Perubahan harga adalah adanya perbedaan harga barang atau jasa pada waktu yang
berbeda. Dasar bagi penyajian laporan keuangan untuk tujuan umum adalah agar dapat
diperbandingkan baik dengan laporan keuangan periode sebelumnya maupun dangan
laporan keuangan entitas lain. Jika terjadi perubahan harga maka perbandingan menjadi
sulit dilakukan. Oleh karena itu perlu diatur tentang standar akuntansi untuk perubahan
harga yaitu pelaporan keuangan dalam kondisi Inflasi (PSAK No. 63).
Jenis – Jenis Perubahan Harga
• Perubahan Harga Umum. Perubahan harga umum adalah perubahan harga yang terjadi pada semua
produk/jasa secara umum. Perubahan harga umum dikenal dengan istilah inflasi. Pada umumnya pemicu
inflasi adalah penurunan nilai tukar satuan uang atau dikenal dengan perubahan daya beli. Perubahan tersebut
dapat disebabkan oleh kekuatan-kekuatan faktor ekonomik seperti tersedianya uang atau kecepatan beredarnya
uang dibandingkan dengan tersedianya barang atau jasa dalam perekonomian suatu negara.
• Perubahan Harga Spesifik. Mencerminkan perubahan karakteristik barang tertentu akibat teknologi atau
selera terhadap barang. Perubahan harga spesifik dapat terjadi karena berbagai faktor antara lain perubahan
selera konsumer, perubahan teknologi di bidang teknik industri, dan spekulasi atau perubahan harapan
masyarakat terhadap kuantitas barang dan jasa tertentu yang tersedia (supply) dalam masyarakat.
Jenis – Jenis Perubahan Harga
• Perubahan Harga Relatif. Mencerminkan perubahan harga spesifik setelah pengaruh perubahan harga umum
diperhitungkan. Perubahan harga relatif mengukur tingkat penyimpangan perubahan harga barang atau jasa
tertentu terhadap perubahan akibat perubahan tingkat harga umum seluruh barang dan jasa.
Pos – Pos Moneter dan Nonmoneter
1. Pos – Pos Moneter, Pos-pos MoneterPos-pos moneter terdiri atas aset moneter dan kewajiban moneter. Aset
moneter adalah klaim untuk menerima kas di masa mendatang dengan jumlah dan saat yang pasti tanpa
mengaitkannya dengan harga masa datang barang dan jasa tertentu. Kewajiban moneter adalah keharusan
untuk membayar uang di masa mendatang dengan jumlah dan saat pembayaran yang sudah pasti.
2. Pos Nonmoneter, pos-pos nonmoneter adalah pos-pos selain yang bersifat moneter yang juga terdiri atas aset
nonmoneter dan kewajiban nonmoneter. Aset nonmoneter adalah aset yang mengandung jumlah rupiah yang
menunjukkan nilai dan nilai tersebut berubah-ubah dengan berjalannya waktu atau aset yang merupakan klaim
untuk menerima potensi jasa atau manfaat fisis tanpa memperhatikan perubahan daya beli. Kewajiban
nonmoneter adalah keharusan untuk menyerahkan barang dan jasa atau potensi jasa lainnya dengan kuantitas
tertentu tanpa memperhatikan daya beli atau perubahan nilai barang atau potensi jasa tersebut pada
saat diserahkan.
Akuntansi Daya Beli Konstan
Tujuan akuntansi daya beli konstan adalah mempertahankan kapital atas dasar daya beli. Dengan daya beli sebagai
basis pengukuran, diharapkan perusahaan mampu mempertahankan sumber ekonomiknya untuk membeli barang dan jasa dan
berlangsung terus dalam suatu kondisi perekonomian tertentu. Dalam operasinya perusahaan akan menggunakan atau
mengorbankan daya beli aset untuk memperoleh aset (potensi jasa) lain dalam rangka menghasilkan pendapatan. Investor
berkepentingan dengan informasi daya beli untuk menilai apakan daya beli yang dikorbankan dalam rangka memperoleh
pendapatan dapat dipertahankan.
Keunggulan :
1. Akuntansi daya beli konstan menjadikan angka akuntansi lebih bermakna (meaningful).
2. Perbandingan antar periode akan memberikan informasi yang lebih bermakna dari pada perbandingan atas dasar rupiah
normal.
3. Pembandingan data antarperusahaan juga akan menjadi lebih berarti dan informatif.
4. Akuntansi daya beli konstan akan menghasilkan informasi laba atas dasar konsep mempertahankan kapital.
Akuntansi Daya Beli Konstan
5. Pejabat pemerintah sudah terbiasa menganalisis data keuangan atas dasar nilai real (in real term) sehingga pelaporan keuangan
perusahaan dengan menggunakan rupiah nominal kemungkinan dapat menyebabkan kebijakan pemerintah yang
merugikan perusahaan.
Kelemahan :
1. Akuntansi daya beli konstan mendasarkan diri pada data kos historis sehingga kelemahan-kelemahan yang melekat pada
kos historis tidak seluruhnya dapat dihilangkan atau diatasi. Jadi, akuntansi daya beli konstan belum memperhitungkan
pengaruh perubahan harga spesifik.
2. Manfaat informasi tambahan kemungkinan besar tidak sepadan dengan kos untuk menyusun statemen keuangan daya beli
konstan.
3. Acapkali statemen keuangan daya beli konstan diinterpretasi secara keliru sebagai informasi tentang nilai sekarang padahal
informasi yang disajikan oleh akuntansi daya beli konstan bukan merupakan nilai sekarang, nilai yang dapat direalisasi,
atau bahkan nilai diskunan.
Akuntansi Kos Sekarang (Current Cost Accounting)
Tujuan akuntansi kos sekarang adalah mengukur laba suatu perioda dengan mempertahankan kapital
semula. Kapital diukur atas dasar kapasitas operasi atau kemampuan untuk menyediakan barang atau jasa dengan
kuantitas yang sama dengan kapasitas atau kemampuan kapital sebelumnya. Akuntansi kos sekarang menuntut
agar semua sumber ekonomik (potensi jasa) yang dikonsumsi atau keluar dari kesatuan usaha diganti dengan
sumber ekonomik yang mempunyai fungsi atau kemampuan yang sama atau lebih besar.
SFAS No. 33
Semula melalui SFAS No. 3, FASB mewajibkan Informasi pelengkap atas pungaruh inflasi dan perubahan harga
spesifik dalam laporan tahunan. SFAS No. 33 tidak menuntut penyajian komprehensif statement keuangan atas
dasar kos sekarang atau daya beli kostan tetapi hanya mewajibkan pengungkapan sebagian informasi yang
membantu pemakai untuk mengevaluasi pengaruh perubahan harga.
Standar Akuntansi Perubahan Harga
Dalam SIAS No. 33. FASB menetapkan informasi minimal yang harus diungkapkan atas dasar kos sekarat sebagai
berikut :
1. Informasi tentang laba dari operasi berlanjut untuk tahun berjalan atas dasar kos sekarang
2. Jumlah rupiah kos sekarang sediaan dan fasilitas fisis pada akhir tahun.
3. Untung dan rugi perusahaan selama tahun berjalan untuk sediaan dan fasilitas fasis
FASB menerbitkan SFAS No. 82 yang isinya SFAS No. 89 tidak lagi mewajibkan pengungkapan
sebelumnya diatur dalam SFAS No. 33. Standar baru pelengkap tetapi sangat menganjurkan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa DER, ROA, LDR, dan TATO berpengaruh positif terhadap harga saham.
Variabel-variabel ini mampu memberikan gambaran terhadap perubahan harga saham sebesar 43,9%, sementara
56,1% dipengaruhi oleh variabel lain di luar penelitian.
شكرا جزاكم هللا خير
Syukron
Jazakumullah
Khair