Anda di halaman 1dari 34

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Desa

Desa adalah kumpulan dari beberapa dukuh yang disepakati oleh warga

masing-masing dukuh untuk bersatu membentuk satu lingkup diatas dukuh

yaitu Desa dengan didasarkan pada sejarah masing-masing daerah tersebut,

sedangkan menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2014

Tentang Desa, pengertian Desa yaitu:

Desa adalah Desa dan Desa adat atau yang disebut dengan nama lain,
selanjutnya disebut Desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki
batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan
pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa
masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan
dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia
(Republik Indonesia, 2014).
Desa memiliki pemerintahan yang pengelolaannya membutuhkan

pengaturan yaitu berpedoman pada aturan yang berlaku di Indonesia. Pedoman

tersebut menjadi dasar mewujudkan tujuan pembangunan desa antara lain untuk

memenuhi kebutuhan dasar, pembangunan sarana dan prasarana desa,

pengembangan potensi ekonomi lokal dan pengelolaan SDA serta lingkungan

hidup berkelanjutan (Republik Indonesia, 2014).

15
16

Selain membutuhkan pengaturan, pelaksanaan pemerintahan Desa juga

membutuhkan penataan. Hal ini bertujuan agar dapat mewujudkan efektivitas

penyelenggaraan Pemerintahan Desa, mempercepat peningkatan kesejahteraan

masyarakat Desa, mempercepat peningkatan kualitas pelayanan publik,

meningkatkan kualitas tata kelola Pemerintahan Desa dan meningkatkan daya

saing Desa. Adapun penataan yang dilakukan dapat berupa pembentukan,

penghapusan, penggabungan, perubahan status dan penetapan Desa. Penataan

ini perlu mendapatkan persetujuan bersama Bupati dengan Dewan Perwakilan

Rakyat Daerah dan setelah itu baru diajukan kepada Gubernur untuk

mendapatkan persetujuan terhadap Rancangan Peraturan Daerah.

Penataan Desa yang telah disetujui dan berlaku, membuat Desa

memiliki kewenangan dalam menjalankan pemerintahannya. Kewenangan desa

secara umum meliputi kewenangan berdasarkan hak asal usul, lokal berskala

desa, berdasarkan tugas yang diberikan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah

Provinsi, atau Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota, dan kewenangan lainnya

yang ditugaskan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, atau Pemerintah

Daerah Kabupaten/Kota sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Namun

dalam pelaksanaannya, pada tahun 2021, terdapat beberapa perubahan dalam

pengaturan kewenangan Desa. Kewenangan Desa diarahkan untuk program

dan/atau kegiatan percepatan pencapaian SDGs Desa, yaitu melalui pemulihan

ekonomi nasional sesuai kewenangan Desa, program prioritas nasional sesuai

kewenangan Desa, dan adaptasi kebiasaan baru.


17

2.2 Dana Desa

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 60

Tahun 2014, pengertian dana Desa adalah sebagai berikut:

Dana Desa adalah dana yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara yang diperuntukkan bagi Desa yang ditransfer melalui
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah kabupaten/kota dan digunakan
untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan
pembangunan, pembinaan kemasyarakatan, dan pemberdayaan masyarakat
(Republik Indonesia, 2014).
Dana Desa akan bermanfaat dalam melakukan pembangunan Desa.

Tujuannya yaitu untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakata Desa dan

kualitas hidup manusia serta penanggulangan kemiskinan melalui penyediaan

pemenuhan kebutuhan dasar, pembangunan sarana dan prasarana,

pembangunan potensi ekonomi lokal, serta pemanfaatan sumber daya alam dan

lingkungan secara berkelanjutan. Pada tahun 2021, terdapat prioritas

penggunaan Dana Desa yang diatur dan diurus oleh Desa berdasarkan

kewenangan Desa. Hal ini diarahkan untuk program dan/atau kegiatan

percepatan pencapaian SDGs Desa sebagaimana dapat dijelaskan sebagai

berikut (Kurnianingrum, 2021).

2.2.1 Pemulihan Ekonomi Nasional Sesuai Kewenangan Desa

a. pembentukan pengembangan dan revitalisasi badan usaha milik

Desa/badan usaha milik Desa bersama untuk pertumbuhan ekonomi

Desa merata,

b. penyediaan listrik Desa untuk mewujudkan Desa berenergi bersih dan

terbarukan, dan
18

c. pengembangan usaha ekonomi produktif yang diutamakan dikelola

badan usaha milik Desa/ badan usaha milik Desa bersama untuk

mewujudkan konsumsi dan produksi Desa sadar lingkungan.

2.2.2 Program Prioritas Nasional Sesuai Kewenangan Desa

a. pendataan Desa, pemetaan potensi dan sumber daya, dan pengembangan

teknologi informasi dan komunikasi sebagai upaya memperluas

kemitraan untuk pembangunan Desa,

b. pengembangan Desa wisata untuk pertumbuhan ekonomi Desa merata,

c. penguatan ketahanan pangan dan pencegahan stunting di Desa untuk

mewujudkan Desa tanpa kelaparan, dan

d. Desa inklusif untuk meningkatkan keterlibatan perempuan Desa, Desa

damai berkeadilan, serta mewujudkan kelembagaan Desa dinamis dan

budaya Desa adaptif.

2.2.3 Adaptasi Kebiasaan Baru Desa

a. mewujudkan Desa sehat dan sejahtera melalui Desa Aman Covid-19

b. mewujudkan Desa tanpa kemiskinan melalui Bantuan Langsung Tunai

Dana Desa.

2.2.4 Bantuan Langsung Tunai Dana Desa

a. Sebagai upaya mewujudkan Desa tanpa kemiskinan melalui Bantuan

Langsung Tunai Dana Desa ini dilaksanakan sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan.

Berlanjut pada pendapatan dan belanja Desa. Pendapatan Desa

diperoleh melalui beberapa sumber. Adapun 7 (tujuh) sumber pendapatan Desa


19

antara lain dana Desa, pendapatan asli daerah (PAD), alokasi dana Desa (ADD),

dana bagian dari pajak dan retribusi daerah, bantuan keuangan dari APBD

Provinsi, Kabupaten/Kota, hibah, sumbangan pihak ketiga, dan lain-lain

pendapatan yang sah. Terkait dengan pengelolaan dan pemanfaatannya

diadministrasikan dalam dokumen Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa

(APBDesa), sebagai satu kesatuan (Kurnianingrum, 2021). Berkaitan dengan

belanja, Desa menggunakan pendapatannya untuk membiayai belanja pegawai,

barang/jasa, modal, dan belanja tak terduga. Untuk persentase belanja Desa

dapat dijelaskan sebagai berikut:

Tabel II.1 Belanja Desa (Pasal 100 UU No. 11/2019)

70% 30%
1. Penyelenggaraan pemerintahan 1. Penghasilan tetap kepala
Desa (termasuk Operasional Desa dan perangkatnya
pemerintahan Desa, insentif 2. Tunjangan kepala Desa dan
RT/RW dan jaminan sosial) perangkatnya
2. Pembangunan Desa 3. Tunjangan dan operasional
3. Kemasyarakatan Desa BPD
4. Pemberdayaan masyarakat Desa
Sumber: Diolah dari Kurnianingrum (2021)

Pengelolaan keuangan Desa dikelola secara tertib, taat peraturan,

efisien, ekonomis, efektif, transparan, dan bertanggung jawab dengan

memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan serta menggunakan kepentingan

masyarakat setempat. Penganggaran dilakukan setiap tahun dan jumlah yang

diperoleh mengikuti kriteria masing-masing Desa yaitu jumlah Desa dalam

provinsi yang bersangkutan, jumlah penduduk kabupaten/kota, angka


20

kemiskinan kabupaten/kota, dan tingkat kesulitan geografis kabupaten/kota

dalam provinsi yang bersangkutan (Republik Indonesia, 2014).

Penyaluran dana Desa disalurkan secara bertahap pada tahun anggaran

berjalan dan ada beberapa syarat yang berlaku setelah APB Desa ditetapkan.

Tahapan penyaluran terdiri dari tiga tahap. Tahap pertama diberikan pada bulan

April (40%), tahap kedua diberikan pada bulan Agustus (40%), dan tahap ketiga

pada bulan November (20%).

Berdasarkan kebijakan dana Desa tahun 2021, diketahui bahwa total

pagu dana Desa sebesar Rp72 triliun. Pagu tersebut dialokasikan berdasarkan

AD, AA, AK, dan AF dengan bobot (%) 65:1:3:31. Untuk alokasinya terdiri

atas alokasi dasar (AD), alokasi afirmasi (AA), alokasi kinerja (AK), dan

alokasi formula (AF) dengan bobot (%) 10:40:20:30.

1. Alokasi Dasar (AD) dilakukan secara merata berdasarkan cluster jumlah

penduduk.

2. Alokasi Afirmasi (AA) berupa DT dan DST dengan penduduk miskin tinggi

AA DT sebesar 171,6 juta dan AA DST sebesar 343,2 juta.

3. Alokasi Kinerja (AK) meliputi total pagu sebesar Rp2.16 triliun, jumlah

Desa penerima 7.496 dan pagu per Desa sebesar Rp288,2 juta.

4. Alokasi Formula (AF) nya yaitu JP:JPM:LW:IKK.

Rasio ketimpangan distribusi dana Desa sebesar 0,467. Rata-rata penerimaan

dana Desa sebesar Rp961 juta dan untuk Desa dengan JPM tinggi dana Desa

yang didapatkan sebesar Rp27,42 triliun (Adriyanto, 2021).


21

Dana Desa yang disalurkan digunakan untuk membiayai pembangunan

dan pemberdayaan masyarakat Desa pada tahun anggaran berjalan. Setelah

tahun anggaran berakhir, dilakukan pelaporan atas anggaran yang telah

digunakan berupa laporan realisasi penggunaan dana Desa. laporan ini

dilaporkan setiap tahun tepatnya per semester yaitu semester I (satu) maksimal

minggu keempat bulan Juli (tahun anggaran berjalan) dan semester II maksimal

minggu keempat bulan Januari (tahun anggaran berikutnya).

Akhir dari rangkaian dana Desa adalah melakukan pemantauan dan

evaluasi. Pemantauan dilakukan dengan penerbitan peraturan bupati/walikota

terhadap tata cara pembagian dan penetapan besaran dana Desa, penyaluran

dana Desa dari RKUD sampai dengan rekening kas Desa, penyampaian laporan

realisasi dan SiLPA Dana Desa sedangkan evaluasi dilakukan dengan

memperhitungkan jumlah dana yang didapat dan semua pengeluaran selama

tahun anggaran tersebut.

2.3 Pengelolaan Keuangan Desa

Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia

Nomor 20 Tahun 2018, Pengelolaan Keuangan Desa adalah keseluruhan

kegiatan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan,

dan pertanggungjawaban keuangan Desa (Republik Indonesia, 2018). Dalam

melakukan pengelolaan keuangan desa terdapat 3 (tiga) azas yaitu akuntabilitas,

partisipatif dan transparan yang bertujuan agar keuangan Desa dapat dikelola
22

berdasarkan prinsip kehati-hatian dan outpot yang dihasilkan dapat bermanfaat

untuk seluruh masyarakat Desa.

Setiap Desa harus membuatan laporan keuangan Desa sebagai bentuk

pertanggungjawaban dalam mengelola keuangan Desa. Laporan keuangan

dibuat dengan menggunakan basis kas yaitu pencatatan transaksi yang

dilakukan pada saat kas masuk maupun keluar dari rekening kas umum. Untuk

ruang lingkup pengelolaan keuangan Desa dapat dijelaskan dibawah ini.

2.3.1 Perencanaan

Perencanaan pengelolaan keuangan Desa merupakan perencanaan

penerimaan dan pengeluaran pemerintahan Desa pada tahun anggaran

berkenaan yang dianggarkan dalam APB Desa. Dalam hal ini Sekretaris

Desa yang melakukan koordinasi atas penyusunan rancangan APB Desa

dengan berdasar pada RKP Desa tahun berkenaan dan pedoman penyusunan

APB Desa yang telah diatur dalam Peraturan Bupati/Walikota disetiap

tahunnya (Republik Indonesia, 2018).

2.3.2 Pelaksanaan

Pelaksanaan pengelolaan keuangan Desa merupakan rangkaian

kegiatan berupa penerimaan dan pengeluaran Desa yang pelaksanaannya

melalui rekening kas Desa pada bank yang ditunjuk Bupati/ Wali Kota.

Untuk pelaksanaan kegiatan anggarannya, kepala Desa menugaskan Kaur

dan Kasi sesuai tugasnya menyusun DPA antara lain rencana kegiatan dan

anggaran Desa, rencana kerja kegiatan Desa, dan rencana anggaran biaya
23

dengan maksimal 3 (tiga) hari kerja setelah Peraturan Desa tentang APB

Desa dan Peraturan Kepala Desa tentang Penjabaran APB Desa ditetapkan.

Sebagai upaya pengendalian atas penyaluran dana transfer, rekening

kas Desa yang dibuat Pemerintah Desa dilaporkan kepada Bupati/ Wali

Kota. Kemudian dari Bupati/ Wali Kota melaporkan daftar nomor rekening

kas Desa kepada Gubernur dengan tembusan Menteri melalui Direktur

Jenderal Bina Pemerintahan Desa (Republik Indonesia, 2018).

2.3.3 Penatausahaan

Penatausahaan keuangan dilakukan oleh kaur keuangan yang

bertugas sebagai pelaksana fungsi kebendaharaan. Penatausahaan dilakukan

dengan melakukan pencatatan setiap terjadinya penerimaan dan

pengeluaran dalam buku kas umum. Adapun buku pembantu kas umum

yang wajib dibuat meliputi buku pembantu bank, pajak, dan panjar.

Atas pencatatan yang telah dilakukan, pencatatan tersebut ditutup

setiap akhir bulan oleh kaur keuangan kepada sekretaris Desa dengan

maksimal pengumpulan tanggal 10 (sepuluh) bulan berikutnya. Berlanjut

sekretaris Desa melakukan verifikasi, evaluasi dan analisis atas laporan

tersebut dan pada akhirnya laporan baru bisa disampaikan kepada Kepala

Desa untuk mendapatkan persetujuan (Republik Indonesia, 2018).


24

2.3.4 Pelaporan

Pada tahap pelaporan, laporan pelaksanaan APB yang dibuat terdiri

dari laporan pelaksanaan APB Desa dan laporan realisasi kegiatan. Untuk

penyusunannya, Kepala Desa melakukan penyusunan dengan

menggabungkan seluruh laporan tersebut dengan paling lambat pada

minggu kedua bulan Juli tahun berjalan.

Setelah melakukan penyusunan laporan, kepala Desa

menyampaikan laporan pelaksanaan APB semester pertama kepada Bupati/

Wali Kota melalui camat. Lalu Bupati/ Wali Kota menyampaikan laporan

konsolidasi pelaksanaan APB Desa kepada Menteri melalui Direktur

Jenderal Bina Pemerintahan Desa dengan maksimal penyampaian pada

minggu kedua bulan Agustus tahun berjalan (Republik Indonesia, 2018).

2.3.5 Pertanggungjawaban

Rangkaian pengelolaan keuangan desa yang terakhir adalah

pertanggungjawaban. Pada tahap ini, kepala Desa menyampaikan laporan

pertanggungjawaban realisasi APB Desa kepada Bupati/ Wali Kota melalui

camat setiap akhir tahun anggaran. Terdapat batasan dalam pengumpulan

laporan pertanggungjawabannya. Maksimal pelaporan pertanggungjawaban

dilakukan pada 3 (tiga) bulan setelah akhir tahun anggaran berkenaan dan

pelaksanaannya ditetapkan melalui Peraturan Desa yang disertai dengan:

a. Laporan keuangan, terdiri atas:

1. laporan realisasi APB Desa


25

2. catatan atas Laporan Keuangan

b. Laporan realisasi kegiatan

c. Daftar program sektoral, program daerah dan program lainnya yang

masuk ke Desa (Republik Indonesia, 2018).

Setelah mengetahui gambaran secara umum, berikut gambaran singkat

pengelolaan keuangan Desa.

1. Perencanaan

Perencanaan yang dilakukan berupa peraturan Desa dan peraturan

kepala Desa yang dilaksanakan paba bulan Oktober sampai dengan

Desember. Urutan perencanaannya yaitu sekretaris Desa → kepala Desa →

BPD → musyawarah BPD → evaluasi oleh Pemerintah Kabupaten/ Kota →

pemublikasian.

2. Pelaksanaan

Pelaksanaan pengelolaan keuangan Desa dilakukan dengan

menyusun DPA, DPPA, DPAL, dan buku PB. Swadaya yang

pelaksanaannya dilakukan selama 1 (satu) tahun angaran. Urutan

pelaksanaannya yaitu kasi/kaur → sekretaris Desa → kepala Desa → kaur

keuangan. Untuk pengerjaannya dibantu oleh tim pelaksana kegiatan (TPK)

berupa swakelola dan penyedia.

3. Penatausahaan

Penatausahaan dilakukan dengan membuat buku kas, buku PB.

Bank dan buku PB. Pajak pada tanggal 10 bulan berjalan. Untuk
26

pelaksanaannya dilakukan oleh kaur keuangan dan berkoordinasi dengan

kepala Desa. Data yang dihasilkan kemudian dilakukan input data oleh staff

administrasi dan umum (memegang aplikasi Siskeudes) ke dalam aplikasi

Siskeudes.

4. Pelaporan

Pada tahapan pelaporan, laporan yang dihasilkan berupa laporan

SMS. I → laporan realisasi anggaran pada minggu II bulan Juli. Urutan

pelaksanaannya yaitu kaur keuangan → sekretaris Desa → kepala Desa →

pemublikasian dan dilakukan laporan konsolidasi Pemerintah Kabupaten/

Kota.

5. Pertanggungjawaban

Pertanggungjawaban dilakukan dengan menyusun laporan

keuangan dilanjutkan pemublikasian LRA, CALK, laporan realisasi

pelaksanaan kegiatan dan laporan kegiatan sektoral pada akhir tahun

anggaran sampai dengan bulan Maret tahun selanjutnya disertai dengan

laporan konsolidasian Pemerintah Kabupaten/ Kota (Kurnianingrum, 2021).

2.4 Sistem Informasi Akuntansi

Sistem informasi akuntansi (SIA) adalah suatu sistem yang melakukan

pengumpulan, pencatatan, penyimpanan, dan pengolahan data untuk

menghasilkan informasi bagi pengambil keputusan. Dalam hal ini, SIA

memiliki 6 (enam) komponen yaitu orang, prosedur dan instruksi, data,

perangkat lunak, infrastruktur teknologi informasi, serta pengendalian internal


27

dan ukuran keamanan. Dengan adanya komponen-komponen tersebut dapat

memungkinkan SIA memenuhi 3(tiga) fungsi bisnis penting, yaitu:

1. mengumpulkan dan menyimpan data mengenai aktivitas, sumber daya, dan

personel organisasi,

2. mengubah data menjadi informasi sehingga manajemen dapat

merencanakan, mengeksekusi, mengendalikan, dan mengevaluasi aktivitas,

sumber daya, dan personel,

3. memberikan pengendalian yang memadai untuk mengamankan aset dan

data organisasi.

SIA memberikan banyak manfaat dalam pengelolaan keuangan.

Beberapa diantaranya dapat membantu pembuatan laporan keuangan Desa,

meningkatkan nilai dengan meningkatkan kualitas dan mengurangi biaya

produk atau jasa, meningkatkan efisiensi, berbagi pengetahuan, meningkatkan

efisiensi dan efektivitas rantai pasokannya, meningkatkan struktur

pengendalian internal dan meningkatkan pengambilan keputusan. Selain yang

telah dijelaskan, manfaat dari SIA juga dapat membantu meningkatkan

pengambilan keputusan dengan beberapa cara sebagai berikut:

1. dapat mengidentifikasi situasi yang membutuhkan manajemen,

2. dapat mengurangi ketidakpastian dan memberikan dasar untuk memilih di

antara alternatif tindakan,

3. dapat menyimpan informasi mengenai hasil keputusan sebelumnya, yang

memberikan umpan balik bernilai dan dapat digunakan untuk meningkatkan

keputusan dimasa yang akan datang,


28

4. dapat memberikan informasi akurat dan tepat waktu.

Selanjutnya ada 3 (tiga) faktor yang dapat mempengaruhi desain SIA.

Ketiga faktor tersebut meliputi perkembangan teknologi informasi (TI), strategi

bisnis, dan budaya organisasi. Hal ini penting karena desain SIA dapat

mempengaruhi budaya organisasi dengan mengendalikan arus informasi di

dalam organisasi.

Gambar II.1 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Desain SIA

Sumber: Romney dan Steinbart (2014)

Berikutnya yaitu terkait dengan pembuatan informasi, SIA dapat

membuat informasi yang diakses dengan mudah dan tersedia secara luas serta

hal ini dapat menekan otonomi dan desentralisasi. Informasi yang dihasilkan

dapat memberikan manfaat bagi pengambil keputusan maupun pihak lain yang

membutuhkan informasi tersebut (Romney & Steinbart, 2014).

Gambar II.2 SIA Mengolah Data Menghasilkan Informasi bagi Pengambil


Keputusan

Sumber: Diolah dari Romney dan Steinbart (2014)


29

2.5 Modul Penganggaran Berfokus Pada Penanganan Pandemi Covid-19

Berdasarkan modul sistem aplikasi keuangan tingkat instansi (SAKTI),

modul penganggaran adalah modul yang memuat proses penyusunan rencana

kerja anggaran sampai dengan penyusunan dokumen pelaksanaan anggaran

termasuk didalamnya proses perencanaan penyerapan anggaran dan

penerimaan dalam periode satu tahun anggaran (Redaksi KPPN, 2019).

Kegunaan dari modul ini adalah untuk melakukan proses entri data dalam

rangka penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes) (BPKP,

2018).

Pandemi Covid-19 masih mewabah sampai dengan tahun 2021. Hal ini

menimbulkan beberapa implikasi kebijakan baik pada proses, pelaksanaan

kegiatan dan anggaran, publikasi sampai dengan pelaporan. Berikut ini

penjelasannya.

1. Proses

Implikasi kebijakannya meliputi gugus tugas percepatan penanganan

Covid-19 Desa, pendataan calon KPM (updating), kewenangan Desa, dan

musyawarah Desa berupa penetapan KPM BLT – Dana Desa, refokusing

kegiatan dan anggaran (optimalisasi untuk penanganan Covid-19), dan

bidang 5.

2. Pelaksanaan kegiatan dan anggaran

Implikasi kebijakannya meliputi swakelola, dengan penyedia, BLT – Dana

Desa secara tunai atau non tunai, Siskeudes, SiLPA dan SiLPA lanjutan.
30

3. Publikasi

Implikasi kebijakannya meliputi hasil penetapan KPM BLT – Dana Desa

dan laporan pelaksanaan APB Desa

4. Pelaporan

Implikasi kebijakannya meliputi rekam data perkembangan BLT – Dana

Desa → OMSPAN, laporan BTT, laporan pelaksanaan APB Desa, dan

laporan konsolidasi (Pemkab/ Kota) (Kurnianingrum, 2021).

Setelah mengetahui implikasi kebijakan dengan adanya pandemi Covid-

19, untuk mempermudah pemahaman isi menu di modul penganggaran, berikut

ini penjelasan menu-menu yang terdapat pada Modul Penganggaran di aplikasi

Siskeudes (BPKP, 2018).

2.5.1 Bidang, Sub Bidang dan Kegiatan

Kegiatan yang dilakukan pada menu ini yaitu melakukan

penginputan data bidang, sub bidang dan kegiatan yang akan dilaksanakan

oleh desa yang bersangkutan pada tahun anggaran berjalan dalam rangka

penyusunan APBDesa.

2.5.2 Pendapatan

Pada menu pendapatan digunakan untuk melakukan penginputan

data anggaran pendapatan pemerintah Desa. Pendapatan Desa dapat berupa

pendapatan asli Desa (PAD), pendapatan transfer, dan pendapatan lain-lain.


31

2.5.3 Belanja

Pada menu belanja digunakan untuk melakukan input data anggaran

belanja pemerintah Desa. Semua pengeluaran yang menjadi kewajiban Desa

selama 1 (satu) tahun anggaran yaitu dari 1 Januari sampai dengan 31

Desember masuk dalam belanja Desa dan dalam pelaksanaan belanja

dilakukan pengklasifikasian yaitu dibagi menjadi sub bidang dan kegiatan

sesuai dengan kebutuhan Desa yang ada di RKP Desa.

2.5.4 Pembiayaan 1 (Penerimaan Pembiayaan)

Pada menu pembiayaan 1 digunakan untuk melakukan penginputan

data atas penerimaan pembiayaan. Penerimaan pembiayaan yang dimaksud

dapat berupa hasil penjualan kekayaan Desa yang dipisahkan dan pencairan

dana cadangan.

2.5.5 Pembiayaan 2 (Pengeluaran Pembiayan)

Pada menu pembiayaan 2 digunakan untuk melakukan penginputan

data atas pengeluaran pembiayaan. Pengeluaran pembiayaan yang

dimaksud dapat berupa penyertaan modal Desa pada BUMDes.

2.5.6 Anggaran Kas Desa

Pada menu anggaran kas Desa digunakan untuk melakukan

penginputan data Rencana Anggaran Kas Desa (RAK Desa). Dalam hal ini,

RAK Desa memuat dokumen arus kas masuk dan arus kas keluar. Untuk

pemanfaatannya, RAK Desa digunakan untuk mengatur penarikan dana dari


32

rekening kas dan mendanai pengeluaran berdasarkan DPA yang telah

disahkan kepala Desa.

2.5.7 Peraturan APBDes

Pada menu anggaran kas Desa digunakan untuk melakukan

penginputan data peraturan Desa APBDes, Peraturan kepala Desa

penjabaran APBDes dan Peraturan Desa Pertanggungjawaban APBDes.

Pengisian data yang perlu diinputkan ke aplikasi Siskeudes meliputi nama

Desa, nomor dan tanggal Perdes/Perkades, nomor lembaran, tanggal

lembaran dan nama Kades/Sekdes.

Peraturan Desa-APBDes merupakan menu yang digunakan untuk

melakukan input data yang diperlukan dalam penyusunan peraturan Desa

tentang APBDes, sedangkan peraturan kepala Desa-penjabaran APBDes

merupakan menu yang digunakan untuk melakukan penginputan data yang

dibutuhkan dalam penyusunan peraturan kepala Desa tentang penjabaran

APBDes. Setelah dilakukan input ke aplikasi Siskeudes, peraturan kepala

Desa dapat terbentuk secara otomatis dalam bentuk Microsoft Word, dan

dapat diedit/disesuaikan oleh pemerintah Desa.

2.5.8 Posting APBDes

Pada menu posting APBDes digunakan untuk melakukan posting

data Rancangan APBDes, APBDes awal tahun dan APBDes perubahan.

Beberapa data yang perlu diinput yaitu nomor Perdes dan tanggal, dengan

tujuan dari adanya posting APBDes dapat mngevaluasi atas Peraturan Desa
33

tentang APBDes pada tingkat Kecamatan atau Kabupaten/Kota. Setelah

dilakukan evaluasi, baru bisa melaksanakan tahapan berikutnya yaitu

melakukan penguncian dan data hasil postingan dikirim kembali ke Desa

agar dapat dijadikan dasar dokumen realisasi APBDes.

2.5.9 Anggaran Lanjutan

Pada menu anggaran lanjutan digunakan untuk melakukan

penginputan data Dokumen Pelaksanaan Anggaran Lanjutan (DPA

Lanjutan). Dalam hal ini DPA Lanjutan merupakan dokumen yang memuat

kegiatan, anggaran dan perencanaan penarikan dana untuk kegiatan lanjutan

dengan anggarannya berasal dari SiLPA tahun anggaran sebelumnya.

Anggaran lanjutan ini digunakan untuk mendanai kegiatan yang

belum terselesaikan pada tahun anggaran berjalan yang pelaksanaannya

akan dilanjutkan pada tahun berikutnya. Untuk itu, data yang perlu diisikan

di Siskeudes nya meliputi pemilihan paket kegiatan yang mau dilanjutkan,

target dan realisasi fisik yang sudah terealisasi beserta harinya serta data

penginputan RAB dan Rencana Anggaran Kas nya selama bulan Januari s.d.

Maret tahun berikutnya.

2.5.10 Laporan Penganggaran

Pada menu laporan penganggaran digunakan untuk melakukan

pencetakan atas proses penganggaran APBDes yang data-data nya telah

diinput pada menu data entri. Untuk melihat laporannya dapat dilakukan
34

dengan mengeklik menu laporan, lalu pilih penganggaran, sehingga muncul

laporan penganggarannya (Kurnianingrum, 2021).

2.6 Kecurangan

Kecurangan adalah suatu bentuk kesengajaan menjalankan tugas tidak

sesuai aturan yang bertujuan untuk kepentingan pribadi atau kelompok,

termasuk pernyataan, representasi, atau pengungkapan yang salah, niat untuk

menipu, mengandalkan misrepresentasi, dan lain-lain (Romney & Steinbart,

2018). Dalam praktiknya di setiap tempat bahkan di pemerintahan sudah tidak

asing dengan adanya kecurangan.

Bentuk-bentuk kecurangan dapat berupa melakukan penyalahgunaan

aset (aset fisik dan aset digital) maupun penipuan terhadap laporan keuangan

yang dibuat. Hal ini terjadi karena adanya 3 hal yaitu adanya tekanan,

kesempatan dan rasionalisasi. Pertama, tekanan dapat berasal dari sisi karyawan

karena keuangan, gaya hidup, maupun emosional, dan laporan keuangan karena

pengelolaannya. Kedua, adanya kesempatan. Kesempatan yang dimaksud yaitu

melakukan, menyembunyikan dan melakukan konversi ke keuntungan pribadi.

Ketiga adanya rasionalisasi. Rasionalisasi terjadi karena adanya peluang

membenarkan perilaku, sikap yang mengatur tidak berlaku, dan kurangnya

integritas tiap individu. Untuk lebih jelasnya terkait dengan alur terjadinya

fraud, dapat dijelaskan pada gambar fraud triangle dibawah ini (Romney &

Steinbart, 2018).
35

Gambar II.3 Fraud Triangle

Sumber: Diolah dari Romney dan Steinbart (2018)

2.7 Sistem Pengendalian Internal

2.7.1 Konsep dan Definisi Sistem Pengendalian Internal (SPI)

Pengendalian internal adalah suatu bentuk jaminan yang dijalankan

untuk mewujudkan terpenuhinya tujuan pengendalian. Dalam melakukan

pengembangan atas sistem pengendalian internal perlu adanya pemahaman

seksama akan kemampuan teknologi informasi (information system) dan

risikonya serta penggunaan TI untuk mencapai tujuan pengendalian yang

baik.

Pengendalian internal memiliki 3 (tiga) fungsi penting. Pertama

yaitu pengendalian preventif. Pengendalian ini dilakukan untuk mencegah

masalah sebelum timbul. Kedua yaitu pengendalian detektif dengan

menemukan masalah yang tidak terelakkan dan yang ketiga yaitu

pengendalian korektif dengan melakukan pengidentifikasian dan perbaikan

terhadap masalah serta perbaikan dan pemulihan dari kesalahan yang

dihasilkan.
36

Pengendalian internal berdasarkan pengkategoriannya dibedakan

menjadi 2 (dua), antara lain pengendalian umum dan pengendalian aplikasi.

Pengendalian umum dilakukan untuk memastikan lingkungan pengendalian

organisasi stabil dan dikelola dengan baik, sedangkan pengendalian aplikasi

dilakukan untuk mencegah, mendeteksi, dan mengoreksi kesalahan

transaksi serta penipuan di dalam program aplikasi dengan fokus

pengendaliannya pada ketepatan, kelengkapan, validitas, serta otorisasi data

yang didapat, dimasukkan, diproses, disimpan, ditransmisikan ke sistem

lain dan dilaporkan.

Menurut Robert Simons terdapat 4 (empat) kaitan pengendalian

antara lain sistem kepercayaan, sistem batas, sistem pengendalian

diagnostik, dan sistem pengendalian interaktif. Sistem kepercayaan

dilakukan dengan upaya organisasi menciptakan nilai dan menjadikan nilai

tersebut sebagai inspirasi pegawai melaksanakan pekerjaannya. Sistem

batas dilakukan agar pegawai dapat bertindak etis membangun batasan

dalam perilaku kepegawaian. Sistem pengendalian diagnostik dengan

melakukan pengukuran, pengawasan dan membandingkan perkembangan

perusahaan aktual berdasarkan anggaran dan tujuan kinerja. Sistem

pengendalian interaktif sebagai sistem yang membantu manajer untuk

memfokuskan perhatian bawahan yaitu pada isu-isu srategis utama dan

lebih terlibat dalam urusan mereka. Sistem-sistem tersebut akan membantu

manajemen menyelesaikan konflik di antara kreativitas dan pengendalian.


37

Dengan demikian pengendalian internal dapat memberikan jaminan yang

memadai (Romney & Steinbart, 2018).

2.7.2 Tujuan Sistem Pengendalian Internal

Tujuan adanya sistem pengendalian internal adalah untuk

melindungi aset, melakukan penyimpanan catatan secara memadai,

informasi yang diberikan akurat dan bisa diandalkan, laporan keuangan

yang disiapkan dapat sesuai kriteria yang ditetapkan, melakukan promosi

dan meningkatkan efisiensi operasional, mendorong kepatuhan dengan

memberikan kebijakan manajemen dan mematuhi adanya hukum dan

peraturan (Romney & Steinbart, 2018).

Upaya mewujudkan tujuan sistem pengendalian internal perlu

mendapatkan perhatian khusus. Beberapa diantaranya yaitu mulai dari

standar keamanan, petunjuk, sampai dengan prosedur berlanjut. Dalam

pelaksanaannya, dilakukan pemisahan tanggung jawab pada masing-masing

pegawai antara lain tidak ada pegawai yang melakukan pekerjaan ganda

atau merangkap jabatan di satu organisasi, karena berawal dari hal tersebut

dapat memicu timbulnya fraud dan berimbas pada kelangsungan organisasi

kedepannya. Selanjutnya kendali akses, termasuk pada manajemen sandi

dan penggunaannya, pengendalian cadangan dan pemulihan, melakukan

pengendalian dan perubahan atas software yang terjadi serta pengendalian

terkait dengan budaya organisasi. Budaya organisasi akan mempengaruhi

organisasi dalam menetapkan strategi dan tujuannya. Oleh karena itu,

pengendalian internal penting untuk dilakukan.


38

2.7.3 Framework Sistem Pengendalian Internal

Pengembangan sistem pengendalian internal dapat dilakukan

dengan berapa Framework. Adapun 3 (tiga) Framework yang dilakukan

yaitu melalui COBIT Framework, Coso’s internal control Framework dan

Coso’s enterprise risk management Framework.

a. COBIT Framework

Merupakan kerangka keamanan dan pengendalian yang

memungkinkan manajemen membuat tolok ukur praktik-praktik

keamanan dan pengendalian lingkungan TI, pengguna layanan TI

mendapat jaminan atas keamanan dan pengendalian yang memadai,

auditor dapat memperkuat opini pengendalian internal,

mempertimbangkan masalah keamanan TI dan pengendalian yang

dilakukan.

COBIT Framework 5 (lima) dapat membantu organisasi dalam

mencapai tujuan tata kelola dan manajemen TI yang efektif. Tata kelola

dan manajemen TI sendiri merupakan proses berkelanjutan.

Terbentuknya COBIT 5 (lima) didasarkan pada beberapa prinsip utama

tata kelola dan manajemen TI yang harapannya dapat menghasilkan

sistem informasi terbaik. Beberapa prinsip tersebut antara lain

memenuhi keperluan pemangku kepentingan, mencakup perusahaan

dari ujung ke ujung, mengajukan sebuah kerangka terintegrasi dan

tunggal, memungkinkan pendekatan holistik dan memisahkan tata

kelola dari manajemen.


39

b. Coso’s Internal Control Framework

Merupakan salah satu Framework yang menjelaskan

pengendalian internal dan memberikan panduan untuk mengevaluasi

dan meningkatkan sistem pengendalian internal. Pendekatan yang

dilakukan berbasis kontrol. Selanjutnya, COSO internal control

Framework memiliki beberapa komponen antara lain control (internal)

environment, risk assessment, control activities, informasi, komunikasi

dan monitoring.

c. Coso’s Enterprise Risk Management Framework

Merupakan salah satu COSO Framework yang memperbaiki

proses manajemen risiko dengan memperluas (menambah tiga elemen

tambahan) pengendalian internal COSO-terintegrasi. Dasar

terbentuknya COSO ERM terdapat beberapa prinsip dasar. Adapun

prinsip tersebut antara lain:

1. organisasi dibentuk untuk menciptakan nilai bagi para pemiliknya,

2. manajemen harus memutuskan seberapa banyak ketidakpastian yang

akan di terima saat menciptakan nilai,

3. ketidakpastian menghasilkan risiko karena sesuatu secara negatif

mempengaruhi nilai organisasi,

4. ketidakpastian menghasilkan peluang karena sesuatu secara positif

mempengaruhi nilai organisasi, dan

5. ERM Framework dapat mengelola ketidakpastian serta menciptakan

dan mempertahankan nilai (Romney & Steinbart, 2014).


40

2.7.4 Sistem Pengendalian Internal Versi COSO-ICIF

Internal control – integrated Framework merupakan suatu alat yang

dapat digunakan untuk melakukan penilaian atas efektivitas sistem

pengendalian internal. Pada Framework ini menyediakan beberapa template

yang bertujuan untuk membantu penggunaan dan melakukan dokumentasi

penilaian prinsip, komponen, sistem pengendalian internal secara

keseluruhan, dan bagaimana template dapat digunakan (COSO, 2013).

COSO menerbitkan Framework pengendalian internal pertama kali

pada tahun 1992 yang dikenal dengan sebutan Internal Control-Integrated

Framework. Framework pengendalian internal COSO ini memberikan

definisi pengendalian internal dan Framework untuk menilai dan

memperbaiki sistem pengendalian internal. Framework dilaksanakan agar

dapat memberikan keyakinan bahwa pengendalian internal yang dibuat

dapat mencapai 3 (tiga) tujuan organisasi, antara lain efektivitas dan

efisiensi operasi, keandalan pelaporan keuangan, dan kepatuhan terhadap

hukum dan peraturan. Komponennya terdiri atas 5 (lima) unsur yaitu control

environtment, risk assessment, control activities, information and

comunication, dan monitoring (Suharso, 2016).

Berdasarkan perjalanannya, pelaksanaan Framework masih terdapat

kendala dalam tata kelola dan manajemen risiko organisasi. Untuk itu,

COSO melakukan pembaruan atas Internal Control-Integrated Framework

yang diterbitkan pada tahun 1992 dan terbentuklah Framework

pengendalian internal yang baru tahun 2013 dengan judul, definisi dan
41

Framework yang sama dengan tahun 1992. Adapun beberapa perubahan

yang terjadi pada kerangka kerja pengendalian internal 2013 dapat

dijelaskan sebagai berikut.

a. Membuat kodifikasi prinsip merepresentasikan konsep fundamental

terkait 5 (lima) komponen pengendalian internal. Hal ini bertujuan untuk

meningkatkan pemahaman manajemen atas pelaksanaan pengendalian

internal secara efektif.

b. Memperjelas peran penetapan tujuan dalam pengendalian internal

sekaligus mempertegas bahwa penetapan tujuan bukan bagian dari

pengendalian internal.

c. Mencerminkan relevansi peningkatan teknologi dalam mempengaruhi

penerapan komponen pengendalian internal karena saat ini organisasi

kebanyakan telah bergantung pada teknologi yang berkembang sangat

pesat.

d. Memperkuat konsep governance terutama terkait dengan dewan direksi,

anggota dewan, termasuk komite audit, kompensasi, nominasi, dan

governance.

e. Memuat lebih banyak pembahasan mengenai fraud.

f. Memperluas kategori tujuan pelaporan keuangan. Langkah yang

dilakukan yaitu dengan mempertimbangkan pelaporan eksternal di luar

pelaporan keuangan serta pelaporan internal baik keuangan maupun

non-keuangan.
42

g. Meningkatkan fokus pada tujuan selain pelaporan keuangan.

Upaya revisi Framework pengendalian internal untuk memperbaiki

Framework manajemen resiko bertujuan agar dapat menyesuaikan

Framework dengan kondisi lingkungan yang semakin kompleks, dapat

mencerminkan evolusi pemikiran, praktik manajemen risiko, dan

memenuhi perubahan harapan stakeholders. Sehingga, pada akhirnya

pengendalian internal di suatu organisasi dapat memberikan kinerja yang

semakin baik dan kemungkinan terjadinya fraud semakin berkurang

(Suharso, 2016).

2.8 Aplikasi Siskeudes

Aplikasi Siskeudes adalah aplikasi yang dibuat dengan tujuan untuk

memberikan kemudahan pada setiap Desa dalam melakukan pengelolaan

keuangan Desa yaitu mulai dari perencanaan sampai dengan

pertanggungjawaban. Selain itu, dengan masing-masing Pemerintah Desa di

seluruh Indonesia menggunakan aplikasi Siskeudes, output yang dihasilkan

dapat meningkatkan kualitas tata kelola keuangan Desa.

Pada dasarnya aplikasi ini dikembangkan oleh Badan Pengawasan

Keuangan dan Pembangunan (BPKP) bersama dengan Kementerian Dalam

Negeri (Kemendagri) dan mulai digunakan pada tahun 2015. Dalam

pelaksanaannya, aplikasi Siskeudes mengalami perubahan versi di setiap

tahunnya.
43

Pada tahun 2015 perkembangan Versi Rilis Siskeudes yang digunakan

meliputi Simda Desa V1.0.R1.0.0 Beta tanggal 23-24 Juni 2015, Simda Desa

V1.0.R1.0.0 Rilis tanggal 13 Juli 2015, Simda Desa V1.0.R1.0.1 Rilis tanggal

6 Agustus 2015, Simda Desa V1.0.R1.0.2 Rilis tanggal 6 September 2015 dan

Siskeudes V1.2 R1.0.0 Rilis tanggal 18 Desember 2015.

Pada tahun 2016, perkembangan Versi Rilis Siskeudes yang digunakan

meliputi Siskeudes V1.2 R1.0.1 Rilis tanggal 4 Januari 2016, Siskeudes V1.2

R1.0.2 Rilis tanggal 29 Januari 2016, Siskeudes V1.2 R1.0.3 Rilis tanggal 22

April 2016, Siskeudes V1.2 R1.0.4 Rilis tanggal 31 Agustus 2016 dan

Siskeudes V1.2 R1.0.5 Rilis tanggal 24 Oktober 2016.

Pada tahun 2017, merilis Siskeudes V1.2 R1.0.6 tanggal 22 Desember

2017 dan dilakukan update tanggal 31 Januari 2018. Selanjutnya Siskeudes

V2.0 R2.0.0 dengan perencanaan Rilis tanggal 21 November 2018, Siskeudes

V2.0 R2.0.1 dirilis tanggal 18 Desember 2018 (BPKP, 2018).

Pada tahun 2019 melakukan pengembangan Siskeues V2.0 R2.0.2

tanggal 19 Agustus 2019. Kemudian dilakukan update tanggal 20 Juni 2020 dan

pengembangan Siskeudes selanjutnya V2.0 R2.0.3 dirilis pada tanggal 10

November 2020.

Banyaknya pengembangan Versi Siskeudes tersebut bertujuan untuk

memenuhi kebutuhan Desa dan melakukan penyesuaian atas Peraturan yang

menjadi pedoman yaitu pada awalnya menggunakan Peraturan Kementerian

Dalam Negeri Nomor 113 Tahun 2014 yang berlaku sampai dengan
44

penyusunan laporan APBDes Tahun Anggaran 2018. Setelah itu, Kementerian

Dalam Negeri mengeluarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 20 Tahun

2018 dan mencabut Permendagri sebelumnya. Karena adanya perubahan

peraturan yang ditetapkan membuat penggunaan aplikasi Siskeudes dilakukan

penyesuaian terhadap regulasi tersebut yang menghasilkan dikeluarkannya

versi terbaru dengan Rilis Versi 2.0. menggunakan database Microsoft Access.

Kelebihan menggunakan database tersebut yaitu setiap pengguna akan mudah

dalam mengoperasikan aplikasinya. Adapun menu-menu yang terdapat pada

aplikasi Siskeudes dapat dijelaskan sebagai berikut.

Gambar II.4 Tampilan Menu Utama Aplikasi Siskeudes

Sumber: Aplikasi Siskeudes V2.0.R2.0.3 (2021)

2.8.1 Menu Parameter

Pengisian menu parameter merupakan proses pertama yang harus

dilakukan. Dalam pengelolaannya, parameter data umum dikelola oleh


45

administrasi/ satgas tingkat Kabupaten/ Kota, sedangkan Pemerintah Desa

tidak diperbolehkan melakukan perubahan maupun penambahan tanpa izin

dari administrator tingkat Kabupaten/ Kota. Menu-menu yang ada

didalamnya meliputi data umum Pemda, Kecamatan dan Desa, referensi

kegiatan, referensi sumber dana, rekening APB Desa, standar satuan harga,

output kegiatan DD, referensi peraturan, belanja operasional, mapping

korolasi aset, dan rekening bank Desa.

2.8.2 Menu Data Entri

Menu data entri merupakan menu yang digunakan Pemerintah Desa

untuk melakukan penginputan data. Menu-menu yang ada di dalamnya

antara lain perencanaan, penganggaran, penatausahaan, dan pembukuan.

2.8.3 Menu Laporan

Menu laporan merupakan hasil dari penginputan data entri yang

membentuk laporan secara otomatis. Menu-menu yang ada di modul ini

antara lain:

a. laporan perencanaan berisi laporan visi dan misi Desa, laporan RPJM

Desa, laporan RKP Desa tahunan, laporan rencana kegiatan Desa, dan

laporan pagu indikatif Desa,

b. laporan penganggaran berisi lampiran 1a - Perdes APBDesa, lampiran

1b - Perdes APBDesa, lapiran 1c-Penjabaran APBDesa, RAB 1 -

Rincian Anggaran Pendapatan, RAB 2 – Rincian Anggaran Belanja,

RAB 3 Rincian Anggaran Pembiayaan, RAK – Rencana Anggaran Kas


46

Desa, RKA – Rencana Kegiatan dan Anggaran, DPA – Rencana

Kegiatan Desa, DPA – Kegiatan Lanjutan, ringkasan APBDes 1a per

sumberdana, ringkasan APBDes 1b per sumberdana, RAB 2 – kegiatan

per sumberdana,

c. laporan penatausahaan berisi buku kas umum, buku pembantu kas tunai,

buku pembantu bank, buku kas pembantu kegiatan, buku kas pembantu

pajak, buku kas pembantu panjar, buku pembantu penerimaan, buku

pembantu pajak rekap, buku pembantu pajak per jenis, register SPP

pengeluaran, register SPP pengeluaran, register kwitansi pembayaran,

register SPP-pencairan, dan register SPP/SPJ-kwitansi pembayaran,

d. laporan pembukuan berisi laporan realisasi APBDesa, realisasi

anggaran Desa, realisasi anggaran Desa per kegiatan, realisasi anggaran

bulanan, realisasi anggaran triwulanan, realisasi anggaran semesteran,

realisasi APBDes semesteran, kekayaan milik Desa, realisasi APBDes

per sumberdana 1a, realisasi APBDes per sumberdana 1b, realisasi

penggunaan dana Desa, penyerapan dana Desa (PMK), dan laporan

realisasi pelaksanaan BTT.

2.8.4 Menu Tools

Menu tools merupakan menu yang digunakan untuk melakukan

setting konfigurasi, update database, update SML Pemda, ekspor

parameter, impor parameter, ekspor data untuk, kosongkan data, dan backup

database.
47

2.8.5 Menu Help

Menu help merupakan menu yang berisi tentang aplikasi, manual

aplikasi, dan peraturan. Peraturan yang digunakan berpedoman pada

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 20 Tahun 2018 dan Peraturan

Menteri Desa prioritas Dana Desa (DD).

Pada akhirnya menu-menu di aplikasi Siskeudes juga terkoneksi

dengan OM-SPAN. Aplikasi ini didesain seperti itu agar pemerintah Desa

dapat memenuhi kewajibannya yaitu melaporkan capaian keuangan dan

realisasi fisik output kegiatan dengan biaya dikeluarkan dari dana Desa

aplikasi Siskeudes Versi 2.0 pada Rilis 2.0.2 yang telah memberikan

fasilitas fitur transfer data dari aplikasi Siskeudes ke aplikasi OM-SPAN.

Dalam pelaksanaannya, metode yang dipakai menggunakan Eksport-

Transfer-Load (ETL). Berikut interkoneksi antara Siskeudes dengan OM-

SPAN.

Gambar II.5 Interkoneksi Siskeudes-OMSPAN

Sumber: BPKP (2018)


48

Interkoneksi Siskeudes Versi 2.0 dan OM-SPAN bertujuan untuk

meminimalisir terjadinya kesalahan penyaluran dan pelaporan, memberikan

kemudahan kepada Pemerintah Daerah dalam menyampaikan dokumen

penyaluran dana Desa, mempercepat pertukaran data dan informasi serta

mengefisienkan penggunaan sumberdaya melalui sistem elektronik. Dalam

pelaksanaannya, kunci keberhasilan proses interkoneksi yaitu pada kodifikasi

desa, kodifikasi kegiatan dan kodifikasi output. Kode tersebut antara aplikasi

Siskeudes dengan aplikasi OM-SPAN penomorannya harus sama. Untuk

selanjutnya, tahapan interkoneksi Siskeudes Versi 2.0 dan OM-SPAN meliputi

tahap penganggaran, tahap realisasi penggunaan dana Desa, dan tahap transfer

data ke OM-SPAN (BPKP, 2018).

Anda mungkin juga menyukai