Anda di halaman 1dari 15

NAMA KELOMPOK:

 Reni Dwi A. (200404020020)


 Donisia Sati (200304020016)
 Qomariyah (200404020032)
PRODI : AKUNTANSI 20A1
AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH

BAB 7 PEMBAHASAN
PENGAKUAN DAN PENYAJIAN PAJAK ASET KINI DAN TANGUHAN

1. Definisi Pajak Kini dan Pajak Tangguhan


Pajak penghasilan meliputi seluruh pajak dalam negeri dan luar negeri yang didasarkan
pada laba kena pajak. Materi ini mengharuskan Perusahaan/ organisasi untuk mengakui
konsekuensi pajak kini dan masa depan atas transaksi dan peristiwa lain yang diakui
dalam laporan keuangan. Jumlah pajak yang diakui terdiri dari pajak kini dan pajak
tangguhan.
Pajak Kini (current tax) adalah sejumlah pajak yang harus dibayar oleh Wajib Pajak
(WP) dimana sejumlah pajak ini harus dihitung sendiri oleh WP berdasarkan
penghasilan kena pajak (PKP) yang dikalikan dengan tarif pajak, kemudian dibayar
sendiri dan dilaporkan dalam Surat Pemberitahuan (SPT) sesuai dengan peraturan
perundang-undangan pajak yang berlaku.
Penghasilan kena pajak (PKP) atau laba fiscal diperoleh dari hasil antara koreksi fiskal
terhadap laba bersih sebelum pajak berdasarkan laporan keuangan komersial (laporan
akuntansi). Sedangkan Rekonsiliasi (koreksi) fiskal merupakan proses penyesuaian atas
laba komersial yang berbeda dengan ketentuan fiskal untuk menghasilkan penghasilan
netto atau laba yang sesuai dengan ketentuan perpajakan. Rekonsiliasi fiskal perlu
dilakukan karena adanya perbedaan perlakuan atas pendapatan maupun biaya yang
berbeda antara standar akuntansi dengan peraturan perpajakan yang berlaku.
Berdasarkan PSAK No. 46 pajak kini terdiri atas pajak penghasilan terutang dan pajak
penghasilan final.
Pajak penghasilan terutang adalah Pph yang dibebankan pada laba perusahaan
pada setiap akhir periode. Pph badan terutang dihitung menggunakan tarif
tunggal yakni 25%.
pajak penghasilan final terutang merupakan Pph yang dibebankan langsung
pada saat diterimanya pendapatan yang dipotong langsung oleh subjek pajak
yang ditunjuk oleh Dirjen Pajak.
Pajak Tangguhan (Deferred tax) merupakan sejumlah beban pajak penghasilan terutang
untuk periode mendatang sebagai akibat adanya perbedaan temporer dan sisa
kompensasi kerugian ketika menyusun rekonsiliasi fiskal.
Berdasarkan PSAK No. 46, ke 2 perbedaan tersebut yakni :
Beda tetap (permanen) merupakan perbedaan yang disebabkan oleh adanya
perbedaan pengakuan pendapatan dan beban anatara standar akuntansi dan
peraturan perpajakan. Perbedaan ini menyebabkan perbedaan besarnya laba
bersih sebelum pajak dengan laba fiscal atau penghasilan kena pajak. Dalam
Peraturan perpajakan Undang-Undang Pajak Penghasilan Nomor 36 tahun 2008
PPh Pasal 4 (3) menyebutkan terdapat penghasilan yang bukan merupakan objek
PPh sehingga tidak dapat dimasukkan sebagai Penghasilan dalam Laporan
Keuangan fiskal. Penghasilan yang dikecualikan sebagai objek pajak adalah
penerimaan hibah atau bantuan dari pihak-pihak yang ada hubungan istimewa
dan warisan.
Begitu juga dalam Pasal 9 ayat (1) Undang-Undang yang sama menyebutkan
terdapat biaya yang tidak boleh dikurangkan dalam menghitung Penghasilan
Kena Pajak, diantaranya adalah :
o Dividen yang diterima oleh PT sebagai WP DN, BUMN, BUMD serta
koperasi, dari penyertaan modal pada badan usaha yang
didirikan/berkedudukan di indonesia dengan syarat tertentu.
o Biaya yang dibebankan untuk kepentingan pribadi pemegang saham,
sekutu, atau anggota.
o Penggantian/imbalan sehubungan dengan pekerjaan/jasa yang diberikan
dalam bentuk natura/kenikmatan.
Beda waktu sementara (temporer) adalah perbedaan yang disebabkan adanya
perbedaan waktu metode ,pengakuan penghasilan dan beban tertentu
berdasarkan standar akuntansi dengan peraturan perpajakan. Perbedaan ini
mengakibatkan perbedaan waktu pengakuan pendapatan dan beban antara tahun
pajak yang satu ke tahun pajak berikutnya. Beda waktu sementara/temporer
dapat berupa : Yang pertama, Perbedaan temporer kena pajak yang artinya
perbedaan temporer yang menimbulkan suatu jumlah kena pajak dalam
penghitungan laba fiscal pariode mendatang pada saat nilai tercatat asset
dipulihkan atau nilai tercatat kewajiban tersebut dilunasi.Yang kedua, Perbedaan
temporer yang boleh dikurangkan yaitu perbedaan temporer yang menimbulkan
suatu jumlah yang boleh dikurangkan dalam penghitungan laba fiscal pariode
mendatang pada saat nilai tercatat asset dipulihkan atau nilai tercatat kewajiban
teersebut di lunasi.
Perbedaan antara PPh fiskal dan komersial yang menyangkut perbedaan waktu
hendaknya dilakukan pencatatan dan tercermin sebagai akun pajak tangguhan baik
aktiva maupun kewajiban pajak tangguhan. Menurut PSAK No 46 apabila nilai tercatat
aktiva lebih besar dari dasar pengenaan pajak, artinya nilai tercatat aktiva yang diakui
oleh perusahaan lebih besar daripada nilai yang diakui pajak, maka jumlah penghasilan
yang dikenai pajak akan datang melebihi jumlah pajak yang dikenakan sekarang.
Berarti nilai aktiva sekarang atau biaya dapat dikurangkan untuk tujuan fiskal lebih
kecil dibanding masa mendatang. Perbedaan ini merupakan perbedaan temporer kena
pajak dan kewajiban pajak dimasa mendatng merupakan Kewajiban Pajak Tangguhan
(KPT). Apabila nilai tercatat aktiva sekarang yang diakui oleh perusahaan lebih kecil
daripada nilai yang diakui pajak. Di masa mendatang perusahaan, kewajiban pajaknya
lebih kecil dibandingkan kewajiban pajak sekarang. Berarti nilai aktiva yang dipulihkan
dimasa mendatang untuk tujuan fiskal lebih besar dibanding nilai aktiva yang
dipulihkan sekarang, sehingga timbul Aktiva Pajak Tangguhan (APT).
Untuk itu disimpulkan bahwa Pajak Kini yakni Jumlah Pph terutang atas penghasilan
kena pajak pada satu periode. Sedangkan pajak tangguhan jumlah Pph terutang pada
periode mendatang.

2. Pengakuan berdasarkan PSAK No. 46


a) Pengakuan Aktiva dan kewajiban pajak kini
Jumlah pajak kini yang belum dibayar haruslah diakui sebagai kewajiban pajak
kini. Apabila jumlah pajak yang telah dibayar untuk periode berjalan dan periode-
periode sebelumnya melebihi jumlah pajak yang terhutang untuk periode-periode
tersebut, maka selisihnya diakui sebagai aktiva pajak kini.
b) Pengakuan Aktiva dan kewajiban pajak tangguhan
Pengakuan aktiva atau kewajiban Pajak Tangguhan didasarkan fakta bahwa adanya
kemungkinan pemulihan aktiva atau pelunasan kewajiban yang mengakibatkan
pembayaran pajak periode mendatang menjadi lebih kecil atau lebih besar.
o Apabila ada kemungkinan laba akuntansi lebih besar dari laba pajak maka
harus diakui sebagai Kewajiban Pajak Tangguhan.
o Apabila ada kemungkinan laba akuntansi lebih kecil dari laba pajak maka
harus diakui sebagai Aset Pajak Tangguhan.
Disisi lain Penyebab terjadinya perbedaan temporer atau beda waktu adalah adanya
perbedaan dasar pengukuran dan pengakuan aktiva dan kewajiban untuk tujuan
perhitungan penghasilan kena pajak dan untuk tujuan perhitungan laba rugi
komersial.
Aktiva pajak tangguhan dan kewajiban pajak tangguhan yang disebabkan oleh
perbedaan temporer akan terpulihkan dimasa datang karena jumlah yang akan
diakui sebagai biaya atau pendapatan akan sama antara akuntansi dan pajak, hanya
berbeda alokasi waktunya saja.
Sedangkan aktiva pajak tangguhan yang timbul dari kompensasi rugi akan
terpulihkan bila perusahaan menggunakan kompensasi rugi tersebut pada tahun
dimana perusahaan memperoleh laba fiskal. Bila kompensasi rugi tersebut tidak
terpakai dan menjadi hangus, maka aktiva pajak tangguhan yang timbul harus
disesuaikan.
c) Pengakuan Saldo rugi fiskal yang dapat dikompensasikan
Saldo rugi fiskal yang dapat dikompensasi diakui sebagai aktiva pajak tangguhan
apabila besar kemungkinan bahwa laba fiskal pada masa yang akan datang
memadai untuk dikompensasi. Namun perlu diketahui, apabila laba fiskal tidak
mungkin tersedia dalam jumlah yang memadai untuk dapat dikompensasikan
dengan saldo rugi fiskal yang dapat dikompensasi, maka aktiva pajak tangguhan
tidak diakui.
d) Pengakuan Pajak kini dan pajak Tangguhan
Pajak kini dan pajak tangguhan diakui sebagai penghasilan atau beban pada
laporan laba rugi periode berjalan, kecuali untuk pajak penghasilan yang berasal
dari:
o Transaksi atau kejadian yang langsung dikreditkan atau dibebankan ke
ekuitas pada periode yang sama atau periode yang berbeda, atau
o Penggabungan usaha yang secara substansi adalah akuisisi. Pajak kini dan
pajak tangguhan harus langsung dibebankan atau dikreditkan ke ekuitas
apabila pajak tersebut berhubungan dengan transaksi yang langsung
dikreditkan atau dibebankan ke ekuitas

3. Pengukuran pajak aset Kini dan Tangguhan


a) Pengukuran Aktiva dan Kewajiban Pajak Kini
Entitas mengukur liabilitas (aset) pajak kini pada jumlah yang diperkirakan akan
dibayar (dipulihkan) dengan menggunakan tarif dan undang-undang pajak yang
telah berlaku atau secara substantif telah berlaku sampai tanggal pelaporan. Entitas
menganggap tarif pajak dan undang-undang pajak secara substantif telah berlaku
jika tahapan yang tersisa dalam proses pemberlakuan tidak memengaruhi hasil
akhir di masa lalu dan kecil kemungkinan memengaruhinya.
b) Pengukuran Aktiva dan Kewajiban Pajak Tangguhan
Entitas mengukur liabilitas pajak tangguhan (aset) menggunakan tarif pajak dan
peraturan perpajakan yang telah berlaku atau secara substantif berlaku pada tanggal
pelaporan. Entitas menganggap tarif pajak dan peraturan perpajakan sebagai secara
substantif berlaku ketika tahap yang tersisa dalam proses pemberlakuan tidak
memengaruhi hasil akhir di masa lalu dan kecil kemungkinan memengaruhinya
c) Pengukuran Pajak Kini dan Pajak Tangguhan
Entitas tidak mendiskontokan aset pajak kini dan liabilitas pajak kini atau aset
pajak tangguhan dan liabilitas pajak tangguhan. Dalam beberapa yurisdiksi, pajak
penghasilan terutang pada tarif yang lebih tinggi atau lebih rendah jika sebagian
atau seluruh laba atau saldo laba dibayarkan sebagai dividen kepada pemegang
saham entitas. Sementara dalam yurisdiksi lain, pajak penghasilan mungkin dapat
dikembalikan atau terutang jika sebagian atau seluruh laba atau saldo laba
dibayarkan sebagai dividen kepada pemegang saham entitas. Dalam dua kondisi
tersebut, entitas mengukur pajak kini dan pajak tangguhan pada tarif pajak yang
dapat diterapkan untuk laba yang tidak terdistribusi sampai entitas mengakui
liabilitas untuk membayar dividen. Ketika entitas mengakui liabilitas untuk
membayar dividen, entitas mengakui liabilitas (aset) pajak kini atau liabilitas (aset)
pajak tangguhan, dan beban (penghasilan) pajak terkait.

4. Penyajian Pajak Kini dan Tangguhan menurut PSAK No. 46


a) Penyajian Aktiva dan Kewajiban Pajak
Aktiva dan kewajiban pajak harus disajikan terpisah dari aktiva dan kewajiban
lainnya dalam neraca. Aktiva pajak tangguhan dan kewajiban pajak tangguhan
harus dibedakan dari aktiva pajak kini dan kewajiban pajak kini. Apabila dalam
laporan keuangan, aktiva dan kewajiban lancar disajikan terpisah dari aktiva dan
kewajiban tidak lancar maka aktiva (kewajiban) pajak tangguhan tidak boleh
disajikan sebagai aktiva (kewajiban) lancar.
b) Penyajian Saling Menghapus (Offset)
PSAK No. 46 tidak menyatakan secara tegas mengenai aktiva pajak tangguhan
boleh atau harus dikompensasi (offset) dengan kewajiban pajak tangguhan dalam
penyajian neraca. PSAK No. 46 menyatakan bahwa aktiva pajak kini harus
dikompensasi (offset) dengan kewajiban pajak kini dan jumlah netonya harus
disajikan pada neraca
c) Penyajian Beban Pajak
Beban (penghasilan) pajak yang berhubungan dengan laba atau rugi dari aktivitas
normal harus disajikan tersendiri pada laporan laba rugi.
d) Penyajian Pajak Penghasilan Final
Apabila nilai tercatat aktiva atau kewajiban yang berhubungan dengan pajak
penghasilan final berbeda dari DPP-nya, maka perbedaan tersebut tidak diakui
sebagai aktiva atau kewajiban pajak tangguhan. Atas penghasilan yang dikenakan
pajak penghasilan final, beban pajak diakui secara proporsional dengan jumlah
pendapatan menurut akuntansi yang diakui pada periode berjalan. Selisih antara
jumlah pajak penghasilan final yang terhutang dengan jumlah yang dibebankan
sebagai beban pajak kini pada perhitungan laba rugi diakui sebagai Pajak
Penghasilan Final Dibayar Dimuka dan Pajak Penghasilan Final yang Masih
Harus Dibayar. Perkiraan pajak penghasilan final dibayar dimuka disajikan secara
terpisah dari pajak penghasilan final yang masih harus dibayar.
Jurnal untuk mencatat timbulnya aktiva pajak tangguhan yaitu:
Aktiva Pajak Tangguhan xxx
Pendapatan Pajak Tangguhan xxx
Sementara itu jurnal untuk mencatat timbulnya kewajiban pajak tangguhan yaitu:
Beban Pajak Tangguhan xxx
Kewajiban Pajak Tangguhan xxx

5. Pengungkapan pajak aset Kini dan Tangguhan


Entitas mengungkapkan informasi yang memungkinkan pengguna laporan keuangan
untuk mengevaluasi sifat dan dampak keuangan dari konsekuensi pajak kini dan pajak
tangguhan atas transaksi yang diakui dan kejadian lainnya.
Berdasarkan PSAK No. 46 hal-hal yang harus diungkapkan dalam pajak kini dan
tangguhan yakni:
 Unsur-unsur utama beban (penghasilan) pajak
 Jumlah pajak kini dan pajak tangguhan yang berasal dari transaksitransaksi yang
langsung dibebankan atau dikreditkan ke ekuitas
 Beban (penghasilan) pajak yang berasal dari pos-pos luar biasa yang diakui pada
periode berjalan
 Penjelasan mengenai hubungan antara beban (penghasilan) pajak dan laba
akuntansi dalam salah satu atau kedua bentuk berikut ini:
a) Rekonsiliasi antara beban (penghasilan) pajak dengan hasil perkalian laba
akuntansi dan tarif pajak yang berlaku, dengan mengungkapkan dasar
penghitungan tarif pajak yang berlaku atau
b) Rekonsiliasi antara tarif pajak efektif rata-rata (average effective tax rate) dan
tarif pajak yang berlaku, dengan mengungkapkan dasar perhitungan tarif
pajak yang berlaku
 Penjelasan mengenai perubahan tarif pajak yang berlaku dan perbandingan dengan
tarif pajak yang berlaku pada periode akuntansi sebelumnya.
 Jumlah (dan Batas waktu penggunaan, jika ada) perbedaan temporer yang boleh
dikurangkan dan sisa rugi yang dapat dikompensasi ke tahun berikut, yang tidak
diakui sebagai aktiva pajak tangguhan pada neraca
 Untuk setiap kelompok perbedaan temporer dan untuk setiap kelompok rugi yang
dapat dikompensasi ke tahun berikut :
a) Jumlah aktiva dan kewajiban pajak tangguhan yang diakui pada neraca untuk
setiap periode penyajian.
b) Jumlah beban (penghasilan) pajak tangguhan yang diakui pada laporan laba
rugi apabila jumlah tersebut tidak terlihat dari perubahan jumlah aktiva atau
kewajiban pajak tangguhan yang diakui pada neraca
 Untuk operasi yang tidak dilanjutkan, beban pajak yang berasal dari :
a) Keuntungan atau kerugian atas penghentian operasi dan
b) Laba atau rugi dari aktivitas normal operasi yang tidak dilanjutkan untuk
periode pelaporan, bersama dengan jumlah periode akuntansi sebelumnya
yang disajikan pada laporan keuangan.

6. Perhitungan penyajian pajak kini dan tangguhan


 Ilustrasi 1
PT. Start Up memperoleh laba sebelum pajak tahun 2020 Rp 1.200.000.000,- untuk
catatan koreksi fiscal nya adalah sebagai berikut :
Beda Tetap (Permanen)
1. Pendapatan bunga deposito Rp 40.000.000,-
2. Beban jamuan tanpa daftar nominative Rp 30.000.000,-
3. Pendapatan sewa bangunan Rp 60.000.000,-
4. Beban bunga pajak Rp 20.000.000,-
5. Beban pemberian fasilitas dalam bentuk natura Rp 50.000.000,-
6. Pendapatan jasa giro Rp 50.000.000,-
7. Beban pajak penghasilan Rp 15.000.000,-
Beda waktu (Tempoer)
1. Penyusustan komersial Rp 60.000.000,- lebih rendah dari penyusutan
fiscal
2. Amortisasi fiscal Rp 30.000.000,- lebih rendah dari amortisasi komersial
Kredit pajak yang sudh dibayar selama tahun 2020 yakni sbb :
1. Pph pasal 22 Rp 20.000.000,-
2. Pph pasal 23 Rp 10.000.000,-
3. Pph pasal 24 Rp 15.000.000,-
4. Pph Pasal 25 Rp 45.000.000,-
Tentukan :
a) Berapakah penghasilan kena pajak tahun 2020 ?
b) Berapakah Pph kurang/ lebih bayar untuk tahun 2020?
c) Tentukan apakah asset/ kewajiban pajak tangguhan yang timbul?
d) Buat jurnal dan penyajian laba bersih dan laporan laba-rugi?

a)
b) Perhitungan beban pajak kini dan pajak tangguhan !!
Pajak Penghasilan Terutang 25%x Rp Rp 283.750.000,-
1.135.000.000,-
Kredit Pajak :
Pph pasal 22 Rp 20.000.000,-
Pph pasal 23 Rp 10.000.000,-
Pph pasal 24 Rp 15.000.000,-
Pph pasal 25 Rp 45.000.000,-
Total Rp 90.000.000,-
Pph Kurang bayar (beban pajak kini) Rp 193.750.000,-

Perhitungan kewajiban pajak Tangguhan


Kewajiban pajak tangguhan = tariff Pph badan x jumlah beda temporer
25% x Rp 30.000.000,- = Rp 7.500.000,-
c) Jurnal Penyesuaian!!
Beban Pajak Kini 283.750.000,-
Beban Pajak Tangguhan 7.500.000,-
Kewajiban Pajak Tangguhan 7.500.000,-
Pph pasal 22 20.000.000,-
Pph pasal 23 10.000.000,-
Pph pasal 24 15.000.000,-
Pph pasal 25 45.000.000,-
Kewajiban pasal 29 193.750.000,-
d) Penyajian di laporan keuangan (laporan L/R)
Laba sebelum pajak 1.200.000.000,-
Beban pajak Kini (283.750.000)
Beban Pajak Tangguhan (7.500.000)
Laba Setelah pajak 908.750.000,-

 Ilustrasi 2
Pada tahun 2020 PT. Start Up membeli komputer seharga Rp 10.000.000,- menurut
ketentuan PSAK, komputer tersebut disusutkan selama 5 tahun dengan nilai residu Rp
2.000.000,-. Sementara menurut pajak masa manfaat seharusnya hanya 4 tahun. Jika
PT. Start Up memiliki laba kotor belum termasuk biaya penyusutan sebesar Rp
5.000.000,- sama untuk rentang waktu selama 5 tahun dan ternyata pada akhir tahun
ke-7 komputer tersebut dijual dengan harga Rp 3.000.000,-
Analisis kemungkinan munculnya pajak tangguhan dan bagaimana
memperlakukannya dalam pembukuan dan pelaporan keuangan perusahaan serta
jelaskan pemulihan pemulihan nilai pajak terutang.
Perhitungan :
Penyusutan/ tahun menurut Akuntansi= (Rp 10.000.000 – Rp 2.000.000) : 5
tahun = Rp 1.600.000,- (dari 2020 – 2024)
Penyusutan/ tahun menurut pajak = (Rp 10.000.000) : 4 tahun = Rp 2.500.000,- (dari
2020 – 2023)
Analisis Penentuan Pajak Tangguhan
Tahun
Keterangan
2020 (1) 2021 (2) 2022 (3) 2023 (4) 2024 (5)
Laba Kotor 5.000.000 5.000.000 5.000.000 5.000.000 5.000.000
Beban Peny. (Akuntansi) 1.600.000 1.600.000 1.600.000 1.600.000 1.600.000
Laba bersih sblm Pajak 3.400.000 3.400.000 3.400.000 3.400.000 3.400.000
Beban pajak kini 850.000 850.000 850.000 850.000 850.000

Laba kotor 5.000.000 5.000.000 5.000.000 5.000.000 5.000.000


Beban peny. (Pajak) 2.500.000 2.500.000 2.500.000 2.500.000 -
Penghasilan kena pajak 2.500.000 2.500.000 2.500.000 2.500.000 5.000.000
Beban pajak kini 625.000 625.000 625.000 625.000 1.150.000

Perbedaan temporer (beda 900.000 900.000 900.000 900.000 (1.600.000)


waktu)
Kewajiban pajak tangguhan 225.000 225.000 225.000 225.000 (400.000)
(25%)
Kewajiban tangguhan -
akumulasi 225.000 450.000 675.000 900.000 500.000
Dari tabel abalisis tersebut, terlihat bahwa sampai dengan tahun ke 4 nilai laba
sebelum pajak (Akuntansi) lebih besar daripada penghasilan kena Pajak (Rp
3.400.000 > Rp 2.500.000) sehingga menimbulkan adanya kewajiban pajak
Tangguhan seriap tahun sebesar selisih beda waktu dikali tarif yang berlaku yaitu (Rp
2.500.000 – Rp 1.600.000 = Rp 900.000) x 25% = Rp 225.000
Jurnal Penyesuaian setiap tahun (tahun ke 1 s/d 4) yakni :
Beban pajak tangguhan Rp 225.000,-
Kewajiban pajak tangguhan Rp 225.000,-
Namun hal ini tidak terjadi pada tahun ke-5 dimana yang terjadi adalah laba sebelum
pajak lebih kecil daripada penghasilan Kena Pajak (3.400.000 < Rp 5000.000)
sehingga menimbulkan adanya Aset Pajak Tangguhan sebesar (Rp 1.600.000 – Rp.0)
x 25% = Rp 400.000,- hal ini karena tahun ke-5 menurut ketentuan perpajakan tidak
diperbolehka dilakukan penyusutan.
Jurnal penyesuaian tahun ke-5 yakni :
Kewajiban pajak tangguhan Rp 400.000,-
Pendapatan pajak tangguhan Rp 400.000,-
Adanya pendapatan pajak tangguhan ini juga sekaligus menghapus atau memulihkan
sebesar Rp 400.000,- atas kewajiban pajak tangguhan yang muncul dari tahun – tahun
sebelumnya. Pemulihan ini mengakibatkan kewajiban pajak tangguhan Pt. Start Up
mengalami pengurangan menjadi hanya tersisa Rp. 500.000,-
Ketika pada akhir tahun ke-7 komputer tersebut dijual, maka nilai keuntungan yang
diakui menurut akuntansi dan menurut pajak berbeda, scara pajak laba yang diperoleh
adalah sebesar harga jual yaitu Rp 3.000.000,- namun menurut akuntansi laba
dihitung dengan mengurangkan terlebih dahulu dengan nilai sisa Rp 2.000.000
sehingga laba yang didapatkan hanya Rp 1.000.000,-
Akibat perbedaan ini maka menurut beban Pph adalah Rp 750.000,- (3.000.000 x
25%)
Dan menurut akuntansi, beban pajak adalah Rp. 250.000,- (Rp 1.000.000 x 25%)
Karena laba sebelum pajak (akuntansi) lebih kecil daripada penghasilan kena pajak
(dari penjualan komputer) sehingga menimbulkan adanya Aset/ manfaaat pajak
Tangguhan sebesar Rp 500.000 (Rp 3.000.000 – Rp 1.000.000) x 25%. Nilai ini akan
menghapus kewajiban pajak Tangguhan yang masih tersisa sehingga tidak ada lagi
kewajiban yang harus dibayar masa yang akan datang.

7. SESI DISKUSI TANYA - JAWAB


1) Mengapa penghasilan kena pajak dari suatu perusahaan berbeda dari laba
akuntansi? (Mahardika Ary W._200404020031)
Jawab :
Berdasarkan PSAK no. 46 perbedaan antara laba akuntansi dengan laba kena
pajak disebabkan oleh dimana ketentuan perpajakan dan memberikan pengaruh di
masa mendatang dalam jangka waktu tertentu sehingga berpengaruh terhadap laba
akuntansi dan laba kena pajak akhirnya menjadi sama. Perbedaan ini dapat
mengakibatkan perbedaan waktu pengakuan pendapatan dan beban antara tahun
pajak yang satu ke tahun pajak berikutnya.
2) Sebutkan contoh atau kejadian yang merupakan bentuk dari perbedaan temporer
yang dapat dikurangkan? (Siti Fatkhiyah_200404020029)
Jawab :
Sebuah CV Raya menerima penghasilan sewa dimuka 5 tahun dan untuk
pencatatanya terdapat 2 jenis metode yakni dicatat sekaligus sebagai pendapatan
untuk keseluruhan uang 5 tahun/ dicatat dengan meng alokasikan selama 5 tahun
(tahun ke 1,2,3,4,5) sesuai masa manfaat yang pada akhirnya memperoleh hasil
yang sama (hanya terjadi pergeseran)
3) Jelaskan scara detail tentang akumulasi kredit pajak yang belum dimanfaatkan?
(Marcela Neniati Jeo_200404020026)
Jawab :
Akumulasi kredit pajak yang belum dimanfaatkan terjadi apabila kemungkinan
laba kena pajak masa depan akan memadai untuk dimanfaatkan dengan rugi pajak
belum dikompensasi dan kredit pajak belum dimanfaatkan.
4) Jika salah satu akun dineraca yang menimbulkan beda temporer adalah
pendapatan diterima dimuka, jika pendapatan diterima dimuka tersebut berkaitan
dengan penghasilan yang dikenakan pajak final apakah masih menimbulkan beda
temporer? (Nur badriyah_200404020030)
Jawab :
Berdasarkan perpu perpajakan, penghasilan yang telah dikenakan PPh final tidak
lagi dilaporkan sebagai laba kena pajak, semua beban yang berhubungan dengan
penghasilan yang telah dikenakan PPh final tidak boleh dikurangkan. Di sisi lain,
baik pendapatan maupun beban tersebut dipakai dalam perhitungan laba rugi
menurut akuntansi. Oleh sebab itu, penghasilan yang telah dikenakan PPh final
tidak menimbulkan perbedaan temporer sehingga hal itu tidak diakui adanya aset
atau liabilitas pajak tangguhan.
5) Kegiatan apa saja yang dilakukan dalam menentukan pajak tangguhan ? (Maria
Grasiana Yuliana Mau_200404020007)
Jawab :
Sepeti halnya dengan proses akuntansi lainnya, Akuntansi Pajak Tangguhan tidak
terlepas dari empat kegiatan berikut ini:
 Pengakuan (recognition) yaitu standar yang mengatur bahwa dampak PPh
atas perbedaan temporer atau kompensasi rugi harus diakui dalam laporan
keuangan. DiamanaPengakuan ini menyiratkan bahwa perusahaan pelapor
akan memulihkan nilai tercatat aktiva pajak tangguhan atau deferred tax
asset (DTA) dan akan melunasi nilai tercatat dalam kewajiban pajak
tangguhan atau deferred tax liability (DTL) tersebut.
 Pengukuran (measurement) yaitu metode penghitungan jumlah yang harus
dibukukan dalam buku besar perusahaan.
 Penyajian (presentation) yaitu aturan dalam menentukan cara penyajian
didalam laporan keuangan, baik dalam neraca maupun laba rugi. Aktiva
pajak tangguhan (deferred tax asset) atau kewajiban pajak tangguhan
(deferred tax liability) harus disajikan secara terpisah baik dari aktiva atau
kewajiban pajak kini dan disajikan dalam unsure non current dalam
neraca. Sedangkan beban atau penghasilan pajak tangguhan harus
disajikan terpisah dengan beban pajak kini dalam laporan keuangan.
 Pengungkapan (disclosure) yaitu berkaitan dengan standar informasi yang
perlu diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan. Misalnya
unsurunsur utama perbedaan temporer yang menimbulkan pajak
tangguhan, unsure-unsur yang dibebankan langsung kelaba ditahan,
perubahan tarif pajak dan sebagainya.

Anda mungkin juga menyukai