukuran dalam akuntansi perubahan
harga. Semua penilaian masih bersifat kos historis dan hanya skala engukurnya yang di
standarkan menjadi daya beli. Contoh kasus, ketika untung atau rugi daya beli di atas hanya
memperhitungkan pos-pos moneter lancer. Pos-pos moneter jangka panjang seperti utang
obligasi yang tidak dilunasi dalam suatu periode atau investasi dalam obligasi tentunya harus
dimasukkan dalam menentukan untung atau rugi daya beli.
Pada penjulan dan biaya lain-lain dianggap terjadi secara merata sehingga jumlah rupiah
nominal sama dengan jumlah rupiah daya beli karena digunakan indeks rata-rata.
 Model 3
Dalam model ini untuk pos kos barang terjual, kos sekarang sebenarnya adalah kos
sekarang pada saat penjualan. Karena tidak praktis untuk selalu mencatat kos pengganti pada
saat terjadinya penjualan, cara yang termudah yaitu mengambil rata-rata kos pengganti
selama periode yang dalam kasus di atas yakni sebesar SRp 6.350 dengan asumsi penjualan
terjadi secara merata sepanjang tahun. Pos penjualan dianggap terjadi merata sepanjang tahun
sehingga harga jual pada saat penjualan sudah menunjukkan kos sekarang . Dengan
demikian, angka penjualan kos sekarang dengan sendirinya sama dengan angka rupiah
penjualan nominal apabila digunakan harga jual rata-rata .Hal yang sama berlaku untuk biaya
lain-lain. Hal tersebut sejalan dengan yang dibahas mengenai konversi pos-pos operasi ke
dalam daya beli konstan. Dengan demikian , maka depresiasi yang dibebankan selama priode
didasarkan atas kos sekarang rata-rata selama periode. Dapat juga digunakan kos pengganti
akhir periode tetapi akan menjadi kurang realistic karena transaksi tersebut terjadi selama
satu periode tidak hanya pada akhir periode.

Pada pendekatan ini masalah yang sebenarnya yaitu pemisahan antara kegiatan
operasi (operating activities) dan aktivitas menahan asset tertentu. Dengan dasar pengukuran
kos historis, keduanya akan bergabung menjadi satu. Kegiatan operasi bersangkutan dengan
kegiatan menghasilkan pendapatan sedangkan kegiatan penahanan asset bersangkutan dengan
perubahan harga asset non meneter yang terjadi selama perusahaan menahan/menggunakan
asset tersebut selama satu periode. Pemisahan ini dapat dilakukan karena perubahan harga
merupakan kegiatan yang tidak dapat dikendalikan oleh manajemen sehingga untuk
mengukur prestasi perusahaan dan manajemen, perhitungan laba perlu mempertimbangkan
perubahan harga tersebut.
 Model 4
Pada model ini merupakan model hibrida yaitu penggabungan akuntansi daya beli
konstan (model 2) dan akuntansi kos sekarang (model 3) yang semula berdiri sendiri. Pada
model 2 mengabaikan perubahan harga spesifik sedangkan model 3 mengabaikan perubahan
harga umum. Model hibrida ini berusaha untuk memisahkan pengaruh akibat perubahan
harga umum dan harga spesifik.
Berikut cara menghitung oenentuan untung atau rugi terealisasi atas asset non moneter
Dari perhitungan di atas menunjukkan untuk perlengkapan lama dan baru, telah
terjadi untung yang belum terealisasi KSRp 127.000 dan KSRp 1.485.900. Keduanya
merupakan untung pemahaman real. Adanya perhitungan tersebut menunjukkan bahwa
selama periode kenaikan harga spesifik lebih tinggi daripada kenaikan harga umumnya
(inflasi). Begitupun sebaliknya, apabila pada perusahaan tersebut mengalami rugi pada
sediaan, maka kenaikan harga spesifik sediaan lebih rendahdaripada kenaikan tingkat harga
umum (inflasi). Seperti pada sediaan sebagai pos non moneter, informasi untung atau rugi
terealisasi atau belum dalam model ini bisa dijadikan basis untuk untung atau rugi real.
Pada model 3 perhitungan laba berusaha untuk menganalisis berbagai faktor yang
menentukan laba periode. Dengan demikian, maka menggunakan kos sekarang daya beli
konstan, dapat ditunjukkan adanya untung menahan asset nonmoneter sebesar KRp 1.612.900
sehingga laba bersih perusahaan atas dasar kos sekarang daya beli konstan sebesar
KSRp.3.009.900 sehingga pada model kos sekarang, model hibrida juga memasukkan untung
atau rugi penahanan sebagai komponen penentu laba.
 Model 5
Model ini sama dengan Model 3 tetapi jenis kapital yang diukur adalah-fisis. Seperti
dibahas sebelumnya, penyesuaian pemeliharaan modal adalah biaya yang harus dikapitalisasi,
dan jika modal berwujud harus dipertahankan pada kapasitas produktifnya, itu tidak dapat
didistribusikan kepada pemegang saham. Dalam hal ini, jumlah rupiah yang disesuaikan akan
sama dengan keuntungan atau kerugian yang ditahan atau belum direalisasi dalam Model 3.
Keuntungan atau kerugian ini bukan merupakan bagian dari laba yang menunjukkan
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. Jadi model ini berbeda dengan Model 3,
kecuali cara penyajiannya.

 Model 6

Laba yang dapat didistribusikan sama dengan Model 5 karena indeks harga agregat
yang digunakan adalah indeks harga agregat rata-rata dan semua item operasi dianggap
terdistribusi secara merata. Bedanya, pengukuran diubah dari SRp menjadi KSRp, serta
jumlah jurnal rupiah untuk perhitungan rugi daya beli dan penyesuaian modal fisik. Di bawah
ini adalah perhitungan untuk menentukan penyesuaian modal: Kerugian penahanan mata
uang akan melekat pada aset dan laba ditahan. Jumlah ini digunakan sebagai dasar untuk
membatasi pembagian dividen. Karena penentuan laba atas dasar konsep modal pemeliharaan
dilakukan dengan membandingkan modal awal dan modal akhir.
 Model 7
Laba dianggap sebagai arus kas masuk dari aktivitas operasi dan arus kas masuk dari
penjualan sisa modal fisis. Penyusutan didefinisikan sebagai penurunan nilai fasilitas fisis..

Hasil dari kombinasi keduanya bisa berupa kenaikan bersih atau penurunan harga.
Format 2 didasarkan pada asumsi bahwa perusahaan dilikuidasi pada akhir tahun, sehingga
perhitungan laba tidak memperhitungkan pergerakan fisik produk selama periode tersebut.
Laba dihitung sebagai perbedaan antara arus kas masuk dan arus keluar untuk periode
tersebut, termasuk penjualan persediaan akhir. Pembelian persediaan dianggap sebagai arus
keluar, sehingga keduanya dikurangkan dari pendapatan.
 Model 8

Dua model terakhir adalah contoh sederhana dari sifatnya, karena tidak mewakili
perubahan nilai aset dan kewajiban moneter jangka panjang. Pembahasan model-model di
atas didasarkan pada interaksi antara tiga faktor penentu laba yang menjaga kondisi modal
dan mengukur konsep ukuran..
Berikut ini adalah Tabel dari model 1- 8
Model 1 Berbasis kos historis dengan skala pengukuran nomimal untuk capital bersifat
financial.
Model 2 Besarnya untung atau rugi daya beli suatu periode ditentukan oleh indeks harga
yang dipilih sebagai basis
Model 3 Kos sekarang sebenarnya adalah kos sekarang pada saat penjualan.
Model 4 Model ini merupakan model hibrida yaitu penggabungan akuntansi daya
belikonstan dan akuntansi kos sekarang yang semula berdiri sendiri.
Model 5 Model ini sama dengan model 3 tetapi jenis capital yang diukur adalah fisis
Model 6 Laba yang didistribusi sama dengan model 5. Perbedaannya terletak pada
unitpengukur yang berubah dan diperhitungkannya rugi daya beli dan besarnya
jumlah penyesuaian capital fisis untuk mempertahankan kapital
Model 7 Model ini tidak berbeda dengan kos sekarang hanya kos sekarang
didefinisisebagai harga jual sehingga laba dimaknai sebagai aliran kas bersih
masa datang baik yangtelah terealisasi maupun belum.
Model 8 Model ini merupakan pengembangan model 7 dengan memasukkan unsur
perubahan daya beli dalam hitungan laba sehingga semua angka rupiah
dikalikan denganindeks yang sesuai

Anda mungkin juga menyukai