Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam usaha pemerataan pembangunan di Indonesia, pemerintah mencanangkan program Badan
Usaha Milik Desa (BUMDes), agar desa sebagai ujung tombak pembangunan dalam satuan terkecil dapat
menjalankan fungsi pemerintah, yaitu, mensejahterakan masyarakat. Untuk mencapai tujuan pembangunan
nasional, desa merupakan agen pemerintah terdepan yang dapat menjangkau kelompok sasaran riil yang
hendak disejahterakan, yaitu dengan membentuk suatu badan usaha yaitu Badan Usaha Milik Desa yang
sesuai dengan permendagri nomor 39 tahun 2010 tentang badan usaha milik desa, yang menyebutkan bahwa:
“untuk meningkatkan kemampuan keuangan pemerintah desa dalam pe-nyelenggaraan pemerintahan dan
me-ningkatkan pendapatan masyarakat melalui berbagai kegiatan usaha ekonomi masyarakat pedesaan, di-
dirikan badan usaha milik desa sesuai dengan kebutuhan dan potensi desa” (Ramadana, Ribawanto, &
Suwondo, 2010).
Kembalinya aktif BUMDes di Desa Plumbangan pada tahun 2018 yang bernama “Ngudi Lestari” ini
dengan beberapa unit usaha yang dijalankan, karena selama 10 tahun terakhir hanya menjadi lembaga yang
menyimpan dan memberi modal kepada masyarakat desa, sudah ada beberapa badan usaha yang dirintis
BUMDes “ngudi lestari” seperti air bersih desa (PAMDes), penggilingan padi, dan serta Wisata Jati Londo
yang di bangun di area kebun pohon jati milik PERHUTANI.
Desa Plumbangan memiliki berbagai potensi yang dapat dimanfaatkan dan menjadi program
BUMDes, seperti potensi hasil pertanian padi yang dapat diolah sendiri oleh desa, beberapa Usaha Kecil
Menengah (UKM), pemanfaatan lahan perkebunan jati menjadi destinasi wisata desa, dan pengolahan air
bersih. Dari hasil observasi, salah satu unit usaha BUMDes yaitu pembentukan Wisata Jati Londo, sudah
mulai berjalan, namun masih terkendala dengan tidak adanya Masterplan Pembangunan, yang secara garis
besar memuat tema wisata, RAB, dan peta/denah pembangunan. Dari pembangunan wisata tersebut
diharapakan bersinerginya berbagai lembaga desa, organisasi desa, kelompok desa, UMKM Desa dan
BUMDes dalam merintis usaha desa dapat bermanfaat dalam meningkatkan daya ekonomi desa, dan
mensejahterakan masyarakat desa sendiri. Selebihnya hanya tersisa hambatan teknis BUMDes dalam
menjalankan programnya, seperti dalam penggilingan dan pengemasan beras BUMDes terkendala kepada
kurangnya pasokan daya listrik dan belumnya desa Plumbangan masuk dalam masa panen saat tim KKN
menjalankan program.
Dari hasil wawancara terhadap tokoh masyarakat desa Plumbangan dan Direktur BUMDes Bapak
Onang, kendala teknis juga masih menjadi kendala dalam menjalankan usaha penggilingan padi,
pembangbangkit listrik tenaga air (Mikro Hydro) dan pembangunan Wahana Wisata Jati Londo. Banyaknya
unit usaha BUMDes yang belum berjalan, mengukuhkan bahwa program kami adalah pedampingan
BUMDes dalam mengembangkan salah satu unit usahanya yaitu, Wahana Wisata “Jati Londo” dalam rangka
memanfaatkan potensi desa dan menaikan tingkat ekonomi Desa Plumbangan, Kecamatan Doko, Kabupaten
Blitar.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah yang dilakukan yaitu:
- Bagaimana melakukan pendampingan terhadap BUMDes dalam merintis wahana wisata ?

1.3 Tujuan dan Strategi


Adapun tujuan dan strategi dari pelaksanaan kegiatan ini antara lain:
1. Membantu BUMDes “Ngudi Lestari” dalam menjalankan unit usaha desa
2. Mengoptimalkan potensi Desa Plumbangan yang melalui program-program BUMDes
3. Mengatasi hambatan program BUMDes yang sudah berjalan.
4. Menjalanlan program BUMDes dalam mensejahterakan masyarakat desa.

1
1.4 Manfaat dan Output
1. Bagi Mahasiswa
Melalui pelaksanaan program ini, diharapkan mahasiswa mampu terjun langsung dalam kehidupan
bermasyarakat, dan dapat berbaur dengan masyarakat. Selain itu mahasiswa diharapkan bisa bermanfaat bagi
masyarakat di Desa Plumbangan. Dari kegiatan ini juga diharapkan para mahasiswa mampu mengerti serta
memahami permasalahan-permasalahan yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari masyarakat di Desa
Plumbangan, serta mampu memberikan solusi untuk memecahkan masalah-masalah tersebut.
2. Bagi Pemerintah Desa
Dari pelaksanaan program ini diharapkan dapat membantu mengembangkan Badan Usaha Milik Desa
(BUMDes) yang dibentuk oleh pemerintah Desa Plumbangan. Selain itu, juga diharapkan dapat membantu
pemerintah Desa Plumbangan dalam pengembangan potensi yang ada di Desa Plumbangan dengan
memanfaatkan sumber daya manusia tersebut.
3. Bagi Masyarakat Desa
Dengan adanya kegiatan ini diharapkan masyarakat Desa Plumbangan dapat memahami bagaimana cara
berjalannya Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) dan potensi-potensi desa yang dapat di manfaatkan, serta dapat
membantu perekonomian masyarakat desa Plumbangan

2
BAB II
KERANGKA KONSEP
2.1 Landasan Konseptual
1. POKDARWIS
Menurut (Rahim (2012) dalm Wijaya, 2016) “Kelompok Sadar Wisata (POKDARWIS) merupakan
salah satu komponen dalam masyarakat yang memiliki peran dan kontribusi penting dalam pengembangan
kepariwisataan di daerahnya”. Pembentukan POKDARWIS Jati Londo, merupakan wujud seriusnya
BUMDes “ngudi Lestari” dalam mengelola potensi Desa Plumbangan dalam bentuk ekowisata.
POKDARWIS tersebut terbentuk pada bulan mei 2018, dengan struktur yang organisasi yang sudah
ditetapkan.
2. Ekowisata
Ekowisata pada umumnya berpola dalam membantu ekonomi masyarakat lokal dan mendukung
pelestarian alam. Para pelaku dan pakar di bidang ekowisata sepakat untuk menekankan bahwa pola
ekowisata sebaiknya meminimalkan dampak yang negatif terhadap linkungan dan budaya setempat dan
mampu meningkatkan pendapatan ekonomi bagi masyarakat setempat dan nilai konservasi. Beberapa
aspek kunci dalam ekowisata adalah:
1. Jumlah pengunjung terbatas atau diatur supaya sesuai dengan daya dukung
2. lingkungan dan sosial-budaya masyarakat
3. Pola wisata ramah lingkungan (nilai konservasi)
4. Pola wisata ramah budaya dan adat setempat (nilai edukasi dan wisata)
5. Membantu secara langsung perekonomian masyarakat lokal (nilai ekonomi)
6. Modal awal yang diperlukan untuk infrastruktur tidak besar (nilai partisipasi masyarakat dan ekonomi).
3. Badan Usaha Milik Desa (BUMDes)
Badan Usaha Milik Desa yang selanjutnya disebut BUMDes adalah suatu lembaga/badan
perekonomian desa yang berbadan hukum dibentuk dan dimiliki oleh Pemerintah Desa, dikelola secara
ekonomis mandiri dan profesional dengan modal seluruhnya atau sebagian besar merupakan kekayaan desa
yang dipisahkan (Sri & Dewi, 2014). Desa sebagai unit terkecil dari negara yang sangat dekat masyarakat,
demi meningkatkan ekonomi masyarakat desa, pemerintah desa dapat mendirikam BUMDes. Adapun
Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 Pasal 78 Ayat 1 tentang desa, yang berbunyi “Dalam
meningkatkan pendapatan masyarakat dan Desa, Pemerintah Desa dapat mendirikan Badan Usaha Milik
Desa sesuai dengan kebutuhan dan potensi Desa.”
Adapun ketentuan BUMDes yang diantaranya, seperti permodalan BUMDes, tata cara pembentukan
dan pengolaan BUMDes, dan jenis-jenis potensi yang dapat menjadi unit usaha desa. Dalam mengatur
permodalan BUMDes terdapat pada Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 Peraturan Pasal 79 ayat
2 Tentang Desa yang berbunyi Permodalan Badan Usaha Milik Desa dapat berasal dari : a. Pemerintah
Desa; b. Tabungan masyarakat; c. Bantuan Pemerintah, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah
Kabupaten/Kota; d. Pinjaman; dan/atau; e. Penyertaan modal pihak lain atau kerja sama bagi hasil atas
dasar saling menguntungkan.
Dalam tata cara pembentukan dan pengolaan BUMDes terdapat pada Peraturan Pemerintah Nomor 72
Tahun 2005 Peraturan Pasal 81 Ayat 1 dan 2, tentang pembentukan dan pengelolaan BUMDes menurut
Peraturan Daerah Kabupaten/Kota sebagaimana dimaksud memuat: a. bentuk badan hukum; b.
kepengurusan; c. hak dan kewajiban; d. permodalan; e. bagi hasil usaha; f. kerjasama dengan pihak ketiga;
g. mekanisme pengelolaan dan pertanggungjawaban.
Adapun jenis-jenis usaha desa yang dapat menjadi unit usaha BUMDes, tercantum dalam Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 39 Tahun 2010 Tentang Badan Usaha Milik Desa, dalam pada BAB III
pasal 10, yaitu a. Jasa, antara lain: jasa keuangan mikro; jasa transportasi; jasa komunikasi; jasa
konstruksi; dan jasa energi; b. Penyaluran sembilan bahan pokok, antara lain: beras; gula; garam; minyak
goreng; kacang kedelai; dan bahan pangan lainnya yang dikelola melalui warung desa atau lumbung desa;
c. Perdagangan hasil pertanian, antara lain: jagung; buah-buahan; dan sayuran; d. Industri kecil dan rumah
tangga, antara lain: makanan; minuman, kerajinan rakyat; bahan bakar alternatif; dan bahan bangunan.
Jenis-jenis usaha tersebut dapat dikembangkan sesuai dengan kebutuhan dan potensi desa.

3
2.2 Skema Program KKN/PKN
Bagan sistematik atau skema hubungan antar konsep yang membentuk program kkn kita.

POTENSI DESA
(SDA/SDM) BBUMDes
Masterplan (rencana
Pembangunan)
Ekowisata Jati Londo POKDARWIS
Dikelola

UMKM Desa, dan


Masyarakat Desa

Gambar 1. Skema Program KKN

4
BAB III
METODE PELAKSANAAN KEGIATAN
3.1 Deskripsi Kegiatan
KKN ini akan dilakukan di Desa Plumbangan, Kecamatan Doko, Kabupaten Blitar. Program Kuliah
Kerja Nyata yang dilakukan oleh kelompok KKN ini merupakan suatu bentuk kegiatan dengan melakukan
pengabdian terhadap masyarakat dan menjadi bagian dari masyarakat Desa Plumbangan. Dalam kesehariannya
kelompok KKN juga tak lepas dari masyarakat dan bertingkah laku layaknya masyarakat setempat. Mengikuti
kegiatan-kegiatan yang dilakukan masyarakat tanpa membeda-bedakan. Dan ketika anggota kelompok
dibutuhkan oleh pemerintah desa, maupun masyarakat juga akan hadir dan mengikutinya.
Dalam KKN ini, kelompok dalam pelaksanaannya mengambil tema tentang pendampingan BUMDes
“Ngudi Lestari” dalam membangun wahana wisata,. Mengingat baru terbentuknya POKDARWIS yang bernama
Paguyuban Jati Londo pada bulan Mei, diharapkan dapat membantu mengembangkan potensi wisata desa.
Selain itu sektor wisata juga dapat bermanfaat kepada tingkat ekonomi masyarakat. Dengan adanya program
seperti ini partisipasi masyarakat, khususnya keterlibatan pemuda tentunya sangat diperlukan. Antara kelompok
anggota KKN dengan masyarakat yang ikut saling terlibat dalam bentuk penyampaian, pelaksanaan hingga
memanfaatkan potensi yang ada. Hubungan baik dengan masyarakat juga sangat diperlukan. Sehingga anggota
kelompok tak sungkan-sungkan ikut bergabung dalam kegiatan masyarakat setempat atau pun sekedar
berkumpul untuk ngobrol-ngobrol bersama.
Dalam hal ini terdapat banyak potensi di Desa Plumbangan. Diantaranya dalam bidang potensi sumber
daya alam dan sumber daya manusia, PERHUTANI sudah menyanggupi untuk menyewakan lahannya di Petak
68C seluas 26,3 Ha untuk dijadikan lokasi Wisata, dengan Perjanjian Kerja Sama (PKS) yang melibatkan Badan
Usaha Milik Desa (BUMDES) sebagai pihak ke-3, Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) sebagai pihak
ke-2, dan Perusahaan Hutan Negara Indonesia (PERHUTANI) sebagai pihak ke-1 dalam pengelolaan hutan
menjadi wisata, lalu adanya potensi arung jeram, dan Wisata Jati Belanda, yang nantinya akan melibatkan warga
sekitar.
Kelompok KKN disini juga melakukan kegiatan yang membantu pemerintah dalam memaksimalkan
potensi Desa melalui program BUMDES, dengan pendampingan POKDARWIS, yang nantinya akan membantu
dalam pembangunan Desa Wisata, seperti konsep wisata yang akan digunakan, penguatan dari segi struktur
organisasi dalam membagi program kerja masing-masing divisi ataupun anggota dan membantu dalam segi
pembangunan fisik wisata. Kegiatan ini juga bermanfaat dalam pengembangan komunitas desa, sehingga dalam
hal ini juga mendukung program KKN dalam bidang pemberdayaan masyarakat.

3.2 Metode Pelaksanaan


3.2.1 Pra Kegiatan
A. Metode Observasi
Pengamatan atau observasi adalah suatu metode pengumpulan data yang dilakukan dengan
cara mengamati gejala-gejala yang ada di suatu lokasi. Dalam metode ini, kelompok KKN melakukan
pengamatan secara langsung mengenai kondisi desa, potensi desa, dan juga permasalahan yang ada di
desa. Dengan mengetahui karakteristik desa tersebut, kelompok KKN akan lebih mudah memahami
bagaimana seharusnya potensi-potensi desa yang harus dikembangkan. Melalui metode observasi,
nantinya dapat diketahui bahwa potensi apa yang harus dikembangkan untuk menyesuaikan dengan
karakteristik desa dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat Desa Plumbangan.
Hasil Observasi yang didapatkan antara lain :
 Desa Plumbangan merupakan desa yang masyarakatnya masih guyub dan apabila ada suatu kegiatan
dalam desa, masyarakat saling membantu dan tidak sungkan memberi masukan satu sama lain.
 Terdapat lahan sebesar 26,3 Ha milik PERHUTANI yang dapat dijadikan potensi wisata.
 Lahan Jati sudah mulai dirintis menjadi Wahana Wisata.

B. Wawancara
Pada tahap wawancara yang dilakukan secara mendalam terhadap informan dari obyek KKN
ini berguna untuk mengetahui kondisi desa, potensi, dan permasalahan yang ada di desa. Dengan adanya
metode observasi yang sebelumnya adalah untuk mengetahui karakteristik dan kemudian dapat

5
dihasilkan gambaran umum mengenai desa, selanjutnya melalui tahap wawancara ini, informasi dapat
diterima secara mendalam.
Kegiatan wawancara ini dilakukan dengan memilih mantan Kepala desa, Direktur BUMDes,
dan juga salah seorang tokoh pemuda yang ada di Desa Plumbangan. Mantan Kepala desa dan Direktur
BUMDES dipilih dikarenakan mereka banyak mengetahui tentang seluk beluk, keadaan, dan
perkembangan pembangunan wahana wisata di Desa Plumbangan. Dan memilih salah satu tokoh
pemuda karena tokoh pemuda ini juga mengetahui banyak hal tentang kondisi beberapa perintisan
Pariwisata di Desa Plumbangan.
Secara garis besar hasil dari wawancara kedua informan yaitu:
 Masyarakat Desa Plumbangan rata-rata pekerjaan masyarakat adalah 90 persen pertanian dan
10 persen bekerja dalam sektor peternakan, pekerja, dan sektor UMKM.
 Permasalahan dalam mendampingi masyarakat dalam merintis destinasi wisata baru.
 Kepala Desa sudah banyak melakukan program yang dicangkan melalui BUMDES, seperti
pabrik beras, dan kegiatan UMKM lainnya.
 Konflik BUMDes dan Masyarakat Dusun Pagak dalam mengelola lahan Jati milik
PERHUTANI, sehingga terbagi 2 lokasi wahan wisata..
 Baru terbentuknya Kelompok Sadar Wisata (POKDARWIS) di Dusun Barek.
 Kesediaan BUMDES, LMDH, dan PERHUTANI dalam membantu masyarakat mendirikan
pariwisata di daerah Dusun Pagak, yang nantinya akan dijalankan oleh POKDARWIS Jati
Londo.

C. Perizinan
Perizinan ini dilakukan dengan menyerahkan surat pemberitahuan dari jurusan Sosiologi,
FISIP, Universitas Brawijaya kepada pihak pemerintah Desa Plumbangan untuk melaksanakan
kegiatan KKN, penyerahan surat tersebut dimaksudkan untuk memberitahukan masyarakat Desa
Plumbangan dan pihak desa terkait akan dilaksanakannya KKN di Desa Plumbangan. Selanjutnya surat
izin dari Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Bangkesbangpol) Kabupaten Blitar. Surat ini diperlukan
kelompok KKN untuk mendapat perlindungan hukum dan legalitas yang jelas dari pemerintah
Kabupaten Blitar. Selanjutnya dari pihak Bangkesbangpol menerbitkan surat rekomendasi pelaksanaan
kegiatan KKN yang ditujukan kepada pemerintah Desa Plumbangan. Dengan adanya perizinan
tersebut, diharapkan legalitas dan kejelasan kegiatan KKN tersebut dapat dipercaya oleh pihak Desa
Plumbangan.
D. Pemberangkatan
Sebelum melakukan pemberangkatan, kelompok KKN melakukan adanya persiapan
kebutuhan semua hal yang berkaitan dengan kegiatan KKN. Pendanaan juga termasuk dalam persiapan
sebelum pemberangkatan kelompok KKN. Setelah selesai dengan persiapan perizinan hingga persiapan
pendanaan, maka kelompok KKN akan terjun di lokasi tujuan yaitu di Desa Plumbangan, pada tanggal 1
Juli 2018.

3.2.2 Tahap Kegiatan


Pada tahapan ini merupakan kegiatan yang dilakukan oleh kelompok KKN setibanya di Dusun
Barek, Desa Plumbangan, tempat dilaksanakannya kegiatan KKN. Dalam tahap ini kelompok KKN pada
awalnya telah membentuk POKDARWIS yang bernama “Jati Londo”. Selanjutnya adalah pelaksanaan
program yang sudah dirancang dari awal yakni pendampingan BUMDes dalam membangun Wahana
Wisata. Pendampingan tersebut berupa pembuatan Masterplan terhadap lahan hutan jati milik pehutani.
Pembuatan Masterplan tersebut merupakan suatu upaya yang dapat membantu mengembangkan potensi
wisata di Desa Plumbangan. Selain itu sektor wisata kedepannya juga dapat bermanfaat pada tingkat
ekonomi masyarakat, karena dengan adanya objek pariwisata yang baru, maka masyarakat Desa
Plumbangan juga akan ikut berpartisipasi dalam mengembangkan objek pariwisata Jati Londo,
khususnya keterlibatan pemuda beserta UMKM desa tentunya sangat diperlukan.

6
A. Pengenalan Program
Langkah awal yang kelompok KKN lakukan yakni dengan melakukan pengenalan program
kepada seluruh masyarakat serta pemerintah desa. Hal ini dimaksudkan agar masyarakat desa dan pihak-
pihak yang terlibat dapat mengetahui dan memahami secara pasti program-program yang akan dijalankan
oleh kelompok KKN yang ada di Dusun Barek, Desa Plumbangan. Pengenalan program ini dilakukan
secara tidak formal saat bertemu dengan beberapa warga kelompok KKN pun mulai mengenalkan
program atau kegiatan-kegiatan apa saja yang akan kelompok KKN lakukan serta tujuan dari program
tersebut
B. Survey dan Wawancara
Dari hasil observasi awal dan ketika dalam proses wawancara saat KKN, ditemukan bahwa
potensi wisata yang ada di desa akan dapat berkembang apabila potensi tersebut dikelola dengan struktur
yang jelas dengan menggunakan rancangan dari Masterplan. Namun sebelum merancang suatu
Masterplan, objek wisata tersebut perlu dianalisis menggunakan analisis SWOT, yang diamana melalui
analisis tersebut kemudian akan memunculkan beberapa hal yang berhubungan dengan kekuatan ,
ancaman, kelemahan, dan kesempatan pada objek wisata tersebut. Untuk mengetahui beberapa hal
tersebut, kemudian kelompok KKN mengundang para tokoh-tokoh seperti Kepala Dusun, Ketua
Bumdes, dan tokoh-tokoh lain untuk datang dalam FGD sehingga dapat ngobrol-ngobrol dan berdiskusi
bersama-sama sambil mencari solusi bersama-sama.
C. Rancangan Kegiatan
Pada tahap rancangan kegiatan ini, kelompok KKN dalam pelaksanaannya merencanakan dan
melakukan pendampingan terhadap BUMDes dalam membangun wahana wisata Desa Plumbangan guna
mengembangkan potensi desa dan merintis Desa Wisata. Dalam tahap ini kelompok KKN pada awalnya
telah membentuk POKDARWIS yang bernama “Jati Londo”. Setelah dibentuknya POKDARWIS tersebut,
kelompok KKN melakukan observasi ke lapangan guna melihat kondisi secara langsung lahan hutan jati
yang akan digunakan untuk tempat wisata “Jati Londo”. Dari observasi tersebut kemudian dapat
dirancangkan bagaimana kondisi fisik dari lahan yang akan digunakan tempat wisata, sehingga kelompok
KKN akan denga mudah memetakan tempat yang mana seharusnya digunakan sesuai dengan kondisi
fisiknya. Selanjutnya diadakanlah FGD dan Wawancara yang dihadiri oleh para tokoh-tokoh masyarakat
seperti Kepala Dusun, Ketua Bumdes, dan tokoh-tokoh lain yang terkait dengan pembuatan Masterplan
“Jati Londo”. Wawancara dan FGD kali ini diperlukan untuk menganalisis obyek wisata terkait dengan
kekuatan , ancaman, kelemahan, dan kesempatan pada objek wisata tersebut. Dari analisis tersebut
kemudian kelompok KKN akan merencanakan Masterplan untuk objek wisata “Jati Londo”.

3.2.3 Pasca Kegiatan


A. Evaluasi
Tahap evaluasi merupakan tahap dimana semua kegiatan akan dinilai, hal ini dilakukan untuk
mengetahui sejauh mana kesiapan, kedisiplinan, dan kemampuan peserta atau kelompok kuliah kerja
nyata (KKN) serta seberapa banyak bekal mengenai non material yang dimiliki oleh calon peserta KKN
yang akan meliputi hal-hal yang berhubungan dengan pengelolaan, pelaksanaan tahapan kegiatan,
termasuk penyusunan laporan dan penilaiannya. Hasil dari evaluasi ini dapat digunakan untuk mengukur
sebuah pencapaian tujuan dan dampak yang ditimbulkan baik terhadap mahasiswa maupun terhadap
masyarakat, yaitu perkembangan kepribadian mahasiswa, pemberdayaan masyarakat dan suatu
perkembangan kelembagaan yang terkait.
Program utama yang dibuat oleh kelompok KKN antara lain membantu BUMDes membentuk
POKDARWIS yang bernama Paguyuban Jati Londo, dan kemudian membantu dalam pembuatan
Masterplan dari wisata yang akan dibangun oleh BUMDes. Sedangkan program tambahannya yaitu
antara lain Edukasi ke Sekolah Dasar Plumbangan 02, Membantu Paguyuban Rimba Mulya, mengadakan
acara Festival Guyang Kebo, dam serta turut membantu kegiatan Bersih Dusun Plumbangan, Precet,
Barek, dan Pagak. Program-program tersebut merupakan bentuk pengabdian kepada masyarakat yang
melibatkan secara sinergis mengenai unsur mahasiswa, masyarakat, dan kelembagaan yang diharapkan
dapat memberikan suatu dampak positif bagi para pihak yang terlibat. Evaluasi dari program ini
diharapkan dapat digunakan sebagai acuan yang lebih baik ke depannya apabila program yang lakukan

7
ini terus dilakukan oleh pemerintah desa Plumbangan sendiri maupun masyarakatnya secara rutin.
Sehingga program tersebut akan dapat terus berjalan.
B. Pendampingan
Jalannya program-program KKN yang dibuat kepada masyarakat tersebut akan didampingi oleh
anggota kelompok KKN dan juga pihak-pihak yang terkait dalam menjalankan suatu program, agar
hasilnya sesuai dengan harapan peneliti anggota kelompok KKN dan warga Desa Plumbangan. Program
dari peneliti ini yaitu melakukan kegiatan yang membantu pemerintah dalam memaksimalkan potensi
Desa melalui program BUMDes, dengan pendampingan POKDARWIS, yang nantinya akan membantu
dalam pembangunan Desa Wisata, dari sini adanya suatu pemberdayaan masyarakat yang dimana
diarahkan atau didampingi oleh peserta anggota kelompok KKN yang tugasnya juga membantu
mengarahkan masyarakat untuk apa yang peneliti inginkan sesuai dengan target program KKN yang
sudah di buat, serta dapat mengembangkan potensi apa saja yang ada di Desa Plumbangan. Selain itu
adanya pendampingan ini bisa untuk memantau bagaimana keadaan program yang telah dijalankan di
desa setelah peserta KKN kembali dari Desa Plumbangan.
C. Penyusunan Laporan
Mengenai kegiatan KKN pasca di lapangan, adanya tahapan penyusunan laporan, mahasiswa
diwajibkan untuk menyusun sebuah laporan dari apa yang dilakukan selama KKN di lapangan. Laporan
yang disusun dan kemudian di kumpulkan atau diberikan pada pihak yang berkewenangan dalam studi
KKN tersebut, untuk di koreksi maupun diadakannya sebuah penilaian. Selanjutnya terdapat responsi,
responsi ini merupakan suatu bentuk dari ukuran atau sebagai alat pengukur, yang dimana untuk
mengukur tingkat keberhasilan pelaksanaan kegiatan mahasiswa di lokasi KKN. Adanya responsi ini
juga dilaksanakan dalam rangka bentuk dari mengetahui suatu tanggung jawab mahasiswa mengenai
pelaksanaan kegiatan program KKN yang selama ini dilakukan di lapangan.

3.3 Skema Alur KKN


Pra-Kegiatan Kegiatan Pasca Kegiatan
Observasi awal kondisi lapang Sosialisasi Pengenalan Evaluasi dari program yang
di Desa Plumbangan program KKN kepada telah dibuat
pemerintah desa dan
masyarakat
Wawancara dengan tokoh Survei dan wawancara Pendampingan program untuk
masyarakat setempat kelompok sadar wisata keberlanjutan kegiatan dari
(POKDARWIS) di Desa program
Plumbangan
Diskusi kelompok untuk Mengumpulkan tokoh-tokoh Penyusunan Laporan
mengidentifikasi masalah serta dari kelompok sadar wisata
menentukan rumusan masalah paguyuban jati londo
Bertemu dengan tokoh desa Survei dan wawancara untuk
untuk membahas beberapa hal mencari informasi mengenai
yang akan dilakukan selama potensi wisata yang ada di
kegiatan KKN berjalan desa berupa arung jeram,
wisata jati, dan pengelolaan
hutan wisata
Perizinan Mengumpulkan pihak
pemerintah desa, tokoh
masyarakat, dan
POKDARWIS untuk
membahas program atau
kegiatan pendampingan
kelompok KKN
Kelompok KKN membantu
masyarakat dan pemerintah

8
dengan melakukan
pendampingan secara langsung
Bekerjasama dengan
Perhutani, BUMDES, dan
LMDH untuk membahas
konsep wisata yang baik,
menguatkan struktur
organisasi paguyuban jati
londo.

3.4 Pembagian Kerja


Tahap Kegiatan Sub Kegiatan Keterangan

Pra kegiatan Survei Pada survei ini dilakukan oleh semua


anggota kelompok agar semua
anggota kelompok dapat mengetahui
kondisi yang akan dijadikan sebagai
tempat KKN

Wawancara Wawancara ini dilakukan oleh semua


anggota kelompok KKN untuk
mengetahui kondisi yang ada di dsa
dan mengetahui kegiatan dan
keberlangsungan dalam
mengembangkan potensi desa

9
Perizinan Perizinan ini diajukan kepada
Bangkesbangpol Kabupaten Blitar
dan juga Desa Plumbangan untuk
mendapatkan izin dan perlindungan
selama melakukan KKN

Pemberangkatan Semua anggota KKN akan berangkat


pada tanggal 01 Juli 2018
Kegiatan Sosialisasi Pada sosialisasi ini dilakukan oleh
semua anggota kelompok KKN
untuk mengenalkan program
kelompok mengenai pendampingan
pada BUMDES dalam merintis
pembangunan wahana wisata.

Mencari informasi Mencari informasi mengenai rencana


mengenai rencana pembangunan wahana wisata ini
pembangunan wahana dilakukan dengan cara bagi tugas,
wisata perwakilan ke POKDARWIS
(Yakhfaa, Arif, Nada, dan Gea),
Pendamping Wisata (Iqbal, Galih,
Rifaldi, dan Bambang) dan Direktur
BUMDes (Dede, Ferdian, dan Vidia)

10
Forum Group Discussion Kegiatan ini membicarakan rencana
(FGD) dengan Mantan pembuatan masterplan oleh
Kepala Desa, Direktur kelompok KKN, dan kegiatan ini
BUMDes, dan Kelompok diadakan dengan semua anggota
Sadar Wisata kelompok
(POKDARWIS)
Pembuatan MasterPlan Pembuatan masterplan ini berisi tema
Pembangunan Wahana wisata, RAB pembangunan, dan
Wisata Jati Londo denah pembangunan wisata, yang
dilakukan oleh semua anggota
kelompok.

Ikut serta pelaksanaan Semua anggota kelompok ikut serta


kegiatan mengembangkan dalam kegiatan pendampingan
potensi wisata kelompok sadar wisata dalam
pembangunan wahan wisata, seperti
kerja bakti dan pembahasan rencanan
pemvbbangunan waha wisata
tersebut.

Penyerahan MasterPlan Penyerahan ini dilakukan disaat hari


kepada Desa Plumbangan tim KKN pulang dan dilakukan oleh
semua anggota kelompok.

Dokumentasi Dokumentasi dikerjakan oleh dua


anggota kelompok KKN yakni Nada
dan Ferdian

Evaluasi Pada evaluasi ini juga dilakukan oleh


semua anggota kelompok.

11
Pendampingan Sama halnya dengan pendampingan
dilakukan oleh semua anggota
kelompok dengan alasan agar
kelompok KKN semua dapat
mengetahui berjalannya suatu
kegiatan yang kelompok KKN dan
dapat memanfaatkan potensi wisata
yang ada, serta perkembangan dari
program yang kelompok KKN buat.

Pasca kegiatan Penyusunan Laporan Pada penyusunan laporan ini akan


dilakukan oleh semua anggota
kelompok.

3.5 Lokasi
Kegiatan KKN ini akan dilakukan di Desa Plumbangan, Kecamatan Doko, Kabupaten Blitar. Desa
Plumbangan merupakan desa yang berada di dataran tinggi dengan wilayah perbukitan sehingga memiliki
sumber daya alam yang subur. Desa Plumbangan terdiri atas empat dusun, yaitu Dusun Plumbangan, Dusun
Barek, Dusun Precet, dan Dusun Pagak. Kondisi alam tersebut yang kemudian menjadikan sebagian besar
wilayah Desa Plumbangan dijadikan lahan pertanian. Desa Plumbangan juga melimpah, yang sudah dikelola
pihak pemerintah desa untuk mengairi pertanian. Air juga menjadi alasan mengapa mayoritas penduduk Desa
Plumbangan memelihara hewan ternak berupa maesa atau kebo (kerbau; baca) yang memang membutuhkan air.
Akses dari Desa Plumangan ke kecamatan doko sekitar 8 kilometer. Sedangkan akses ke Kabupaten
Blitar sekitar 22 kilometer dan ±2 jam dari Kota Malang. Desa Plumbangan dibatasi oleh wilayah desa-desa
tetangga. Di sebelah utara berbatasan dengan Desa Sumberurip. Di sebelah barat berbatasan dengan Desa
Wlingi, Kecamatan Wlingi. Di sisi selatan berbatasan dengan Desa Suru, sedangkan di sisi timur berbatasan
dengan Desa Suru, selatan berbatasan dengan Desa Suru, sedangkan di sisi timur berbatasan dengan Desa Suru.

12
BAB IV
GAMBARAN UMUM
4.1 Gambaran Umum Desa Plumbangan
Secara geografis Desa Plumbangan terletak pada posisi 7°21'-7°31' Lintang Selatan dan 110°10'-
111°40' Bujur Timur. Topografi desa ini adalah berupa dataran tinggi dengan ketinggian yaitu sekitar 300m di
atas permukaan air laut. Adapun batas Desa Plumbangan adalah :
1. Sebelah Utara berbatasan dengan : Desa Sumberurip Kec. Doko dan Desa Tegalasri Kec. Wlingi
2. Sebelah Timur berbatasan dengan : Ds. Suru Kec. Doko
3. Sebelah Barat berbatasan dengan : Kel. Wlingi dan Ds. Tembalang Kec. Wlingi
4. Sebelah Selatan berbatasan dengan: Ds. Suru Kec. Doko

Gambar 2. Peta Desa Plumbangan

Desa Plumbangan merupakan wilayah yang terdiri dari pemukiman penduduk, tanah tegalan,
perkebunan rakyat, lahan persawahan dengan luas wilayah desa 655.155 Ha. yang terdiri dari :
1. Tanah Permukiman : 97 Ha
2. Tanah Sawah : 138 Ha
3. Tanah Tegal : 61 Ha
4. Fasilitas Umum : 23 Ha
5. Tanah Perhutani : 302 Ha
Desa Plumbangan terdiri dari 4 Dusun, 12 RW dan 36 RT yaitu :
1. Dusun Plumbangan : 4 RW dan 15 RT
2. Dusun Barek : 3 RW dan 9 RT
3. Dusun Precet : 3 RW dan 9 RT
4. Dusun Pagak : 2 RW dan 3 RT
Menurut hasil data lapangan, Desa Plumbangan memiliki banyak potensi seperti di sektor pertanian,
metode pertanian terasering dengan hasil yang melimpah saat panen dan produksi beras yang sudah berjalan dari
BUMDES dan di sektor pariwisata, sudah ada beberapa wisata yang berdiri seperti arung jeram, tubing, maupun
camp ground, dan juga pemanfaatan lahan perkebunan jati yang dimiliki Dinas PERHUTANI menjadi destinasi
wisata.

4.2 Gambaran Permasalahan


Dengan memfokuskan program dalam bidang pembangunan desa, lebih tepatnya pembangunan
usaha milik desa dalam bentuk wisata. Pada prosesnya, kelompok kami menemui beberapa permasalahan.
Permasalahan tersebut diantara lain adalah
1. Belum Adanya Kelompok Sadar Wisata (POKDARWIS)
Dalam membangun sebuah objek wisata, dibutuhkan sebuah pengurus atau badan yang
berfokus dalam membangun dan mengurus objek wisata. Perjanjian kerja sama sudah dilakukan oleh
BUMDes sebagai perwakilan desa dengan PERHUTANI dalam mengelola lahan hutan jati untuk di
manfaatkan menjadi objek wisata, kendala dalam menjalankan usaha tersebut yaitu, belum adanya
kelompok yang mengelola usaha tersebut. Maka dari itu kelompok KKN membuat kelompok sadar
wisata, dengan struktur organisasi lengkap, yang bernama POKDARWIS “Jati Londo”.
2. Rencana pembangunan (Master Plan)
Pokdarwis dan BUMDes belum memiliki rencana pembangunan wisata Jati Londo, Menurut
keterangan Direktur BUMDes Pak Onang belum adanya Master Plan pembangunan wisata Jati Londo,

13
karena tidak adanya SDM yang sanggup dan kompeten dalam membuat Master Plan tersebut, faktor
baru terbentuknya POKDARWIS juga membuat belum siapnya kelompok tersebut dalam merancang
dan membangun pariwisata tersebut. Maka dari itu tim KKN membantu BUMDes dalam menjalankan
usaha wisata Jati Londo dengan membuat Master Plan tersebut.
3. Potensi Desa Plumbangan yang belum secara maksimal di gunakan
Seiring dengan observasi secara berkala yang di lakukan tim KKN ke 4 dusun, terdapat
potensi-potensi desa yang belum di manfaatkan secara maksimal, hasil padi dari pertanian terasering
yang seharusnya dapat dimanfaatkan oleh desa dengan memanfaatkan usaha penggilingan padi
BUMDes, aliran sungai yang membentang sepanjang Desa Plumbangan yang dapat di jadikan wisata
rafting, dan yang terakhir luasnya lahan hutan jati yang dapat di jadikan objek wisata. Semua potensi
tersebut seharusnya dapat dimanfaatkan secara maksimal agar naiknya tingkat kesejahteraan dan
tingkat ekonomi warga Desa Plumbangan.

Beberapa permasalahan diatas merupakan permasalahan yang kelompok kami temui ketika terjun di
lapangan. Dalam prosesnya kelompok kami terus mencarikan solusi untuk menyelesaikan permasalahan tersebut
khususnya permasalahan mengenai kepemilikan kerbau yang menjadi tema utama kami.

14
BAB V
PEMBAHASAN
5.1 Implementasi dan Capaian Program Utama
5.1.1 Pembentukan Paguyuban Wisata Jati Londo
Desa Plumbangan memiliki banyak sumber daya alam yang bisa dimanfaatkan, seperti lahan pertanian
dengan tanah yang subur, sungai yang selalu mengalir, hutan jati yang luas, dan lain-lain. Tidak semua sumber
daya alam di Desa Plumbungan terkelola dengan baik. Hutan jati adalah salah satu sumber daya alam potensial
untuk dimanfaatkan meskipun hutan tersebut dimiliki oleh Perhutani.
Pemanfaatan hutan milik perhutani oleh masyarakat seharusnya dilakukan melalui prosedur-prosedur yang
sesuai dengan aturan yang berlaku, untuk itulah Perhutani mempunyai lembaga yang menghubungkan
masyarakat dengan perhutani, yaitu Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH). LMDH sebagai penghubung
masyarakat dan Perhutani bertugas melakukan sosialisasi tentang hutan di desanya, aksesibilitas pemanfaatan
hutan, hingga aturan-aturan dalam mengelola hutan. LMDH Desa Plumbangan mengalami kesulitan dalam
melakukan tugas sosialisasinya karena kurangnya personil dan ketidakjelasan target sosialisasi.
Target sosialisasi perlu dibentuk untuk meurumuskan fokus kajian dan sikap LMDH. Hutan jati di Desa
Plumbangan sangat potensial untuk dijadikan kawasan wisata berbasis alam. Potensi ini menjadi dasar
pertimbangan tim KKN untuk mengajak masyarakat mengelola hutan dengan cara membangun wisata di
dalamnya. Niat ini diiimplementasikan dengan pembentukan Paguyuba Wisata Jati Londo. Paguyuban wisata ini
akan menjadi pengelola kawasan wisata yang akan di bangun, sekaligus menjadi target sosialisasi oleh LMDH.
Perumusan program utama yang berupa pembentukan paguyuban wisata dan pembuatan masterplan wisata
dapat digambarkan melalui skema berikut.
Tidak ada paguyuban
Pengetahuan akan
yang menjadi ruang
pengelolaan SDA
diskusi
minim

Masalah permodalan
Potensi SDA
Tidak ada rencana
pengembangan terabaikan
potensi alam

5.1.2 Membuat Masterplan Pengembangan Kawasan Wisata Jati Londo


Wisata Jati Londo terletak pada Dusun Barek Tawing, Desa Plumbangan, di lahan hutan jati Petak 68C
seluas 26,3 Ha tersebut perlahan sudah mulai di bangun secara mandiri dan kerjasama dengan pihak luar oleh
pengurus wahana wisata Jati Londo, terdapat 3 pihak yang terlibat dalam mengelola yaitu, Badan Usaha Milik
Desa (BUMDES) sebagai pihak ke-3, Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) sebagai pihak ke-2, dan
Perusahaan Hutan Negara Indonesia (PERHUTANI) sebagai pihak ke-1 dalam pengelolaan hutan menjadi
wisata.
Perencanaan awal Wisata Jati Londo berkonsep dalam wisata alami atau wisata yang memanfaatkan
potensi alam sekitarnya, seperti ranting pohon dan pohon jati dalam pembuatan objek wisata dan pemanfaatkan
aliran sungai kecil menjadi wisata tubing anak-anak. Konsep yang ditawarkan oleh wisata Jati Londo adalah
wisata berbasis masyarakat. Pertama wisata pada umumnya berpola dalam membantu ekonomi masyarakat lokal
dan mendukung pelestarian alam. Para pelaku dan pakar di bidang wisata sepakat untuk menekankan bahwa
pola wisata sebaiknya meminimalkan dampak yang negatif terhadap linkungan dan budaya setempat dan
mampu meningkatkan pendapatan ekonomi bagi masyarakat setempat dan nilai konservasi (Direktorat Jendral
Pengembangan Destinasi Pariwisata, 2009).
Wisata yang dikembangkan di desa Plumbangan merupakan wisata berbasis masyarakat. Pariwisata
berbasis masyarakat merupakan pengembangan pariwisata dengan tingkat keterlibatan masyarakat setempat
yang tinggi dan dapat dipertanggungjawabkan dari aspek sosial dan lingkungan hidup. Wisata berbasis

15
masyarakat merupakan usaha wisata yang menitikberatkan peran aktif komunitas (Hayati, 2016). Hal tersebut
didasarkan kepada kenyataan bahwa masyarakat memiliki pengetahuan tentang alam serta budaya yang menjadi
potensi dan nilai jual sebagai daya tarik wisata, sehingga pelibatan masyarakat menjadi mutlak (Direktorat
Jendral Pengembangan Destinasi Pariwisata, 2009).
Chuang (2010) menyatakan bahwa dalam pariwisata pedesaan harus ada karakteristik khusus yang
dapat berupa budaya tradisional, budaya pertanian, pemandangan alam, dan gaya hidup yang sederhana.
Universal Consensus menegaskan bahwa tujuan pengembangan pedesaan adalah untuk meningkatkan kualitas
masyarakat pedesaan (inclusiveness of rural development), yang konsep pengembangannya terbagi menjadi 3
dimensi yang terintegrasi, yaitu dimensi ekonomi, sosial, dan politik. Kontribusi dari pengembangan ekowisata
berbasis masyarakat terhadap pengembangan pedesaan seharusnya merata dan nyata pada ketiga dimensi
tersebut (Tanaya & Rudiarto, 2014).
Wisata berbasis masyarakat yang akan dibangun dalam masterplan wisata Jati Londo berupa wisata
yang bertempat pada hutan jati. Alasan membangun wisata berbasis masyarakat di daerah tersebut adalah tidak
dimanfaatkan dengan baik oleh warga sekitar. Pelaksanaan program wisata sudah banyak dilakukan, namun
seringkali tidak melibatkan masyarakat. Padahal melalui kegiatan wisata masyarakat dapat memperoleh
keuntungan secara ekonomi sekaligus dapat mengurangi ketergantungan terhadap pemanfaatan sumberdaya
kawasan hutan. Untuk itu, dibutuhkan suatu bentuk program wisata yang memposisikan masyarakat bukan
hanya sebagai objek, namun juga sebagai subjek dari kegiatan wisata tersebut. Sarana pendukung pada wisata
Jati Londo ialah gazebo, taman bermain anak, river tubing, rumah pohon, panggung budaya, dan kios jualan.
Dalam kondisi hutan jati yang dimiliki perhutani, kawasan wisata Jati Londo ini selain menawarkan
pemandangan Alam dengan kekayaan pohon jatinya, kawasan tersebut juga banyak memiliki spot atau tempat-
trmpat yang menarik yang perlu diabadikan bahkan kawansan yang asri ini dengan hembusan angin yang sejuk
membuat wisatawan berasa nyaman di kawasan hutan jati tersebut.
Selain pemandangan alam yang asri kawasan wisata Jati Londo yang memiliki luas 26,3 Ha (Hektar)
ini juga menawarkan banyak spot until mengambil gambar menarik, Ada pula hamparan sawah yang berbatasan
dengan sungai menjadi salah satu spot paling menarik dengan mendapatkan gambar yang bagus. Kawasan
wisata Jati Londo juga memiliki beberapa sarana wisata yang bertujuan untuk menatik wisatawan lokal maupun
wisatawan asing.
Salah satu sarana yang ada di Wisata Jati Londo adalah river tubbing. River tubbing merupakan salah
satu bentuk kegiatan wisata alam yang menyuguhkan pengalaman petualangan dalam mengarungi sungai
dengan menggunakan ban (tube) ukuran besar. Tubing hampir mirip dengan kegiatan arung jeram (rafting),
akan tetapi kegiatan tubing pada umumnya dilakukan di sungai yang tidak terlalu lebar dan datar serta jeram
yang tidak terlalu dalam/tinggi. River Tubing sebagai salah satu objek wisata Jati Londo yang menyasar
kalangan anak-anak, menawarkan serunya menyusuri sungai kecil atau kali yang tenang yang berada di sebelah
barat Wisata Jati Londo.
River tubing memang akhir-akhir ini sangat diminati warga, dibuktikan dengan diberbagai daerah yang
sudah merintis objek serupa, seperti Sumber Maron, Malang. Namun dalam pengoprasianya harus
memperhatikan SOP (Standard Operating Procedure) yang telah ditentukan. Di lansir dari Kompas.com dengan
judul ”River Tubing” itu Asyik. Asal” menurut Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD)
Kabupaten Magelang Edi Susanto, memperhatikan kondisi sungai dan cuaca saat hendak melayani wisatawan.
Hal tersebut juga bisa dijalan dengan bekerjasama kepada komunitas atau lembaga yang dapat memberikan info
dan keadaan cuaca yang tepat. Bukan tidak lain hal ini dapat menekan ancaman atau kecelakaan kepada
wisatawan.
Sarana lain yang terdapat pada Wisata Jati Londo adalah rumah pohon. Adanya rumah pohon dalam
kawasan wisata Jati Londo akan membuka peluang ketertarikan wisatawan yang lebih besar. Nantinya rumah
pohon tersebut dapat digunakan sebagai tempat bersantai ataupun tempat berfoto yang mampu menghasilkan
gambar yang menarik. Rumah pohon dapat menjadi pilihan bersantai alternatif bagi wisatawan selain gazebo
yang letaknya berada di bawah. Posisi rumah pohon yang berada diatas juga memungkinkan wisatawan untuk
mendapatkan view yang lebih menarik dan lebih luas daripada view yang didapatkan di bawahnya. View yang
lebih luas dan menarik ini akan menjadi salah satu tujuan utama datangnya wisatawan, nantinya banyak
wisatawan yang akan mengabadikan momen di rumah pohon dan mempublikasikannya melalui sosial media

16
atau artikel yang mengulas tentang wana wisata Jati Londo, selanjutnya hal ini dapat menjadi sarana untuk
menarik wisatawan lain untuk berkunjung ke wahana wisata .
Rumah pohon adalah salah satu daya tarik wisatawan untuk berkunjung ke tempat wisata Jati Londo,
rencananya rumah pohon akan di buat 15 tumah pohon sampai akhir tahun ini, yang nantinya di awal tahun
2019 akan segera di resmikan dan siap untuk di buka secara umum. Keadaan Alam di Jati Londo sangat
mendukung untuk pembuatan rumah pohon dengan kekuatan alam yang menjadi landasan pengembangan
rumah pohon, serta banyaknya pohon jati yang telah berukuran besar dapat di gunakan sebagai penopang
berdirinya rumah pohon dan juga pemilihan rumah pohon akan di pertimbangkan yang berukuran besar sebagai
tempat di letakannya rumah pohon di dasarkan atas kekuatan pohon untuk menopang beban wisatawan dan
rumah pohon itu sendiri.
Adanya keunggulan lain dari rumah pohon tersebut juga dapat di gunakan sebagai tempat bersantai
alternatif bagi wisatawan selain gazebo yang letaknya di bawah serta rumah pohon juga dapat menjadi tempat
berfoto yang mampu menghasilkan gambar yang menarik serta mendapat view yang lebih bagus dan lebih luas
dari pada view yang di dapatkan di bawah.
Selain adanya rumah pohon akan di tuangkan kebudayaan dan kesenian di Wisata Jati Londo, Desa
Plumbangan sendiri memiliki keanekaragaman mulai dari agama, sosial, budaya dan seni. kawasan wisata Jati
Londo dilengkapi juga dengan panggung budaya. Panggung budaya atau panggung seni merupakan wadah
untuk menyalurkan serta melestarikan budaya dan seni yang ada di Desa Plumbangan.
Setelah di resmikan dan siap di buka untuk umum wisata Jati Londo Dalam sebulan sekali wisata
tersebut akan menampilkan kebudayaan dan kesenian seperti tari2an khas budaya Plumbangan, serta adanya
festival guyang kerbau dan festival yang ada di desa Plumbangan. Panggung budaya yang ada di wanna Wisata
Jati Londo juga bisa di gunakan wisatawan atau komunitas yang ingin mengadakan acara-acara seperti acara
musik, inagurasi, dan acara lainnya. Panggung budaya yang nantinya ini bisa bekerjasama dengan beberapa
sanggar yang ada di Desa Plumbangan, seperti sanggar tari barong dan jarananan, untuk menampilkan tarian
khas budaya Plumbangan di Wana Wisata Jati Londo. Adanya panggung seni ini pada Wahana Wisata Jati
Londo juga dapat menarik pengunjung atau wisatawan datang, karena pada dasarnya menampilkan objek wisata
yang berbeda dari daerah-daerah lainnya, atau yang bisa disebut kekhasan suatu daerah.
Dengan adanya acara pentas seni dan kebudayaan yang akan dilaksanakan di panggung budaya dapat
menjadi salah satu sumber pendapatan tambahan dari wana Wisata Jati Londo dari segi finansial.

5.2 Program Tambahan


5.2.1 Partisipasi Kegiatan Bersih Dusun di Dusun Barek, Plumbangan, Precet, dan Pagak
Bersih dusun merupakan kegiatan masyarakat masing-masing dusun di Desa Plumbangan, yang
melakukan suatu acara syukuran kepada arwah leluhur, menariknya di masing-masing dusun mempunyai
waktu dan tempat yang berbeda seperti di Dusun Plumbangan saja mempunyai 4 lokasi berbeda. Tanggal
pelaksanaan bersih Dusun barek dan Dusun Precet yaitu, tanggal 20 Juli 2018 dan bersih Dusun
Plumbangan dan Dusun Precet di laksanakan pada tanggal 10 Agustus 2018. Dari wawancara terhadap
bapak Penanggung Jawab Desa Plumbangan, acara bersih dusun merupakan cara masyarakat masing-
masing dusun untuk mensyukuri atas hasil pertanian dan penghasilan desa, agar terhindar dari musibah dan
senan tiasa mendapat kerbah.
Kegiatan bersih Dusun diawali di pagi hari berdoa di makam leluhur, dengan waktu dan lokasi
yang berbeda masing-masing dusun, diakhiri dengan pembagian makanan kepada masyarakat sekitar
dusun. Di lanjutkan pada sore hingga malam hari adalah pentas seni, sebagai contoh seperti di Plumbangan
selama 2 hari berturut-turut ada pentas seni Tayuban dan orkes Dangdut, lalu di Dusun Barek selama 2 hari
berturut-turut ada pentas seni Wayang dan Jaranan. Acara pentas seni ini bukan tanpa alasan menurut
wawancara kepada Bapak Kepala Dusun Barek, melainkan acara tersebut mempunyai misi melestarikan
budaya Desa Plumbangan.

17
5.2.2 Edukasi ke Sekolah Dasar Negeri Plumbangan 02
Kegiatan edukasi ke Sekolah Dasar ini merupakan salah satu bentuk dari pengabdian oleh tim KKN
Universitas Brawijaya. Sejumlah mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Sosiologi Universitas Brawijaya yang
berada di Desa Plumbangan ini ikut berpartisipasi membantu mengajar di SD Negeri Plumbangan 02, Dusun
Barek, Desa Plumbangan, Kabupaten Blitar. Selama hampir 2 minggu setiap hari senin hingga sabtu, tim KKN
ikut serta mengajar, yang dimulai pada pukul 08.00 pagi tim KKN meminta izin kepada guru-guru bahwa akan
mengajar minimal 1 mata pelajaran per hari dengan menyisipkan materi edukasi untuk merawat lingkungan di
dalam proses ngajar-mengajarnya. Materi yang diberikan adalah edukasi merawat lingkungan yang dilakukan
karena banyaknya potensi alam di Desa Plumbangan sendiri. Selain itu juga, edukasi ini bertujuan agar anak-
anak yang notabennya sebagai calon penerus bangsa memiliki kesadaran yang tinggi atas pentingnya merawat
dan mencintai lingkungan.
Kegiatan selanjutnya adalah mengajar pramuka. Dikarenakan kurangnya tenaga pengajar, maka tim
KKN ikut serta membantu untuk mengajar kegiatan pramuka selama 1 hari. Kegiatan ini dilakukan untuk
membantu menyukseskan lomba 17 agustusan. Kemudian kegiatan yang terakhir sebagai praktik dari merawat
lingkungan, tim kkn menyelenggarakan penanaman tanaman hias dan membuat taman kecil di halaman sekolah,
dengan mengajarkan murid-murid cara menanam tumbuhan serta merawatnya. Kegiatan ini diikuti oleh seluruh
murid-murid dari kelas I hingga kelas VI. Selain itu tim KKN juga menyumbangkan beberapa tanaman hias
kepada guru-guru untuk ditanam di depan ruang guru SD Negeri Plumbangan 02.

5.2.3 Festival Guyang Kerbau


Program festival guyang kerbau merupakan kegiatan memandikan kerbau milik para peternak kerbau
di Dusun Plumbangan. Festival ini pertama kali diadakan oleh mahasiswa Sosiologi Universitas Brawijaya pada
KKN 2017, pada KKN terdahulu diadakannya festival kerbau karena di Desa Plumbangan banyak warganya
yang memelihara kerbau karena dulunya kerbau berfungsi untuk membajak sawah sebelum akhirnya sekarang
banyak digantikan oleh mesin. Di Desa Plumbangan pula disebutkan bahwa pernah memiliki “arca kerbau”
namun saat ini telah dipindahkan ke Museum Trowulan dengan alasan keamanan. Melihat hal tersebut, kerbau
dapat dijadikan sarana untuk mengadakan festival karena dianggap akan menonjolkan potensi desa dan karena
unik akan menarik minat pengunjung untuk menghadiri festival, maka dari itu demi program yang berkelanjutan
program tersebut diadakan kembali pada hari Minggu, 26 Agustus 2018.
Masih banyaknya warga Dusun Plumbangan yang memiliki kerbau, meskipun jumlahnya dari tahun ke
tahun berkurang, melihat hal tersebut, festival guyang kerbau dirasa perlu untuk diadakan lagi guna
melestarikan budaya masyarakat terkait kepercayaan mereka terhadap patung kerbau atau Arca Kerbau, serta
untuk mempererat tali silaturahmi antar warga yang mempunyai kerbau untuk saling bertukar informasi atau
untuk sekedar bercengkerama. Oleh karena itu, dalam program ini juga diadakan pembentukan panitia yang
tergabung dalam paguyuban “Maeso Suro”. Tujuan dari dibentuknya paguyuban ini adalah sebagai wadah
kepada warga pemilik kerbau yang ada di Dusun Plumbangan untuk berdiskusi seputar kerbau, seperti tentang
harga jual kerbau, perawatan kerbau, dan agar nantinya para pemilik kerbau tersebut dapat mandiri dalam
mengadakan acara-acara lainnya.

5.2.4 Membantu paguyuban Rimba Mulya


Program tambahan membantu paguyuban Rimba Mulya diawali oleh tim KKN sosiologi 2018 di Desa
Plumbangan dengan survei potensi desa dan melakukan pendekatan terhadap kegiatan warga. Paguyuban Rimba
Mulya merupana paguyuban pengelolaan tempat wisata Jati Park. Wisata Jati Park dibangun atas swadaya
warga yang mayoritas dari Dusun Pagak, dengan memanfaatkan hutan Jati Perhutani yang masuk di wilayah
dusun Pagak. Pengelolaan yang baru dibuka wisata Jati park yang di kelola oleh paguyuban Rimba Mulnya
masih memiliki banyak kekurangan.
Pada acara rapat anggota kepengurusan Rimba Mulya tanggal 4 July 2018 yang diadakan di wisata Jati
Park tim KKN berkesempatan untuk mengikuti rapat tersebut. acara tersebut juga menjadi perkenalan KKN
sosiologi dan menjalin kedekatan anggota paguyuban Rimba Mulya. Dengan pendekatan yang di lakukan,
bantuan yang di lakukan adalah membuat peta lokasi di Google Maps, membuat situs web, dan media sosial
serta memberikan bantuan uang untuk membeli mesin pemotong rumput. Tujuan dari bantuan tersebut adalah
memperluas jangkauan Jati Park untuk diketahui masyarakat luar, dan memudahkan pengunjung untuk datang

18
ke tempat tersebut. serta bantuan uang untuk mempermudah kerja memotong rumput untuk kebersihan tempat
wisata.

5.3 Monitor dan Evaluasi


Kelompok KKN di Desa Plumbangan, Kec. Doko, Kab. Blitar ini memiliki Program Pendampingan
sekaligus membantu BUMDES ( Badan Usaha Milik Desa ) yang di pegang langsung oleh Kantor Desa
Plumbangan, usaha yang dikembangkan BUMDES ini akan menjadi tempat masyarakat Plumbangan dalam
melakukan aktivitas kerja dan mendorong tingkat kesejahteraan ekonomi melalui potensi desa yang dapat
dikembangkan menjadi usaha bersama. Kelompok KKN ini memiliki Program utama dalam BUMDES yakni
membantu mengembangkan potensi desa melalui aspek wisata alam Pohon Jati yang mana memiliki nilai jual
tinggi. Ada juga kegiatan yang sudah kami rangkum dalam lembar Monitoring.
No. Hari/Tanggal Monitoring Evaluasi
1. Jum’at/ 6 Juli Kerja Bakti di Jati Londo wahana wisata Menggunakan tempat yang kurang
2018 dikelola (BUMDES) strategis dalam membuka lahan
wisata dan anggotanya sulit diberi
masukan karena sudah keputusan
internal.
2. Kamis/ 12 Juli Kerja Bakti membuat jalan untuk Memberikan pembeda jalan untuk
2018 wisatawan di Jati Londo wisatawan dan warga lokal yang
bekerja di sawah dalam
menggunakan jalan yang ada di
dalam tempat wisata namun ketua
LMDH (Mr.P) berusaha menarik
investor dari Pertamina untuk
menjadikan jalan hutan jati milik
Perhutan menjadi jalan cor.
3. Sabtu/ 14 Juli Kerja Bakti dan membicarakan tata letak Para anggota POKDARWIS Jati
2018 wahana di wisata Jati Londo Londo kurang memahami SWOT
dalam melihat suatu usaha yang akan
di dirikan.
4. Jum’at/ 3 Agustus Forum Grup Discussion Master Plan Meminimalisir dana untuk
2018 untuk Wahana Wisata yang dikelola kebutuhan perintisan wisata,
(BUMDES) pembagian aktor yang terlibat di
dalam tata kelola wisata, surat ijin
tata kelola/PKS dengan Perhutani,
pembagian hasil jika wisata sudah
dibuka, dan memanfaatkan limbah
daun, ranting jati untuk dijadikan
bahan yang bernilai seni untuk
hiasan di Wahana wisata.

Selain yang sudah dijelaskan dalam tabel diatas, tujuan dari pembuatan Paguyuban Wisata Jati Londo
adalah untuk membantu perekonomian warga dan juga Desa Plumbangan sendiri dengan menggali potensi-
potensi yang ada disekitar serta dapat merekatkan hubungan antar warga Desa Plumbangan. Apabila ada
permasalahan ataupun konflik dalam kelompok juga akan lebih mudah diatasi dengan adanya paguyuban yang
telah dibentuk. Tujuan lain dari pembentukannya adalah agar masing-masing pihak paham atas peran-peran
yang harus dijalankan beserta tanggung jawabnya. Sejauh ini hasil yang sudah dicapai oleh Paguyuban Wisata
Jati Londo adalah sudah ada pengecoran jalan yang akan memudahkan akses ke situs wisata, sudah berdirinya
beberapa gazebo dari kayu jati untuk berteduh dan taman bunga di tengah situs wisata tersebut.
Kami juga membuat Program tambahan yang mengajak warga masyarakat desa Plumbangan untuk ikut
dalam program kami selain itu adapun permintaan masyarakat untuk dibuatkan program yang berkelanjutan dan
dapat diteruskan oleh masyarakat desa Plumbangan sendiri. Yakni Guyang Kebo (Memandikan Kerbau)
kegiatan ini sangat membuat masyarakat desa Plumbangan karena bisa sekaligus menjadikan pertemuan atau
silaturahmi antar warga yang memiliki hewan kerbau dan rata-rata pekerjaan mereka petani yang membajak
menggunakan kerbau, terutama pada saat ini kerbau sudah tidak lagi digunakan untuk membajak sawah karena
banyak yang menggunakan mesin pembajak. Selain itu dari Tim KKN Sosiologi 2018 sendiri memiliki peran

19
dalam membuat suatu kelompok Petani yang membajak menggunakan kerbau agar membajak dengan
menggunakan hewan kerbau masih di perhatikan dan digunakan karena semakin berkembangnya teknologi,
hewan kerbau ditinggalkan dan semakin punah karena hanya diperjual belikan saja begitupun juga harga hewan
kerbau lebih murah daripada sapi jika diperjual belikan di Kota Blitar.
Kelompok yang di buat oleh Tim KKN dan Masyarakat Desa Plumbangan yaitu “MAESASURO”
kelompok ini menampung para pemilik kerbau untuk mengadakan kegiatan yang lebih bermanfaat dalam
menyambung silaturahmi dan mempertahankan hewan kerbau untuk membajak di lahan persawahan terutama
lahan sawah terasering. Melalui Festival Guyang Kebo dan membentuk kelompok “Maesasuro” ini terbentuknya
kelompok peternak kerbau, yang nantinya akan ada pendampingan juga dari dinas peternakan jika kelompok ini
mendapatkan jaringan melalui Kepala Desa yang baru karena pada saat Tim KKN melakukan kegiatan di desa
Plumbangan ini desa masih dipegang oleh Pejabat Sementara atau PJ, dan beliau pun mendukung dengan penuh
kegiatan ini serta calon Kepala Desa juga sangat senang terbentuknya kelompok tersebut. Capaian dari program
ini yakni agar kerbau di desa Plumbangan tidak punah karena perkembangan zaman serta merekatkan warga
pemilik kerbau dalam mengembangbiakan dan menggunakan kerbau untuk membajak lahan persawahan lagi
serta tidak lupa menjaga tradisi lokal yang menurut sejarah desa Plumbangan menggunakan hewan kerbau
sebagai ikon Budaya yang harus di jaga dengan baik.

20
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Dalam melakukan proses pendampingan terhadap Badan Usaha Milik Desa “Ngudi Lestari” untuk
merintis suatu wahana wisata, kelompok KKN Sosiologi 2018 telah membentuk dua jenis program di Desa
Plumbangan. Dua program tersebut adalah program utama, yang berupa pembentukan Paguyuban Wisata Jati
Londo dan program tambahan, yang berupa keikutsertaan seluruh anggota kelompok berartisipasi dalam
kegiatan bersih dusun di Dusun Barek; Plumbangan; Precet; dan Pagak, kegiatan edukasi ke Sekolah Dasar
Negeri 2 Plumbangan melalui program penanaman, Festival Guyang Kerbau, dan membantu Paguyuban Rimba
Mulya. Kedua program tersebut baik program utama maupun program tambahan melibatkan berbagai pihak
dalam proses pelaksanaannya seperti pemerintah desa Plumbangan, kelompok KKN Sosiologi 2018, BUMDes,
POKDARWIS, tokoh masyarakat setempat, dan juga warga plumbangan secara keseluruhan.
Semua program kelompok tersebut telah terlaksana dengan baik tanpa ada program yang tidak berjalan.
Apabila dilihat dari relevansi kebutuhan masyarakat Desa Plumbangan dengan program yang ada maka
implementasi dari program tersebut dinyatakan telah sesuai dengan tujuan dan strategi pelaksanaan kegiatan.
Keikutsertaan kelompok KKN dalam kegiatan warga dapat menunjukkan bukti nyata bahwa kegiatan Kuliah
Kerja Nyata dapat menghasilkan berbagai manfaat baik untuk masyarakat Desa Plumbangan maupun baagi
anggota kelompok KKN itu sendiri Selain itu manfaat yang dapat diberikan kepadan sasaran program secara
umum adalah berupa :
1. Memberikan tambahan ide ataupun ilmu guna membantu BUMDes dalam mengatasi, menjalankan,
serta mengoptimalkan kekurangan maupun kelebihan dari program BUMDes yang sedang atau sudah
berjalan melalui program KKN yang telah diberikan.
2. Membangun pola pikir kelompok sasaran dengan wawasan baru dengan serangkaian program yang
telah diberikan
3. Mendampingi kelompok sasaran untuk melakukan perubahan dan aktif dalam pembangunan di wilayah
desa agar masyarakat dapat lebih berdaya.

6.2 Rekomendasi dan Capaian Program


1. Bagi Masyarakat Desa Plumbangan
a. Masyarakat Desa Plumbangan hendaknya menyadari akan pontensi – potensi desa yang dapat
dimanfaatkan guna untuk meningkatkan daya ekonomi masyarakat desa.
b. Diharapkan masyarakat desa dapat melanjutkan dan mengembangkan program – program yang telah
di rintis oleh mahasiswa KKN seperti paguyupan Maeso Suro dan paguyupan Rimba Mulyo
c. Masyarakat desa lebih meningkatkan partisipasinya , khususnya keterlibatan pemuda dalam kegiatan
– kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat
d. Dukungan warga masyarakat sangat kami harapkan untuk melaksanakan kegiatan demi kemajuan
bersama.
e. Lebih ditingkatkan lagi dalam acara bersih dusun agar kegiatan tersebut tidak memudar eksistensinya
dan tetap terjaga kebudayaan bersih dusun tersebut.
2. Bagi Pemerintah Desa
a. Pemerintah desa juga diharapkan bisa lebih mengoptimalkan program BUMDes yang telah dilaksanakan
oleh mahasiswa KKN UB dapat ditindaklanjuti demi tercapainya tujuan mengembangkan pontensi wisata
desa.
b. Di bidang pendidikan, perlu adanya pengawasan dan peningkatan tenaga pengajar dan fasilitas atau sarana
agar proses belajar mengajar dapat berjalan secara optimal dan tidak terhambat oleh tenaga pengajar atau
fasilitas yang masih kurang terutama di SD Plumbangan 02 yang masih tertinggal dari sekolah dasar
lainnya yang sudah memenuhi taraf belajar mengajar.
c. Adanya program paguyuban Rimba Mulya yang diawali oleh mahasiswa KKN, pemerintah setempat
diharapkan ikut berpartisipasi dan mengembangakan pengelolaan yang baru dibuka dan masih banyak
kekurangan.

21
3. Bagi mahasiswa KKN periode berikutnya
a. Mahasiswa sebaiknya mempersiapkan diri, baik fisik dan mental maupun keterampilan skill untuk membuat
program-program kerja yang akan dilakukan di desa Plumbangan
b. Mahasiswa harus mampu mengembangkan sikap sosial kebersamaan, keterbukaan, dan saling menghargai
sesama anggota unit atau kelompoknya dan mampu membangun kekeluargaan agar program-program
kerja dapat berjalan dengan baik.
c. Diharapkan mahasiswa menciptakan dan meningkatkan hubungan yang baik dan harmonis dengan seluruh
masyarakat desa, aparat Desa Plumbangan dan juga tokoh masyarakat yang menjadi sasaran lokasi KKN.

22

Anda mungkin juga menyukai