Anda di halaman 1dari 12

a.

Tujuan Dana Desa

Baca Juga
Mencari Pemimpin Desa Bertalenta untuk Wujudkan Desa Sejahtera Mandiri
Starling: Memutar Roda Ekonomi di Sepanjang Jalan
Bilang Islam Tak Perlu Ditolong, Eh Moeldoko Didamprat MUI
Duh! Iran-Amerika Makin Tegang, Kini Trump Jadi Sasaran!
Tujuan dana desa yang disalurkan kepada masyarakat desa antara lain
1. Membantu mengatasi permasalahan ekonomi di desa, antara lain kemiskinan
bisa dikurangi, angka pengangguran bisa diturunkan, laju urbanisasi bisa
dihambat dan ketimpangan bisa dipersempit;
2. Membantu pemberdayaan ekonomi masyarakat desa, membantu pemerataan
pembangunan dan hasilnya, membangun infrastruktur dan menciptakan peluang
serta lapangan kerja baru;
3. Selain menggunakan untuk pembangunan desa, tetapi juga untuk membangun
sumber daya manusia (SDM) di desa seperti melaksanakan pembinaan,
bimbingan serta pendampingan, dan pemantauan yang lebih tertata dan saling
berhubungan;
4. Memperkuat koordinasi, konsolidasi, dan sinergi terhadap pelaksanaan
program yang menjadi prioritas pembangunan desa dari tingkat pemerintah
pusat, daerah, kecamatan, hingga desa itu sendiri;
5. Membangun infrastruktur dan layanan fasilitas publik serta memberdayakan
dan mengembangkan perekonomian yang ada di desa tersebut.
B. Manfaat Dana Desa
Dana desa diprioritaskan manfaatnya untuk membiayai pembangunan dan
pemberdayaan masyarakat guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa,
kualitas hidup manusia, serta penanggulangan kemiskinan, yang dituangkan
dalam Rencana Kerja Pemerintah Desa.

1. Pengentasan Kemiskinan
Dana desa memiliki dampak yang luas, dari segi kemiskinan hingga
menumbuhkan perekonomian di pedesaan. Dari sisi kemiskinan, dengan dana
desa, angka kemiskinan di desa menurun dua kali lipat dibandingkan di kota. Ini
sebagai imbas dari adanya dana desa. Kini ada 1,2 juta penduduk di desa sudah
berhasil dientaskan dari kemiskinan. Sebagaimana telah disampaikan Presiden
Jokowi saat memberikan sambutan pada acara "Sosialisasi Prioritas
Penggunaan Dana Desa 2019 dan Evaluasi Kebijakan Pembangunan serta
Pemberdayaan Masyarakat Desa Provinsi Banten".
Hingga saat ini tak kurang dari Rp187 triliun telah disalurkan ke seluruh desa di
Indonesia. Dengan adanya dana desa ini, masyarakat bisa memanfaatkan
sesuai dengan kebutuhannya untuk meningkatkan produktivitasnya dan
memperbaiki kualitas hidup di desa. Dari alokasi dana desa telah terbangun
pasar desa sebanyak 6.932 unit, saluran irigasi sebanyak 39.351 unit, dan
jembatan sepanjang 1.028.225 meter. Realisasi dana desa mendukung aktivitas
ekonomi agar tetap bergerak di masyarakat meskipun terdapat hambatan global
yang mengganggu.
2. Dana Desa untuk Pemerataan Pembangunan
Membangun dari desa adalah salah satu komitmen pemerintah untuk
menghadirkan pemerataan ekonomi yang berkeadilan. Itulah sebabnya jumlah
dana desa terus ditingkatkan setiap tahunnya, termasuk juga untuk masyarakat
adat sebagai pengakuan terhadap hak-hak masyarakat adat. Untuk mewujudkan
pemerataan ekonomi, distribusi dana desa harus diikuti dengan penguatan
kelembagaan desa, serta keterbukaan pengelolaan anggarannya yang perlu
dikembangkan untuk disempurnakan.
Sebagai wujud komitmen pemerintah dalam pembangunan desa, angaran dana
desa terus meningkat. Jika pada tahun 2015 dana desa hanya sebesar Rp20,76
triliun, tahun 2016 meningkat menjadi Rp46,98 triliun, dan untuk tahun 2017
menjadi Rp60 triliun.
Dengan dukungan alokasi dana desa yang terus meningkat ini diharap bisa
dimanfaatkan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat sesuai UU Desa.
3. Dana Desa untuk Menahan Laju Urbanisasi
Dana Desa bukan hanya untuk mengentaskan desa dari kemiskinan namun juga
untuk menarik minat anak muda untuk tidak ber-urbanisasi. Dana desa bisa
menciptakan peluang kerja bagi anak muda. Seperti yang terjadi di Desa
Nglanggeran, berkat pengelolaan wisata Gunung Api Purba, ratusan pemuda
mendapat pekerjaan kreatif mengelola wisata. Juga terjadi di Desa Wisata di
Kecamatan Dlingo, Bantul, Yogyakarta. Ratusan pemuda di kecamatan ini kini
menikmati pekerjaan sebagai pengelola puluhan objek wisata yang bersebaran
di desa desa mereka.
Beberapa fakta di atas menunjukan bagaimana dana desa mampu mendorong
kreativitas warga desa menciptakan peluang-peluang pendapatan baru dalam
skala yang signifikan. Di Desa Wisata Nglanggran, tidak hanya pemuda yang
mendapatkan income rutin melainkan juga ratusan warga pemilik warung, rumah
sewa, transportasi, dan kelompok ibu-ibu rumah tangga pembuat makanan kecil
yang kini laris menjual makanannya pada para pengunjung.
C. Arah Kebijakan Dana Desa
Menurut UU Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, dana desa merupakan dana
yang dialokasikan dalam APBN, diperuntukkan bagi desa dan digunakan untuk
membiayai penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan,
pembinaan masyarakat, dan pemberdayaan masyarakat. Dana desa
dimaksudkan untuk meningkatkan pelayanan publik di desa, mengentaskan
kemiskinan, memajukan perekonomian desa, dan mengatasi kesenjangan
pembangunan antar-desa.
Adapun arah dan kebijakan dana desa tahun 2019. Pertama, meningkatkan pagu
anggaran dana desa. Diperkirakan dana desa 2019 akan mengalami kenaikan
dari Rp75 triliun hingga Rp80 triliun. Kedua, menyempurnakan formulasi
pengalokasian dana desa dengan tetap memperhatikan aspek pemerataan dan
keadilan. Ketiga, mengoptimalkan pemanfaaatan dana desa pada beberapa
kegiatan prioritas desa, yaitu 3-5 kegiatan. Keempat, melanjutkan skema padat
karya tunai dalam penggunaan dana desa untuk pembangunan infrastruktur atau
sarana dan prasarana fisik.
Kelima, meningkatkan porsi pemanfaatan dana desa untuk pemberdayaan
masyarakat. Keenam, meningkatkan perekonomian desa melalui optimalisasi
peran Badan Usaha Milik Desa (BUMDes), menciptakan produk unggulan desa,
dan memberikan kemudahan akses permodalan. Ketujuh, meningkatkan
akuntabilitas pelaksanaan dana desa melalui kebijakan penyaluran berdasarkan
kinerja pelaksanaan.
Kedelapan, sinergi pengembangan desa melalui pola kemitraan dengan dunia
usaha. Kesembilan, melakukan penguatan atas monitoring dan evaluasi
pelaksanaan kebijakan dana desa, kapasitas SDM perangkat desa, serta
koordinasi, konsolidasi dan sinergi dari tingkat pemerintahan pusat, pemda,
kecamatan, hingga desa.
Penghitungan dana desa di 2019 haruslah benar-benar mengacu pada pasal 72
ayat 2 UU Desa, yaitu dana desa dihitung berdasarkan jumlah desa, dan
dialokasikan dengan memperhatikan jumlah penduduk, angka kemiskinan, luas
wilayah, dan tingkat kesulitan geografis. Dana Desa 2019 tidak boleh
bertentangan dengan amanat dan semangat UU Desa.
Ada dua catatan penting lainnya. Pertama, soal penyaluran dana desa di tahun
2019 sebaiknya dua tahap saja sehingga memudahkan aparatur desa dalam
penggunaan, penyerapan, dan pelaporan. Kedua, meminta pemerintah jangan
mengedepankan fungsi korporasi di dalam BUMDes karena akan mematikan
kearifan lokal desa. Sebaliknya, pemerintah harus mendorong asas rekognisi
atau pengakuan dan subsidiaritas di dalam pengelolaan BUMDes.
D. Prioritas Penggunaan Dana Desa
Perhatian pemerintah pusat terhadap pembangunan daerah semakin diperkuat
dengan adanya dana desa yang dibagikan ke seluruh desa di Indonesia. Dana
desa tersebut terus dioptimalkan penyerapannya melalui Peraturan Menteri
Nomor 16 Tahun 2018 yang mencakup tentang Prioritas Penggunaan Dana
Desa sehingga meminimalisir adanya penyelewengan. Melalui Permen Nomor 16
Tahun 2018 yang diterbitkan oleh Menteri Desa, Pembangunan Daerah
Tertinggal, dan Transmigrasi Republik Indonesia, Eko Putro Sandjojo, dana desa
memiliki beberapa prioritas yang tercakup dalam 3 Ayat di Pasal 4. Prioritas
tersebut diharapkan agar desa memiliki arah dan pandangan mengenai
pemanfaatan dana desa tersebut.
Beberapa prioritas penggunaan dana desa menurut Permen Nomor 16 Tahun
2018 yaitu
1. Penggunaan dana desa diprioritaskan untuk membiayai pelaksanaan program
dan kegiatan di bidang pembangunan desa dan pemberdayaan masyarakat
desa;
2. Penggunaan dana desa harus dapat digunakan untuk membiayai pelaksanaan
program dan kegiatan prioritas yang bersifat lintas bidang;
3. Penggunaan dana desa harus dapat memberikan manfaat sebesar-besarnya
bagi masyarakat desa berupa peningkatan kualitas hidup, peningkatan
kesejahteraan dan penanggulangan kemiskinan, serta peningkatan pelayanan
publik di tingkat desa;
4. Penggunaan dana desa tidak hanya pada program yang bersifat
pembangunan fisik saja melainkan juga peningkatan kualitas SDM atau sumber
daya manusia yang berada di desa;
5. Penggunaan dana desa harus dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat
desa seperti pengadaan pembanguan, hingga pengembangan serta
pemeliharaan harta sarana dan prasarana untuk memenuhi kebutuhan seperti
transportasi, energi, dan beberapa manfaat kebutuhan lainnya;
6. Dana desa harus dapat meningkatkan pelayanan publik di tingkat desa berupa
kegiatan di bidang kesehatan (penyediaan air bersih dan sanitasi, pemberian
makan tambahan untuk bayi dan balita, hingga pelatihan pemantauan
perkembanguan kesehatan ibu hamil atau ibu menyusui serta beberapa kegiatan
lainnya);
7. Penggunaan dana desa seperti Program Pembangunan Sarana Olahraga
Desa serta peningkatan SDM yaitu Program Kegiatan Padat Karya termasuk
penanganan masalah kemiskinan dan juga pengangguran di desa dengan
menciptakan lapangan kerja baru, harus diputuskan melalui musyawarah desa;
E. Penggunaan Dana Desa
Dana desa akan bermanfaat dan memiliki peran yang positif sebagai pelumas
roda ekonomi pembangunan desa, apabila memenuhi klasifikasi antara lain
penggunaannya dengan tata kelola yang baik, menghindari penyalahgunaan
penggunaannya, transparan, optimal melalui swakelola, dan dapat
dipertanggungjawabkan dengan melakukan pengawasan ketat.
1. Tata Kelola Dana Desa Harus Baik
Dengan tata kelola pemerintahan desa yang baik melalui prinsip-prinsip good
governance maka upaya menuju desa sejahtera mandiri bukan hal yang tak
mungkin. Maka pengungkapan kasus akhir-akhir ini, di beberapa media menjadi
tolok ukur keberhasilan dalam penerapan prinsip good governance. Pemeriksaan
terhadap beberapa personel pemerintah desa oleh aparat hukum karena
pelaksanaan pembangunan yang gagal, tidak berkualitas, salah sasaran, dan
tidak sesuai kebutuhan merupakan kemunduran yang harus dievaluasi. Menuju
desa sejahtera mandiri yang maju dan sejahtera hanya akan dicapai dengan tata
kelola pemerintah yang baik, optimal, transparan dan dapat
dipertanggungjawabkan.
2. Menghindari Penyalahgunaan Dana Desa
Akhir-akhir ini banyak pemberitaan di media cetak maupun media online soal
dana desa yang diselewengkan. Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) bahkan
sudah mengantongi 362 laporan dari masyarakat soal penyalahgunaan dana
desa pada 2016. Penyimpangan-penyimpangan dana desa yang sering terjadi
antara lain ada beberapa hal. Pertama adalah pengadaan barang dan jasa yang
tidak sesuai. Kedua adalah markup anggaran yang biasanya tidak melibatkan
masyarakat dalam musyawarah desa. Ketiga adalah penyelewengan dana untuk
kepentingan pribadi.
Keempat lemahnya pengawasan dan kelima adalah penggelapan honor aparat
desa. Dana desa yang diselewengkan akan menghambat pertumbuhan ekonomi
desa. Untuk mencegahnya agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan soal
penggunaan dana desa salah satu jalan adalah transparansi dan peran aktif
warga untuk turut serta mengawasi penggunaan dana desa. Untuk mendukung
kecepatan dan ketepatan penyaluran, penggunaan dan pengelolaan dana desa,
Kemendes membentuk tim satgas sesa yang dipimpin Bibit Samad Rianto
mantan pimpinan KPK. Selain berfungsi sebagai pengawas, Satgas Desa juga
membantu evaluasi regulasi dana desa, sosialisasi, serta advokasi.
Bagaimana cara mengetahui indikasi penyalahgunaan dana desa? Bagi
masyarakat atau kepada desa yang mengetahui indikasi penyelewengan dana
desa diharap langsung melaporkan ke pusat informasi di nomor 150040 atau
melalui SMS center di 087788990040.
Selain itu, bisa juga melaporkan penyelewengan dana desa
melalui website lapor.go.id. Atau bisa juga langsung lapor ke satgas desa dari
Kemendesa melalui website satgas.kemendesa.go.id.
3. Mencegah Penyalahgunaan Dana Desa melalui Transaksi Non Tunai
Beragam upaya dilakukan demi menyelamatkan program dana desa dari
kejahatan korupsi. Salah satunya melalui kerja sama dengan Bank
Indonesia (BI) melalui Gerakan Nasional Non Tunai (GNNT) untuk mencegah
korupsi. BI melalui Kantor Perwakilan Cirebon telah mulai masuk desa dan
menjalankan konsolidasi untuk mengembangkan gerakan ini.
BI Cirebon telah resmi bekerja sama dengan Desa Sindangjawa, Kecamatan
Dukuhpuntang, Cirebon, Jawa Barat untuk menggunakan pola nontunai bagi
seluruh proses transaksi dana desa. Program ini dijalankan sebagai upaya
mencegah penyalahgunaan dana desa. Dengan pola nontunai seluruh transaksi
bisa dilacak ke mana larinya. Pola nontunai bisa mengantisipasi manipulasi
dalam pengelolaan dana sehingga bisa mencegah terjadinya korupsi.
Berbeda dengan kerja sama BI dan dengan institusi lain seperti kerja sama
dengan pengelola gerbang tol misalnya, kerja sama dengan desa memiliki
tingkat kesulitan yang lebih tinggi. Dalam program kerja sama gerakan nontunai
ini BI melakukan pelatihan khusus bagi desa sehingga pola transaksi yang
dilakukan kemudian tidak perlu menjadi persoalan meski dilakukan secara
nontunai. BI juga akan melatih bagaimana aparat desa menjadi tahu cara
mencegah beredarnya uang palsu. Kerja sama dengan BI hanyalah salah satu
cara untuk mencegah kemungkinan penyalahgunaan dana desa.
4. Keterbukaan Pengelolaan Dana Desa
Membangun dari desa adalah salah satu komitmen pemerintah untuk
menghadirkan pemerataan ekonomi yang berkeadilan. Untuk itu, jumlah dana
desa terus ditingkatkan setiap tahunnya. Masyarakat adat juga diberikan akses
terhadap kesejahteraan. Untuk mewujudkan pemerataan ekonomi distribusi dana
desa, penguatan kelembagaan desa, serta keterbukaan pengelolaan
anggarannya perlu dikembangkan untuk disempurnakan.
Pemerintah terus memastikan bahwa desa sebagai entitas terkecil mampu
menjadi penopang utama pelayanan warga dan sekaligus penggerak
perekonomian bangsa. Pengawasan dana desa terus diperluas
oleh Kementerian Desa dengan menggandeng berbagai institusi mulai dari Polri,
TNI, hingga para pemuka masyarakat dan pemuka agama diajak untuk
mengawasai dana desa. Strategi dalam rangka keterbukaan ini diyakini cukup
efektif menjadi alat pengontrol perilaku perangkat desa atau elite desa yang
selama ini dianggap paling mengkinkan melakukan korupsi dana desa.
Pihak kepolisian juga berkontribusi dalam pengawasan ini termasuk memproses
kepala desa dan perangkat negara lainnya yang diduga melakukan perbuatan
penyalagunan dana desa.
Kekhawatiran dana desa bakal disalahgunakan perangkat desa atau orang-
orang yang berkaitan dengan aliran dana ini bukanlah berlebihan. Pertama,
banyaknya kasus korupsi yang dilakukan para pemimpin wilayah adalah
fenomena yang sangat mungkin menular pada struktur di bawah termasuk
sampai ke tingkat desa. Terbukti dengan banyaknya kepala desa yang
dimejahijaukan karena menilap dana desa. Tetapi kemungkinan terjadi
penyalahgunaan juga bisa terjadi karena kepala desa atau perangkat desa tidak
memahami mekanisme pelaporan yang dipersyaratkan pemerintah.
Soalnya, tidak semua kepala desa memiliki kapasitas memadai untuk memahami
mekanisme laporan pertanggungjawaban sehingga terjadi dugaan
penyalahgunaan dana desa. Itulah kenapa Kementerian Desa menggerakkan
kewajiban transparansi bagi desa agar setiap warga bisa mengakses informasi
mengenai penggunaan dana desa dan peruntukannya pada setiap desa. Itu
adalah langkah membangun daya kritis masyarakat dan untuk mencegah
terjadinya penyalahgunaan dana desa.

5. Pengelolaan Dana Desa Secara Swakelola


Mulai Januari 2018, Kemendesa PDTT memastikan dana desa harus dikelola
dengan pola swakelola. Dana desa juga diprioritaskan pada kegiatan yang
mampu menciptakan lapangan kerja seluas-luasnya bagi warga desa. Program
Swakelola adalah kegiatan pengadaan barang/jasa di mana pekerjaannya
direncanakan, dikerjakan, dan/atau diawasi sendiri oleh
kementerian/lembaga/satuan kerja perangkat daerah/institusi lainnya sebagai
penanggung jawab anggaran, instansi pemerintah lain dan/atau kelompok
masyarakat.
Sebagai contoh, Desa Pendowoharjo, Kecamatan Sewon, Bantul, Yogyakarta
adalah salah satu yang sedang melakukan proses ini. BUMDes Pendowomulyo,
nama BUMDes Pendowoharjo berencana mendirikan minimarket di desa
mereka. Minimarket itu akan menjual beragam kebutuhan sehari-hari warga.
Keunggulannya adalah, minimarket ini nanti bakal menjual beragam produk yang
dibuat warga Pendowoharjo sendiri. Tetapi desa ini belum memiliki bangunan
untuk calon minimarket mereka, karenanya harus menyiapkan bangunan yang
siap ditempati minimarket.
Yang dilakukan adalah, dana desa akan dikucurkan untuk membangun
bangunan itu. Bangunan ini akan dikerjakan warga desa setempat sebagai
tenaga kerja. Berbagai kebutuhan seperti besi, pasir, semen, kayu dan
sebagainya, semuanya dibeli di toko-toko di desa ini.
Bukan hanya itu, tenaga kerja yang akan mengoperasikan toko itu juga harus
warga asli desa ini. Tak perlu khawatir soal keahlian karena BUMDes sudah
menyiapkan para tenaga pelatih manajemen, yang bekerja di sektor retail yang
kebetulan juga warga desa ini. Jadi, hampir semuanya dilakukan oleh warga
desa ini sendiri. Contoh berikutnya dilakukan serombongan pemuda Dusun
Seropan, Desa Muntuk, Dlingo, Bantul. Mereka menyulap beberapa bukit yang
berupa semak belukar menjadi objek wisata alam dengan pemandangan
mengagumkan.
Meskipun perlu kebersiadaan para pemilik lahan perbukitan yang mereka incar.
Hasilnya? Sebanyak 14 orang pemilik lahan mendukung ide para pemuda dan
menyerahkan nasib beberapa bukit itu. Para pemuda lalu bergerak dengan cara
mereka sendiri, melakukan kerja bakti, membersihkan semak, menata bebatuan,
menjadi jalan-jalan setapak, dan memotong beberapa batang pohon.
Bukan itu saja, mereka mengumpulkan kayu-kayu bekas dari seluruh warga lalu
disulap menjadi gubug-gubug kayu tradisional yang membuat tempat ini menjadi
sangat indah untuk berfoto. Semua itu mereka lakukan sendiri dengan biaya
hasil iuran warga sekampung. Tidak ada upah di sini karena semuanya baru
mereka mulai. Selama satu bulan setiap sore anak-anak muda itu mengusung
batu, memotong kayu, menata area, membuat papan petunjuk, menyiapkan
lahan parkir, dan sebagainya. Semuanya dilakukan dengan tangan-tangan
mereka sendiri.
Menurut tokoh penggerak program ini, banyak pengusaha menawarkan uang
untuk mengembangkan objek ini (membangun warung, membangun cottage, dan
melengkapi sarana prasarana seperti kamar mandi). Tapi semuanya ditolak. Jadi
semuanya dikerjakan sendiri dibantu pemerintahan desa. Melihat antusiasme
dan kreativitas para pemuda, pemerintah desa kemudian memberikan anggaran
untuk membangun kamar mandi dan berbagai infrastruktur yang menjadi
kewajiban desa seperti akses jalan dan sebagainya.
Kini objek itu sudah ramai didatangi wisatawan. Para pemuda kampung ini sudah
mendapatkan pekerjaan baru mereka menjadi pengelola wisata setelah bekerja
keras berbulan-bulan. Dua contoh di atas menunjukkan semangat desa
membangun telah membangkitkan peran dan kreativitas warga desa sehingga
dana desa sebenarnya bisa difungsikan sebagai stimulan bagi pergerakan sosial
berdasar kebersamaan warga dalam bentuk gotong-royong.
6. Kerja Sama Pengawasan Dana Desa
Dalam rangka memaksimalkan kerja sama pengawasan dana desa dan
percepatan pembangunan di desa-desa, Kemendes PDT telah membuat dan
menandatangani MoU dengan pihak kejaksaaan, yaitu MoU tentang pelaksanaan
dan koordinasi dalam rangka memaksimalkan dan mengoptimalkan kerja sama
antara kedua belah pihak dalam pengawasan dana desa agar ke depannya
minim dari penyimpangan.
Dengan adanya optimallisasi kerja sama antara Kemendes dan Kejaksaan ini
diharapkan proses pendistribusian dana desa berjalan dengan tertib dan
terhindar dari pemanfaatan oknum kepala daerah untuk kepentingan pribadi dan
kelompok. Pihak kejaksaan menyadari berjalannya program dana desa yang
bersih dapat membantu program percepatan pemerintah pusat dalam
pembangunan desa-desa pihak kejaksaan juga mengubah paradigma di bidang
pengawasan dari mencari kesalahan beralih ke pengawasan dan dukungan
kepada kepala desa dalam pengelolaan dana desa sehingga menjadi peluang
bagi kejaksaan untuk menjadi mitra kepala desa dalam pembangunan desa yang
menggunakan dana desa sehingga pembangunan dapat berjalan sesuai dengan
target.
F. Beberapa Tantangan dan Catatan Dana Desa
Salah satu instrumen yang dilakukan oleh pemerintahan untuk meningkatkan
ekonomi di setiap desa adalah dengan alokasi dana desa. Dengan pemberian
dana desa ini desa akan lebih berdaya, dan optimisme serta rasa percaya diri
menjadi wong ndeso semakin tinggi. Dengan dana desa, setidaknya ada dua
persoalan yang harus diselesaikan.
Pertama, membuka lapangan pekerjaan baru karena dana desa ini bersifat pada
karya. Artinya, pembangunan dilakukan oleh pihak desa dengan orang-orang
desa tersebut sebagai pekerjanya. Kedua, dengan adanya pembangunan desa
maka kegiatan ekonomi semakin baik. Dan pendapatan setiap kepala rumah
tangga di desa meningkat. Tantangan adalah sebagai berikut
1. Hampir setiap desa mendapatkan dana Rp1 miliar. Angkanya berbeda-beda,
namun kemungkinan besar semakin meningkat. Tujuannya agar memberi
keadilan sosial bagi seluruh masyarakat Indonesia, bukan hanya mereka yang
ada di daerah perkotaan. Ada pihak kurang setuju dengan beberapa alasan.
Pertama, dana yang tidak sedikit tersebut memang tidak bisa memberikan imbas
secara signifikan untuk negara. Karena dana tersebut ditujukan untuk
pembangunan desa dan imbasnya untuk warga desa.
Peningkatan ekonomi di desa mungkin tidak dirasakan dalam skala nasional tapi
bisa menumbuhkan ekonomi pedesaan. Kedua adalah banyaknya
penyelewengan. Terbukti banyak sekali kepala desa yang tersandung kasus
korupsi dana desa. Apalagi jumlah dana desa tahun 2019 semakin tinggi. Risiko
penyelewengan dana juga semakin tinggi.
Ini menjadi PR pemerintah, terutama pemerintah daerah untuk mengawasi
pelaksanaan penggunaan dana desa.
2. Masalah dana desa terletak di penyimpangannya. Selain itu, penggunaan
yang tidak tepat akan menjadi problem serius. Dana desa harus digunakan untuk
kepentingan desa, bukan untuk kepentingan sesaat saja. Itulah mengapa
sekarang ini kepala desa dituntut harus sudah memiliki prioritas. Ada yang
memprioritaskan pada persawahan, irigasi diperbaiki agar akses pengambilan
hasil panen lebih cepat dan lebih murah.
Ada juga kepala desa yang mencanangkan desa wisata agar infrastruktur jalan
diperbaiki dengan harapan banyak wisatawan yang datang berimbas pada
peningkatan perekonomian desa.
3. Desa-desa se-Indonesia sekarang berada di persimpangan jalan. Di satu sisi
desa harus pintar menggunakan dana desa untuk membangun kesejahteraan
warga desa, salah satunya melalui BUMDesa. Di sisi lainnya harus berhadapan
dengan pengadilan jika sampai terjadi penyalahgunaan dana desa.
Tantangannya, sangat tidak mudah mengimplementasikan penggunaan
anggaran yang besar ini. Selain itu, sebagian besar perangkat desa belum
memiliki kapasitas untuk membelanjakan dana desa sesuai tata aturan yang
ditetapkan. Utamanya mengenai penyertaan modal untuk BUMDesa karena
BUMDesa masih cukup baru sehingga masih banyak kepala desa yang bingung
cara mengucurkannya.
4. Besarnya dana bagi desa ditambah kepercayaan pemerintah pusat pada desa
yang begitu besar langsung menciptakan dua persoalan. Di satu sisi membuat
desa harus berpikir keras menyusun program kerja yang bisa menciptakan
perubahan ekonomi yang signifikan bagi desanya. Di sisi lain banyak
bermunculan berderet kasus penyalahgunaan dana yang menyeret kepala desa
ke tembok penjara.
5. Pengawasan publik masih lemah dan berbanding terbalik dengan tingkat
kepatuhan penggunaan dana sesuai aturan pemerintah. Semakin lemah
pengawasan semakin kuat kemungkinan perangkat desa menyalahgunakan
dana desa. Semakin kuat pengawasan, semakin baik penggunaan dana. Maka
harus ada penanganan khusus dalam menggunakan dana desa agar perangkat
desa tidak terjebak dalam masalah.
enurut Permendagri No 113 Tahun 2014 komponen anggaran tersebut
terdiri atas akun-akun sebagai berikut:

1. Pendapatan
Menurut Permendagri No 113 Tahun 2014 Pendapatan Desa meliputi
semua penerimaan uang melalui rekening desa yang merupakan hak
desa dalam 1 tahun anggaran yang tidak perlu dibayar kembali oleh
desa. Pendapatan desa dapat berasal dari:

a. Pendapatan Asli Desa


 Hasil usaha desa. Contoh desa mempunyai badan usaha milik desa (Bumdes) bidang usaha
pembuatan batik, hasilnya masuk dalam hasil usaha desa.

 Hasil kekayaan desa. Contoh tanah kas desa, pasar desa, bangunan desa, wisata yang
dikelola desa, pemandian desa, hutan desa, dll.

 Hasil swadaya dan partisipasi masyarakat adalah membangun dengan kekuatan sendiri yang
melibatkan peran serta masyarakat berupa tenaga atau barang yang dinilai dengan uang, contoh:
urunan desa, urunan carik, iuran penitipan kendaraan.

 Lain-lain pendapatan asli desa. Contoh ganti ongkos cetak surat-surat, biaya legalisasi surat-
surat, sewa tanah desa.
b. Transfer
 Dana Desa adalah sumber dana yang berasal dari anggaran pendapatan dan belanja negara
ditransfer melalui anggaran pendapatan dan belanja daerah Kabupaten/Kota dan digunakan untuk
menyelenggarakan pemerintahan, pembangunan desa, pembinaan, dan pemberdayaan masyarakat.

 Bagi hasil pajak daerah Kabupaten/Kota dan retribusi daerah. Misalnya: bagi hasil pajak bumi
dan bangunan.

 Alokasi Dana Desa (ADD) adalah dana yang dialokasikan oleh kabupaten untuk desa.
Sumber ADD ini adalah dana perimbangan pusat dan daerah yang diterima kabupaten untuk desa.
 Bantuan keuangan APBD Pem.Prop, Kab/Kota
c. Kelompok pendapatan lain-lain, jenis:
 Hibah dan sumbangan pihak ketiga yang tidak mengikat dapat berbentuk hadiah, donasi,
wakaf, hibah atau sumbangan lain. Sumbangan yang berbentuk barang (bergerak maupun tidak
bergerak) dicatat sebagai barang inventaris kekayaan milik desa sesuai UU, dapat juga berbentuk
uang, tetapi tidak mengikat.

 Lain-lain pendapatan desa yang sah, antara lain hasil kerjasama dengan pihak ketiga,
bantuan perusahaan yang berlokasi di desa.
2. Belanja Desa
Menurut Permendagri No 113 Tahun 2014 belanja desa meliputi semua
pengeluaran dari rekening desa yang merupakan kewajiban desa dalam
1 tahun anggaran yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali
oleh desa. Belanja desa dipergunakan dalam rangka mendanai
penyelenggaraan kewenangan desa. Belanja desa terdiri dari:

a. Belanja Bidang Penyelenggaraan Pemerintah Desa

Belanja ini meliputi beberapa jenis yaitu:


 Penghasilan tetap dan tunjangan, ini terdiri dari belanja pegawai (penghasilan tetap kepala
desa, tunjangan kepala desa, tunjagan BPD).

 Operasional perkantoran terdiri dari: (i) Belanja barang dan jasa, misalnya belanja alat tulis
kantor, benda pos, bahan/material, pemeliharaan, cetak/penggandaan, sewa kantor desa, sewa
perlengkapan dan peralatan kantor, makanan dan minuman rapat, pakaian dinas dana atributnya,
perjalanan dinas, upah kerja, honorarium narasumber/ahli, operasional Pemerintah Desa, opersional
BPD, insentif Rukun Tetangga/Rukun Warga (bantuan untuk opersional lembaga RT/RW dalam
rangka membantu pelaksanaan tugas pelayanan pemerintahan, perencanaan pembangunan,
ketentraman dan ketertiban, serta pemberdayaan masyarakat desa), dan pemberian barang pada
masyarakat/kelompok masyarakat dilakukan untuk menunjang pelaksanaan kegiatan. (ii) Belanja
modal digunakan untuk pengeluaran dalam rangka pembelian/pengadaan barang atau bangunan
yang nilai manfaatnya lebih dari 12 (dua belas) bulan. Pembelian/pengadaan barang atau bangunan
digunakan untuk kegiatan penyelenggaraan kewenangan desa, misalnya: beli komputer, beli meja.
b. Bidang Pelaksanaan Pembangunan Desa

Belanja jenis ini merupakan belanja yang digunakan untuk


pembangunan desa, contoh perbaikan saluran irigasi, pengaspalan
jalan, dll.

c. Bidang Pembinaan Kemasyarakatan

Belanja jenis ini digunakan untuk pembinaan masyarakat desa, misalnya


pendanaan untuk pelatihan perangkat desa, pendanaan untuk kegiatan
taruna.

d. Bidang Pemberdayaan Masyarakat


Belanja jenis ini digunakan untuk pemberdayaan masyarakat desa,
misalnya pendanaan untuk pengelolaan lingkungan hidup, pengelolaan
sampah mandiri.

e. Bidang Tak Terduga

Belanja ini digunakan untuk hal-hal yang tidak terduga. Kegiatan dalam
keadaan darurat dianggarkan dalam belanja tidak terduga, misalnya
kegiatan sosial bencana.

3. Pembiayaan
Menurut Permendagri No 113 Tahun 2014 Pembiayaan Desa meliputi
semua penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau pengeluaran
yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang
bersangkutan maupun pada tahun-tahun anggaran berikutnya.
Pembiayaan terdiri dari:

a. Penerimaan pembiayaan mencakup:


 Sisa lebih perhitungan anggaran (Silpa) tahun sebelumnya

 Mencakup pelampauan penerimaan pendapatan terhadap belanja, penghematan belanja,


sisa dana kegiatan lanjutan. Hal tersebut seperti kelebihan penerimaan pendapatan asli desa,
kelebihan penerimaan alokasi dana desa, kelebihan penerimaan lain-lain, kelebihan penerimaan
pembiayaan, penghematan belanja, sisa dana kegiatan. Silpa juga merupakan sisa lebih tahun
anggaran sebelumnya. Silpa menutupi defisit anggaran apabila realisasi pendapatanb lebih kecil
daripada realisasi belanja, mendanai pelaksanaan kegiatan lanjutan, dan mendanai kewajiban lainnya
yang sampai dengan akhir tahun anggaran belum diselesaikan.

 Pencairan dana cadangan digunakan untuk menganggarkan pencairan dana cadangan dari
rekening dana cadangan ke rekening kas desa dalam tahun anggaran berkenaan. Dana cadangan
tidak dapat digunakan untuk membiayai kegiatan di luar yang sudah ditetapkan sebelumnya dalam
peraturan desa tentang pembentukan dana cadangan.

 Hasil penjualan kekayaan desa yang dipisahkan digunakan untuk menganggarkan hasil
penjualan kekayaan desa yang dipisahkan.

 Penerimaan pinjaman
b. Pengeluaran pembiayaan mencakup:
 Pembentukan dan penambahan dana cadangan digunakan untuk membiayai kegiatan yang
sudah ditetapkan dalam pembentukan dana cadangan. Dana cadangan tidak dapat sekaligus
dibebankan dalam 1 tahun anggaran yang ditetapkan dalam peraturan desa. Pembentukan dana
cadangan ditetapkan dengan peraturan desa, paling sedikit memuat: penetapan tujuan pembentukan
dana cadangan, program dan kegiatan yang akan dibiayai dari dana cadangan, besaran dan rincian
tahunan dana cadangan yang harus dianggarkan, sumber dana cadangan, dan tahun anggaran
pelaksanaan dana cadangan. Pembentukan dana cadangan dapat bersumber dari penyisihan atas
penerimaan desa, kecuali dari penerimaan yang penggunaannya telah ditentukan secara khusus
berdasarkan peraturan perundang-undangan. Pembentukan dana cadangan ditempatkan pada
rekening tersendiri. Penganggaran dana cadangan tidak melebihi tahun akhir masa jabatan Kepala
Desa.

 Penyertaan modal desa. Pemerintah desa dapat melakukan investasi pada Bumdes ( Badan
Usaha Milik Desa) atau badan swasta lain. Penyertaan modal ini dilakukan oleh kepala desa dan
disetujui BPD setelah ada ketetapan peraturan desa. Penyertaan modal desa masuk dalam
pengeluaraan pembiayaan dan digunakan untuk menganggarkan kekayaan pemerintah desa yang
diinvestasikan baik jangka pendek maupun jangka panjang.

 Pembayaran hutang. Pembayaran kewajiban desa yang timbul akibat pinjaman desa pada
pihak lain.
Disarikan dari buku: Akuntansi Desa, Penulis: V. Wiratna Sujarweni,
Halaman: 40-45.

Anda mungkin juga menyukai