Anda di halaman 1dari 270

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id

MAKNA PUISI-PUISI DALAM BUKU TEKS


BAHASA INDONESIA
KELAS X SMA
(Pendekatan Semiotik Riffaterre)

SKRIPSI

Oleh
Desinta Prihatini
K1207011

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

MAKNA PUISI-PUISI DALAM BUKU TEKS


BAHASA INDONESIA
KELAS X SMA
(Pendekatan Semiotik Riffaterre)

Oleh
Desinta Prihatini
K1207011

SKRIPSI
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi persyaratan
mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan
Program Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

ABSTRAK

Desinta Prihatini. K1207011. MAKNA PUISI-PUISI DALAM BUKU TEKS


BAHASA INDONESIA KELAS X SMA (Pendekatan Semiotik Riffaterre).
Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas
Maret, Juni 2011.

Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan 1) tema dan amanat dalam puisi-
puisi yang terdapat dalam buku teks bahasa dan sastra Indonesia sehingga cocok
digunakan sebagai materi ajar apresiasi puisi di kelas X SMA; dan 2) makna
semiotik yang tersirat dalam susunan kata yang terdapat dalam puisi-puisi dalam
buku teks bahasa dan sastra Indonesia kelas X SMA.
Bentuk penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Data berasal dari buku teks
bahasa Indonesia kelas X SMA dari dua penerbit, yaitu Erlangga dan Yudhistira.
Teknik sampling yang digunakan adalah Purpossive Sampling. Teknik
pengumpulan data yang digunakan adalah studi pustaka denagn teknik analisis
dokumen dan review informan Teknik analisis data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah teknik analisis jalinan atau mengalir (Flow model of analysis)
yang meliputi tiga komponen, yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan
kesimpulan. Prosedur penelitian terdiri dari lima tahap, yaitu (1) tahap persiapan
berupa pengumpulan data; (2) menyeleksi serta memilah data; (3) Menganalisis
data; (4) menarik kesimpulan hasil analisis; (5) membuat laporan penelitian.
Simpulan hasil penelitian ini, yaitu (1) Puisi-puisi yang ada di buku teks dari
penerbit Erlangga dan Yudhistira memiliki tema yang hampir sama dan beragam.
Tema kritik sosial banyak peneliti temukan, kemudian ada pula peperangan, ada
pula patah hati dan percintaan, ketuhanan, kekaguman pada sosok ibu, rindu tanah
kelahiran, kegembiraan rakyat jelata pasca panen, ada pula puisi yang bertema
keprihatinan seorang siswa terhadap keberadaan bahasa Indonesia, dan puisi
dengan tema konflik batin atau pertikaian dengan diri sendiri. (2) Makna semiotik
yang digunakan di dua buku teks tersebut banyak yang diungkapkan dengan
bahasa simbol. Bahasa simbol digunakan untuk menandai atau menyimbolkan
suatu maksud yang ingin disamapaikan penyair lewat puisinya. Banyak penyair
puisi dari kedua buku teks yang menggunakan bahasa simbol yang diperoleh dari
alam. Simbol alam digunakan mulai dari judul sampai pemilihan kata pada baris-
baris puisi. Simbol-simbol alam yang banyak digunakan anatara lain air, laut,
gunung, matahari, dan langit. Analisis hermeneutik puisi, peneliti titik beratkan
pada pencarian sebuah kata kunci lalu menerjemahkan kata kunci tersebut dan
mengurainya sehingga mendapat uraian makna yang jelas mengenai isi puisi. Kata
kunci yang peneliti temukan dari 28 puisi yang peneliti analisis banyak yang
menggunakan persimbolan dari alam. Kesimpulannya, penggunaan bahasa simbol
yang diambil dari alam akan mempermudah peserta didik menganalisis puisi.
Simbol alam sangat dekat dengan dunia peserta didik, setiap hari mereka
berinteraksi dengan alam sehingga pemahaman peserta didik terhadap simbol-
simbol alam yang digunakan penyair akan mudah diterjemahkan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

ABSTRACT

Desinta Prihatini. K1207011. MEANING OF POETRY-POETRY


IN INDONESIAN TEXT BOOK CLASS X high school (Semiotics
Approach Riffaterre). Thesis, Surakarta: Faculty of Teacher
Training and Education. Eleven university in March, June 2011.

This study aims to clarify 1) the theme and message of the


poems contained in the textbooks so that the Indonesian language
and literature teaching materials suitable for use as an
appreciation of poetry in high school class X, and 2) the semiotic
meanings implicit in the wording contained in the poem text-book
poem in Indonesian language and literature classes X High
School.
Form of qualitative research is descriptive. The data are from
text books Indonesian high school class X from the two publishers,
namely grants and Yudhishthira. Sampling technique used was
Purpossive Sampling. Data collection techniques used is literature
study and document analysis techniques denagn informants
review the data analysis technique used in this study is braided or
flow analysis techniques (Flow model of analysis) which includes
three components, namely data reduction, data presentation, and
drawing conclusions . Research procedure consists of five stages,
namely (1) the preparation phase of data collection, (2) selecting
and sorting data, (3) Analyzing the data, (4) draw the conclusion
of the analysis, (5) create a research report.
Conclusion The results of this study, namely (1) poems that
exist in the textbooks from publishers and Yudhishthira grants
have similar themes and diverse. The theme of social criticism of
many researchers found, then there are wars, there was also
heartbreak and romance, divinity, awe at the mother figure, the
birthplace of longing, joy of the masses of post harvest, there is
also a poem whose theme concerns a student of the existence of the
Indonesian language, and poetry with the theme of inner conflict
or conflict with yourself. (2) semiotic meaning used in the two
textbooks are widely expressed in the language of symbols.
Language of symbols used to mark or symbolize an intent that
want disamapaikan poet through his poetry. Many poets poetry
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

from both textbooks that use a language of symbols derived from


nature. Natural symbol used from the title to their choice of words
on lines in poetry. The symbols of nature that is widely used
among other things water, sea, mountains, sun, and sky.
Hermeneutic analysis of poetry, the researchers emphasized on a
keyword search and then translate those keywords and
descriptions mengurainya so it gets a clear sense of the content of
poetry. Keywords that researchers found of the 28 poems which
analyzes many researchers who use persimbolan from nature. In
conclusion, the use of language of symbols taken from nature will
facilitate the students to analyze poetry. Symbols of nature is very
close to a world of learners, every day they interact with nature so
that the learners understanding of the symbols of nature used to
be easily translated poet.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

MOTTO

Guru yang tidak tahan kritik boleh masuk keranjang sampah.


Guru bukan dewa dan selalu benar dan murid bukan kerbau.
(Soe Hok Gie)

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan skripsi ini sebagai rasa cinta,


kasih sayang, dan terima kasihku kepada:
1. kedua orang tuaku, Gatot Indarto dan Sumirah
yang tidak putus-putusnya mendoakan siang
dan malam dengan segenap cinta, kasih
sayang, dan perhatian yang tak ternilai
harganya dari apapun;
2. kakak-kakakku tersayang, Saptadi Juniarto dan
Sugiyarti (istrinya) yang memberikan warna di
setiap hari-hariku dan senantiasa mendukung
setiap langkah yang kulalui dalam hidup ini;
3. Irfan Hidayat (Sholihul Hakim), seorang kakak
yang selalu mengatakan hal positif tentangku;
4. Adhityas Jatikusuma, seorang kakak yang
sempat membuatku menemukan jingga
seutuhnya;
5. Navi Al Rasyid, seorang abang yang aku harap
menjadi pelangi jinggaku;
6. sahabat-sahabatku yang menjadi pelangiku,
Maulana Kurnia Putra, Haning Fatmawiati,
dan Satriyo Yoga Aji A.;
7. teman-teman seperjuanganku di program
pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
angkatan 2007;
8. pembaca yang budiman.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur peneliti ucapkan kepada Allah swt yang telah memberikan
nikmat dan karunia-Nya kepada kita semua. Atas kehendak-Nya pula skripsi ini
dapat terselesaikan dengan baik sebagai persyaratan mendapatkan gelar Sarjana
Pendidikan.
Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan, dukungan, dan bimbingan
dari berbagai pihak. Untuk itu, peneliti mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd., dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan izin
penyusunan skripsi;
2. Drs. Amir Fuady, M.Hum., selaku pembantu dekan III Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan
kemudahan pada peneliti dalam perizinan penelitian;
3. Dr. Muhammad Rohmadi, M.Hum., ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan
Seni Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta yang memberikan persetujuan dalam penyusunan skripsi ini;
4. Dr. Andayani, M.Pd., ketua Program Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta
yang memberikan persetujuan juga dalam penyusunan skripsi ini;
5. Drs. Yant Mujiyanto, M.Pd., selaku pembimbing I dan Drs. Purwadi selaku
pembimbing II yang telah memberikan pengarahan dengan begitu sabar, saran,
dan semangat pada peneliti serta masukan yang tidak ternilai harganya;
6. Dra. Suharyanti, M.Hum., selaku penasehat akademik yang telah banyak
memberikan solusi mengenai persoalan akademik serta banyak memberikan
bantuan dan masukan pada peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini;
7. Bapak dan Ibu dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Sebelas Maret Surakarta, khususnya Program Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia yang dengan tulus memberikan ilmu yang bermanfaat pada peneliti;

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

8. semua pihak yang telah membantu terselesainya skripsi ini yang tidak dapat
penulis sebutkan satu per satu.
Semoga kebaikan dan bantuan dari semua pihak tersebut di atas mendapat
pahala dan imbalan dari Allah swt, amien. Peneliti berharap semoga skripsi ini
dapat bermanfaat bagi para pembaca dan menambah khasanah keilmuan dalam
pelajaran Bahasa Indonesia.

Surakarta, Juni 2011

Peneliti

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.................................................................................. i
HALAMAN PENGAJUAN ....................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................... iv
ABSTRAK ................................................................................................. v
MOTTO ...................................................................................................... vi
HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................. vii
KATA PENGANTAR ................................................................................ viii
DAFTAR ISI............................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. xii
DAFTAR TABEL ...................................................................................... xiii
DAFTAR ISTILAH ................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. xv
BAB I PEDAHULUAN............................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah................................................................... 1
B. Rumusan Masalah............................................................................ 6
C. Tujuan Penelitian.............................................................................. 6
D. Manfaat Penelitian............................................................................ 7
BAB II KAJIAN PUSTAKA .................................................................... 8
A. Kajian Teori........................................................................................... 8
1. Hakikat Semiotik .............................................................................. 8
a. Ikonisitas atau Tanda-tanda Ikonis ............................................. 11
b. Hakikat Semiotik Menurut C. S. Peirce (1839-1914) ................. 11
c. Hakikat Semiotik Menurut Charles Morris ................................. 14
d. Hakikat Semiotik Menurut Ferdinan De Saussure
(1857-1913) ................................................................................. 15
e. Hakikat Semiotik menurut Riffaterre .......................................... 17
f. Karya Sastra sebagai Gejala Semiotik ......................................... 20
2. Hakikat Puisi ................................................................................... 22
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

a. Ciri-ciri Kabahasaan Puisi .......................................................... 25


b. Struktur Pembangun Puisi .......................................................... 29
1) 6WUXNWXU)LVLN3XLVL«««««««««««««««« 31
2) Struktur Batin Puisi ................................................................ 50
3. Analisis Semiotik Puisi ................................................................... 53
a. .DMLDQ6HPLRWLN3XLVL³7DPX´
Karya Subagio Sastrowardoyo .................................................... 54
1) Analisis Heuristik ................................................................... 56
2) Analisis Hermeneutik ............................................................. 59
3) Tema dan Amanat Puisi .......................................................... 60
B. Penelitian yang Relevan ....................................................................... 60
C. Kerangka Berpikir ................................................................................ 61
BAB III METODE PENELITIAN............................................................. 63
A. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................ 63
B. Bentuk Penelitian............................................................................. 63
C. Sumber Data..................................................................................... 64
D. Teknik Sampling.............................................................................. 64
E. Teknik Pengumpulan Data............................................................... 64
F. Validitas Data................................................................................... 65
G. Teknik Analisis Data........................................................................ 66
H. Prosedur Penelitian........................................................................... 68
%$%,9+$6,/3(1(/,7,$1'$13(0%$+$6$1«««««« 69
A. Deskripsi Data ................................................................................. 69
B. Analisis Tema dan Amanat Puisi .................................................... 70
C. Analisis Semiotik Puisi ................................................................... 111
BAB V PENUTUP .................................................................................... 246
A. Kesimpulan ...................................................................................... 246
B. Implikasi .......................................................................................... 249
C. Saran ................................................................................................ 252
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 254
LAMPIRAN .............................................................................................. 257
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR GEMBAR

Gambar 1. Alur Kerangka Berpikir Analisis Semiotik Puisi....................... 62


Gambar 2. Model Analisis Mengalir ......................................................... 68

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Rincian Waktu dan Jenis Kegiatan Penelitian ............................... 63


Tabel 2. Tema Puisi-puisi dalam Buku Teks Bahasa Indonesia Kelas X SMA
dari Erlangga dan Yudhistira ........................................................... 246

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR ISTILAH

KTSP : Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan


KBBI : Kamus Besar Bahasa Indonesia
NKRI : Negara Kesatuan Republik Indonesia
SKKD : Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Transkrip Wawancara dengan Guru Bahasa Indonesia Kelas X


SMAN 1 Gemolong ....................................................................... 258
Lampiran 2 Transkrip Wawancara dengan Lima Orang Siswa Kelas X
SMAN 1 Gemolong ........................................................................ 260

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Karya sastra merupakan suatu bentuk refleksi masyarakat tempat karya sastra
tersebut ada. Seorang pengarang atau penyair secara otomatis akan melibatkan
kondisi sosial budaya yang ada di sekitarnya ketika menciptakan sebuah karya
sastra. Karya sastra juga merupakan ungkapan terselubung yang diwujudkan
dalam bentuk simbol-simbol yang memiliki makna kias.
Sebuah karya sastra harus dipahami secara menyeluruh, bukan hanya sekadar
struktur fisik. Karya sastra diciptakan dengan bahasa figuratif dengan makna kias
yang begitu dalam sehingga membutuhkan suatu analisis atau kajian yang
mendalam pula. Salah satu karya sastra yang memiliki makna kias yang padat
adalah puisi.
Puisi merupakan salah satu karya sastra yang berbentuk tulisan dan
merupakan kristalisasi kata-kata ungkapan hati penyair atas imajinasi, pikiran, dan
perasaannya. Ensiklopedi Indonesia yang dikutip oleh B. P. Situmorang (1983:
 PHQJDWDNDQEDKZDNDWD³SXLVL´EHUDVDOGDULEDKDVD<XQDQL\DQJMXJDGDODP
EDKDVD/DWLQGLVHEXW³poietes´ /DWLQ³poeta´ 'DODPSXLVLXQWXNPHQLPEXONDQ
kesan yang mendalam dan kuat, pemakaian diksi harus memperhatikan berbagai
aspek. Aspek-aspek tersebut, yaitu makna denotasi dan konotasi, aliterasi
(pengulangan konsonan) dan asonansi (pengulangan vokal). Penyair memiliki
otoritas untuk memilih diksi dan memaknai setiap diksi dalam puisi.
Dengan otoritas yang dimiliki oleh penyair, maka dia bebas pula menentukan
bahasa figuratif bagi puisinya (lisensisa puitika). Oleh sebab itu, banyak pembaca
yang mengalami kesulitan untuk memahami maksud puisi. Puisi adalah karya
sastra dengan bahasa yang dipadatkan, dipersingkat, dan diberi irama dengan
bunyi yang padu dan pemilihan kata-kata kias (imajinatif). Kata-kata betul-betul
dipilih agar memiliki kekuatan pengucapan. Walaupun singkat atau padat, namun
berkekuatan (Herman J. Waluyo, 2003: 1).

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Puisi sebagai karya sastra tidak cukup hanya dikaji secara fisik. Puisi dapat
dikaji sampai ke ranah makna yang tersembunyi di balik bahasa yang digunakan
penyair. Banyak makna puisi yang belum terkuak ketika seorang peneliti hanya
mengkaji strukturnya. Analisis semiotik puisi memungkinkan peneliti mengkaji
bahasa simbol yang diwujudkan dalam puisi. Dengan analisis semiotik, makna
terdalam dari sebuah puisi akan terkuak sebab semiotik mengkaji makna suatu
karya sastra. Makna yang terbentuk dalam karya sastra tadi kemudian
dihubungkan dengan penafsiran masyarakat terhadap makna karya tersebut (Dick
dalam Puji Santosa, 1993:4).
Puisi sebagai bahan ajar bahasa dan sastra Indonesia merupakan pilihan materi
ajar yang variatif agar pembelajaran bahasa dan sastra menarik dan tidak
membosankan. Seorang guru ketika memilih bahan ajar harus sesuai dengan
standar kompetensi dan kompetensi dasar sehingga materi ajar tersebut sesuai
dengan perkembangan peserta didik. Namun, terkadang dalam penjabaran materi
ajar yang tertera di silabus kurang jelas dan hanya menyebutkan pokok-pokok
materi ajarnya. Guru dalam hal ini harus kreatif dan aktif dalam mencari dan
menentukan bahan ajar yang sesuai. Berikut adalah Kompetensi Dasar di kelas X
SMA yang relevan dengan penelitian ini:
SKKD Semester 1 kelas X SMA
1. Memahami puisi yang disampaikan secara langsung/tidak langsung
a. mengidentifikasi unsur-unsur bentuk suatu puisi yang disampaikan secara
langsung ataupun melalui rekaman;
b. mengungkapkan isi suatu puisi yang disampaikan secara langsung ataupun
melalui rekaman.
SKKD Semester 2 kelas X SMA
2. Mengungkapkan pendapat terhadap puisi melalui diskusi

a. membahas isi puisi berkenaan dengan gambaran penginderaan, perasaan,


pikiran, dan imajinasi melalui diskusi;
b. menghubungkan isi puisi dengan realitas alam, sosial budaya, dan masyarakat
melalui diskusi;

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Berdasarkan kompetensi dasar tersebut, peneliti hendak mengakji puisi-puisi


yang ada di buku teks bahasa Indonesia kelas X SMA. Buku teks bahasa
Indonesia kelas X SMA banyak macamnya. Buku teks tersebut antara lain dari
penerbit Erlangga, Yudhistira, Tiga Serangkai, dan BSE. Dari keempat penerbit
buku tersebut, peneliti memilih 2 penerbit, yaitu Erlangga dan Yudhistira. Peneliti
memilih kedua penerbit tersebut dengan alasan buku teks dari Erlangga dan
Yudhistira memiliki kualitas yang baik. Kualitas yang baik ini dibuktikan pada
sampul depan buku tertulis sesuai KTSP dan Standar Isi 2006. Buku teks dari
penerbit Erlangga dan Yudhistira disepakai oleh MGMP Bahasa Indonesia
kabupaten Sragen sebagai buku pegangan guru dan siswa sebagai materi ajar
Bahasa Indonesia. Bila dilihat dari kualitas materi, kedua penerbit tersebut
sistematika penyusunannya sudah sesuai dengan KTSP, SKKD, dan
dikelompokkan sesuai empat keterampilan dasar berbahasa. Empat keterampilan
berbahasa yang peneliti maksud adalah keterampilan menyimak, berbicara,
membaca, dan menulis. Alasan lain yang melatarbelakangi penelitian ini adalah
guru bahasa indonesia mengaku kurang suka terhadap sastra. Menurut guru
tersebut sastra adalah materi yang sulit dan karena ketidaksukaanaanya tersebut,
guru kurang menguasai materi sastra. Guru hanya menyampaikan teori tentang
puisi dan menjelaskan struktur fisik puisi seperti tema, diksi, persajakan, aliterasi,
asisonansi, dan lain-lain tanpa mengkaji secara mendalam mengenai makna dari
tanda-tanda yang digunakan penyair dalam bahasa puisi tersebut. Dengan
menguak bahasa simbol atau tanda-tanda dalam sebuah puisi, maka peserta didik
dapat memahami puisi secara heuristik, yaitu cara menginterpretasi teks sastra
secara referensial lewat tanda-tanda linguistik. Analisis secara heuristik dapat pula
dilakukan dengan analisis struktural, artinya pembaca dapat menemukan arti teks
sastra secara linguitik (Rachmat Djoko Pradopo, 2009:7).
Hermeneutik merupakan kelanjutan dari metode heuristik dalam mencari dan
menemukan makna suatu teks sastra dengan cara membaca teks sastra secara
terus-menerus, berulang-ulang dan menghubungkan unsur-unsur yang ada dalam
karya sastra sebagai suatu kesatuan yang utuh. Hermeneutik memaknai dan
menghubungkannya dengan realitas atau fenomena yang terjadi dalam kehidupan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Peneliti memilih menganalisis puisi yang ada di buku teks sebab buku teks
adalah buku pedoman bagi guru dan siswa dalam pembelajaran. Meskipun buku
teks bukan satu-satunya materi ajar, namun buku teks penulisannya dan pemilihan
materi ajarnya sudah sesuai dengan perkembangan peserta didik. Peneliti
melakukan wawancara dengan beberapa peserta didik di sebuah SMA mengenai
puisi-puisi yang ada di dalam buku teks. Mereka mengaku mengalamai kesulitan
saat menganalisis beberapa puisi yang ada di dalam buku teks.
Peneliti berharap dengan penelitian yang peneliti laksanakan dapat membantu
guru dalam memilih bahan ajar yang tepat untuk pembelajaran sastra.
Pembelajaran sastra yang ideal adalah yang sesuai KTSP yang menuntut peserta
didik aktif dan menguasai setiap kompetensi dasar yang tersedia. Peneliti juga
berharap peserta didik dapat lebih menguasai dan memahami makna puisi yang
ada di buku teks. Peneliti menggunakan teknik analisis semiotik untuk
menemukan makna yang terdapat dalam puisi-puisi yang ada di buku teks bahasa
Indonesia kelas X SMA.
Culler (dalam Rachmat Djoko Pradopo, 2003: 135) mengatakan bahwa
analisis sastra atau mengkritik karya sastra (puisi) adalah usaha menangkap
makna dan memberi makna kepada teks karya sastra (Puisi). Irzanti Susanto
(dalam http://staff.ui.ac.id) menjelaskan bahwa pada tahun 1956, Roland Barthes
yang membaca karya Saussure: Cours de Linguistique Générale melihat adanya
kemungkinan menerapkan semiotik ke bidang-bidang lain. Ia mempunyai pandangan
yang bertolak belakang dengan Saussure mengenai kedudukan linguistik sebagai
bagian dari semiotik. Menurut Roland Barthes sebaliknya, semiotik merupakan
bagian dari linguistik karena tanda-tanda dalam bidang lain tersebut dapat dipandang
sebagai bahasa, yang mengungkapkan gagasan. Tanda merupakan unsur yang
terbentuk dari penanda-petanda, dan terdapat di dalam sebuah struktur.
Pada dasarnya di dalam melakukan suatu penelitian, pendekatanlah yang
terlebih dahulu dipertimbangkan dibandingkan teori dan metode. Maka,
pemahaman mengenai pendekatanlah yang seharusnya diselesaikan lebih dulu,
kemudian diikuti dengan penentuan masalah, teori, metode, dan tekniknya.
Pendekatan yang diselaraskan dengan model situasi kesastraan Abrams (dalam
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Nyoman Kutha Ratna, 2009:53), bahwa pendekatan yang benar-benar ingin


menjadi utuh setidaknya harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
b. mempunyai suatu cara pemahaman dan pengetahuan yang memadai tentang
apakah yang disebut semesta dan juga keterhubungannya secara logis
dengan karya sastra;
c. mempunyai suatu pengertian yang jelas mengenai pencipta seni, khususnya
pengarang dan kepengarangan;
d. mempunyai metode dan perangkat konseptual yang mampu
mengidentifikasikan efek-efek karya sastra terhadap pembaca dan
penerimaan serta tanggapan balik mereka sebagai sasaran dalam komunikasi
sastra;
e. mampu mengidentifikasikan dan memerikan secara jelas pengertian karya
sastra sebagai entitas tersendiri.
Berdasarkan empat pendapat Abrams di atas, peneliti memilih pendekatan
semiotik sebab semiotik memenuhi keempat syarat pendekatan yang disebutkan
Abrams. Karya sastra adalah sebuah fenomena bahasa yang memiliki sistem
tanda. Lotmann (dalam sebuah artikel milik Betta Anugrah Setiani dalam
http://betta-a-setia.blogspot.com), menyatakan bahwa sastra dalam bentuk karya
atau naskah juga mengandung makna tanda-tanda nonverbal. Teks sastra pun
memiliki ciri-ciri qualisigns, sinsigns, legisigns. Qualisigns adalah citra, ide,
dunia kemungkinan, dan akan menjadi nyata apabila dimasukkan ke dalam
sinsigns. Sinsigns adalah tampilan dalam kenyataan, tanda tak terlembagakan,
tanda tanpa kode. Legisigns adalah tanda yang sudah terlembagakan, tanda atas
dasar peraturan yang berlaku umum. Pendekatan semiotik merupakan salah satu
cara untuk mengetahui dan mengontrol karya-karya yang dibuat karena karya seni
merupakan suatu tanda yang diciptakan seniman yang dapat dibaca oleh penonton
atau penerima tanda.
Dengan demikian, analisis semiotik dapat membantu guru dan siswa
memahami makna puisi yang diajarkan. Puisi tidak hanya di analisis secara fisik
saja, tetapi juga kata-kata kias yang merupakan tanda yang mewakili pikiran
penyair. Analisis struktural memang merupakan prioritas pertama sebelum
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

melakukan analisis lainnya (A. Teeuw, dalam Rachmat Djoko Pradopo, 2003).
Selanjutnya analisis struktural tadi disempurnakan dengan menganalisis bahasa-
bahasa simbol yang digunakan penyair dalam puisinya. Hasil analisis bahasa
simbol dengan pendekatan semiotik dapat membantu peserta didik menguasai
kompetensi dasar apresiasi puisi dengan maksimal. Dengan melihat variasi
struktur yang ada dalam karya sastra, maka akan dihasilkan berbagai macam arti.
Oleh sebab itu, hasil penelitian ini peneliti harapkan dapat membantu para guru
bahasa Indonesia untuk memahami unsur-unsur karya sastra baik itu unsur
intrinsik maupun ekstrinsik. Selain kedua unsur tersebut, makna semiotik dari
puisi-puisi yang disajikan dalam buku teks bahasa Indonesia kelas X SMA juga
dapat dipahami secara utuh. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan
ajar pembelajaran apresiasi sastra dan meningkatkan kualitas proses dan hasil
pembelajaran apresiasi sastra di kelas X SMA.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dikemukakan, peneliti dapat
merumuskan dua permasalahan sebagai berikut:
1. bagaimanakah tema dan amanat dalam puisi-puisi yang terdapat di buku teks
bahasa Indonesia kelas X SMA dari penerbit Erlangga dan Yudhistira yang
digunakan di wilayah Sragen?
2. bagaimanakah makna yang tersirat dalam puisi-puisi di buku teks bahasa
Indonesia kelas X SMA dari penerbit Erlangga dan Yudhistira yang digunakan
di wilayah Sragen?
C. Tujuan Penelitian
Dari uraian latar belakang dan perumusan masalah di atas, maka peneliti
dapat menentukan tujuan penelitian sebagai berikut:
1. menjelaskan tema dan amanat puisi-puisi di buku teks bahasa Indonesia dari
penerbit Erlangga dan Yudhistira sehingga cocok digunakan sebagai materi
ajar apresiasi puisi di kelas X SMA yang digunakan di wilayah Sragen.
2. menjelaskan makna yang tersirat dalam puisi-puisi di buku teks bahasa
Indonesia kelas X SMA dari penerbit Erlangga dan Yudhistira yang
digunakan di wilayah Sragen.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

D. Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian di atas, manfaat yang dapat diambil adalah
sebagai berikut :
1. Manfaat Teoretis
Hasil penelitian ini secara teoretis dapat menambah khazanah keilmuan
mengenai telaah karya sastra khususnya tinjauan semiotik. Hasil penelitian ini
juga dapat digunakan sebagai acuan analisis tema dan amanat yang terdapat dalam
puisi-puisi yang terdapat di buku teks bahasa Indonesia kelas X SMA.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi guru
Bagi guru, hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan
dan memperkaya wawasan dalam pengajaran sastra terutama semiotik dalam
puisi. Guru juga dapat memanfaatkan hasil penelitian ini sebagai variasi bahan
ajar pembelajaran apresiasi puisi untuk siswa kelas X SMA.
b. Bagi Peserta didik
Bagi peserta didik, hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu peserta
didik memahami makna secara lebih mendalam puisi-puisi yang ada dalam buku
teks bahasa Indonesia, khususnya peserta didik kelas X SMA. Hasil penelitian ini
dapat pula meningkatkan kemampuan apresiasi sastra peserta didik kelas X SMA.
c. Pembaca
Hasil penelitian ini, peneliti harapakan dapat memberikan informasi kepada
pembaca yang membutuhkan referensi tentang pendekatan semiotik puisi.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori
1. Hakikat Semiotik
Secara etimologi semiotik berasal dari bahasa Yunani, yaitu semeion, yang
berarti tanda. Tanda itu sendiri membentang di kehidupan, seperti halnya pada
gerak isyarat, lampu lalu lintas, sesaji dalam upacara pernikahan, dan lain-lain.
Puji Santosa (1993: 2) menyatakan bahwa semiotik berasal dari bahasa inggris
semiotes. Kemudian menurut Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan dan Pedoman Pembentukan Istilah (Pusat Bahasa) kata
semiotes berubah menjadi semiotik atau semiotika. Semiotik adalah ilmu yang
mencoba menjawab pertanyaan apakah yang dimaksud dengan X? X dapat berupa
apapun baik berupa kata maupun isyarat, hingga keseluruhan komposisi musik
atau film (Marcel Denesi, 2010: 5). Semiotik dapat dikatakan ilmu yang
merepresentasikan makna dari X yang diwujudkan dalam bentuk Y, maka analisis
semiotik akan menjadi jembatan yang mengungkap hubungan bahwa X sama
dengan Y.
Goebel mendefinisikan semiotik sebagai ³D FDWHJRU\ RI VLJQV WKDW LQFOXGHV
both linguistic and non-linguistic signs, such as personas, affective stances, place,
VSDFH HWF´ (Goebel dalam Debbie Cole, 2010). Pernyataan Goebel tersebut
maksudnya, semiotik register adalah kategori tanda-tanda yang meliputi tanda-
tanda linguistik dan non-linguistik, seperti personal, sikap afektif, tempat, ruang,
dan lain-lain. Sejalan dengan pernyataan Goebel, Umberto Eco dalam Yasreaf
Amir Piliang (2003: 44) menyatakan bahwa semiotik pada prinsipnya adalah
sebuah disiplin yang mempelajari segala sesuatu yang dapat digunakan untuk
berdusta. Maksud dari pernyataan Eco tersebut adalah apabila manusia
menggunakan suatu tanda untuk mengungkapkan sesuatu, artinya manusia itu
berdusta. Terkadang antara tanda, makna dan realitas tidak relevan sehingga
terjadi kedustaan atau kebohongan.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Budi Irawanto (dalam Haris Firdaus, 2009) menekankan bahwa semiotika


membuka pandangan baru bahwa teks tidak bisa ditafsirkan atau dimaknai dengan
cara pandang tunggal. Semiotik di bidang iklan, film, maupun sastra, sama-sama
memiliki pluralitas pemaknaan yang tidak mengizinkan kehadiran otoritas
SHQDIVLU \DQJ WXQJJDO 0DOFROP %RZLH GDODP 1X¶PDQ $QJJDUD GDODP
http://terpelanting.wordpress.com/) menjelaskan bahwa studi ilmiah tentang tanda
cenderung menghilangkan fungsi tanda sebagai bentuk yang kurang menjelaskan
sesuatu, memiliki tujuan untuk menempatkan tanda menjadi semacam representasi
kongkret seperti kata, bunyi, virtualiatas dan berbagai konstruk semiotis lain.
Klasifikasi yang diberikan analisis semiotik menghilangkan arti dasar (mise
au pase) tanda sebagai transfigurasi perennial yang menjelaskan asal-usul
keberadaannya dari kemungkinan yang ada di semesta. Secara sederhana semiotik
dapat didefinisikan sebagai ilmu tentang tanda dan sistem tanda. Aart van Zoest
(dalam Panuti Sudjiman, 1996: 5) menyebutkan bahwa semiotik adalah studi
tentang tanda dan segala sesuatu yang berkaitan dengan tanda dan cara
berfungsinya. Semiotic juga merupakan studi tentang hubungan antartanda,
pengiriman dan penerimaan tanda oleh mereka yang mempergunakannya.
Fahri Firdusi (dalam artikelnya Semiotik: Tanda dan Makna) menyatakan
bahwa semua kenyataan yang menjadi wujud kebudayaan adalah tanda. Manusia
memang hidup di dunia yang penuh dengan tanda dan manusia pun bagian dari
tanda. Tanda-tanda tersebut kemudian berfungsi sebagai wujud dalam memahami
kehidupan. Manusia melalui kemampuan akalnya berinteraksi dengan
menggunakan tanda sebagai alat untuk berbagai tujuan, salah satu tujuan tersebut
adalah untuk berkomunikasi dengan orang lain sebagai bentuk adaptasi dengan
lingkungan.
Dalam artikelnya tentang semiotik, Fahri Firdusi juga menuliskan bahwa
semiotika merupakan bidang studi tentang tanda dan cara tanda-tanda itu bekerja
(dikatakan juga semiologi oleh Ferdinand de Saussure). Fahri Firdusi
menambahkan bahwa dalam memahami studi tentang makna setidaknya terdapat
tiga unsur utama yakni; (1) tanda, (2) acuan tanda, dan (3) pengguna tanda. Tanda
merupakan sesuatu yang bersifat fisik, bisa dipersepsi indra manusia, tanda
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

mengacu pada sesuatu di luar tanda itu, dan tergantung pada pengenalan oleh
penggunanya sehingga disebut tanda. Misalnya; mangacungkan jempol kepada
seseorang yang berprestasi (http://fahri99.wordpress.com). Dalam hal ini, tanda
mengacu sebagai pujian dari seseorang dan ini diakui seperti itu baik oleh pemberi
pujian maupun orang yang berprestasi tadi. Makna disampaikan dari seseorang
kepada teman yang berprestasi maka komunikasi pun berlangsung.
Daniel Chandler dalam bukunya Semiotik: The Basics (2002: 2) memberikan
pendapatnya sebagai berikut:
Semiotiks involves the study not only of what we refer to as signin
HYHU\GD\VSHHFKEXWRIDQ\WKLQJZKLWFK³VWDQGIRU´VRPHWKLQJHOVH,QD
semiotik sense, sign take teh form of words, images, sounds, gestures, and
objcts. Contenporrary semiotik study signs not in iso;ation but as part of
VHPLRWLNV ³VLJQ V\VWHP´ VXFK DV D PHGLXP RU JHQUH  7HK\ VWXG\ KRZ
meaning are made and how reality is represented.

Berdasarkan pendapat Daniel Chandler di atas, dapat peneliti tarik


kesimpulan bahwa semiotik tidak hanya mempelajari mengenai makna suatu
tanda bahasa yang muncul dalam kehidupan sehari-hari. Semiotik mempelajari
tentang bentuk tanda yang berupa kata, gambar, suara, gesture, dan objek-objek
tertentu. Semiotik juga mempelajari proses sebuah makna bisa terbentuk dan
suatu kejadian itu bisa terjadi.
Semiotik adalah ilmu yang secara sistematik mempelajari tanda-tanda,
lambang-lambang dan proses perlambangan. Keir Elam, seorang ahli teater
(dalam sebuah artikel milik Gusti Ngurah Putu Wijaya yang berjudul Semiotika
Teater: dari Semiotika Sastra ke Semiotika Teater) mendefinisikan bahwa
semiotika sebagai ilmu yang dikhususkan ke studi produksi makna dalam
masyarakat. Lebih jauh Keir Elam menambahkan bahwa objek-objek semiotik
adalah kode-kode dan sistem-sistem tanda yang ada di masyarakat, pesan-pesan
yang aktual dan teks-teks yang diproduksi.
Roland Barthes dalam sebuah resum buku yang ditulis Sumaryono (dalam
Semiotika Negativa pada laman http://www.sastrajawa.com/) menyatakan,
³7KHDLPRIVHPLRORJLFDOUHVHDUFKLVWRUHFRQVWLWXWHWKHIXQFWLRQLQJRIWKH
systems of signification other than language in accordance with the process

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

typical of any structuralist activity, which is to build a simulacrum of the


objects under REVHUYDWLRQ´ .

Maksud penjelasan Roland Barthes di bahwa semiotika mencakup linguistik,


ilmu tanda, filsafat, seperti sudah disebut di atas. Semiotik menandai lahirnya
linguistik modern, yaitu ilmu yang mempelajari bahasa. Barthes tertarik pada
semiotik bukan sebagai bagian dari linguistik, melainkan karena semiotik juga
bisa memberikan pengetahuan tentang sesuatu yang sifatnya lebih dari sekedar
V\VWHPEDKDVD³other than language´ KWWSZZZVDVWUDMDZDFRP 
Khusus dalam bidang sastra dan pakar sastra sepeti A. Teeuw (1984: 6)
memberikan batasan terhadap semiotik. Menurut A. Teeuw, semiotik adalah
model sastra yang mempertanggungjawabkan semua faktor dan aspek hakiki
untuk pemahaman gejala sastra sebagai alat komunikasi yang khas di dalam
masyarakat manapun. Sejalan dengan A. Teeuw, Dick (dalam Panji Santosa,
1993: 3) memaparkan bahwa semiotik adalah suatu studi tentang sebuah karya itu
ditafsirkan oleh pengamat sastra atau penikmat sastra lewat tanda-tanda atau pun
lambang-lambang.
a. Ikonisitas atau Tanda-tanda Ikonis
Aart Van Zoest (dalam Panuti Soedjiman, 1996: 7-23) menyatakan bahwa
ikon memegang peranan penting dalam sastra. Selanjutnya Aart Van Zoest
menyatakan bahwa ada tiga macam ikon, yaitu:
1) Ikon Tipografi, ikon ini didasarkan pada hubungan yang berkenaan dengan
ruang dan tempat. Untuk mendeskripsikan hal ini harus menggunakan
kata-kata yang termasuk dalam bidang semantis, yaitu bentuk dan tempat.
2) Ikon diagramatis, ikon ini didasarkan pada persamaan struktur relasional.
Ikon metaforis, ciri ikon ini, yaitu tidak ada kemiripan antara tanda dan
acuannya. Jadi ikon ini mengharuskan dipakainya metafora sebagai istilah,
maka di dalamnya terdapat ikon metaforis.
b. Hakikat Semiotik Menurut C. S. Peirce (1839-1914)
Bagi Peirce, penalaran manusia senantiasa dilakukan lewat tanda. Artinya
manusia hanya dapat bernalar lewat tanda. Dalam pemikiran Peirce, logika sama
dengan semiotika dan semiotika dapat ditetapkan pada segala macam tanda.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Semiotik yang pada awalnya memiliki istilah semiologi ini sekarang lebih populer
dengan semiotik.
Semiotik adalah ilmu yang mempelajari tentang tanda (sign), fungsi tanda,
dan produksi tanda. Tanda adalah sesuatu yang bagi seseorang berarti sesuatu
yang lain. Dalam pandangan Aart Van Zoest (dalam Panuti Sudjiman dan Aart
Van Zoest, 1993: 18) memaparkan bahwa segala sesuatu yang dapat diamati
disebut tanda. Oleh sebab itu, tanda tidak terbatas pada benda. Peristiwa,
kebiasaan, adat istiadat, semua ini dapat disebut tanda. Sebuah bendera kecil,
sebuah isyarat tangan, sebuah kata, suatu keheninganm kebiasaan makan, gejala
mode, peristiwa memerahnya wajah, letak bintang tertentu, suatu sikap, setangkai
bunga, sikap diam membisu, berjalan sempoyongan, warna putih, warna merah,
semua itu disebut tanda.
7HRUL 3HLUFH GLVHEXW ´Teori Pan Semiotik´ DUWLQ\D NHVHOXUXKDQ VHPHVWD
sebenarnya terbangun dari tanda. Peirce menambahkan bahwa seluruh
pengetahuan yang ada di semesta ini, pikiran manusia, dan manusia itu sendiri
sebenarnya bersifat semiotik. Pikiran dapat dikatakan sebagai semiotik karena
mengacu pada hal-hal atau sesuatu yang lain. Peirce dalam sebuah jurnal tentang
semiotik, Signs (vol. 3: pp.162 -178, 2010) menyatakan bahwa semesta di bagi
menjadi tiga dimensi.
3HLUFH¶V FDWHJRULHV )LUVtness, Secondness, Thirdness) are logically
conceived as a system of irreducible classes of relations (monadic, dyadic,
triadic). This system is the foundation of his philosophy and of his model of
semiosis (see Murphey 1993: 303-306). Ontologically the categories are
rudiments of the world. Firstness is the mode of being in which something is
as it positively is, with no regard to anything else (MS 460: 5-21, 1903; MS
575,1886; W 5.299). It can be characterized as lacking determination: it is
what it is without regard or relation to anything else (cf. also MS 277,1908).
Therefore, Firstness as a mode of being is related to the modality of
possibility. Secondness is the mode of being that is what it is with respect to
some Second, irrespective of any Third. It is a kind of reaction with some
otehr (CP 6.200). Like Firstness, Secondness can be related to a modality,
namely the modality of actuality.

Lebih jelas keterangan Peirce di atas dapat dijelaskan oleh Kris Budiman 2005:
53-60) semesta dibagi menjadi 3 dimensi, yaitu: 1) Firstness, 2) secondness, 3)
Thirdness).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

1) Kepertamaan (Firstness) disebut Trikotomi Pertama adalah mode ada


sebagaimana adanya dan tidak mengacu pada sesuatu yang lain. Firstness
adalah perasaan yang tidak dapat direfleksikan dan bersifat bebas. Firstness
apabila dilihat dari sudut pemikiran logis menurut definisi tanda itu sendiri,
Peirce membedakan tanda menjadi qualisign, sinsign, dan legisign.
2) Kekeduaan (secondness) disebut juga trikotomi kedua. Secondness
merupakan metode yang mencakup hubungan antara semesta pertama dan
kedua. Secondness adalah kategori perbandingan, tindakan, realitas, dan
pengalaman yang terjadi dalam ruang dan waktu.
3) Keketigaan (Thirdness) disebut juga trikotomi ketiga yang mengatur
hubungan trikotomi kedua dan trikotomi ketiga itu sendiri. Trikotomi ketiga
adalah kategori mediasi, kebiasaan, ingatan, kontinuitas, komunikasi
representasi, dan tanda-tanda. Pada trikotomi ketiga ini, Peirce membagi
tanda menjadi tiga, yaitu Rheme, Decisign dan Argument.
Menurut Teori Peirce dalam Puji Santosa (1993:10), dalam pengkajian
semiotik, objek yang dikaji akan dianalisis dengan tiga jalur logika. Ketiga jalur
tersebut, yaitu: 1) hubungan penalaran dengan jenis tandanya; 2) hubungan
kenyataan dengan jenis tandanya; 3) hubungan pikiran dengan jenis petandanya.
1) Hubungan penalaran dengan jenis tandanya
a) Qualisign, penanda yang berhubungan dengan kualitasnya;
b) Sinsign. Penanda yang berkaitan dengan kenyataan;
c) Legisign, penanda yang berkaitan dengan kaidah atau aturan.
2) Hubungan kenyataan dengan jenis tandanya
a) Ikon, sesuatu yang melaksanakan fungsi sebagai penanda yang
mengsiyaratkan sesuatu yang serupa dengan bentuk objek;
b) Indeks, sesuatu yang melaksanakan fungsi sebagai penanda yang
mengisyaratkan petandanya;
c) Symbol, sesuatu yang melaksanakan fungsi sebagai petanda yang oleh
kaidah secara konversi telah banyak digunakan oleh masyarakat.
3) Hubungan pikiran dengan jenis petandanya
a) Rheme penanda yang berkaitan dengan terpahaminya objek petanda oleh
penafsir;
b) Dicisign atau pheme, penanda yang menampilkan informasi tentang
petandanya;
c) Argument, penanda yang tanda akhirnya berupa kaidah.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

c. Hakikat Semiotik Menurut Charles Morris


Morris (dalam A. Teew, 1984:55) membedakan semiotik menjadi tiga
dimensi dalam proses semiotis yang dilambangkan dengan segitiga. Ketiga
dimensi tersebut adalah 1) dimensi sintaksis; 2) dimensi pragmatik; 3) dimensi
semantik.
1) Dimensi yang pertama adalah dimensi sintaktik, yaitu hubungan antara
tanda satu dengan tanda lain dalam proses komunikasi. Oleh Morris,
dimensi ini disamakan dengan poetic fungtion yang dikemukakan oleh
Jacobson dan pendekatan objektif milik Abrams. Bila dibandingkan dengan
pendekatan objektif milik Abrams, dimensi sintaktik menekankan bahwa
struktur intrinsik karya sastra merupakan sistem tanda.
2) Dimensi yang kedua adalah dimensi pragmatik yang terdiri dari pengirim
dan penerima pesan. Contohnya, dalam kehidupan sehari-hari, peran
pengirim dan penerima pesan dapat saling bergantian secara terus-menerus.
Penerima pesan dapat menjadi pengirim pesan, begitupun sebaliknya pada
situasi komunikasi biasa. Tetapi dalam ranah sastra, pergantian tersebut
tidak dapat terjadi, antara penulis dan pembaca, antara seniman dan
penikmat memiliki kedudukan yang tidak sejajar bahkan bertentangan
sehingga dalam ilmu sastra aspek ekspresif dan pragmatik perlu ada
penjelasan agar jelas perbedaannya.
3) Dimensi yang ketiga adalah dimensi semantik yang memiliki kesamaan
dengan fungsi mimetik atau referensial. Klaus membedakan dimensi ketiga
ini dengan istilah sigmantik dan semantik. Semantik diartikan sebagai
makna konseptual yang dicetuskan oleh Saussure bahwa tanda sebagai dwi
tunggal. yaitu signifiant dan signifie, yang artinya dimiliki oleh pemakai
bahasa lepas dari situasi komunikasi yang konkrit. Sigmantik menurut Klaus
diartikan sebagai aspek referensial, acuan tanda dalam penerapannya pada
sesuatu dalam kenyataan.
Puji Santosa (1993 : 3-4) menyatakan bahwa secara khusus semiotik menurut
Charles Morris dapat dibagi menjadi tiga, yaitu: 1) sintaksis semiotik; 2) semantik
semiotik; 3) pragmatik semiotik. Sintaksis Semiotik adalah studi tentang tanda
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

yang berpusat pada hubungan tanda dengan tanda-tanda lain. Semantik Semiotik
merupakan studi tentang tanda yang memusatkan perhatian pada hubungan tanda
dengan acuannya dan dengan interpretasi yang dihasilkan. Pragmatik Semiotik,
uaitu studi tentang tanda yang mementingkan hubungan antara pengirim dan
penerima tanda.
Berdasarkan penjelasan Puji Santosa di atas, peneliti dapat menarik satu
kesimpulan, semiotik merupakan suatu kajian yang tidak dapat dipisahkan dengan
ketiga kajian sintaksis, semantik, dan pragmatik. Untuk menganalisis teks dan
kode visual, metode semiotik bersifat kualitatif-interpretatif. Teori semiotik
dikelompokkan atas teori yang dikotomis dan yang trikotomis.
d. Hakikat Semiotik Menurut Ferdinan De Saussure (1857-1913)
Saussure memiliki pandangan tersendiri terhadap semiotik. Saussure
memandang bahwa semiotik merupakan suatu sistem tanda, dan sebagai suatu
tanda bahasa yang mewakili sesuatu yang lain yang disebut makna
(http://ummikulsum.Blogspot.com). Saussure menekankan pada aspek sosial pada
penandaan yang dibangun oleh pakar linguistik sebelumnya.
Saussure memperkenalkan konsep semiotik melalui dua dikotomi sistem
tanda, yaitu signifier atau signifie dan significant yang bersifat otomatis (A.
Teeuw, 1984: 46). Konsep ini memiliki maksud bahwa makna muncul ketika
terjadi hubungan antara yang ditandai (signified) dan yang menandai (signifier).
Saussure dalam A. Teeuw (1984:46) menjelaskan bahwa tanda adalah kesatuan
dari suatu bentuk penanda (signifer) dengan suatu ide atau petanda (signified).
Dapat peneliti jelaskan bahwa penanda adalah aspek bahasa yang dapat didengar,
dilihat, dibaca, dan ditulis, sedangkan petanda adalah gambaran dalam pikiran,
masih berupa konsep ide, atau masih berupa angan-angan. Petanda dan penanda
mempunyai hubungan kesalingan. Petanda harus diungkapkan oleh penanda,
sedangkan penanda tidak mempunyai makna apapun tanpa petanda.
Semiotik atau Semiologi bagi Saussure didasarkan pada anggapan bahwa
setiap perbuatan atau tingkah laku manusia mempunyai makna dan tanda. Bagi
Saussure tanda dan penanda tidak dapat dipisahkan. Dimana ada tanda bahasa di
sana ada sistem. Petanda menempati tempat sebagai isi atau gagasan dari apa yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

diungkapkan oleh penanda (Aart Van Zoest, 1993:42-43). Lebih jelas, perhatikan
contoh berikut!
Lampu merah mengacu pada berhenti berjalan
Lampu hijau mengacu pada terus berjalan.
Apabila tanda dan yang diacu terjadi hubungan yang bermakna dan apabila
hal tersebut terjadi pada manusia, maka akan menimbulkan saling pengertian di
antara manusia yang berkomunikasi dengan menggunakan suatu tanda. Puji
Santosa menyebutkan ada tiga komponen dasar semiotik menurut Saussure, yaitu
tanda, lambang, dan isyarat.
1) Tanda
Puji Santosa memberikan pengertian tentang tanda, yaitu bagian dari ilmu
semiotika yang menandai sesuatu hal atau keadaan untuk menerangkan dan
memberitahukan suatu objek kepada subjek (1993: 4). Sementara Aart Van
Zoest (dalam Panuti Sudjiman, 1996: 15). mendefinisikan tanda sebagai suatu
gejala struktural, baik yang muncul dalam bentuk teks dalam wujud kalimat
maupun wacana. Tentu saja tanda yang dimaksud kedua pakar tersebut bukan
hanya tanda dalam wujud tulisan. Tanda dapat berupa benda, warna, suara,
kejadian, bahasa, tidakan, peristiwa, dan bentuk-bentuk tanda lain. Contoh
konkret antara lain petir. Petir datang setelah kilat. Kilat dan petir adalah tanda
alam. Keduanya saling berhubungan. Apabila ada kilat berarti akan ada petir.
Jadi ada beberapa tanda yang saling berhubungan. Kemudian ada tanda lalu
lintas berupa lampu nerah, dan artinya semua kendaraan harus berhenti.
Dari dua contoh yang peneliti sebutkan di atas, dapat peneliti tarik satu
kesimpulan bahwa tanda adalah sesuattu yang statis, tetap, umum, lugas, dan
objektif. Semua orang memiliki acuan dan makna yang sama terhadap yang
ditandai.
2) Lambang
Lambang merupakan suatu hal atau keadaan yang menuntun si subjek
untuk memahami objek. Puji Santosa (1993: 5) menyatakan bahwa suatu
lambang telah diartikan berdasarkan kultur, situasi tertentu, dan kondisi-
kondisi tertentu. Misalnya warna bendera Indonesia adalah merah dan putih
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

yang merupakan lambang negara Indonesia. Merah dan putih memiliki makna
kultural yang telah disepakai oleh bangsa Indonesia. Misalnya warna merah
berati gagah, berani, dan penuh semangat. Pemberian arti merah tersebut
tergantung pada kultur dan situasi bangsa Indonesia. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa lambang adalah tanda yang bermakna dinamis, khusus,
subjektif, dan kias atau majas.
Kemudian karya sastra, baik puisi, prosa, maupun drama memiliki
lambang-lambang yang bermakna kias dan bermajas. Selain itu di dalam sastra
juga terdapat bermacam-macam lambang, seperti yang diungkapkan Puji
Santosa (1993: 5) lambang warna, lambang bunyi, nada, dan lambang visual,
yaitu tipografi. Lambang dalam karya sastra hanya terbatas pada struktur
fisiknya saja. Struktur fisik yang berbentuk lambang tadi sebenarnya
menyembunyikan makna karya sastra. Penyair menyembunyikan makna
dengan menggunakan lambang yang dapat berwujud struktur fisik.
3) Isyarat
Isyarat adalah suatu hal yang diberikan oleh subjek kepada objek pada
saat itu juga. Isyarat bersifat temporal karena diberikan pada saat sunjek
bertemu objek.
e. Hakikat Semiotik menurut Riffaterre
Mugiyatna dalam makalahnya yang diseminarkan saat Konferensi
Internasional Kesusastraan XIX / HISKI di Batu dengan berjudul Teori Semiotika
Puisi Riffaterre dan Ideologi Penyair, Riffaterre (1978) menjelaskan teorinya
tentang semiotika puisi. Dalam makalahnya, Mugiyatna teori Semiotik Riffaterre
dijelaskan ke dalam lima bagian: 7KH3RHP¶V6LJQLILFDQFH, Sign Production, Text
Production , Interpretant , Textual Semiotics dan Conclusion. Namun peneliti
hanya akan menjelaskan bagian WKH 3RHP¶V 6LJQLILFDQFH dan Interpretant sebab
bagian inilah yang relevan dengan penelitian ini.
1) Makna Puisi
Riffaterre membedakan antara meaning (arti) dan significance (makna). Ciri-
ciri puisi adalah kepaduannya, secara formal dan semantik. Dia menyebut
kepaduan formal dan semantik ini sebagai significance. Reffateree mengatakan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

dalam makalah Mugiyatno bahwa ´)URPWKHVWDQGSRLQWRIVignificance text is one


semantic unit. From the standpoint of meaning text conveys a string of successive
information units, the language is referential´. Pernyataan Reffateree apabila
diterjemahkan kurang lebih dia menjelaskan bahwa arti adalah yang dirujuk oleh
teks pada tataran mimetik. Ciri dasar mimesis adalah bahwa ia menghasilkan
urutan semantik yang terus-menerus berubah.
Sejalan dengan pembedaan antara arti dan makna itu, Riffaterre membedakan
dua jenis analisis, yaitu analisis heuristik dan analisis retroaktive (hermeneutik).
Analisis heuristik adalah analisis pada tahap pertama. Pada analisis ini input
pembaca adalah kompetensi linguistik, termasuk asumsi bahasa bersifat
referential, kemampuannya mencermati ketidaksesuaian (incompatibility) antara
kata-kata bahwa ada kata atau frasa yang tidak dapat diartikan secara literal
sehingga membutuhkan pemahaman secara kiasan, dan bahwa kompetensi
linguistik bukan satu-satunya faktor yang terlibat. Pada tahap analisis ini mimesis
dipahami secara penuh.
Analisis hermeneutik adalah analisis tahap kedua. Pada tahap ini pembaca
meninjau, merevisi, dan membandingkan ke belakang apa yang baru saja
dibacanya. Analisis hermeneutik menguak makna dibalik tanda yang dibuat
penyair dalam puisinya. Analisis hermeneutik membutuhkan kepekaan hari untuk
dapat memahami maksud penyair.
2) Intepretasi Tanda
Riffaterre menjelaskan interpretant (dalam kaitannya dengan tanda) sebagai
³A sign stands for something to the idea which it produces . For which it stands is
called its object, its meaning7KHLGHDWRZKLFKLWJLYHVLVLWVLQWHUSUHWDQW´. Tanda
menggantikan sesuatu merujuk ke gagasan yang dihasilkann. Tanda yang
digantikan disebut obyek, arti tanda itu. Gagasan yang dikeluarkannya disebut
interpretant.
Riffaterre membuat pembedaan antara lexematic interpretant dan textual
interpretant. Lexematic interpretant adalah kata-kata mediasi, disebut juga
sebagai dual signs, karena kata-kata itu melahirkan dua teks sekaligus dalam satu
puisi (atau satu teks yang harus dipahami dalam dua cara), atau kata-kata itu
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

mengandaikan dua hipogram sekaligus. Dual sign (tanda ganda) adalah kata
ekivokal yang terletak pada titik di mana dua rangkaian asosiasi semantik atau
formal berinteraksi. Dalam sastra Indonesia, contoh dari lexematic interpretant
adalah judul kumpulan puisi oleh tiga penyair: Chairil Anwar, Rivai Apin, dan
Asrul Sani: Tiga Menguak Takdir. Menguak dapat berarti membuka/menyingkap,
dapat pula berarti meneriaki (seperti sapi menguak). Takdir dapat berarti
ketentuan Tuhan dapat pula berarti Sutan Takdir Alisyahbana. Dengan demikian
judul tersebut dapat berarti tiga penyair menyingkap takdir (ketentuan Tuhan) ,
dapat pula berarti tiga penyari meneriaki Takdir (STA). Dengan demikian dapat
diandaikan bahwa puisi tersebut merupakan derivasi dua hipogram.
Analisis retroaktif (hermeneutic) dengan demikian tampak sebagai metode
untuk decoding dual signs: pertama karena tanda itu merujuk ke paradigma, dan
sebuah paradigma hanya dapat dikenali setelah tanda itu dikembangkan secara
mencukupi dalam ruang sehingga konstan tertentu dapat diamati. Kedua, karena
penghalang akan membuat pembaca bergegas kembali ke belakang untuk mencari
kunci, bergegas ke belakang adalah satu-satunya tempat kembali. Ketiga, karena
koreksi yang dilakukan ke belakang melalui homologue yang berdekatan
menciptakan jiwa (ghost) atau kesejajaran teks yang di dalamnya tugas
(allegiance) semantik yang kedua dari tanda dapat diamati. Textual interpretant
adalah teks mediasi, baik kutipan atau sindiran dalam puisi: textual interpretant
itu sendiri mengandung model ekivalen dan transferal dari satu kode ke kode lain,
dan textual interpretant itu menurunkan aturan idolect puisi, menjamin, dengan
otoritas tatabahsa normatif, sebuah tradisi, atau yang akan dimiliki sebuah
konvensi, praktek semiotik yang khas puisi tertentu. (81). Textual intepretant bisa
berupa kalimat persembahan, seperti kalimat buat sri ayati pada Senja di
Pelabuhan Kecil oleh Khairil Anwar, yang terdapat di luar larik-larik puisi
(biasanya di bawah judul). Textual interpretant memandu pembaca ke dua cara.
Pertama ia membantu memfokuskan pada konflik interteks di mana dua kode
yang berkonflik hadir di pinggirannya. Kedua, textual interperetant berfungsi
sebagai model derivasi hipogramatik.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa textual interpretant menyajikan


kunci-kunci untuk melakukan hubungan paradigmatik dengan teks-teks lain. Teks
di sini merujuk bukan hanya ke bahan-bahan tertulis, tetapi juga ke kehidupan.
Kalimat persembahan buat Sri Ayati pada Senja di Pelabuhan Kecil oleh Chairil
Anwar itu jelas merujuk ke kehidupan, hubungan Cahiril Anwar dengan seseorang
yang bernama Sri Ayati, tidak merujuk ke teks. Juga larik dalam sebuah lagu Koes
Plus Ke Jakarta, Pernah kualami, hidupku sendiri, temanku pergi dan menjauhi,
merupakan textual interpretant yang merujuk ke pengalaman hidup Koes
bersaudara, atau Koes yang menulis syair lagu itu. Syair lagu itu merupakan
derivasi hipogramatik penglaman hidup mereka tersebut.
Berdasarkan pendapat para pakar di atas, peneliti dapat menarik satu
kesimpulan tenatng semiotik, yaitu ilmu yang mepelajari tentang tanda, proses
makna itu terbentuk, dan cara tanda dimaknai oleh manusia.
f. Karya Sastra sebagai Gejala Semiotik
Saussure dalam A. Teeuw (1984:143) menyatakan bahwa karya sastra
merupakan gejala semiotik, karya sastra merupakan sistem tanda yang bertugas
sebagai alat komunikasi antar manusia. Sejalan dengan Saussure, Suyitno ()2009:
228). Mengungkapkan bahwa karya sastra merupakan sistem tanda tingkat kedua,
sedangkan bahasa merupakan sistem tanda tingkat pertama. Secara hierarki, karya
sastra dalam semiotik memiliki tingkatan yang lebih tinggi dibandingkan bahasa.
Namun demikian, sastra tidak dapat lepas dari bahasa sebagai alat penyampainya
karena bahasa sudah menjadi sistem tanda yang mempunyai arti berdasarkan
konvensi tertentu. Kemudian dijelaskan oleh Rachmat Djoko Pradopo (2009:122-
123) bahwa bahasa dikatakan memiliki kesepakatan dengan masyarakat
pemakainya dan karya sastra tidak dapat lepas darinya karena apabila seorang
sastrawan meninggalkan bahasa sebagai sistem tanda primer, maka karya sastra
tersebut tidak dapat dipahami oleh pembaca.
Rachmat Djoko Pradopo menyatakan dalam bukunya Pengkajian Puisi
bahwa yang dimaksud makna sajak (karya sastra) bukanlah arti bahasanya,
melainkan arti bahasa dan suasana, perasaan intensitas arti, arti tambahan
(konotasi), daya liris, tipografi, enjabemen, persajakan, baris sajak, repetisi, dan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

sebagainya (2009: 122). Puji Santosa juga memberikan pendapatnya tentang


semioti sastra. Puji Santosa dalam Junaedi (http://junaedi2008.blogspot.com)
menyatakan bahwa dalam lapangan sastra, karya sastra dengan keutuhannya
secara semiotik dapat dipandang sebagai sebuah tanda. Sebagai suatu bentuk
tanda, karya sastra secara tulis akan memiliki sifat kerungan. Dimensi ruang dan
waktu dalam sebuah cerita rekaan mengandung tabiat tanda-menandai. Sifat tanda
menandai dalam cerita rekaan menyiratkan makna semiotika. Aminudin dalam
Junaedi (http://junaedi2008.blogspot.com/) menyebutkan bahwa wawasan
semiotik sastra dalam studi sastra memiliki tiga asumsi:
1) karya sastra merupakan gejala komunikasi yang berkaitan dengan
pengarang, wujud sastra sebagai sistem tanda, dan pembaca;
2) karya sastra merupakan salah satu bentuk penggunaan sistem tanda (system
of signs) yang memiliki struktur dalam tata tingkat tertentu;
3) karya sastra merupakan fakta yang harus direkonstruksikan pembaca sejalan
dengan dunia pengalaman dan pengetahuan yang dimilikinya;
Sasaran kajian sastra secara ilmiah bukan pada wujud konkret wacananya,
melainkan pada metadiscourse atau bentuk dan ciri kewacanaan yang tidak
teramati secara konkret. Junus dalam (Racmat Djoko Pradopo, 2009)
menyampaiakan bahwa penelitian sastra dengan pendekatan semiotika
sesungguhnya merupakan lanjutan dari pendekatan strukturalisme. Strukturalisme
tidak dapat dipisahkan dengan semiotik karena karya sastra merupakan struktur
tanda±tanda yang bermakna. Tanpa memperhatikan sistem tanda dan maknanya,
serta kesepakatan tanda, struktur karya sastra atau karya sastra tidak dapat
dimengerti secara optimal. Dalam penelitian sastra dengan menggunakan
pendekatan semiotika, tanda yang berupa indekslah yang paling banyak dicari,
yaitu berupa tanda±tanda yang menunjukkan hubungan sebab-akibat.
Preminger dalam Junaedi (http://junaedi2008.blogspot.com/) memaparkan
tentang studi semiotik sastra. Studi semiotik sastra adalah usaha untuk
menganalisis sistem tanda±tanda. Oleh karena itu, peneliti harus menentukan
konvensi±konvensi apa yang memungkinkan karya sastra mempunyai makna.
Analisis semiotik sastra bertujuan untuk mengungkap makna atau gagasan di balik
tanda, dalam penelitian ini adalah teks puisi. Umar Khalid menyatakan bahwa
dalam memahami puisi dengan menggunakan kajian semiotik melalui tahap-tahap
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

di antaranya: 1) analisis heuristik, yaitu analisis yang didasarkan pada konvensi


bahasa yang bersifat mimetik atau tiruan alam yang membangun arti. Kajian ini
didasarkan pada pemahaman yang lugas berdasarkan makna denotatif. 2)
Selanjutnya, yaitu tahap analisis hermeneutik yaitu analisis yang bermuara pada
ditemukannya satuan makna puisi secara utuh. Dalam analisis hermeneustik yang
dikaji adalah bahasa kias yang ada dalam teks puisi (Umar Khalid dalam
http://umarkhalid33sastra.blogspot.com).
Dengan demikian, peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa apabila ingin
menganalisis karya sastra sebagai pendekatan semiotik, maka tidak boleh
meninggalkan aspek kebahasaannya sebagai pembentuk karya sastra dan pencipta
maknanya. Untuk lebih memahami kajian semiotik dengan menggunakan teori
Riffaterre.
2. Hakikat Puisi
Ensiklopedi Indonesia yang dikutip oleh B. P. Situmorang (1983: 10), kata
³SXLVL´EHUDVDOGDULEDKDVD<XQDQL \DQJMXJDGDODPEDKDVD/DWLQ poietes (Latin
poeta). Puisi pada awalnya berarti pembangun, pembentuk, pembuat. Atri yang
masih luas ini kemudian semakin dipersempit ruang lingkupnya menjadi hasil seni
sastra, yang kata-katanya disusun menurut syarat-syarat tertentu dengan
menggunakan irama, sajak dan kadang-kadang kata-kata kiasan. Puisi adalah
karya sastra dengan bahasa yang dipadatkan, dipersingkat, dan diberi irama
dengan bunyi yang padu dan pemilihan kata-kata kias (imajinatif). Kata-kata
betul-betul dipilih agar memiliki kekuatan pengucapan. Walaupun singkat atau
padat, namun berkekuatan (Herman J. Waluyo, 2003: 1).
Sejalan dengan Herman J. Waluyo, peneliti mengutip pengertian puisi dari
arikel di Internet yang menyatakan bahwa puisi adalah karya tulis hasil
perenungan seorang penyair atas suatu keadaan atau peristiwa yang diamati,
dihayati, atau dialaminya. Cetusan ide yang berasal dari peristiwa atau keadaan itu
dikemas oleh seorang penyair ke dalam bahasa yang padat dan indah.
(http://gozaimatsubayu.blogspot.com. 20 November 2009). Dalam sebuah Jurnal
internasional, seorang ahli sastra Damico (dalam Janette Hughes, 2008: 155)
menjelaskan tentang puisi sebagai berikut,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Poetry evokes feelings and provokes thoughts about complex social issues.
Poetry is more than a vehicle for expression; it is also a way of
knowingPoetry both requires and facilitates a concentration of mind or
sustained attention to which our hectic lives have unaccustomed us. The
linking of the strange with the familiar through the image, or even through
well-placed line breaks, is perhaps what makes poetry so powerful. Poetry
transforms the way we see the commonplace through new and fresh
perspectives.
Damico (dalam Janette Hughes, 2008: 155) menyatakan bahwa puisi dapat
membangkitkan perasaan dan menimbulkan pikiran tentang isu-isu sosial yang
kompleks. Puisi tidak hanya sebagai sarana untuk ekspresi, tetapi juga merupakan
cara untuk mengetahui. Puisi yang baik membutuhkan konsentrasi pikiran dan
perhatian yang penuh saat menulisnya. Puisi juga dapat menghubungkan sesuatu
yang umum dengan sesuatu yang aneh. Puisi mengubah cara pandang seseorang
terhadap suatu hal menjadi perspektif yang baru dan segar.
Puisi adalah ragam karya sastra yang dianggap paling mewakili ekspresi
perasaan penyair. Bentuk ekspresi itu mungkin saja berupa keindahan,
kegelisahan atau pengagungan kepada kekasih, kepada alam, atau kepada sang
khalik. Oleh karena itu, bahasa dalam puisi terasa sangat ekspresif, lebih padat,
kental dan langsung. Puisi adalah bentuk karya sastra yang paling tua. Sejak
kelahirannya, puisi memang sudah menunjukkan cirri-ciri khas seperti yang
dikenal sekarang, meskipun puisi telah mengalami perkembangan dan perubahan
tahun demi tahun. Puisi merupakan penghayatan kehidupan manusia totalitas yang
dipantulkan oleh penciptanya dengan segala pribadinya, pikiran, perasaan,
kemauannya dan lain-lain (B. P. Situmorang (1983: 7).
Reeves (dalam Herman J. Waluyo, 1995: 22) menyatakan bahwa puisi adalah
karya sastra. Semua karya sastra bersifat imajinatif. Bahasa sastra bersifat
konotatif karena banyak digunakan makna kias dan makna lambang (majas).
Dibandingkan dengan bentuk karya sastra yang lain, puisi lebih bersifat konotatif.
Bahasanya lebih memiliki banyak kemungkinan makna. Hal ini disebabkan
terjadinya pengonsentrasian atau pemadatan segenap kekuatan bahasa di dalam
puisi. Stuktur fisik dan struktur batin puisi juga padat. Keduanya bergabung
secara padu. Hal senada juga diungkapkan oleh Herman J. Waluyo (1995: 25)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

bahwa puisi adalah bentuk karya sastra yang mengungkapkan pikiran dan
perasaan penyair secara imajinatif dan disusun dengan mengonsentrasikan semua
kekuatan bahasa dengan pengkonsentrasian struktur fisik dan struktur batinnya.
Pendapat Arnold yang dikutip oleh B. P. Situmorang (1983: 7) menjelaskan
³Poetry is the highly organized form of intellectual activity´-DGLVHPDNLQMHODV
bahwa aktivitas berpikir mempunyai tingkat intensitas yang tinggi bagi penciptaan
puisi. Lebih lanjut, Arnold mengatakan bahwa puisi adalah satu-satunya cara yang
paling indah, impresif, dan yang paling efektif mendendangkan sesuatu. Demikian
pula yang dinyatakan oleh John Dryen dan Isaac Newton (dalam B. P.
Situmorang, 1983: 8-9) puisi adalah musik yang tersusun rapi. Puisi adalah nada
yang penuh keaslian dan keselarasan.
Selanjutnya Shahnon Ahmad (dalam Rachmat Djoko Pradopo, 2009: 7)
menyatakan bahwa garis-garis besar tentang pengertian puisi adalah: emosi,
imajinasi, pemikiran, ide, nada, irama, kesan pancaindera, susunan kata, kata-kata
kiasan, kepadatan, dan perasaan yang bercampur-baur. Definisi puisi menurut
para pakar di atas, peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa ada tiga unsur pokok
yang ada dalam sebuah puisi, pertama adalah hal yang meliputi pemikiran, ide,
atau emosi, kedua bentuk, dan ketiga ialah kesan.
Rachmat Djoko Pradopo membuat kesimpulan bahwa puisi adalah ekspresi
pikiran yang membangkitkan perasaan, yang merangsang imajinasi pancaindera
dalam susunan yang berirama. Puisi merupakan rekaman dan interpretasi
pengalaman manusia yang penting, digubah dalam wujud yang paling berkesan
(2009:7).
Suminto A. Sayuti dalam bukunmya Berkenalan dengan Puisi Indonesia
memberikan pendapatnya tentang puisi. Beliau mengatakan bahwa puisi adalah
suatu bentuk pengucapan bahasa yang memperhitungkan keseimbangan,
keselarasan dan keharmonisan bunyi-bunyi di dalamnya. Tambahanya, puisi
mengungkapkan pengalaman individu penyair yang diungkapkan dengan pilihan
kata tertentu, sehingga puisi tersebut mampu membangkitkan pengalaman tertentu
pula bagi penikmatnya (2002: 3-4)

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Bedasarkan beberapa pendapat para pakar di atas dapat peneliti simpulkan


bahwa puisi secara garis besar dapat diartikan sebagai karya sastra dengan bahasa
yang dipadatkan, dipersingkat, dan diberi irama dengan bunyi yang padu dan
pemilihan kata-kata kias (imajinatif) yang merupakan interpretasi pengalaman
manusia yang penting, digubah dalam wujud yang paling berkesan. Puisi adalah
satu jenis karangan kesusastraan yang mengungkapkan pikiran dan
mengekspresikan perasaan, yang merangsang imajinasi pancaindra dalam susunan
yang berirama secara imajinatif, dengan menggunakan musikal yang rapi, padu
dan harmonis sehingga terwujud keindahan.
Marjorie dalam M. Antar Semi membagi anatomi puisi atas dua bagian, yaitu
bentuk fisik dan bentuk mental. Bentuk fisik puisi mencakup penampilan di atas
kertas dalam bentuk nada dan larik puisi; termasuk irama, sajak, intonasi,
pengulangan, dan perangkat kebahasaan lain. Bentuk mental terdiri dari tema,
urutan logis, pola asosiasi, satuan arti yang dilambangkan, dan pola-pola citra dan
emosi. Kedua bentuk ini merupakan kejalinan yang utuh sehingga menghasilkan
sebuah puisi yang total, penuh makna, keindahan, dan imajinasi bagi pembacanya
(1993:107).
a. Ciri-ciri Kabahasaan Puisi
Puisi adalah salah satu karya sastra yang padat bahasa dan maknanya. Dengan
bahasa yang cenderung singkat, tersirat makna yang dalam. Salah satu cirri puisi
adalah bahasanya yang padat. Herman J. Waluyo (2003: 2-13) menyebutkan ada
enam cirri-ciri puisi, yaitu pemadatan bahasa, pemilihan kata kias, kata konkret,
pengimajian, irama (ritme), dan tata wajah.
1) Pemadatan Bahasa
Bahasa yang digunakan untuk menciptakan puisi adalah bahasa yang padat,
sebab dengan bahasa yang padat akan menciptakan puisi yang berkekuatan gaib.
Susunan bahasa yang padat akan tampak lebih menarik daripada susunan kalimat
yang utuh. Hal tersebut terjadi karena susunan bahasa yang padat akan
menghasilkan makna yang luas dan susunan sajak yang berima. Rima yang runtut
akan menciptakan puisi yang indah dan harmonis. Puisi lama dan pujangga baru
masih memegang teguh prinsip persajakan atau rima yang runtut.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

2) Pemilihan kata kias


Kata yang dipilih penyair untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan harus
dipertimbangkan dari berbagai aspek dan dampak pengucapannya. Pemilihan kata
dapat dipengaruhi tiga faktor, yaitu makna kias, lambang dan persamaan bunyi
(rima). ketiga faktor tersebut saling mendukung. Lewat pemilihan kata pula,
penyair dapat menentukan ciri khas puisi. Ketiga faktor tersebut akan dijelaskan
secara lebih rinci pada penjelasan di bawah ini.
a) Makna Kias
Puisi merupakan genre sastra yang banyak menggunakan makna kias.
Lihatlah pada contoh baris puisi di bawah ini!
Aku lengah di hari pagi
Beta lali di masa muda
Dalam puisi di atas, makna kias sangat mudah dipahami. Misalnya pada
NDWD³SDJL´PDNQDGDULNDWD³SDJLDGDODKPDVDPXGDVXGDKGLMHODVNDQGLEDULV
berikutnya.
b) Lambang
Penggunaan lambang dalam puisi sangat wajar. Lambang digunakan untuk
mengganti hal/benda denga hal/benda lain. Tujuannya adalah memperindah
bahasa. (Herman J. Waluyo, 2003:4). Menurut Herman J. Waluyo (2003:4) ada
beberapa jenis lambang, antara lain lambang yang bersifat lokal, kedaerahan,
nasional, dan unversal (berlaku bagi semua manusia). Lebih jelas, lihatlah pada
kutipan puisi Rendra Surat Kepada Bunda Tentang Calon Menantunya
Burung dara jantan yang nakal
...
...
Ia telah meninggalkan kandang yang
Kau buatkan
Kata-NDWD \DQJ GLJDULV EDZDK PHUXSDNDQ SHUODPEDQJDQ ´EXUXQJ GDUD
MDQWDQ´DGDODKODPEDQJGDULVHRUDQJSULD\DQJVHWLD/DPEDQJ\DQJDGDGDODP
puisi meliputi lambang benda, lambang warna, lambang suasana, dan lambang
bunyi. Lambang warna digunakan untuk menguatkan makna warna yang
digunakan dan memperjelas makna denotasi. Misalnya warna hitam

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

melambangkan kesedihan, kedukaan, putih melambangkan kesucian, warna


kuning untuk kesetiaan, dan lain-lain.
Lambang bunyi memiliki arti bahwa ada makna yang dapat ditimbulkan
oleh perpaduan bunyi-bunyian. Misalnya perpaduan alunan seruling yang
mengantarkan pembaca pada suasana pedesaan di Jawa Barat. Bunyi gamelan
akan mengingatkan pembaca pada suasana di Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Lambang suasana artinya keadaan atau peristiwa yang tidak digambarkan
seperti apa adanya, tetapi diganti dengan keadaan lain atau
perlambangan.misalnya suasana sedih dilambangkan dengan hujan gerimis,
susana ceria dilambangkan dengan sinar matahari yang indah,
c) Persamaan Bunyi atau Rima
Persamaan bunyi yang harmonis dan berulang menciptakan konsentrasi
dan kekuatan bahasa atau sering disebut daya gaib kata seperti pada mantra
(Herman J. Waluyo, 2003: 7).
3) Kata Konkret
Penyair banyak yang menggunakan kata konkret dalam puisinya untuk
memudahkan pembaca memahami makna puisi. Namun yang terjadi justru
dengan kata konkret tersebut pembaca kesulitan menafsirkan makna kata-kata
yang digunakan (Herman J. Waluyo, 2003: 9). Misalnya pada puisi Rendra
´%DODGD7HUEXQXKQ\D$WPR.DUSR´
Dengan kuku-kuku besi, kuda menebah perut bumi
Bulan berkhianat. Gosokkan tubuhnya pada pucuk-pucuk para
Mengepit kuat-kuat. ...
´.DNLNXGD´\DQJEHUVHSDWXEHVLGLVHEXWSHQ\DLUVHEDJDLNXNXEHVL0DNVXG
kuda pada baris puisi di atas adalah jalan yang tidak beraspal. Yang disebut kulit
bumi. Kulit bumi memiliki makna jalanan yang masih berupa tanah belum
diaspal, becek setelah hujan turun, dan penuh batu dan lumpur. Biasanya jalan
seperti ini ditemukan di daerah pedesaan yang terpencil
4) Pengimajian
Pengimajian atau lebih sering dikenal sebagai pencitraan adalah susunan kata-
kata yang digunakan penyair dalam puisinya untuk memperkuat dan memperjelas
suasana dan makna puisi. Pemakaian citraan juga dimaksudkan agar apa yang ada
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

di dalam puisi seolah-olah dapat didengar (imaji auditif), didilihat (visual), atau
dirasa (taktil).
5) Irama (Ritme)
Irama atau ritme merupakan pengulangan kata, frase, dan kalimat dalam
puisi. Puisi lama banyak yang mengandung irama atau pengulangan bunyi yang
teratur sehingga tercipta puisi yang indah. Irama juga berarti pergantian keras
lembut, panjang pendek, tinggi rendah kata yang menciptakan gelombang yang
memperindah puisi. Puisi masa pujangga baru misalnya, memiliki keteraturan
EXQ\LFRQWRKSXLVL´0HQ\HVDO´NDUya Ali Hasyim, berikut:
Pagiku hilang/ sudah melayang
Hari mudaku/ telah pergi
Kini petang/ datang membayang
Batang usiaku/ sudah tinggi
Keteraturan bunyi dapat dilihat pada bunyi suku kata terakhir di tiap barisnya,
PLVDOQ\D NDWD ´PHOD\DQJ´ GDQ ´PHPED\DQJ´  NHGXD NDWD WHUVHEXW VDPD-sama
GLDNKLULVXNXNDWD\DQJEHUEXQ\L´\DQJ´
6) Tata Wajah
Puisi yang ditulis pada tahun 1976 merupakan puisi yang mementingkan tata
wajah. Puisi yang menampilkan tata wajah tertentu dianggap mewakili penyair
yang ingin mengungkapkan maksud tertentu pula. Puisi yang memiliki kekuatan
tata wajah yang kuat adalah puisi-puisi karya Sutardji Colzum Bachri. Berikut
salah satu puisi Sutardji yang menampilkan tata wajah yang kuat maknanya:
Tragedi Winka Sihka
Kawin
Kawin
Kawin
Kawin
Kawin
Ka
Win
Ka
Win
...

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Tata wajah puisi Sutardji Colzum Bachri di atas mempunyai makna


tersendiri. Pasti Sutardji memiliki tujuan saat membuat tata wajah pusi yang
seperti terlihat di atas. Bentuk tata wajah yang zig-zag menandakan bahwa
kehidupan rumah tangagga atau perkawinan penuh liku dan tantangan. ada
kebahagiaan, kadang juga ada kesedihan, konflik yang sering mendominasi dalam
kehidupan pernikahan atau percintaan. Tata wajah tidak hanya seperti contoh di
atas. Ada pula puisi dengan tata wajah yang biasa saja, yaitu berupa bait yang
teratur.
b. Struktur Pembangun Puisi
Sebuah puisi tidak dengan tiba-tiba tampil dihadapan masyarakat pembaca.
Secara totalitas sebetulnya puisi mengalami proses penciptaan. Di dalam proses
penciptaannya dibutuhkan unsur-unsur yang dapat membangun puisi. Struktur
pembangun tersebut bersifat padu karena tidak dapat berdiri sendiri tanpa
mengaitkan struktur yang satu dengan lainnya. struktur dalam sebuah puisi
bersifat fungsional dalam kesatuannya dan juga bersifat fungsional terhadap unsur
lainnya (Herman J. Waluyo, 1995: 25).
Struktur yang membangun puisi terdiri dari dua, yaitu struktur fisik dan batin.
Apa yang dilihat melalui bahasanya yang nampak, disebut struktur fisik puisi
yang secara tradisional disebut bentuk atau bahasa atau unsur bunyi. Struktur fisik
sering kali disebut juga struktur sintaktik puisi. Makna yang terkandung di dalam
puisi yang tidak secara langsung dapat dihayati, disebut struktur batin atau
struktur makna. Struktur batin sering kali disebut struktur tematik atau struktur
semantik (Herman J. Waluyo, 1995: 26-27).
Struktur puisi yang berupa struktur fisik dapat diuraikan dalam metode puisi,
yakni unsur estetik yang membangun struktur luar puisi. Struktur-struktur
pembangun puisi dapat ditelaah satu persatu, tetapi struktur-struktur itu tetap
merupakan kesatuan makna yang utuh. Struktur fisik puisi yang membangun puisi
terdiri dari berbagai macam unsur. Unsur-unsur itu adalah 1) diksi; 2)
pengimajinasian; 3) kata konkret; 4) bahasa figurative (majas); 5) verifikasi, dan
6) tipografi puisi. Majas terdiri atas lambang dan kiasan, kemudian verifikasi
terdiri dari rima, ritma, dan metrum. Sementara itu, struktur batin yang terdapat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

dalam puisi adalah 1) tema; 2) nada; 3) perasaan; 4) gagasan; 5) amanat; 6) bunyi


dan 7) nada (Herman J. Waluyo, 1995: 28).
Struktur puisi merupakan kesatuan makna yang padu antara struktur fisik dan
struktur batin. Dalam hal struktur fisik dan struktur batin, penciptaan puisi
menggunakan prinsip pemadatan atau pengonsentrasian pemikiran yang
membangkitkan perasaan, merangsang imajinasi pancaindra dalam suasana yang
berirama. Semua itu merupakan sesuatu yang penting yang menandai makna
dalam nilai-nilai yang bersifat afektif kontemplaif dari diri dan interpretasi
pengalaman penyair yang digubah dalam suatu kesatuan wujud dan kesatuan
makna yang berkesan (Rachmat Djoko Pradopo, 2009: 5).
Menurut M. Atar Semi (1993: 107) bentuk fisik dan mental sebuah puisi pada
dasarnya dapat pula dilihat sebagai satu kesatuan yang terdiri dari tiga lapisan,
yaitu: 1) lapisan bunyi, 2) lapisan arti, 3) lapisan tema. 1) Lapisan bunyi, yakni
lapisan lambang-lambang bahasa sastra. Lapisan pertama inilah yang disebut
sebagai bentuk fisik puisi. 2) Lapisan arti, yakni sejumlah arti yang dilambangkan
oleh struktur atau lapisan permukaan yang terdiri dari lapisan bunyi bahasa. 3)
/DSLVDQWHPD\DNQLVXDWX³GXQLD´SHQJXFDSDQNDU\DVDVWUDVHVXDWX\DQJPHQMDGL
tujuan penyair, atau sesuatu efek tertentu yang didambakan penyair. Lapisan
inilah yang dianggap sebagai bentuk mental sebuah puisi.
Menurut Suminto A. Sayuti dalam bukunya Berkenalan dengan Puisi
menyebutkan bahwa puisi mempunyai bentuk mental yang dipengaruhi oleh
pengalaman jiwa yang berlapis-lapis. Ada lima lapis pengalaman jiwa, antara lain:
1) pengalaman lapis kebendaan; 2) pengalaman lapis tetumbuhan, 3) pengalaman
lapis kehewanan, 4) pengalaman lapis kemanusiaan dan 5) pengalaman lapis
kefalsafahan.
Pengalaman lapis kebendaan merupakan lapisan pengalaman jiwa yang
paling rendah. Sifat lapisan pengalaman kebendaan sama seperti benda mati. Dia
memiliki ukuran panjang, pendek, tinggi, rendah, dapat didengar, dapat disentuh,
dan seterusnya. Dalam puisi, wujud pengalaman lapis kebendaan ini berupa
persajakan, irama, bait, bahasa kiasan, citraan, sarana retorika, dan tipografi.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Pengalaman lapis tetumbuhan merupakan pengalaman jiwa penyair yang


sifatnya sama seperti kehidupan tumbuhan. Penyair mengalami musim semi,
musim gugur, musim panas, musim dingin, musim berbunga, sama seperi
tumbuhan. Apabila sedang berbunga, maka suasana puisi akan bahagia, romantis,
dan indah. Namun bila musim gugur, maka suasana puisi akan terasa sedih, penuh
haru, dan ratapan.
Pengalaman lapis kehewanan merupakan lapisan jiwa seperti yang ada pada
kehidupan binatang. Penyair mulai merasakan kehidupan, gerak, insting, naluri,
hasrat. Penyair mulai merasakan ingin makan, minum, seksual, membunuh,
beradaptasi, dan mempertahankan diri. Wujud lapisan jiwa ini adalah efek
terhadap pancaindera sehingga pembaca benar-benar merasakan kalau puisi itu
hidup.
Pengalaman lapis kemanusiaan merupakan lapisan jiwa yang hanya dapat
dicapai manusia, seperti sikap simpati, empati, dan solider. Wujud dari lapisan
jiwa jenis ini adalah efek rasa cinta kasih dari puisi yang ditulis penyair. Cinta
kasih yang dimaksud bias terhadap ayah, ibu, lawan jenis, sahabat, dan lain-lain.
Pengalaman lapis ini hanya bisa dirasakan oleh manusia apabila dia mau
berkontemplasi, bersembahyang, berdoa, dan memahami hakikat kehidupan.
Lapisan ini apabila diekspresikan lewat puisi, maka mengisahkan hubungan antara
manusia dengan Tuhan, renungan-renungan, pujian-puian, doa-doa, dan hakikat
hidup. Jadi, apabila semua pengalaman lapis jiwa tersebut terpenuhi semua dalam
suatu karya puisi, maka puisi tersebut dapat menjadi sebuah karya yang mampu
memberi efek positif bagi penikmatnya.
1) Struktur Fisik Puisi
a) Kata
Ketika menciptakan sebuah puisi, penyair mempunyai tujuan yang hendak
disampaikan kepada pembaca melalui puisinya. Penyair ingin mencurahkan
perasaan dan isi pikirannya dengan setepat-tepatnya seperti yang sedang dirasakan
oleh hatinya. Untuk itulah, harus dipilih kata-kata yang setepat-tepatnya.
Penyair harus cermat memilih kata karena kata-kata yang ditulis harus
dipertimbangkan maknanya, komposisi bunyi, dalam rima dan irama serta
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

kedudukan kata itu di tengah konteks kata lainnya, dan kedudukan kata dalam
keseluruhan puisi itu. Selain itu, penyair juga harus mempertimbangkan urutan
kata dan kekuatan daya magis. Kata-kata diberi makna baru dan yang tidak
bermakna diberi makna menurut kehendak penyair, sehingga dapat
menyampaikan maksud penyair. Oleh karena begitu pentingnya kata-kata dalam
puisi, maka bunyi kata juga dipertimbangkan secara cermat dalam pemilihannya
(Herman J. Waluyo, 1995: 72).
Begitu pentingnya kata-kata dalam puisi, bahkan untuk jenis puisi. Seperti
yang diungkapkan Sapardi Djoko Damono (dalam Suminto A. Sayuti, 2002: 143)
bahwa kata-kata tidak sekadar berperan sebagai sarana penghubung gagasan
penyair dengan pembaca, seperti peran kata dalam bahasa sehari-hari. Dalam puisi
imajis, kata-kata juga berperan sebagai alat pendukung dan penghubung antara
pembaca dan dunia intuisi penyair.
Sama halnya dengan Sapardi Djoko Damono, Suminto A. Sayuti pun
mempunyai pandangan tersendiri tentang pentingnya kata dalam puisi. Suminto
A. Sayuti menyatakan bahwa kata adalah dasar bangunan setiap puisi sehingga
diksi atau pilihan kata merupakan faktor penentu kualitas daya cipta penyair
(2009:144). Apabila dilihat sepintas kata-kata yang terdapat dalam puisi pada
umumnya sama dengan kata-kata yang digunakan dalam khidupan sehari-hari.
Artinya, kata-kata dalam puisi dan dalam kehidupan sehari-hari mewakili makna
yang sama. Bahkan bunyi ucapan pun tidak ada bedanya (Henry Guntur Tarigan,
1984: 29).
Dalam memilih kata-kata yang tepat dan untuk menimbulkan makna serta
gambaran yang jelas, penyair harus mengerti denotasi dan konotasi sebuah kata
(Rachmat Djoko Pradopo, 1993: 58). Selain itu, diksi juga merupakan ciri khas
seorang penyair. Antara penyair yng satu dengan penyair yang lain berbeda dalam
pemilihan diksinya, maka jelas bahwa diksi itu sudah menjadi satu dengan
penyair. Penggunaan diksi dalam puisi bisa mengenalkan pembaca pada
penyairnya. Kecakapan seorang penyair dalam menggunakan diksi akan
membangkitkan imaji pada pembacanya (B. P. Situmorang, 1983: 19). Saat
memilih kata-kata, seorang penyair akan mempertimbangkan (1) kosa kata, (2)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

pemilihan kata, (3) denotasi dan konotasi, (4) bahasa kias, (5) Citraan (Gambaran-
gambaran Angan), (6) Gaya Bahasa dan Retorika.
(1) Kosa Kata
Penyair dalam memilih kata untuk mengungkapkan idenya ke dalam puisi
tidak boleh sembarangan. W. S. Rendra dalam Rachmat Djoko Pradopo (
2009: 51) menyarankan agar para penyair melihat ke kamus bahasa Indonesia
untuk menemukan arti yang setepat-tepatnya. Menurut Rendra, puisi yang baik
bukanlah puisi yang menggunakan kata-kata kias yang banyak, namun sulit
dipahami. Puisi yang baik adalah puisi yang diciptakan oleh penyair dengan
bahasa sehari-hari yang lazim digunakan masyarakat sehingga amanatnya
dapat tersampaikan sepenuhnya.
Slamet Mulyana dalam Rachmat Djoko Pradopo (2009: 51) menyatakan
bahwa penyair juga dapat menggunakan kata-kata kuno yang telah mati.
Penyair harus berhasil menghidupkan kembali kata itu. Penyair yang mampu
menghidupkan kembali kata-kata kuno yang telah mati adalah Amir Hamzah,
PLVDOQ\DSDGDSXLVLQ\D´%HUGLUL$NX´
Benang raja mencelup ujung
Naik marak menyerak corak
Elang leka sayap tergulung
Dimabuk warna berarak-arak
Kata marak dan leka adalah kata-kata yang sudah mati dan jarang
terdengar di kehidupan sehari-hari. Kata marak berarti cahaya dan leka berarti
lena atau lalai.
(2) Pemilihan kata
Rachmat Djoko Pradopo mengutip pendapat Barfield yang menyatakan
´DSDELOD VHRUDQJ SHQ\DLU PHPLOLK NDWD GDQ PHQ\XVXVQQ\D VHGHPLDQ UXSD
sehingga tercipta imajinasi yang estetis maka kata-kata yang dipilih itu adalah
GLNVL SXLWLV´    6HRUDQJ SHQ\DLU \DQJ FHUPDW DNDQ PHQJJDQWL NDWD-
kata yang telah digunakan untuk mendapatkan ketepatan makna dan kepadatan
isi, bahkan penggantian tersebut dilakukan meskipun puisi tersebut telah
dipublikasikan. Seperti puisi Chairil Anwar yang pada Kerikil Tajam diberi
judul Semangat sedangkan pada Deru Campur Debu diganti judulnya menjadi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Aku. Selain penggantian judul, penyair juga mengganti kata-kata pada baris
pertama pada bait pertama. Lihatlah perbandingan kedua puisi di bawah ini!
Semangat
Kalau sampai waktuku
Ku tahu tak seorang kan merayu
Tidak juga kau
...
Bandingkan dengan puisi berikut:
Aku
Kalau sampai waktuku
Ku mau tak seorang kan merayu
Tidak juga kau
...
Penggantian kata tersebut tentunya menimbulkan arti baru. Pada puisi
Semangat kata ku tahu memiliki arti bahwa si aku selalu bersemangat dan
berani menghadapi kerasnya hidup walau seorang diri. Kata ku mau
menandakan bahwa si aku telah menyerah, pasrah dan tidak ada orang yang
mempedulikan dia.
(3) Denotasi dan Konotasi
Sebuah kata mempunyai dua aspek arti, yaitu denotasi dan konotasi.
Altenberd (dalam Rachmat Djoko Pradopo, 2009:58) menyebutkan bahwa
denotasi sebuah kata adalah definisi kamusnya atau pengertian yang menunjuk
benda atau hal yang diberi nama dengan kata itu disebutkan atau diceritakan.
Denotasi adalah bahasa yang menunjuk sebuah kata dengan satu arti saja.
Bahasa ilmiah harus menggunakan kata denotatif, namun pada karya sastra
khususnya puisi, sebuah kata tidak hanya mengandung aspek denotatif, tetapi
juga mengandung aspek konotatif atau masih ada arti tambahannya. Konotatif
adalah kata yang mempunyai aspek arti tambahan (Altenberd dalam Rachmat
Djoko Pradopo, 2009: 59).
Rene Wellek menyatakan bahwa bahasa sastra mempunyai arti ganda,
penuh homonim, kategori-kategori, arbitraire, atau irrasional, menyimpan
peristiwa-peristiwa sejarah di dalamnya. Dengan kata lain bahasa sastra
mengandung arti konotatif.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

(4) Bahasa Kias


Bahasa kiasan menjelaskan sesuatu hal dengan hal lain supaya gambaran
terhadap benda atau hal tersebut menjadi lebih jelas, lebih menarik, dan hidup.
Menurut pandangan Suminto A. Sayuti dalam bukunya Berkenalan dengan
Puisi, bahasa kias adalah sarana untuk mencapai efek puitis. Bahasa kias
adalah bahasa yang memiliki makna lain selain makna harfiahnya (2002: 195)
Ada bermacam-macam bahasa kias, antara lain: simile, metafora,
perumpamaan epos, metonimi, alegori, simbol, dan sinekdok.
(a) Perbandingan (simile)
Perbandingan atau perumpamaan adalah bahasa kiasan yang menyamakan
satu hal dengan hal lain dengan menggunakan kata-kata pembanding, yaitu:
seperti, bagai, bak, semisal, seumpama, laksana, dan lain-lain.
(b) Metafora
Metafora adalah bahasa kiasan yang hampir sama dengan perbandingan,
yaitu membandingkan satu hal dengan hal lain, tetapi tidak menggunakan kata
pembanding. Becker (dalam Rachmat Djoko Pradopo, 2009:66) menyebutkan
bahwa metafora itu melihat sesuatu dengan perantaraan benda lain. Metafora
terdiri dari dua bagian atau Term, term pokok atau term tenor dan term kedua
atau term vehicle. Term pokok menyebutkan hal yang dibandingkan dan term
vehicle DGDODKKDO\DQJEHUIXQJVLVHEDJDLSHPEDQGLQJ0LVDOQ\D´%XPLDGDODK
SHUHPSXDQ MDODQJ´ ´%XPL´ VHEDJDL WHUP SRNRN GDQ ´SHUHPSXDQ MDODQJ´
adalah term vehicle. Rachmat Djoko Pradopo (2009: 66) menyatakan bahwa
seringkali penyair langsung menggunakan term kedua untuk membandingkan
VXDWX KDO 0HWDIRUD MHQLV LQL GLVHEXW PHWDIRUD LPSOLVLW 0LVDOQ\D ´+LGXS LQL
PHQJLNDWGDQPHQJXUXQJ´
Sejalan dengan Rachmat Djoko Pradopo, Suminto A. Sayuti juga
menyebutkan bahwa bahasa kias terdiri dari tiga kelompok besar, yaitu
perbandingan, penggantian, dan personifikasi. Namun bagi Suminto A. Sayuti,
antara Simile dan metafora dijadikan satu jenis, yaitu metafora-simile (2002:
200). Metafora dan simile adalah bahasa kias dasar yang mutlak ada dalam

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

puisi. Setiap penyair pasti menggunakan kedua bahasa kias tersebut untuk
mengungkapkan gagasannya.
(c) Perumpamaan Epos
Perumpamaan epos adalah perbandingan yang diperpanjang atau
dilanjutkan, yaitu dengan cara melanjutkan sifat-sifat pembandingnya lebih
lanjut dalam kalimat-kalimat atau frase yang berturut-turt (Rachmat Djoko
Pradopo, 2009: 69).
Contohnya sebagai berikut!
Rustan Efendi
Di Tengah Sunyi
Di tengah sunyi menderu rinduku
Seperti topan, meranggutkan dahan
Mencabutkan akar, meninggalkan kembang kalbuku
(d) Alegori
Alegori ialah cerita kiasan atau pun lukisan kiasan yang mengisahkan hal
lain atau kejadian lain. Alegori banyak ditemukan di sajak-sajak Puajngga
%DUX VHSHUWL SDGD VDMDN ´0HQXMX NH /DXW´ NDU\D 6XWDQ 7DNGLU $OLV\DKEDQD
Sajak itu melambangkan seseorang yang baru berjuang untuk maju. Seseorang
atau orang-orang di jaman itu dilambangkan sebagai air danau yang mengalir
ke laut yang harus melewati berbagai rintangan sebelum sampai ke laut. Laut
yang penuh ombak dan gelombang besar, mengiaskan bahwa hidup ini penuh
dinamika, dan perjuangan yang harus mampu dilewati kaum muda (Rachmat
'MRNR3UDGRSR 3HUKDWLNDQNXWLSDQSXLVL´0HQXMXNH/DXW´GLEDZDK
ini!
Kami telah meninggalkan engkau,
Tasik yang tenang tiada beriak
Diteduhi gunung yang rimbun
Dari angin dan topan,
Sebab sekali kami terbangun,
Dari mimpi yang nikmat:

Ombak itu berkejar-kejar


Di gelanggang biru bertepi langit.
....
(e) Personifikasi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Personifikasi mengiaskan benda mati dapat bertindak, berpikir, dan


merasakan seperti manusia. Personifikasi digunakan oleh para penyair dari
angkatan 1920-an hingga sekarang. Bentuk personifikasi hampir sama dengan
metafora dan simile, hanya saja kalau pada personifikasi perbandingan terjadi
langsung dan tertentu, yaitu pemberian sifat-sifat atau ciri-ciri manusia pada
suatu benda mati. Perhatikan puisi di bawah ini yang menggunakan
personifikasi.
Rustan Efendi
Anak Molek V
Malas dan malu nyala pelita
Seperti meratap mencucuri mata
Seisi kamar berduka cita
Seperti takut, gentar berkata.
(f) Metonimia
Metonimia merupakan bahasa kias yang biasa digunakan untuk mengganti
nama. Altenbernd (dalam Rachmat Djoko Pradopo, 2009: 77) memaparkan
bahwa metonimia adalah sebuah bahasa kias yang menggunakan sebuah
atribut, sebuah objek, atau penggunaan sesuatu yang sangat dekat berhubungan
dengan sesuatu yang digantikannya. Penggunaan metonimia ini dampaknya
adalah menciptakan karya yang lebih hidup dengan menunjukkan hal yang
konkret sehingga menghasilkan imaji-imaji yang nyata. Sejalan dengan
Altenbernd, Suminto A. Sayuti menyatakan bahwa metonimia adalah
pemanfaatan suatu ciri atau sifat suatu hal yang erat hubungannya dengan hal
tersebut. Dapat pula dikatakan metonimia adalah bahasa kias yang
menggunakan ungkapan lain untuk mewakili suatu hal (2002: 224). Suminto A.
Sayuti juga menambahkan bahwa antara metonimia dan sinekdok mempunyai
persamaan, yaitu sama-sama menggunakan suatu ciri-ciri tertentu dari suatu hal
untuk mewakili suatu hal lain. Hanya saja sinekdok menyebutkan bagian-
bagian dari hal yang diwakilinya.
Contoh penggunaan metonimia dalam puisi
Di Kota Itu, Kata Orang, Gerimis Telah Jadi Logam
Di kota itu, kata orang, gerimis telah jadi logam. Di bawah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Cahaya
Haripun bercadar, tapi aku tahu, kita akan sampai ke sana.
Dan kita bercinta tanpa batuk yang tersimpan, membiarkan
Gumpal dara di gelas itu menghijau. Dan engaku bertanya
Mengapa udara berserbuk di antara kita?
...
Misalnya kata cahaya pada baris pertama mewakili sinar secara
keseluruhannya. Frase hari pun bercadar mewakili suatu keadaan yang belum
pasti, mungkin kekelaman, mungkin juga ketenangan.
(g) Sinekdok
Sinekdok adalah bahasa kiasan yang menyebutkan suatu bagian yang
penting dari suatu benda atau hal. Sinekdok ada dua macam. Altenberd
menjelaskannya sebagai berikut:
Sinekdok pars pra toto (menyebutkan sebagian untuk mewakili keseluran).
Misalnya sudah lama ia tidak menampakkan batang hidungnya.
Sinekdok totum pro parte (menyebutkan keseluruahn, tetapi yang dimaksud
hanya sebagian.). Indonesia kalah 3-0 dari Malaysia.
(h) Simbol.
Suminto A. Sayuti menambahkan satu jenis bahasa kiasan, yaitu simbol.
Simbol atau lebih dikenal dengan l;ambang merupakan bahasa kiasan yang
paling dasar. Suminto A. Sayuti menyatakan bahwa simbol merupakan sesuatu
yang mempunyai makna lebih banyak daripada ungkapan simbolik itu sendiri
(2002: 237).
Simbol dalam puisi dapat berupa kata, frase, kalimat, bahkan keseluruhan
puisi. Berikut contoh puisi yang banyak menggunakan bahasa simbol:
Burung Hitam
Burung hitam manis dari hatiku
Betapa cekatan dan rindu sebagai syahdu
Burung hitam adalah buah pohonan
Burung hitam di dada adalah kebungaan
Ia minum pada kali yang disayang
Ia tidur di daunan bergoyang
Ia bukanlah dari duka meski ia burung hitam.
Burung hitam adalah cintaku padamu yang terpendam.
(W. S. Rendra)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Burung hitam yang disimbolkan Rendra pada baris-baris sebelumnya,


DNKLUQ\D WHUXQJNDS SDGD EDULV WHUDNKLU \DLWX ³FLQWDNX SDGDPX \DQJ
WHUSHQGDP´6XPLnto A. Sayuti menambahkan bahwa pemakaian simbol dalam
puisi dikatakan benar apabila kata yang digunakan mempunyai relevansi
tertentu, yaitu jika ikut menciptakan suatu imaji sebagai bagian dari
komunikasi puitik antara penyair dengan pembaca (2002: 241). Imaji yang
tepat akan menimbulkan reaksi emosional dan intelektual pada diri pembaca.
Kemampuan komunikasi imaji dalam diri setiap pembaca berbeda-beda. Oleh
sebab itu, arti lambang warna hitam pada puisi Rendra bisa berarti lain bagi
tiap pembacanya.
Penyair yang juga mempunyai keahlian menggunakan bahasa simbol
adalah Sutardji Colzum Bachri. Suminto A. Sayuti mengungkapkan bahwa
secara garis besar, simbol yang terdapat dalam puisi Sutardji ada tiga jenis,
yaitu simbol keresahan, kreativitas, dan simbol maut (2002: 243).
(5) Citraan (Gambaran-gambaran Angan)
Citraan atau gambaran adalah alat yang digunakan oleh seorang penyair
untuk menghidupkan suasana dari puisi yang ia buat sehingga pembaca dapat
memahami pikiran penyair, selain alat kepuitisan yang lain. (Altenbernd dalam
Rachmat Djoko Pradopo, 2009: 89)
Sejalan dengan Rachmat Djoko Pradopo, Suminto A. Sayuti dalam
bukunya Berkenalan dengan Puisi Indonesia menyatakan bahwa ada dua cara
untuk memahami suatu citraan dalam puisi. Cara yang pertama adalah dengan
pemahaman reseptif atau pemahaman dari sisi pembaca. Dalam pemahaman
reseptif, citraan merupakan pengalaman indera yang terbnentuk dalam
imajinasi pembaca akibat kata-kata yang digunakan penyair dalam puisinya.
Kedua, pemahaman citraan secara ekspresif, yang dilakukan oleh penyair.
Pemahaman ekspresif terjadi ketika citraan merupakan bentuk bahasa (kata
atau rangkaian kata) yang digunakan penyair untuk menciptakan komunikasi
estetis atau untuk menyampaikan pengalaman penyair.
(a) Jenis-jenis Citraan

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Citraan ada beberapa macam. Seperti yang diungkapkan oleh Rachmat


Djoko Pradopo dalam bukunya Pengkajian Puisi (2009: 93) dan Suminto A.
Sayuti dalam bukunya Berkenalan dengan puisi (2002 :174-177) berikut ini:
Citraan penglihatan
Citraan penglihatan (Visual Imagery). Citraan ini sering digunakan
penyair dibandingkan citraan yang lain. Citraan yang timbul oleh
penglihatan yang memberi rangsangan pada inderaan penglihatan hingga
hal-hal yang tidak bisa terlihat seolah-olah terlihat. Penyair yang banyak
menggunakan citraan penglihatan disebut penyair visual, misalnya W. S.
Rendra. Contohnya dapat dilihat pada puisi W. S. Rendra berikut:
Ruang diributi jerit dada
Sambal tomat pada mata
Meleleh air racun dosa
Citraan pendengaran (Auditory imagery)
Citraan pendengaran juga sering digunakan oleh para penyair. Citraan
ini dihasilkan dengan menyebutkan atau menguraiakn bunyi atau suara
(Altenbernd, dalam Rachmat Djoko Pradopo, 2009: 82). Penyair yang
sering menggunakan citraan ini disebut penyair auditif. Misalnya Toto
Sudarto Bachtiar. Citraan pendengaran juga bisa berupa onomatope. Contoh
citraan pendengaran sebagai berikut:
Sebab Dikau Oleh Amir Hamzah
Aku boneka engkau boneka
Penghibur dalang mengatur tembang
Di layar kembang bertukar pandang
Hanya selagu, sepanjang dendang
Kata-kata dalam puisi di atas yang mengandung citraan pendengaran
DGDODK´WHPEDQJ´´KDQ\DVHODJX´GDQ´VHSDQMDQJGHQGDQJ´
Citraan perabaan
Citraan perabaan atau Thermal Imagery banyak digunakan oleh penyair
Subagyo Sastrowardoyo dan W. S. Rendra. Contohnya sebagai berikut:
W. S. Rendra
Blues untuk Bonnie

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Maka dalam blingsatan


Ia bertingkah bagai gorilla
Gorilla tua yang bongkok
Meraung-raung
Sembari jari-jari galak di gitarnya
Mencakar dan mencakar
Menggaruki rasa gatal di sukmanya
&LWUDDQ SHUDEDDQ SDGD SXLVL 5HQGUD GL DWDV DGDODK ´ jari-jari galak di
gitarnya´ ´mencakar dan mencakar´ dan ´menggaruki rasa gatal di
VXNPDQ\D´
Citraan penciuman dan pencecapan
Kedua citraan tersebut sangat jarang digunakan. Rachmat Djoko
Pradopo mencontohkan penyait Subagyo Sastrowardoyo dan W. S. Rendra
adalah penyair yang mampu menggunakan kedua citraan tersebut
W. S. Rendra
Nyanyian Suto Untuk Fatima
Dua puluh tiga matahari
Bangkit dari pundakmu
Tubuhmya mengucapkan bau tanah (Citraan penciuman)

Subagyo Sastrowardoyo
Pembicaraan
Hari mekar dan bercahaya
Yang ada hanya sorga. Neraka
Adalah rasa pahit di mulut.
Waktu bangun pagi
Citraan gerak
Citraan gerak (movement imagery) menggambarkan sesuatu yang
sebenarnya tidak bergerak, tetapi dilukiskan dapat bergerak. Citraan gerak
membuat gambaran pada puisi menjadi hidup dan dinamis (Rachmat Djoko
Pradopo, 2009: 87). Contoh citraan gerak sebagai berikut:
Chairil Anwar
Senja Di Pelabuhan Kecil
...
Gerimis mempercepat kelam. Ada juga kelepak elang
Menyinggung muram, desir hari lari berenang (citraan gerak)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Menemu bujuk pangkal; akanan. Tidak bergerak


Dan kini, tanah, air, tidur, hilang, ombak.
(6) Gaya Bahasa dan Retorika.
Gaya bahasa adalah cara seorang penyair mengungkapkan pikiran dan
perasaannya dengan sebuah karya sastra. Slamet Mulyana (dalam Rachmat
Djoko Pradopo 2009:93) memaparkan bahwa gaya bahasa adalah susunan
perkataan yang terjadi karena perasaan yang hidup dalam hati penyair, yang
menimbulkan suatu perasaan tertentu dalam hati pembaca.
Setiap pengarang mempunyai gaya bahasa. Gaya bahasa merupakan
keistimewaan atau kekhasan yang dimiliki penyair (Moddleton Mary dalam
Rachmat Djoko Pradopo, 2009: 93). Bahasa retorika adalah sarana kepuitisan
yang berupa kata-kata yang dapat menarik perhatian pembaca dan mengajak
pembaca berkontemplasi atas hal yang diungkapkan penyair lewat karyanya.
Kalau dalam prosa ada klimaks yang merupakan puncak ketegangan, maka
dalam puisi ada sarana retorika yang mampu menciptakan ketegangan puitis
dalam diri pembaca. Hal ini terjadi karena pembaca harus memikirkan efek
yang ditimbulkan oleh puisi dan maksud yang diinginkan penyairnya.
Sejalan dengan Suminto A. Sayuti, sarana retorika merupakan tipu
muslihat yang mempergunakan susunan bahasa yang khas, sehingga pembaca
dan pendengar merasa dituntut untuk berpikir mengenai makna puisi yang
dibaca atau didengarnya (2002: 253).
Gaya retorika tiap periode berbeda-beda, tergantung corak sajaknya,
aliran, paham, serta konvensi dan konsepsi estetikanya (Rachmat Djoko
Pradopo, 2009:94). Misalnya sarana retorika Pujangga Baru menghendaki
retorika yang seimbang dan simetris dengan aliran romatis yang penuh
perasaan. Sarana Retorika yang banyak digunakan pada masa Pujangga Baru
adalah jenis tautologi, pleonasme, retorik retisene, pararelisme, dan
SHQMXPODKDQ HQXPHUDVL  $QJNDWDQ ¶ PHPLOLNL DOLUDQ UHDOLVPH GDQ
ekspresionisme sehingga sarana retorika yang digunakan adalah hiperbola,
litotes, dan penjumlahan.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Sajak-sajak yang bergaya mantra banyak menggunakan sarana retorika


pengulangan atau repetisi. Puisi mantra banyak ditulis oleh Sutardji Colzum
Bachri. Sedangkan puisi yang mengandung pemikiran filsafat banyak
menggunakan sarana retorika paradoks.
b) Pengimajian
Pengimajian adalah kata atau susunan kata-kata yang dapat memperjelas atau
memperkonkret apa yang dinyatakan oleh penyair. Melalui pengimajian, apa yang
digambarkan seolah-olah dapat dilihat (imaji visual), didengar (imaji auditif), atau
dirasa (imaji taktil). Imaji visual menampilkan kata atau kata-kata yang
menyebabkan apa yang digambarkan penyair lebih jelas seperti dapat dilihat oleh
pembaca. Imaji auditif adalah penciptaan ungkapan oleh penyair, sehingga
pembaca seolah-olah mendengarkan suara seperti yang digambarkan oleh penyair.
Imaji taktil adalah penciptaan ungkapan oleh penyair yang mampu mempengaruhi
perasaan sehingga pembaca ikut terpengaruh perasaannya (Herman J. Waluyo,
2003; 10-11).
Pilihan serta penggunaan kata-kata yang tepat dapat memperkuat serta
memperjelas daya bayang pikiran manusia dan energi tersebut dapat mendorong
imajinasi atau daya bayang pembaca untuk mewujudkan gambaran yang nyata.
Dengan menarik perhatian pembaca pada beberapa perasaan jasmani, sang
penyair berusaha membangkitkan pikiran dan perasaan para penikmat sehingga
mereka menganggap bahwa merekalah yang benar-benar mengalami peristiwa
jasmaniah tersebut (Henry Guntur Tarigan, 1984: 30).
Hal yang dilukiskan dalam imaji dapat dihayati secara nyata selama pembaca
membaca dengan sungguh-sungguh dan memahami isi dan makna sebuah puisi
(Herman J. Waluyo, 1995: 79). Sementara itu, Rachmat Djoko Pradopo (1993:
79) menyatakan imaji adalah gambaran pikiran dan bahasa yang
menggambarkannya.
c) Kata Konkret
Untuk membangkitkan imaji (daya bayang) pembaca, diperlukan kata-kata
yang konkret. Artinya, bahwa kata-kata itu dapat mengarah pada arti secara
keseluruhan. Seperti halnya pengimajian, kata konkret erat kaitannya dengan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

penggunaan bahasa kiasan dan lambang. Bila seorang penyair mahir dalam
memperkonkret kata-kata, maka pembaca seolah dapat melihat, mendengar, atau
merasakan seperti apa yang dilukiskan oleh penyair ( Herman J. Waluyo, 1995:
81). Melalui kata-kata konkret, penyair ingin menggambarkan sesuatu secara lebih
konkret. Oleh karena itu, kata-kata diperkonkret. Bagi penyair mungkin dirasa
lebih jelas karena lebih konkret, namun bagi pembaca sering lebih sulit ditafsirkan
maknanya (Herman J. Waluyo, 2003: 9)
Kata konkret adalah kata yang bila dilihat secara denotatif sama tetapi secara
konotatif tidak sama karena disesuaikan dengan kondisi dan situasi pemakainya.
Misalnya pemakaian kata-NDWD ³VHQMD´ ³VHQ\DS´ ³FDPDU´ ³EDNDX´ ³WHOXN
EHQDQJ UDMD´ GDODP VDMDN $PLU +DP]DK ³%HUGLUL $NX´ PHUXSDNDQ NDWD \DQJ
sesuai untuk mendukung makna dari puisinya (Situmorang, 1983: 20).
Berdasakan uraian di atas jelasalah bahwa yang dimaksud dengan kata konkret
adalah kata yang dapat menyarankan kepada arti yang menyeluruh. Dengan
pengkonkretan kata tersebut, pembaca dapat membayangkan secara jelas
peristiwa, keadaan, maupun sesuatu yang digambarkan penyair sehingga pembaca
dapat memahami arti puisi.
d) Bahasa Figuratif
Bahasa figuratif ialah bahasa yang bersusun atau berpigura. Bahasa figuratif
menyebabkan puisi menjadi prismatis artinya memancarkan banyak makna atau
kaya akan makna. Bahasa ini digunakan penyair untuk mengatakan sesuatu
dengan dengan cara yang tidak biasa, yakni secara tidak langsung
mengungkapkan makna. Kata atau bahasanya bermakna kias atau makna lambang
(Herman J. Waluyo, 1995: 83). Pendapat tersebut diperkuat dengan pendapat
Rachmat Djoko Pradopo (1993: 80) bahwa bahasa kias dapat menciptakan
gambaran angan atau citraan (imagery) dalam diri pembaca yang menyerupai
gambar yang dihasilkan oleh pengungkapan penyair terhadap objek yang dilihat
mata, syaraf penglihatan, atau daerah otak yang bersangkutan.
Hal senada juga diungkapkan oleh Situmorang (1983: 22) yang dimaksud
dengan figurative language atau bahasa figurative ialah cara yang dipergunakan
oleh penyair untuk membangkitkan dan menciptakan imagery dengan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

mempergunakan gaya bahasa, gaya perbandingan, gaya kiasan, gaya pelambang


sehingga makin jelas makna atau lukisan yang hendak dikemukakannya. Bahasa
figuratif dipandang lebih efektif menyatakan apa yang dimaksud penyair karena
mampu: (1) menghasilkan kesenangan imajinatif; (2) menghasilkan imaji
tambahan dalam puisi sehingga yang abstrak menjadi konkret dan puisi lebih
nikmat dibaca; (3) menambah intensitas; (mengkonsentrasikan makna yang
hendak disampaikan dan cara menyampaikan sesuatu yang banyak dan luas
dengan bahasa yang singkat. Untuk dapat memahami bahasa figurative, pembaca
harus menafsirkan kiasan dan lambang yang konvensional maupun
nonkonvensional (Herman J. Waluyo, 1995: 83).
e) Verifikasi
Verifikasi terdiri dari tiga hal yaitu rima, ritme, dan metrum.
(1) Rima
Rima yaitu pengulangan bunyi dalam puisi untuk membentuk musikalisasi
atau orkestrasi sehingga puisi menjadi menarik untuk dibaca.
Dengan pengulangan bunyi, puisi menjadi merdu jika dibaca. Untuk
mengulang bunyi ini, penyair juga mempertimbangkan lambang bunyi.
Dengan cara ini, pemilihan bunyi-bunyi mendukung perasaan dan suasana
puisi (Herman J. Waluyo, 1995: 90).
Menurut pandangan Suminto A. Sayuti, rima atau persajakan secara luas
dapat diartikan sebagai kesamaan atau kemiripan bunyi tertentu di dalam dua
kata atau lebih, baik yang kedudukannya di akhir kata, maupun yang berupa
perulangan bunyi yang sama, kemudian disusun pada jarak tertentu secara
teratur (2002: 104-105).
Suminto A. Sayuti juga menyatakan bahwa pada puisi indonesia modern,
persajakan didominasi oleh jenis persajakan anafora, yaitu suatu ulangan pola
bunyi di awal baris. Contohnya pada puisi Subagyo berikut:
...
Ah sajak ini
Mengingatkan aku kepada langit dan mega
Sajak ini mengingatkan kepada kisah dan keabadian
Sajak ini melupakan aku pada pisau dan tali
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Sajak ini melupakan pada bunuh diri


Selain persamaan anafora, sajak tengah, sajak dalam dan sajak akhir, ada
pula persamaan bunyi konsonan dan vokal. Jika persamaan bunyi tersebut
berupa pengulangan vokal, maka disebut asonansi, sedangkan yang berupa
konsonan disebut aliterasi. Contoh pengulangan asonansi, dapat dilihat pada
puisi Sapardi Djoko Damono yang peneliti ambil dari buku Berkenalan
dengan Puisi (2009: 119),
Pada Suatu Pagi Hari

Maka pada suatu pagi hari ia ingin sekali menangis sambil, berjalan
tunduk sepanjang lorong itu. Ia ingin pagi itu hujan turun rintik-rintik dan
lorong sepi agar ia bisa berjalan sendiri saja dan sambil menagis dan tak
ada orang bertanya kenapa.
...
Bentuk asonansi yang mendominasi puisi Sapardi Djoko Damono di atas
adalah vokal /i/ dan /a/. Bunyi aliterasi juga tampak pada puisi Sapardi Djoko
Damano berikut ini:
Hutan Kelabu dalam Hujan
Hutan kelabu dalam hujan
Lalu kembali kusebut kau pun kekasihku
Langit di mana berakhir setiap pandangan
Bermula keperihan rindu itu.

Temaram temasa padaku semata


Memutih dari seribu warna
Hujan senandung dalam hutan
Lalu kelabu, menyabut nyanyian.
Berdasarkan puisi Sapardi Djoko Damono di atas, terdapat banyak variasi
aliterasi. Pada bait pertama baris pertama, didominasi konsonan /m/ dan /n/.
Pada baris kedua didominasi konsonan /k/. Pun pada bait kedua, pada baris
pertama didominasi konsonan /t/, baris ketiga didominasi konsonan /n/.
Tampak indah memang puisi yang persajakannya menggunakan pengulangan
asosnansi dan aliterasi.
Hal senada juga diutarakan oleh M. Atar Semi (1993: 121) bahwa
pengaruh irama dalam puisi sangat besar, ia menyebabkan terjadinya rasa
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

keindahan, timbulnya imajinasi, munculnya daya pukau, dan lebih dari itu ia
dapat memperkuat pengertian. Pengaruh besar semacam itu akan muncul
tentunya bila irama itu terjalin secara padu dengan unsur-unsur lain.
Abdurrosyid berpendapat, rima mencakup:
(1) onomatope (tiruan terhadap bunyi, misal /ng/ yang memberikan efek
magis pada puisi Sutadji C.B.), (2) bentuk intern pola bunyi (aliterasi,
asonansi, persamaan akhir, persamaan awal, sajak berselang, sajak
berparuh, sajak penuh, repetisi bunyi [kata], dan sebagainya (Herman J.
Waluyo, 187:92) dan (3) pengulangan kata atau ungkapan
(http://abdurrosyid.wordpress.com, 20 November 2009).
(2) Ritme
Ritme yaitu pertentangan bunyi, tinggi rendah, panjang pendek, keras
lemah, yang mengalun dengan teratur dan berulang-ulang sehingga
membentuk keindahan. Situmorang (1983: 22) juga mengatakan bahwa irama
atau ritme merupakan totalitas dari tinggi rendah suara, panjang pendek suara,
cepat lambatnya suara waktu membaca atau mendeklamasikan sanjak. Ritme
terdiri dari tiga macam: (1) andane, yaitu kata yang terdiri dari dua vocal, yang
menimbulkan irama lambat; (2) allegro, yaitu kata bervokal tiga,
menimbulkan irama sedang; (3) motto allegro, yaitu kata yang bervokal empat
yang menyebabkan irama cepat.
(3) Metrum
Metrum, yaitu perulangan kata yang tetap bersifat statis (Herman J.
Waluyo, 1995: 94). Pengertian metrum menurut Rachmat Djoko Pradopo
(1993: 40) adalah irama yang tetap, pergantiannya sudah tetap menurut pola
tertentu. Rachmat Djoko Pradopo juga menambahkan bahwa penggantian
yang sudah tetap itu terjadi karena jumlah suku kata dan tekanannya sudah
tetap, sehingga alun suara yang terbentuk naik turun juga tetap.
f) Tipografi
Salah satu ciri yang membedakan puisi dengan karya sastra lain adalah pada
bentuk tulisannya atau penampilan fisiknya. Jabrohim menambahkan bahwa
tipografi merupakan pembeda yang paling mudah dilihat dalam membedakan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

puisi dengan prosa fiksi dan drama (http://www.pro-ibid.com/content/view/90/1/,


diunduh 20 November 2009).
Tipografi bagi Herman J. Waluyo disebut sebagai tata wajah puisi. Menurut
Herman J. Waluyo (2003: 13), puisi yang menampilkan tata wajah tertentu
dianggap mewakili penyair yang ingin mengungkapkan maksud tertentu pula.
Wujud visual puisi seringkali dapat memberikan petunjuk cara membacakan atau
mendeklamasikan puisi. Wujud visual atau tipografi (tata wajah puisi) memiliki
makna tersendiri dan juga merupakan sarana komunikasi penyair yang
diungkapkan gagasan penyair lewat puisinya.
Tipografi merupakan aspek visual puisi yang berupa tata hubungan dan tata
baris. Oleh sebab itu ada yang menyebutnya susunan baris dan ada pula yang
menyebutnya ukiran bentuk (Suminto A. Sayuti, 2002 :329). Tipografi juga dapat
dipertimbangkan sebagai simbol pikiran dan perasaan penyair. Suminto A. Sayuti
dalam bukunya Berkenalan dengan Puisi menyatakan bahwa secara internasional,
penyusunan tipografi yang beraneka ragam itu memiliki dua tujuan, yaitu pertama
untuk keindahan inderawi atau agar puisi itu indah dipandang. Kedua untuk
mendukung pengedepanan makna, rasa, atau suasana puisi (2002: 330).
Melalui indra mata tampak bahwa puisi tersusun atas kata-kata yang
membentuk larik-larik puisi. Larik-larik itu disusun ke bawah dan terkait dalam
bait-bait. Namun dalam kaitannya sebagai karya sastra, yang mempunyai wujud
visual yang terikat jumlah baris dan bait, ada beberapa penyair yang
menginginkan bentuk bebas pada puisinya. Akan tetapi banyak pula penyair yang
menyukai bentuk terikat (Suminto A. Sayuti, 2002: 285).
Pernyataan Suminto A. Sayuti tersebut, tidak mempengaruhi kualitas hasil
suatu karya kreatif. Sebab sebuah karya dikatakan bagus, tidak hanya dilihat dari
wujud visual yang bebas/terikat saja, tetapi juga kualitas pemilihan diksi, gaya
bahasa, sarana retorika, dan harmonisasi bunyi. Selain wujud visual yang
bebas/terikat, ada pula puisi tanpa pembaitan.puisi tanpa pembaitan mampu
manrik dan menciptakan efek segar. Puisi yang ditulis tanpa wujud pembaitan,
akan membuat pembaca merasa bahwa gagasan yang diungkapkan penyair tidak
putus. Suasana yang tampil dalam puisi akan terus ada sampai puisi itu berakhir.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Berikut adalah contoh puisi dengan wujud visual tanpa pembaitan, karya
Subagyo:
Salju
Asal mula adalah salju
Sebelum tercipta waktu
Sentuhan perawan seringan kenangan
Adalah semua yang diesbut bumi
Dan udara terus bicara
Sebab bicara tak pernah berhenti
Dan salju jatuh seperti mimpi
Angin kutub memanjang selalu
Dan meraba tanpa jari
Dan di ambang anjing belang menggonggong
Sia-sia membuka pagi.
Hanya geliat bayi sudah terasa
Pada dinding tua dekat musim binasa
Dan salju melebati hati
...
(Dari Daerah Perbatasan dalam Suminto A. Sayuti, 2002 :292-293)
Puisi yang dihadirkan penyair dalam bentuk terikat bait, jumlah baris dalam
tiap baitnya pun belum tentu sama. Kadang-kadang bait dalam puisi menunjukkan
kesatuan gagasan atau perasaan tertentu yang ingin dikomunikasikan penyair
kepada pembaca.
g) Pungtuasi
Pungtuasi merupakan bagian dari wujud visual puisi yang berkaitan dengan
ejaan dan tanda baca. Demi kepentingan kejelasan arti, maka banyak penyair yang
menggunakan ejaan sesuai aturan baku. Suminto A. Sayuti (2002: 309)
menyatakan bahwa masalah ejaan yang menjadi sorotan adalah penggunaan huruf
kapital yang tidak biasa atau tidak sesuai dengan aturan baku. Selain masalah
huruf kapital, maslah tanda baca juga sering muncul dalam puisi. Tanda baca yang
sering muncul adalah tanda baca kurung, titik dua, dan tanda penghubung yang
memeiliki makna tertentu.
Penyimpangan ejaan atau disebut deviasi grafologis. Hal ini perlu dijelaskan
karena genre sastra khususnya puisi memang berbeda dengan yang lain. Yang
PHPEHGDNDQDGDODKDGDQ\D³SHQJHGHSDQQDQ´ \DQJWHWDSGDQVLVWHPDWLV 1DPXQ
adanya pengedepanan ini bersifat fungsional dan memabawa berbagai motivasi,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

baik yang muncul dari penyair maupun pembaca. Berdasarkan pendapat Suminto
A. Sayuti, penyimpangan, baik penggunaan huruf kapital yang tidak biasa
maupun pemakaian tanda baca akan tetap bermakna selama penyimpangan-
penyimpangan tersebut memilik tiga kriteria sebagai berikut:
(1) penyimpangan tersebut berfungsi sebagai penghubung dengan faktor
lain;
(2) penyimpangan itu masih bisa mewakili gagasan yang disampaikan
penyair;
(3) penyimpangan tersebut dapat membantu pembaca menemukan nilai
estetis dan makna tertentu dari suatu puisi.
Perhatikan puisi Sapardi Djoko Damono berikut ini ditemukan penyimpangan
penggunaan huruf kapital.
Sajak Putih
Beribu saat dalam kenangan
Surut perlahan
Kita dengarkan bumi menerima tanpa mengaduh
Sewaktu detik pun jatuh

Kita dengar bumi yang tua dalam setia


Kasih tanpa suara
Sewaktu bayang-bayang kita memanjang
Mengabur batas ruang

Kita pun bisu tersekat dalam pesona


Sewaktu ia pun memanggil-manggil
Sewaktu Kata membuat kita begitu terpencil
Di luar cuaca
Dalam puisi Sapardi Djoko Damono tersebut, ditemukan huruf kapital pada
NDWD ´.DVLK´ GDQ NDWD ³.DWD´ .HGXD NDWD WHUVHEXW dapat dikatakan mengalami
SHQ\LPSDQJDQSHQXOLVDQKXUXINDSLWDOPHVNLSXQNDWD³.DLV´WHUOHWDNGLDZDOEDULV
GDQNDWD³.DWD´WHUOHWDNGLWHQJDKNDOLPDW 6XPLQWR$6D\XWL 
2) Struktur Batin Puisi
Setelah struktur fisik puisi dibahasa secara mendadalam, selanjutnya yang
akan dibahasa adalah struktur batin puisi. Struktur batin puisi atau struktur makna
mengungkapkan apa yang hendak dikemukakan oleh penyair dengan perasaan dan
suasana jiwanya (Herman J. Waluyo, 1995: 102). Makna dalam puisi tidak

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

bersifat terbuka dalam arti kata itu, tetapi berupa suatu hal sebagai implikasi
tersembunyi dari sesuatu.
Tanpa penghayatan unsur-unsur puisi yang dibangun dari dalam, mustahil
dapat memahami puisi secara benar. Struktur batin puisi merupakan isi atau
makna yang sesungguhnya ingin diekspresikan penyair melalui puisinya karena
truktur batin itu merupakan sesuatu yang tersirat di balik yang tersurat. Oleh
karena itu, pembaca harus terlibat secara mendalam, baik fisik, mental maupun
pikiran untuk mengetahui atau memahami hakikat makna sebuah puisi yang
sesungguhnya.
Menurut Richards sebagaimana yang dikutip Herman J. Waluyo (1995: 106)
menyatakan bahwa struktur batin puisi ada empat yaitu tema (sense), perasaan
penyair (feeling), nada atau sikap penyair terhadap pembaca (tone), amanat
(intention).
a) Tema
Tema adalah gagasan pokok (subject-matter) yang dikemukakan oleh penyair
melalui puisinya. Tema mengacu pada penyair. Pembaca sedikit banyak harus
mengetahui latar belakang penyair agar tidak salah menafsirkan tema puisi
tersebut. Oleh karena itu, tema bersifat khusus (diacu dari penyair), objektif
(semua pembaca harus menafsirkan sama), dan lugas bukan makna kias yang
diambil dari konotasinya (Herman J. Waluyo, 2003: 17)
Hal tersebut senada dengan pendapat Situmorang (1983: 12) bahwa setiap
puisi pasti mengandung suatu pokok persoalan (subject matter) yang hendak
dikemukakannya. Walaupun sering penyair menutup-nutupi atau menyelubungi
maksud ciptaannya, hingga pembaca harus bekerja keras untuk menafsirkannya.
Tapi pasti ada sesuatu yang hendak dikemukakannya. Jadi, jelas bahwa dengan
puisinya, penyair ingin mengemukakan sesuatu bagi pembaca. Sang penyair
melihat, mengalami beberapa kejadian dalam kehidupan masyarakat sehari-hari.
Dia ingin mengemukakan, mempersoalkan, mempermasalahkan hal-hal itu
dengan caranya sendiri. Dengan kata lain, penyair ingin mengemukakan
pengalaman pribadinya kepada para pembaca melalui puisinya (Henry Guntur
Tarigan, 1984: 10).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

b) Perasaan (feeling)
Perasaan (feeling) merupakan sikap penyair terhadap pokok persoalan yang
ditampilkannya. Perasaan penyair dapat dikenal melalui penggunaan ungkapan-
ungkapan dalam puisinya. Ungkapan-ungkapan itu menggambarkan suasana hati
penyair yang diekspresikan dan harus dapat dihayati oleh pambaca (Herman. J.
Waluto, 1995: 121). Hal tersebut sejalan dengan kenyataan bahwa setiap manusia
mempunyai sikap dan pandangan tertentu dalam menghadapi setiap pokok
permasalahan. Sikap-sikap itu mungkin saja bisa berupa kemarahan, kasihan,
simpati, acuh tak acuh, rindu, sedih, gelisah, dan lain sebagainya. Perasaan-
perasaan itulah yang dituangkan oleh penyair dalam puisinya dengan
menggunakan ungkapan-ungkapan tertentu.
Kedalaman pengungkapan tema dan ketepatan dalam menyikapi suatu
masalah tidak bergantung pada kemampuan penyair memilih kata-kata, rima, gaya
bahasa, dan bentuk puisi saja. Kedalaman pengungkapan tema lebih banyak
bergantung pada wawasan, pengetahuan, pengalaman, dan kepribadian yang
terbentuk oleh latar belakang sosiologis dan psikologis penyair.
(http://endonesa.wordpress.com/2008/09/08/puisi-definisi-dan-unsur-unsurnya/,
20 November 2009).
Jadi, perasaan adalah sikap penyair terhadap pokok persoalan yang
ditampilkan dalam puisinya, yang merupakan gambaran perasaan yang dialami
penyair pada saat menciptakan puisi. Perasaan penyair bisa pengungkapan
perasaan sedih, bahagia, malu, marah, takut, dan lain sebagainya. Perasaan dalam
puisi yang diungkapkan penyair, biasanya diungkapkan dengan bahasa simbol.
Tugas pembaca adalah memberikan makna pada bahasa simbol yang digunakan
penyair.
c) Nada dan Suasana
Nada berhubungan dengan suasana, karena nada menimbulkan suasana
tertentu pada pembacanya. Suasana adalah keadaan jiwa pembaca, sikap pembaca
setelah membaca atau akibat psikologis yang ditimbulkan puisi terhadap pembaca
(Herman J. Waluyo, 1995: 125). Hal senada, diungkapkan oleh Henry Guntur

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Tarigan (1984: 13) bahwa nada adalah sikap penyair terhadap pembaca puisi yang
berkenaan dengan pokok persoalan yang dikemukakan dalam puisinya.
Mengenai bentuk bahasa atau pengungkapannya Herman J. Waluyo (1995:
125) menjelaskan dalam menulis puisi, penyair memiliki sikap tertentu yang
ditujukan kepada pembacanya, apakah penyair itu bersikap menggurui, angkuh,
membodohkan, rendah hati, mengejek, menyindir atau bersikap lugas hanya
menceritakan sesuatu kepada pembaca.
d) Amanat (pesan)
Amanat yang hendak disampaikan oleh penyair dapat ditelaah setelah
pembaca memahami tema, rasa, dan nada puisi itu. Meskipun penyair tidak secara
khusus dan jenaka mencantumkan amanat dalam puisinya. Amanat tersirat di
balik kata dan tema yang diungkapkan penyair Herman J. Waluyo (1995: 130)
amanat adalah maksud yang hendak disampaikan atau imbauan, pesan, tujuan
yang hendak disampaikan penyair melalui puisinya. B. P. Situmorang (1983: 16)
juga menambahkan bahwa tujuan atau amanat yang hendak dikemukakan oleh
penyair banyak bergantung kepada pekerjaan, cita-cita, pandangan hidup dan
keyakinan yang dianut oleh penyair. Sehingga timbullah sanjak-sanjak yang
bersifat didaktis, religius, filosofis dan lain-lain.
3. Analisis Semiotik Puisi
Hadirnya pendekatan struktural semiotik karena adanya ketidakpuasan di
kalangan kritikus sastra terhadap keterbatasan pendekatan struktural yang mutlak
dan statis (A. Teeuw, 1984:103). Analisis struktural yang statis dan mutlak biasa
disebut pendekatan struktural murni. Menurut Rachmat Djoko Pradopo (2009:
124) analisis struktural puisi hanya mengkaji unsur intrinsik puisi saja, tanpa
mengaitkan dengan hal-hal nyata di luar karya sastra.
Munculnya pendekatan strukturalisme dinamis yang berdasar pada semiotik
(A. Teeuw, 1984) karena ketidakpuasan para kritikus sastra pada pendekatan
struturalisme murni. Adalah Jan Mukarovsky dan Felix Vodicka yang mencoba
memahami karya sastra secara utuh dengan pendekatan strukturalisme dinamis
yang berdasar pada analisis semiotik. Suyitno menyatakan bahwa konsep semiotik
yang mendasari pendekatan strukturalisme dinamis tersebut adalah teori C. Sander
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Peirce dan Ferdinad De Saussure. Seperti yang dikutip Suyitno dari Pierce bahwa
ada tiga kelas konsep tanda dalam hubungannya antara arti dan yang memberi arti
suatu hal. Ketiga kelas tersebut antara lain: ikon, indeks, dan simbol.
a. Fungsi ikon, yaitu tanda yang menunjuk dengan hal yang ditandai ada
hubungan persamaan.
b. Indeks, yaitu tanda yang mempunyai hubungan sebab akibat.
c. Simbol, yaitu tanda yang bersifat arbitrer (Suyitno, 2009: 226).
Suyitno (2009: 226) pun mengutip penyataan dari Sausure yang menyebut
studi tentang tanda sebagai semiologi atau ilmu tanda. Tanda merupakan kesatuan
antara dua aspek yang tidak dapat dipisahkan, yaitu antara signifiant (Penanda
atau yang memberi tanda) dan signifie (konsep kemaknaan atau aspek yang
ditandai atau diartikan). Namun, antara kedua pakar semiotik tersebut juga
ditemukan persamaan konsep. Saussure juga menambahkan bahwa konsep
semiotik bersifat arbitrer sama dengan yang diungkapkan Peirce dengan istilah
simbol. Saussure dalam Suyitno (2009: 226) juga menambahakan bahwa tanda
juga bersifat sistematis dan konvesional. Rachmat Djoko Pradopo (2009: 118)
memaparkan bahwa strukturalisem semiotik adalah pendekatan karya sastra yang
merupakan gabungan dari pendekatan struktural dan semiotik. Apabila
pendekatan strukturalis menganalisis unsur-unsur dalam sajak saling
berhubungan, maka analisis semiotik meliha karya sastra sebagai struktur tanda
yang mempunyai makna dan bersistem. Analisis semiotik adalah cara memahami
suatu karya sastra (dalam hal ini puisi) dengan memberi makna kepada teks puisi
dengan menggunakan sistem tanda yang menggunakan bahasa sebagai media
penyampai ide/gagasan penyair (Rachmat Djoko Pradopo, 2009: 118-121).
Berdasarkan pendapat para pakar di atas, peneliti dapat mengambil kesimpulan
atas dasar teori Peirce, bahwa yang terpenting dari analisis semiotik adalah
pengertian tanda itu sendiri, fungsi tanda, dan dan bahasa yang terdapat dalam
puisi.
Kajian SemiRWLN3XLVL³7DPX´.DU\D6XEDJLR6DVWURZDUGR\R
Oleh: Umar Khalid.
Lelaki yang mengetuk pintu pagi hari
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

sudah duduk di ruang tamu. Aku baru


bangun. Tapi rupanya ia tidak
merasa tersinggung waktu aku belum
mandi dan menemui dia. Rambutku masih
kusut dan pakaianku hanya baju kumal
dan sarung lusuh.
³$NXPDXPHQMHPSXW´NDWDQ\DSDVWL
seolah-olah aku sudah berjanji sebelumnya
dan tahu apa rencananya.
³%XNDQNDKLQLWHUODOXSDJL"´WDQ\DNXUDJX
³'LDVXGDKPHQXQJJX´,DQDPSDNWDNVDEDU
dan tak senang dibantah. Aku belum tahu
VLDSD\DQJLDPDNVXGNDQGHQJDQ³GLD´
tetapi sudah bisa kuduga siapa.
³7HWDSLDNXSHUOXZDNWXXQWXNEHUSLVDK
dengan keluarga. Terlalu kejam untuk
meninggalkan mereka begitu saja. Mereka
DNDQPHQFDUL´
Nampaknya tamu itu begitu angkuh seperti
tak mau dikecilkan arti. Siapa dapat lolos
dari tuntutannya.
Sebelum aku sempat berbenah diri ia telah
menyeret aku ke kendaraannya dan aku dibawanya
ODULHQWDKNHPDQDNHVRUJDDWDXNHQHUDND"´
$QDOLVLV VHPLRWLND SXLVL ³7DPX´ EHUWXMXDQ XQWXN PHQJXQJkap makna atau
JDJDVDQGLEDOLNWDQGD \DLWXWHNVSXLVL 'DODPPHPDKDPLSXLVL³7DPX´GHQJDQ
menggunakan kajian semiotik melalui tahap-tahap diantaranya: 1) analisis
heuristik yaitu analisis yang didasarkan pada konvensi bahasa yang bersifat
mimetik atau tiruan alam yang membangun arti yang berserakan. Kajian ini
didasarkan pada pemahaman yang lugas berdasarkan denotatif. 2) Selanjutnya,
yaitu tahap analisis hermeneutik yaitu analisis yang bermuara pada ditemukannya
satuan makna puisi secara utuh.
JuGXO SXLVL ³7DPX´ PHQLPEXONDQ VXDWX SHPLNLUDQ DGD PDNQD \DQJ
tersembunyi di balik judul yang tentunya sang pengarang tidak sia-sia
memberikan judul tersebut. Dilihat dari kata yang lugas itu, dapat diketahui bahwa
µWDPX¶ PHPSXQ\DL DUWL   RUDQJ \ang datang berkunjung (melawat dan
sebagainya) ke tempat orang lain atau ke perjamuan; 2) orang yang datang untuk
menginap (di hotel), untuk membeli-beli (di toko).

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

$QDOLVLV SXLVL ³7DPX´ GLODNXNDQ WLDS-tiap narasi karena pengarang


menggunakan bentuk kalimat-kalimat yang sempurna maupun hampir sempurna
secara gramatikal. Maka analisisnya menurut kalimat-kalimat berikut ini:
(1) Lelaki yang mengetuk pintu pagi hari sudah duduk di ruang tamu.
(2) Aku baru bangun.
(3) Tapi rupanya ia tidak merasa tersinggung waktu aku belum mandi dan
menemui dia.
(4) Rambutku masih kusut dan pakaianku hanya baju kumal dan sarung lusuh.
(5) ³$NX PDX PHQMHPSXW´ NDWDQ\D SDVWL VHRODK-olah aku sudah berjanji
sebelumnya dan tahu apa rencananya.
(6) ³%XNDQNDKLQLWHUODOXSDJL"´WDQ\DNXUDJX
(7) ³'LDVXGDKPHQXQJJX´
(8) Ia nampak tak sabar dan tak senang dibantah.
(9) $NX EHOXP WDKX VLDSD \DQJ LD PDNVXGNDQ GHQJDQ ³GLD´ WHWDSL VXGDK ELVD
kuduga siapa.
(10) ³7HWDSL DNX SHUOX ZDNWX XQWXN EHUSLVDK GHQJDQ NHOXDUJD Terlalu kejam
untuk meninggalkan mereka begitu saja. Mereka akan mHQFDUL´
(11) Nampaknya tamu itu begitu angkuh seperti tak mau dikecilkan arti.
(12) Siapa dapat lolos dari tuntutannya.
(13) Sebelum aku sempat berbenah diri ia telah menyeret aku ke kendaraannya
dan aku dibawanya lari entah ke mana.
(14) NHVRUJDDWDXNHQHUDND"´
a. Berikut LQL$QDOLVLV+HXULVWLN3XLVL³7DPX´
1) ³/HODNL\DQJPHQJHWXNSLQWXSDJLKDULVXGDKGXGXNGLUXDQJWDPX´
Lelaki yang mengetuk pintu, berarti seorang laki-laki yang bertamu
dengan mengetuk pintu. Pagi hari menunjukkan waktu tamu itu datang.
Sudah duduk di ruang tamu berarti tamu tersebut sudah masuk rumah dan
duduk di ruang tamu.
2) ´$NXEDUXEDQJXQ´
.DOLPDWLWXPHQXQMXNNDQEDKZDWRNRK³DNX´EDUXEDQJXQWLGXUNDUHQD
hari waktu itu masih pagi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

3) ³7DSLUXSDQ\DLDWLGDNPHUDVDWHUVLQJJXQJZDNWXDNXEHOum mandi dan


PHQHPXLGLD´
Kata-kata yang diucapkan tuan rumah itu menandakan bahwa dari
gelagatnya tamu itu tidak merasa tersinggung ketika tuan rumah
menemuinya dalam keadaan belum mandi. Dalam norma masyarakat,
menemui tamu dalam keadaan belum mandi adalah hal yang tidak sopan
dan dianggap tidak menghormati tamu.
4) ³5DPEXWNX PDVLK NXVXW GDQ SDNDLDQNX KDQ\D EDMX NXPDO GDQ VDUXQJ
OXVXK´
Tuan rumah seperti menyampikan alasan bahwa ia belum siap
kedatangan tamu. Keadaan tuan rumah digambarkan baru saja bangun tidur
dan belum sempat mandi terlihat rambutnya kusut dan masih memakai
pakaian tidurnya yaitu baju kumal dan sarung lusuh.
5) ³$NX PDX PHQMHPSXW´ NDWDQ\D SDVWL VHRODK-olah aku sudah berjanji
sebelumnya dan tahu apa rencananya.
Si tamu mengatakan bahwa ia akan menjemput tuan rumah seolah-olah
tuan rumah sudah mempunyai janji dan mengetahui rencananya, padahal
tuan rumah tidak mengetahui bahwa tamu itu akan datang dan mau
menjemputnya.
6) ³%XNDQNDKLQLWHUODOXSDJL"´WDQ\DNXUDJX
Tuan rumah menyatakan bahwa kedatangan tamu tersebut msih terlalu
pagi. Tuan rumah tidak menyangka akan kedatangan tamu di waktu pagi.
7) ³'LDVXGDKPHQXQJJX´
³'LDVXGDKPHQXQJJX´PHUXSDNDQMDZDEDQGDULWDPXDWDVSHUWDQ\DDQ
tuan rumah. Jawaban itu menunjukkan bahwa ada seseorang yang sudah
menunggu tuan rumah.
8) Ia nampak tak sabar dan tak senang dibantah.
Dari kata-kata tamu Dia sudah menunggu!, dan dari gelagatnya
menunjukkan bahwa si tamu kelihatan tidak sabar dan tidak senang
dibantah. Hal itu merupakan reaksi atas alasan yang dilontarkan tuan rumah
³%XNDQNDKLQLWHUODOXSDJL"´
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

9) $NXEHOXPWDKXVLDSD\DQJLDPDNVXGNDQGHQJDQ³GLD´WHWDSLVXGDKELVD
kuduga siapa.
Ketika tamu menyatakan Dia sudah menunggu!, tuan rumah merasa
bahwa ia belum tDKXVLDSD³GLD´\DQJGLPDNVXGNDQROHKWDPX7HWDSLWXDQ
UXPDKVXGDKPHQGXJDVLDSD³GLD´
10) ³7HWDSLDNXSHUOXZDNWXXQWXNEHUSLVDKGHQJDQNHOXDUJD7HUODOXNHMDP
XQWXNPHQLQJJDONDQPHUHNDEHJLWXVDMD0HUHNDDNDQPHQFDUL´
Tuan rumah menyadari bahwa ia akan pergi dengan tamu untuk
EHUWHPX GHQJDQ ³GLD´ 2OHK NDUHQD LWX WXDQ UXPDK PHQJDWDNDQ EDKZD LD
perlu waktu untuk berpisah dengan keluarganya agar keluarganya tidak
mencarinya. Tuan rumah merasa dirinya kejam apabila tidak berpamitan
dahulu kepada keluarganya.
11) Nampaknya tamu itu begitu angkuh seperti tak mau dikecilkan arti.
Menanggapi permintaan tuan rumah untuk berpamitan dengan
keluarganya dahulu, tamu itu merasa tidak mau tahu karena mereka harus
pergi saat itu juga. Tamu itu terlihat angkuh dan seakan-akan memaksa tuan
rumah utntuk segera pergi dengannya.
12) Siapa dapat lolos dari tuntutannya.
Menyadari sikap tamu, tuan rumah merasa bahwa ia tidak bisa menolak
ajakan tamu untuk pergi saat itu juga tanpa ia sempat berpamitan kepada
keluarganya.
13) Sebelum aku sempat berbenah diri ia telah menyeret aku ke
kendaraannya dan aku dibawanya lari entah ke mana.
Sebelum tuan rumah sempat untuk bersiap-siap, tamu itu sudah
menyeretnya, berarti tamu itu memaksa tuan rumah untuk pergi dengannya.
Tuan rumah diajak tamu ke kendaraannya dan ia tidak tahu akan di bawa
kemana.
14) ´NHVRUJDDWDXNHQHUDND"´
Pernyataan terakhir ini merupakan penutup narasi, kata-kata dari tuan
rumah berbentuk pertanyaan, akan dibawa ia oleh tamu itu. Dibawa ke sorga
atau ke neraka.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

b. Tahap Analisis Hermeneutik.


0HPDNQDL SXLVL ³7DPX´ GL DWDV MXVWUX GDSDW GLODNXNDQ GHQJDQ OHELK PXGDK
GHQJDQ PHOLKDW SDGD EDULV WHUDNKLU \DLWX NH VRUJD DWDX NH QHUDND"´ 'HQJDQ
mengetahui arti lugas sorga dan neraka dapat diungkapkDQ EDKZD WRNRK ³DNX´
GLMHPSXWROHKWDPXXQWXNGDWDQJNHVRUJDDWDXQHUDND+DOLQLEHUDUWLWRNRK³DNX´
harus meninggalkan dunia untuk kemudian menuju akhirat melalui kematian.
Lelaki yang mengetuk pintu dapat diartikan sebagai utusan Tuhan, yakni
malaikat yang akan menjemput setiap manusia. Waktu kedatangannya yang pagi
hari menunjukkan bahwa malaikat datang dengan tiba-tiba, tanpa diketahui
PDQXVLD /HELK ODQMXW ODJL PHODOXLSHQFHULWDDQ ³$NXEDUXEDQJXQ´PHQDQGDNDQ
bahwa setiap manusia tidak pernah siap untuk menghadapi kedatangan malaikat
(menghadapi kematian). Malaikat sendiri tidak peduli apa kegiatan manusia ketika
malaikat harus mencabut nyawanya. Malaikat juga tidak peduli apakah manusia
siap menghadapi kematian atau tidak. Hal ini tergambar dalam kata-NDWD ³7DSL
UXSDQ\DLDWLGDNPHUDVDWHUVLQJJXQJZDNWXDNXEHOXPPDQGLGDQPHQHPXLGLD´
Sesungguhnya kematian dapat menjemput manusia kapan saja dan dimana
saja. Sesungguhnya setiap manusia menyadari bahwa ia akan menghadapi
kematian kemudian menghadap kepada Tuhan. Meskipun seringkali manusia
melalaikan perihal kematian yang sewaktu-waktu bisa menjemputnya dikarenakan
ia disibukkan oleh urusan dunia.
Kematian bisa menjemput tiba-tiba, sehingga tidak ada waktu sedikitpun
untuk sekedar berpamitan kepada keluarga. Kematian juga tidak bisa dimajukan
atau ditangguhkan. Hal ini tergambar dalam bait: Nampaknya tamu itu begitu
angkuh seperti tak mau dikecilkan arti. Setiap manusia juga tidak mungkin bisa
lolos dari kematian, karena tiap jiwa pasti akan mengalami kematian (Siapa dapat
lolos dari tuntutannya).
Kematian akan menjemput setiap manusia baik manusia itu senang atau tidak.
%DKNDQ GHQJDQ EDKDVD NLDVDQ NHPDWLDQ LWX ³PHPDNVD´ PDQXVLD XQWXN LNXW
dengannya. Kelanjutan setelah kematian adalah akhirat yang hanya ada dua
pilihan yaitu sorga atau neraka. Semua manusia tentu akan mengalami mati.
Manusia tinggal menunggu giliran saja.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

c. Tema dan Amanat Puisi


Berdasarkan hasil analisis di atas dapat dinyatakan bahwa penulis ingin
menyampaikan sebuah amanat penting terkait dengan kematian. Penulis ingin
mengingatkan semua orang bahwa kematian bisa datang kapan saja dan di mana
saja. Oleh karena itu, setiap orang hendaknya mempersiapkan bekal menuju
akhirat. 3HQXOLV PHQXOLV SXLVL ³7DPX´ LQL GLPXQJNLQNDQ NDUHQD DGDQ\D
keprihatinan terhadap masyarakat yang terlalu sibuk dengan urusan dunia,
bergaya hidup hedonisme, materialisme, dan melalaikan urusan akhirat.
B. PENELITIAN RELEVAN
Kajian semiotik merupakan kajian di berbagai bidang disiplin ilmu, salah satu
disiplin ilmu tersebut adalah sastra. Penelitian yang relevan dengan penelitian
yang peneliti laksanakan adalah penelitian yang dilakukan oleh Indah Sri Rahayu
yang berjudul Syair Burung: Suntingan Teks dan Analisis Semiotik Riffaterre.
Penelitian ini relevan dengan penelitian yang peneliti laksanakan karena peneliti
menggunakan pendekatan yang sama, yaitu semiotik Riffaterre.
Penelitian relevan yang kedua dilakukan oleh Sri Sulastri mahasiswa SI
jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah Universitas
Muhamadiyah Surakarta. Sri Sulastri menganalisis karya sastra dengan
pendekatan semiotik. Judul penelitian tersebut adalah Aspek Moral dalam
Kumpulan Cerpen In Memoriam X Karya A. R. Loebis: Tinjauan Semiotik
Analisis data yang digunakan oleh Sri Sulastri adalah analisis semiotik dengan
menggunakan 2 tahapan, yaitu heuristik dan hermeneutik. Analisis heuristik
adalah analisis berdasarkan struktur bahasanya atau secara semiotik adalah
berdasarkan konvensi sistem semiotik tingkat pertama. Analisis hermeneutik
adalah analisis karya sastra berdasarkan sistem semiotik tingkat kedua atau
berdasarkan konvensi sastranya. Analisis hermeneutik adalah analisis ulang
(retroaktif) sesudah analisis heuristik dengan memberi konvensi sastranya
(Riffaterre dalam Rachmat Djoko Pradopo, 2003: 135).
Penelitian relevan yang ketiga adalah 0DNQD GDODP  3XLVL ´0EHOLQJ´
Karya Remy Sylado: Kajian Semiotika yang dilakukan oleh Santi Titik Lestari.
Penelitian ini menggunakan pendekatan semiotik dengan mengkaji tanda dalam
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

puisi Mbeling karya Remy Sylado untuk menemukan makna yang terkadung
dalam 13 puisi tersebut.
C. KERANGKA BERPIKIR
Kerangka berpikir merupakan alur berpikir yang dipergunakan dalam
penelitian yang digambarkan secara menyeluruh dan sistematis setelah
mempelajari teori yang mendukung. Karya sastra memiliki unsur intrinsik dan
ekstrinsik serta nilai pendidikan yang bermanfaat bagi manusia. Namun tak hanya
itu, karya sastra adalah sebuah tanda yang memiliki makna yang dilambangkan
dengan simbol, ikon, dan indeks. Unsur intrinsik yang terkandung dalam karya
sastra dapat dikatakan baik apabila antarunsur intrinsik yang meliputi tema,
amanat, persajakan, bahasa yang figuratif, dan lain-lain dapat saling berhubungan
dan membentuk satu kesatuan yang utuh. Untuk memperoleh makna keseluruhan
dari karya sastra, unsur-unsur pembentuknya harus berhubungan dan
berkesinambungan. Pendekatan semiotik dapat menjadi salah satu cara
menganalisis unsur-unsur intrinsik pada karya sastra dan mendeskripsikan makna
semiotik dari tiap kata yang digunakan penyair dalam menulis karyanya.
Setelah menganalisis unsur intrinsik suatu karya sastra yang berupa tema dan
amanat, maka untuk memperoleh makna karya tersebut secara utuh, peneliti juga
menganalisis puisi dengan teori Riffaterre, yaitu menggunakan analisis secara
heuristik dan analisis retroaktiif (hermeneutik) Analisis heuristic adalah analisis
pada tahap pertama. Pada analisis ini input pembaca adalah kompetensi linguistik,
termasuk asumsi bahasa bersifat referential, kemampuannya mencermati
ketidaksesuaian (incompatibility) antara kata-kata bahwa ada kata atau frase yang
tidak dapat diartikan secara literal sehingga membutuhkan pemahaman secara
kiasan, dan bahwa kompetensi linguistik bukan satu-satunya faktor yang terlibat.
Pada tahap analisis ini mimesis dipahami secara penuh.
Analisis hermeneutik adalah analisis tahap kedua. Pada tahap ini pembaca
meninjau, merevisi, dan membandingkan ke belakang apa yang baru saja
dibacanya. Mugiyatno. 2008 menyatakan
´NHWLGDNJUDPDWLNDODQ\DQJDGDGDODPWHNVVHVXQJJXKQ\DHNXLYDOHQYDULDQ
dari matriks strutkural yang sama. Teks dengan demikian merupakan efek
dari variasi atau modulasi satu strutkur tematik, simbolik, atau apapun dan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

hubungan yang dipertahankan ke satu struktur ini membentuk


significance´
Setelah analisis heuristik dan hermeneutik selesai dan pemaknaan utuh puisi
telah terbentuk, maka penelitian ini selesai. Hasil penelitian ini dapat digunakan
oleh guru bahasa Indonesia sebagai salah satu bahan pembelajaran apresiasi sastra
di kelas X SMA. Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti lakukan dengan guru
SMAN 1 Gemolong, pendekatan semiotik diharapkan mampu meningkatkan
apresiasi peserta didik terhadap karya sastra.
Kerangka berpikir yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:

Puisi-puisi dalam buku teks Bahasa Indonesia kelas


X SMA dari penerbit Erlangga dan Yudhistira

Struktur fisik puisi:


diksi, bahasa
figuratif, aliterasi,
Analisis (Struktur Analisis makna puisi asonansi, tipografi,
batin puisi) amanat dengan Pendekatan rima, kata konkret,
dan tema puisi semiotik Riffaterre dan verifikasi

Analisis Analisis
heuristik hermeneutik
puisi puisi

Makna utuh puisi-puisi dalam buku teks bahasa


Indonesia kelas X SMA dari penerbit Erlangga
dan Yudhistira

Gambar 1: Alur Kerangka Berpikir Analisis Semiotik Puisi

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang dilaksanakan dengan studi
pustaka, sehingga tidak terikat oleh tempat dan waktu penelitian. Objek yang
dikaji adalah naskah puisi, yaitu puisi-puisi yang ada dalam buku teks Bahasa
Indonesia kelas X SMA. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari 2011 dan
berakhir pada bulan Mei 2011, dengan rincian sebagai berikut:
Tabel 1. Rincian Waktu dan Jenis Kegiatan
No Waktu Januari Februari Maret April Mei
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Jenis
Kegiatan
1. Pengajuan x x x x x x
Proposal
penelitian
2. Pengurusan x x
surat izin
penelitian
3 Persiapan x x
instrumen dan
alat penelitian
4 Pengumpulan x x x
data
5 Analisis Data x x x x x x
Penyusunan x x x x x x
laporan
penelitian

B. Bentuk dan Strategi Penelitian


Bnrtuk dan strategi penelitian ini adalah deskriptif kualitatif, yaitu dengan
membuat deskripsi secara sistematis, faktual, akurat, dan mengenal fakta-fakta
dan hubungan sebab akibat dengan objek yang diteliti. Penelitian ini
menggunakan pendekatan semiotika sastra untuk menganalisis puisi-puisi yang
ada dalam buku teks Bahasa Indonesia kelas X SMA dengan mempertimbangkan

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

unsur tema, amanat Dengan pendekatan semiotika, peneliti dapat mengetahui


makna dari puisi-puisi dalam buku teks Bahasa Indonesia kelas X SMA dan
membantu guru menyediakan materi ajar yang berkualitas baik dan variatif.
C. Sumber Data
Dokumen, yaitu puisi-puisi yang ada dalam buku teks Bahasa Indonesia
kelas X SMA dari 2 penerbit, yaitu Erlangga dan Yudhistira. Puisi dari buku
penerbit Erlangga ada sebelas puisi dan tujuhbelas puisi dari buku penerbit
Yudhistira.
D. Teknik Sampling (Cuplikan)
Teknik sampling yang digunakan adalah Purpossive Sampling, yaitu sampel
yang pemilihannya didasarkan atas ciri-ciri atau sifat-sifat tertentu yang
dipandang mempunyai sangkut-paut yang erat dengan tujuan penelitian.
Purpossive Sampling adalah pengambilan data yang dilakukan dengan cara
memilih informan yang dianggap mengetahui informasi dan masalahnya secara
mendalam dan dapat dipercaya untuk menjadi sumber data yang mantap (H. B.
Sutopo, 2006 : 56).
Peneliti menggunakan teknik ini dengan tujuan dapat memperoleh data
yang tepat dan akurat, sehingga memperoleh hasil yang diharapkan. Sampel
dalam penelitian ini adalah puisi-puisi dalam buku teks bahasa Indonesia kelas X
SMA. sebelas puisi dari buku teks karangan Mafrukhi, dkk yang berjudul
Kompeten Berbahasa Indonesia Kelas X SMA, penerbit Erlangga dan tujuhbelas
puisi dari buku teks bahasa Indonesia karangan Paulus Tukan, yaitu Mahir
Berbahasa Indonesia Kelas X SMA dari penerbit Yudhistira. Alasan peneliti
memilih dua penerbit tersebut karena buku teks dari Yudhistira dan Erlangga
memiliki kualitas yang baik, materi di dalam buku tersebut sudah sesuai dengan
KTSP terbukti dengan SKKD yang sesuai aturan BSNP. Kedua buku tersebut juga
sesuai dengan standar ISI 2006, dan banyak digunakan sebagai buku pegangan
siswa dan guru di sekolah.
E. Teknik Pengumpulan Data
Edi Subroto (1992 : 42) menyatakan bahwa teknik pengumpulan data
merupakan cara yang digunakan untuk memperoleh data yang berkualitas.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Sumber data dalam penelitian kualitatif dapat berupa manusia, peristiwa,


dokumen, arsip, dan benda-benda lain. Dalam penelitian ini sumber data pokok
adalah sebelas puisi dari buku teks karangan Mafrukhi, dkk yang berjudul
Kompeten Berbahasa Indonesia Kelas X SMA, penerbit Erlangga dan tujuhbelas
puisi dari buku teks bahasa Indonesia karangan Paulus Tukan, yaitu Mahir
Berbahasa Indonesia Kelas X SMA, dari penerbit Yudhistira. Sebagai dasar
teoretis, peneliti menggunakan buku-buku teori semiotika dan pengkajian puisi.
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah studi pustaka dengan teknik
analisis dokumen yang berupa puisi-puisi di buku teks Bahasa Indonesia kelas X
SMA dari 2 penerbit, yaitu Erlangga dan Yudhistira. Langkah-langkah
pengumpulan data sebagai berikut:
1. membaca puisi-puisi yang ada dalam buku teks Bahasa Indonesia kelas X
SMA dari 2 penerbit, yaitu Erlangga dan Yudhistira;
2. Memahami maksud puisi-puisi yang ada dalam buku teks Bahasa Indonesia
kelas X SMA dari 2 penerbit, yaitu Erlangga dan Yudhistira baik dari unsur
intrinsik, yang meliputi tema dan amanat;
3. mencatat unsur-unsur intrinsik, hasil analisis unsur intrinsik, yang meliputi
tema dan amanat yang telah dipahami dan ditangkap dari puisi-puisi yang
ada dalam buku teks Bahasa Indonesia kelas X SMA dari 2 penerbit
tersebut.
4. menganalisis makna semiotik yang terkandung dalam puisi-puisi yang ada
dalam buku teks Bahasa Indonesia kelas X SMA dengan analisis heuristik
sampai analisis hermeneutik kemudian mencatatnya;
5. terakhir menyusun laporan hasil penelitian.
F. Validitas Data
Menurut H. B. Sutopo (2006: 92) validitas data merupakan jaminan bagi
kemantapan simpulan dan tafsiran makna sebagai hasil penelitian.terdapat
beberapa cara yang biasanya dipilih untuk mengembangkan validitas (kesahihan)
data penelitian. Penelitian ini menggunakan teknik validitas data triangulasi.
Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

sesuatu yang lain di luar data untuk keperluan pengecekan atau sebagai
pembanding terhadap hal tersebut (Moleong, 2004: 330).
Peneliti dalam penelitian ini menggunakan jenis triangulasi sebagai berikut:
1. triangulasi teori, yaitu melakukan penelitian terhadap topik yang sama dan
datanya dianalisis dengan menggunakan teori yang berbeda.
2. review informan digunakan untuk membandingkan data hasil pengamatan pada
puisi-puisi yang ada dalam buku teks Bahasa Indonesia kelas X SMA dari 2
penerbit, yaitu Erlangga dan Yudhistira dengan data hasil konsultasi dengan
ahli sastra.
H. B. Sutopo (2006: 99) menyatakan bahwa dalam pelaksanaan review
informan diperlukan suatu diskusi agar kesamaan pemahaman dari peneliti dan
informannya dapat dicapai. Saat peneliti dan informannya berdiskusi, peneliti
tidak boleh menguasai atau mengarahkan pola pikir informannya untuk mengikuti
pemahaman peneliti. Peniliti juga tidak boleh begitu saja mengikuti pola pikir
informnannya. Diskusi mengenai analisis data harus benar-benar jujur dan natural
Peneliti mendiskusikan dan mengonsultasikan hasil analisis yang telah peneliti
selesaikan kepada Bandung Mawardi (Pakar Semiotik) untuk menguji ketepatan
hasil analisis puisi.
G. Teknik Analisis Data
Penelitian ini menggunakan metode analisis semiotik yang terdiri atas
analisis heuristik dan hermeneutik.
Analisis heuristik adalah analisis berdasarkan struktur bahasanya atau secara
semiotik berdasarkan konvensi sistem semiotik tingkat pertama (Riffatere
dalam Racmat Djoko Pradopo, 2003: 135). Analisis ini mengacu pada konvensi
kebahasaan. Pembaca melakukan penafsiran struktur kebahasaan (tanda
linguistik) secara referensial. Bahasa yang digunakan merupakan penanda yang
dihubungkan dengan referennya, yaitu hal-hal nyata. Realisasi dari analisis
heuristik adalah parafrase puisi, analisis tanda secara referensial dan gaya
bahasa yang digunakan. Dengan demikian analisis heuristik menghasilkan arti
(meaning).

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Analisis hermeneutik adalah analisis ulang dengan memberikan intepretasi


yang disebut sebagai sistem analisis semiotik tingkat kedua yakni berdasarkan
konvensi sastra. Penafsiran hermeneutik yaitu analisis yang bermuara pada
ditemukannya satuan makna puisi secara utuh. Dalam analisis hermeneustik yang
dikaji adalah bahasa kias yang ada dalam teks puisi (dalam
http://umarkhalid33sastra.blogspot.com).
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
analisis jalinan atau mengalir (Flow model of analysis) yang meliputi tiga
komponen, yaitu:
1. Reduksi data (data reduction), yaitu kegiatan memilih data yang sesuai dengan
objek kajian penelitian. Pada bagian ini, yang dilakukan oleh peneliti adalah
mencatat semua data yang diperoleh dalam bentuk uraian yang terperinci. Data
yang diamati berupa baris-baris puisi yang trecantum daalm buku teks Bahasa
Indonesia kelas X SMA dari 2 penerbit, yaitu Erlangga dan Yudhistira.
Mendeskripsokan maksud dari puisi-puisis tersebut, baik dari unsur tema,
amanat, serta makna semiotik pada setiap kata.
2. Penyajian Data (Data Display), yaitu menyusun informasi secara teratur dan
terperinci agar mudah dipahami dan dianalisis.
Kegiatan analisis data yang dilakukan adalah:
a. menganalisis data yang berupa teks puisi dari buku teks Bahasa
Indonesia kelas X SMA dari 2 penerbit, yaitu Erlangga dan Yudhistira.
Setelah analisis data diperoleh, maka akan diperoleh deskripsi tentang
tema, amanat, dan makna semiotik di tiap kata yang terkandung dalam
puisi-puisi yang ada dalam buku teks Bahasa Indonesia kelas X SMA
dari 2 penerbit, yaitu Erlangga dan Yudhistira.
b. Selanjutnya peneliti menyumbangkan hasil penelitian ini sebagai bahan
ajar untuk siswa kelas X SMA.
3. Penarikan kesimpulan
Penarikan kesimpulan, yaitu dengan menyusun kesimpulan dari data yang
sudah diperoleh sejak awal penelitian. Simpulan ini masih bersifat sementara,
untuk itu perlu adanya verifikasi( penelitian kembali tentang kebenaran laporan)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Selama penelitian berlangsung, yaitu sejak awal sampai akhir, ketiga


komponen di atas saling berkaitan. Untuk lebih jelasnya, lihat gambar analisis
data model mengalir menurut Milles Matthew, B. dan Huberman, A. Michael
(1994: 10) berikut!

MASA PENGUMPULAN DATA

REDUKSI DATA

SEBELUM SELAMA SESUDAH

DISPLAY DATA Analisis Data


SELAMA SESUDAH

Penarikan Kesimpulan/ verifikasi


SELAMA SESUDAH

Gambar 2. Model Analisis Mengalir

H. Prosedur Penelitian
1. Pengumpulan data yang berupa teks puisi dari buku teks Bahasa Indonesia
kelas X SMA dari 2 penerbit, yaitu Erlangga dan Yudhistira, menyeleksi
serta memilah data yang berupa naskah puisi yang telah dikumpulkan
berdasarkan objek yang akan Dianalisis, yaitu tentang unsur unsur tema dan
amanat, serta makna semiotik yang terkandung dalam puisi-puisi di buku
teks Bahasa Indonesia kelas X SMA dari 2 penerbit, yaitu Erlangga dan
Yudhistira.
2. Menganalisis data yang telah diperoleh.
3. Menarik kesimpulan.
4. membuat laporan penelitian.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data
Data yang menjadi objek penelitian ini adalah semua puisi yang ada di dalam
buku teks bahasa Indonesia kelas X SMA dari penerbit Erlangga dan Yudhistira.
Jumlah puisi yang ada di buku teks bahasa Indonesia penerbit Erlangga adalah
sebelas puisi dengan penyair yang berbeda dan tema yang beragam. Puisi yang
ada di buku teks bahasa Indonesia penerbit Yudhistira berjumlah tujuhbelas
dengan pengarang dan tema yang juga berbeda. Berikut adalah judul-judul puisi
beserta pengarangnya:
1. sebelas puisi dari buku teks bahasa Indonesia penerbit Erlangga
a. Anak-anak Indonesia karya Ahmadun Yosi Herfanda
b. Terjebak Dilema karya Silvia Rianti A.
c. Tanah Kelahiran 1 karya Ramadhan K. H.
d. Perahu Layar karya Darmanto Jatman
e. Stasiun Tugu karya Taufik Ismail
f. Senja di Pelabuhan Kecil (buat: Sri Ajati) Karya Chairil Anwar
g. Potret Tukang Sampah karya Eka Budianta
h. Matahari-matahari! Karya Muchtar Lubis
i. Perempuan-perempuan Perkasa karya Hartoyo Andangjaya
j. Ibunda Tercinta karya Umbu Landu Paranggi
k. Surat dari Ibu karya Asrul Sani
2. tujuh belas puisi dari buku teks bahasa Indonesia penerbit Yudhistira
a. Candi Muara Jambi Karya Dimas Arika Miharja
b. Bantimurung Karya Ras Agaffar
c. Malam Mulai Bercerita oleh Isna
d. Bagaimana karya Oc. Mandank
e. Mandalawangi-Pangrango karya Soe Hok Gie
f. Dalam Pasang karya Abdul Hadi W. M.
g. Daun dan Air Mata karya Ary Andreas Toelle
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

h. Menyesal karya Ali Hasjimi


i. Perkabungan di Laut Timur karya Hamdy Salad
j. Bunga Krisan tentang Pemanjat-pemanjat Gunung karya Mars Mattola
k. Ibu karya K. H. A. Mustofa Bisri
l. Narkotik karya Siti Rohaya
m. Gaun Burung Gagak karya Dorothea Rosa Herliany
n. Kuantar Kau sampai Stasiun Senen karya Aslan A. Abidin
o. Dermaga Rindu karya Moh. Hamzah Arsa
p. Insyaf karya Amir Hamzah
q. Rindu di Malam Takbiran karya Isna
B. Analisis Tema dan Amanat Puisi
1. Anak-anak Indonesia karya Ahmadun Yosi Herfanda
kehilangan ladang di kampung mereka
anak-anak indonesia merangkak
di lorong-lorong gelap kota
berjejal mereka di gerbong-gerbong
kereta api senja
terimpit dalam bus-bus kota
tanpa jendela
anak-anak Indonesia akan digiring
ke manakah mereka
bagai berjuta bebek mereka bersuara
menyanyi lagu tanpa syair dan nada
sebelum matahari terbit, anak-anak Indonesia
berderet di tepi-tepi jalan raya, menggapai-gapaikan
tangan mereka ke gedung-gedung berkaca
yang selalu tertutup pintu-pintunya
dari pagi hingga sore mereka antre lowongan kerja
tapi lantas dibuang ke daerah transmigrasi

terusir dari tanah kelahiran (demi bendungan


dan lapangan golf, katanya) anak-anak Indonesia
tercecer di pasar-pasar kota, di kaki-kaki hotel
dan biro-biro ekspor tenaga kerja
anak-anak Indonesia akan dibawa kemanakah
ketika bangku-bangku sekolah bukan lagi dewa
yang bisa menolong nasib mereka

(Dikutip dari Horizon dalam Kompeten Berbahasa


Indonesia kelas X SMA, 2006: 78)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

a. Tema
Tema puisi Anak-anak Indonesia di atas adalah kritik sosial, yaitu tentang
perampasan hak asasi manusia untuk mendapatkan kehidupan yang layak. Tema
kritik sosial tersebut didukung oleh baris puisi yang menyebutkan bahwa anak-
anak Indonesia mendapat perlakuan buruk di tanah kelahiran mereka. Mereka
justru diusi dari kampung tempat mereka tinggal yang masih sah menjadi miliki
mereka. Berikut baris puisi yang mendukung tema kritik sosial puisi Anak-anak
Indonesia.
terusir dari tanah kelahiran (demi bendungan
dan lapangan golf, katanya) anak-anak Indonesia
tercecer di pasar-pasar kota, di kaki-kaki hotel
dan biro-biro ekspor tenaga kerja
....
.DWD ³NDNL-NDNL KRWHO´ PHQ\LPERONDQ NDODX anak-anak Indonesia yang
memiliki keterampilan dan pendidikan yang memadai tetap saja kehidupannya di
bawah garis kemiskinan atau hidup menggelandang. Kemudian baris yang
EHUEXQ\L ³GDQ ELUR-ELUR HNVSRU WHQDJD NHUMD´ PHQDQGDNDQ EDKZD DQDN-anak
Indonesia tadi lebih memilih menjadi TKI ke luar negeri daripada di Indonesia
hanya menganggur. Tema kritik sosial juga didukung oleh pernyataan Bandung
Mawardi yang menyatakan bahwa kritik sosial terkadang dapat diungkapkan
dengan puisi. Bandung Mawardi juga mengatakan bahwa puisi ini merupakan
refleksi kesenjangan antara kaum borjuis dengan kaum buruh. Yang mempunyai
uang dan kecerdasan tentu akan masuk kaum borjuis. Kaum buruh adalah
golongan orang-orang terbelakang secara kualitas pendidikan dan lemah secara
ekonomi.
b. Amanat
Amanat yang ingin disampaikan penyair lewat baris-baris puisi Anak-anak
Indonesia di atas, yaitu agar pemerintah daerah mampu mengembangkan daerah
mereka sehingga anak-anak muda yang tinggal di daerah/kota kecil dapat
mendapatkan pekerjaan dan penghidupan yang layak. Namun perlu diingat pula
bahwa mencari penghidupan yang layak tidak harus di kota kelahiran mereka,
dalam puisi tersebut adalah daerah pinggiran kota. Justru anak-anak muda dari
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

daerah/kota kecil harus mampu mengembangkan dan membangun daerah-daerah


tertinggal di luar pulau Jawa. Pemerintah sudah benar bila menerapkan sistem
transmigrasi untuk mewujudkan hal tersebut. Pemerintah juga harus tetap
memperhatikan dan mengontrol aktivitas usaha/bisnis para pengusaha yang
hendak membangun daerah-daerah terpencil sehingga kegiatan usaha mereka
tidak mengganggu kehidupan penduduk setempat. Di bawah ini adalah baris yang
mendukung pernyataan bahwa sebaiknya para pemuda yang datang dari kota-kota
kecil itu ditransmigrasi ke luar Jawa
...
dari pagi hingga sore mereka antre lowongan kerja
tapi lantas dibuang ke daerah transmigrasi
Baris di atas juga menjelaskan bahwa mencari pekerjaan di Jakarta sangat
sulit sehingga leboh baik mereka ditransmigrasi ke luar Jawa sambil membangun
daerah-daerah lain di Indonesia yang masih tertinggal. Pernyataan peneliti
tersebut sejalan dengan pernyataan Bandung Mawardi yang menjadi informan
penelitian ini. Bandung Mawardi mengatakan bahwa puisi ini memiliki pesan
bahwa jangan takhluk dengan modernisasi. Banyak orang yang diperbudak oleh
pabrik-pabrik. Puisi ini menyiratkan agar kaum muda yang masih produktif lebih
baik menciptakan lapangan pekerjaan bukan mengemis pekerjaan.
2. Terjebak Dilema karya Silvia Rianti A.
2 jam sepekan sekolah
disuapi English Grammar. . . tetek begek subbahasan
present tense! Past! Future! Perfect . . . plus beberapa
formula kalimat positif, negatif, juga interogatif . . .
semua harus dihafal sampai pemakaian to be dan auxiliry-nya

2 jam berikutnya masih sepekan sekolah


Dijejali English vocabulary serba sulit pelafalannya
mulai adjective! Noun! Verb! Preposition! Hingga
conjunction! Belum lagi idiomatic, exprestion, dan adverb
yang bercabang menjadi adverb of time, frequency, manner
cuma adverb of palce yang mudah
semua harus diingat tanpa kecuali memegang kamus panduan Oxford
Learner Pocket Dictionary

2 jam selanjutnya masih sepekan sekolah


Praktik English conversation dengan teman sebangku . . . kadang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Discussion dan debate yang melibatkan otak, hati, dan liur


Itulah . . . 6 jam sepekan sekolah. Bahasa Inggris selalu masuk agenda
XWDPD´'HPLPDVDGHSDQJHQHUDVLPXGD´NDWDQ\D
Tapi, nampaknya semua terjebak dilema. Siswa menjunjung
Tinggi bahasa Inggris dan menginjak-injak bahasa Indonesia . . .
Siapa yang salah????

(Dikutip dari Horizon dalam Kompeten Berbahasa


Indonesia kelas X SMA, 2006: 82).
a. Tema
Puisi Terjebak Dilema karya Silvia Rianti A. Bertema keprihatinan terhadap
keberadaan bahasa Indonesia makin dinomorduakan oleh bangsa Indonesia.
Pernyataan peneliti tersebut berdasarkan kutipan 3 baris terakhir berikut ini
....
Tapi, nampaknya semua terjebak dilema. Siswa menjunjung
Tinggi bahasa Inggris dan menginjak-injak bahasa Indonesia . . .
Siapa yang salah????
Tiga baris terakhir puisi di atas menggambarkan keberadaan bahasa Indonesia
yang mulai tergusur oleh bahasa asing, khsusnya bahasa Inggris. Belajar bahasa
Inggris memang dapat menunjang masa depan sehingga lebih berkualitas. Akan
tetapi, dengan jam pelajaran bahasa Inggris yang melebihi jam pelajaran bahasa
Indonesia menyebabkan kedudukan bahasa Indonesia sedikit tergeser. Peserta
didik lebih bangga apabila berbicara menggunakan bahasa Inggris meskipun
bahasanya sulit dipelajari. Bukan salah peserta didik apabila mereka lebih bangga
dengan bahasa Inggris dan bukan salah guru juga karena mereka hanya
menjalankan kurikulum yang telah diatur pemerintah. Di satu sisi, bahasa Inggris
penting untuk dipelajari, di sisi lain akibat mempelajari bahasa Inggris, kedudukan
bahasa Indonesia menjadi tergeser.
b. Amanat
Amanat yang ingin disampaikan penyair lewat puisi yang berjudul Terjebak
Dilema di atas adalah agar para siswa yang mendapat pelajaran bahasa Inggris
lebih banyak dibandingkan bahasa Indonesia, tidak melupakan kedudukan bahasa
Indonesia sebagai alat komunikasi dan bahasa pengantar. Bahasa Indonesia tetap
menjadi kebanggaan meskipun bahasa asing kini banyak mendominasi istilah-
istilah di berbagai bidang kehidupan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Puisi Terjebak Dilema ini sangat relevan dengan keseharian siswa SMA.
Puisi ini menggambarkan kesulitan para siswa ketika mempelajarai seluk-beluk
bahasa Inggris, muali dari grammar sampai conversation. Kesluitan itu
menimbulkan dilema tersendiri di hati para siswa, antara menguasai bahasa
Inggris dan menjunjung tinggi bahasa Indonesia.
Puisi ini dapat dijadikan materi pembelajaran apresiasi puisi sebab temanya
sangat relevan dengan keseharian siswa SMA, tidak hanya siswa kelas X SMA
saja, siswa kelas XI dan XII pun dapat menggunakan puisi ini sebagai bahan
belajar mereka.
3. Tanah Kelahiran 1 karya Ramadhan K. H
Seruling di pasir ipis, merdu
antara gundukan pohon pina
tembang menggema di dua kaki.
Burangrang-Tangkubanprahu
Jamrut di pucuk-pucuk,
Jamrut di air tipis menurun.
Membelit tangga di tanah merah,
dikenal gadis-gadis dari bukit.
Nyanyian kentang sudah digali,
Kenakan kebaya ke pewayangan
Jamrut di pucuk-pucuk,
jamrut di hati gadis menurun.

(Dikutip dari Herman J. Waluyo dalam Kompeten


Berbahasa Indonesia kelas X SMA, 2006: 15-16)
a. Tema
Tema puisi yang berjudul Tanah Kelahiran 1 ini adalah tentang keindahan
alam pegunungan dan perayaan pascapanen. Puisi tersebut mengeksplorasi
keindahan alam pegunungan Tangkubanprahu. Berikut baris yang mendukung
pernyataan tersebut.
Seruling di pasir ipis, merdu
antara gundukan pohon pina
tembang menggema di dua kaki.
Burangrang-Tangkubanprahu
Puisi ini juga menceritakan tentang perayaan pascapanen. Dalam perayaan
panen tersebut para gadis mengenakan pakaian kebaya dan mereka menari-nari
sambil diringi alunan suara seruling. Tarian yang mereka mainkan adalah tentang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

kisah para wanita pemetik teh dan buruh pemanen kentang. Pernyataan peneliti
tersebut berdasarkan kutipan baris-baris berikut,
Jamrut di pucuk-pucuk,
Jamrut di air tipis menurun.
Membelit tangga di tanah merah,
dikenal gadis-gadis dari bukit.
Nyanyian kentang sudah digali,
Kenakan kebaya ke pewayangan
Bandung Mawardi pun sepakat dengan pernyataan peneliti. Beliau
menambahkan bahwa suara seruling menggambarkan kesederhanaan para
penduduk desa di bawah bukit Burangrang dan Tangkubanprahu. Seruling dengan
alunan yang merdu menggambarkan keharmonisan tatanan sosial manyarakat desa
yang selalu menjaga dan berterima kasih pada alam.
b. Amanat
Puisi Tanah kelahiran 1 ini menggambarkan suaana pegunungan yang sejuk
dan penuh hamparan kebun teh yang luas dengan gadis-gadis pemetik teh. Puisi
ini mengisyaratkan agar manusia senantiasa menjaga keindahan dan kelestarian
alam sebab dari sanalah sumber kehidupan manusia. Baris yang mendukung
pernyataan tersebut adalah:
....
Nyanyian kentang sudah digali,
Kenakan kebaya ke pewayangan
Jamrut di pucuk-pucuk,
jamrut di hati gadis menurun.
Para petani kentang mulai memanen kentang. Bagi para petani di daerah
pegunungan, kentang dan kebun teh adalah hasil pertanian yang menjadi sumber
SHQJKDVLODQ PHUHND 0HQXUXW %DQGXQJ 0DZDUGL ´MDPUXW´ DGDODK ODPEDQJ
pucuk-pucuk dau teh yang menjadi sumber pengahsilan bagi para wanta pemetik
teh.
4. Perahu Layar karya Darmanto Jatman
Kembang layar kembang
sibak air, ukir wajah laut.
Kembang layar kembang
tabur langit, remangi langit

pada nelayan aku berteriak lantang:


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

ai, Abang, Abang


pasang layar, Abang, pasang layar
lalu hati meronta berdoa kepada Tuhan:
o, Tuhan, bawalah manusia ini ke tempat taburan ikan
biar hati beriak menyusuri kehidupan

lalu dengan alun aku pun menembang:


kembang layar kembang
laju ke ujung bumi, batas langit dan laut.

(Dikutip dari Kompeten Berbahasa Indonesia kelas


X SMA, 2006: 16-17)
a. Tema
Puisi Perahu Layar karya Darmanto Jatman di atas memiliki tema tentang
kehidupan para nelayan. Baris yang mendukung pernyataan tersebut adalah,
lalu hati meronta berdoa kepada Tuhan:
o, Tuhan, bawalah manusia ini ke tempat taburan ikan
biar hati beriak menyusuri kehidupan
Bila dianalisis secara hermeneutik, baris tersebut menyiratkan doa yang
dipanjatkan oleh seseorang kepada para nelayan yang sedang melaut. Kehidupan
nelayan memang keras, mereka harus berjuang menjelajah laut untuk mencari
ikan sebagai sumber penghasilan mereka.
b. Amanat
Puisi tersebut ditulis untuk para nelayan yang gigih mempertahankan
hidupnya. Sang penyair ingin menyampaikan pesan kepada para nelayan bahwa
meskipun hidup mereka sulit dan keras karena selalu berhadapan dengan
ganasnya laut, tetapi para nelayan itu harus terus berjuang sebab di tangan para
nelayan itulah kehidupan keluarga mereka bergantung. Puisi ini dapat
menginspirasi orang untuk berusaha secara maksimal. Seorang nelayan pun berani
mempertarukan nyawa bergulat dengan ganasnya ombak demi anak dan istri,
mengapa yang diberi kehidupan lebih nyaman dan aman tanpa harus bergulat
dengan bahasa tidak pernah bersyukur. Belajar dari profesi nelayan, itulah amanat
dari Darmanto Jatman. Pernyataan Bandung Mawardi pun sama bahwa pekerjaan
sebagai nelayan sama saja mempertaruhkan nyawa demi rupiah yang tidak
seberapa. Perjuangan para nelayan ini patut dicontoh oleh peserta didik peserta
didik jadi lebih bersyukur dan terdorong keinginannya meraih puncak kehidupan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

5. Stasiun Tugu karya Taufik Ismail


Tahun empat puluh tujuh, suatu malam di bulan Mei
Ketika kota menderai dalam gerimis yang renyai
Di tiang barat lentera merah mengerjap dalam basah
Menunggu perlahan naiknya tanda penghabisan

Keleneng andong terputus di jalan berlinangan


Suram ruang stasiun berada dan tempat menunggu
Truk menunggu dan laskar berlagu-lagu perjuangan
Di Tugu seorang ibu menunggu, dua anak dipangku.

Berhentilah waktu di stasiun Tugu, malam ini


Di suatu malam yang renyai, tahun empat puluh tujuh
Para penjemput kereta Jakarta yang penghabisan
Hujan pun aneh di bulan Mei, tak kunjung teduh

Di tiang barat lentera mengerjap dalam basah


Anak perempuan itu dua tahun, melengkap dalam pangkuan
Malam makin lembab, kuning gemetar lampu stasiun
$QDNQ\DPDVLKPHQ\DQ\L´6DWX7XMXK'HODSDQ7DKXQ´

Udara telah larut ketika tanda naik pelan-pelan


Seluruh penjemput sama tegak, memandang ke arah barat
Ibu menjaga anaknya yang kantuk dalam lena
Berkata: lambaikan tanganmu dan panggillah Bapa

Wahai ibu muda, seharian atap-atap kota untukmu berbasah


Karena kezaliman militer pagi tadi terjadi di Klender
Seluruh republik menundukkan kepala, nestapa, dan resah
Uap ungu berdesir menyeret gerbong jenazah terakhir

(Dikutip dari Kompeten Berbahasa Indonesia kelas


X SMA, 2006: 104-105)

a. Tema
Puisi Taufik Ismail ini bertema tentang tragedi kemanusian atau peperangan.
Peperangan yang telah menyebabkan banyak pahlawan yang gugur. Baris puisi
yang menandakan bahwa tema puisi ini peperangan, yaitu:
Wahai ibu muda, seharian atap-atap kota untukmu berbasah
Karena kezaliman militer pagi tadi terjadi di Klender
Seluruh republik menundukkan kepala, nestapa, dan resah
Uap ungu berdesir menyeret gerbong jenazah terakhir

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Kutipan bait terakhir tersebut menggambarkan kedukaan yang dialami


seluruh bangsa Indonesia karena peperangan belum juga usai. Peperangan justru
menambah korban jiwa yang tidak berdosa. Banyak ibu kehilangan anak, istri-istri
kehilangan suami, dan anak-anak yang kehilangan ayah.
Baris terakhir di atas juga menjelaskan maksud dari puisi Stasiun Tugu bahwa
puisi tersebut merupakan kesimpulan atas peristiwa yang terjadi di Stasiun Tugu.
Seorang ibu dan anaknya sedang menunggu sebuah kereta. Awalnya peneliti
mengira bahwa kereta yang dimaksud adalah kereta penumpang biasa. Namun
setelah membaca bait terakhir, peneliti menyimpulkan bahwa kereta yang
dimaksud adalah kereta jenazah para pahalawan yang gugur dalam peperangan di
Klender Jakarta siang itu. Pernyataan peneliti diperkuat oleh pendpat Bandung
Mawardi yang menyatakan bahwa tema puisi ini bertema tragedi kemanusia yang
disebabkan konflik antara bangsa Indonesia dengan pemerintah Jepang tentang
kemerdekaan RI. Penyair hendak menggambarkan kedukaan keluarga para
pahlawan yang gugur dalam peperangan di Klender Jakarta.
b. Amanat
Puisi Stasiun Tugu ini ditulis oleh Taufik Ismail untuk mengenang jasa para
pahlawan yang gugur dalam medan perang di Klender, Jakarta. Taufik Ismail
ingin memberikan penghormatan terakhir untuk para pahlawan bangsa itu.
Penyair juga berpesan kepada seluruh bangsa Indonesia agar turut berduka cita
untuk para pahlawan, mengenang jasa-jasa mereka, dan meneruskan perjuangan
mereka meskipun Indonesia telah merdeka. Merdeka dari penjajahan memang
sudah didapat sejak tanggal 17 Agustus 1945. Akan tetapi kemerdekaan dari
pemerintahan yang korup dan merdeka dari kemiskinan belum dinikmati bangsa
Indonesia. Lewat puisi inilah, Taufik Ismail ingin seluruh bangsa Indonesia
menengok ke masa lalu, betapa keras dan berat perjuangan para pahlawan. Bangsa
Indonesia saat ini, cukup meneruskan saja.
Puisi Stasiun Tugu ini menurut peneliti cocok digunakan sebagai materi ajar
apresiasi puisi kelas SMA sebab dapat meningkatkan rasa nasionalisme para
peserta didik. Puisi ini membantu peserta didik mempelajarai sejarah. Biasanya
pelajaran sejarah sangat membosankan, maka apabila puisi dijadikan materi ajar
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

untuk sejarah akan membuat peserta didik menyukai pelajaran ini. Begitu pun
untuk pelajaran bahasa Indonesia, puisi ini dapat melatih kepekaan hati peserta
didik sebab banyak bahasa simbol yang digunakan penyair. Bahasa simbol itu
contihnya, gerimis, lentera merah, uap ungu, keleneng andong, dan lain-lain.
6. Senja di Pelabuhan Kecil (buat: Sri Ajati) Karya Chairil Anwar
Ini kali tidak ada yang mencari cinta
di antara gudang, rumah tua, pada cerita
tiang serta temali. Kapal, perahu tiada berlaut
menghembus diri dalam mempercaya mau berpaut

Gerimis mempercepat kelam. Ada juga kelepak elang


menyinggung muram, desir hari lari berenang
menemu bujuk pangkal akanan. Tidak bergerak
dan kini tanah dan air tidur hilang ombak.

Tiada lagi. Aku sendiri. Berjalan


menyisir semenanjung, masih pengap harap
sekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalan
dari pantai keempat, sedu penghabisan bisa terdekap

(Dikutip dari Kompeten Berbahasa Indonesia kelas


X SMA, 2006: 105-106)
a. Tema
Puisi berjudul Senja di Pelabuhan Kecil LQL EHUWHPD ´NHSXWXVDVDDQ GDQ
NHSDVUDKDQEXQXKGLUL´GLEXNWLNDQGHQJDQNXWLSDQEDULVVHEDJDLEHULNXW
Tiada lagi. Aku sendiri. Berjalan
menyisir semenanjung, masih pengap harap
sekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalan
dari pantai keempat, sedu penghabisan bisa terdekap.
Kata kuncinya adalah pantai. Pantai adalah batas antara hidup dan mati. Si
aku sudah mempunyai firasat bahwa dia akan segera mati meinggalkan Sri Ayati
kekasihnya. Bandung Mawardi menambahkan puisi ini juga menandakan bahwa
akhir dari sesuatu itu adalah sebuah takdir. Takdir disimbolkan oleh kata
´JHULPLV´7XKDQEHUMKDNPHQXUXQNDQJHULPLV LWXGL PDQDSXQ'LDPDX%HJLWX
pula dengan takdir. Setiap manusia telah diberikan takdirnya.
b. Amanat
Puisi berjudul Senja di Pelabuhan Kecil karya Chairil Anwar ini menyiratkan
suatu kegalauan, keputusasaan dan rasa ingin mati. Si aku merasa kalau dia sudah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

diambang batas antara hidup dan mati. Dia hendak berpamitan dengan sang
kekasih (Sri Ajati). Perhatikan kutipan bait di bawah ini!
Gerimis mempercepat kelam. Ada juga kelepak elang
menyinggung muram, desir hari lari berenang
menemu bujuk pangkal akanan. Tidak bergerak
dan kini tanah dan air tidur hilang ombak.
NDOLPDW´*HULPLVPHPSHUFHSDWNHODP´DGDODKNDWDNXQFLXQWXNPHQJXQJNDS
pesan yang ingin disampaikan Chairil. Kata gerimis melambangkan takdir yang
tidak dapat ditolak manusia. Gerimis datangnya dari langit. Tidak seorang pun
yang mampu menolak gerimis. Gerimis bebas saja memilih tempat dia turun.
Seperti itulah takdir Tuhan. Apabila saatnya mati maka manusia tidak bisa
menolak takdir itu.
7. Potret Tukang Sampah karya Eka Budianta
Dengan perut lapar dan harapan kosong
Aku menelanmu, Jakarta
Kukunyah-kunyah sebuah mikrolet tua
Onggokan sampah telah jadi menu utamaku
Roda gerobak adalah sendok dan garpu

Tuhan, jangan beri aku uang


Baunya lebih kecut ketimbang sampahku
Mendingan di bayang-bayang pohon mangga
Aku menyiapkan cerita untuk anak cucu
Untukmu, Jakarta
Untuk pengemudi bajaj, penyalur genteng
Dan pedagang kaki lima

Jakarta, seribu tahun genap sudah


Engkau masih compang-camping, luka-luka
Tangis bayi dan jerit wanita di mana-mana
Bianglala di atas perkampungan
Bikin cinta terbakar dalam perut lapar

(Dikutip dari Kompeten Berbahasa Indonesia kelas


X SMA, 2006: 106)
a. Tema
Puisi Potret Tukang Sampah karya Eka Budianta ini bertema kritik sosial dan
pembunuhan terhadap diri sendiri. Pembunuhan terhadap diri sendiri maksudnya
banyak orang yang pergi ke kota. Namun setelah sampai di kota mereka hanya
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

menjadi gelandangan karena tidak memiliki keahlian apapun. Kritik sosial


terhadap pemerintah kota Jakarta yang belum maksimal mengelola kota Jakarta
sehingga banyak warganya yang hidup miskin. Pernyataan peneliti tersebut
didasari oleh kutipan bait terakhir puisi tersebut, yaitu.
Jakarta, seribu tahun genap sudah
Engkau masih compang-camping, luka-luka
Tangis bayi dan jerit wanita di mana-mana
Bianglala di atas perkampungan
Bikin cinta terbakar dalam perut lapar
Berdasarkan bait terakhir di atas, dapat pula peneliti jelaskan bahwa
meskipun usia Jakarta sudah tua, namun kondiri fisik kotanya belum rapi. Masih
ada perkampungan kumuh tempat tinggal para warga miskin. Warga miskin yang
yang tinggal di perkampungan kumuh itu adalah warga dari desa-desa
berurbanisasi ke Jakarta untuk mencari kehidupan yang lebih layak. Bandung
Mawardi mengatakan bahwa seseorang apabila sudah urbanisasi ke kota dia juga
harus siap hidup keras. Kesempatan menjadi kaya sebenarnya tidak hanya terdapat
di kota, tetapi juga kembangkan daerah asal sehingga mampu membuat daya tarik
bagi wisatawan.
b. Amanat
Puisi yang berjudul Potret Tukang Sampah ini menyiratkan bahwa sang
penyair ingin pembaca puisi ini sadar bahwa masih banyak manusia yang hidup
kekurangan dan miskin. Si tukang sampah merasa kecewa dengan kondisi Jakarta
yang masih kacau baik dari aspek soaial maupun ekonomi. Bahkan si tukang
sampah menolak diberi uang. Dia menolak bukan karena ia tidak mau diberi rizki
oleh Tuhan. Dia menolak uang yang bukan dari hasil kerjanya memungut
sampah.si tukang sampah mementingkan kehalaln dalam mendapatkan uang.
Pernyataan peneliti tersebut berdasarkan kutipan berikut,
Tuhan, jangan beri aku uang
Baunya lebih kecut ketimbang sampahku
Mendingan di bayang-bayang pohon mangga
Aku menyiapkan cerita untuk anak cucu
Berdasarkan kutipan di atas, peneliti dapat menjelaskan pula bahwa si tukang
sampah setelah bekerja memungut sampah, lebih baik dia menulis cerita untuk
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

anak cucunya tentang Jakarta. Dia ingin anak cucunya di masa yang akan datang
tidak mengalami hal yang dia alami. Dia ingin anak cucunya dapat hidup lebih
baik di kota Jakarta di masa yang akan datang. Penyair ingin membuat pembaca
puisi ini agar lebih peduli dengan orang-orang yang hidup dalam garis
kemiskinan.
Penyair juga hendak menyampaikan pesan kepada manusia agar manusia
tidak mempunya keahlian apapun jangan sekali-sekali pindah ke kota untuk hidup
di sana. Bandung Mawardi mrnambahkan bahwa Hjrah ke kota. Kota adalah
pembunuh. Kota adalah barang konsumtif. Kota adalah penyakit. Pernyataan
Bandung Mawardi tersebut sesuai dengan bait terakhir puisi tersebu.
8. Matahari-matahari! Karya Muchtar Lubis
Engkau yang tiap hari
Menyinari bumi kami
Dan mengatur siang dan malam kami
Engkau bersinar pada saat ini
Ketika kami berkumpul mencari

Apa yang harus kami lakukan


Untuk masa kini dan masa depan
Bangsa indonesia, anak-anak kami
anak-anak cucu kami dan cucu-cucu mereka
sinarilah hati kami dan pikiran kami

agar menjadi terang benderang


hingga kami dapat melakukan
yang perlu kami lakukan
agar generasi sesudah kami, anak-anak dan cucu-cucu kami
dapat meneruskan langkah bangsa kami
ke masa depan yang sudah menunggu di balik pintu waktu

Ya, Allah, ampunilah dosa-dosa kami

(Dikutip dari Horizon dalam Kompeten Berbahasa


Indonesia kelas X SMA, 2006: 106-107)
a. Tema
Puisi yang berjudul Matahari-matahari ini bertema tentang doa/permohonan
kepada Tuhan. Pernyataan tersebut dibuktikan dengan kutipan baris
´<D$OODKDPSXQLODKGRVD-GRVDNDPL´

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Kutipan baris di atas, umumnya adalah kalimat penutup yang diucapkan


setelah berdoa kepada Tuhan. Permintaan/ doa yang dipanjatkan oleh seorang
hamba kepada Tuhannya yang meminta kepada Tuhan selalu memberikan kasih
sayangnya kepada bangsa Indonesia, memberikan kemakmuran, kesejahteraan.
Pernyataan peneliti tersebut didasarkan pada kutipan di bawah ini,.
agar menjadi terang benderang
hingga kami dapat melakukan
yang perlu kami lakukan
agar generasi sesudah kami, anak-anak dan cucu-cucu kami
dapat meneruskan langkah bangsa kami
ke masa depan yang sudah menunggu di balik pintu waktu.
b. Amanat
Amanat yang ingin disampaiakan penyair lewat puisinya adalah sebagai
bangsa Indonesia dan sebagai hamba Allah yang beriman, hendaknya harus selalu
ingat pada Tuhan dan memohon ampun pada Allah, Tuhan umat islam. Yang
mengatur waktu dan yang memberi rizki bukanlah matahari melainkan Tuhan.
Siang hari adalah simbol waktu untuk manusia mencari dunia dan saat malam saat
kembali mencari Tuhan.
9. Perempuan-perempuan Perkasa karya Hartoyo Andangjaya
Perempuan-perempuan yang membawa bakul di pagi buta
Dari manakah mereka
Ke satsiun kereta mereka datang dari bukit-bukit desa
Sebelum peluit kereta pagi terjaga
Sebelum hari bermula dalam pesta kerja

Perempuan-perempuan yang membawa bakul dalam kereta


Ke manakah mereka
Di atas roda-roda baja mereka berkendara
Mereka berlomba dengan surya menuju gerbang kota
Merebut hidup di pasar-pasar kota

Perempuan-perempuan perkasa yang membawa bakul di pagi buta


Siapakah mereka
Mereka ialah ibu-ibu berhati baja, perempuan-perempuan perkasa
Akar-akar yang melata dari tanah perbukitan turun ke kota
Mereka cinta kasih yang bergerak menghidupi desa demi desa

(Dikutip dari Kompeten Berbahasa Indonesia kelas


X SMA, 2006: 216)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

a. Tema
Puisi Perempuan-perempuan Perkasa karya Hartoyo Andangjaya ini bertema
kehidupan wanita-wanita desa. Pernyataan tersebut peneliti dasarkan pada kutipan
bait puisi di bawah ini.
Perempuan-perempuan yang membawa bakul di pagi buta
Dari manakah mereka
Ke satsiun kereta mereka datang dari bukit-bukit desa
Sebelum peluit kereta pagi terjaga
Sebelum hari bermula dalam pesta kerja
Berdasarkan kutipan bait pertama di atas, peneliti dapat menjelaskan bahwa
penyair menceritakan kehidupan wanita-wanita desa yang perkasa yang setiap
pagi buta berjalan menuruni bukit, membawa bakul-bakul berisi hasil pertanian,
menuju ke kota untuk dijual di pasar. Perempuan-perempuan perkasa tersebut
sudah mulai bekerja sejak sebelum matahari terbit, ketika orang-orang masih
terlelap tidur. Permepuan-perempuan itu berjuang demi keluarga mereka dan
kehidupan seluruh masyarakat di desanya. Perempuan-perempuan itulah yang
menjual kebutuhan-kebutuhan hidup para warga kota dan para warga desa lain.
Pernyataan tersebut peneliti temukan pada kutipan berikut.
....
Akar-akar yang melata dari tanah perbukitan turun ke kota
Mereka cinta kasih yang bergerak menghidupi desa demi desa
Menghidupi desa demi desa maksudnya adalah menjual hasil pertanian yang
merupakan kebutuhan hidup para warga masyarakat. Puisi ini mengingatkan
manusia atas jasa-jasa permepuan-perempuan yang erjualan di pasar. Mereka
berjuang sejak matahari belum terbit, ketika pada umumnya semua orang masih
terlelap. Ibu-ibu perkasa itu selalu ikhlas menjalankan perannya sebagai ibu-ibu
yang berjualan sayur di pasar demi tercukupinya kebutuhan warga kota.
b. Amanat
Lewat puisi Perempuan-perempuan Perkasa tersebut, penyair ingin
mengingatkan manusia agar selalu mengharagi perjuangan perempuan-perempuan
pembawa bakul yang berjualan di pasar-pasar kota. Sebenarnya mereka memiliki
kehidupan yang berat. Mereka harus bangun pagi-pagi sekali setiap hari. Turun
dari bukit membawa bakul-bakul berisi hasil pertanian untuk dijual di pasar kota.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Penyair ingin supaya pembaca tidak meremehkan peran perempuan dalam setiap
aspek kehidupan. Terkadang perempuan memiliki kekuatan yang lebih dibanding
laki-laki.
10. Ibunda Tercinta karya Umbu Landu Paranggi
Perempuan tua itu senantiasa bernama:
Duka derita dan senyum yang abadi
Tertulis dan terbaca jelas kata-kata puisi
Dari ujung rambut sampai telapak kaki

Perempuan tua itu senantiasa bernama:


Korban, terima kasih, restu, dan ampunan
Dengan tulus setia telah melahirkan
Berpuluh lakon, nasib sejarah manusia

Perempuan tua itu senantiasa bernama:


Cinta kasih sayang, tiga patah kata purba
Di atas pundaknya setiap anak tegak berdiri
Menjangkau bintang-bintang dengan hatinya dan janjinya

(Dikutip dari Kompeten Berbahasa Indonesia kelas


X SMA, 2006: 218)
a. Tema
Puisi karangan Umbu Landu Paranggi di atas bertema kekaguman kepada
Ibu. Dari judulnya, yaitu Ibunda Tercinta sudah menandakan bahwa sang penyair
sangat kagum pada sosok bernama ibu. Selain dari judul ayng sudah
menggambarkan tema puisi, dari baris-baris puisinya pun juga menyebutkan
kekaguman pada sosok ibu. Kutipan baris puisi yang mendukung pernyataan
peneliti tersebut salah satunya adalah,
Perempuan tua itu senantiasa bernama:
Duka derita dan senyum yang abadi
Tertulis dan terbaca jelas kata-kata puisi
Dari ujung rambut sampai telapak kaki
Baris di atas menyebutkan bahwa sosok seorang ibu memiliki semua hal yang
dibutuhkan seorang anak, yaitu tempat sang anak menumpahkan dukanya, tempat
anak mencari senyum kebahagiaan yang abadi. Karena begitu kagum, si penyair
menyebut sosok fisik seorang ibu bagaikan baris-baris puisi yang paling indah.
Seolah-olah di tubunya tertulis bait-bait puisi yang memiliki bahasa yang merdu.
Ibu adalah makhluk yang indah dengan kasih sayang dan kelembutannya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

b. Amanat
Penyair lewat puisi ini ingin menyampaikan bahwa jasa, kasih sayang, dan
semua hal yang dilakukan dan diberikan oleh seorang ibu hanya dapat diwakili
dengan satu kata, yaitu ikhlas. Sudah suatu keharusan seorang anak berterima
kasih kepada ibu, menyayangi ibu seperti dia menyayangi anak-anaknya. Namun
hal yang telah anak lakukan kepada ibu, sebanyak apapun materi yang telah
dikorbankan, seberapa besar dan keras usaha seorang anak untuk membuat ibu
bahagia, belum cukup untuk membayar hal-hal yang telah ibu berikan, terutama
ketika ibu mengandung, melahirkan dan mendidik anak-anaknya hingga menjadi
manusia sejati. Ibu tidak akan pernah meminta imbalan apapun dari anak-
anaknya. Kasih sayang ibu sama seperti matahari yang menyinari dunia sesuai
lagu Kasih Ibu. Kasih ibu tak terhingga sepanjang masa dan dia hanya mengharap
dan mendoakan anaknya supaya hidup bahagia.
11. Surat Dari Ibu karya Asrul Sani
Pergi ke dunia luas, anakku sayang
Pergi ke laut bebas!
Selama angin masih angin buritan
Dan matahari menyinari daun-daunan
Dalam rimba dan padang hijau

Pergi ke laut lepas, anakku sayang


Pergi ke alam bebas!
Selama hari belum petang
Dan warna senja belum kemerah-merahan
Menutup pintu waktu lampau

Jika bayang telah pudar


Dan elang laut pulang ke sarang
Angin bertiup ke benua

Tiang-tiang akan kering sendiri


Dan nakhoda sudah tau pedoman
Boleh engkau datang padaku

Kembali pulang, anakku sayang


Kembali ke balik malam!
Jika kapalmu telah rapat ke tepi
Kita akan bercerita
Tentang cinta dan kehidupanmu pagi hari
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

(Dikutip dari Kompeten Berbahasa Indonesia kelas


X SMA, 2006: 218-219)
a. Tema
Puisi yang berjudul Surat dari Ibu tersebut bertema perjuangan seorang
pemuda untuk meraih puncak kehidupan. Puisi ini juga berlatar kebudayaan
Minang (Sumatra Barat). Kehidupan yang dimaksud pada puisi ini adalah
kehidupan di dunia luar. Kehidupan seorang pemuda Minang yang saat usianya
sudah dewasa, maka ia harus merantau untuk mencari kehidupan sendiri dan
meraih cita-citanya. Kutipan baris puisi yang mendukung pernyataan peneliti
adalah,
Pergi ke laut lepas, anakku sayang
Pergi ke alam bebas!
Selama hari belum petang
Dan warna senja belum kemerah-merahan
Menutup pintu waktu lampau
Sang ibu berpesan kepada sang anak selama sang anak masih muda dan masih
banyak kesempatan terbuka lebar, maka sang anak segera meninggalkan kampung
halaman dan pergi ke kota untuk mengadu nasib dan memperbaiki kehidupannya.
Dunia lepas dan luas yang dimaskud adalah daerah rantau yang akan didatangi
oleh para orang Minang. Orang Minang banyak yang menjadi saudagar atau
pedagang. Merekja merantau ke kota di luar pulau sumatra, misalnya Jakarta,
Surabaya, kota-kota di kalimantan, bahkan sampai ada yang merantau ke
Denpasar, Bali.
b. Amanat
Penyair lewat puisi ini ingin menyampaikan pesan bahwa bagi para pemuda
Minang khususnya dan pemuda Indonesia pada umumnya untuk bekerja keras
menata hidup, meujudkan cita-cita selama masih muda dan masih banyak
kesempatan. Bait puisi yang mendukung pernyataan peneliti tersebut adalah,
Pergi ke dunia luas, anakku sayang
Pergi ke laut bebas!
Selama angin masih angin buritan
Dan matahari menyinari daun-daunan
Dalam rimba dan padang hijau

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Namun, setelah sang anak sudah meraih kesuksesan, maka dia boleh kembali
ke daerah asalnya. Sang anak tidak boleh melupakan jasa sang ibu yang selalu
berdoa untuk kesuksesan sang anak. Pernyataan terbut didukung oleh bait puisi
berikut.
Jika bayang telah pudar
Dan elang laut pulang ke sarang
Angin bertiup ke benua

Tiang-tiang akan kering sendiri


Dan nakhoda sudah tau pedoman
Boleh engkau datang padaku
Sudah menjadi kewajiban bagi sang anak untuk merawat dan membahagiakan
sang ibu. Betapa pun jauhnya sang anak merantau dia harus tetap kembali ke
kampung halamannya. Dia harus tetap berbakti kepada orang tuanya dan
mengembangkan kampung halamannya. Begitulah pesan yang ingin disampaikan
Asrul Sani melalui puisinya ini.
12. Candi Muara Jambi Karya Dimas Arika Miharja
Aku dengar keluh batu-batu runtuh berpeluh
Tak ada arca atau stupa hanya ilalang
Bergoyang terpanggang matahari
Sebuah situs tak terurus menggerus hati
Perjalanan sunyi, sendiri memikul luka diri
Mengaca pada bayang batanghari
Yang tiada henti merangkum tragedi
Aku sendiri membangun candi
Dalam mimpi yang sulit diurai
Di kedalaman hati: kau tegar abadi

'LNXWLS GDUL ´$QJNDWDQ  GDODP 6DVWUD ,QGRQHVLD´ GDODP Mahir


Berbahasa Indonesia kelas X SMA, Yudhistira, 2006: 13).

a. Tema
Tema puisi Candi Muara Jambi adalah kritik sosial. Kritik sosial yang
dimaksud adalah keperihatinan penyair melihat situs candi Muara Jambi yang
tidak terurus dan hampir rusak. Bandung Mawaedi juga sependapat dengan
SHUQ\DWDDQSHQHOLWL%DQGXQJ0DZDUGLPHQJDWDNDQEDKZDEDULV³6HEXDKVLWXVWDN
WHUXUXVPHQJJHUXVKDWL´PHUXSDNDQEDULV\DQJPHQMDGLWRORNXNXUSHQHQWXDn tema

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

puisi ini. Situs bersejarah ini tidak diperhatikan oleh pemerintah Jambi sehingga
terbengkalai dan rusak. Pernyataan tersebut didukung oleh kutipan berikut,
Sebuah situs tak terurus menggerus hati
Perjalanan sunyi, sendiri memikul luka diri
Berdasarkan penggambaran penyair lewat puisinya, Candi Muara Jambi
keadaannya sangat memprihatinkan. Arca-arca dan supa-stupa banyak yang
runtuh. Bahkan pemerintah setempat pun tidak peduli dengan kondisi situs candi
tersebut. Pernyataan peneliti tersebut berdasar pada kutipan berikut,
Aku dengar keluh batu-batu runtuh berpeluh
Tak ada arca atau stupa hanya ilalang
Bergoyang terpanggang matahari
...
...
Aku sendiri membangun candi
Dalam mimpi yang sulit diurai
Di kedalaman hati: kau tegar abadi
Kutipan tiga baris terakhir di atas, merupakan ungkapan hati penyair, bahwa
dia masih peduli dengan keberadaan situs candi Muara Jambi. Penyair tidak dapat
berbuat apa pun untuk melestarikan keberadaan candi tersebut. Si penyair hanya
bisa mengaggumi candi tersebut meskipun keadaannya sudah rusak.
b. Amanat
Puisi Candi Muara Jambi ditulis penyair dengan maksud memberikan
teguran pada masyarakat dan pemerintah Jambi agar peduli dengan keberadaan
dan kelestarian situs candi Muara Jambi. Ketidakpedulian pemerintah Jambi
disimbolkan penyair lewat kytipan baris di bawah ini.
Aku sendiri membangun candi
Dalam mimpi yang sulit diurai
...
Penyair bermaksud menyindir pemerintah yang tidak peduli dengan kondisi
candi Muara Jambi yang telah rusak. Seharusnya pemerintah lebih peka. Kalimat
³PLPSL \DQJ VXOLW GLXUDO´ PHQ\LPERONDQ EDKZD VL DNX KDQ\D GDSDW
membayangkan kemegahan candi Muara Jambi hanya di dalam hayalnya tanpa
tahu kapan dapat terwujud menjadi nyata.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

13. Bantimurung Karya Ras Agaffar


Gemericik airnya meneteskan puisi alam yang panjang
Mengalirkan mata air kerinduan, memelahkan duka kecemasan
Di celah-celah bebatuan
Di pucuk ranting pepohonan
Di ujung mentari kepagian
Di lereng bukit kedamaian
Di bibir sungai kebeningan
Di cakrawala langit kebebasan
Di rentang siang kecerahan
Di sejuk udara kenikmatan
Bantimurung
Gemuruh airnya menerjang sepanjang musim
Mengalir ke kota, kesawah, ke ladang-ladang kehidupan
Menumbuhkan gairah, harapan masa depan
Bantimurung
Bumi yang dihuni sang kupu-kupu
Hinggap dan bertebaran
Di antara serangga satwa lindung anugerah Ilahi
Menipukan pesona lagu-simponi kelestarian alami.

(Dikutip dari Ombak Losari ´6ajak-VDMDN GDUL 0DNDVDU´ GDODP Mahir


Berbahasa Indonesia kelas X SMA, Yudhistira, 2006: 15).

a. Tema
Tema puisi Bantimurung karya Ras Agaffar adalah keindahan alam dan
kebermanfaatan alam bagi kehidupan makhluk hidup. Keindahan alam yang
dimnaksud dalam puisi tersebut adalah air terjun Bantimurung dengan airnya yang
deras menjadi sumber kehiupan bagi ekosistem di sekitarnya. Pernyataan tersebut
dibuktikan dengan kutipan berikut.
Bantimurung
Bumi yang dihuni sang kupu-kupu
Hinggap dan bertebaran
Di antara serangga satwa lindung anugerah Ilahi
Menipukan pesona lagu-simponi kelestarian alami
b. Amanat
Amanat yang ingin disampaikan penyair lewat puisi Bantimurung adalah agar
manusia tetap menjaga kelestarian Taman Nasional Bantimurung. Bantimurung
adalah sebuah Taman Nasional yang di dalamnya terdapat tempat pembudidayaan
berbagai jenis kupu-kupu. Selain itu, kejernihan air adalah sumber air bersih bagi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

masyarakat sekitar sebab airnya selalu mengalir sepanjang musim bahkan di


musim kemarau. Amanat tersebut dapat dilihat dengan memaknai kutipan baris
berikut.
Gemuruh airnya menerjang sepanjang musim
Mengalir ke kota, kesawah, ke ladang-ladang kehidupan
Menumbuhkan gairah, harapan masa depan
14. Malam Mulai Bercerita oleh Isna
Malam mulai bercerita
Ketika bintang-bintang berlomba menampakkan sinarnya
Ketika rembulan tersenyum pada bumi dengan manja
Atau, ketika suara sunyi beradu dengan temaramnya senja

Malam mulai bercerita


Tentang kayu yang rapuh dimakan rayap
Tentang daun yang gugur di batas musim
Dan tentang perputaran waktu yang tak pernah berhenti

Malam mulai bercerita


Bagaimana kehidupan dijadikan panggung pertunjukan
Atau, bagaimana manusia saling berlomba mencari kepuasan
Dan tak tahu akhir dari perjalanan

Ketika malam mulai bercerita


Bersama gelap, sunyi, dan kekosongan
Terselip satu pijar yang menusuk jiwa
Dan menggetarkan segala keangkuhan
Meruntuhkan segala yang nyata di depan mata

Tahukah kau?
Ketika malam mulai bercerita
Sebenarnya dia mengajak kita untuk kembali...
Pada satu tujuan.

(Domumentasi Isna dikutip dari Mahir Berbahasa Indonesia kelas X SMA


Yudhistira, 2006: 22).

a. Tema
Puisi berjudul Malam Mulai Bercerita karya Isna ini bertema ketuhanan.
Pembaca diajak melakukan perenungan tentang ketuhanan. Saat malam yang
sunyi banyak dimanfaatkan orang yang beriman untuk mengingat Tuhan dan
akhirat. Namun tidak sedikit orang yang memanfaatkan kegelapan malam untuk
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

berbuat dosa. Pernyataan peneliti tersebut dibuktikan dengan kutipan baris berikut
ini,
Tahukah kau?
Ketika malam mulai bercerita
Sebenarnya dia mengajak kita untuk kembali...
Pada satu tujuan.
Penyair melambanagkan keindahan malam sebagai wujud keagungan Tuhan.
.DOLPDW³3DGDVDWXWXMXDQ´Pengacu pada Tuhan sebab hidup di dunia ini hanya
memeiliki satu tujuan yaitu kembali pada Tuhan yang Esa.
b. Amanat
Amanat yang ingin disampaikan penyair lewat puisi Malam Mulai Bercerita
ini ditulis oleh Isna dengan tujuan menggambarkan keagungan Tuhan lewat
penggambaran malam yang indah. Pernyataan peneliti tersebut atas dasar tema
puisi yang telah peneliti jelaskan di atas. Penyair secara implisit ingin
menyadarkan manusia bahwa semua yang terjadi saat malam hari ada yang
mengatur, yaitu Tuhan. Penyair bermaksud menyampaikan bahwa satu-satunya
tujuan manusia hidup di dunia ini adalah kembali pada satu tujuan, yaitu Tuhan
yang Esa.
15. Bagaimana karya Oc. Mandank
Kadang-kadang aku benci
Bahkan sampai aku maki
..... diriku sendiri

Seperti aku
Menjadi seteru
.....diriku sendiri

Waktu itu
Aku......
Seperti seorang lain dari diriku

Aku tak puas


Sebab itu aku menjadi buas
Menjadi buas dan panas

(Dikutip dari Intisari Sastra Indonesia dalam Mahir Berbahasa Indonesia


kelas X SMA, Yudhistira, 2006: 43)

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

a. Tema
Tema puisi Bagaimana karya Oc. Mandank ini adalah kemarahan dan
kebimbangan, penghinaan terhadap diri sendiri.. Kemarahan yang dimaksud
adalah kemarahan pada diri sendiri. Pernyataan peneliti tersebut berdasarkan
kutipan baris puisi berikut,
Kadang-kadang aku benci
Bahkan sampai aku maki
..... diriku sendiri
Bentuk tipografi yang zig-zag menandakan suatu perosalan yang pelik. Si aku
sedang mengalami konflik batin yang amat rumit. Liku kehidupan yang dihadapi
si aku tergambar jelas. Sampai persoalan itu menimbulkan konflik dalam dirinya
sendiri.
b. Amanat
Lewat puisi Bagaimana penyair ingin menyampaikan kegalauan dan
kemarahan yang dia alami. Kemarahan dan kekecewaan kepada dirinya sendiri.
Judul Bagaimana menunjukkan bahwa penyair merasa bingung tentang dirinya
sendiri. Dia merasa bersalah dan belum puas atas hal yang terjadi pada dirirnya.
Penyair merasa kecewa pada dirinya sendiri. Pernyataan peneiliti tersebut
berdasarkan kutipan baris puisi berikut.
Aku tak puas
Sebab itu aku menjadi buas
Menjadi buas dan panas
Kata buas dan panas menandakan kalau si aku sangat marah dan emosinya
tidak terkendali. penyair dengan tipografi yang zig-zag bermaksud menyampaikan
bahwa masalah yang dia hadapi sangat rumit.
16. Mandalawangi-Pangrango karya Soe Hok Gie
Senja ini, matahari turun ke dalam jurang-jurangmu
Aku datang kembali
Ke dalam ribaanmu, dalam sepimu dan dalam dinginmu
Walaupun setiap orang berbicara tentang manfaat dan guna
Aku bicara padamu tentang cinta dan keindahan
Dan aku terima kau dalam keberadaanmu
Seperti kau diterima aku
Aku cinta padamu. Pangrango yang dingin dan sepi
Sungaimu adalah nyanyian keabadian tentang tiada
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Hutanmu adalah misteri segala


Cintamu dan cintaku adalah kebisuan semesta
Malam itu ketika dingin dan kebisuan menyelimuti Mandalawangi
Kau datang kembali
Dan bicara padaku tentang kehampaan semua
Hidup adalah soal keberanian, menghadapi yang tanda tanya
Tanpa kita mengerti, tanpa kita bisa menawar
Terimalah dan hadapilah
Dan antara ransel-ransel kosong dan api unggun yang
Membara
Aku terima ini semua
Melampaui batas-batas hutanmu, melampaui batas-batas
Jurangmu
Aku cinta padamu, Pangrango
Karena aku cinta pada keberanian hidup

(Dikutip dari Mahir Berbahasa Indonesia kelas X SMA . udhistira,


2006: 56)

a. Tema
7HPD SXLVL NDU\D 6RH +RN *LH LQL DGDODK NHNDJXPDQ VL ´DNX´ DWDX SHQ\DLU
pada keindahan alam sekaligus kemisteriusan alam Pangrango. Si aku adalah
seorang pendaki gunung yang berjiwa pemberani. Pernyataan peneliti tersebut
berdasarkan kutipan baris puisi berikut,
Aku cinta padamu, Pangrango
Karena aku cinta pada keberanian hidup.
Penyair menceritakan keindahan alam di Gunung Pangrango dan taman
wisata Mandalawangi sekaligus menyebutkan bahaya yang mengancam bila
hendak mendaki ke Pangrango. Keindahan digambarkan dengan alunan sungai
yang bening, kesepian digambarkan dengan hutan yang misterius, dan bahaya
yang diwakili oleh jurang yang mengelilibgi Pangrango. Berikut adalah kutipan
baris puisi yang menjadi dasar pernyataan peneliti.
...
Aku cinta padamu. Pangrango yang dingin dan sepi
Sungaimu adalah nyanyian keabadian tentang tiada
Hutanmu adalah misteri segala
...
...
Aku terima ini semua
Melampaui batas-batas hutanmu, melampaui batas-batas
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Jurangmu. . .
b. Amanat
Amanat yang ingin disampaikan penyair adalah agar manusia selalu berani
menjalani hidup. Hidup mempunyai tiga hal yang harus dijalani manusia, yaitu
keindahan atau kebahagiaan, misteri, dan bahaya. Ketiga hal tersebut masing-
masing diwakili oleh sungai sebagai lambang keindahan, kebeningan airnya
mewakili hidup yang damai. Misteri diwakili oleh hutan yang sepi, dan bahaya
yang digambarkan dengan hutan yang mengelilingi Pangrango. Pangrango
merupakan lambang kehidupan yang penuh dengan tiga hal tadi. Seorang pendaki
gunung seperti penyair adalah simbol manusia yang berani menantang kehidupan.
Meski berat, namun setelah sampai di puncak, artinya dia sudah menemukan
kebahagiaan.
17. Dalam Pasang karya Abdul Hadi W. M
Dan pasang apalagikah yang akan mengenyahkan
Kita, kegaduhan apa lagi? Sekarat dan terbakar sudah
Kita oleh tahun-tahun penuh pertikaian, ketakutan dan perang
Saudara
Terpelanting dari kebuntuan yang satu ke kebuntuan yang lainnya
Tapi tetap saja kita membisu atau berserakan
Menunggu ketakpastian

Telah mereka hancurkan rumah harapan kita


Telah mereka campakkan jendela keluh dan ratap kita
Hingga tak ada yang mesti kuceritakan padamu lagi
Tentang laut itu di sana, yang naik dan menarik
Ketentraman ke tepi
Kecuali serpih matahari dalam genggam kesia-siaan ini
Yang bisa menghanguskan kota ini lagi
Raja-raja dan kediaman mereka yang bertangan besi
Kecuali segala bual dan pidato kumal yang berapi-api
Antara kepedihan bila kesengsaraan dan lapar tak
Tertahankan lagi
Kita adalah penduduk negeri yang penuh kesempatan
Dan mimpi
Tapi tak pernah lagi punya kesempatan dan mimpi lagi
Kita adalah penduduk negeri yang penuh pemimpin
Tapi tak seorang pun kita temukan dapat memimpin
Kita....
(ikutip dari Pembawa Matahari dalam Mahir Berbahasa Indonesia kelas
X SMA. Yudhistira, 2006: 58)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

a. Tema
Tema puisi Dalam Pasang karya Abdul Hadi W. M ini bertema kritik sosial.
Kritik sosial terhadap pemerintah Indonesia. Pernyataan peneliti tersebut
berdasarkan kutipan baris puisi berikut,
Kita adalah penduduk negeri yang penuh pemimpin
Tapi tak seorang pun kita temukan dapat memimpin
Kita....
Kondisi politik Indonesia yang bergejolak membuat rakyat menderita. Perang
saudara terjadi di berbagai daerah. Pemerintah tidak berusaha menyelesaikan
konflik tersebut. Mereka justru sibuk mengurus kepentingan masing-masing.
Rakyat terluka, terlantar, dan sengsara tidak ada yang peduli. Banyak pemimpin
yang cerdas. Namun kecerdasannya hany digunakan untuk memakmurkan dirinya
sendiri.
b. Amanat
Amanat yang ingin disampaikan penyair lewat puisi ini adalah kritik kepada
pemimpin negeri ini bahwa para pemimpin tidak mampu memimpin republik ini.
Penyair menggambaraka keadaan rakyat indonesia yang hidup sengsara, kelaparan
dan hanya dapat bermimpi ketika ingin menikmati kesejahateraan dan
kemakmuran. Pernyataan peneliti ini didasarkan pada kutipan baris berikut ini.
Raja-raja dan kediaman mereka yang bertangan besi
Kecuali segala bual dan pidato kumal yang berapi-api
Antara kepedihan bila kesengsaraan dan lapar tak
Tertahankan lagi
Kita adalah penduduk negeri yang penuh kesempatan
Dan mimpi
Tapi tak pernah lagi punya kesempatan dan mimpi lagi
Berdasarkan kutipan baris puisi di atas, peneliti juga menyimpulkan bahwa
pemimpin-pemimpin negeri ini hanya dapat berjanji tanpa bisa mewujudkan.
Penduduk Indonesia telah dirampas hak dan kesempatan untuk sejahtera.
18. Daun dan Air Mata karya Ary Andreas Toelle
Gugur daun-daun kering
Bagai mataku yang menetes
Satu per Satu
: siapakah yang kan peduli
Daun-daun kering itu takkan berhenti berjatuhan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Dan air mataku takkan berhenti meratapi


: siapakah yang kan peduli
Andai pohon itu jadi tumbang?
andai harapanku jadi lengang?

Dikutip dari Apresiasi Puisi Remaja dalam Mahir


Berbahasa Indonesia kelas X SMA ( Yudhistira, 2006: 62)
a. Tema
Puisi karya Ary Andreas Toelle di atas bertema kesedihan. Kesedihan karena
tidak ada yang peduli dengan si aku (penyair). Pernyataan tersebut peneliti
dasarkan pada kutipan baris puisi berikut,
Daun-daun kering itu takkan berhenti berjatuhan
Dan air mataku takkan berhenti meratapi
: siapakah yang kan peduli
Air mata dan kesedihannya dia gambarkan seperti daun kering yang
berguguran. Dau kering ketika jatuh ke tanah berarti telah menjadi sampah.
Seperti itulah perasaan si penyair saat menulis puisi Daun dan Ai Mata.
b. Amanat
Amanat yang ingin disampaikan penyair lewat puisinya ini adalah ia ingin
mengungkapkan kesedihannya. Dia ingin ada orang yang peduli dan
memperhatikannya. Dia merasa kesepian karena tidak satupun orang yang
memperhatikan. Pernyataan peneliti tersebut berdasarkan kutipan baris puisi
berikut.
Andai pohon itu jadi tumbang?
andai harapanku jadi lengang?
Si penyair merasa putus asa dan seperti pohon tua yang telah tumbang,
begitulah semua harapan yang dia miliki saat itu: harapannya tumbang.
19. Menyesal karya Ali Hasjimi
Pagiku hilang sudah melayang
Hari mudaku sudah pergi
Sekarang petang datang membayang
Batang usiaku sudah tinggi

Aku lalai di hari pagi


Beta lengah di masa muda
Kini hidup meracun hati
Miskin ilmu, miskin harta
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Ah, apa guna ku sesalkan


Menyesal tua tiada berguna
Hanya menambah luka sukma

Kepada yang muda kuharapkan


Atur barisan di hari pagi
Menuju ke arah padang bakti.

Dikutip dari Apresiasi Puisi untuk Pelajar dan Mahasiswa dalam Mahir
Berbahasa Indonesia kelas X SMA ( Yudhistira, 2006: 72-73)

a. Tema
Tema puisi yang berjudul Menyesal adalah penyesalan yang terlambat atas
kesalahan dan perbuatan si aku di masa mudanya. Peneliti sudah dapat
menentukan tema puisi tersebut berdasarkan judulnya. Selain itu peneliti juga
mengambil kesimpulan yang demikian juga berdasarkan kutipan baris puisi
berikut.
Ah, apa guna ku sesalkan
Menyesal tua tiada berguna
Hanya menambah luka sukma
Sampai kapan pun penyesalan, maka semua hanya sia-sia. Oleh sebab itu
sebelum terlambat, berbuatlah secara maksimal dan jangan pernah menyia-
nyiakan kesempatan dan waktu yang dimiliki.
b. Amanat
Penyair ingin menyampaikan kepada kaum muda untuk memanfaatkan masa
muda dengan bekerja keras dan menuntut ilmu. Bekerja keras dan menuntut ilmu
di masa muda memiliki maksud agar di usia tua tidak menyesal dan dapat
menikmati usia dengan sejahtera, kaya lahir dan batin. Pernyataan peneliti
tersebut peneliti dasarkan pada kutipan baris puisi berikut.
Kepada yang muda kuharapkan
Atur barisan di hari pagi
Menuju ke arah padang bakti.
20. Perkabungan di Laut Timur karya Hamdy Salad
Burung-burung berkalung hampa
Melipat bendera di laut Timor
Anyir ombak berkejaran sepanjang musim
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Merangkai buih dalam perkabungan


Ikan-ikan menggelembungkan rasa perih
Mendorong bangkai ke tepi pantai
Lambang sengketa dan pertikaian

Kapal-kapal berlayar dalam gelap


Menebar dusta para perampok
Badai dan topan saling bertandang
Ke empat penjuru darah langit membeku
Mengurung duka di relung cakrawala
Orang-orang putih bertubuh kaku
Menabuh genderang di pelabuhan waktu
Membangun barak dan kemah persekutuan
Memperanakkan tahta dunia sebagai hantu

Segunduk pulau telah tenggelam


Diremuk gelombang angin samudra
Kain kafan beterbangan di udara fana
Meninggalkan masa lampau dan kematian
Dalam perang: Matahari mengambang!
Rajah negeri terbakar amunisi perbatasan

Dikutip dari Gelas Esai dan Ombak Sajak Anno dalam Mahir
Berbahasa Indonesia kelas X SMA ( Yudhistira, 2006: 73-74)
a. Tema
Puisi yang berjudul Perkabungan di Laut Timor tersebut bertema pertikaian
atau sengketa di pulau Timor, Nusa Tenggara Timur. Sengketa tersebut adalah
saat Jajak Pendapat provinsi Timor-Timor ingin melepaskan diri dari NKRI
Peneliti dapat mengatakan demikian berdasarkan kutipan baris berikut.
Ikan-ikan menggelembungkan rasa perih
Mendorong bangkai ke tepi pantai
Lambang sengketa dan pertikaian

Dari kutipan di atas, peneliti dapat menjelaskan akibat pertikaian di laut


Timor, banyak korban jiwa. Bangkai yang dimaksud di dalam kutipan di atas
adalah bangkai manusia yang mengambang dan hanyut hingga ke tepi pntai.
Selain kutipan di atas, kutipan baris puisi yang mendukung pernyataan peneliti
yaitu,
Kain kafan beterbangan di udara fana
Meninggalkan masa lampau dan kematian
Dalam perang: Matahari mengambang!
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Rajah negeri terbakar amunisi perbatasan

Bangkai-bangkai yang mengapung di laut itu adalah korban dari kekejaman


amunisis aktivis militer. Banyak manusia tidak berdosa yang ikut menjadi korban.
Puisi ini mengingatkan kepada manusia bahwa kedamaian adalah sesuatu yang
sangat mahal.
b. Amanat
Ananat yang ingin disampaikan penyair lewat puisi ini, yaitu jangan lagi ada
perang atau pertikaian. Perang hanya menciptakan kesengsaraan, kedukaan, dan
korban jiwa yang tidak sedikit. Perang justru akan melukai lahir dan batin
penduduk sipil yang tidak terlibat sama sekali dengan perang tersebut. Banyak
keluarga yang kehilangan ayahnya, anak laki-lakinya yang dipaksa untuk masuk
barisan militer demi membela negara. Membela negara atau membela kepentingan
suatu golongan. Itulah pesan yang ingin disampaikan penyair,
21. Bunga Krisan tentang Pemanjat-pemanjat Gunung karya Mars
Mattola
Dua rangkai bunga krisan terbuai-buai
Ditiup angin semilir, pagi-pagi sejuk.
Keduanya merasa terganggu ketika
Serombongan kaki-kaki manusia satu-satu
Lewat amat dekat menepis-nepis
Batu-batu gunung yang besar-besar
Menimpa mereka dengan tajamnya, selalu
´GLSLNLU-pikir tak habis-habis, kenapa
Manusia-manusia itu banyak-banyak yang
Ingin ke atas. Padahal tidak sedikit-sedikit
Yang jatuh-MDWXK´XMDUNULVDQ\DQJ
Muda-muda yang berputik
Cerlang-cemerlang dengan pelan-pelan.
´PHUHNDSHPDQMDW-pemanjat gunung,
Ingin dipuja-SXMLGDQ´WLED-tiba
Ucapan krisan-krisan tua berhenti. Hujan
Menderam-deram tiba-tiba, dan

Mengalir-alirkan air-airnya dan


Menyeret-nyeret kata-kata krisan-krisan
Tua ke lembah yang tiba-tiba sunyi-senyap
Lelawa beterbangan, hari telah sore.
Terdengar hiruk pikuk suara
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Pemanjat-SHPDQMDWJXQXQJ´0DQDGLDitu
DQELOWDOLGLVDQD´NULVDQ-krisan
menutup telinga tidak tega mendengar
mereka membantu yang jatuh.
´NDXGHQJDUODKVDWXODJLWHUSHURVRN´
Ujar krisan tua. Krisan berputik
Cerlang-cemerlang tiba-tiba wajahnya
Kelam, seperti hari yang menyungkup.
Tampak air mata duka mengalir di
Wajahnya, seperti di wajah-wajah batu-batu padas
Yang diberi tahu lelawa. Dan senja pun
Berangkat setia.

Dikutip dari Apresiasi Puis Remaja dalam Mahir Berbahasa


Indonesia kelas X SMA ( Yudhistira, 2006: 87)
a. Tema
Tema puisi Bunga Krisan tentang Pemanjat-pemanjat Gunung di atas adalah
dongeng serangakai Krisan tentang kisah para pemanjat gunung. Kisah para
pemanjat gunung yang diceritakan oleh para bunga krisan. Bunga krisan adalah
bunga semak yang banyak tumbuh di daerah gunung atau pegunungan. Penyair
mengilustrasikan seolah bunga0bunga krisan itu dapat berbicara dan mereka
sedang berbincang tentang para pendaki gunung yang sering mendaki gunung
tempat krisan-krisan itu tumbuh. Berikut ini adalah kutipan baris puisi yng
mendukung pernyataan peneliti,
´GLSLNLU-pikir tak habis-habis, kenapa
Manusia-manusia itu banyak-banyak yang
Ingin ke atas. Padahal tidak sedikit-sedikit
Yang jatuh-MDWXK´XMDUNULVDQ\DQJ
Muda-muda yang berputik
Cerlang-cemerlang dengan pelan-pelan.
´PHUHNDSHPDQMDW-pemanjat gunung,
Ingin dipuja-SXMLGDQ´WLED-tiba
Ucapan krisan-krisan tua berhenti. Hujan
Menderam-deram tiba-tiba, dan
...
Dialog antara krisan tua dan muda adalah simbol sekelompok warga kampung
yang tinggal di pegunungan yang sering didaki para pemanjat tersebut. Para warga
sedang memperbincangkan keberanian para pemanjat itu padahal banyak di antara
pemanjat yang terjatuh ke jurang.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

b. Amanat
Amanat yang ingin disampaikan penyair lewat puisi Bunga Krisan tentang
Pemanjat-pemanjat Gunung, yaitu penyair ingin menceritakan hal-hal yang
dialami oleh para pemanjat gunung. Penyair juga ingin menyampaikan kalau
kegiatan memanjat gunung sangat berbahaya. Oleh sebab itu, penyair ingin para
pemanjat itu berhati-hati saat mendaki gunung. Namun, penyair juga menyiratkan
sesuatu bahwa para pemanjat itu adalah simbol manusia-manusia yang berani
menantang kehidupan. Puisi ini juga memberi teguran agar manusia pun berani
menantang hidup untuk memperoleh puncak kebahagiaan dalam hidup. Para
pemanjat yang berhasil mencapai puncak gunung adalah simbol manusia yang
memperleh kebahagiaan sejati karena tidak pernah takut berjuang.
22. Ibu karya K. H. A. Mustofa Bisri
Ibu
Kaulah gua teduh
Tempatku bertapa bersamamu
Sekian lama

Kaulah kawah
Dari mana aku meluncur perkasa
Kaulah bumi
Yang tergelar lembut bagiku
Melepas lelah dan nestapa
Gunung yang menjaga mimpiku
Siang dan malam
Mata air yang tak berhenti mengalir
Membasahi dahagaku
Telaga tempatku bermain
Berenang dan menyelam

Kaulah ibu, laut dan langit


Yang menjaga lurus horizonku
Kaulah ibu, mentari dan rembulan
Yang mengawal perjalananku
Mencari jejak sorga
Di telapak kakimu

(Tuhan
Aku bersaksi
Ibuku telah melaksanakan amanat-Mu
Maka kasihilah ibuku
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Seperti Kau mengasihi


Kekasih-keasih-Mu
Amin)

Dikutip dari Apresiasi Puisi untuk Pelajar dan Mahasiswa dalam Mahir
Berbahasa Indonesia kelas X SMA ( Yudhistira, 2006: 88).

a. Tema
Puisi berjudul Ibu karya Mustofa Bisri di atas bertema cinta kasih kepada ibu.
Si penyair sangat kagum pada sosok ibu. Penyair menggambarkan sosok ibu
dalam berbagai versi mulai dari gua yang teduh, kawah, bumi yang lembut
permukaannya, gunung, telaga, sampai matahari dan bulan. Rasa cinta kasih
terhadap ibu oleh penyair diwujudkan dalam bentuk doa kepada Tuhan. Berikut
ini kutipan baris puisi yang mendukung pendapat peneliti,
(Tuhan
Aku bersaksi
Ibuku telah melaksanakan amanat-Mu
Maka kasihilah ibuku
Seperti Kau mengasihi
Kekasih-keasih-Mu
Amin)

Ibu tidak elalu digambarkan sebagai sook yang memiliki sifat baik. Ibu juga
bisa menjadi sosok yang negatif ketika ibu memaksakan kehendaknya pada sang
anak. Ibu yang membuang anaknya yang maih bayi, ibu yang membunuh bayinya,
dan Namun, seburuk apapun perbuatan yang dilakukan ibu, dia tetap wanita yang
melahirkan dan harus dihormati.
b. Amanat
K. H. A. Mustofa Bisri ingin menyampaikan amanat puisinya tersebut, bahwa
seorang ibu adalah segalanya. Ibu adalah sumber kehidupan, sosok yang selalu
merawat dan melindungi anak-anaknya. Kasih sayang ibu selalu tercurah kepada
anak-anaknya. Ibu adalah seseorang yang dapat mengantarkan anak menuju
Surga. Jadi kasihilah dan cintailah ibu. Hormati ibu. Ibu mungkin memiliki sifat
positif. Namun eorang ibu juga dapat menjadi orang yang akan merampas hidup
hak hidup anaknya. Saat menelantarkan anak yang masih bayi, menjual anak
untuk biaya hidup. Fenomena-fenomena seperti itu adalah nyata dalam
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

masyarakat. Tidak semua ibu adalah sosok yang penuh cinta kaish dan berbudi
baik.
23. Narkotik karya Siti Rohaya
Dia memang membuat kita melayang
Melayang seperti di surga
Yang membuat kita hanyut
Dalam kenikmatan ....

Tapi sadarlah kawan


Dia hanya memperbudak kita
Dia akan menghancurkan hidupmu
Menghancurkan masa depanmu

Setelah kau hancur


Kau akan diejek dan ditertawakan
Negeri ini akan hancur
Bila semua pemuda diperbudak olehnya
Ingatlah kawan
Masih banyak yang harus kau lakukan
Selain diperbudak olehnya.

Dikutip dari Apresiasi Puis Remaja dalam Mahir Berbahasa


Indonesia kelas X SMA ( Yudhistira, 2006: 111).

a. Tema
Puisi yang berjudul Narkotik di atas bertema Kritik sosial. Kritik sosial yang
yang dimaksud adalah anjuran agar tidak menggunakan narkotika. Peneliti
menyatakan demikian atas dasar kuti[an baris puisi di bawah ini,
Tapi sadarlah kawan
Dia hanya memperbudak kita
Dia akan menghancurkan hidupmu
Menghancurkan masa depanmu
Narkotik adalah simbol nyata pemberontakan kaum muda terhadap kondisi
sosial yang ada di mayarakat. Kaum muda merasa tidak puas dengan keadaan
ekonomi mereka terpuruk, keluarga berantakan, pergaulan bebas, dan pendidikan
agama yang kurang. Itulah yang menyebabkan banyak generasi muda yang
terjebak dan diperbudak narkotika. Awalnya narkotika diibaratkan kawan yang
dapat membantu melupakan sterss. Namun, kenikmatan narkotik itu adalah tipu

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

daya. Narkotika secara perlahan akan membunuh raga manusia. Oleh sebab itu,
hindarilah narkotika.
b. Amanat
Penyair puisi tersebut ingin menyampaikan pesan agar bangsa Indonesia tidak
memakai narkotika sebab narkotika akan menghancurkan masa depan bangsa
Indonesia. Cara menghindari narkotika adalah dengan menanamkan pendidikan
agama yang kuat bagi generasi muda terutama. Penyair juga berpesan untuk
menghindari narkotika. Narkotika adalah racun yang awalnya memang dapat
membawa kenikmatan. Namun, itu adalah kenikmatan semu. Setelahnya,
narkotika akan membunuh badan, hati, dan masa depan.
24. Gaun Burung Gagak karya Dorothea Rosa Herliany
Akhirnya kubaca
Baris-baris sajak yang kau tulis
pada sayap-sayap burung gagak
hanya kehitaman dan kekeh kelaparan
yang mengerikan, bukit-bukit, padang
rumput, dan perkampungan tanpa
penghuni
tanah siapakah ini? Pada penantian
yang tak pernah pasti (aku atau
satwa liar itu?)

dan sajak-sajak, bagai sungai,


terus mengalir
tapi, lihatlah!
Burung-burung gagak itu menggugurkan
Bulu-bulu sayapnya untuk mengganti
Gaunmu yang telah tua.

(Dikutip dari Angakatan 2000 dalam Sastra Indonesia dalam Mahir


Berbahasa Indonesia kelas X SMA Yudhistira, 2006: 140-141).

a Tema
Tema puisi Gaun Burung Gagak adalah ketidakmampuan seseorang untuk
PHPSHUMXDQJNDQ VHVXDWX \DLWX WDNGLUQ\D 3HQ\DLU PHQJJXQDNDQ LVWLODK ´EXUXQJ
JDJDN´ \DQJ EXOXQ\D EHUZDUQD KLWDP VHEDJDL PDODLNDW SHQFDEXW Q\DZD %DULV
puisi yang mendukung pernyataan peneliti tersebut, yaitu
Burung-burung gagak itu menggugurkan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Bulu-bulu sayapnya untuk mengganti


Gaunmu yang telah tua.
%DULV WHUDNKLU ´JDXQPX \DQJ VXGDK WXD´ PDNVXGQ\D DGDODK XVLD RDUDQJ LWX
sudah tua dan kematian akan datang kepadanya. Dan burung gagak yang
PHQJJDQWLNDQ´JDXQ´ \DQJVXGDKWXDPDNVXGQ\D´EXUXQJJDJDN´LWXPHQJJDQWL
raga si tua dengan bulunya yang hitam yang artinya adalah kematian.
a Amanat
Amanat yang ingin disampaikan penyair lewat puisi Gaun Burung Gagak di
atas, yaitu mengingatkan bahwa manusia pasti mengalami mati. Tidak peduli dia
masih muda atau sudah tua. Kematian akan dialamai manusia tanpa ada yang tahu
kapan dan dalam keadaan apa pun.
25. Kuantar Kau sampai Stasiun Senen karya Aslan A. Abidin
Setelah mengucap selamat tinggal pada semua
Yang mungkin bernama pertemuan, kita kemudian berpelukan. Kau
Menyodorkan selembar potretmu
Untuk apa?

´VHQ\XPNXDEDGLGLVLWX´WHULDNPXGDULMHQGHODNHUHWDGLSHURQ
Orang-orang bising bercakap.

Pernah ku bangun sebuah rumah di batinku untukmu, di situ


Kubayangkan kau tersenyum menyiram bunga di halaman
Cinta, memang pernah membuatku menginginkan kau
Jadi bagian dari keseluruhan nasibku, di luar dari kesedihan
Ini tentunya.

Tapi kini, kereta berderak menjauh, kau melambai, aku ngungun


Tertegun, untuk apa? Kita mungkin seperti rel yang menggulirkan
Keretamu itu, beriringan, berdampingan, tapi tak pernah bertemu
Dalam satu titik. Senyumku abadi di situ.

(Dikutip dari Angakatan 2000 dalam Sastra Indonesia Mahir


Berbahasa Indonesia kelas X SMA Yudhistira, 2006: 148-149)

a. Tema
Tema puisi Kuantar Kau sampai Stasiun Senen karya Aslan A. Abidin adalah
tentang cinta. Lebih tepatnya perpisahan dua manusia yang saling mencintai.
Pernyataan peneliti tersebut berdasarkan kutipan baris puisi di bawah ini.
Tapi kini, kereta berderak menjauh, kau melambai, aku ngungun
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Tertegun, untuk apa? Kita mungkin seperti rel yang menggulirkan


Keretamu itu, beriringan, berdampingan, tapi tak pernah bertemu
Dalam satu titik. Senyumku abadi di situ.
Sepasang kekaih itu memang telah memutuskan untuk berpisah dan tidak
menjalin hubungan cinta. Mereka memang masih saling mencintai, namun mereka
tidak bisa bersatu. Penyebab perpisahan mereka secara eksplisit adalah jarak.
Akan tetapi penyair memiliki alasan implisit yang tidak peneliti temukan secara
tekstual pada puisi di atas. Bisa jadi jarak yang membuat mereka berpisah dan
memutuskan untuk tidak menjalin hubungan asmara.
b. Amanat
Aslan A. Abidin lewat puisinya yang berjudul Kuantar Kau sampai Stasiun
Senen ingin menyampaikan bahwa ketika seseorang mencintai dengan sangat
dalam, tidak harus memiliki orang yang dicintai. Tidak bisa memiliki orang yang
dicintai bukan berarti juga harus membenci dia. Kedua orang tersebut bisa
berteman. Penyair mengumpamakan hubungan sepasang kekasih itu seperti rel
yang selalu beriringan, namun tidak pernah bertemu pada satu titik. Beriringan
dapat menjadi sahabat atau saudara. Kereta adalah simbol masalah yang
menyebabkan hubungan mereka berakhir. Meski berakhir, rel kereta api tetap
membawa mereka untuk saling menyayangi dengan cara yang lain.
26. Dermaga Rindu karya Moh. Hamzah Arsa
Alangkah ramah pohon-pohon
Trembesi
Mengusap galauku kala matahari

Yang kutunggu di ubun waktu


Hanyalah sunyi orkestra piano masa lalu
Kupetik langit-langit kesadaranku

Dengan jemari gerimis saat kuketuk


Pintu masa silam anak-anak
Langti biru laut pun biru

Amboi kapal-kapal zaman dulu


Kau tambatkan di hati pelangi
Kini melayarkan selaksa naluri
Ke dermaga rindu.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

(Dikutip dari Horizon (dalam Mahir Berbahasa Indonesia kelas X SMA


Yudhistira, 2006: 171).
a. Tema
Tema puisi Dermaga Rindu karya Moh. Hamzah Arsa tersebut adalah
kerinduan pada seseorang atau sesuatu di masa lalu. Kutipan baris puisi yang
mendukung pernyataan peneliti adalah sebagai berikut.
Amboi kapal-kapal zaman dulu
Kau tambatkan di hati pelangi
Kini melayarkan selaksa naluri
Ke dermaga rindu.
Kapal-kapal yang dimaksud penyair adalah kenangan-kenangan yang
mengingatkan penyair pada masa lalu. Kalau kapal merupakan simbol kenangan-
kenangan di masa lalau, maka hati pelangi adalah simbol hati yang bahagia, penuh
warna karena banyak kenangan masa lalu yang berwarna-warni eperti pelangi.
b. Amanat
Moh. Hamzah Arsa lewat puisinya tersebut ingin menyampaiak rasa rindunya
pada seseorang atau sesuatu di masa lalunya. Dia ingin kembali ke masa lalunya
dan mengulang kisah dengan seseorang sebab saat ini si aku merasa kesepian.
Pernyatan peneliti tersebut peneliti dasarakan pada kutipan baris beriky.
Yang kutunggu di ubun waktu
Hanyalah sunyi orkestra piano masa lalu
Kupetik langit-langit kesadaranku
Pennyair juga ingin mengungkapkan bahwa masa lalunya sangat indah dan
berwarna. Oleh sebab itu, dia berpesan kepada pembaca agar tidak melupakan
masa lalu. Masa lalu dapat dijadikan pelajaran untuk menjalani langkah hidup
berikutnya.
27. Insyaf karya Amir Hamzah
Segala kupinta tiada Kauberi
Segala kutanya tiada Kausahuri
Butalah aku terdiri sendiri
Penuntun tiada menuntun jari

Maju mundur tiada berdaya


Sempit bumi dunia raya
Runtuh ripuk astana cuaca
Kureka gembira di lapangan dada
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Buta tuli bisu kelu


Tertahan aku di muka dewata
Tertegun aku di jalan buntu
Tertebas putus sutera sempana

Besar benar salah anakku


Hampir terbatas tumpah berkahmu
Hampir tertutup pintu restu
Gapura rahasia jalan bertemu

Insyaf diriku dera durhaka


Gugur tersungkur merenang mata:
Samar terdengar suwara suwarni
Sapur melipur merindu temu

Dikutip dari Rachmat Djoko Pradopo dalam Mahir Berbahasa Indonesia


kelas X SMA,Yudhistira, 2006: 184)

a. Tema
Puisi Insyaf karya Amir Hamzah tersebut bertema keputusasaan dan kesia-
siaan. Si Aku merasa kalau dia putus asa menghadapi tingkah laku anaknya yang
penuh dosa. Si aku insyaf demi anaknya. Namun dia tidak yakin kalau Tuhan akan
memeaafkan dosa-dosa anaknya. Pernyataan peneliti tersebut didasarkan pada
kutipan di bawah ini.
Maju mundur tiada berdaya
Sempit bumi dunia raya
...

Besar benar salah anakku


Hampir terbatas tumpah berkahmu
Hampir tertutup pintu restu
Gapura rahasia jalan bertemu
Si aku sudah melakukan segala cara, namun Tuhanlah yang memutuskan. Si
aku merasa kalau Tuhan tidak akan mengampuni anaknya.
b. Amanat
Lewat puisi Insyaf, Amir Hamzah ingin menyampaikan sebuah pesan bahwa
sebagai manusia wajib bertaubat atau insyaf karena Tuhan akan selalu
mengampuni dosa-dosa hamba-Nya. Namun satu dosa yg tidak dapat diampuni,
yaitu syirik. Manusia juga tidak boleh berputus asa meminta ampunan dari Allah.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

28. Rindu di Malam Takbiran karya Isna


Di malam takbiran
Saat senja telah berlalu sepi
Ketika burung-burung pun telah kembali ke sarangnya
Dan mentari telah menghilang bersama senyumnya

Ada satu rasa terselip pada batas waktu


Yang terus menggores dalam cahaya-Mu
Hanya santun terucap
Tatkala baru melandas pada kisi-kisi pujian-Mu
Betapa sebenarnya
Kerinduan ini telah lama mendera
Bergelut dalam kesepian dan aliran waktu
Yang nyata tak pernah tersadari

Dan saat gema itu kembali mengalun


Terlintas betapa jauh kata yang telah terangkai
Sekadar untuk mengucap
Betapa sebenarnya, kerinduan ini begitu menyiksa kalbu
Yang haru biru bersama kalbu

( Dikutip dari Mahir Berbahasa Indonesia kelas X SMA


Yudhistira, 2006: 193).

a. Tema
Puisi Rindu di Malam Takbiran karya Isna ini bertema kerinduan. Secara
eksplisit tema dapat diketahui dari judulnya. Kerinduan yang penyair maksud
adalah kerinduan kepada suatu malam takniran yang akan mengantarkan seluruh
umat Islam pada hari yang suci. Kerinduan pada hari raya idul fitri. Hari ketika
Allah mengampuni dosa hamba-Nya. Berikut adalah kutipan baris puisi yang
mendasari pendapat peneliti.
Tatkala baru melandas pada kisi-kisi pujian-Mu
Betapa sebenarnya
Kerinduan ini telah lama mendera
Bergelut dalam kesepian dan aliran waktu
Yang nyata tak pernah tersadari
Penyair menulikan kalau dia selama ini belum menyadari rasa rindu itu telah
ada di hatinya. Baru ketika menjelang malam takbiran, rasa rindu semakin terasa.
b. Amanat

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Isna sebagai penyair, dia ingin menyampaikan kerinduannya pada hari paling
suci bagi seluruh umat islam di seluruh dunia. Penyair juga ingin agar umat islam
bersuka cita dengan bertakbir menyambut hari yang suci ini. Isna juga ingin
menyampaikan kepada pembaca, meskipun tidak berada di bulan Ramadhan,
jangan pernah melupakan bulan indah ini. Sebagai umat islam, merindukan
malam takbiran adalah keharusan sebab saat itulah umat islam menyambut hari
kemenangan setelah satu bulan berperang dengan hawa Nafsu.
C. Analisis Semiotik Puisi
Buku mata pelajaran bahasa Indonesia kelas X yang peneliti gunakan sebagai
sumber data adalah dari penerbit Erlangga dan Yudhistira. Dari dua buku ini
peneliti mengambil puisi-puisi yang ada di buku tersebut untuk peneliti analisis
secara semiotik. Puisi-puisi tersebut adalah sebagai berikut:
1. Anak-anak Indonesia karya Ahmadun Yosi Herfanda
kehilangan ladang di kampung mereka
anak-anak indonesia merangkak
di lorong-lorong gelap kota
berjejal mereka di gerbong-gerbong
kereta api senja
terimpit dalam bus-bus kota
tanpa jendela
anak-anak Indonesia akan digiring
ke manakah mereka
bagai berjuta bebek mereka besuara
menyanyi lagu tanpa syair dan nada
sebelum matahari terbit, anak-anak Indonesia
berderet di tepi-tepi jalan raya, menggapai-gapaikan
tangan mereka ke gedung-gedung berkaca
yang selalu tertutup pintu-pintunya
dari pagi hingga sore mereka antre lowongan kerja
tapi lantas dibuang ke daerah transmigrasi

terusir dari tanah kelahiran (demi bendungan


dan lapangan golf, katanya) anak-anak Indonesia
tercecer di pasar-pasar kota, di kaki-kaki hotel
dan biro-biro ekspor tenaga kerja
anak-anak Indonesia akan dibawa kemanakah
ketika bangku-bangku sekolah bukan lagi dewa
yang bisa menolong nasib mereka

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

(Dikutip dari Horizon dalam Kompeten Berbahasa


Indonesia kelas X SMA, 2007: 78)
a. Analisis heuristik
7DKDS SHUWDPD SXLVL ´$QDN-DQDN ,QGRQHVLD´ GLEDFD VHFDUD EHUXUXWDQ
sehingga membentuk narasi teks dengan menambah kata-kata penjelas agar
kalimatnya sempurna secara gramatikal sehingga mudah dipahami. Selain
penambahan kata juga dilakukan pembalikan susunan kata (frase, kalimat) ±bila
diperlukan± agar kalimat mudah dipahami. Hasil analisis heruistik puisi tersebut
adalah sebagai berikut:
1) ´NHKLODQJDQODGDQJGLNDPSXQJPHUHND´
´.HKLODQDJDQODGDQJGLNDPSXQJPHUHND´PDksudnya adalah bahwa anak-
anak Indonesia telah kehilangan ladang di kampung atau desa tempat tinggal
PHUHND´/DGDQJ´VHFDUDOHNVLNDOGDODP.%%,  EHUDUWL´WDQDK\DQJ
GLXVDKDNDQ GDQ GLWDQDPL XEL MDJXQJ GVE  GHQJDQ WLGDN GLDLUL WHJDO´ /DOX
´NDPSXQJ´VHFDUDKDUILDKGDODP.%%,  EHUDUWL´GHVDDWDXGXVXQ´
Dengan demikian, baris pertama ini bila diartikan menurut referennya,
maka berarti anak-anak Indonesia kehilangan desa tempat tinggal mereka dan
ladang tempat bercocok tanam sekaligus tempat mereka mencari nafkah.
2) ³DQDN-anak Indonesia merangkak di lorong-ORURQJJHODSNRWD´
Kalimat tersebut berarti bahwa anak-anak Indonesia merangkak seperti
bayi yang sedang tertatih merangkak di lantai.
.DWD ´PHUDQJNDN´ VHFDUD OHNVLNDO GDODP .%%,   EHUDUWL
´EHUJHUDN PDMX GHQJDQ EHUWXPSX SDGD WDQJDQ GDQ OXWXW´ .HPXGLDQ NDWD
´ORURQJ´ VHFDUD KDUILDK EHUDUWL ´jalan yang penuh rumDK GL NLUL GDQ NDQDQ´
(KBBI, 2008: 945).
.DOLPDW ³GL ORURQJ-ORURQJ JHODS NRWD´ PHQMHODVNDQ EDKZD DQDN-anak
Indonesia sedang berada di kota dan mereka tinggal d bawah lorong-lorong
kota atau di bawah jembatan, berjejalan, tinggal di permukiman padat
SHQGXGXN JHODS GDQ NXPXK ´0HUDQJNDN´ GDSDW SXOD SHQHOLWL DUWLNDQ DQDN-
anak Indonesia mencari penghasilan di daerah pinggiran kota, masuk gang-
gang kumuh dan gelap. Berkeliling dari satu pemukiman kumuh ke
pemukiman lain.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

3) ³EHUMHMDOPHUHNDGLJHUERQJ-gerbong NHUHWDDSLVHQMD´
Maksud kalimat di atas, secara denotatif mengandung makna bahwa anak-
anak Indonesia yang berasal dari kampung, hidup berjejalan dan
menggelandang di gerbong-gerbong kereta.
Kereta api senja acuannya adalah kereta api yang tiba di stasiun tiap sore
KDUL .DWD ³NHUHWD´ PHPLOLNL DUWL ³kereta api; kendaraan yang ditarik oleh
lokomotif atau lok, berjalan di atas rel´ .%%,    3HUOX SHQHOLWL
MHODVNDQ SXOD PDNQD NDWD ³VHQMD´ VHFDUD KDUILDK GDODP .%%,   
memiliki makna waktu (hari) setengah gelap sesudah matahari terbenam.
Berdasarkan definisi-definisi di atas dapat peneliti simpulkan bahwa anak-anak
Indonesia itu juga menggantungkan hidupnya pada kereta api yang beroperasi
pada sore dan petang hari. Kereta api senja, adalah transportasi yang
mengembalikan mereka ke kampung halaman, setelah seharian mereka
PHQFDUL SHQJKDVLODQ \DQJ GLJDPEDUNDQ SDGD EDULV NHGXD ³DQDN-anak
indonesia merangkak di lorong-ORURQJJHODSNRWD´ 
4) ´WHULPSLWGDODPEXV-bus kota tanpa jendHOD´
´7HUKLPSLWGDODPEXV-EXVNRWD´PHQ\LPERONDQEDKZDGLPDQDSXQDQDN-
anak Indonesia selalu hidup berkelompok, berjejalan, dan berhimpitan bahkan
di bus-bus kota sekalipun.
Secara harfiah dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) ´impit,
EHULPSLW´ EHUDUL ³rapat, berdesakan; bersesakan; berimpitan, dan saling
berimpit.³  %HULPSLWDQGLGDODP´EXV´NDWD´EXV´PHQJDFXSDGD
´kendaraan bermotor angkutan umum yang besar yang dapat memuat
SHQXPSDQJEDQ\DN´ .%%, %XV-bus itulah yang membawa anak-
DQDN ,QGRQHVLD PHQFDUL SHNHUMDDQ ´%HUMHMDODQ´ PDNVXGQ\D DQDN-anak
,QGRQHVLD ´EHUKLPSLWDQ EHUGHVDN-GHVDNDQ GDQ EHUHEXW´ PHQFDUL SHNHUMDDQ
´%HULPSLWDQ WDQSD MHQGHOD´ PDNVXGQ\D DQDN-anak Indonesia di dalam bus
DNDQ EHUHEXW ´XGDUD VHJDU´ ´8GDUD VHJDU´ \DQJ SHQHOLWL PDNVXG DGDODK
SHNHUMDDQ'LLEDUDWNDQVHSHUWL´XGDUDVHJDU´NDUHQDXGDUDVHJDUDDGDODKXGDUD
yang paling baik untuk kehidupan manusia, yang membuat manusia hidup.
Begitu pun pekerjaan dan penghasilan, mampu menopang hidup manusia.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

5) ³DQDN-DQDN,QGRQHVLDDNDQGLJLULQJ´
³'LJLULQJ´ VHFDUD OHNVLNDO GDODP .%%, DUWLQ\D DGDODK ³PHQJKDODX
ELQDWDQJNHVXDWX WHPSDWPHQJDQWDUNDQ PHPEDZD NHVXDWXWHPSDW´ 
490). Anak-anak Indonesia akan digiring menuju ke suatu tempat yang tidak
diketahui oleh siapa pun. Secara tidak langsung pula anak-anak Indonesia
diibaratkan seperti binatang.
6) ³NHPDQDNDKPHUHND " ´
Kalimat di atas melengkapi kalimat nomor 5, yaitu menanyakan tempat di
manakah anak-anak Indoneis akan digiring. Tanda tanya dalam kurung
merupakan tanda tanya yang peneliti tambahkan untuk menjelaskan bahwa
kalimat tersebut adalah kalimat tanya.
7) ³EDJDL EHUMXWD EHEHN PHUHND EHVXDUD PHQ\DQ\L ODJX WDQSD V\DLU GDQ
QDGD´
Anak-anak Indonesia diibaratkan seperti bebek-bebek yang berisik dan
VXNDEHUVXDUDNHUDV³%HEHN´VHFDUDOHNVLNDO GDODP .%%,EHUDUWLLWLN embik.
³PHQ\DQ\L´ VHFDUD KDUILDK EHUDUWL ³mengeluarkan suara bernada, berlagu
GHQJDQOLULNDWDXWLGDN ´  
Kalimat nomor tujuh memiliki makna bahwa bebek memang ketika
bersuara tidak ada nada atau syair yang memiliki arti seperi kata-kata yang
diucapkan manusia. kata-kata bagi Seno Gumira Aji Darma sudah kehilangan
makna. Apa pun yang diucapkan anak-anak Indonesia tidak akan dipedulikan
oleh orang-orang yang merampas ladang anak-anak Indonesia. Semua
pembelaan, penjelasan, dan rintihan anak-anak Indonesia yang mencari
penghasilan untuk mempertahankan hidup dianggap tidak bermakna/omong
kosong.
8) ´VHEHOXPPDWDKDULWHUELWDQDN-anak Indonesia berderet di tepi-tepi jalan
raya, menggapai-gapaikan tangan mereka ke gedung-gedung berkaca
yang selalu tertutup pintu-pintunya dari pagi hingga sore mereka antre
ORZRQJDQNHUMD´
a) ³VHEHOXP PDWDKDUL WHUELW´ PHQJDFX SDGD NDWD ³VXEXK´ DWDX ³KDUL PDVLK
JHODS´
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

b) ³EHUGHUHW GL WHSL MDODQ´ PHQJDFX SDGD PDNQD ³EHUGLUL EHUMHMHU GDQ
EHUEDULVGLWHSLMDODQUD\D´
c) ³PHQJJDSDL-JDSDLNDQ WDQJDQ PHUHND´ VHFDUD KDUILDK DFXDQQ\D DGDODK
³menggapai-gapai, mengulur-ulurkan tangan ke atas hendak mencapai,
memegang, berpaut, mencari sesuDWX´ .%%, 

Kutipan baris puisi pada nomor delapan di atas menjelaskan bahwa anak-
anak Indonesia sudah mulai mencari pekerjaan sejak matahari belum terbit.
Mereka menggapai-gapaikan tangan mereka ke gedung-gedung yang selalu
tertutup kacanya maksudnya mereka selalu mengalami penolakan ketika akan
melamar pekerjaan. Secara nyata gedung-gedung bertingkat yang ada di kota-
kota besar memang selalu tertutup baik pintu maupun jendelanya. Keadaan
gedung-gedung yang selalu tertutup, membuat anak-anak indonesia yang
mencari pekerjaan di gedung-gedung itu merasa ragu untuk masuk dan
melamar pekerjaan ke sana. Kadang mereka menitipkan surat lamaran pada
satpam yang berjaga di pintu masuk gedung-gedung itu.
9) ´tapi lantas dibuang ke daerah transmigrasi³
´'LEXDQJ´ VHFDUD OHNVLNDO EHUDUWL GLFDPSDNNDQ GLOHPSDUNDQ VHVXDWX
NDUHQD WLGDN EHUJXQD ODJL ´7UDQVPLJUDVL´ DGDODK SHUSLQGDKDQ SHQGXGXN GDUL
satu daerah (pulau) yang berpenduduk padat ke daerah (pulau) lain yang
berpenduduk jarang (KBBI, 2008: 1729).
Secara harfiah makna kalimat nomor sembilan di atas yaitu, anak-anak
Indonesia justru dibuang atau dipindahkan ke daerah transmigrasi di luar kota-
kota besar, seperti Jakarta, Bandung, Surabaya, dan lain-lain. Anak-anak
Indonesia disingkirkan ke kota-kota kecil. Alasan para perebut ladang anak-
anak Indonesia adalah mencari kualitas yang baik untuk dijadikan pekerja di
perusahaan mereka.
10) ´WHUXVLU GDUL WDQDK NHODKLUDQ GHPL EHQGXQJDQ GDQ ODSDQJDQ JROI
NDWDQ\D ´
´7HUXVLU´ PHPLOLNL PDNQD KDUILDK ´GLVXUXK SHUJL GHQJDQ SDNVD GLVXUXK
VXSD\D PHQLQJJDONDQ WHPSDW´ .%%,    6HPHQWDUD LWX ³WDQDK
NHODKLUDQ´ PHPLOLNL PDNQD KDUILDK WDQDK WHPSDW VHVHRUDQJ GLODKLUNDQ GDUL
rahim ibunya. Anak-anak Indonesia yang memliki hak penuh untuk tinggal di
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

kampungnya, tetapi justru diusir karena tanah tempat tinggal mereka akan
dijadikan lapangan golf dan bendungan oleh pemerintah dan pengusaha.
11) ³DQDN-anak Indonesia tercecer di pasar-pasar kota, di kaki-kaki hotel dan
biro-ELURHNVSRUWHQDJDNHUMD´
´7HUFHFHU´ PHPLOLNL PDNQD GHQRWDVL ´7HUWXPSDK EHUFHFHUDQ MDWXK
(hilang) dalam perjalanan; tertinggal jauh, ketinggalan (dari teman-temannya
GVE ´ .%%, 
´3DVDU-SDVDU NRWD´ VHFDUD OHNVLNDO EHUDWWL ´tempat orang berjual beli;
pekan; tempat penjual dan pembeli yang ingin menukar barang atau jasa
dengan uang; (KBBI, 2008: 1129)´ ´.DNL-NDNL KRWHO´ GDODP NDPXV EDKDVD
,QGRQHVLD  ´NDNL´EHUDUWL
a) anggota badan yang menopang tubuh dan dipakai untuk berjalan (dari
pangkal paha ke bawah); b) bagian tungkai (kaki) yang di bawah sekali; c)
bagian suatu benda yang jadi penopang (penyangga) yang berfungsi
sebagai kaki; c) bagian yang di bawah; 6) kata bantu bilangan bagi
payung; 6) ukuran panjang ada 12 inci (dim), ± 0,304 m;

³%LUR´ GDODP .%%, DUWLQ\D ³1 kantor; 2 bagian yang menangani urusan


tertentu; 3 SHUXVDKDDQ MDVD´ .%%,    2OHK SHPHULQWDK DQDN-anak
Indonesia dikirim ke luar negeri untuk dijadika TKI. Mereka mengantri di
perusahan jasa tenaga kerja dan banyak pula yang hanya menjadi pegawai
rendah di hotel-hotel. Beberapa dari mereka masih mengantri untuk melamar
pekerjaan di biro-biro tenaga kerja.
12) ´DQDN-DQDN,QGRQHVLDDNDQGLEDZDNHPDQDNDK´
Penyair masih bertanya akan dibawa kemanakah anak-anak Indonesia.
Pada baris ini penyair menanyakan nasib anak-anak Indonesia yang belum
mendapatkan pekerjaan.
13) ´NHWLND EDQJNX-bangku sekolah bukan lagi dewa yang bisa menolong
QDVLEPHUHND´
´%DQJNX´ GDODP .%%, EHUDWL ´SDSDQ \DQJ WHUEXDW GDUL ND\X ELDVDQ\D
paQMDQJ EHUNDNLXQWXNWHPSDWGXGXN´  ³6HNRODK´VHFDUDKDUILDK
EHUDUWL ³a) bangunan atau lembaga untuk belajar dan mengajar serta tempat
menerima dan memberi pelajaran (menurut tingkatannya, ada); b) waktu atau
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

pertemuan ketika murid diberi pelajaran; c) usaha menuntut kepandaian (ilmu


SHQJHWDKXDQ SHODMDUDQ´ .%%, 
³'HZD´ GDODP .%%, EHUDUWL ³a) makhluk Tuhan yang berasal dari sinar
yang ditugasi mengendalikan kekuatan alam; b) orang atau sesuatu yang sangat
dipuja-SXMD´    ´1DVLE´ VHFDUD KDUILDK GDODP .%%, PHPLOLNL
SHQJHUWLDQ´VHVXDWX\DQJVXGDKGLWHQWXNDQROHK7XKDQDWDVGLULVHVHRUDQJ´
Penyait bertanya bagaimana nasib anak-anak Indonesia yang seharusnya
mendapat penghidupan yang layak di negerinya sendiri. Kini mereka seolah
tidak ada gunanya sebab pendidikan pun tidak lagi bisa membantu
memperbaiki nasib anak-anak Indonesia.
b. Analisis Hermeneutik
1) ´NHKLODQJDQODGDQJGLNDPSXQJPHUHND´
$UWL NDWD ´ODGDQJ´ VHFDUD OHNVLNDO VXGDK SHQHOLWL VHEXWNDQ SDGD Dnalisis
heuristik di atas, dan berdasarkan makna denotatif tersebut, ladang adalah
WHPSDW EHUFRFRN WDQDP VDZDK DWDX WHJDO .DWD ´ODGDQJ´ DSDELOD GLNDWDNDQ
sebagai sebuah tanda, maka ia memiliki makna sesuatu yang dapat
memberikan kehidupan bagi manusia, manusia yang dimaksud dalam puisi ini
adalah anak-anak Indonesia. Sesuatu yang dimaksud penyair yang dapat
memberi kehidupan itu dapat berwujud lapangan pekerjaan, modal usaha,
kesempatan untuk mendirikan usaha. Pada baris nomor satu ini, anak-anak
Indonesia telah kehilangan kesempatan untuk mencari penghasilan,
mendirikan tempat usaha, kehilangan modal usaha, dan bahkan kehilangan
tempat tinggal. Semua itu terjadi karena ladang dan kampung halaman mereka
diubah menjadi bendungan, lapangan golf, gedung-gedung bertingkt, dan
simbol-simbol kapitalis lainnya. Pernyataan peneliti ini merujuk pada kutipan
baris nomor delapan belas dan sembilan belas, yaitu:
terusir dari tanah kelahiran (demi bendungan
dan lapangan golf, katanya) anak-anak Indonesia
Namun, peneliti menemukan kerancuan pada baris pertama ini. Apabila
peneliti merujuk pada baris nomor delapan belas dan sembilan belas, maka
seharusnya anak-anak Indonesia tidak kehilangan ladang mereka. Justru
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

lapangan golf bisa mereka jadikan ladang baru. Anak-anak Indonesia harusnya
tidak mengandalkan ladang lama yang sudah ada sebagai sumber penghasilan
mereka. Mereka harus mengikuti perkembangan zaman. Dengan adanya
lapangan golf dan bendungan justru membantu peningkatan taraf hidup
mereka. Lewat lapangan golf mereka dapat menciptakan lahan usaha seperti
toko-toko yang menyediakan peralatan golf, membuka rumah makan, dan
fasilitas penunjang lain.
2) ´DQDN-DQDNLQGRQHVLDPHUDQJNDN´
3) ´GLORURQJ-ORURQJJHODSNRWD´
%DULVQRPRUGXDGDQWLJDDGDNDWD³PHUDQJNDN´ yang merupakan sebuah
lambang ketidakmampuan anak-anak Indonesia untuk berdiri tegak
menghadapi kemajuan zaman. Anak-anak Indonesia merangkak seperti bayi
yang baru lahir, tidak tahu apa pun, tidak punya kekuatan untuk bertahan
hidup dan bergantung pada orang lain. Bahkan untuk berdiri mereka
membutuhkan benda-benda atau orang lain di sekitarnya. Peneliti mengaitkan
pernyataan peneliti ini pada baris nomor satu sehingga tidak heran apabila
anak-anak Indonesia kehilangan ladang di kampung mereka.
Lorong gelap kota merupakan lambang kehidupan di kota-kota besar yang
jauh dari keadaan sejahtera. Lorong melambangkan penghasilan, mata
pencaharian, dapat pula berarti jalan yang menghubungkan satu bagian ke
bagian lain, jalan yang menghubungkan anak-anak Indonesia pada kehidupan
yang lebih baik. Namun, lorong yang disebutkan penyair adalah lorong gelap.
Gelap tidak selalu berarti kematian, kejahatan, atau keburukan. Gelap padat
SXOD EHUDUWL NHPLVNLQDQ NHVHQJVDUDDQ SHQGHULWDDQ ³/RURQJ JHODS´ JHODS
dapat pula berarti penghasilan yang sedikit yang menyebabkan anak-anak
Indonesia hidup dalam kesengsaraan.
berjejal mereka di gerbong-gerbong
kereta api senja
.DWD³NHUHWDDSLVHQMD´PHUXSDNDQVHEXDKODPEDQJGDULNHKLGXSDQNDXP
EDZDK6HFDUDGHQRWDWLI³NHUHWDDSLVHQMD´PHPLOLNLDUWLDODWWUDQVSRUWDVL\DQJ
ditarik oleh lokomotif, berjalan di rel, dan kereta ini beroperasi saat senja atau
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

sore. Namun, yang dimaksud penyair dengan kereta api senja bukan sekadar
itu. Kereta api senja adalah alat transportasi yang akan membawa mereka
kembali ke kampung halaman mereka, kembali ke ladang-ladang mereka yang
WHODK KLODQJ WDGL .HPEDOL VHWHODK VHKDULDQ PHUHND ³PHUDQJNDN GL ORURQJ-
ORURQJJHODSNRWD´0HUHNDPHQMHMDOLNHUHWDDSLVHQMDNDUHQDNHUHWDLWXDGDODK
rasa puas mereka setelah seharian mencari uang.
terimpit dalam bus-bus kota
tanpa jendela
´%XV NRWD´ DGDODK DODW WUDQVSRUWDVL \DQJ PHPEDZD GDUL VDWX WHPSDW NH
WHPSDW ODLQ ´%XV NRWD´ GDSDW SXOD EHUDUWL WHPSDW PHQFDUL XDQJ EDJL SDUD
pengamen, para pedagang DVRQJDQ ´%XV NRWD´ ELVD PHQMDGL VLPERO
kesewenang-wenangan kebijakan yang salah. Bus Way adalah contoh nyata
NHJDJDODQ SHPHULQWDK PHZXMXGNDQ NHELMDNDQQ\D 0DNQD ´EXV NRWD´ XQWXN
puisi ini adalah tempat mencari uang, bagi para pengamen, pedagang asongan,
GDQ ´NHQHN´ EXV NRWD 0HUHND VDOLQJ EHULPSLWDQ SHQXK SHOXK  1DPXQ ELOD
PHUXMXNSDGDNXWLSDQ´WDQJDQPHUHNDNHJHGXQJ-JHGXQJEHUNDFD´PDNDEXV
kota adalah simbol bursa kerja yang didatangi anak-anak Indonesia melamar
kerja. Di bus kota, mereka berimpitan, berebut tempat duduk. Antre menunggu
giliran duduk. Di bursa kerja pun seperti itu. Mereka antre giliran, dan tempat
duduk artinya pekerjaan yang ditawarkan bursa kerja.
%HULPSLWDQGLEXVNRWDWDQSDDGDMHQGHOD´MHQGHOD´DGDODKOXEDQJNHOXDU
masuknya udara segar. Udara segar adalah sumber kehidupan yang sehat. Jadi
kalau tidak ada jendela bagaimana anak-anak Indonesia dapat hidup sehat? Itu
pengertian heuristiknya. Tetapi, jendela yang dmaksud penyair adalah celah
untuk melihat sesuatu. Apabila di bus kota tidak ada jendela, maka anak-anak
Indonesia tidak dapat melihat peluang/kesempatan untuk bekerja. Mereka akan
terus berimpitan di dalam bus, berebut kursi-kursi yang ada di dalam bus.
Padahal di luar bus masih banyak kendaraan lain yang menawarkan kursi yang
nyaman. Kendaraan yang peneliti maksud adalah tempat lain untuk mencari
pekerjaan.
anak-anak Indonesia akan digiring
ke manakah mereka
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

NDWD ´GLJLULQJ´ ELDVDQ\D GLWXMXNDQ XQWXN ELQDWDQJ $QDN-anak indonesia


akan dituntut ke suatu tempat atau keadaan yang tidak menguntungkan
mereka. Bus-bus itu akan menggiring mereka pada kehidupan yang lebih
buruk. Di dalam bus kota saja sudah berimpitan, apalagi setelah turun di
tempat yang tidak jelas. Peneliti dapat mengatakan kalau mereka akan digiring
NH WHPSDW \DQJ WLGDN MHODV GDUL NXWLSDQ EDULV QRPRU VHPELODQ ´NH PDQDNDK
PHUHND´
bagai berjuta bebek mereka besuara
.DWD ´EHEHN´ PHZDNLOL VRVRN DQDN-anak Indonesia. Bebek adalah
binatang yang mudah sekali dikendalikan, penurut, tapi berisik. Bebek juga
binatang petelur dan pedaging. Kualitas telurnya lebih baik daripada telur
ayam. Dengan demikian anak-anak Indonesia dianggap sebagai bebek-bebek
yang penurut yang mudah dikendalikan. Mereka berteriak-terika pun orang
tidak peduli.
menyanyi lagu tanpa syair dan nada
Anak-DQDN ,QGRQHVLD PHQ\DQ\L WDQSD QDGD GDQ V\DLU ³1DGD´ DGDODK
WLQJJLUHQGDKQ\DVXDUDGDQ³V\DLU´DGDODKSXLVLODPDV\DLUDGDODKVDMDNGDSDW
pula diartikan susunan kata-kata. Maksud kalimat nomor sebelas di atas adalah
anak-anak Indonesia mencoba memberontak, melawan dengan kata-katanya,
tapi kata-kata mereka tidak didengar. Perkataan mereka dianggap omong
kosong (Syair tanpa nada)
sebelum matahari terbit, anak-anak Indonesia
´6HEHOXPPDWDKDULWHUELW´PHPLOLNLPDNQDsaat subuh, dini hari, pagi-pagi
buta, saat matahari belum terbit. Saat orang-orang masih terlelap tidur. Saat
itulah perjuangan anak-anak Indonesia di mulai. Mereka harus lebih rajin dari
matahari kalau ingin mendapat penghasilan yang banyak hari ini.
berderet di tepi-tepi jalan raya, menggapai-gapaikan
tangan mereka ke gedung-gedung berkaca
yang selalu tertutup pintu-pintunya
´%HUGHUHW´DUWLQ\DEHUEDULVGHQJDQUDSLEHUMHMHUGHQJDQWHUDWXUGLSLQJJLU
jalan. Di pinggir jalan anak-anak indonesia menunggu kedatangan bus kota.
´PHQJJDSDL-JDSDLNDQ WDQJDQ´ PDNVXGQ\D VDDW DGD EXV NRWD PHUHND
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

memberhentikan bus itu. Lalu naik bus itu. Bus itu adalah bursa kerja. Lalu
EHUGHUHW DUWLQ\D DQWHDQ VDDW PHODPDU NHUMD  ´*HGXQJ-gedung berkaca yang
selalu tertutup pintu-SLQWXQ\D´ DGDODK VLPERO NHDQJNXKDQ SDUD SHPLOLN
perusahan. Pemilik perusahaan menerapkan seleksi ketat ketika memilih
karyawan. Yang berkualitas baik diterima dan yang memiliki kualitas standar
dibuang ke daerah transmigrasi.
dari pagi hingga sore mereka antre lowongan kerja
tapi lantas dibuang ke daerah transmigrasi
.DWD ³SDJL³ PHPLOLNL DUWL NHVHPSDWDQ EDUX EDJL DQDN-anak Indonesia
XQWXN PHQFDUL SHNHUMDDQ ³VRUH³ SXQ PDVLK PHQMDGL NHVHPSDWDQ EDJL DQDN-
anak Indonesia untuk mengais rizki. Jadi, sepanjang hari bagi anak-anak
Indonesia adalah kesempatan mencari pekerjaan.
Daerah transmigrasi, memiliki acuan daerah di luar kota besar yang masih
belum terjamah pembangunan. Daerah transmigrasi tidak selalu di luar pulau
Jawa. Daerah transmigrasi bisa juga berarti lahan baru untuk usaha. Anak-anak
Indonesia yang antre melamar pekerjaan dibawa ke daerah transmigrasi
dengan tujuan mendapatkan kesempatan di daerah transmigrasi tersebut.
Mencari pekerjaan tidak harus di kota besar, di daerah transmigrasi justru
mereka dapat mengembangkan potensi mereka dan daerah-daerah yang belum
terjamah pembangunan.
terusir dari tanah kelahiran (demi bendungan
dan lapangan golf, katanya) anak-anak Indonesia
tercecer di pasar-pasar kota, di kaki-kaki hotel
dan biro-biro ekspor tenaga kerja
.DWD ³WDQDK NHODKLUDQ³ PHQJDFX SDGD NDPSXQJ KDODPDQ UXPDK DWDX
WHPSDW WLQJJDO ´WDQDK NHODKLUDQ´ GDSDW SXOD PHQ\LPERONDQ VHEXDK SLNLUDQ
yang kolot. Sebab anak-anak Indonesia tidak mau pergi dari tanah
kelahirannya, kampung halamannya. Padahal di luar tanah kelahiran banyak
WHUGDSDW NHVHPSDWDQ PHQGDSDW SHNHUMDDQ ³%HQGXQJDQ³ GDQ ³ODSDQJDQ JROI³
adalah simbol kemajuan pola pikir. Para pengusaha membangun bendungan
dan lapangn gokf di daerah pinggiran tentu dengan alasan meratakan
pembangunan. Kalau para investor itu tidak membangun fasilitas di daerah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

pinggiran (tanah kelahiran anak-anak Indonesia), maka pembangunan tidak


PHUDWD )UDVH ³SDVDU-SDVDU NRWD³ PHPLOLNL DFXDQ WHPSDW EHUWHPXQ\D SHQMXDO
dan pembeli, tempat tawar-menawar, tempat bertemunya kaum borjuis dengan
kaum bawah, tempat kampanye karena di sana biasanya para calon pejabat
menyebarkan janji-janjinya, pasar adalah cermin kemiskinan karena di sana
banyak pengemis, kuli angkut, pedagang-pedagang modal kecil, tukang parkir,
semua mengair rizki id tempat ini. Pasar dapat pula menjadi simbol
kebohongan. Kebohongan karena di sana banyak penjual yang menipu
pembeli dengan harga yang tidak terkendali dan berbuat curang dengan
memberikan barang dagangan yang berkualitas jelek, tetapi diharagi tinggi.
Pasar juga merupakan sumber penghasilan.
1DPXQ SHQHOLWL PHPLOLK PDNQD ³SDVDU³ VHEDJDL WHPSDW \DQJ
menyediakan lapangan kerja, seperti bursa kerja. Pernyataan peneliti tersebut
GLGXNXQJEDULVEHULNXWQ\D \DLWX³GDQELUR-biURHNVSRUWHQDJDNHUMD³³NDNL-
NDNLKRWHO³PHQ\LPERONDQNDODXDQDN-anak Indonesia tidak bisa memperoleh
pekerjaan yang layak, maka mereka hanya akan tinggal di kaki-kai hotel.
³NDNL-NDL KRWHO³ GDSDW SXOD PHQ\LPERONDQ NHKLGXSDQ EDZDK JHODQGDQJDQ
kumuh, dan miskin.
anak-anak Indonesia akan dibawa kemanakah
ketika bangku-bangku sekolah bukan lagi dewa
yang bisa menolong nasib mereka.
´%DQJNX-EDQJNX VHNRODK´ PHQ\LPERONDQ SHQGLGLNDQ \DQJ VXGDK
ditempuh anak-anak Indonesia. Namun pendidikan ternyata tidak dapat
membantu semua anak-anak Indonesia mendapatkan pekerjan yang layak.
Beberapa dari mereka tercecer di jalan, menjadi tukang parkir, tukang becak,
bahkan ada yang menjadi gelandangan (disimbolkan dengan di bawah kaki-kai
hotel),
Bait pertama menceritakan bahwa banyak anak muda yang datang dari
desa ke kota untuk mencari pekerjaan yang lebih baik. Namun mereka tidak
dapat apa-apa di kota. Mereka sudah berusaha dengan sekuat tenaga, namun
perusahaan-perusahaan yang mereka datangi enggan menerima pekerja dari
desa. Mereka justru dipindah ke daerah transmigrasi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Pada bait 1 ini, penyair tidak terlalu banyak menggunakan bahasa kias
sehingga memudahkan pembaca memahami makna puisi ini. Penyair lebih
banyak menggunakan bahasa konkret. Peneliti menambahkan tanda titik yang
ditulis dalam tanda kurung untuk membentuk kalimat yang mempunyai arti.
Penyair menggambarkan dengan jelas keadaan ibu kota yang berlaku kejam
pada para pendatang. Ada majas perumpamaan yang digunakan oleh penyair,
contohnya dapat dilihat pada kutipan di bawah ini:
³EDJDLEHUMXWDEHEHNPHUHNDEHVXDUD´
Anak-anak Indonesia yang adalah pendatang dari kampung diumpakan
seperti bebek yang berbaris dan suka berkotek-kotek saar mencari makan.
Bebek adalah gambaran binatang yang berisik dan bodoh. Seperti itulah
gambaran anak-anak Indonesia di mata para pengusaha itu, saat melamar
pekerjaan. Berdasarkan analisis heuristik bait kedua di atas, makna puisi pada
bait kedua sangat jelas. Penyair juga tidak menggunakan bahasa kias yang
sulit dipahami. Penyair lebih banyak menggunakan kata konkret, seperti pada
kutipan di bawah ini:
terusir dari tanah kelahiran (demi bendungan
dan lapangan golf, katanya) anak-anak Indonesia
tercecer di pasar-pasar kota, di kaki-kaki hotel
dan biro-biro ekspor tenaga kerja
Bait 2 ini menggambarkan anak-anak Indonesia tidak diperlakukan secara
manusaiwi oleh para pengusaha. Para pengusaha ini telah merampas tempat
tinggal anak-anak Indonesia. Mereka mengubah lahan-lahan permukiman
menjadi lahan usaha yang hanya menguntungkan bagi pengusaha-pengusaha
tersebut. Para pengusaha mempunyai cukup alasan menolak anak-anak
Indonesia yang berasal dari kampung itu. Para pengusaha lebih memilih
tenaga kerja yang memiliki kualitas tinggi. Itu juga yang menjadi alasan anak-
anak Indonesia dipindahkan ke daerah transmigrasi. Daerah transmigrasi yang
dimaksud bukan hanya derah dterpencil di luar pulau Jawa. Namun, daerah
terpencil di sekitar kota-kota besar. Tujuan pemerintah mengirim anak-anak
Indonesia ke daerah transmigrasi adalah untuk pemerataan pembangunan,

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Pada bait 2, peneliti juga menemukan baris yang menngunakan majas


perumpamaan, yaitu,
... anak-anak Indonesia
tercecer di pasar-pasar kota, di kaki-kaki hotel

.DWD´WHUFHFHU´PHUXSDNDQNDWDkias yang akan memiliki makna berbeda


bila penggunaanya dirangkai dengan kalimat yang lengkap seperti kalimat
´DQDN-anak Indonesia tercecer di pasar-SDVDU NRWD´ 7HUFHFHU SDGD NDOLPDW
tersebut memiliki makna bahwa anak-anak Indonesia mendatangi pasar-pasar.
Pasar-pasar yang dimaksud adalah pasar bursa kerja. Anak-anak berusaha
mencari pekerjaan di bursa-bursa kerja yang dibuka oleh perusahaan-
perusahaan di kota.selain itu mereka berusaha mencari pekerjaan apa pun asal
dapat menghasilkan uang. Mulai dari buruh angkut sayur, tukang becak,
tukang parkir, tukang bersih-EHUVLK .HPXGLDQ IUDVH ´NDNL-NDL KRWHO´ MXJD
mengandung makna kias. Kaki-kaki yang dimaksud pada frase tersebut tentu
saja bukan kaki dalam makna yang sebenarnya. Kaki yang dimaksud adalah
emperan-emperan hotel. Maksudnya adalah anak-anak Indonesia tersebut
tidak mampu mengelola keuangan mereka ketika masih berpenghasilan tetap.
.DWD ´KRWHO´ GL VLQL PHPLOLNL PDNQD NHKLGXSDQ \DQJ PDSDQ 1DPXQ NDUHQD
anak-anak Indonesia tersebut kurang pandai mengelola penghasilan mereka,
mereka justru kembali menjadi melarat/miskin yang diibaratkan seperti tinggal
di kaki-kai hotel.. Kemudian perhatikan kutipan kalimat di bawah ini!
´NHWLNDEDQJNX-EDQJNXVHNRODKEXNDQODJLGHZD´

Baris di atas mempunyai maksud bahwa penyair ingin mengibaratkan


bangku sekolah atau pendidikan adalah hal penting yang dapat dijadikan bekal
oleh anak-anak Indonesia untuk memperbaiki taraf hidup. Namun ternyata
pendidikan kini tidak ada kontribusi apapun dalam menjamin kualitas hidup
anak-anak Indonesia.
Analisis hermeneutik sangat mudah dilakukan, apalagi penyair banyak
menggunakan bahasa konkret. Maksud penyair yang diungkapkan lewat puisi
tersebut adalah bahwa anak-anak Indonesia yang seharusnya dapat menikmati
hidup layak di tanah kelahirannya. Anak-anak justru terusir dan dikalahkan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

oleh kepentingan perusahan-perusahaan yang merampas hak anak-anak


Indonesia. Bahkan anak-anak Indonesia yang berpendidikan tinggi pun tidak
dapat menikmati kekayaan tanah airnya. Bukan karena tidak mampu bekerja,
namun tidak memiliki tempat tinggal dan kesempatan berkerja. Ketika mereka
mengadu nasib ke kota-kota besar, mereka juga disepelekan. Tunas-tunas
bangsa itu justru dibuang ke daerah-daerah terpencil di luar pulau Jawa.
Kebijakan pemerintah tersebut justru mematikan kreativitas dan produksivitas
anak-anak bangsa. Seharusnya yang dipindah ke daerah transmigrasi adalah
perusahaan-perusahaan itu sehingga pembangunan menjadi rata.
Puisi yang berjudul Anak-anak Indonesia karya Ahmadun Yosi Herfanda
ini menurut peneliti mudah dipahami dan cocok sebagai materi pembelajaran
apresiasi puisi siswa kelas X SMA. Penyair tidak banyak menggunakan
bahasa kias dan figuratif. Penyair lebih banyak menggunakana kata konkret
yang dekat kehidupan para siswa.
2. Terjebak Dilema karya Silvia Rianti A.
2 jam sepekan sekolah
disuapi English Grammar. . . tetek begek subbahasam
present tense! Past! Future! Prefect . . . plus beberapa
formula kalimat positif, negatif, juga interogatif . . .
semua harus dihafal sampai pemakaian to be dan auxiliry-nya

2 jam berikutnya masih sepekan sekolah


Dijejali English vocabulary serba sulit pelafalannya
mulai adjective! Noun! Verb! Preposition! Hingga
conjunction! Belum lagi idiomatic, exprestion, dan adverb
yang bercabang menjadi adverb of time, frequency, manner
cuma adverb of palce yang mudah
semua harus diingat tanpa kecuali memegang kamus panduan Oxford
Learner Pocket Dictionary

2 jam selanjutnya masih sepekan sekolah


Praktik English conversation dengan teman sebangku . . . kadang
Discussion dan debate yang melibatkan otak, hati, dan liur
Itulah . . . 6 jam sepekan sekolah. Bahasa Inggris selalu masuk agenda
XWDPD´'HPLPDVDGHSDQJHQHUDVLPXGD´NDWDQ\D
Tapi, nampaknya semua terjebak dilema. Siswa menjunjung
Tinggi bahasa Inggris dan menginjak-injak bahasa Indonesia . . .
Siapa yang salah????
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

(Dikutip dari Horizon dalam Kompeten Berbahasa


Indonesia kelas X SMA, 2006: 82)

a. Analisis Heuristik
Untuk memudahkan dalam analisis heuristik, maka peneliti memilih
memparafrase puisi Terjebak Dilema.
Parafrase bait 1
2 jam sepekan (belajar bahasa Inggris di) sekolah. (para siswa) disuapi
English Grammar ... tetek begek subbahasam. (Ada pula) present tense! Past!
Future! Prefect ... plus beberapa(,) formula kalimat positif, negatif, juga
interogatif ... (.) Semua harus dihafal sampai pemakaian to be dan auxiliry-nya(.)
Bait 1 ini, penyair ingin menjelaskan tentang pelajaran bahasa Inggris yang
harus dialami siswa selama 2 jam pelajaran setiap pekan. Materi tentang grammar
yang membuat para siswa kesulitan untuk mempelajarinya. Penyair sengaja
menyebutkan secara detail submateri yang dipelajari dalam grammar untuk
menggambarkan banyaknya jumlah materi dan kesulitan menghafal teori-teori
WHUVHEXW 7DQGD ´WLWLN´ GDODP NXUXQJ VHQJDMD SHQHOLWL WDPEDKNDQ VXSD\D NDOLPDW
menjadi utuh dan jelas unsur-unsurnya (subjek, predikat, objek, dan keterangan).
3HQJJXQDDQWDQGD´WLWLN-WLWLN´\DQJSHQXOLVDQQ\DGLOHWDNNDQVHWHODKLVWLODK-istilah
bahasa Inggris merupakan penanda bahwa masih banyak istilah bahasa Inggris
yang belum disebutkan.
Parafrase Bait 2
2 jam berikutnya masih sepekan sekolah(.) Para siswa masih dijejali English
vocabulary yang serba sulit pelafalannya(,) mulai adjective(!) Noun(!) Verb(!)
Preposition(!) Hingga conjunction(!) Belum lagi idiomatic, exprestion, dan
adverb yang bercabang menjadi adverb of time, frequency, manner cuma adverb
of palce yang mudah semua harus diingat tanpa kecuali(.) (Semua siswa wajib)
memegang kamus panduan Oxford Learner Pocket Dictionary(.)
Parafrase bait kedua sudah cukup memperjelas maksud puisi tersebut. Bait
kedua ini memberi penekanan bahwa siswa harus mengahafal semua teroi bahasa
Inggris. Siswa harus mampu melafalkan kosakata bahasa Inggris dengan tepat.
Parafrase bait 3
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

2 jam selanjutnya masih sepekan sekolah(.) (Para siswa harus) praktik


English conversation dengan teman sebangku . . . kadang Discussion dan debate
yang melibatkan otak, hati, dan liur. Itulah . . . 6 jam sepekan sekolah. Bahasa
,QJJULVVHODOXPDVXNDJHQGDXWDPD´'HPLPDVDGHSDQJHQHUDVLPXGD´NDWDQ\D
Tapi, nampaknya semua terjebak dilema. Siswa menjunjung Tinggi bahasa Inggris
dan menginjak-injak bahasa Indonesia . . . Siapa yang salah????
Secara leksikal, bahasa yang digunakan penyair sangat mudah dipahami.
Puisi ini benyak menggunakan tanda titik-titik, maksudnya ada bagian dari istilah
bahasa Inggris yang belum disebutkan. Bait ketiga ini, penyair ingin
mengungkapkan kebingungannya mengapa para siswa wajib belajar bahasa
Inggris. Padahal keberadaan bahasa Indonesia masih sangat memperihatinkan.
b. Analisis Hermeneutik Puisi
Pengunaan kata kias juga peneliti temukan pada bait pertama, meskipun
KDQ\D VDWX \DLWX ´GLVXDSL´ .DWD ´GLVXDSL´ SDGD SXLVL ini maknanya bukanlah
suap dalam arti diberi makan, namun maknanya adalah diberi submateri bahasa
Inggris yang banyak dan sulit. Penggunaan tanda titik-titik yang terletak di
belakang kata-NDWD VHSHUWL ´Grammar, perfect WHPDQ VHEDQJNX GDQ LWXODK´
mengandung makna bahwa penyair hendak menggambarkan banyaknya jumlah
istilah atau teori bahasa Inggris dipelajari. Makna tanda tanya yang banyak
GLJXQDNDQ GL EHODNDQJ NDWD ´VDODK´ PHPLOLNL PDNQD EDKZD SHQ\DLU LQJLQ WDKX
siapa yang harus brtanggung jawab bahwa kenyataannya bahasa Indonesia
menjadi tersisih akibat keberadaan bahasa Inggris.
Puisi yang berjudul Terjebak Dilema ini memiliki relevansi yang erat dengan
kehidupan para siswa. Sebab puisi ini membahas mata pelajaran yang paling
ditakuti para siswa. Puisi ini cocok digunakan sebagai materi ajar apresiasi puisi
klarena bahasa yang mudah dipahami dan temanya sangat dekat dengan siswa.
Puisi ini juga membawa pesan bahwa bangsa Indonesia harus tetap mengharagi,
menghormati, dan menjunjung tinggi bahasa Indonesia, serta menggunakan
bahasa Indonesia secara baik dan benar.
3. Tanah Kelahiran 1 karya Ramadhan K. H
Seruling di pasir ipis, merdu
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

antara gundukan pohon pina


tembang menggema di dua kaki.
Burangrang±Tangkubanprahu
Jamrut di pucuk-pucuk,
Jamrut di air tipis menurun.
Membelit tangga di tanah merah,
dikenal gadis-gadis dari bukit.
Nyanyian kentang sudah digali,
Kenakan kebaya ke pewayangan
Jamrut di pucuk-pucuk,
jamrut di hati gadis menurun.

(Dikutip dari Herman J. Waluyo dalam Kompeten


Berbahasa Indonesia kelas X SMA, 2006: 15-16)

a. Analisis Heuristik
1) ´6HUXOLQJGLSDVLULSLVPHUGXDQWDUDJXQGXNDQSRKRQSLQD´
Kalimat di atas secara leksikal mengandung arti bahwa ada sebuah
seruling yang tergeletak di pasir ipis memiliki suara yang merdu/seruling itu
tergeletak di antara gunduhukan pohon pina.
´VHUXOLQJ´EHUDUWL´DODWPXVLNWLXS\DQJWHUEXDWGDULEXOXKEDPEXORJDP
VXOLQJ´ .%%, 
2) ³WHPEDQJPHQJJHPDGLGXDNDNL´
Terdengar suara tembang/lagu tradisional yang berasal dari dua kaki
gunung, yaitu Burangrang±Tangkubanprahu. Tembang itu dinyanyikan oleh
VHQLPDQGDULGHVD \DQJDGDGLEXNLW³WHPEDQJ´ VHFDUDKDUILDKEHUDUWL ³V\DLU
yang diberi berlagu (untuk dinyanyikan); nyanyian; 2 SXLVL´
³NDNL´ PDNQD GHQRWDVLQ\D DGDODK ³a) anggota badan yang menopang
tubuh dan dipakai untuk berjalan (dari pangkal paha ke bawah); b) bagian
tungkai (kaki) yang di bawah sekali; c) bagian suatu benda yang jadi penopang
(penyangga) yang berfungsi sebagai kaki; d) bagian yang di bawah; e) kata
bantu bilangan bagi payung; f) XNXUDQSDQMDQJDGDLQFL GLP “P´
3) ³-DPUXWGLSXFXN-SXFXN-DPUXWGLDLUWLSLVPHQXUXQ´
Jamrut secara leksikal berarti intan berwarna hijau. Namun jamrut yang
dimaksud dalam puisi ini adalah hamparan perkebunan teh. Dedauanan teh
hijau yang masih muda sedang tumbuh subur di pucuk-pucuk pohon teh dan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DGD SXOD VHPDN GDQ UHUXPSXWDQ GL VHNLWDU DLU PHQXUXQ DLU WHUMXQ  ´SXFXN´
DUWLQ\D´GDXQPXGD GLSXQFDNSRKRQDWDXGLXMXQJUDQWLQJ ´´$LUPHQXUXQ´
maksudnya air yang mengalir turun dari suatu tempat yang tinggi.
4) ³0HPEHOLWWDQJJDGLWDQDKPHUDKGLNHQDOJDGLV-JDGLVGDULEXNLW´
´0HPEHOLW´ VHFDUD KDUILDK EHUDUWL ´PHOLOLW PHOLQJNDU-lingkar; mengikat
(membalut) berlilit-lilit:, melibat; menyangkutkDQ NH GDODP SHUNDUD GVE´
.%%,    ´7DQDK PHUDK´ DGDODK WDQDK \DQJ EHUZDUQD PHUDK
´*DGLV´  GDODP NDPXV EDKDVD ,QGRQHVLD EHUDUWL ´a) perempuan yang sudah
akil balig; dara; b) perempuan yang belum kawin; perawan; c) belum beranak
atau bertelur (biQDWDQJ ´    ODOX ´EXNLW´ EHUDWL ´WXPSXNDQ WDQDK
\DQJ OHELK WLQJJL GDUL WHPSDW VHNHOLOLQJQ\D OHELK UHQGDK GDUL JXQXQJ´
(KBBI, 2008: 228).
Kebun teh itu menurun dari atas bukit ke bawah. Lalu di antara kebun teh
itu ada jalan setapal menurun yang dipenuhi rumput. Rerumputan itu menjalar
dari tangga-tangga yang terbentuk secara alami dari tanah merah. Biasanya di
sekitar air terjun ada anak tangga yang terbuat dari tanah dan di sekitarnya
tumbuh semak dan rumput. Bila diliha dari atas bukit tampak seperti jamrut.
Terlihat pula gadis-gadis pemetik teh yang sedang memetik pucuk daun teh.
5) ´1\DQ\LDQNHQWDQJVXGDKGLJDOL´
³1\DQ\LDQ´ GDODP .%%,    DUWLQ\D ³\DQJ GLQ\DQ\LNDQ DWDX
ODJX´NHPXGLDQ³NHQWDQJ´EHDUWLtumbuhan sayuran yang menghasilkan umbi
\DQJEDQ\DNPHQJDQGXQJSDWL´ .%%,
Maksud kalimat tersebut adalah kentang-kentang yang dulu ditanam, kini
bernyanyi kepada para gadis-gadis desa supaya cepat digali dan dipanen.
Kalimat ini juga mengandung arti perayaan panen kentang yang dilakukan
oleh para petani dan gadis-gadis pemanen kentang.
6) ´.HQDNDQNHED\DNHSHZD\DQJDQ´
³.HED\D´GDODP.%%,  DUWLQ\D³baju perempuan bagian atas,
berlengan panjang, dan dipakai dengan kain panjang´ 3HQ\air menyebutkan
SDUD JDGXV PHPDNDL NHED\D NH SHZD\DQJDQ ³SHZD\DQJDQ´ DWDX ³ZD\DQJ´
secara harfiah berarti,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

³a) boneka tiruan orang yang terbuat dari pahatan kulit atau kayu yang
dapat dimanfaatkan untuk memerankan tokoh dalam pertunjukkan drama
tradisional (Bali, Jawa, Sunda, dsb), biasanya dimainkan oleh dalang; b)
pertunjukan wayang (selengkapnya); c) orang suruhan yang harus
bertindak sesuai dengan perintah orang lain; d) bayang-ED\DQJ´ .%%,
2008: 1812).

Para gadis desa yang memanen kentangdan memetik teh tadi


mengenakan kebaya tradisional, sehingga terlihat manis..
7) ³-DPUXWGLSXFXN-SXFXNMDPUXWGLKDWLJDGLVPHQXUXQ´
Pucuk-pucuk daun di pepohonan teh sudah dipetik sehingga kini
hamparan pohon teh itu tampak tidak indah lagi. Setelah analisis secara
heuristik, puisi akan mudah dipahami lagi jika dipatafrasekan. Sebelum
analisis secara hermeneutik, berikut parafrase puisi Tanah Kelahiran 1:
Seorang seniman desa sedang meniup seruling di pasir ipis. (Seruling itu
berbunyi) merdu. (Di) antara gundukan pohon pina. (Seseorang menyanyikan)
tembang yang menggema di dua kaki (gunung) Burangrang±
Tangkubanprahu.
Jamrut di pucuk-pucuk (pepohonan teh mulai menghijau), Jamrut di air
tipis menurun, (menghiasi air terjun yang mengalir bening). Membelit tangga
di tanah merah. (Tangga dari tanah merah itu sering dilewati dan) dikenal
gadis-gadis dari bukit.
Nyanyian kentang sudah digali (sudah siap dipanen), (Para gadis dari
bukit) mengenakan kebaya ke pewayangan. Jamrut di pucuk-pucuk, jamrut di
hati gadis menurun.
b. Analisis Hermeneutik
1) Seruling di pasir ipis, merdu
antara gundukan pohon pina
tembang menggema di dua kaki.
Burangrang ± Tangkubanprahu

Bait pertama di atas menceritakan suasana di gunung Tangkubanprahu


dan Burangrang. Ada seorang penggembala yang sedang meniup seruling
dan menyanyikan sebuah lagu daerah Sunda. Dua kaki yang dimaksud

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

adalah gunung Tangkubanprahu dan Burangrang, sudah disebutkan di baris


keempat.
2) Jamrut di pucuk-pucuk,
Jamrut di air tipis menurun.
Jamrut yang penyair maksud dalam puisinya tersebut adalah daun-daun
teh yang tumbuh di pucuk pohon, bisa juga hamparan kebun teh. Kebun the
apabila dilihat dari atas bukit/gunung Tangkubanprahu dan Burangrang
tampak seperti jamrut/intan berwana hijau.
Jamrut yang ada di air tipis menurun maksudnya adalah rerumputan yang
tumbuh di sekitar aliran air sungai yang mengalir menuruni bukit. Apabila
dilihat dari puncak bukit pun terlihat seperti jamrut atau intan berwarna hijau.
³-DPUXW´GDODPSXLVLLQLDGDODKNHEXQWKHPHUXSDNDQSHPDQGDQJDQOD]LP
di pegunungan. Lalu ada sungai yang mengalir menuruni bukit, dan kadang
ada pemandangan penggembala ternak yang menggembala ternak di kaki
bukit.
3) Membelit tangga di tanah merah
dikenal gadis-gadis dari bukit.
Nyanyian kentang sudah digali,
Kenakan kebaya ke pewayangan.
4) Jamrut di pucuk-pucuk,
jamrut di hati gadis menurun.
Bait ketiga dan keempat, pada bait ini penyair ingin menceritakan bahwa
para petani kentang di kedua bukit tersebut, yaitu Tangkubanprahu dan
Burangrang sedang merayakan panen kentang. Panen kentang dirayakan
dengan nyanyian gadis-gadis yang menyanyikan tembang-tembang dari
daerah Sunda. Gadis-gadis itu bernyanyi sambil mengenakan kebaya yang
biasa digunakan para gadis ke pertubjukan wayang. Pada bait ketiga ini,
peneliti menemukan satu kesimpulan yang berhubungan dengan bait pertama,
yang dimaksud peniup seruling adalah para seniman desa yang mengiringi
gadis-gadis berkebaya tadi menyanyi.
0HPDNQDLSXLVL³7DQDK.HODKLUDQ´DNDQOHELKPXGDKELODPHOLKDWSDGD
simbol-simbol alam yang digunakan penyair.simbol-simbol alam seperti
tanah, air, kebuh teh, kentang, gunung Tangkubanprahu dan Burangrang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

merupakan simbol pedesaan yang asri. Sebuah tanah kelahiran yang sejuk,
nyDPDQ GHQJDQ DODP SHGHVDDQ \DQJ PDVLK DVOL .DWD ³MDPUXW´ PHPLOLNL
PDNQD ³SHUNHEXQDQ WHK´ $GD  JDGLV-gadis pemetik teh dan buruh pemanen
kentang yang turun dari bukit untuk memetik teh. Puisi tersebut
meenggambarkan suasana perayaan panen kentang yang diisi dengan tarian
dan nyanyian gadis-gadis desa. Dengan mengenakan kebaya yang biasa
dipakai saat pentas wayang, gadis-gadis tadi menari dan menyanyi dengan
diiringi alunan seruling khas Sunda yang ditiup seniman setempat.
Kebaya ke pewayangan melambangkan kesedehanaan para gadis desa itu
EHUSDNDLDQ QDPXQ WHWDS WHUOLKDW FDQWLN ³-DPUXW GL SXFXN-SXFXN´
melambangkan dedaunan teh yang tumbuh menghijau di pucuk-pucuk pohon
yang menandakan bahwa tanah kelahiran sang pengair sangat subur.
Kenyataannya gubung Tangkubanprahu dan Burangrang memang subur.
Hamparan kebuh teh yang disimbolkan dengan jamrut dan memang benar
menjadi intan hijau bagi penduduk setempat. kebun teh itu adalah tempat bagi
para penduduk setempat mendapatkan uang. Kesimpulannya, puisi Tanah
Kelahiran 1 ini menceritakan pesta panen para pemetik teh dan petani kentang
di daerah gunung Tangkubanprahu dan Burangrang.
4. Perahu Layar karya Darmanto Jatman
Kembang layar kembang
sibak air, ukir wajah laut.
Kembang layar kembang
tabur langi, remangi langit

pada nelayan aku berteriak lantang:


ai, Abang, Abang
pasang layar, Abang, pasang layar
lalu hati meronta berdoa kepada Tuhan:
o, Tuhan, bawalah manusia ini ke tempat taburan ikan
biar hati beriak menyusuri kehidupan

lalu dengan alun aku pun menembang:


kembang layar kembang
laju ke ujung bumi, batas langit dan laut.

(Dikutip dari Kompeten Berbahasa Indonesia kelas


X SMA, 2006: 16-17)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

a. Analisis Heuristik
Analisis heuristik bisa dilakukan dengan menambahkan kata tugas atau
tanda baca agar kalimat dalam puisi menjadi kalimat sempurna dan mudah
dipahami. Bisa juga dilakukan dengan memparafrase puisi tersebut menjadi
karangan bebas. Berikut adalah parafrase puisi Perahu Layar.
Parafrase
(Angin) kembang(kan) layar (perahu) (sehingga) mengembang dan pucuk
perahu menyibak air, dan mengukir wajah laut. (Angin) kembang(kan) layar
(perahu) (sehingga) mengembang (dan) (ber)tabur(an) (di) langit, (lalu layar
itu) (me)remangi langit.
Pada nelayan aku berteriak lantang: ai, Abang, Abang pasang layar,
Abang, pasang layar lalu hati(ku) meronta berdoa kepada Tuhan: o, Tuhan,
bawalah manusia ini ke tempat taburan ikan biar hati (mereka) beriak
menyusuri kehidupan. Lalu dengan (meng)alun aku pun menembang:
kembang layar kembang, laju ke ujung bumi, batas langit dan laut.
Setelah parafrase, peneliti akan melakukan analisis secara heuristik pada
tiap baris dalam puisi tersebut. Berikut analisis secara heuristik,
1) ´.HPEDQJOD\DUNHPEDQJVLEDNDLUXNLUZDMDKODXW´
´.HPEDQJ´ PHQJHPEDQJ VHFDUD KDUILDK EHUDUWL ´a) mekar terbuka atau
membentang (barang yang berlipat atau kuncup), b) menjadi besar (luas,
banyak, dsb); memuai: c) menjadi bertambah sempurna (pribadi, pikiran,
pengetahuan, dsb); 4 menjadi banyak (merata, meluas, dsb):´ .%%, 2008:
  .DWD ´OD\DU´ DUWLQ\D ´D  kain tebal yang dibentangkan untuk menadah
angin agar perahu (kapal) dapat berjalan (laju), b) tabir (tirai) penutup jendela
(pintu); c) tirai; kelir (dipakai pada pertunjukan gambar hidup, drama, wayang
kulit, dsb);´ KBBI, 2008: 892).
.HPXGLDQ NDWD ´6LEDN´ GDODP .%%,    PHPLOLNL DUWL ´cerai;
pisah (ke kanan dan ke kiri) belah (sisiran rambut dsb);´ 0DNQD GHQRWDVL
´XNLU´ EHUDUWL ´menggores (menoreh, memahat, dsb)´ .%%,   
%HULNXWNQ\D DUWL ´:DMDK´ GDODP .%%, DGDODK ´roman muka; muka;´ 

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

 'DQ´ODXW´DUWLQ\D´kumpulan air asin (dl jumlah yang banyak dan luas)
yang menggenangi dan membagi daratan atas benua atau pulau-pulau:´
.HVLPSXODQQ\DPDNQDNDOLPDW´.HPEDQJOD\DUNHPEDQg, sibak air, ukir
ZDMDKODXW´DGDODKDJDUSDUDQHOD\DQVHJHUDPHQJHPEDQJNDQOD\DUNDSDO/DOX
ujung perahu akan menyibak laut dan membuat ukiran di laut atau membelah
ombak.
2) ´.HPEDQJOD\DUNHPEDQJWDEXUODQJLWUHPDQJLODQJLW´
Apabila diterjemahkaQ VHFDUD KDUILDK .DWD ´WDEXU´ EHUDUWL  VHEDU
menghamburkan; menyiarkan (kabar dsb); menabur (benih dsb); 2 membagi-
EDJLNDQPHQJLULPNDQ .%%, .HPXGLDQNDWD´ODQJLW´PHQJDFX
SDGD ´UXDQJ OXDV \DQJ WHUEHQWDQJ GL DWDV EXPL WHPSDW EHUDGDQ\D bulan,
ELQWDQJPDWDKDULGDQSODQHWODLQ´ .%%, .DWD´UHPDQJL´VHFDUD
denotatif berarti,
a) remang n bulu halus di tubuh; bulu roma; meremang v seram; tegak
(bulu badan):
b) meremangkan v menjadikan meremang; menyeramkan:
c) remang ark, meremang v meleleh (air mata); bersimbah (peluh)
d) remang, remang-remang a agak gelap (kelam); keremangan n
kesamaran; keredupan; kekelaman remang, remang-remang a agak
gelap atau kelam: (KBBI, 2008: 1287).

.DOLPDW´.HPEDQJOD\DUNHPEDQJWDEXUODQJLWUHPDQJLODQJLW´EHUPDNQD
supaya nelayan segera mengembangkan layar kapal sehingga seolah layar itu
bertaburan di langit dan membuat langit yang tadinya terang oleh cahaya
matahari, menjadi remang-remang karena sinar matahari tertutup leyar-layar
yang terkembang.
3) ´SDGD QHOD\DQ DNX EHUWHULDN ODQWDQJ ai, Abang, Abang pasang layar,
$EDQJSDVDQJOD\DU³
$SDELOD GLWHUMHPDKNDQ VHVXDL .%%, NDWD ´QHOD\DQ´ EHUDUWL ´RUDQJ \DQJ
PDWDSHQFDKDULDQXWDPDQ\DGDULXVDKDPHQDQJNDSLNDQGLODXW´  
.HPXGLDQ NDWD ´WHULDN´ DWDX ´EHUWHULDN´  EHUDUWL ´VHUXDQ \DQJ NHUDV SHNLN
berteriak, EHUVHUX EHUNDWD PHPDQJJLO GVE  GHQJDQ VXDUD NHUDV PHPHNLN´
.%%, ´3DVDQJ´GDODP.%%,  EHUDUWL
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

a) memakaikan; mengenakan; memberi (berpakaian, berbaju, dsb);


b) menempatkan;
c) memuatkan; mencantumkan (tentang tulisan, gambar, iklan, dsb);
d) menyematkan; melekatkan;
e) mengibarkan;
f) menentukan (harga);
g) menahan (jerat, bubu, dsb);
h) menyediakan (membuat, mengatur): ~ jembata;
i) menyalakan; membakar;
j) menghidupkan (radio, televisi);
k) memertaruhkan uang (pada undian, perjudian);
l) Menyetel (menjodoh-jodohkan peralatan, mesin, dsb); mengait-ngaitkan
yang utuh (bersistem dsb).

Kalimat nomor 3 ini secara harfiah mengacu pada makna si aku berteriak
memberi semangat kepada para nelayan agar para nelayan segera
mengembangkan layar dan segera berlayar mencari ikan.
4) ´ODOXKDWLPHURQWDEHUGRDNHSDGD7XKDQR7XKDQEDZDODKPDQXVLDLQL
NHWHPSDWWDEXUDQLNDQELDUKDWLEHULDNPHQ\XVXULNHKLGXSDQ´
Apabiila diterjemahkan beUGDVDUNDQ .%%, NDWD ´PHURQWD´ EHUDUWL
´EHUJHUDNVHNXDW-NXDWQ\DKHQGDNPHOHSDVNDQGLULGDULLNDWDQSHJDQJDQGVE´
 .HPXGLDQNDWD´EHUGRD´EHUDUWL´permohonan (harapan, pujian)
kepada Tuhan;´   .DWD´WDEXUDQ´ DSDELODGLDUWLNDQVHFDUa harfiah
EHUDUWL´VHVXDWX \DQJGLWDEXUNDQ´    ´+DWLEHULDN´EHULDNDUWLQ\D
PHQJDFXSDGD´JHUDNDQPHQJRPEDNGLSHUPXNDDQDLURPEDNNHFLOJHUDNDQ
air yang merupakan lingkaran (seperti apabila batu dijatuhkan NHDLU´ .%%,
2008: 1303). Kalimat nomor empat secara harfiah mengacu pada makna bahwa
GDODP KDWL VL ´DNX´ PHQGRDNDQ DJDU SDUD QHOD\DQ LWX ELVD VDPSDL GL WHPSDW
yang bertaburan ikan, tempat ikan-ikan melimpah.
5) ´ODOXGHQJDQDOXQDNXSXQPHQHPEDQJNHPEDQJOD\DUNHPEDQJODMXNH
ujung bumiEDWDVODQJLWGDQODXW´
.DWD ´DOXQ´ DSDELOD GLWHUMHPDKNDQ EHUGDVDUNDQ .%%, DUWLQ\D DGDODK
´JHORPEDQJ \DQJ SDQMDQJ GDQ EHUJXOXQJ- gulung, biasanya lebih rendah dari
RPEDN WHWDSL OHELK EHVDU GDULSDGD ULDN´     ´0HQHPEDQJ´ VHFDUD

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

harfiah berarti menyanyikan sebuah lagu, tentang lau nelayan. Si aku lalu
menembang dengan pelan untuk para nelayan yang sedang melaut.
b. Analisis Hermeneutik
Penyair tidak banyak menggunakan bahasa simbol dalam puisi Perahu
Layar ini. Bahasa kias yang digunakan penyair menandakan bahwa si aku
sangat mengagumi sosok nelayan. Dibuktikan dengan cara si aku memberi
semangat pada nelayan untuk mengembangkan layar dan pergi melaut,
kemudian si aku juga mendoakan para nelayan agar mendapat ikan yang
banyak demi kehidupan nelayan yang lebih baik.
o, Tuhan, bawalah manusia ini ke tempat taburan ikan
biar hati beriak menyusuri kehidupan
.XWLSDQ GL DWDV PHPSXQ\DL PDNQD EDKZD ´WHPSDW WDEXUDQ LNDQ´ DGDODK
ODXW\DQJSHQXKGHQJDQLNDQ´+DWLEHULDN´PDNVXGQ\DKDWLSDUD nelayan tetap
semangat menjalani kehidupan yang berat ini.
lalu dengan alun aku pun menembang:
kembang layar kembang

Tembang yang dinyanyikan si aku itu merupakan doa untuk para nelayan,
agar nelayan-nelayan itu tetap berlayar mencari ikan sampai ke ujung bumi,
maksudnya sampai laut lepas yang jauh. Sebab tempat ikan-ukan yang
nelayan-nelayan itu cari banyak ditemukan di laut lepas. Puisi ini secara garis
besar menggambarkan kekuatan maritim bangsa Indonesia. Nenek moyang
bangsa Indonesia adalah seorang pelaut yang andal. Penyair juga mengagumi
nelayan-nelayan sekarang, dibuktikan dengan kalimat berikut,
³ODMXNHXMXQJEXPLEDWDVODQJLWGDQODXW³
Para pelaut ulung ini tidak pernah takut melawan keganasan ombak lautan
demi hidup dan demi kelangsungan matapencaharian nenek moyang bangsa
Indonesia sebagai pelaut.
5. Stasiun Tugu karya Taufik Ismail
Tahun empat puluh tujuh, suatu malam di bulan Mei
Ketika kota menderai dalam gerimis yang renyai
Di tiang barat lentera merah mengerjap dalam basah
Menunggu perlahan naiknya tanda penghabisan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Keleneng andong terputus di jalan berlinangan


Suram ruang stasiun berada dan tempat menunggu
Truk menunggu dan laskar berlagu-lagu perjuangan
Di Tugu seorang ibu menunggu, dua anak dipangku.

Berhentilah waktu di stasiun Tugu, malam ini


Di suatu malam yang renyai, tahun empat puluh tujuh
Para penjemput kereta Jakarta yang penghabisan
Hujan pun aneh di bulan Mei, tak kunjung teduh

Di tiang barat lentera mengerjap dalam basah


Anak perempuan itu dua tahun, melengkap dalam pangkuan
Malam makin lembab, kuning gemetar lampu stasiun
$QDNQ\DPDVLKPHQ\DQ\L´6DWX7XMXK'HODSDQ7DKXQ´

Udara telah larut ketika tanda naik pelan-pelan


Seluruh penjemput sama tegak, memandang ke arah barat
Ibu menjaga anaknya yang kantuk dalam lena
Berkata: lambaikan tanganmu dan panggillah Bapa

Wahai ibu muda, seharian atap-atap kota untukmu berbasah


Karena kezaliman militer pagi tadi terjadi di Klender
Seluruh republik menundukkan kepala, nestapa, dan resah
Uap ungu berdesir menyeret gerbong jenazah terakhir

(Dikutip dari Kompeten Berbahasa Indonesia kelas


X SMA, 2006: 104-105)
a. Analisis heuristik
1) ´7DKXQHPSDWSXOXKWXMXKVXDWXPDODPGLEXODQ0HL
$SDELOD GLWHUMHPDKNDQ ´WDKXQ HPSDW SXOXK WXMXK´ VHFDUD KDUILDK DUWLQ\D
adalah tahun masehi \DQJ EHUDQJND  NHPXGLDQ NDWD ´PDODP GL EXODQ
0HL´DUWLQ\DZDNWXVHWHODKVRUHODQJLWKLWDPJHODSDGDEXODQGDQELQWDQJVDDW
bulan Mei.
2) ´.HWLNDNRWDPHQGHUDLGDODPJHULPLV\DQJUHQ\DL´
´.RWD´GDODP.%%,  PHQJDFXSDGD´a) dinding (tembok) yang
mengeliingi benteng (tempat pertahanan); b) benteng (tempat pertahanan) yang
dikeliingi dinding tembok; c) daerah perkampungan yang terdiri dari bangunan
rumah yang rnerupakan kesatuan tempat tinggal dari berbagai lapisan
PDV\DUDNDW´

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

´PHQGHUD´ GDUL NDWD ´GHUDL´ DSDELOD GLWHUMHPDKNDQ VHFDUD KDIULDK DGDODK


´EXQ\L VHSHUWL EXQ\L WLWLN-titik air hujan jatuh di kaca dsb; ODOX ´EHUGHUDL´
PHQJDFXSDGDPDNQD´berbunyi tik-tik seperti bunyi titik-titik air hujan jatuh
GLNDFDGVE´ .%%,3).
´*HULPLV´ GDODP .%%,    PHPSXQ\DL UHIHUHQ ´hujan yang
turunnya tidak terlalu lebat; hujan rintik-ULQWLN´ GDQ ´UHQ\DL´ MXJD PHPLOLNL
PDNDQ GHQRWDVL \DQJ SHQHOLWL NXWLS GDUL .%%,    \DLWX ´WLWLN-titik
kecil; tetes-tetes (hujan SHOXK GVE ´ 3HQHOLWL GDSDW PHQ\LPSXODNDQ DUWL
NDOLDPW ´.HWLND NRWD PHQGHUDL GDODP JHULPLV \DQJ UHQ\DL´  \DLWX GL VHEXDK
tempat atau daerah perkampungan yang penuh rumah sedang turun hujan yang
rintik-rintik.
3) ´'LWLDQJEDUDWOHQWHUDPHUDKPHQJHUMDSGDODPEDVDK´
.DWD´WLDQJ´DSDELODGLDUWLNDQVHFDUDKDUILDKEHUDUWL
´(1) tonggak panjang (dari bambu, besi, kayu, dsb) yang
dipancangkan untuk suatu keperluan; (2) tonggak panjang yang
dipasang di perahu atau kapal untuk memasang layar dsb; (3)
tonggak panjang untuk menyokong atau menyangga (atap, lantai,
jembatan, dsb); pilar; (4) sesuatu yang menjadi pokok kekuatan,
SHQJKLGXSDQGVE´ .%%,
´%DUDW´GDODPEDULVDSDELODGLWHUMHPDKNDQVHFDUDKDUILDKEHUDUWL´(1) nama
mata angin, arah tempat matahari terbenam; (2) (URSD .%%,   ´
.HPGLDQ SHQHOLWL MXJD PHQHUMHPDKNDQ NDWD ´OHQWHUD PHUDK´ DWDX ´OHQWHUD´
VHFFDUD KDUILDK GDODP .%%, PHPLOLNL DFXDQ ´OpQWpUDODPSX SHQHUDQJ \DQJ
EHUWXWXSGHQJDQNDFDGHQJDQEDKDQEDNDUPLQ\DNWDQDK´ 008: 915).
Jadi, lentera merah artinya lampu penerang yang berbahan bakar minyak
WDQDK\DQJFDKD\DQ\DEHUZDUQDPHUDK´0HQJHUMDS´GDULNDWD´NHUMDS´GDODP
NDPXV %DKDVD ,QGRQHVLD EHUDUWL ´mengerjap(-ngerjap)kan mengejap(-
ngejap)kan; mengerdip-ngerdipkan PDWD ´    .DWD PHQJHUMDS
GLLNXWL NHWHUDQJDQ ´GDODP EDVDK´ \DQJ VHFDUD GHQRWDWLI EHUDUWL ´D berair;
mengandung air; b) EHOXP GLNHULQJNDQ´ .%%,    3HQHOLWL GDSDW
PHQ\LPSXONDQNDOLPDW´'LWLDQJEDUDWOHQWHUDPHUDKPHQJHUMDSGDODPEDVDK´
secara heuristik memiliki maksud bahwa lampu yang berbahan bakar minyak

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

tanah itu bersinar kemerahan, berkedip-kedip karena sumbunya basan terkena


rintihan gerimis.
4) ´0HQXQJJXSHUODKDQQDLNQ\DWDQGDSHQJKDELVDQ´
Kalimat nomor empat di atas, kata demi kata akan peneliti terjemahkan
VHFDUDKDUILDK.DWD´PHQXQJJX´VHFDUDKDUILDKPHPSXQ\DLUHIHUHQ
´Tunggu, menunggu, (1) tinggal beberapa saat di suatu tempat dan
mengharap sesuatu akan terjadi (datang); (2) tinggal sementara untuk
merawat, menjaga (barang-barang, rumah, orang sakit, dsb); menunggui:
(3) menantikan (sesuatu yang mesti datang atau terjadi); menunggukan; (4)
mengharap: (5) PHQGLDPLPHQJKXQLPHQXQJJXL .%%, ´
´SHUODKDQ´ GDODP .%%, PHPLOLNL DUWL ´perlahan (-lahan) lambat-lambat;
tidak tergesa-JHVDWLGDNFHSDWOHPEXWWLGDNQ\DULQJ  ´6HPHWDUD
LWXNDWD´QDLN´SHQHOLWLWHUMHPDKNDQVHVXDLUHIHUHQGLNDPXVEDKDVD,QGRQHVLD
NDWD´QDLN´PHQJDFXSDGD
´a) bergerak dari bawah ke atas; b) timbul (matahari); c) mendaki;
menanjak; memanjat: d) masuk rumah (dengan melalui tangga); masuk
kendaraan atau mulai menumpang; e) mengendarai; menumpang (kapal,
pesawat, dsb); f) bertambah tinggi (mahal, besar, banyak, dsb);
PHQLQJNDW´  
3DGDIUDVH´WDQGDSHQJKDELVDQ´DSDELODGLWHUMHPDKNDQVHFDUDKDUILDKNDWD
´WDQGD´PHPLOLNLDUWL´(1) yang menjadi alamat atau yang menyatakan sesuatu;
(2) gejala; (3) bukti: (4) pengenal; lambang: (5) SHWXQMXN´ .%%, 
/DOX NDWD ´SHQJKDELVDQ´ GDUL NDWD ´KDELV´ GDODP .%%, PHPLOLNL DFXDQ ´(1)
tidak ada yang tinggal lagi (karena sudah digunakan, dibagikan, dimakan, dsb);
tidak; (2) selesai: (3) tamat: (4) sesudah; setelah: (5) sudah sampai pada batas
waktu yang ditentukan: (6) keluar biaya: (7) DNKLU´ 
.DOLPDW ´0HQXQJJX SHUODKDQ QDLNQ\D WDQGD SHQJKDELVDQ´ PHPSXQ\L
makna bahwa ada seseorang sedang menunggu sebuah tanda yang akan naik
secara pelan. Tanda yang ditunggu itu berupa tanda yang memberi petunjuk
bahwa sesuatu akan segera selesai atau berakhir. Tanda yang naik secara
perlahan tersebut dapat pula diartikan sebagai peluit panjang kereta api saat
akan tiba di stasiun.
5) ´.HOHQHQJDQGRQJWHUSXWXVGLMDODQEHUOLQDQJDQ³

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

³.HOHQHQJ DQGRQJ³ DSDELOD GLWHUMHPDKNDQ VHFDUD KDUILDK PHQXUXW NDPXV


bDKDVD,QGRQHVLDNDWD³NHOHQHQJ³DUWLQ\D³a) bunyi genta dsb; b) giring-giring
JHQWDNHFLO SDGDOHPEXGVE³ (KBBI, 2008: 715). Lalu andong mengacu pada
³NHUHWDNXGDVHZDDQVHMHQLVGRNDUDWDXVDGREHUDGDHPSDW GL<RJ\DNDUWDGDQ
6XUDNDUWD ´ .%%,).
³7HUSXWXVGLMDODQEHUOLQDQJDQ³DSDELODGLDUWLNDQVHFDUDKDUILDKPDNDNDWD
³WHUSXWXV³GDULNDWDGDVDU ³SXWXV³PHQJDFXSDGD
(1) tidak berhubungan (sambung) lagi (karena terpotong dsb.); (2) ki tidak
ada hubungan lagi; berpisah (hubungan persahabatan, jalinan cinta, dsb.);
(3) habis; (4) selesai; rampung; berakhir; (5) ada kepastian (ketentuan,
ketetapan, penyelesaian); mendapat kepastin; (6) hilang; tidak ada lagi
(harapan, pikiran); (7) mendapat; menang; (8) sudah mendapat atau
memperoleh (permupakatan); (KBBI, 2008: 1238-1239).
³-DODQ³secara harfiah mengacu pada:
a) tempat untuk lalu lintas orang (kendaraan)
b) perlintasan (dari suatu tempat ke tempat lain)
c) sesuatu yang dilalui atau dipakai untuk keluar masuk
d) lintasan; orbit (tt benda-benda angkasa)
e) gerak maju atau mundur (kendaraan)
f) putaran jarum
g) perkembangan atau berlangsungnya (perundingan, rapat, cerita,)
h) cara (akal, syarat, ikhtiar) untuk melakukan (mengerjakan, mencapai,
mencari) sesuatu:
i) kesempatan (untuk mengerjakan sesuatu)
j) lantaran; perantara (sesuatu yang menjadi alat atau jalan penghubung)
(KBBI, 2008: 609-610)
³EHUOLQDQJDQ³GDULNDWD´OLQDQJ´GDODP.%%, 8: 931) memiliki makna
harfiah (1) berkilat seperti kaca; berkilau-kilau; (2) meleleh atau berkilauan
seperti kaca ( titik air, air mata, dsb.).
Berdasarkan makna harfiah di atas, peneliti dapat menarik kesimpulan
EDKZDPDNQDNDOLPDW´.HOHQHQJDQGRQJWHUSXWXVGLMDODQEHUOLQDQJDQ³DGDODK
bunyi lonceng dari kereta tradisonal khas Solo dan Yogyakarta berhenti di
sebuah jalan yang berlinangan atau basah karena titik-titik air hujan. Jalan
berlinangan berarti jalan yang banyak digenangi air hujan.
6) ³6XUDPUXDQJVWDVLXQEHUDGDGDQWHPSDWPHQXQJJX´

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

7HUMHPDKDQ NDWD ´VXUDP´ PHQXUXW .%%,  -1565) mengacu


pada,
(1) kurang terang (cahaya); (2) redup, berawan, mendung (cuaca); (3)
kusam atau kuyu (mata); (4) muram tidak berseri-seri (muka); (5) tidak
bening (kaca, intan, dsb.); tidak berkilauan (emas, perak, dsb.); buram;
(6) susah (kehidupan); tidak tentu (nasib, masa depan, dsb); (7) tidak
nyata dalam ingatan atau pikiran:
NHPXGLDQ NDWD ´UXDQJ VWDVLXQ´ PHQJDFX SDGD ´WHPSDW PHQXQJJX EDJL
calon penumpang kereta api dsb; tempat perhentian kereta api. Ruang staiun
juga dapat diartikan bangunan yang dilengkapi peralatan secara khusus untuk
PHODNVDQDNDQIXQJVLWHUWHQWX´ .%%, .
Berdasarkan pemaknaan secara harfiah di atas, peneliti menyimpulkan
PDNDQNDOLPDW³6XUDPUXDQJVWDVLXQEHUDGDGDQWHPSDWPHQXQJJX´DGDODKGL
sebuah stasiun ada tempat untuk menunggu kereta datang dan ruang tunggu itu
tampak tidak terang cahaya lampu.
7) ´7UXNPHQXQJJXGDQODVNDUEHUODJX-ODJXSHUMXDQJDQ´
Kalimat nomor tujuh cukup lugas makna pilihan katanya, namun apabila
diterjemahkan menurut KBBI akan lebih valid. .DWD ´7UXN´ GDODP .%%,
  PHQJDFXSDGD´truk, mobil besar dengan bak besar di belakang
ELDVDQ\DXQWXNPHQJDQJNXWEDUDQJ ´/DOXNDWD´ODVNDU´VHFDUDKDUILDKGDODP
.%%,    EHUDUWL ´WHQWDUD NHORPSRN VHUGDGX SDVXNDQ´ .DWD XODQJ
´EHUODgu-ODJX SHUMXDQJDQ´ PHPLOLNL PDNQD PHQ\DQ\LNDQ ODJX-lagu
perjuangan. Kalimat nomor tujuh ini memiliki makna bahwa beberapa truk
yang berisi tentara sedang menyanyikan lagu-lagu perjuangan. Para tentara itu
menunggu kedatangan kereta dari Jakarta.
8) ´'L7XJXVHRUDQJLEXPHQXQJJXGXDDQDNGLSDQJNX´
.DWD´WXJX´SDGDNDOLPDWQRPRUGHODSDQGLDWDVGDSDWEHUDUWLQDPDVHEXDK
VWDVLXQ GL NRWD <RJ\DNDUWD WHWDSL MXJD GDSDW EHUDUWL ´WLDQJ EHVDU GDQ WLQJJL
\DQJ GLEXDW GDUL EDWX EDWD GVE´ .%%,   ´ Peneliti dapat
PHPDNQDLNDOLPDW´'L7XJXVHRUDQJLEXPHQXQJJXGXDDQDNGLSDQJNX´\DLWX
ada seorang ibu duduk menunggu di sebuah ruang tunggu sebuah Stasiun yang
bernama stasiun Tugu dan dia sedang memangku dua orang anaknya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

9) ´%HUKHQWLODKZDNWXGLVWDVLXQ 7XJXPDODPLQL´
³%HUKHQWL´GDULNDWDGDVDU³KHQWL´VHFDUDKDUILDKPHQJDFXSDGD´(1) tidak
bergerak (berjalan, bekerja, dsb.); tidak meneruskan lagi; (2) berakhir; selesai;
tamat: (3) VLQJJDK PDPSLU EHULVWLUDKDW EHUMHGD GVE´ (KBBI, 2008: 536).
Kemudian ³ZDNWX´SDGDNDOLPDWGLDWDVVHFDUDKDUILDKEHUDUWL
(1) seluruh rangkaian saat ketika proses; perbuatan atau keadaan berada
atau berlangsung; (2) lamanya (saat yang tertentu); (3) saat yang tertentu
untuk melakukan sesuatu; (4) kesempatan, tempo, peluang; (5) ketika,
saat; (6) hari (keadaan hari); (7) saat yang ditentukan berdasarkan
SHPEDJLDQERODGXQLD´ .%%, 
-DGL VHFDUD KDUILDK NDOLPDW ´%HUKHQWLODK ZDNWX GL VWDVLXQ 7XJX PDODP
LQL´ DGDODK -DP \DQJ DGD GL VWDVLXQ 7XJX berhenti berputar pada malam itu,
malam di bulan Mei tahun 1947.
10) ´'LVXDWXPDODP\DQJUHQ\DLWDKXQHPSDWSXOXKWXMXK´
´5HQ\DL´ PHPLOLNL PDNQD GHQRWDVL \DQJ SHQHOLWL NXWLS GDUL .%%, 
  \DLWX ´WLWLN-titik kecil; tetes-tetes (hujan, peluK GVE ´ -DGL ´PDODP
UHQ\DL´DUWLQ\DVDDWPDODPKXMDQWXUXQULQWLN-rintik pada tahun 1947.
11) ´Para penjemput keretD-DNDUWD\DQJSHQJKDELVDQ´
.DWD´SHQMHPSXW´GDULNDWD´MHPSXW´GLWDPEDKDZDODQSH- EHUDUWL´RUDQJ
\DQJPHODNXNDQSHNHUMDDQ´MHPSXW berarti ´(1) pergi mendapatkan orang akan
dibawa (diajak pergi); (2) PHQ\DPEXW PHQ\RQJVRQJ NHGDWDQJDQ RUDQJ ´
.%%,    -DGL SHQMHPSXW DGDODK ´RUDQJ \DQJ SHUJL PHQJDPELO
PHQ\PEXWGDQPHQ\RQJVRQJ PHQMHPSXW ´´.HUHWD-DNDUWD´PHQJDFXSDGD
kereta penumpang yang mempunyai jalur perjalanan ke Jakarta.
12) ´+XMDQSXQDQHKGLEXODQ0HLWDNNXQMXQJWHGXK´
.DWD´KXMDQ´SDGDNDOLPDWQRPRUPHQJDFXSDGD´(1) titik-titik air yang
berjatuhan dari udara karena proses pengembunan; (2). ada titik-titik air yang
berjatuhan dari udara; (3) mendapat (datang, dsb. ´ .%%,   
'LVHEXWNDQSXODNDODXKXMDQWDPSDN´DQHK´NDWD´DQHK´PHQJDFXSDGD´tidak
VHSHUWL \DQJ ELDVD PHQLPEXONDQ NHKHUDQDQ DMDLE JDQMLO´ .%%,   
Kemudian disebutkan SXOD NDODX KXMDQ WLGDN NXQMXQJ ´WHGXK´ GDODP NXWLSDQ
EDULV SXLVL LQL NDWD ´WHGXK´ PHQJDFX SDGD ´ ). reda (angin ribut, ombak);
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

berhenti (hujan); (2). terlindung atau tidak kena panas matahari; lindap: (3)
tidak turun hujan (hari); redup atau tidak memancarkan sinar yang terik
(matahari): (4) WHQDQJ DPDQ´ .%%,    Jadi, kesimpulan dari
definisi di atas, yaitu hujan di bulan Mei tahun 1947 tidak juga reda dan itu
membuat orang-orang heran.
13) ´'LWLDQJEDUDWOHQWHUDPHQJHUMDSGDODPEDVDK´
Kalimat nomor 13 yang ada di bait ke-3 ini merupakan pengulangan dari
NDOLPDW QRPRU  \DQJ WHUGDSDW SDGD EDLW SHUWDPD .DWD ´WLDQJ´ DSDELOD
diartikan secara harfiah berarti
´(1) tonggak panjang (dari bambu, besi, kayu, dsb) yang dipancangkan
untuk suatu keperluan; (2) tonggak panjang yang dipasang di perahu atau
kapal untuk memasang layar dsb; (3) tonggak panjang untuk menyokong
atau menyangga (atap, lantai, jembatan, dsb.); pilar; (4) ki sesuatu yang
PHQMDGLSRNRNNHNXDWDQSHQJKLGXSDQGVE´ .%%,08: 1700)
´%DUDW´GDODPEDULVDSDELODGLWHUMHPDKNDQVHFDUDKDUILDKEHUDUWL´a) nama
mata angin, arah tempat matahari terbenam; b) (URSD .%%,   ´
.HPXGLDQ SHQHOLWL MXJD PHQHUMHPDKNDQ NDWD ´OHQWHUD PHUDK´ DWDX ´OHQWHUD´
seccara harfiah dalDP .%%, PHPLOLNL DFXDQ ´ODPSX SHQHUDQJ \DQJ EHUWXWXS
GHQJDQNDFDGHQJDQEDKDQEDNDUPLQ\DNWDQDK´   Jadi, lentera
merah artinya lampu penerang yang berbahan bakar minyak tanah yang
cahayanya berwarna merah.
´0HQJHUMDS´ GDUL NDWD ´NHUMDS´ GDODP NDPXV %HVDU Bahasa Indonesia
berarti´ mengerjap(-ngerjap)kan, mengejap (-ngejap)kan; mengerdip-
ngerdipkan PDWD ´    .DWD PHQJHUMDS GLLNXWL NHWHUDQJDQ ´GDODP
EDVDK´ \DQJ VHFDUD GHQRWDWLI EHUDUWL ´D berair; mengandung air; b) belum
dikeULQJNDQ´ .%%,    3HQHOLWL GDSDW PHQ\LPSXONDQ NDOLPDW ´'L
WLDQJ EDUDW OHQWHUD PHUDK PHQJHUMDS GDODP EDVDK´ VHFDUD KHXULVWLN PHPLOLNL
maksud bahwa lampu yang berbahan bakar minak tanah itu bersinar
kemerahan, berkedip-kedip karena sumbunya basan terkena rintihan gerimis.
14) ´$QDNSHUHPSXDQLWXGXDWDKXQPHOHQJNDSGDODPSDQJNXDQ´
7HUMHPDKDQ VHFDUD KDUILDK NDWD ´DQDN´ PHQXUXW .%%,   
sebagai berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

a) keturunan yang kedua:


b) manusia yang masih kecil:
c) binatang yg masih kecil;
d) pohon kecil yang tumbuh pada umbi atau rumpun tumbuh-tumbuhan
yang besar;
e) orang yang berasal dari atau dilahirkan di (suatu negeri, daerah, dsb
f) orang yang termasuk dalam suatu golongan pekerjaan (keluarga dsb):
g) bagian yang kecil (pada suatu benda);
h) sesuatu yang lebih kecil daripada yang lain:
NHPXGLDQNDWD´SHUHPSXDQ´PHQJDFXSDGD´(1) wanita; b) bini:´ .%%,
2008: 1159).
15) ´0DODPPDNLQOHPEDENXQLQJJHPHWDUODPSXVWDVLXQ´
.DWD´OHPEDE´VHFDUDKDUILDKEHUDUWL´WLGDNNHULQJEHQDUPHQJDQGXQJDLU´
(.%%,    6HODQMXWQ\D NDWD ´NXQLQJ´ PHQJDFX SDGD ZDUQD NXQLQJ
´ODPSX´ PHQJDFX SDGD ´DODW XQWXN PHQHUDQJL SHOLWD´ .%%,   
7HUDNKLU NDWD ´JHPHWDU´ PHQJDFX SDGD ´JHPHWDU EHUJHUDN-gerak anggota
badannya karena ketakutan dsb; menggigil karHQD NHWDNXWDQ´ .%%, 
 3HQHOLWLPHQ\LPSXONDQNDOLPDW´0DODP PDNLQOHPEDENXQLQJ JHPHWDU
ODPSXVWDVLXQ´VHFDUDKDUILDKPDNQDQ\DPHQJDFXSDGDODPSXGLVWDVLXQ\DQJ
bercahaya kuning tampak berkedip-kedip seolah-olah akan mati karena udara
lembab di malam itu.
16) ´$QDNQ\DPDVLKPHQ\DQ\L´6DWX7XMXK'HODSDQ7DKXQ´
Lentera merah yang ada di tiang sebelah barat stasiun masih berkedap-
kedip karena diguyur hujan yang tak kunjung berhenti. Seorang ibu dan
seorang anaknya yang berusia dua tahun duduk di peron stasiun. Si anak
tertidur di pangkuan sang ibu. Malam semakin dingin, lampu-lampu di stasiun
mulai meredup dan sebagian dimatikan. Si anak tetap tertidur sambil
menyanyikan sebuah lagu Satu Tujuh Delapan Tahun.
17) ´8GDUD WHODK ODUXW NHWLND WDQGD QDLN pelan-pelan. Seluruh penjemput
sama tegak, memandang ke arah barat. Ibu menjaga anaknya yang kantuk
GDODPOHQD%HUNDWDODPEDLNDQWDQJDQPXGDQSDQJJLOODK%DSD´
Udara tambah dingin karena malam semakin larut. Tanda bahwa kereta
akan segera tiba di stasiun sudah dibunyikan pelan-pelan. Semua penjemput
sudah bersiap-siap menyambut kedatangan para pahlawan bangsa. Sang ibu
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

masih mendekap anaknya yang mulai terkantuk-kantuk. Sang ibu meminta


sang anak melambaikan tangan ke arah kereta datang dan meneriakkan kata
´D\DK´
18) ´:DKDL LEX PXGD VHKDULDQ DWDS-atap kota untukmu berbasah. Karena
kezaliman militer pagi tadi terjadi di Klender. Seluruh republik
menundukkan kepala, nestapa, dan resah. Uap ungu berdesir menyeret
JHUERQJMHQD]DKWHUDNKLU´
Pada biat terakhir ini merupakan bait yang menjadi kesimpulan atas apa
yang terjadi di stasiun Tugu. Ternyata suasana lembab, lampu stasiun yang
gemetar, dan tanda merah yang mengerjap adalah tanda berkabung. Seluruh
kota Yogyakarta berduka akibat kekejaman militer tang terjadi di Klender.
Seluruh rakyat Indoneisa berduka. Telah jatuh korban jiwa. Dan kereta yang
ditunggu di stasiun Tugu adalah kereta yang membawa jenasah para pahlawan
nasional.
b. Analisis Hermeneutik
Analisis secara hermeneutik puisi ini akan mudah dilakukan bila melihat
pada bait terakhir yang berbunyi sebagai berikut:
Wahai ibu muda, seharian atap-atap kota untukmu berbasah
Karena kezaliman militer pagi tadi terjadi di Klender
Seluruh republik menundukkan kepala, nestapa, dan resah
Uap ungu berdesir menyeret gerbong jenazah terakhir
Puisi ini bercerita tentang seorang ibu muda dan seorang anak
perempuannya yang berusia dua tahun. Mereka menunggu kedatangan jenazah
ayahnya yang pada bulan Mei 1947 saat itu ikut berperang di Klender.
SXDVDQDGLVWDVLXQ7XJXVDQJDW´VXUDP´\DQJPHQDQGDNDQNHVHGLKDQ6HPXD
orang yang menunggu kedatangan kereta uap berwarna ungu itu membawa
gerbong-gerbong yang berisi jenazah para pahlawan bangsa. Uap warna ungu
melambangkan kedukaan. Seorang ibu sedang berduka, seluruh kota
Yogyakarta malam itu diguyur hujan. Hujan menandakan seluruh penduduk
kota Yogyakarta dirundung kedukaan, begitu juga seluruh rakyat di republik
ini, semua ikut berduka. Militer atau perang telah membuat sedih para ibu,
istri, dan anak-anak. Hujan diibaratkan sebagi air mata kesedihan. Lampu
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

merah yang berkedip-kedip adalah simbol sirine ambulance telah siap


membawa jenazah yang akan diturunkan dari kereta jenazah dari Jakarta itu.
Stasiun tugu adalah simbol penjemputan duka lara anak dan istri para
pahlawan yang gugur karena kebijakan militer.
6. Senja Di Pelabuhan Kecil (buat: Sri Ajati) Karya Chairil Anwar
Ini kali tidak ada yang mencari cinta
di antara gudang, rumah tua, pada cerita
tiang serta temali. Kapal, perahu tiada berlaut
menghembus diri dalam mempercaya mau berpaut

Gerimis mempercepat kelam. Ada juga kelepak elang


menyinggung muram, desir hari lari berenang
menemu bujuk pangkal akanan. Tidak bergerak
dan kini tanah dan air tidur hilang ombak.

Tiada lagi. Aku sendiri. Berjalan


menyisir semenanjung, masih pengap harap
sekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalan
dari pantai keempat, sedu penghabisan bisa terdekap

(Dikutip dari Kompeten Berbahasa Indonesia kelas


X SMA, 2006: 105-106)
a. Analisis Heuristik
1) ´,QL NDOLWidak ada yang mencari cinta di antara gudang, rumah tua, pada
FHULWDWLDQJVHUWDWHPDOL´
´JXGDQJ UXPDK WXD´ VHFDUD OHNVLNDO EHUDUWL ´ UXPDK DWDX EDQJVDO WHPSDW
menyimpan barang-EDUDQJ´ .%%,   . Kalimat tersebut secara
harfiah memiliki makna bahwa saat itu sudah tidak ada lagi seseorang yang
mencari cinta di gudang rumah tua yang menjadi latar cerita antara tiang dan
temali yang seharusnya saling berpaut.
2) ´.DSDO SHUDKX WLDGD EHUODXW PHQJKHPEXs diri dalam mempercaya mau
EHUSDXW´
Kapal yang ada di pelabuhan tidak pergi ke tengah laut karena tidak mau
EHUSDXW GHQJDQ KHPEXVDQ DQJLQ ´.DSDO´ VHFDUD OHNVLNDO EHUDUWL ´kendaraan
SHQJDQJNXWSHQXPSDQJGDQEDUDQJGLODXW VXQJDLGVE ´ .%%, 
.HPXGLDQ NDWD ´EHUSDXW´ PHQJDFX SDGD ´terikat erat-erat, melekat (melilit)
erat-erat, berpegang kuat-kuat´ .%%, 
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

3) ´*HULPLV PHPSHUFHSDW NHODP $GD MXJD NHOHSDN HODQJ  PHQ\LQJJXQJ


muram, desir hari lari berenang menemu bujuk pangkal akanan. Tidak
bergerak dan kini tanah dan air tidur KLODQJRPEDN´
Gerimis yang turun membuat saat senja di pelabuhan itu semakin
kelam. Ada burung elang yang sedang terbang melintas seolah tak tahu
kalau si sku sedang muram. Tanah, air, dan ombak yang ada di pantai tak
mau menepi menjadi satu.
4) ´7LDda lagi. Aku sendiri. Berjalan menyisir semenanjung, masih pengap
KDUDS´
Semenanjung secara harfiah berarti bagian daratan yang menjorok ke
laut (KBBI, 2008: 1402). Si aku kini sendiri, tidak ada lagi yang
mencintainya. Lalu dia sendiri berjalan menyusuri semenanjung dan dia
sudah kehilangan harapan.
5) ´6HNDOLWLEDGLXMXQJGDQVHNDOLDQVHODPDWMDODQGDULSDQWDLNHHPSDWVHGX
SHQJKDELVDQELVDWHUGHNDS´
Setelah si aku sampai di ujung semenanjung, dia mengucapkan
selamat tinggal dari pinggir pantai. Kata selamat tinggalnya yang sedih itu
telah dia tumpahkan pada laut dan pantai.
b. Analisis Hermeneuistik
Kekuatan dari puisi Senja di Pelabuhan Kecil milik Chairil Anwar ini
terletak pada bait terakhir yang berbunyi sebagai berikut,
Tiada lagi. Aku sendiri. Berjalan
menyisir semenanjung, masih pengap harap
sekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalan
dari pantai ke empat, sedu penghabisan bisa terdekap
Berdasarkan bait terakhir di atas, peneliti dapat menemukan makna dan
maksud penyair dengan puisinya tersebut. Sang penyair merasa diambang
batas antara hidup dan mati yang disimbolkan dengan kata pantai. Kalimat
´,QLNDOLWLGDNDGD\DQJPHQFDULFLQWDGLDQWDUDJXGDQJUXPDKWXDSDGDFHULWD
WLDQJVHUWDWHPDOL´.
Maksud yang tersirat dari kutipan baris puisi tersebut adalah tidak ada lagi
cinta di hati Sri Ajati, saat pertemuan terakhirnya dengan Sri Ajati di sebuah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

pelabuhan kecil yang digambarkan dengan sebuah pantai dengan


semenanjung. Di semenanjung itu banyak kapal-kapal yang tidak melaut.
Kapal-kapal yang tidak melaut ini maksudnya sudah tidak ada lagi haparan
untuk melanjutkan hubungan penyair dengan kekasihnya, bahkan apabila
hubungan tersbut dipaksakan untuk bertahan tetap tidak bisa yang
GLVLPERONDQ GHQJDQ ´.DSDO perahu tiada berlaut menghembus diri dalam
PHPSHUFD\D PDX EHUSDXW ´ Keputusasaan telah menguasai hati penyair. Di
laut dan diujung semenanjung dia harus merelakan semua. Takdir telah di
depan mata. Dia tidak bisa menolak bahwa dia telah berpisah dengan Sri Ajati.
Tiba di ujung semenanjung tadi, si penyair mengucapkan selamat tinggal
dan si penyair ingin memeluk kekasihnya untuk yang terakhir kalinya. Makna
´senja di pelabuhan kecil´ bahwa senja menandakan waktu akan segera
berakhir karena senja merupakan penutup hari. Pelabuhan kecil berarti
perumpamaan tempat awal mula penyair dan kekasihnya memulai kisah cinta.
Lalu dari pelabuhan itu mereka berlayar mengarungi laut. Laut dalam puisi ini
berarti kisah cinta mereka. Ombak adalah hambatan-hambatan yang harus di
hadapi oleh sepasang kekasih itu. Dengan demikian senja di pelabuhan kecil
adalah saat perpisahan antara penyair dan Sri Ajati di suatu tempat yang
mereka sebut pelabuhan kecil.
7. Potret Tukang Sampah karya Eka Budianta
Dengan perut lapar dan harapan kosong
Aku menelanmu, Jakarta
Kukunyah-kunyah sebuah mikrolet tua
Onggokan sampah telah jadi menu utamaku
Roda gerobak adalah sendok dan garpu

Tuhan, jangan beri aku uang


Baunya lebih kecut ketimbang sampahku
Mendingan di bayang-bayang pohon mangga
Aku menyiapkan cerita untuk anak cucu
Untukmu, Jakarta
Untuk pengemudi bajaj, penyalur genteng
Dan pedagang kaki lima

Jakarta, seribu tahun genap sudah


Engkau masih compang-camping, luka-luka
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Tangis bayi dan jerit wanita di mana-mana


Bianglala di atas perkampungan
Bikin cinta terbakar dalam perut lapar
(Dikutip dari Kompeten Berbahasa Indonesia kelas
X SMA, 2006: 106)
a. Analisis Heuristik
1) ´'HQJDQSHUXWODSDUGDQKDUDSDQNRVRQJDNXPHQHODQPX-DNDUWD´
Si aku dalam keadaan perut lapar dan putus asa ia memakan dan menelan
NRWD -DNDUWD ´0HQHODQPX -DNDUWD´ GDODP DQDOLVLV KHXULVWLN LQL PHPLOLNL
makna sama seperti menelan makanan
2) ´.XNXQ\DK-kunyah sebuah mikrolet tua, onggokan sampah telah jadi
PHQXXWDPDNXURGDJHUREDNDGDODKVHQGRNGDQJDUSX´
Si aku mengunyah mikrolet/angkutan kota yang sudah tua dan usang.
Onggokan sampah menjadi menu makan siangnya dan dia menggunakan roda
gerobak untuk menyendoki sampah-VDPSDKLWX ´.XNXQ\DK-kunyah mikrolet
WXD´ GL VLQL PDNQDQ\D VDPD GHQJDQ PHQJXQ\DK PDNDQDQ Dan onggokan
sampah yang terdiri dari berbagai jenis sampah merupakan deretan daftar
menu yang bisa dipilih oleh si Aku. Roda gerobak si aku gunakan untuk
menciduk sampah-sampah itu lalu dia makan sampah-sampah itu.
3) ´7XKDQMDQJDQEHULDNXXDQJEDXQ\DOHELKNHFXWNHWLPEDQJVDPSDKNX´
Si aku tidak ingin Tuhan memberinya uang karena menurutnya uang itu
sangat bau. Si aku menganggap sampahnya lebih berharga daripada uang.
4) ´0HQGLQJDQ GL ED\DQJ-bayang pohon mangga, aku menyiapkan cerita
untuk anak cucu, untukmu, Jakarta untuk pengemudi bajaj, penyalur
JHQWHQJGDQSHGDJDQJNDNLOLPD´
Si aku lebih memilih duduk di bawah bayangan pohon mangga daripada
menerima uang yang bau. Sambil duduk dia menyiapkan cerita yang akan dia
ceritakan pada anaknya, cucunya, untuk kota Jakarta, untuk para sopir dan
pedagang kaki lima.
5) ´-DNDUWD VHULEX WDKXQ JHQDS VXGDK (QJNDX PDVLK FRPSDQJ-camping,
luka-OXND´
Kini usia Jakarta sudah seribu tahun. Namun Jakarta tetap compang-
FDPSLQJ SHQXK OXND ´&RPSDQJ-camping´ PHQJDFX SDGD PDNQD
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

´NXUDQJ UDSL WLGDN WHUDWXU MRURN GDQ NXPXK´ 7LGDN DGD SHUXEDKDQ VHMDN
zaman penjajahan belanda hingga masa reformasi ini.
6) ³7DQJLVED\LGDQMHULWZDQLWDGLPDQD-PDQD´
Si aku sedang berbicara pada kota yang ia tinggali ini. Dia mengatakan
bahwa sejak dulu di Jakarrta masih saja terdengar suara tangis bayi dan wanita
yang menjerit-jerit di berbagai sudut kota Jakarta.
7) ´%LDQJODODGLDWDVSHUNDPSXQJDQELNLQFLQWDWHUEDNDUGDODPSHUXWODSDU´
Bianglala atau pelangi nampat terlihat di atas sebuah perkampungan.
Sebuah perkampunyan yang membuat sebuah crita cinta terbakar dalam perut
penduduknya yang kelaparan.
b. Analisis Hermeneuistik
Puisi berjudul Potret Tukang Sampah ini berkisah tentang kehidupan
seorang tukang sampah di kota Jakarta yang penuh dengan sampah. Hari-hari
tukang sampah yang berkutat dengan pengapnya kota Jakarta. Bahkan sampah
adalah menu makannya setiap hari, maksudnya adalah setiap saat dia harus
memungut sampah dari pagi, siang sampai malam. Eka Budianta, penyair
puisi ini banyak menggunakan bahasa kias. Pada bait pertama penyair
menggambarkan bahwa si aku dalam keadaan lapar tetap berkutat dengan
VDPSDK 3DGD NDOLPDW ´DNX PHQHODQPX -DNDUWD´ PDNQDQ\D EXNDQ VL DNX
memakan lalu menelan kota Jakarta, melainkan menelusuri kota jakarta untuk
mengumpulkan sampah yang menjadi tugasnya dengan harapan kosong atau
SXWXV DVD .DOLPDW ´.XNXQ\DK-NXQ\DK VHEXDK PLNUROHW WXD´ DGDODK VLPERO
bahwa si aku juga naik turun dari satu mikrolet atau angkutan kota ke
angkutan kota yang lain sebagai alat transportasinya untuk mencari sampah.
Lalu penyair mengatakan bahwa roda gerobak dia jadikan sebagai sendok dan
garpu untuk memakan sampahnya. Kalimat ini tidak semata bermakna
memakan dalam arti sama dengan memakan makanan, tetapi si aku
menggunakan gerobak untuk mengangkut sampah-sampah.
Bait kedua menceritakan bahwa si aku sangat bangga dengan
pekerjaannya sebagai tukang sampah. Si aku bahkan berkata pada tuhan
seperti ini,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Tuhan, jangan beri aku uang


Baunya lebih kecut ketimbang sampahku

Si aku menganggap bahwa meskipun penghasilan dari menjadi tukang


sampah tidak banyak, tetapi dia lebih memilih uang dari bekerja memungut
sampah tersebut daripada uang hasil dari pekerjaan lain. Dia bukannya
menolak rizki lain yang diberikan tuhan. Si aku hanya ingin mensyukuri
penghasilannya dari menjadi tukang sampah. Si aku mementingkan hasil yang
halal dari memungut sampah karena dia tidak mempunyai keahlian lain untuk
bekerja selain sebagai tukang sampah. Di sela-sela pekerjaannya mengangkut
sampah, si aku lebih baik membuat sebuah cerita tentang keadaan kota Jakarta
untuk anak cucunya dan para pedagang kaki lima, dan para pekerja kasar lain
yang sama-sama mengais rizki di Jakarta seperti sopir-sopir bajaj.
Bait ketiga di atas mengisahkan kota Jakarta masih belum tertata rapi dari
berbagai aspek kehidupan, baik itu kehidupan sosial, ekonomi. Kata compang-
camping dan luka-luka menandakan bahwa kota Jakarta masih perlu banyak
pembenahan, perbaikan, dan perawatan di berbagai aspek kehidupan baik
keadaan fisik tata kotanya maupun mental penduduknyam yang digambarkan
dengan kalimat berikut,
Jakarta, seribu tahun genap sudah
Engkau masih compang-camping, luka-luka
Di bait ke tiga sekaligus bait terakhir ini juga digambarkan kehidupan
sosial di perkampungan kumuh. Di sana banyak bayi dan wanita yang hidup
dalam kesengsaraan dan kelaparan. Pernyatan tersebut dapat peneliti buktikan
pada kutipan baris puisi di bawah ini,
Tangis bayi dan jerit wanita di mana-mana
Bianglala di atas perkampungan
Bikin cinta terbakar dalam perut lapar
.DOLDPW ³ELDQJODOD GL DWDV SHUNDPSXQJDQ´ PHPLOLNL PDNQD \DQJ GDODP
Bianglala berarti pelangi, pelangi itu berwarna-warni, jadi kalimat tersebut
menandakan bahwa meskipun perkampungan itu kumuh, di sana tetap ada
warna-warni kehidupan penuh cinta, meskipun para penghuninya kelaparan.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Kesimpulannya, puisi ini secara keseluruhan menggambarkan kota Jakarta


lengkap dengan semua masalah di berbagai aspek kehidupan, dan salah
satunya potret seorang tukang sampah. Seorang tukang sampah yang masih
mempunyai hati nurani di tengah kerasnya hidup di kota jakarta. Kebaikan dan
ketegaran hati si tukang sampah ini dapat dilihat pada kutipan berikut ini,
Tuhan, jangan beri aku uang
Baunya lebih kecut ketimbang sampahku
Mendingan di bayang-bayang pohon mangga
Aku menyiapkan cerita untuk anak cucu
...
Seorang yang masih peduli dengan kehidupan sekitarnya, bahkan dia
sangat mengharagai pekerjaannya, meskipun penghasilannya sedikit. Si
tukang sampah hanya mementingkan kehalalan penghasilnnya bukan
banyaknya jumlah penghasilan. Selain makna puisi yang dalam, puisi ini juga
mengandung nilai kehidupan yang dapat menjadi contoh. Puisi ini sebenarnya
menyimpan amanat dari penyair bahwa untuk mendapat hidup yang layak
tidak harus merantau ke kota. Kota hanya akan membuat hidup semakin
terpuruk apabila tidak punya keterampilan hidup.
8. Matahari-matahari! Karya Muchtar Lubis
Engkau yang tiap hari
Menyinari bumi kami
Dan mengatur siang dan malam kami
Engkau bersinar pada saat ini
Ketika kami berkumpul mencari

Apa yang harus kami lakukan


Untuk masa kini dan masa depan
Bangsa indonesia, anak-anak kami
anak-anak cucu kami dan cucu-cucu mereka
sinarilah hati kami dan pikiran kami

agar menjadi terang benderang


hingga kami dapat melakukan
yang perlu kami lakukan
agar generasi sesudah kami, anak-anak dan cucu-cucu kami
dapat meneruskan langkah bangsa kami
ke masa depan yang sudah menunggu di balik pintu waktu

Ya, Allah, ampunilah dosa-dosa kami


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

(Dikutip dari Horizon dalam Kompeten Berbahasa


Indonesia kelas X SMA, 2006: 106-107).

a. Analisis Heuristik
1) ´(QJNDX \DQJ WLDS KDUL PHQ\LQDUL EXPL NDPL GDQ PHQJDWXU VLDQJ GDQ
PDODPNDPL´
Engkau pada baris pertama dan kedua ini yang dimaksud adalah matahari.
MatDKDUL PHQ\LQDUL EXPL QDPXQ VHWHODK VDPSDL SDGD EDULV NHWLJD ´GDQ
PHQJDWXU VLDQJ GDQ PDODP NDPL´  PDNQD HQJNDX EHUXEDK PHQMDGL 7XKDQ
sebab yang mengatur siang dan malam adalah Tuhan bukan matahari.
2) ´(QJNDXEHUVLQDUSDGDVDDWLQLNHWLNDNDPLEHUNXPSXOPHQFDUL´
3DGDNDOLPDWGLDWDV´HQJNDX´EHUDUWLPDWDKDUL\DQJEHUVLQDUVDDW´NDPL´
PDQXVLD ´PHQFDUL´ .DWD ´PHQFDUL´ PHPLOLNL PDNQD PDQXVLD EHUNXPSXO
untuk mancari kehidupan dalam hal ini penghasilan
3) ´$SD \DQJ KDUXV NDPL ODNXNDQ XQWXN PDVD NLQL GDQ PDVa depan bangsa
indonesia, anak-anak kami, anak-anak cucu kami dan cucu-FXFXPHUHND´
Kalimat di atas secara leksikal berarti sebuah pertanyaan yang diajukan
kepada matahari tentang hal yang harus dilakukan untuk saat ini dan masa
depan bangsa Indonesia dan generasi berikutnya.
4) ´VLQDULODKKDWLNDPLGDQSLNLUDQNDPLDJDUPHQMDGLWHUDQJEHQGHUDQJ´
Si aku mewakili seluruh bangsa Indonesia meminta agar matahari selalu
menyinari hati dan pikiran mereka dengan sinar yang hangat agar pikiran dan
hati mereka terang.
5) ´KLQJJDNDPLGDSDWPHODNXNDQ\DQJSHUOXNDPLODNXNDQ´
Sehingga si aku dan bangsa Indonesia dapat melakukan hal yang
seharusnya mereka lakukan, seperti merawat dan melestarikan alam, menjaga
keutuhan bangsa Indonesia, dan bertaubat.
6) ´DJDU JHQHUDVL VHVXGDK NDPL DQDN-anak dan cucu-cucu kami dapat
meneruskan langkah bangsa kami ke masa depan yang sudah menunggu di
EDOLNSLQWXZDNWX´

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Agar generasi muda dapat terus meneruskan langkah para generasi


sekarang dalam menjaga kelestarian alam dan keutuhan bangsa. Mereka
berdoa agar generasi yang akan datang dapat menghadapi tantangan yang
lebih berat di masa depan yang telah menunggu mereka di balik pintu. Kata
´SLQWX´ PHQJDFX SDGD ´WHPSDW XQWXN PDVXN GDQ NHOXDU papan untuk
PHQXWXS´ .%BI, 2008: 1188).
7) ³<D$OODKDPSXQLODKGRVD-GRVDNDPL´
Di bait terakhir ini mereka meminta ampun pada Tuhan atas dosa-dosa
yang telah mereka lakukan. Mereka sempat menganggap kalau yang mengatur
siang dan malam adalah matahari.
b. Analisis Hermeneuitik
Analisis heuristik di atas telah mengantarkan peneliti pada pemahaman
yang lebih dalam tentang makna puisi Matahari-matahari! Karya Muchtar
Lubis ini. Selanjutnya, bila dibaca secara hermeneuitik, puisi ini merupakan
suatu puisi yang berisi doa yang dipanjatkan kepada Tuhan, dibuktikan
GHQJDQ EXQ\L EDULV WHUDNKLU \DLWX ³<D $OODK DPSXQLODK GRVD-GRVD NDPL´
Biasanya dalam akhir setiap doa yang dipanjatkan pada Tuhan, diakhiri
dengan permintaan ampun atas dosa yang telah dilakukan. Doa ini dari bangsa
yang sedang terpuruk yang meminta kemakmuran, kerukunan, keamanan, dan
kesejahteraan bangsa baik di masa kini maupun masa yang akan datang.
Bait pertama puisi ini menceritakan bahwa manusia sering lupa kepada
Tuhannya. Manusia menganggap urusan dunia lebih penting daripada urusan
akhirat. Puisi ini adalah salah satu puisi yang baik digunakan untuk materi
pembelajaran apresiasi puisi untuk kelas X SMA sebab puisi ini mengandung
banyak nilai positif seperti rasa nasionalisme dan religiusitas kepada Tuhan.
Engkau yang tiap hari
Menyinari bumi kami
Dan mengatur siang dan malam kami.
Kutipan tiga baris dari bait pertama di atas, penyair ingin mengungkapkan
bahwa manusia sering menganggap bahwa yang mengatur siang dan malam
bukanlah Tuhan melainkan matahari. Padahal matahari itu dikendalikan oleh
Tuhan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Engkau bersinar pada saat ini


Ketika kami berkumpul mencari
Dua baris dari bait pertama di atas, penyair menjelaskan bahwa manusia
selalu mencari harta dunia tanpa mereka sadari pasti malam akan datang
dibalik pintu waktu. Malam hari seharusnya mereka isi dengan beibadah pada
Tuhan. Namun dalam puisi ini manusia siang dan malam tetap saja bekerja
PHQFDULQDINDKGXQLDNODXVD´GLEDOLNSLQWXZDNWX´PHQJDFXSDGDNDWDEDWDV
antara siang dan malam, yaitu maghrib. Namun dapat pula diartikan batas
antara dunia dan akhirat, yaitu kematian. Pintu waktu dapat pula dimaknai
batas antara siang dan malam, yaitu maghrib. Maksudnya saat maghrib
manusia selayaknya merenungi dosa-dosa yang telah manusia buat selama
sehari tadi. Pintu waktu bisa juga dimaknai untuk ubuh. Saat inilah saat
manusia meminta rizki pada Tuhan selama sehari ini.
%DULV WHUDNKLU \DQJ EHUEXQ\L ´<D $OODK DPSXQLODK GRVD-GRVD NDPL´
penyair menjelaskan bahwa manusia mulai menyadari kesalahan dan dosa-
dosanya. Mereka memohon ampun karena sempat melupakan Tuhan.
Tuhanlah yang mengatur siang dan malam, bukan matahari.
9. Perempuan-perempuan Perkasa karya Hartoyo Andangjaya
Perempuan-perempuan yang membawa bakul di pagi buta
Dari manakah mereka
Ke stasiun kereta mereka datang dari bukit-bukit desa
Sebelum peluit kereta pagi terjaga
Sebelum hari bermula dalam pesta kerja

Perempuan-perempuan yang membawa bakul dalam kereta


Ke manakah mereka
Di atas roda-roda baja mereka berkendara
Mereka berlomba dengan surya menuju gerbang kota
Merebut hidup di pasar-pasar kota

Perempuan-perempuan perkasa yang membawa bakul di pagi buta


Siapakah mereka
Mereka ialah ibu-ibu berhati baja, perempuan-perempuan perkasa
Akar-akar yang melata dari tanah perbukitan turun ke kota
Mereka cinta kasih yang bergerak menghidupi desa demi desa

(Dikutip dari Kompeten Berbahasa Indonesia kelas


X SMA, 2006: 216)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

a. Analisis Heuristik
1) ³3HUHPSXDQ-SHUHPSXDQ\DQJPHPEDZDEDNXOGLSDJLEXWD´
Baris pertama di atas menyebutkan bahwa ada perempuan-perempuan
yang sedang membawa bakul saat pagi masih buta. Saat pagi orang-orang tidak
bisa melihat apa pun karena gelap. Oleh sebab itulah disebut pagi buta. Pagi
buta adalah pagi saat matahari belum terbit, langit maih gelap dan kira-kira
waktu maih menunjukkan pukul 3 atau 4 pagi.
2) ³'DUL PDQDNDK PHUHND .H VWDVLXQ NHUHWD 0HUDN GDWDQJ GDUL EXNLW-bukit
GHVD´
Perempuan-perempuan itu datang dari bukit-bukit desa menuju ke stasiun
kereta Merak.
3) ³6HEHOXP SHOXLW NHUHWD SDJL WHUMDga, Sebelum hari bermula dalam pesta
NHUMD´
Mereka datang sebelum peluit kereta api pagi terjaga (bangun) dan
sebelum pesta orang-orang yang bekerja dimulai.
4) ³3HUHPSXDQ-perempuan yang membawa bakul dalam kereta. Ke manakah
PHUHND´
Perempuan-perempuan yang membawa bakul itu naik kereta pagi dan akan
pergi kemanakah mereka.
5) ³'L DWDV URGD-roda baja mereka berkendara, mereka berlomba dengan
VXU\DPHQXMXJHUEDQJNRWD´
Perempuan-perempuan pembawa bakul itu di atas roda-roda yang terbuat
dari baja berlomba dengan matahari menuju ke pintu gerbang kota. Naik di atas
roda baja secara harfiah maksudnya roda yang terbuat dari besi baja yang
menggelinding di rel. Berlomba dengan surya maksudnya mengejar matahari
yang terbit di timur. Jangan sampai matahari terbit lebih dahulu sebelum
perempuan-perempuan pembawa bakul itu sampai di pasar kota
6) ³0HUHEXWKLGXSGLpasar-SDVDUNRWD´
Secara harfiah kalimat nomor enam ini mengacu pada makna bahwa
perempuan-perempuan pembawa bakul itu berangkat menuju pasar-pasar
untuk berebut hidup yang dijual di pasar-pasar kota.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

7) ´3HUHPSXDQ-perempuan perkasa yang membawa bakul di pagi buta


Siapakah mereka. Mereka ialah ibu-ibu berhati baja, perempuan-
SHUHPSXDQSHUNDVD´
Perempuan-perempuan pembawa bakul itu hanyalah ibu-ibu yang
memiliki hati yang terbuat dari baja dan perempuan-perempuan berwatak
perkasa. Berhati baja artinya memiliki hati yang keras, seperti baja.
8) ´$NDU-DNDU\DQJPHODWDGDULWDQDKSHUEXNLWDQWXUXQNHNRWD´
Akar-akar yang dimaksud dalam puisi ini secara harfiah mengacu pada
bagian tumbuh-tumbuhan yang masuk ke tanah sebagai alat penguat dan
pengisap air dan zat makanan (KBBI, 2008: 25). Jadi, akar-akar pohon yang
tumbuh di tanah perbukitan itu turun lewat bukit-bukit di bawahnya dan
menjalar sampai ke kota.
9) ´0HUHNDFLQWDNDVLK\DQJEHUJHUDNPHQJKLGXSLGHVDGHPLGHVD´
Mereka (akar-akar pohon) adalah cinta kasih yang bergerak turun dari atas
bukit ke kota untuk menghidupi desa milik perempuan-perempuan perkasa
tadi.
b. Analisis Hermeneuistik
Puisi yang berjudul Perempuan-perenpuan Perkasa karya Hartoyo
Andangjaya ini, menurut peneliti dari bahasa simbol yang digunakan seperti
pada kutipan bait terakhir melambangkan bahwa perempuan-perempuan
perkasa pembawa bakul itu adalah akar-akar kehidupan yang menopang
kehidupan di desa mereka. Mereka mencari nafkah ke kota. Mereka berangkat
saat pagi masih gelap, saat matahari belum terbit dan saat mata masih
mengantuk.
Perempuan-perempuan perkasa yang membawa bakul di pagi buta
Siapakah mereka
Mereka ialah ibu-ibu berhati baja, perempuan-perempuan perkasa
Akar-akar yang melata dari tanah perbukitan turun ke kota
Mereka cinta kasih yang bergerak menghidupi desa demi desa
Pada bait terakhir di atas, penyair banyak menggunakan bahasa simbol
VHSHUWL³DNDU-akDU\DQJPHODWD´\DQJPHPLOLNLPDNQDSHUHPSXDQ-perempuan
perkasa yag turun dari bukit menuju kota untuk mencari nafkah. Merekalah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

yang membawa kehidupan di desa yang terletak di bukit itu. Sama seperti
pada bait terakhir, di bait kedua, penyair menggambarkan ibu-ibu pembawa
bakul itu sebagai wanita yang berhati baja yang berebut kehidupan di pasar-
pasar kota. Berebut kehidupan maksudnya adalah mencari dan bersaing
mencari nafkah di pasar-pasar kota. Perhatikan kutipan di bawah ini!
Di atas roda-roda baja mereka berkendara
Mereka berlomba dengan surya menuju gerbang kota
Merebut hidup di pasar-pasar kota.
3DGD EDULV ´PHUHND EHUORPED GHQJDQ VXU\D PHQXMX JHUEDQJ NRWD´
memilki makna bahwa perempuan-merempuan pembawa bakul itu harus
sampai di kota sebelum matahari terbit, sebelum siang tiba sebab bila siang
telah tiba, mereka akan kehilangan pelanggan yang menunggu mereka di
pasar. Bakul-bakul yang mereka bawa adalah simbol dari hasil pertanian yang
akan mereka jual di pasar kota.
Puisi ini secara garis besar menggambarkan kehidupan perempuan-
perempuan desa yang berjuang mencari nafkah ke kota. Mereka menjual hasil
pertanian ke kota. Justru perempuanlah yang memberi kehidupan di desa itu.
Mereka bagaikan akar-akar pohon di atas bukit yang menyerap sari-sari
kehidupan dari bawah tanah (kota). Puisi Perempuan-perempuan perkasa ini
menyiratkan amanat bahwa meskipun perempuan itu kelihatan lemah, tapi
justru merekalah akar kehidupan, sumber kehidupan di bumi ini. Wanita
sebenarnya adalah makhluk ciptaan Tuhan yang perkasa, yang lebih kuat dari
lelaki. Puisi ini salah satu bukti bahwa wanita adalah makhluk yang kuat.
10. Ibunda Tercinta karya Umbu Landu Paranggi
Perempuan tua itu senantiasa bernama:
Duka derita dan senyum yang abadi
Tertulis dan terbaca jelas kata-kata puisi
Dari ujung rambut sampai telapak kaki

Perempuan tua itu senantiasa bernama:


Korban, terima kasih, restu, dan ampunan
Dengan tulus setia telah melahirkan
Berpuluh lakon, nasib sejarah manusia

Perempuan tua itu senantiasa bernama:


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Cinta kasih sayang, tiga patah kata purba


Di atas pundaknya setiap anak tegak berdiri
Menjangkau bintang-bintang dengan hatinya dan janjinya

(Dikutip dari Kompeten Berbahasa Indonesia kelas


X SMA, 2006: 218).

a. Analisis Heuristik
Analisis heuristik puisi Ibunda Tercinta karya Umbu Landu Paranggi ini
dapat diuraikan berdasarkan bait-baitnya. Dalam satu bait puisi adalah satu
kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Berikut uraian tiap bait puisi Ibunda
Tercinta karya Umbu Landu Paranggi.
1) ´3HUHPSXDQ WXD LWX VHQDQWLDsa bernama: duka derita dan senyum yang
DEDGL´
Bila dimaknai secara leksikal, perempuan yang dimaksud di kalimat
ini adalah seorang perempuan yang mempunyai nama duka derita dan
senyum yang abadi.
2) ´7HUWXOLV GDQ WHUEDFD MHODV NDWD-kata puisi dari ujung rambut sampai
WHODSDNNDNL´
Analisis heuristik adalah memaknai puisi dari sudut pandang makna
leksikal. Kalimat di atas secara leksikal memiliki makna bahwa di sekujur
tubuh perempuan yang bernama duka derita dan senyum yang abadi itu
tertulis berbaris-baris puisi dari ujung rampat sampai telapak kaki.
3) ´3HUHPSXDQ WXD LWX VHQDQWLDVD EHUQDPD .RUEDQ WHULPD NDVLK UHVWX GDQ
DPSXQDQ´
Makna leksikal dari kalimat di atas adalah bahwa perempuan tua itu
memiliki nama korban, terima kasih, restu, dan ampunan. Jadi perempuan
WXD LWX PHPLOLNL EDQ\DN QDPD 1DPD GDODP DUWL OHNVLNDO ´QDPD´
EHUGDVDUNDQGHILQLVGDUL.%%,  DGDODK´NDWDXQWXNPHQ\HEXW
DWDXPHPDQJJLORUDQJ WHPSDWEDUDQJGVE ´
4) ´'HQJDQ WXOXV VHWLD WHODK PHODKLUNDQ EHUSXOXK Oakon nasib sejarah
PDQXVLD´

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Makna leksikal kalimat di atas adalah bahwa perempuan tadi dengan


tulus hati dan selalu setia telah mampu melahirkan banyak lakon yang
PHPDLQNDQWHQWDQJQDVLEGDQVHMDUDKNHKLGXSDQPDQXVLD0DNQD´ODNRQ´
berdasarkan KBBI (2008: 860 ) ´D  cerita yg dimainkan dalam wayang
(sandiwara, film, dsb.), b) SHUDQXWDPD´GDQ´QDVLE´PHQXUXW.%%, 
  DGDODK ´nasib sesuatu yang sudah ditentukan oleh Tuhan atas diri
VHVHRUDQJ´
5) ´3HUHPSXDQ WXD LWX VHQDQWLDVD EHUQDPD &LQWD NDsih, sayang, tiga patah
NDWDSXUED´
Perempuan tua itu juga memiliki nama cinta, kasih, dan sayang.
Ketiga kata itu adalah kata-kata yang sudah menjadi benda purba atau
VHFDUDOHNVLNDONDWDSXUEDEHUDUWL´dahulu (zaman yang ribuan atau jutaan
tahun \JODOX ´ (KBBI, 2008: 1232).
6) ´'LDWDVSXQGDNQ\DVHWLDSDQDNWHJDNEHUGLULPHQMDQJNDXELQWDQJ-bintang
GHQJDQKDWLQ\DGDQMDQMLQ\D´
Makna leksikal kalimat di atas adalah, di pundak perempuan tua itu
setiap anak yang dia lahirkan berdiri. Anak-anak itu berdiri tegak dan
berusaha meggapai bintang dengan hati dan janjinya. Pundak berarti
´EDKX´ .%%,    KDWL EHUDUWL ´EDJLDQ SHUXW \DQJ PHUDK
kehitam-hitaman warnanya, terletak di sebelah kanan perut besar, gunanya
untuk mengambil sari-sari makanan di dalam darah dan menghasilkan
HPSHGX´ .%%,    -DQML \DQJ EHUDUWL ´a) perkataan yang
menyatakan kesediaan dan kesanggupan untuk berbuat (seperti hendak
memberi, menolong, datang, bertemu): b) persetujuan antara dua pihak
(masing-masing menyatakan kesediaan dan kesanggupan untuk berbuat
DWDX WLGDN EHUEXDW VHVXDWX ´ .%%,     -DQML LEX DGDODK XQWXN
selalu merawat dan menjaga anaknya sampai kematian datang padanya.
b. Analisis Hermeneuitik
Analisis hermeneuistik puisi yang berjudul Ibunda Tercinta karya Umbu
Landu Paranggi ini dapat dilakukan dengan mengungkap makna yang tersirat

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

pada bahasa simbol yang digunakan penyair. Analisis hermeneutik puisi


tersebut adalah sebagai berikut.
0DNDQ´3HUHPSXDQWXDLWXVHQDQWLDVDEHUQDma: Duka derita dan senyum
\DQJ DEDGL´ DGDODK SHUHPSXDQ WXD LWX VHODOX GLWLPSD GXND GDQ GHULWD
Perempuan yang dimaksud adalah ibu. Duka, derita dan senyum abadi adalah
simbol seorang ibu. Meskipun sering ditimpa duka dan derita sang ibu selalu
tersenyum untuk anak-anaknya. Seorang ibu tidak pernah bersedih di depan
anak-anaknya. Seorang ibu adalah simbol kekuatan dan ketegaran seorang
ZDQLWD \DQJ VHPSXUQD .HPXGLDQ PDNQD NDOLPDW ´7HUWXOLV GDQ WHUEDFD MHODV
kata-kata puisi, dari ujung rambut sampai telapak NDNL´ EXNDQODK GL VHNXMXU
tubuh sang ibu tertulis bait-bait puisi. Kalimat tersebut mengandung makna
bahwa seluruh bagian tubuh sang ibu adalah sesuatu yang indah,
keindahannya diibaratkan seperti puisi. Selain itu, keindahan dan kesucian
tubuh sang ibu dapat dijadikan inspirasi menulis puisi yang indah bahasanya.
Ibu osok yang inspiratif. Kelembutan, ketegaran, dan ketangguhannya
bagaikan bait-bait puisi yang indah yang ditulis oleh penyair sekelas Jalaludin
Rumi dan Gibran. Begitu memesona sosoknya hingga penyair kualahan
mengibaratkan sosok ibu.
Bait kedua puisi karya Umbu Landu Paranggi ini, seorang ibu
disimbolkan sebagai seorang perempuan tua yang rela berkorban, tidak
mengharap kata terima kasih, tempat meminta restu dan ampunan. Restu ibu
adalah rida Allah. Jadi, apa pun yang dilakukan oleh seorang anak harus atas
restu dari ibunya. Ibu adalah seorang perempuan yang dengan tulus dan setia
melahirkan lakon-lakon nasib sejarah manusia. Lakon yang dimaksud adalah
anak-anak yang akan menjalani nasibnya dan menciptakan sejarah manusia.
Pada bait ketiga atau bait terakhir, seorang ibu dibiratakan sebagai
seorang perempuan yang selalu penuh kasih sayang dan cinta sejak dari dulu
hingga sekarang. Kasih sayang seorang ibu sepanjang masa. Pernyataan
peneiliti tersebut didukung oleh kutipan baris berikut
Perempuan tua itu senantiasa bernama:
Cinta kasih sayang, tiga patah kata purba
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Seorang ibu juga merupakan tempat anak-anaknya menggangtungkan


harapan dan cita-cita. Seorang ibu akan berjanji untuk terus mendukung
harapan dan cita-cita anaknya. Seorang ibu akan dengan sepenuh hati menjadi
tempat anak-anaknya berdiri dan berjuang. Pernyataan peneiti tersebut
peneliti dasarkan pada dua baris terakhir puisi Umbu Landu Paranggi ini,
yaitu;
Di atas pundaknya setiap anak tegak berdiri
Menjangkau bintang-bintang dengan hatinya dan janjinya
Puisi Ibunda Tercinta karya Umbu Landu Paranggi ini bertema kekaguman
kepada sosok ibu. Seorang ibu digambarkan sebagai sosok yang kuat yang
menjadi tempat seorang anak meminta restu, meminta dukungan,
menggantungkan cita-cita, bahkan tempat berkeluh kesah dan meminta
ampun. Puisi ini cocok bila dijadikan materi ajar pembelajaran apresiasi puisi.
Penyair puisi ini banyak menggunakan bahasa simbol yang perlu analisis
semiotik agar pesan yang tersirat dapat tersampaikna dengan baik kepada
pembvaca.
11. Surat dari Ibu karya Asrul Sani
Pergi ke dunia luas, anakku sayang
Pergi ke laut bebas!
Selama angin masih angin buritan
Dan matahari menyinari daun-daunan
Dalam rimba dan padang hijau

Pergi ke laut lepas, anakku sayang


Pergi ke alam bebas!
Selama hari belum petang
Dan warna senja belum kemerah-merahan
Menutup pintu waktu lampau

Jika bayang telah pudar


Dan elang laut pulang ke sarang
Angin bertiup ke benua

Tiang-tiang akan kering sendiri


Dan nakhoda sudah tau pedoman
Boleh engkau datang padaku

Kembali pulang, anakku sayang


Kembali ke balik malam!
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Jika kapalmu telah rapat ke tepi


Kita akan bercerita
Tentang cinta dan kehidupanmu pagi hari
(Dikutip dari Kompeten Berbahasa Indonesia kelas
X SMA, 2006: 218-219)
a. Analisis Heuristik
Memaknai puisi secara heuristik adalah menemukan makna bahasa simbol
dengan memaknai secara leksikal. Untuk mempermudah analisis secara
heuristik, baris-baris puisi yang masih merupakan baris-baris yang terpisah,
maka dapat dirangkai menjadi kalimat yang lebih sempurna.
1) ´3HUJLNHGXQLDOXDVDQDNNXVD\DQJ3HUJLNHODXWEHEDV´
Baris puisi di atas secara leksikal mempunyai makna bahwa seorang ibu
meminta anaknya untuk pergi ke dunia luas, pergi ke laut. Laut dalam baris ini
EHUDUWL ´NXPSXODQ DLU DVLQ GDODP MXPODK \DQJ EDQ\DN GDQ OXDV  \DQJ
menggenangi dan membagi daratan atas benua atau pulau-SXODX´ .%%,
2008: 888). Laut adalah tempat seseorang mempertaruhkan hidupnya. Apabila
dia sanggup bertahan, dia akan sampai pada pulau kebahagiaan. Apabila dia
gagal, maka dia akan terpuruk ke dasar samudra yang artinya bisa
kesengsaraan atauh bahkan kematian.
2) ´6HODPDDQJLQPDVLKDQJLQEXULWDQGDQPDWDKDULPHQ\LQDULGDXQ-daunan
dalam rimba dan padDQJKLMDX´
Sang ibu menasihati anaknya agar segera pergi ke laut sebab selagi angin
masih berupa angin buritan (bagian belakang kapal atau perahu). Angin masih
bertiup di belakang kapal dan matahari masih menyinari dedaunan. Angin
buritan itu mendorong kapal sehingga kapal bisa bergerak menuju ke laut.
dedaunan bila secara leksikal berarti bagian tumbuhan yang berwarna hijau
sedangkan rimba adalah hutan yang lebat. Kemudia pada hijau yang dimaksud
adalah tanah lapang yang ditumbuhi rumput dan semak belukar.
3) ´3HUJLNHODXWOHSDVDQDNNXVD\DQJ3HUJLNHDODPEHEDV´
Sekali lagi, pada baris ini, sang ibu menyuruh anaknya untuk pergi ke laut
lepas, menuju alam bebas. Alam bebas berarti alam liar, misalnya hutan, laut,
gunung, dan lain-lain.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

4) ´6HODma hari belum petang dan warna senja belum kemerah-merahan


PHQXWXSSLQWXZDNWXODPSDX´
Sang ibu menasihati anaknya agar segera pergi ke alam bebas sebelum
hari matahari terbenam, sebelum senja tiba dan sebelum pintu tertutup.
5) ´-LNDED\DQJWHODKSXdar dan elang laut pulang ke sarang, angin bertiup
NHEHQXD´
Kata sang ibu, si anak baru boleh pulang ke rumah apabila sudah tidak
ada bayangan, bila elang juga sudah pulang ke sarang karena elang sudah
kenyang, dan angin buritan tadi bertiup menuju benua. Elang yang dimaksud
apabila dibaca secara leksikal berarti sejenis burung pemakan daging. Angin
bertiup ke benua maksudnya angin (udara yang bergerak dari tekanan yang
tinggi ke tekanan yang rendah).
6) ´7LDQJ-tiang akan kering sendiri dan nahkoda sudah tahu pedoman.
%ROHKHQJNDXGDWDQJSDGDNX´
Tiang-tiang yang dimaksud adalah tiang-tiang untuk mengembangkan
layar. Apabila tiang-tiang yang basah karena hembusan obak sudah kering,
lalu nahkoda juga sudah menemukan jalan pulang. Sang anak juga boleh ikut
pulang. Pulang kembali ke darat menemui sang ibu.
7) ³.HPEDOLSXODQJDQDNNXVD\DQJNHPEDOLNHEDOLNPDODP´
Sang ibu memperbolehkan si anak pulang ke balik malam. Malam di puisi
ini berarti salah satu fenomena alam saat matahari tidak menyinari salah satu
bagian bumi sehingga menjadi gelap. Saat malam biasanya ada bulan dan
bintang. Malam dapat pula berarti saat perenungan semua manusia yang
mmengimani-Nya.
8) ´-LNDNDSDOPXWHODKUDSDWNHWHSL Kita akan bercerita tentang cinta dan
kehidupanmu SDJLKDUL´
Sang ibu mengharapkan anaknya segera pulang setelah kapal yang dia
tumpangi merapat di pelabuhan. Kemudian ibu dan anak itu saling berbagi
cerita saat anaknya pergi di pagi hari tadi. Ibu tidak selalu berarti sosok
perempuan yang melahirkan dan merawat anak. Ibu dapat dimaknai sebagai

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

kampung halaman. Tempat semua manusia kembali setelah sekian lama


merantau ke dunia luas.
b. Analisis Hermeneuitik
Analisis hermeneuistik memudahkan pengungkapan makna yang tersirat
dalam syair puisi. Perhatikan analisis hermeneuitik tiap-tiap baris puisi di bawah
ini!
1) Pergi ke dunia luas, anakku sayang.
Dunia luas maksudnya adalah dunia yang lebih luas, daerah yang lebih
luas daripada kampung halamannya di Sumatra Barat. Dunia luas dimaknai
sebagai tantangan sekaligus kesempatan memperoleh kehidupan yang lebih
baik.
2) ³3HUJLNHODXWEHEDV´
Laut bebas berarti ke kehidupan yang bebas, yang lebih luas dan pebuh
tantangan. Laut dapat dimaknai sebagai hal misterius dalam hidup manusia.
Laut dapat menjadi kawan apabila tahu ilmu untuk mengakrabinya. Dengan
paham seluk beluk laut bahkan sampai sifat dan cara mengendalikannya,
Manusia akan memperoleh kebahagiaan sejati. Namun apabila manusia
takut, tidak mempunyai ilmu, dan enggan mengakrabinya, manusia akan
tenggelam dan mati.
3) ´6HODPDDQJLQPDVLKDQJLQEXULWDQ´
Angin buritan dalam puisi ini berarti semangat dan kesempatan yang
mendorong si anak untuk mencari kehidupan yang lebih baik di dunia luas.
4) ´'DQPDWDKDULPHQ\LQDULGDXQ-daunan dalam riPEDGDQSDGDQJKLMDX´
Kalimat ini memiliki makna bahwa hari masih pagi dan si anak masih
muda, masih banyak waktu untuk mengejar mimpi dan cita-citanya. Pagi
adalah simbol hari baru, harapan dan semangat baru.
5) ´3HUJLNHODXWOHSDVDQDNNXVD\DQJ3HUJLNHDODPEHEDV´
Sang ibu masih menyuruh sang anak untuk berjuang mencari
kehidupan baru di tempat lain. Berjuang untuk kehidupan yang lebih baik.
Alam bebas dapat dimaknai sebagai lahan pekerjaan yang penuh tantangan
dan bahata yang mengancam layaknya alam bebas seperti hutan, padang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

rumput, laut, dan sungai, ada pemangsa tingkat paling atas. Pemangsa
paling atas inilah yang dapat mengancam kehidupan.
6) ´6HODPD KDUL EHOXP SHWDQJ GDQ ZDUQD VHQMD EHOXP NHPHUDK-merahan,
PHQXWXSSLQWXZDNWXODPSDX´
Sang ibu menambahkan selama usia masih muda, selama masih
banyak kesempatan, dan sebelum jalan menuju kesuksesan tertutup sang
anak harus tetap berjuang.
7) ´Jika bayang telah pudar dan elang laut pulang ke sarang, sngin bertiup
NHEHQXD³
Makna kalimat di atas adalah ketika sang anak sudah meraih cita-cita,
ketika dia sudah sukses, dan ketika dia ingin kembali ke pangkuan sang
ibu. Angin bertiup ke benua maksudnya adalah ada keinginan dari sang
anak untuk kembali kepada ibunya. Lalu elang pulang ke sarang artinya
sang anak telah menemukan apa yang ia cari, sudah menemukan bekal
hidup yang cukup. Secara logika elang akan pulang ketika sudah kenyang.
8) ´7LDQJ-tiang akan kering sendiri dan nahkoda sudah tahu pedoman.
%ROHKHQJNDXGDWDQJSDGDNX³
Tiang-tiang akan kering sendiri maksudnya adalah ketika cobaan yang
menimpa sang anak sudah mulai reda, dan dia sudah menemukan jalan dan
alasan untuk kembali kepada sang ibu, maka anak itu boleh kembali
pulang ke rumah, ke kampung halaman.
9) ³.HPEDOL SXODQg, anakku sayang. Kembali ke balik malam! Jika
NDSDOPXWHODKUDSDWNHWHSL´
Sang ibu meminta sang anak segera pulang, bila sang anak sudah
mulai lelah dan dia sampai dipuncak kebahagiaan hidup.
10) ³.LWDDNDQEHUFHULWDWHQWDQJFLQWDGDQNHKLGXSDQPXSDJL KDUL³
Lalu sang ibu dan anak akan hidup berdua bersama sang anak dengan
akhir yang bahagia sambil mengenan masa perjuangan hidup saat sang
anak masih muda.
Budaya Minangkabau atau Sumatra Barat sangat kental dan memengaruhi
puisi karya Asrul Sani ini. Asrul sani adalah seorang penyair dari Padang. Puisi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

ini secara hermeneutik mengandung banyak bahasa kias. Puisi ini bercerita
tentang kehidupan pemuda Minang yang hendak pergi merantau, mencari
kehidupan yang lebih baik. Sang ibu lalu menulis surat kepada sang anak yang
diwujudkan lewat puisi oleh Asrul Sani. Ibu yang dimaksud penyair bukanlah ibu
yang berarti seorang wanita yang telah melahirkan anak-anaknya. Ibu yang
dimaksud dalam puisi ini adalah kampung halaman, yaitu daerah Minangkabau
atau umatra Barat. Elang pulang ke sarang artinya sang anak telah cukup memiliki
bekal hidup. Laut lepas dan alam bebas memiliki kesamaan makna. Alam bebas
itu misalnya laut. Seoramg pemuda Minang ketika merantau keluar dari daerah
Minangkabau, maka diibaratkan dia edang menyusuri laut lepa dan alam bebas
yang penuh tantangan. Setelah sang pemuda Minangkabau berhasil menakhlukkan
laut dan alam bebas tadi, maka kebahagiaan abadi harus dia bawa pulang dan dia
bagi dengan ibu (kampung halaman).
12. Candi Muara Jambi Karya Dimas Arika Miharja
Aku dengar keluh batu-batu runtuh berpeluh
Tak ada arca atau stupa hanya ilalang
Bergoyang terpanggang matahari
Sebuah situs tak terurus menggerus hati
Perjalanan sunyi, sendiri memikul luka diri
Mengaca pada bayang batanghari
Yang tiada henti merangkum tragedi
Aku sendiri membangun candi
Dalam mimpi yang sulit diurai
Di kedalaman hati: kau tegar abadi

('LNXWLS GDUL ´$QJNDWDQ  GDODP 6DVWUD ,QGRQHVLD´ GDODP


Mahir Berbahasa Indonesia kelas X SMA, Yudhistira, 2006: 13)

a. Analisis Heuristik
1) ³$NXGHQJDUNHOXKEDWX-EDWXUXQWXKEHUSHOXK´
6HFDUD KDUILDK NDWD ³NHOXK´ PHPLOLNL DUWL ³WHUODKLUQ\D SHUDVDDQ VXVDK
NDUHQD PHQGHULWD VHVXDWX \DQJ EHUDW NHVDNLWDQ GVE ´ .%%,   
NHPXGLDQ NDWD XODQJ ³EDWX-EDWX´ PHPLONL DUWL ³EHnda keras dan padat yang
berasal dari bumi atau planet lain, tetapi bukan ORJDP´ .%%, 

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Disebutkan oleh penyair kalau batu-EDWX LWX UXQWXK EHUSHOXK ³UXQWXK´


dalam KBBI memiliki makna,
a) roboh karena rusak (bangunan); jatuh ke bawah atau terbang karena rusak
(barang yang berat-berat);
b) jatuh; gugur (buah);
c) gugur atau longsor (timah; lereng gunung);
d) rusak atau hancur sama sekali (kekuasaan; pertahanan). (2008: 1329).
´%HUSHOXK´ \DQJ OD]LPQ\D GLJXQDNDQ XQWXN PDQXVLD SHQ\DLr
menggunakannya pada batu-EDWX´EHUSHOXK´GDULNDWDSHOXKPHPLOLNLPDNQD
´DLU\DQJNHOXDUGDULOXEDQJ-lubang (pori-SRUL NXOLWWXEXKNHULQJDW´ .%%,
2008: 1145). Kesmpulannya, secara harfiah, baris pertama ini memiliki makna
si aku mendengar batu-batu candi mengeluh kesakitan, lalu roboh dan dari
pori-pori batu-batu itu keluar keringat. Peluh bebatuan itu adalah simbol
bahwa candi Muara Jambi sudah lelah menghadapi waktu yang menggerus
keindahannya.
2) ³7DNDGDDUFDDWDXVWXSDKDQ\DLODODQJ´
Penyair menyebutkan tidak ada stupa dan arca di candi Muara Jambi itu,
\DQJ DGD KDQ\D LODODQJ ³VWXSD´ DGDODK EDQJXQDQ GDUL EDWX \DQJ EHQWXNQ\D
seperti genta, biasanya merupakan bangunan suci agama Buddha (tempat
menyimpan relik atau benda-benda suci sang Buddha) (KBBI, 2008: 1530).
.HPXGLDQ ³DUFD´ DGDODK patung (terutama dibuat dari batu yang dipahat
menyerupai bentuk sesuatu) (KBBI, 2008: 86). Penyair menjelaskan di candi
WHUVHEXW KDQ\D DGD ³LODODQJ´ ³LODODQJ´ DWDX DODQJ-alang adalah rumput yang
tingginya mencapai 20--50 cm, daunnya agak lebar seperti daun padi, berguna
sebagai makanan ternak, penahan erosi, akarnya banyak dan keras,
mengganggu tanaman lain, berkhasiat untuk menurunkan panas (KBBI, 2008:
35). Baris kedua ini bila diartikan secara harfiah, maka artinya candi ini tidak
memiliki patung dan bangunan tempat sesaji, candi itu tertutup ilalang, atau
rumput-rumput tinggi, setinggi 20-30 cm.
3) ³%HUJR\DQJWHUSDQJJDQJPDWDKDUL´
%DULV NHWLJD LQL PHUXSDNDQ NHODQMXWDQ EDULV NHGXD ³ LODODQJ  EHUJR\DQJ
WHUSDQJJDQJ PDWDKDUL´ .DWD ³EHUJR\DQJ´ GDUL NDWD GDVDU ³JR\DQJ´ DUWLQ\D
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

adalah berayun-D\XQ .%%,    )UDVH ³WHUSDQJJDQJ PDWDKDUL´


artinya dipanaskan (dimasak) di atas bara api: (KBBI, 2008: 1117). Pada baris
ini ilalang bukan terpanggang di atas bara api, melainkan di bawah terik
matahari.
4) ´6HEXDKVLWXVWDNWHUXUXVPHQJJHUXVKDWL´
Baris keempat ini penyair menjelaskan kalau situs candi Muara Jambi
DGDODK ´VHEXDK VLWXV WDN WHUXUXV PHQJJHUXV KDWL´ .DWD ³VLWXV´ GDODP .%%,
memiliki arti daerah temuan benda-benda purbakala. Dalam bidang Komputer,
situs adalah tempat yang tersedia untuk lambang suatu inskrips atau tempat
pada suatu papan yang dapat atau tidak dapat dilubangi (2008: 1479). Situs
tersebut tidak terurus sampai menggerus hati. FraVH ³PHQJJHUXV KDWL´ WHUGLUL
GDULNDWD´PHQJJHUXV´GDULNDWD´JHUXV´\DQJDUWLQ\DPHQJJRVRN PHOLFLQNDQ 
kain (dsb) dengam gerus atau dengan tengkuyung (KBBI, 2008: 483). Secara
harfiah baris keempat ini berarti situs candi Muara Jambi ini menggosok hati
yang melihat situs tersebut.
5) ´3HUMDODQDQVXQ\LVHQGLULPHPLNXOOXNDGLUL´
Baris kelima ini, penyair ingin menyampaikan kalau situs candi
Muara Jambi tersebut menempuh perjalanan sendiri dengan membawa
luka hati. Luka hati yang ditimbulkan oleh ketidakpedulian orang-orang
terhadap situs candi Muara Jambi.
6) ´0HQJDFDSDGDED\DQJEDWDQJKDUL´
´0HQJDFD´ GDUL NDWD ´NDFD´ \DQJ DUWLQ\D EHQGD \DQJ NHUDV ELDVDQ\D
bening dan mudah pecah (untuk jendela, gelas, botol, dsb); cermin; kaca
muka; contoh; teladan; (KBBI, 2008: 652) sehingga mengaca artinya melihat
kaca atau cermin. Kata bayang dalam KBBI memiliki arti,
a) ruang yang tidak kena sinar karena terlindung suatu benda; b) wujud
hitam yang tampak di balik benda yang kena sinar; c) gambar pada cermin,
air, dsb; d) rupa (wujud) yang kurang jelas dalamgelap; e) gambar dalam
pikiran; angan-angan; khayal; f) tanda-tanda akan terjadi sesuatu; g)
sesuatu yang seakan ada, tetapi sebenarnya tidak ada (2008: 150).

Berdasarkan definisi masing-masing kata dalam KBBI, baris keenam ini


secara harfiah memiliki arti kalau candi Muara Jambi ini bayangannya
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

memantul di sungai Batanghari. Jadi candi ini dapat dilihat dengan melihat
pantulan di permukaan air sungai Btanghari.
7) ´<DQJWLDGDKHQWLPHUDQJNXPWUDJHGL´
Pada baris ketujuh ini penyair menjelaskan kalau candi Muara Jambi
VHODOXPHUDQJMXPVHPXDWUDJHGL \DQJWHUMDGL´WUDJHGL´VHFDUDKDUILDKEHUDUWL
sandiwara sedih (pelaku utamanya menderita kesengsaraan lahir dan batin
yang luar biasa atau sampai meninggal); peristiwa yang menyedihkan; (KBBI,
2008: 1727)
8) ´$NXVHQGLULPHPEDQJXQFDQGL´
Si aku karena prihatin dengan kondisi candi yang tidak terurus, maka dia
membangun candi itu sendiri.
9) ´'DODPPLPSL\DQJVXOLWGLXUDL´
Dia bekerja keras membangun candi itu di dalam mimpinya.
10) ´'LNHGDODPDQKDWLNDXWHJDUDEDGL
Di dalam hati si aku, candi itu kokoh berdiri. Jadi di dalam hati si aku ada
bangunan candi Muara Jambi.
b. Analisis Hermeneutik
Puisi yang berjudul Candi Muara Jambi ini secara hermeneutik
menceritakan kondisi fisik candi Muara Jambi yang terletak di Propinsi Jambi.
Penyair menggambarkan kalau candi ini tidak terurus, sudah hampir hancur.
Stupa dan arca-arca sudah banyak yang rusak. Bangunan candi tertutup
ilalang. Batu-batu yang menjadi tembok candi juga banyak yang runtuh.
Si aku merasa prihatin dengan kondisi candi Muara Jambi ini. Namun, dia
tidak dapat berbuat banyak. Dia hanya bisa membayangkan kalau dia sedang
melihat candi Muara Jambi kembali kokoh berdiri. Pemerintah provinsi Jambi
juga tidak peduli dengan kondiri candi yang memprihatinkan. Kutipan baris
candi yang mendasari pernyataan peneliti tersebut, yaitu:
...
Perjalanan sunyi, sendiri memikul luka diri
Mengaca pada bayang batanghari
Yang tiada henti merangkum tragedi

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

.DOLPDW ´3HUMDODQDQ VXQ\L VHQGLUL PHPLNXO OXND GLUL´ PDNVXG \DQJ


terkadung dalam baris tersebut adalah candi Muara Jambi dari waktu ke waktu
tidak ada yang peduli. Bahkan sampai arca-arca dan stupanya runtuh masih
WLGDN DGD \DQJ SHGXOL .DOLPDW ´PHQJDFD SDGD ED\DQJ %DWDQJKDUL´
maksudnya, candi ini terletak di dekat sungai Batanghari dan menjadi saksi
bisu semua kejadian menyedihkan di sekitar candi dan sungai Batanghari.
Candi Muara Jambi ini seharusnya menjadi kebanggan warga Jambi, menjadi
saksi keceriaan warga Jambi yang mengunjungi Candi.
Aku sendiri membangun candi
Dalam mimpi yang sulit diurai
Di kedalaman hati: kau tegar abadi
Berdasarkan tiga baris terakhir di atas, peneliti dapat mengambil
kesimpulan bahwa keberadaan candi Muara Jambi hanya angan-angan.
13. Bantimurung Karya Ras Agaffar
Gemericik airnya meneteskan puisi alam yang panjang
Mengalirkan mata air kerinduan, melelahkan duka kecemasan
Di celah-celah bebatuan
Di pucuk ranting pepohonan
Di ujung mentari kepagian
Di lereng bukit kedamaian
Di bibir sungai kebeningan
Di cakrawala langit kebebasan
Di rentang siang kecerahan
Di sejuk udara kenikmatan
Bantimurung
Gemuruh airnya menerjang sepanjang musim
Mengalir ke kota, ke sawah, ke ladang-ladang kehidupan
Menumbuhkan gairah, harapan masa depan
Bantimurung
Bumi yang dihuni sang kupu-kupu
Hinggap dan bertebaran
Di antara serangga satwa lindung anugerah Ilahi
Meniupkan pesona lagu-simponi kelestarian alami.

('LNXWLS GDUL 2PEDN /RVDUL ´6DMDN-VDMDN GDUL 0DNDVDU´ GDODP


Mahir Berbahasa Indonesia kelas X SMA, Yudhistira, 2006: 15)

a. Analisis Heuristik
1) ´*HPHULFLNDLUQ\DPHQHWHVNDQSXLVLDODP\DQJSDQMDQJ´
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

´*HPHULFLN DLUQ\D´ NDWD ´Q\D´ PHQJDFX SDGD DLU WHUMXQ %DQWLPXUXQJ


Sungai Bantimurung menggemericikkan airnya dan airnya meneteskan puisi
DODP \DQJ SDQMDQJ VHSDQMDQJ DOLUDQ DLUQ\D .DWD ´SXLVL´ VHFDUD OHNVLNDO
mengacu pada karangan terikat (berbentuk sajak, pantun, dan syair) (KBBI,
2008: 1223).
2) ´0HQJDOLUNDQPDWDDLUNHULQGXDQPHOHODKNDQGXNDNHFHPDVDQ´
.DWD ´NHULQGXDQ´ DSDELOa diartikan secara leksikal berarti perihal rindu;
keinginan dan harapan (akan bertemu dsb) (KBBI, 2008: 1307). Penyair
menyebutkan kalau air terjun Bantimurung mampu melelahkan duka
NHFHPDVDQ.DWD´PHOHODKNDQ´PHQJDFXSDGDSHQJHUWLDQPHQ\HEDENDQOHODK
yaitu duka dan kecemasan yang menjadi lelah karena aliran air terjun
Bantimurung.
Di baris ketiga sampai kesepuluh, penyair ingin menyampaikan tempat
duka dan kecemasan itu akan hanyut dan hilang. Kecemasan, duka, dan
kerinduan itu akan hancur terhantam celah bebatuan yang tersebar sepanjang
sungai, lalu tersangkut di ranting pepohonan. Kerinduan dan kecemasan itu
akan digantikan oleh cahaya matahari yang memberi kehangatan. Selain dapat
menghapus kedukaan dan kecemasan, air terjun Bantimurung juga
menyediakan pemandangan yang indah seperti lereng bukit yang damai. Kata
´GDPDL´PHQJDFXSDGDPDNQD´WLGDNDGDSHUDQJDPDQWLGDNDGDNHUXVXKDQ
WHQWHUDPWHQDQJNHDGDDQWLGDNEHUPXVXKDQUXNXQ´ .%%, 
%DULV NHWXMXK ´GL ELELU VXQJDL NHEHQLQJDQ´ PHPLOLNL PDNQD EDKZD GL
bibir sungai yang airnya bening, kerinduan itu akan berubah menjadi air yang
EHQLQJ ´ELELU VXQJDL´ VHFDUD KDUILDK PHQJDFX SDGD PDNQD ´WHSL SLQJJLU 
tepi sesuatu atau bagian barang yang menyerupai bibir, mulut atau lidah
GDODPDUWLSHUNDWDDQGVE ´ .%%, %LELUVXQJDLEHDUWLWHSLVXQJDL
´'LFDNUDZDODODQJLWNHEHEDVDQ´NDWD´&DNUDZDOD´VHFDUDKDUILDKEHUDUWL
´OHQJNXQJ ODQJLW langit (tempat bintang-bintang), peredaran bola-bola di
langit (kerap pula berarti sebagai bola-bola di langit), kaki langit; tepi langit;
batas pandangan, jangkauan pandangan, NKD]DQDK NHND\DDQ´ .%%, 

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

251). Dengan demikian, makna baris kedelapan ini memiliki makna leksikal
bahwa langit memberikan kebebasan pada manusia.
Penyair, pada baris kesebelas sampai keempat belas menyebutkan kalau
sair terjun Bantimurung merupakan sumber kehidupan bagi makhluk hidup
yang tinggal di sekitar air terjun, taman nasuinal Bantimurung dan sekitarnya.
´$LU WHUMXQ %DQWLPXUXQJ PHQHUMDQJ PXVLP´ VHFDUD OHNVLNDO NDWD
´PHQHUMDQJ´GDULNDWDGDVDU´WHUMDQJ´PHQJDFXSDGD´PHQHQGDQJPHQ\HSDN
(ke bawah atau ke depan); menyerang; menyerbu; melanggar; menubruk;
PHQ\HUXGXN PHOHZDWL WHUXV´ .%%,    GDQ ´PXVLP´ PHPLOLNL
makna musim hujan, musim kemarau, musim gugur, musim dingin, panas,
GDQ VHPL 'L ,QGRQHVLD KDQ\D DGD GXD PXVLP MDGL ´PXVLP´ \DQJ GLPDNVXG
SHQ\DLU GDODP SXLVL LQL PHQJDFX SDGD PXVLP ´NHPDUDX GDQ KXMDQ´
Kesimpulan peneliti mengenai makna baris ke sebelas sampai ke empat belas
adalah air terjun Bantimurung airnya menyerang, menyerbu, melanggar,
menubruk, menyeruduk, melewati terus di musim hujan dan musim kemarau.
Baris kelima belas, sampai kesembilan belas, penyair menggambarkan
kalau kawasan wisata air terjun Bantimurung adalah sebuah bumi yang dihuni
kupu-kupu. Kawasan wisata Air Terjun Bantimurung merupakan habitat
berbagai spesies kupu-kupu yang langka. Tidak hanya kupu-kupu, serangga-
serangga langka juga ada. Di Bantimurung juga ada satwa yang dilindungi.
Satwa-satwa yang ada di kawasan wisata Bantimurung suaranya seperti
sedang menyanyikan sebuah lagu tentang alam yang lestari.
b. Analisis Hermeneutik
Penyair lewat puisi Bantimurung ini menceritakan keindahan alam
Bantimurung. Bantimurung adalah sebuah kawasan wisata air terjun di
Kecamatan Bantimurung, Kabupaten Maros, Provinsi Sulawesi Selatan. Air
terjunnya yang deras sebagai sumber kehidupan bagi para satwa yang hidup di
sungai maupun hutan di kawasan wisata Bantimurung. Bantimurung dengan
kesejukan udaranya, kecerahan sinar matahari yang menyinari, kebeningan
airnya, dan luas langit yang membentang di atasnya dapat memberikan sensasi

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

kedamaian dalam jiwa para pengunjungnya. Luas langitnya mampu


memberikan kebebasan, karena orang bebas melihat ke segala penjuru.
Bantimurung juga menjadi tempat pelestarian kupu-kupu spesies langka.
Tidak hanya kupu-kupu, serangga-serangga langka juga berkembang biak di
sana. Kawasan wisata air terjun Bantimurung ini bagaikan surga bagi para
wisatawan karena keindahan alam, langit, bebatuan, dan udara yang sejuk.
3HQMDMDK %HODQGD SHUQDK PHQMXOXNL WHPSDW LQL  VHEDJDL ³Kingdom of
Butterfly´ %DKNDQ VHRUDQJ QDWXUDOLV DVDO ,QJJULV $OIUHG 5DVVHO :DOODVH
pernah tinggal di kawasan ini selama kurang lebih satu tahun (1856-1857)
untuk meneliti 150 spesies kupu-kupu yang tergolong langka itu.
Kawasan wisata Bantimurung seolah seperti serangkaian nyanyian
simponi alam yang merdu karena kesempurnaan dan keindahan alam dan
satwanya. Sebuah kawasan wisata yang memesona yang berada di kawasan
Indonesia Timur. Membaca puisi ini, seolah pembaca berada di Bantimurung.
Sorga bagi kupu-kupu.
14. Malam Mulai Bercerita oleh Isna
Malam mulai bercerita
Ketika bintang-bintang berlomba menampakkan sinarnya
Ketika rembulan tersenyum pada bumi dengan manja
Atau, ketika suara sunyi beradu dengan temaramnya senja

Malam mulai bercerita


Tentang kayu yang rapuh dimakan rayap
Tentang daun yang gugur di batas musim
Dan tentang perputaran waktu yang tak pernah berhenti

Malam mulai bercerita


Bagaimana kehidupan dijadikan panggung perteunjukan
Atau, bagaimana manusia saling berlomba mencari kepuasan
Dan tak tahu akhir dari perjalanan

Ketika malam mulai bercerita


Bersama gelap, sunyi, dan kekosongan
Terselip satu pijar yang menusuk jiwa
Dan menggetarkan segala keangkuhan
Meruntuhkan segala yang nyata di depan mata

Tahukah kau?
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Ketika malam mulai bercerita


Sebenarnya dia mengajak kita untuk kembali...
Pada satu tujuan.

(Domumentasi Isna dikutip dari Mahir Berbahasa Indonesia kelas X SMA


Yudhistira, 2006: 22)

a. Analisis Heuristik
1) ³0DODPPXODLEHUFHULWD´
Baris pertama, penyair menyebutkan kalau malam sedang bercerita.
Malam secara harfiah berarti fenomena alam saat matahari tidak menyinari
sebagian bumi, sehingga menjadi gelap. Saat malam, bulan dan bintang bisa
WHUOLKDW MHODV 0DODP GLLEDUDWNDQ VHGDQJ EHUFHULWD ³EHUFHULWD´ VHFDUD KDUILDK
PHQJDFX SDGD ³PHQXWXUNDQ FHULWD´ ³&HULWD´ \DLWX WXWXUDQ \DQJ
membentangkan bagaimana terjadinya suatu hal (KBBI, 2008: 280). Jadi
seolah malam dapat berbicara dan membuat cerita tentang sesuatu.
2) ³.HWLNDELQWDQJ-ELQWDQJEHUORPEDPHQDPSDNNDQVLQDUQ\D´
´%LQWDQJ-ELQWDQJ EHUORPED´ ´%HUORPED´ PHQJDFX SDGD PDNQD ´$GX
NHFHSDWDQ DGX NHWHUDPSLODQ NHWDQJNDVDQ NHNXDWDQ GVE ´ .%%, 
941). Jadi secara lugas makna batis kedua ini maknanya, yaitu pada malam
hari bintang-bintang beradu kemampuan menampakkan sinarnya.
3) ³.HWLNDUHPEXODQWHUVHQ\XPSDGDEXPLGHQJDQPDQMD´
Pada baris ketiga, dijelaskan bahwa saat malam, bulan juga ikut
tersenyum manja pada EXPL ´%XODQ´ GDODP EDULV LQL PHQJDFX SDGD ´EHQGD
langit yang mengitari bumi dalam satu bulan, bersinar pada malam hari karena
SDQWXODQVLQDUPDWDKDUL´ .%%, %XNDQGLLEDUDWNDQPDQXVLDGLD
´WHUVHQ\XP SDGD EXPL GHQJDQ PDQMD´ ´WHUVHQ\XP´ VHFDUa harfiah mengacu
SDGD PDNQD ³JHUDN WDZD HNVSUHVLI \DQJ WLGDN EHUVXDUD XQWXN PHQXQMXNNDQ
rasa senang, gembira, dengan mengembangkan bibir sedikit, tersenyum
PHPEHULNDQ VHQ\XP WHUWDZD GHQJDQ WLGDN EHUVXDUD´ .%%,  -
1419). Cara bulan tersenyum padD EXPL SXQ GHQJDQ PDQMD NDWD ´EXPL´
memiliki acuan planet tempat kita hidup, dunia, jagat, tanah, permukaan dunia
(KBBI, 2008: 233). Kesimpulannya, bulan menunjukkan rasa senang dengan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

mengembangkan bibirnya dengan manja kepada planet tempat manusia hidup,


yaitu bumi.
4) ´$WDXNHWLNDVXDUDVXQ\LEHUDGXGHQJDQWHPDUDPQ\DVHQMD´
Baris nomor empat ini makna secara harfiah, yaitu malam akan bercerita
ketika ada suara sunyi yang bersaut-sautan dengan senja yang makin gelap
karena matahari telah tenggelam di ufuk barat.
5) ´0DODPPXODLEHUFHULWD´
Baris kelima ini merupakan repetisi dari baris pertama. Baris kelima ini
juga memiliki makna harfiah yang sama dengan baris pertama, yaitu malam
seolah-olah dapat berbicara dan bercerita tentang sesuatu.
6) ´7HQWDQJND\X\DQJUDSXKGLPDNDQUD\DS´
Penyair menyebutkan kalau saat malam tiba, malam itu akan bercerita ada
kayu yang menjadi rapuh karena dimakan rayap. Kayu secara harfiah dalam
KBBI mengacu pada ³ SRNRN SRKRQ), pohon yang batang-batangnya keras,
bagian batang (cabang, dahan, dsb) pohon yang keras (yang biasa dipakai
XQWXN EDKDQ EDQJXQDQ ´    .DWD  ND\X ´UDSXK´ PHQJDFX SDGD
³VXGDK UXVDN SDWDK SHFDK VREHN SXWXV´ .%%,    GDQ NDWD
´UD\DS´PHQJDFXSDGD³VHUDQJJDVHSHUWLVHPXWEHrwarna putih tidak bersayap,
memakan dan merusak kayu, anai-DQDLGDQLQVHN´ .%%, 
Kesimpulan peneliti berdasarkan acuan KBBI di atas, yaitu malam mulai
bercerita ada batang pohon dan kayu-kayu yang menjadi bahan bangunan
sudah rusak karena dimakan serangga seperti semut berwarna putih dan tidak
bersayap, yang kerap disebut rayap.
7) ´7HQWDQJGDXQ\DQJJXJXUGLEDWDVPXVLP´
Makna harfiah baris nomor tujuh di atas adalah malam akan bercerita
tentang daun yang berjatuhan dari pohon saat di batas musim. Di Indonesia
hanya ada dua musim, yaitu musim hujan dan kemarau. Jadi musim yang
dimaksud pada puisi ini adalah perbatasan antara musim kemarau dan musim
hujan.
8) ´'DQWHQWDQJSHUSXWDUDQZDNWX\DQJWDNSHUQDKEHUKHQWL´

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Pemaknaan secara harfuah baris nomor delapan di atas, yaitu malam juga
DNDQEHUFHULWDPHQJHQDLZDNWX\DQJVHODOXEHUSXWDU.DWD´ZDNWX´SDGDEDULV
kedelapan ini mengacu pada makna-makna sebagai berikut:
a) seluruh rangkaian saat ketika proses; perbuatan atau keadaan berada atau
berlangsung;
b) ODPDQ\D VDDW\DQJWHUWHQWX ¶
c) saat yg tertentu untuk melakukan sesuatu;
d) kesempatan, tempo, peluang;
e) ketika, saat;
f) hari (keadaan hari);
g) saat yang ditentukan berdasarkan pembagian bola dunia; (KBBI, 2008:
1806).
9) ´0DODPPXODLEHUFHULWD´
3HQ\DLU PHQJXODQJ NDOLPDW ´PDODP PXODL EHUFHULWD´ ODJL 3HQJXODQJDQ
ini bertujuan memulai bait yang baru. Baris kesembilan ini juga memiliki
makna harfiah yang sama dengan baris pertama dan kelima, yaitu malam
sedang berbicara atau bercerita tentang sesuatu.
10) ´%DJDLPDQDNHKLGXSDQGLMDGLNDQSDQJJXQJSHUWXQMXNDQ´
Baris kesepuluh merupakan kelanjutan dari baris kesembilan. Kalimat
pada baris kesepuluh di atas memiliki makna harfiah, yaitu malam berbicara
atau bercerita kalau hidup manusia ini dijadikan panggung sandiwara atau
drama pertunjukan yang dimainkan oleh manusia. Panggung pertunjukan pada
umumnya ada peran antagonis, protagonis, dan tentu saja ada penulis skenario
dan sutradara yang mengarahkan manusia untuk bermain peran di panggung
pertunjukan (kehidupan). Panggung pertunjukan juga ada penontonnya yang
bertepuk tangan dan kadang menertawakan tingkah laku para pemain.
11) ´$WDXEDJDLPDQDPDQXVLDVDOLQJEHUORPEDPHQFDULNHSXDVDQ´
Malam pun akan berbicara tentang manusia yang beradu keterampilan dan
kemampuan untuk mencari kepuasan. .DWD ´NHSXDVDQ´ PHQJDFX SDGD
´SHULKD,DWDXSHUDVDDQSXDVNHVHQDQJDQNHOHJDDQ´ .%%, 
12) ´'DQWDNWDKXDNKLUGDULSHUMDODQDQ´
Makna harfiah kalimat pada baris kedua belas di atas, yaitu manusia tidak
pernah tahu kapan perjalanan mereka akan berakhir. Kata perjalanan pada
baris ke dua belas di atas secara harfiah mengacu pada makna sebagai berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

a) perihal (cara, gerakan, dsb) berjalan;


b) kepergian (perihal bepergian) dari suatu tempat ke tempat yang lain dsb;
c) jarak (jauh) yang dicapai dengan berjalan dalam suatu waktu yang
tertentu;
d) perbuatan; kelakuan; tingkah laku (KBBI, 2008: 610).
13) ´.HWLNDPDODPPXODLEHUFHULWD´
Baris ketiga belas juga merupakan pengulangan baris pertama, kelima,
dan kesembilan. Makna harfiahnya pun sama. Malam kembali berbicara
tentang sesuatu hal.
14) ´%HUVDPDJHODSVXQ\LGDQNHNRVRQJDQ´
Makna harfiah baris keempat belas di atas adalah malam kali ini tidak
bercerita sendiri. Kali ini dia bercerita bersama gelap, sunyi, dan kekosongan.
Gelap, sunyi, dan kekosongan adalah teman malam. Ketiga hal tersebut
memang selalu ada saat malam sebab malam adalah saat dunia menjadi gelap,
sunyi dan kosong.
15) ´7HUVHOLSVDWXSLMDU\DQJPHQXVXNMLZD´
Makna harfiah baris kelima belas di atas, yaitu saat malam berbicara
bersama gelap sunyi dan kekosongan, ada sesuatu yang berpijar yang
PHQ\HOLS NH MLZD PDQXVLD GDQ PHQXVXN MLZD PDQXVLD .DWD ´SLMDU´ GDODP
.%%, PHQJDFX SDGD PDNQD ´PHUDK NHNXQLQJ-kuningan menyala karena
terbakar ORJDP  DWDX  SHFDKDQ ORJDP EHVL  \DQJ PHQ\DOD´   
Berarti saat malam berbicara ada sebatang logam yang menyala merah
NHNXQLQJDQ NDUHQD WHUSDNDU \DQJ PHQXVXN MLZD .DWD ´MLZD´ PHQJDFX SDGD
referen sebagai berikut:
a) roh manusia (yang ada di dalam tubuh dan menyebabkan hidup), nyawa;
b) seluruh kehidupan batin manusia (yang terjadi dari perasaan batin,
pikiran, anganangan, dsb);
c) sesuatu yang utama dan menjadi sumber tenaga dan semangat; (KBBI,
2008: 639-640).

Berdasarkan acauan dari KBBI, peneliti dapat menarik satu pernyataan


yaitu, saat malam berbicara, roh manusia tertusuk oleh sebuah benda dari
logam yang terbakar tadi karena logam yang berpijar tadi menyelip di dalam
roh manusia.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

16) ´'DQPHQJJHWDUNDQVHJDODNHDQJNXKDQ´
Penyair lewat kalimat di atas ingin menunjukkan bahwa logam pijar tadi
juga dapat membuat segala keangkuhan manusia betgetar. Keangkuhan
PHQJDFX SDGD PDNQD KDUILDK \DLWX ³VLIDW WDELDW  DQJNXK NHWLQJJLDQ KDWL
NHVRPERQJDQ´ .%%, 3LMDUDQORJDPWDGLGDSDWPHnggetarkan sifat
VRPERQJ PDQXVLD .DWD ³PHQJJHWDUNDQ´ PHPLOLNL PDNQD ´PHQ\HEDENDQ
EHUJHWDUPHQLPEXONDQUDVDWDNXWGDQJHOLVDK³ .%%, 
17) ´0HUXQWXKNDQVHJDOD\DQJQ\DWDGLGHSDQPDWD´
Melalui baris ketujuh belas di atas, penyair bermaksud melanjutkan
NDOLPDW GL EDULV OLPDEHODV GDQ HQDP EHODV 0DNDQ NDWD ´PHUXQWXKNDQ´
mengacu pada makna-makna di bawah ini:
a) merusakkan dan merobohkan; menjatuhkan; menerbangkan;
b) menyebabkan runtuh (gugur, longsor);
c) menjatuhkan (merusakkan, menghancurkan) kekuasaan pertahanan,
pemerintahan, dsb;
d) menghancurkan cita-cita (iman dsb). (KBBI, 2008: 1329).
18) ´7DKXNDKNDX"´
19) ´.HWLNDPDODPPXODLEHUFHULWD´
Kalimat nomor delapan belas dan sembilan di atas adalah sebuah
pertanyaan yang diajukan oleh penyair kepada manusia mengenai
pengetahuan manusia saat malam sedang berbicara.
20) ³6HEHQDUQ\DGLDPHQJDMDNNLWDXQWXNNHPEDOL´
21) ´3DGDVDWXWXMXDQ´
Penyair pada baris dua puluh dan dua puluh satu memberikan kesimpulan
mengenai isi puisi Malam Mulai Bercerita. Kesimpulan puisi ini secara harfiah
bila dikaitkan dengan makna baris-baris sebelumnya mengacu pada
pengertian, yaitu ketika malam mulai bercerita, pada hakikatnya malam itu
sedang mengajak manusia untuk merenung dan kembali pada satu tujuan.
´7XMXDQ´ VHFDUD KDUILDh maknanya, yaitu arah; haluan (jurusan) yang dituju,
maksud; tuntutan (yang dituntut) (KBBI, 2008: 1739). Setiap manusia hidup
pasti mempunyai tujuan. Malam ada di dunia ini gunanya untuk mengingatkan
manusia agar manusia kembali pada tujuan panggung pertunujukan dibuat.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Manusia harus kembali dan patuh pada skenario yang telah digariskan sang
sutradara panggung pertunjukan tadi.
b. Analisis Hermeneutik
Puisi Malam Mulai Bercerita secara tersirat merupakan teguran bagi kita,
manusia bahwa manusia hidup di dunia ini mempunyai satu tujuan, yaitu kembali
pada Tuhan. Hanya saat malamlah manusia dapat merenung dan merasakan
hakikat kehidupan. Bait pertama puisi ini menggambarkan saat malam tiba, saat
itulah manusia seharusnya mengagumi keagungan Tuhan lewat ciptaan-Nya yang
berupa bulan, bintang, dan langit senja. Tanpa izin Tuhan, benda-benda langit itu
tidak akan menyinari malam yang gelap. Bahkan langit gelap pun adalah bentuk
kegungan Tuhan. Para binatang pemangsa seperti singa, harimau, serigala,
kelelawar memanfaatkan malam untuk hidup. Tuhan tidak pernah menciptakan
sesuatu dengan sia-sia. Manusia sebagai makhluk-Nya wajib bersyukkur.
Bait kedua, penyair mengingatkan manusia bahwa kejadian alam seperti
pepohonan yang batang kayunya rapuh itu karena dimakan rayap. Manusia sekali
lagi diingatkan bahwa Tuhan itu Maha Kuasa. Tuhan memberi kekuatan pada
serangga yang sangat kecil itu untuk membuat kayu yang keras menjadi lapuk.
Hal tersebut menandakan bahwa sekeras apapun pendirian dan hati manusia serta
sesulit apapun masalah yang dihadapi, manusia itu lemah, tetapi telah diberi
NHNXDWDQOXDUELDVDROHK7XKDQXQWXNPHQ\HOHVDLNDQQ\D.DOLPDW´7HQWDQJGDXQ
\DQJJXJXUGLEDWDVPXVLP´NDWD´'DXQ\DQJJXJXU´PHQ\LUDWNDQVHVXDWX\DQJ
dimiliki manusia, bisa itu harta, jabatan, teman, keluarga, dan hal-hal lain yang
EHUVLIDW ILVLN 6HPHQWDUD ´PXVLP´ PHQJDFX SDGD PDVDZDNWX -DGL NDOLPDW
´7HQWDQJGDXQ\DQJJXJXUGLEDWDVPXVLP´PHPLOLNLPDNQDWHUVLUDWEDKZDSDGD
akhirnya sesuatu itu akan berakhir pada waktu yang telah ditentukan. Kalimat
´'DQWHQWDQJSHUSXWDUDQZDNWX\DQJWDNSHUQDKEHUKHQWL´PHQJLQJDWNDQmanusia
bahwa sebagai makhluk-Nya harus terus menjalani hidup. Selama waktu belum
berhenti, manusia harus banyak berkarya dan tanpa lupa pada Tuhannya. Manusia
tidak ada yang tahu kapan dunia ini berakhirYang abadi hanya akhirat. Seperti
waktu yang tidak pernah berhenti berputar, selayak itulah pengabdian manusia
kepada Tuhan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

15. Bagaimana karya Oc. Mandank


Kadang-kadang aku benci
Bahkan sampai aku maki
..... diriku sendiri

Seperti aku
Menjadi seteru
.....diriku sendiri

Waktu itu
Aku......
Seperti seorang lain dari diriku

Aku tak puas


Sebab itu aku menjadi buas
Menjadi buas dan panas

(Dikutip dari Intisari Sastra Indonesia dalam Mahir Berbahasa Indonesia


kelas X SMA Yudhistira, 2006: 43).
a. Analisis Heuristik
Bait pertama ini, penyair bermaksud mengungkapkan rasa benci yang
GLDUDVDNDQ.DWD´EHQFL´VHFDUDKDUILDKPHQJDFXSDGD´PHUDVDVDQJDWWLGDN
VXND´ .%%,    3HQ\DLU PHUDVD VDQJDW WLdak suka pada dirinya
VHQGLUL3HQ\DLUEDKNDQPHPDNLGLULQ\DVHQGLUL.DWD´PDNL´PHQJDFXSDGD
makna menghina dan mencemooh dirinya sendiri. Bait kedua. Penyair
PHQJDQJJDS EDKZD GLD DGDODK VHWHUX EDJL GLULQ\D .DWD ´VHWHUX´ VHFDUD
KDUILDK PHPLOLNL DFXDQ ´Pusuh perseorangan (orang dengan seorang);
PXVXK SULEDGL´ .%%,    7LSRJUDIL \DQJ EHUEHQWXN ]LJ-zag
menandakan bahwa maslah yang dihadapi sangat rumit.
Bait ketiga, penyair mengungkapkan perasaannya, bahwa dia pada suatu
waktu seperti menjadi orang lain. Dia bingung dan tidak mengenal dirinya.
Dia kehilangan dan menghawatirkan takdirnya. Dia benci dirinya. Di bait
keempat sekaligus bait terakhir, penyair mencapai pada puncak
NHPDUDKDQQ\D 'LD PHUDVD WLGDN SXDV .DWD ³SXDV´ PHQJDFX SDGD PDNna
³PHUDVD VHQDQJ ,HJD JHPELUD NHQ\DQJ NDUHQD VXGDK WHUSHQXKL KDVUDW
KDWLQ\D  PHUDVD OHELK GDUL FXNXS GDQ MHPX´ (KBBI, 2008: 1221. Namun
penyair merasa tidak puas, berarti, dia merasa tidak senang karena hasrat di
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

hatinya belum terpenuhi. Si aku merasa belum cukup dengan hal yang sudah
GLDGDSDW6LDNXPHQMDGL³EXDV´NDWD³EXDV´PHPLOLNLPDNQDKDUILDK\DLWX
³JDODN OLDU JDQDV EHQJLV NHMDP´ .%%,    GDQ NDWD ³SDQDV´
secara leksikal mengacu pada berbagai makna, yaitu:
a) terasa seperti terbakar atau terasa dekat dengan api; bersuhu relatif
tinggi:
b) kemarau (musim)
c) demam (suhu badannya lebih tinggi daripada biasa)
d) sangat iri; sakit hati:
e) genting sekali; berbahaya (mungkin pecah perang):
f) berpengaruh buruk (uang yang mudah memperolehnya, tetapi mudah
juga menghabiskannya uang pinjaman dengan bunga besar dsb)
(KBBI, 2008: 1112).

Berdasarkan keenam makna kata :panas: di atas, makna yang paling


VHVXDLDGDODK³VDQJDWLULVDNLWKDWL´.HVLPSXODQQ\DSHQ\DLUPHQMDGLJDQDV
kejam, galak, liar dan bengis, merasa sangat iri dan sakit hati karena tidak
puas dengan hal sudah dia raih.
b. Analisis Hermeneutik
Puisi Bagaimana karya Oc. Mandank merupakan puisi ungkapan hatinya. Dia
merasa galau dan ada konflik batin dalam dirinya (konflik dengan diri sendiri).
Penyair merasa sangat benci pada dirinya sendiri karena tidak mampu
memperoleh sesuatu yang dia inginkan.
Pada bait pertama, penyair menunjukkan konflik batin yang sangat dalam. Si
penyair bahkan sampai memaki dirinya sendiri. Dia merasa tidak berharga.
Pernyataan peneliti tersebut berdasarkan kutipan baris sebagai berikut,
...
Bahkan sampai aku maki
..... diriku sendiri
Penyair menggunakan tanda titik-WLWLN GL GHSDQ NDWD ´GLULNX´ SDGD EDLW
pertama di atas untuk menggambarkan kemarahan dan kegalauan hatinya. Bait
kedua, penyair merasa bahwa dia punya seorang musuh. Musuh yang selalu
mengikuti dia di mana pun dia ada. Dia sangat takut pada musuhnya itu. Musuh
itu selalu membayangi setiap langkahnya karena musuh itu adalah dirinya sendiri.
Verikut adalah kutipan yang mendukung pernyataan peneliti tersebut.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

...
Menjadi seteru
.....diriku sendiri
Penyair pun menggunakan tanda titik-WLWLN GL GHSDQ NDWD ³GLULNX´ SDGD  EDLW
kedua di atas dengan tujuan menggambarkan kalau dirinya takut pada musunhya.
Meskipun musuh itu adalah dirinya sendiri.
Bait ketiga, penyair merasa tidak mengenal dirinya. Penyair kehilangan jati
dirinya. Penyair seolah menjadi sosok lain. Dia berpenampilan dan bertingkah
laku sebagai orang lain. Pada bait ketiga, penyair menggunakan lagi tanda titik-
titik. Makna tanda titik-WLWLNGLEHODNDQJNDWD´DNX´SDGDEDLWWLJDLQLPHQDQGDNDQ
rasa bingung dan linglung karena dia tidak tahu siapa dirinya. Di bawah ini adalah
kutipan baris yang mendukung pernyataan peneliti tersebut.
Waktu itu
Aku......
Seperti seorang lain dari diriku
Bait keempat, bait terakhir merupakan klimaks dari kegalauan hati penyair.
Judul puuisi Bagaimana menandakan kegalauan dan kebingungan hati penyair.
Dia tidak merasa puas pada dirinya, pada semua hal yang telah dia dapat dan
miliki. Kata buas dan panas menandakan rasa amarah yang dalam kepada dirinya
sendiri.
Kesimpulan makna puisi secara keseluruhan berdasarkan judulnya, yaitu
Bagaimana menandakan kegelisahan, kegalauan, kebingungan, dan ketidaktahuan
penyair terhada dirinya. Tipografi yang berbentuk zig-zag menadakan bahwa si
aku menghadapai masalah yang pelik. Hidup si aku digambarkan penuh liku
dengan tipografi yang berkelok-kelok. Seperti puisi Sutardji yang berjudul
Tragedi Sihka Winka juga memiliki tipografi yang serupa. Sutardji menggunakan
bentu tipografi zig-zag juga untuk menggabarkan bahwa kehidupan dalam
pernikahan sangat rumit dan penuh liku.
16. Mandalawangi-Pangrango karya Soe Hok Gie
Senja ini, matahari turun ke dalam jurang-jurangmu
Aku datang kembali
Ke dalam ribaanmu, dalam sepimu dan dalam dinginmu
Walaupun setiap orang berbicara tentang manfaat dan guna
Aku bicara padamu tentang cinta dan keindahan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Dan aku terima kau dalam keberadaanmu


Seperti kau diterima aku
Aku cinta padamu. Pangrango yang dingin dan sepi
Sungaimu adalah nyanyian keabadian tentang tiada
Hutanmu adalah misteri segala
Cintamu dan cintaku adalah kebisuan semesta
Malam itu ketika dingin dan kebisuan menyelimuti Mandalawangi
Kau datang kembali
Dan bicara padaku tentang kehampaan semua
Hidup adalah soal keberanian, menghadapi yang tanda tanya
Tanpa kita mengerti, tanpa kita bisa menawar
Terimalah dan hadapilah
Dan antara ransel-ransel kosong dan api unggun yang
Membara
Aku terima ini semua
Melampaui batas-batas hutanmu, melampaui batas-batas
Jurangmu
Aku cinta padamu, Pangrango
Karena aku cinta pada keberanian hidup

Dikutip dari Mahir Berbahasa Indonesia kelas X SMA ( Yudhistira, 2006:


56)
a. Analisis Heuristik
1) ´6HQMDLQLPDWDKDULWXUXn ke dalam jurang-MXUDQJPX´
Makna harfiah baris pertama di atas, yaitu saat sore hari, matahari turun
menuju ke jurang-jurang yang ada di taman nasional Gunung Gedhe
Pangrango.
2) Aku datang kembali
Baris kedua sangat mudah ditemukan maknanya, yaitu si aku datang
kembali ke taman nasional gunung Gedhe Pangrango.
3) Ke dalam ribaanmu, dalam sepimu dan dalam dinginmu.
Baris ketiga, penyair mengungkapan bahwa si aku kembali ke ribaan, ke
suasana sepi, dan ke udara yang dingin di Pangrango. Kata ´ULEDDQ´PHQJDFX
SDGDPDNQDKDUILDK´SDQJNXDQ´DUWLQ\DVHFDUDKDUILDKVLDNXNHPEDOLGDWDQJ
ke gunung Gedhe Pangrango duduk di sana dan di pangku oleh gunung Gedhe
Pangrango. Si aku juga kembali pada suasana sepi yang ada di gunung Gedhe
Pangrango. Kata ³VHSL´PHQJDFXSDGDPDNQD³VXQ\LOHQJDQJWLGDNDGDRUDQJ
(kendaraan dsb) tidak banyak tamu (pembeli dsb) tidak ada kegiatan tidak ada
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

apa-apa, tidak UDPDL´ .%%, 6LDNXMXJDNHPEDOLSDGDGLQJLQ


gunung Gedhe Pangrango, maksudnya si aku akan kembali pada udara dingin
yang biasa ada di daerah dataran tinggi seperti gunung dan pegunungan.
4) ³:DODXSXQVHWLDSRUDQJEHUELFDUDWHQWDQJPDQIDDWGDQJXQD´
5) ³$NXELFDUDSDGDPXWHQWDQJFLQWDGDQNHLQGDKDQ´
Makna secara denotatif baris keempat dan kelima di atas, yaitu banyak
orang yang berbicara dan berdialog dengan gunung Gedhe Pangrango tentang
kegunaan dan manfaatnya. Namun, si aku lebih suka berbicara, berdialog
dengani gunung Gedhe Pangrango tentang keindahan alamnya dan karena si
aku mencintai gunung Gedhe Pangrango.
6) ³'DQDNXWHULPDNDXGDODPNHEHUDGDDQPX´
7) ³6HSHUWLNDXGLWHULPDDNX´
Baris keenam dan ketujuh, penyair menunjukkan bahwa si aku menerima
keadaan gunung Gedhe Pangrango apa adanya, sebab saat si aku berkunjung
ke gunung Gedhe, gunung itu juga menerima si aku dalam keadaan apapun.
8) ³$NXFLQWDSDGDPX3DQJUDQJR\DQJGLQJLQGDQVHSL´
Baris kedelapan, si aku mencintai Pangrango karena gunung itu dingin
dan sepi.
9) ´6XQJDLPXDGDODKQ\DQ\LDQNHDEDGLDQWHQWDQJWLDGD´
Penyair pada baris kesembilan menyebutkan bahwa di gunung Ghedhe
Pangrango ada sungai yang bisa menyanyi, dan tidak pernah berhenti
menyanyi. Lagu yang dinyanyikan sungai itu adalah lagu tentang hal-hal yang
tidak terlihat.
10) ³+XWDQPXDGDODKPLVWHULVHJDOD´
Penyair dalam hal ini juga sebagai si aku menjelaskan bahwa di
Pangrango, hutannya menyimpan banyak misteri.
11) ³&LQWDPXGDQFLQWDNXDGDODKNHELVXDQVHPHVWD´
Baris kesebelas, penyair menyebutkan kalau dia dan Pangrango saling
PHQFLQWDL.DWD´FLQWD´mengacu pada makna suka sekali; sayang benar, kasih
sekali, terpikat (antara laki-laki dan perempuan), ingin sekali, berharap sekali,
rindu (KBBI, 2008: 285). Kisah cinta antara Pangrango dan si aku adalah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

kebisuan semesta, secara harfiah mengacu pada makna semesta menjadi bisu,
tidak bisa berbicara, bersuara, dan hanya diam menyaksikan si aku dan
Pangrango yang saling mencintai.
12) ´0DODPLWXNHWLNDGLQJLQGDQNHELVXDQPHQ\HOLPXWL0DQGDODZDQJL´
Penyair mengungkapkan saat hari sudah gelap, saat matahari telah
terbenam, suasana di Mandalawangi bisu dan dingin. Mandalawangi adalah
salah satu objek wisata di dekat taman nasional Cibodas, daerah Puncak, Jawa
%DUDW ´.HELVXDQ PHQ\HOXPLWL 0DQGDODZDQJL´ NHELVXDQ GDUL NDWD ´ELVX´
secara leksikal mengacu pada makna tidak dapat berkata-kata (karena tidak
sempurna alat percakapannya atau karena tuli sejak kecil). (KBBI, 2008: 208).
%HUGDVDUNDQ PDNQD OHNVLNDO NDWD ´ELVX´ GL DWDV EHUDUWL 3DQJUDQJR
dikelilingi kesunyian dan hawa dingin ketika si aku berkunjung ke sana. Tidak
ada satupun yang berbicara Di Pangrango. Semua yang ada di Pangrango
kalau malam tidak dapat berkata-kata.
13) ´.DXGDWDQJNHPEDOL´
14) ´'DQELFDUDSDGDNXWHQWDQJNHKDPSDDQVHPXD´
6LDNX\DQJVHNDOLJXVSHQ\DLUPHQJDWDNDQ´NDXGDWDQJNHPEDOL´´NDX´
mengacu pada Pangrango. Pangrango datang kembali pada si aku. Pangrango
kali ini dapat berkata-kata. Pangrango berbicara pada si aku bahwa dia merasa
semua yang ada di dalam dirinya (Gunung Gedhe Pangrango), yaitu hutan,
bebatuan, jurang-jurang, dan sungai yang mengalir semuanya hanya diam dan
KDPSD .DWD ³KDPSD´ VHFDUD OHNVLNDO PHQJDFX SDGD PDNQD ´WLGDN EHULVL
kosong, tidak bergairah; sepi:(perasaannya, hatinya), sia-VLD´ (KBBI, 2008:
520).
15) ³+LGXSDGDODKVRDONHEHUDQLDQPHQJKDGDSL\DQJWDQGDWDQ\D´
Si aku mengungkapkan bahwa hidup seperti kita menghadapi soal
NHEHUDQLDQ .DWD ³VRDO´ PHQJDFX SDGD PDNQD KDUILDK \DLWX D  DSD \DQJ
menuntut jawaban (pertanyaan dalam hitungan); b) hal yang harus
dipecahkan; masalah; c) hal, perkara, urusan (KBBI, 2008: 1484). Kata
³NHEHUDQLDQ´ PHPLOLNL PDNQD OHNVLNDO \DLWX ´NHEHUDQLDQ´ keadaan (sifat-
VLIDW  EHUDQL NHJDJDKDQ ´EHUDQL´ mempunyai hati yang mantap dan rasa
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

percaya diri yang benar dalam menghadapi kesulitan (KBBI, 2008: 1880-181).
Dengan demikian, si aku berpesan agat manusia memiliki sifat keberanian
GDODP KLGXSQ\D %HUDQL ³PHQJDKDGDSL \DQJ WDQGD WDQ\D´ PDNQD KDUILDKQ\D
kita harus berani mengahadapi semua pertanyaan yang ada di kehidupan sebab
hidup ada tentang keberanian tadi.
16) ´7DQSDNLWDPHQJHUWLWDQSDNLWDELVDPHQDZDU´
Tanda tanya dalam hidup kita tadi, tidak ada yang bisa kita pahami
maknanya dan kita juga tidak bisa menawar pertanyaan-pertanyaan itu.
Menawar secara leksikal mengacu pada makna a) negosiasi yang terjadi dalam
transaksi jual beli; mengemukakan permintaan hendak membeli (menyewa
dsb); b) meminta pengurangan harga (sewa, tuntutan ); c) menyebutkan harga
³NXUDQJ´ GDUL KDUJD VHZD GVE  GDODP .%%,    %HUGDVDUNDQ
makna leksikal tersebut, tanda tanya dalam hidup seperti sudah menjadi harga
mati, tidak bisa dinegosiasi.
17) ´7HULPDODKGDQKDGDSLODK´
Baris ketujuh belas di atas, penyair menuruh manusia agar menerima dan
mengahadapi tanda tanya dalam hidup. Menerima dengan ikhlas dan hadapi
dengan berani tanda tanya itu.
18) ´'DQDQWDUDUDQVHO-UDQVHONRVRQJGDQDSLXQJJXQ\DQJ´
19) ´0HPEDUD´
Si aku mengatakan kalau dia hanya membwa ransel-ransel yang kosong.
Saat si aku menemui Pangrango dia hanya membawa ransel kosong dan hanya
ditemani api unggun yang membara atau menyala.
20) ³$NXWHULPDLQLVHPXD´
Si aku menerima kalau Pangrango hanya menyediakan api unggun dan
ransel-ransel kosong.
21) ³0HODPSDXLEDWDV-batas hutanmu, melampaui batas-EDWDV´
22) ³-XUDQJPX´
Si aku tidak takut ketika bertemu dengan Pangrango. Si aku berani
melewati batas-batas hutan yang menyimpan misteri dan tidak takut bila
terjatuh ke jurang.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

23) ³$NXFLQWDSDGDPX3DQJUDQJR´
24) ´.DUHQDDNXFLQWDSDGDNHEHUDQLDQKLGXS´
Si aku sangat mengagumi Pangrango, Pangrango yang sepi, dingin, dan
bisu adalah simbol keberanian.
b. Analisis Hermeneutik
Puisi berjudul Mandalawangi-Pangrango karya Soe Hok Gie adalah sebuah
simbol keberanian mengahadapi misteri dan tanda tanya dalam kehidupan.
Pangrango yang sepi, dingin dan bisu adalah simbol dari satu sisi bagian hidup
yang kejam dan misterius. Kemudian penyair juga mengatakan bahwa Pangrango
juga indah. Keindahan Pangrango adalah lambang satu sisi kehidupan yang indah
dan membahagiakan manusia.
Sungaimu adalah nyanyian keabadian tentang tiada
Hutanmu adalah misteri segala
Cintamu dan cintaku adalah kebisuan semesta
Malam itu ketika dingin dan kebisuan menyelimuti Mandalawangi
Kau datang kembali
Dan bicara padaku tentang kehampaan semua
Hidup adalah soal keberanian, menghadapi yang tanda tanya
Tanpa kita mengerti, tanpa kita bisa menawar
Terimalah dan hadapilah
Kutipan baris di atas adalah letak klimaks puisi ini. Soe Hok Gie
mengungkakan tanda tanya dalam hidup tidak dapat ditawar. Tanda tanya yang
dimaksud Soe Hok Gie adalah masalah-masalah yang akan muncul, takdir yang
telah ditulis Tuhan untuk manusia. Manusia tidak pernah tahu bagaimana
nasibnya esok hari. Hidup bagi Soe Hok Gie seperti hutan yang penuh meisteri.
Bila manusia tidak berani masuk hutan, maka kita tidak akan tahu seperti apa
keadaan di dalam huta. Sejalan dengan itu, apabila manusia takut untuk menerima
dan menghadapi takdir Tuhan, manusia tidak akan pernah tahu dan merasakan
takdir yang telah Tuhan pilihkan untuk manusia.
Ransel-ransel kosong yang dimaksud Soe Hok Gie adalah ketika dia
mengahdapi kerasnya hidup yang disimbolkan dengan Pangrango, dia tidak
PHPEDZDEHNDO DSDSXQ'LDKDQ\DGLWHPDQL´DSL XQJJXQ \DQJPHPEDUD´$SL
unggun yang membara adalah lambang semangat seorang So Hok Gie yang
membara dalam menghadapi kehidupan. Dia tidak pernah takut pada kehidupan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

karena hidup akan menerima dan memperlakukan manusia dengan baik apabila
manusia itu juga menerima keberadaan kehidupan. Berikut pernyataan Soe Hok
Gie yang mendukung pernyataan peneliti tersebut.
Dan aku terima kau dalam keberadaanmu
Seperti kau diterima aku
Intinya, manusia harus mencintai hidup karena manusia juga berani
menghadapi hidup, baik misteri hidup yang melambangkan masa depan,
kesunyian dan kebisuan Pangrango yang melambangkan akhir hidup, dan
dinginnya Pangrango yang melambangkan kejamnya hidup. Di gunung Gedhe
Pangrango pula Soe Hok Gie tewas karena menghirup gas beracun yang muncul
saat dia berada di puncak gunung.
17. Dalam Pasang karya Abdul Hadi W. M
Dan pasang apalagikah yang akan mengenyahkan
Kita, kegaduhan apa lagi? Sekarat dan terbakar sudah
Kita oleh tahun-tahun penuh pertikaian, ketakutan dan perang
Saudara

Terpelanting dari kebuntuan yang satu ke kebuntuan yang lainnya


Tapi tetap saja kita membisu atau berserakan
Menunggu ketakpastian

Telah mereka hancurkan rumah harapan kita


Telah mereka campakkan jendela keluh dan ratap kita
Hingga tak ada yang mesti kuceritakan padamu lagi
Tentang laut itu di sana, yang naik dan menarik
Ketentraman ke tepi
Kecuali serpih matahari dalam genggam kesia-siaan ini
Yang bisa menghanguskan kota ini lagi
Raja-raja dan kediaman mereka yang bertangan besi
Kecuali segala bual dan pidato kumal yang berapi-api
Antara kepedihan bila kesengsaraan dan lapar tak
Tertahankan lagi
Kita adalah penduduk negeri yang penuh kesempatan
Dan mimpi
Tapi tak pernah lagi punya kesempatan dan mimpi lagi
Kita adalah penduduk negeri yang penuh pemimpin
Tapi tak seorang pun kita temukan dapat memimpin
Kita....
Dikutip dari Pembawa Matahari dalam Mahir Berbahasa
Indonesia kelas X SMA ( Yudhistira, 2006: 58)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

a. Analisis Heuristik
1) Dan pasang apalagikah yang akan mengenyahkan
Kita, kegaduhan apa lagi? Sekarat dan terbakar sudah
Kita oleh tahun-tahun penuh pertikaian, ketakutan dan perang
Saudara
Bait pertama, penyair mengungkapkan kesedihan dan keprihatinannya
terhadap keadaan yang dipenuhi pertikaian. Pertikaian itu dilambakan seperti
SDVDQJ.DWD´SDVDQJ´VHFDUDGHQRWDWLIEHUDUWLa) naik (air laut atau sungai), b)
sedang baik (peruntungan), untung, c) sedang bangkit atau menyerang
SHQ\DNLW  .%%, ´3DVDQJ´GDODPEDLWSHUWDPDLQLDUWLPLPHWLN
yang paling tepat adalah naiknya air laut atau sungai.
2) Terpelanting dari kebuntuan yang satu ke kebuntuan yang lainnya
Tapi tetap saja kita membisu atau berserakan
Menunggu ketakpastian
3HQ\DLU PHQ\HEXWNDQ ´NLWD´ WHUSHODQWLQJ GDUL NHEXQWXDQ NDWD
´WHUSHODQWLQJ´ PHPLOLNL DFXDQ GHQRWDWLI \DLWX  ³WHUSHQWDO GVE WHUJXOLQJ
terpental jauh-MDXK´ .%%,    ODOX NDWD ´NHEXQWXXDQ´ PHQJDFX
SDGD´WHUWXWXSVDODKVDWXXMXQJnya (jalan, pipa, dsb); terhalang (oleh sekatan,
dsb); tersekat, tersuntuk (akal, pikiran, dsb): kebuntuan, yaitu haI (keadaan)
tidak dapat terus; KDO NHDGDDQ EXQWX´ .%%, 'HQJDQGHPLNLDQ
mereka dalam keadaan tersekat, tubuh mereka terpentaOMDXK´NLWD´WHWDSVDMD
membisu dan berserakan, maksudnya, mereka tidak bisa berkata-kata bahkan
sampai mereka berserakan pun mereka tetap tidak bisa berkata-kata. Kata
´EHUVHUDNDQ´ PHQJDFX SDGD PDNQD GHQRWDWLI \DLWWX ´EHUDQWDNDQ SRUDN
poranda, terletaN WLGDN EHUDWXUDQ´ .%%,    0HUHND KDQ\D ELVD
menunggu ketidakpastian, sesuatu yang belum pasti dengan semua hal yang
sudah buntu, tidak ada jalan keluar.
3) Telah mereka hancurkan rumah harapan kita
Telah mereka campakkan jendela keluh dan ratap kita
...
$LU³SDVDQJ´LWXWHODKPHQJKDQFXUNDQUXPDK-rumah yang mejadi harapan
mereka dan jendela-jendela tempat mereka berkeluh kesah dan meratapi nasib.
.DWD³UXPDK´PHPLOLNLDFXDQGHQRWDWLI\DLWXEDQJXQDQXQWXNWHPSDWWLQJJDO
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

bangunan pada umumnya (seperti gedung dsb) (KBBI, 2008: 1323) dan
³MHQGHOD´ PHQJDFX SDGD ³OXEDQJ SDGD UXPDK \DQJ GDSDW GLEHUL WXWXS \DQJ
berfungsi sebagai tempat keluar masuk udara, OXEDQJ DQJLQ´ .%%, 
629). Rumah-rumah tepat tinggal mereka telah hancur, bahkan jendela, lubang
udaranya pun tidak tersisa.
Tentang laut itu di sana, yang naik dan menarik
Ketentraman ke tepi
Kecuali serpih matahari dalam genggam kesia-siaan ini
Yang bisa menghanguskan kota ini lagi
Makna harfiah kutipan baris di atas adalah air laut yang pasang naik
sampai ke pantai lalu menarik ketentraman yang ada di tengah laut ke tepi.
Namun pasang air laut itu tidak membawa sinar matahari ke tepi. Sinar
matahari itulah yang dapat membuat kota tempat tinggal para rakyat menjadi
KDQJXV .DWD ³NHWHQWUDPDQ´ PHQJDFX SDGD PDNQD KDUILDK ³NHWHQDQJDQ
NHQ\DPDQDQ NHGDPDLDQ´ %HUDUDWL DLU ODXW LWX PHQMDXKNDQ UDN\DW GDUL
keadaan damai, tenang, dan nyaman. Serpih matahari, mempunyai sifat panas
GDQ PHPEDNDU ³6HUSLK PDWDKDUL´ LWX WHODK PHQJKDQJXVNDQ NRWD WHPSat
pertikaian berlangsung dan membuat rakyat kehilangan segalanya,
ketentraman dan kedamaian.
4) Raja-raja dan kediaman mereka yang bertangan besi
Kecuali segala bual dan pidato kumal yang berapi-api

.DWD ³UDMD-UDMD´ PDNQD KDUILDKQ\D PHQJDFX SDGD EDQyak makna


denotatif, antara lain:
a) penguasa tertinggi dari suatu negara (terutama yang diperoleh sebagai
warisan); orang yang mengepalai dan memerintah suatu bangsa dan
negara;
b) sultan; kepala daerah istirnewa; kepala suku;
c) sebutan untuk penguasa tertinggi dari suatu kerajaan;
d) orang yang besar kuasanya (pengaruhnya dalam suatu lingkungan,
perusahaan);
e) orang yang mempunyai keistimewaan khusus (seperti sifat, kepandaian,
kelicikan). (KBBI, 2008: 1250).
$GD NDWD \DQJ DPELJX SDGD EDULV LQL \DLWX NDWD ´NHGLDPDQ´ NDWD
´NHGLDPDQ´ELVDPHQJDFXSDGDGXDPDNQD\DQJVDQJDWEHUEHGD\DLWX

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

a) Kediaman, dari kata dara diam + ke-an, yaitu mengenai sifat diam, tidak
bersuara dan tidak bergerak.
b) Kediaman yang mengacu pada tempat (rumah) yang ditinggali.
Raja-raja itu digambarkan bertangan besi, maksudnya apabila
diterjemahkan secara harfiah, raja-raja itu memiliki tangan palsu yang terbuat
dari besi. Raja-raja itu sering berpidato dan pidatonya disebut sebagai pidato
NXPDO´NXPDO´PHPLOLNLDFXDQUHQ\XNGDQNRWRr (pakaian dsb); berkerut-kerut
(seperti kertas direnyuk (KBBI, 2008: 836) pidatonya juga digambarkan berapi-
api, artinya secara denotatif mengacu pada bersemangat sekali, bergelora,
berkobar-kobar (semangat, gairah), dapat pula mengacu pada marah sekali
(KBBI, 2008: 82).
´$QWDUDNHSHGLKDQELODNHVHQJVDUDDQGDQODSDUWDN
7HUWDKDQNDQODJL´
Kutipan baris di atas secara denotatif maknanya, yaitu pidato yang berapi-
api tadi, diorasikan oleh para raja-raja di antara rasa sedih dan kesengsaraan
yang dialami penduduk negeri itu. Bahkan dalam keadaan lapar, raja-raja itu
masih berpidato dengan bersemangat.
Kita adalah penduduk negeri yang penuh kesempatan
Dan mimpi
Tapi tak pernah lagi punya kesempatan dan mimpi lagi
Makna harfiah baris di atas, yaitu mereka adalah penduduk sebuah negeri
yang memiliki banyak kesempatan bagi penduduknya untuk bermimpi. Namun
penduduk-penduduk negeri itu tidak dapat memiliki kesempatan dan mimpi itu.
Mimpi dan kesempatan itu adalah miliki negara bukan penduduknya. Kata
´PLPSL´ DWDX LPSLDQ PDNQD KDUILDKQ\D PHQJDFX SDGD ´VHVXDWX \DQJ
GLLPSLNDQ´
Kita adalah penduduk negeri yang penuh pemimpin
Tapi tak seorang pun kita temukan dapat memimpin
Kita....
Kutipan baris di atas, secara harfiah maknanya, yaitu di sebuah negeri
yang banyak memiliki pemimpin. Namun, para penduduk negeri itu tidak
dapat menemukan pemimpin yang dapat memimpin mereka.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

b. Analisis Hermeneutik
1) Dan pasang apalagikah yang akan mengenyahkan
Kita, kegaduhan apa lagi? Sekarat dan terbakar sudah
Kita oleh tahun-tahun penuh pertikaian, ketakutan dan perang
Saudara
Bait pertama di atas, pemaknaan hermeneutiknya sudah jelas. Makna kata
´SDVDQJ´  PHPLOLNL PDNQD NHVHQJVDUDDQ XMLDQ SHUWLNDLDQ SHSHUDQJDQ GDQ
lain-lain. Hal tersebut sudah diperjelas pada baris ketiga yang menyebut ada
pertikaian, ketakutan, dan perang saudara. Bait pertama, penyair menjelaskan
ada perang saudara di suatu negeri yang menyebabkan kesengsaraan, ketakutan,
dan kegalauan para rakyatnya. Rakyat negeri telah menderita bertahun-tahun
karena pertikaian tersebut. Pertikaian itu mereka ibaratkan seperti air pasang
yang menyapu apa pun yang ada di pantai hingga tidak bersisa.
2) Terpelanting dari kebuntuan yang satu ke kebuntuan yang lainnya
Tapi tetap saja kita membisu atau berserakan
Menunggu ketakpastian.
Bait kedua menyiratkan bahwa rakyat negeri itu tidak dapat berbuat apa
pun. Nasib mereka terombang-DPELQJ´7HUSHODQWLQJGDULNHEXQWXDQ\DQJVDWX
NH NHEXQWXDQ \DQJ ODLQQ\D´ PDNVXGQ\D UDN\DW WLGDN PHQHPXNDQ MDODQ NHOXDU
untuk mHQJDNKLUL SHUWLNDLDQ LWX .DWD ´PHPELVX´ PDNQDQ\D PHUHND KDQ\D
ELVD GLDP WLGDN EHUEXDW DSD SXQ ´0HQXQJJX NHWDNSDVWLDQ´ PHQ\LUDWNDQ
mereka hanya bisa menunggu kapan pertikaian itu berakhir. Mereka juga tidak
tahu kapan pertikaian itu berakhir, namun mereka tetap berharap kesengsaraan
itu akan berakhir.
Pertikaiann itu telah menghancurkan tempat tinggal mereka, tempat tinggal
yang menjadi tempat mereka membangun masa depan dan harapan, dan
pertikaian itu juga tidak pernah mempedulikan kesengsaraan yang dialami
rakyat. Harta benda mereka telah hancur, harapan mereka pun hancur. Rakyat
VXGDK WLGDN SXQ\D DSD SXQ XQWXN GLFHULWDNDQ $LU ´SDVDQJ´ \DQJ
PHODPEDQJNDQ SHUWLNDLDQ \DQJ WHUMDGL ´7HQJDK ODXW´ PHODPEDQJNDQ WHPSDW
tinggal/ kota para penduduk itu tLQJJDO .HPXGLDQDLU´SDVDQJ´PHPEDZDQ\D
ke tepi, berarti, pertikaian telah menjauhkan rakyat dari ketentraman,
ketenangan, dan kedamaian.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

´6HUSLK PDWDKDUL´ PHODPEDQJNDQ VLVD-sisa pertikaian atau kerusuhan.


Matahari mempunyai sifat panas dan membakar, jadi serpih matahari
melambangkan api yang berkobar-kobar di tengah laut.. Api itu telah
menghanguskan tempat tinggal para pendduduk negeri itu sehingga tidak ada
yang tersisa.
Raja-raja dan kediaman mereka yang bertangan besi
Kecuali segala bual dan pidato kumal yang berapi-api
Antara kepedihan bila kesengsaraan dan lapar tak
tertahankan lagi

´5DMD-UDMD´ PHQJDFX SDGD PDNQD SDUD SHPLPSLQ QHJHUL LWX 3DUD


SHPLPSLQ QHJHUL LWX ´EHUWDQJDQ EHVL´ PDNVXGQ\D SDUD SHPLPSLQ LWX
mempunyai sifat keras, memerintah dengan sewenang-wenang, menghukum
UDN\DW GHQJDQ FDUD  NHNHUDVDQ ´.HFXDOL VHJDOD EXDO GDQ SLGDWR NXPDO \DQJ
berapi-DSL´ NDOLPDW WHUVHEXW PHQ\LUDWNDQ PDNQD EDKZD  SDUD SHPLPSLQ LWX
KDQ\DEHUVLNDSPDQLVNHWLNDEHUNDPSDQ\HVDDWDNDQGLDGDNDQ3HPLOX´Pidato
kumal yang berapi-DSL´ PHODPEDQJNDQ MDQML-janji para pemimpin dulu saat
maish kampanye. Para pemimpin itu berkampanye di tengah-tengah kondisi
rakyat yang sedang sengsara, kelaparan, dan mara pemimpin itu menjanjikan
ketentraman hidup. Namun, itu hanya sebuah omong kosong.
Kita adalah penduduk negeri yang penuh kesempatan
Dan mimpi
Tapi tak pernah lagi punya kesempatan dan mimpi lagi
Kita adalah penduduk negeri yang penuh pemimpin
Tapi tak seorang pun kita temukan dapat memimpin
Kita....
Makna yang tersirat dari kutipan baris di atas, bahwa negeri itu banyak
memiliki kesempatan, mimpi, dan pemimpin bagi rakyatnya. Tetapi,
rakyatnya tidak boleh memiliki kesempatan. Rakyatnya juga tidak boleh
bermimpi. Semua kesempatan dan mimpi hanya milik para pemimpin
bertangan besi itu dan para pengikutnya.. para rakyat itu juga merasa tidak
pernah punya pemimpin meskipun negeri itu memiliki banyak pemimpin.
Rakyat merasa tidak dilindungi, tidak aman dan nyaman. Rakyat selalu merasa

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

sengsara karena pemimpin mereka tidak bisa memimpin, tidak bisa


mengayomi rakyatnya, tetapi justru menindas rakyatnya.
Puisi yang berjudul Dalam Pasang karya Abdul Hadi W. M ini
menggambarka suasan sebuah negeri yang kacau karena pertikaian antar
saudara. Rakyat menderita. Para pemimpin hanya sibuk mengurusi dirinya.
Pemimpin-pemimpin itu hanya sibuk mempertahankan jabatan mereka.
Rakyat kini telah kehilangan kepercayaan mereka terhadap para pemimpin itu.
Bangsa Indonesia pun juga mengalami hal serupa. Tejadi kekacauan,
kesengsaraan, dan kesewenag-wenangan pemimpin di Indonesia. Pemimpin
hanya membenahi kursi mereka. Mencari cara dan menghalalkan berbagai
cara agar kursinya tetap nyaman dan aman. Para pemimpin kita mengabaikan
bahwa mereka bukan apa-apa kecuali karena ada kita yang mereka pimpin.
18. Daun dan Air Mata karya Ary Andreas Toelle
Gugur daun-daun kering
Bagai mataku yang menetes
Satu per Satu
: siapakah yang kan peduli
Daun-daun kering itu takkan berhenti berjatuhan
Dan air mataku takkan berhenti meratapi
: siapakah yang kan peduli
Andai pohon itu jadi tumbang?
andai harapanku jadi lengang?

Dikutip dari Apresiasi Puisi Remaja dalam Mahir Berbahasa Indonesia


kelas X SMA ( Yudhistira, 2006: 62)

a. Analaisis Heuristik
1) ´*XJXUGDXQ-GDXQNHULQJ´
Gugur artinya berjatuhan. Daun secara leksikal mengau pada bagian
tumbuhan yang tumbuh pada ranting dan berhelai-helai (biasanya berwarna
hijau) sebagai alat bemapas dan mengolah zat makanan (KBBI, 2008: 322).
Pada baris pertama tersebut, yang gugur adalah daun-daun kering, artinya
daun di pohon yang sudah kering secara otomatis danalami akan berguguran.
Bagai mataku yang menetes
Satu per Satu
: siapakah yang kan peduli
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

3DGDNXWLSDQEDULVGLDWDVDGDEDJLDQ\DQJGLKLODQJNDQ\DLWXNDWD´DLU´GL
GHSDQNDWD´PDWDNX´6HWHODK dilengkapi, baris tersebut menjadi,
Bagai (air) mataku yang menetes
Satu per Satu
: siapakah yang kan peduli
Makna denotatif kutipan puisi di atas, yaitu, daun-daun kering yang gugur
tadi diibaratkan seperti air mata si aku yang jatuh satu per satu. Saat air mata
si aku jatuh, tidak ada orang lain yang peduli.
2) Daun-daun kering itu takkan berhenti berjatuhan
Dan air mataku takkan berhenti meratapi
: siapakah yang kan peduli
Daun-daun kering tadi tidak akan berhenti berjatuhan karena memang
jumlahnya di pohon masih banyak. Lalu air mata si aku pun diibaratkan
seperti dedaunan kering yang tidak berhenti berjatuhan tadi. Air mata si aku
SXQ WLGDN DNDQ EHUKHQWL PHUDWDSL .DWD ´PHUDWDSL´ PHQJDFX SDGD PDNQD
´PHQDQJLV GHQJDQ PHQJXFDSNDQ NDWD-kata yang menyedihkan; mengeluh
GHQJDQ PHQDQJLVPHQMHULW ´ .%%, 7DQJLVDQGDQUDWDSDQPDWD
si aku ini masih tidak ada yang peduli.
3) Andai pohon itu jadi tumbang?
andai harapanku jadi lengang?
Si aku berandai-andai membayangkan pohon yang daunnya berguguran
LWXWXPEDQJGDQDQGDLKDUDSDQQ\DPHQMDGLOHQJDQJ.DWD´OHQJDQJ´PHQJDFX
pada makna harfiah, yaitu:
a) tidak ramai; tidak banyak orang (tentang dusun, pesta, dsb),
b) sepi; sunyi; tidak sibuk,
c) terasa sunyi (tidak ada teman, tidak ada pekerjaan, dsb). (KBBI, 2008:
911).

Kata harapan lengang menandakan bahwa harapan atau keinginan si


aku thanyalah sebuah kesia-siaan, kehampaan, sunyi yang menadakan tidak
seorang pun yang mempedulikan keinginan si aku.
b. Analisis Hermeneutik
Puisi Daun dan Air Mata karya Ary Andreas Toelle ini menggambarka
kesedihan Ary yang begitu dalam. Daun yang berguguran melambangkan air mata
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Ary yang menetes dari matanya. Kesedihan penyair semakin dalam karena tidak
DGD RUDQJ \DQJ PHPSHGXOLNDQ GLD ´'DXQ-daun kering itu takkan berhenti
EHUMDWXKDQ´ PHODPEDQJNDQ NHVHGLKDQ VDQJ SHQ\DLU WDNNDQ EHUKHQWL SXOD
Kesedihan penyair tidak juga berakhir, namun masih tidak ada yang peduli.
´3RKRQ WXPEDQJ´ PHODPEDQJNDQ NHSXWXDVDDQ SHQ\DLU +DUDSDQQ\D VXGDK
tumbang sama seperti pohon yang tumbang dan daunnya berguguran.
Gugur daun-daun kering
Bagai mataku yang menetes
Satu per Satu
: siapakah yang kan peduli
%DLWGLDWDVWHUGDSDWNDOLPDW´JXJXUGDXQ-GDXQNHULQJ´VHFDUDOXJDVSHQ\DLU
telah mengibaratkan kesedihannya seperti daun kering yang gugur. Daun kering
apabila gugur dan berada di tanah tentu bagi orang lain dianggap sampah yang
mengotori halaman, sampah tentu tidk ada yang mempedulikan. Sampah bahkan
diinjak-injak.. Seperti itulah perasaan yang dirasakan si aku. Dia merasa
diacuhkan, tidak dipedulikan padahal si aku sedang bersedih.
Daun-daun kering itu takkan berhenti berjatuhan
Dan air mataku takkan berhenti meratapi
: siapakah yang kan peduli
Andai pohon itu jadi tumbang?
andai harapanku jadi lengang?
Kunci makna bait terakhir di atas terdapat pada baris pertama dan kedua,
berikut,
Daun-daun kering itu takkan berhenti berjatuhan
Dan air mataku takkan berhenti meratapi
Kesedihan si aku seperti daun kering yang berjatuhan di tiup angin.
Merlambangkan kalau kesedihannya tidak akan berhenti, terus seperti daun yang
gugur di musim kemarau. Air mata melambangkan tangis yang tidak akan
berhenti pula. Si aku membayangkan apabila pohon dari daun yang berguguran
tadi tumpabang, maka kesdihan si aku bukan menjadi hilang, melainkan semakin
hancur hari si aku. Harapannya jadi sia-sia dan tak ada yang mempedulikan
keinginannya, tidak ada seorang pun yang memahami dia. Pernyataan tersebut
peneliti dasarkan pada kutipan dua baris terakhir di bawah ini:
Andai pohon itu jadi tumbang?
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

andai harapanku jadi lengang?

19. Menyesal karya Ali Hasjimi


Pagiku hilang sudah melayang
Hari mudaku sudah pergi
Sekarang petang datang membayang
Batang usiaku sudah tinggi

Aku lalai di hari pagi


Beta lengah di masa muda
Kini hidup meracun hati
Miskin ilmu, miskin harta

Oh, apa guna ku sesalkan


Menyesal tua tiada berguna
Hanya menambah luka sukma

Kepada yang muda kuharapkan


Atur barisan di hari pagi
Menuju ke arah padang bakti.
Dikutip dari Apresiasi Puisi untuk Pelajar dan Mahasiswa dalam Mahir
Berbahasa Indonesia kelas X SMA ( Yudhistira, 2006: 72-73)

a. Analisis Heuristik
12. ´3DJLNXKLODQJVXGDKPHOD\DQJ´
Maksud kutipan baris nomor satu adalah si aku sudah kehilangan paginya.
3DJLKDULQ\DVXGDKKLODQJPHOD\DQJ3DJLPHQJDFXSDGDPDNQD´EDgian awal
dari hari antara dini hari dan siang hari, waktu setelah matahari terbit hingga
PHQMHODQJVLDQJKDUL´ .%%, %HUDUWLVLDNXVXGDKVDPSDLSDGD
EDJLDQGDULDNKLUKDWL\DLWXSHWDQJ´+LODQJPHOD\DQJ´DUWLQ\DSDJLLWXsudah
tidak dapat dicari dan dikembalikan lagi. Si aku tidak bisa kemabli kepada
pagi.
13. ´+DULPXGDNXVXGDKSHUJL´
´3HUJL´ PHQJDFX SDGD PDNQD ´EHUMDODQ EHUJHUDN  PDMX meninggalkan
(suatu tempat), EHUDQJNDW´ .%%, 0DNVXGQ\DKDULPXGDPLOLN
si aku sudah meninggalkannya, berarti si aku sudah menemui hari tua.
14. ´6HNDUDQJSHWDQJGDWDQJPHPED\DQJ´

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

.DWD ´SHWDQJ´ VHFDUD KDUILDK PHQJDFX SDGD PDNQD 6RUH DWDX ZDNWX
sesudah tengah hari (kira-kira dari pukul tiga sampai matahari terbenarn)
(KBBI, 2008: 1173). Petang telah datang membayangi kehidupan si aku.
´PHPED\DQJ´ VHFDUD GHQRWDWLI PDNQDQ\D \DLWX ³D  menutupi (melindungi)
dengan bayang-bayang; b) merintangi; c) mengikuti terus jejaknya sampai
GDSDWGLWDQJNDS´ .%%, 'HQJDQGHPLNLDQPDNVXGEDris tersebut,
yaitu sore hari telah mengnutupi pandangan si aku ketika si aku ingin melihat.
15. ´%DWDQJXVLDNXVXGDKWLQJJL´
.DWD´WLQJJL´PHQJDFXSDGDEDQ\DNPDNQDDQWDUDODLQ
a) jauh jaraknya dari posisi sebelah bawah, panjang (badan),
b) sudah agak jauh ke atas (matahari);
c) luhur; mulia, yang sebelah atas (tingkatan, pangkat, derajat, mutu, dsb);
d) sudah lanjut ( umur);
e) banyak atau mahal (harga, nilai, dsb);
f) sudah maju (kecerdasan, peradaban, dsb); sudah jauh pada tingkatan atas
(pengetahuan, pelajaran, dsb);
g) sombong (perkataan, tabiat, dsb) (KBBI, 2008: 1711)
Makna yang paling tepat dengan kutipan baris puisi nomor empat di atas
DGDODK´VXGDKODQMXW´8VLDODQMXW\DQJGLPDNVXGSHQ\DLUDGDODKLVWLODK\DQJLD
gunakan untuk mengungkapkan hal yang dia rasakan. Penyair ingin
menyampaiakan bahwa yang dibicarakan dalam puisi ini adalah tentang
penyesalan yang dating di usia tua.
16. ³$NXODODLGLKDULSDJL´
.DWD ³ODODL´ VHFDUD KDUILDK PHPLOLNL DFXDQ a) lengah; kurang hati-hati;
tidak mengindahkan (kewajiban, pekerjaan, dsb), b) terlupa; tidak ingat karena
asyik melakukan sesuatu (KBBI, 2008: 862). Jadi, maksud kalimat nomor
lima tersebut adalah si aku tidak ingat pada pagi hari karena asyik melakukan
sesuatu.
17. ³%HWDOHQJDKGLPDVDPXGD´
.DWD³EHWD´PHPLOLNLPDNQD\DQJVDPDGHQJDQ³DNX´GDQNDWD³OHQJDK´
juga memiliki makna yang sama dengan lalai. Kalimat nomor enam ini
memiliki makna denotasi yang sama dengan kalimat nomor lima, yaitu si aku

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

tidak berhati-hati dan tidak mengindahkan kewajiban/pekerjaan saat dia masih


berusia muda.
18. ³.LQLKLGXSPHUDFXQKDWL´
%HUGDVDUNDQNDOLPDWQRPRUWXMXKGLDWDVNDWD³PHUDFXQL´VHFDUDKDUILDK
PHQJDFX SDGD PDNQD ³PHPEHUL UDFXQ VXSD\D PDWL ´ SDGD KDWLQ\D .%%,
   ³+DWL´ \DQJ GLPDNVXG GDODP NXWLSDQ baris tersebut secara
harfiah memilki acuan-acuan sebagai berikut:
a) bagian perut yang merah kehitam-hitaman warnanya, terletak di sebelah
kanan perut besar, gunanya untuk mengambil sari-sari makanan di dalam
darah dan menghasilkan empedu;
b) daging dari hati sebagai bahan makanan (terutama hati dari binatang
sembelihan):
c) jantung:
d) sesuatu yang ada di dalam tubuh manusia yang dianggap sebagai tempat
segala perasaan batin dan tempat menyimpan pengertian-pengertian
(perasaan-perasaan dsb);
e) apa yang terasa dalam batin:
f) sifat (tabiat) batin manusia;
g) bagian yang di dalam sekali (tt buah-buahan, batang tumbuh-tumbuhan,
dsb); (KBBI, 2008: 529)

Jadi, maksud dari kalimat nomor tujuh tersebut adalah hidup si aku hanya
DNDQPHPEHULUDFXQSDGDKDWLQ\D³KDWL´GDSDW PHQJDFXSDGD³MDQWXQJ´GDSDW
SXODEHUDUWL³VHVXDWX\DQJDGDGLGDODPWXEXKPDQXVLD\DQJGLDQJJDSVHEDJDL
tempat segala perasaan batin dan tempat menyimpan pengertian-pengertian
(perasaan-SHUDVDDQ ³DWDXEDKNDQ³EDJLDQSHUXW\DQJPHUDKNHKLWDP-hitaman
warnanya, terletak di sebelah kanan perut besar, gunanya untuk mengambil
sari-VDULPDNDQDQGLGDODPGDUDKGDQPHQJKDVLONDQHPSHGX´
19. ´0LVNLQLOPXPLVNLQKDUWD´
6LDNXPHUDVDVDDWLQLGLDPLVNLQLOPXGDQKDUWD.DWD´PLVNLQ´PHPLOLNL
DFXDQ ´WLGDN SXQ\D DSa-DSD PHODUDW´ NDWD ´LOPX´ PHPLOLNL DFXDQ
pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun secara sistematis menurut
metode-metode tertentu yang dapat dipergunakan untuk menerangkan gejala-
gejala tertentu dl bidang (pengetahuan) itu (dalam KBBI, 2008: 574).
.HPXGLDQNDWD´KDUWD´PHPLOLNLPDNQDKDUILDKVHEDJDLEDUDQJ-barang (uang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

dsb) yang menjadi kekayaan; barang-barang milik seseorang;(KBBI, 2008:


527)
Berdasarkan acuan-acuan di atas, kalimat nomor delapan di atas, secara
harfiah memiliki makna bahwa si aku tidak mempunyai pengetahuan apapun
dan tidak mempunyai barang kekayaan apapun.
20. ´0HQ\HVDOWXDWLDGDEHUJXQD´
.DWD ´PHQ\HVDO´ SDGD NDOLPDW QRPRU VHPELODQ GL DWDV PHQJDFX SDGD
PDNQD ³PHUDVD WLGDN VHQDQJ DWDX WLGDN EDKDJLD VXVDK NHFHZD GVE  karena
WHODK PHODNXNDQ  VHVXDWX \DQJ NXUDQJ EDLN GRVD NHVDODKDQ GVE ´ .%%,
2008: 1435). Si aku merasa penyesalan saat usianya sudah tua tidak ada
gunanya.
21. ´+DQ\DPHQDPEDKOXNDVXNPD´
Si aku merasa kalau perasaan tidak senang atau tidak bahagia (susah,
kecewa, dsb) karena (telah melakukan) sesuatu yang kurang baik hanya akan
PHQDPEDK OXND GL KDWLQ\D .DWD ³VXNPD´ PHPLOLNL PDNQD ³MLZD´ GDQ
³Q\DZD´
22. ´.HSDGD\DQJPXGDNXKDUDSNDQ´
23. ³$WXUEDULVDQGLKDULSDJL´
Di baris kesebelas dan dua belas si aku menginginkan generasi muda
VXSD\D VHMDN SDJL PHQJDWXU EDULVDQ  ³EDULVDQ VHFDUD KDUILDK PHQJDFX SDGD
³GHUHW DWDX MDMDU \DQJ PHUXSDNDQ JDULV OXUXV berbaris berderet (berjajar)
GHQJDQWHUDWXU´ .%%,
24. ³0HQXMXNHDUDKSDGDQJEDNWL´
KatD ´SDGDQJ´ VHFDUD KDUILDK PHPLOLNL DFXDQ WDQDK \DQJ GDWDU GDQ OXDV
WLGDNGLWXPEXKLSHSRKRQDQ ODSDQJDQ .%%, GDQNDWD´EDNWL´
PHQJDFX SDGD ´WXQGXN GDQ KRUPDW setia, memperhambakan GLUL´ .%%,
2008: 122). Secara harfiah, kalimat nomor tiga blas tersebut, si aku berharap
para generasi muda berjajar dengan teratur untuk berjalan ke tanah yang luas
atau lapangan dengan niat untuk setia dan memperhambakan diri pada tanah
yang luas itu.
b. Analisis Hermeneutik
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Puisi berjudul Menyesal karya Ali Hasyimi tersebut merupakan puisi yang
berisi pelajaran yang berharga bagi generasi muda. Puisi tentang penyesalan yang
WHUODPEDW 3HQ\DLU PHQ\HEXWNDQ ´SDJLNX KLODQJ VXGDK PHOD\DQJ´ NDWD ´SDJL´
PHQ\LUDWNDQPDNQDNDODXXVLDVLDNXPDVLKPXGD´SDJL´MXga dapat berarti masa
GLPDQDPDVLKEDQ\DNNHVHPSDWDQGDQEHUNDU\D.DWD´SHWDQJ´SDGDEDULVNHWLJD
memiliki makna kalau usia si aku sekarang sudah tua, sudah tidak mempunyai
NHVHPSDWDQ XQWXN EHNHUMD NDUHQD XVLDQ\D VXGDK ´WLQJJL´ .DWD ´WLQJJL´ EHUDUWL
sudah lanjut usia.
Aku lalai di hari pagi
Beta lengah di masa muda
Kini hidup meracun hati
Miskin ilmu, miskin harta
Kutipan bait kedua di atas, menyiratkan bahwa si aku telah lalai atau menyia-
nyiakan kesempatan yang ada saat dia masih muda. Dia hidup berfoya-foya, tidak
bekerja, tidak menuntut ilmu. Dan saat usianya sudah tua, dia tidak punya apa
pun. Dia tidak punya pengetahuan apa pun sehingga dia tidak bisa bekerja.
Akibatnya, dia hidup miskin, tidak mempunyai harta benda apapun, dan
kemiskinannya itu kini menyiksa batinnya.
...
Menyesal tua tiada berguna
Hanya menambah luka sukma
Kutipan bait ketiga di atas, menyiratkan bahwa penyesalan di usia tua tidak
ada gunanya. Semua sudah terlambat. Penyesalan hanya akan menambah luka di
hati. Penyesalan justru akan makin membuat kita terpuruk. Lebih baik
memperbaiki hal yang masih bisa diperbaiki sebelum ajal menjemput.
Kepada yang muda kuharapkan
Atur barisan di hari pagi
Menuju ke arah padang bakti.
Bait terakhir di atas, si aku mengharapkan generasi muda supaya tidak
menyia-nyiakan masa mudanya untuk bersenang-senang. Generasi muda
KHQGDNQ\D ´PHQDWD EDULVDQ´ VDDW PDVLK PXGD ´PHQDWD EDULVDQ´ PHQ\LUDWNDQ
supaya generasi muda mempersiapkan dan menata masa depan dengan baik,
menuntut ilmu, bekerja keras, dan mengambil semua kesempatan agar dapat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

PHUDLK ´SDGDQJ EDNWL´ DWDX PDVD GHSDQ \DQJ FHUDK GDQ SHQXK NHEDKDJLDDQ GDQ
pengabdian pada Tuhan.
20. Perkabungan di Laut Timor karya Hamdy Salad
Burung-burung berkalung hampa
Melipat bendera di laut Timor
Anyir ombak berkejaran sepanjang musim
Merangkai buih dalam perkabungan
Ikan-ikan menggelembungkan rasa perih
Mendorong bangkai ke tepi pantai
Lambang sengketa dan pertikaian

Kapal-kapal berlayar dalam gelap


Menebar dusta para perampok
Badai dan topan saling bertandang
Ke empat penjuru darah langit membeku
Mengurung duka di relung cakrawala
Orang-orang putih bertubuh kaku
Menabuh genderang di pelabuhan waktu
Membangun barak dan kemah persekutuan
Memperanakkan tahta dunia sebagai hantu

Segunduk pulau telah tenggelam


Diremuk gelombang angin samudra
Kain kafan beterbangan di udara fana
Meninggalkan masa lampau dan kematian
Dalam perang: Matahari mengambang!
Rajah negeri terbakar amunisi
Mengarak kesilsilahan ke rebing oerbatasan

Dikutip dari Gelas Esai dan Ombak Sajak Anno dalam Mahir
Berbahasa Indonesia kelas X SMA ( Yudhistira, 2006: 73-74).

a. Analisis Heuristik
1) ´%XUXQJ-EXUXQJEHUNDOXQJKDPSD´
2) ´0HOLSDWEHQGHUDGLODXW7LPRU´
.DWD ´EXUXQJ´ SDGD EDULV SHUWDPD VHFDUD OHNVLNDO PHQJDFX SDGD D 
binatang berkaki dua, bersayap dan berbulu, dan biasanya dapat terbang, b)
untuk menyebut jenis unggas (yang biasanya bisa terbang) (KBBI, 2008: 241).
Penyair mengatakan kalau burung-burung itu di lehernya berkalung
KDPSD .DWD ´NDOXQJ´ PHQJDFX SDGD ³EDUDQJ \DQJ berupa lingkaran atau
rantai terbuat dari emas, perak, dan lain-lain yang dilingkarkan pada leher
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

VHEDJDL KLDVDQ´ .%%,    .DWD ³KDPSD´ PHPLOLNL DFXDQ ³WLGDN
berisi; kosong, tidak bergairah; sepi, sia-VLDWLGDNDGDKDVLOQ\D´ .%%,
520). 'HQJDQ GHPLNLDQ PDNVXG EDULV SHUWDPD ´%XUXQJ-burung berkalung
KDPSD´\DLWXDGDEHEHUDSDELQDWDQJEHUNDNLGXDEHUVD\DSGDQELVDWHUEDQJ
di lehernya menggantung sebuah hiasan yang disebut kesia-siaan.
´0HOLSDWEHQGHUDGLODXW7LPRU´
Baris ke dua di atas, penyair menyampaiakan bahwa burung-burung tadi
melipat bendera di laut Timor, laut di perairan bagian timur Indonesia, yaitu
ODXW \DQJ PHQJHOLOLQJL SXODX 7LPRU .DWD ´PHOLSDW´ PHQJDFX SDGD PDNQD-
makna berikut:
a) melepit menjadi rangkap;
b) membekuk, meringkus, atau menggulung (perampok, penjahat, dsb.);
c) menggelapkan (uang dsb.);
d) menjual barang untuk makan;
e) tidak mematuhi;
f) menyikat habis (makanan) (KBBI, 2008: 936).
.DWD ³EHQGHUD´ PHPLOLNL DFXDQ ³VHSRWRQJ NDLQ \DQJ EHUEHQWXN VHJL
empat atau segitiga, biasanya diikatkan pada tiang, dipergunakan sebagai
lambang negara, perkumpulan, atau tanda; panji-SDQML´ .%%,   
Dengan demikian, secara harfiah, makna baris pertama dan kedua, yaitu
burung-burung yang di lehernya menggantung kesia-siaan, sedang melipat
bendera yang menjadi lambang suatu negara.
3) ´$Q\LURPEDNEHUNHMDUDQVHSDQMDQJPXVLP´
4) ´0HUDQJNDLEXLKGDODPSHUNDEXQJDQ´
Baris ketiga dan keempat di atas secara harfiah memiliki makna bahwa
ombak yang ada di laut timur baunya anyir. Ombak-umbak itu saling
EHUNHMDUDQ VHODPD PXVLP NHPDUDX GDQ PXVLP KXMDQ .DWD ´DQ\LU´ PHPLOLNL
acuan berbau amis seperti ikan atau darah. Ombak yang berkejaran tadi,
maksudnya ombak menggulung dan menyusun buih dalam perkabungan. Kata
´SHUNDEXQJDQ´ VHFDUD Oeksikal memiliki arti pakaian (kabung dsb) yang
dipakai dalam berkabung, atau dalam keadaan berkabung (berduka cita)
(KBBI, 2008: 652).
5) ´,NDQ-LNDQPHQJJHOHPEXQJNDQUDVDSHULK´
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Ikan-ikan di laut Timor, menggelembungkan rasa perih, maksudnya, ikan-


ikan itu membuat gelembung yang berisi rasa perih, sakit, dan sedih. Kata
´JHOHPEXQJ´PHQJDFXSDGDPDNQD´EHQWXNEROD-bola yang berisi udara; bola-
EROD DLU DLU VDEXQ EXLK GVE  \DQJ EHULVL XGDUD´ .%%,    3DGD
baris kelima tersebut, isi bola-bola udara itu adalah rasa sakit, bukan udara.
6) ´0HQGRURQJEDQJNDLNHWHSLSDQWDL´
7) ´/DPEDQJVHQJNHWDGDQSHUWLNDLDQ´
Ikan-ikan yang membuat gelembung yang berisi rasa sakit tadi
mendorong bangkai-EDQJNDL NH WHSL SDQWDL .DWD ´EDQJNDL´ VHFDUD OHNVLNDO
mePLOLNL DUWL ³WXEXK \DQJ VXGDK PDWL ELDVDQ\D XQWXN ELQDWDQJ ´ .%%,
2008: 130). Bangkai yang dimaksud pada baris keenam tentu saja bukan
bangkai binatang, melainkan bangkai manusia. Bait ketujuhlah yang
menandakan kalau bangkai yang dimaksud adalah bangkai manusia. Bangkai-
bangkai manusia itu adalah korban dari sengketa dan perang di laut Timor.
8) ´.DSDO-NDSDOEHUOD\DUGDODPJHODS´
9) ³0HQHEDUGXVWDSDUDSHUDPSRN´
Kapal-kapal, meskipun langit dalam keadaan gelap (malam) tetap berlayar
sebab kapal-kapal itu adalah kapal-kapal milik perampok. Perampok adalah
´NDZDQDQ SHQMDKDW \DQJ PHUDPSDV KDUWD GHQJDQ NHNHUDVDQ´ .%%, 
1257). Kawanan penjahat itu menebar kebohongan di laut dan merampas harta
EDKNDQ VDPSDL PHPEXQXK NRUEDQQ\D .DWD ´GXVWD´ PHPLOLNL PDNna
kebohongan. Secara harfiah kapal-kapal tadi menyebarkan kebohongan para
perampok.
10) ´%DGDLGDQWRSDQVDOLQJEHUWDQGDQJ´
11) ´.HHPSDWSHQMXUXDUDKODQJLWPHPEHNX´
12) ´0HQJXUXQJGXNDGLUHOXQJFDNUDZDOD³
Badai dan topan mengacu pada bencana alam yang sering terjadi di laut.
.DWD ´EDGDL´ PHPLOLNL DFXDQ ´angin kencang yang menyertai cuaca buruk
(yang datang dengan tiba-WLED  WRSDQ´ .%%,    .DWD ´WRSDQ´
PHPLOLNL DFXDQ \DQJ VDPD GHQJDQ ´EDGDL´ \DLWX ´VLNORQ WURSLV \DQJ
berkecepatan sangat tinggi; aQJLQULEXWEDGDL´ .%%,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Badai dan topan tadi bertandang ke empat penjuru arah langit yang
PHPEHNX .DWD ´EHUWDQGDQJ´ PHQJDFX SDGD ´EHUWDPX NH NHSDGD GL 
berkunjung (untuk bercakap-FDNDS  VLQJJDK GL VXDW WHPSDW´ GDODP .%%,
2008: 1617). Artinya badai dan topan tadi berkunjung ke empat arah langit,
\DLWXXWDUDVHODWDQEDUDWGDQWLPXU´ODQJLWPHPEHNX´PHQJDFXSDGDODQJLW
\DQJ EHNX PHQJHUDV GDQ GLQJLQ VHSHUWL HV ´PHQXUXQJ GXND GL UHOXQJ
FDNUDZDOD´PDNVXGQ\DODQJLW\DQJNHUDVGDn dingin tadi mengurung duka di
lengkung langit. Langit tadi mengurung dukanya sehingga membeku seperti
es.
13) ´2UDQJ-RUDQJSXWLKEHUWXEXKNDNX´
³2UDQJ-RUDQJSXWLKEHUWXEXKNDNX³VHFDUDOHNVLNDOPHPLOLNLDFXDQRUDQJ
yang memiliki kulit putih dan badannya keras dan liat.
14) ³0HQDEXKJHQGHUDQJGLSHODEXKDQZDNWX³
Orang-orang yang berkulit putih tadi menabuh alat musik yang bernama
genderang di sebuah tempat yang biasa digunakan kapal untuk merapat. Kata
³SHODEXKDQZDNWX³PHPLOLNLDUWLEDKZDJHQGHUDQJ itu ditabuh saat pergantian
waktu antara siang dan malam, yaitu senja.
15) ³0HPEDQJXQEDUDNGDQNHPDKSHUVHNXWXDQ³
Kata barak mengacu pada sebuah atau sekumpulan gedung tempat tentara;
asrama polisi (tentara);dapat pula mengacu pada bangsal khusus tempat
merawat orang sakit (menuIar). Barak juga memiliki acuan bangunan yang
EHUVLIDWVHPHQWDUDEDJLSHNHUMD .%%,.DWD³NHPDK³VHFDUDOXJDV
memiliki makna tempat tinggal darurat yang menyerupai rumah sederhana
dengan kerangka besi, tali, atau kayu yang ditutup kain kasar dan tebal, terpal
yang didirikan langsung di atas tanah; kemah juga dapat mengacu pada istilah
tenda;(KBBI, 2008: 723).
.XWLSDQ NDWD ³SHUVHNXWXDQ³ PHPLOLNL DFXDQ SHUVDWXDQ SHUKLPSXQDQ
ikatan (orang-orang yang sama kepentingannya); istilah persekutuan dalam
bidang ekonomi mengacu perseroan dagang; kongsi; maskapai; kemudian di
bidang kenegaraan persekutuan memeiliki acuan 3 perserikatan (negara-
QHJDUD  .%%,    'HQJDQ GHPLNLDQ PDNQD ³PHPEDQJXQ EDUDN
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

dan kemah pHUVHNXWXDQ³ VHFDUD OXJDV DGDODK EDKZD RUDQJ-orang yang


memiliki kulit putih dan bertubuh kaku tadi juga membangun bangunan
sementara untuk perkumpulan yang mereka dirikan.
16) ³0HPSHUDQDNNDQWDKWDGXQLDVHEDJDLKDQWX´
Kata memperanakkan secara lugas mengacu pada melahirkan (anak) dapat
pula mengacu pada makna menganggap sebagai anak,, kalau di bidang
perbankan istilah mempernakkan memiliki makna membungakan uang
(KBBI, 2008: 58). Orang-orang kulit putih tadi memperanakkan tahta dunia,
LVWLODK´WDKWDGXQLD´VHFDUDOHNVLNDOPHPLOLNLPDNQDWHPSDWGXGXNUDMDGDSDW
pula mengacu pada istilah kedudukan, jabatan di dunia. Orang-orang kulit
putih tadi menganggao tahta dunia sebagai peranakan hantu. Kata hantu secara
harfuah memiliki makna roh jahat (yang dianggap terdapat di tempat-tempat
tertentu. Dengan demuikian, baris enam belas secara harfiah berati orang-
orang bertub uh putih tadi menganggap kedudukan dunia seperti roh jahat
yang akan melukai manusia lain.
17) ³6HJXQGXNSXODXWHODKWHQJJHODP´
Kata segunduk pulau pada baris tujuh belas secara harfiah mengacu pada
satu gumpalan kecil tanah sebuah pulau, dan satu gumpalan tanah dari sebuah
pulau itu telah tenggelam di dalam laut.
18) ´'LUHPXNJHORPEDQJDQJLQVDPXGUD´
Ada kata diremuk pada baris delapan belas. Kata yang diremuk adalah
gundukan tanah dari pulau yang tenggelam tadi. Gelombang angin samudra
tadi yang meremukkan gundukan pulau yang disebut pada baris nomor tujuh
belas.
19) ´.DLQNDIDQEHWHUEDQJDQGLXGDUDIDQD´
Pada baris sembilasn belas, pHQ\DLU PHQ\HEXWNDQ ´NDLQ NDIDQ´  \DQJ
secara harfiah mengacu pada kain pembungkus mayat. Digambarkan kain tadi
beterbangan di udara fana. Kata beterbangan secara leksikal memiliki acuan
terbang ke mana-PDQD EDQ\DN \DQJ WHUEDQJ  ´.DLQ NDIDQ´ GDSDW SXOD
mengacu pada berhamburan atau melayang-layang di udara. (KBBI, 2008:
  .DWD ´IDQD´  VHFDUD KDUILDK PHQJDFX SDGD PDNQD GDSDW UXVDN WLGDN
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

kekal. Kesimpulannya, kain pembungkus mayat tadi beterbangan di udara


yang tidak kekal.
20) ´0HQLQJJDONDQPDVDODPSDX GDQNHPDWLDQ´
Pada baris nomor dua puluh, penyair melanjutkan syairnya, bahwa kain
kafan tadi beterbangan di udara yang tidak kekal lalu meninggalkan waktu
yang telah berlalu dan kematian.
21) ´'DODPSHUDQJ0DWDKDULPHQJDPEDQJ´
Saat perang terjadi, cahaya matahari mengambang di langit. Kata
´PDWDKDUL´ PHPLOLNL DFXDQ EHQGD ODQJLW \DQJ EHUVLQDU FDKD\DQ\D SDQDV
Matahari adalah bintang terbesar di tata surya dan merupakan pusat galaksi
bimasakti. Lalu matahari itu mengambang, kata mengambang memiliki acuan
bahwa matahari itu mengapung, melayang-layang tidak jelas arahnya.
22) ´5DMDKQHJHULWHUEDNDUDPXQLVL´
.DWD ´UDMDK´ PHPLOLNL DFXDQ suratan (gambaran, tanda-tanda, dsb.) yang
dipakai sebagai azimat (penolakan penyakit dsb.); retak tangan (garis-garis
SDGDWDSDNWDQJDQ VXUDWDQWDQJDQ´5DMDK´GDSDWSXODPHQJDFXSDGDFRUHQJ-
coreng (cacahan) pada tubuh yang dibuat dengan barang tajam/ tato (KBBI,
2008: 1251). Matahari yang mengambang tadi merajah sebuah negeri
sehingga negeri tersebut terbakaU DPXQLVL .DWD ´DPXQLVL´ VHFDUD KDUILDK
memiliki acuan segala pengisi senjata api (seperti mesiu atau peluru); amunisi
dapat pula mengacu pada segala alat peledak yang ditembakkan kepada
musuh (seperti bom, granat dan roket) (KBBI, 2008: 55). Dengan demikian,
negara tersebut diserang oleh peluru dan bom-bom yng menghancurkan
negara tersebut.
23) ´0HQJDUDNNHVLOVLODKDQNHWHELQJSHUEDWDVDQ´
Kata kunci pada baris dua puluh tiga ini adalah kesilsilahan yang secara
harfiah mengacu pada asal-usul suatu keluarga berupa bagan dan susur galur
(keturunan), bagan silsilah keluaga tersebut diarak ke tebing perbatasan.
Tebing mengacu pada tepi sungai (jurang) yang tinggi dan terjal. Jadi,
maksudnya, bagan silsilah keluarga itu akan dibawa ke jurang sehingga bisa
hilang.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

b. Analisis Hermeneutik
Analisis hermeneutik atau pemaknaan secara utuh bait pertama, yaitu telah
terjadi perikaian atau peperangan di laut Timor. Burung-burung berkalung hampa
melambangkan pesawat-pesawat tempur yang digunakan untuk berperang.
Pesawat-pesawat temput tersebut sia-sia saja mempertahankan NKRI. Puisi ini
berlatar belakang pemberontakan Timor-Timor yang ingin melepaskan diri dari
NKRI. Jadi pesawat-pesawat tempur yang berkalung hampa itu melambangkan
kesia-siaan yang diciptakan karena banyak korban tewas dalam pertikaian di laut
Timor.
Ombak yang anyir menandakan kalau di laut Timor telah tercemar darah para
korban tewas. Mayat-mayat mereka banyak yang mengapung di laut karena
perang itu terjadi di laut. Buih air laut yang membentuk ombak mengantarkan
kapat-kapal dari pantai kelaut untuk mengambil mayat-mayat yang mengambang
di laut. Ikan-ikan yang menggelembungkan rasa perih adalah simbol kapal-kapal
perang yang sedang mengangkut mayat-mayat korban perang tadi menuju pantai.
Kapal-kapal yang berlayar dalam gelap melambangkan bahwa kapal-kapal
tersebut berlayar di laut Timor dengan tujuan jahat. Pernyataan peneliti tersebut
MXJD GLGDVDUNDQ SDGD EXQ\L EDULV EHULNX\Q\D \DLWX ´PHQHEDU GXVWD SDUD
SHUDPSRN´-DGLNDSDO-kapal yang berlayar di laut Timor itu memiliki misi jahat,
yaitu memecah belah NKRI. Bait kedua ini berhubungan dengan bait pertama.
Selanjutnya, badai dan topan yang melanda empat penjuru arah langit,
melambangkan serangan kapal-kapal itu ada di seluruh laut Timor. Kalimat
mengurung duka di relung cakrawala melambangkan keduakaan karena
peperangan yang terjadi di laut Timor. Langit jadi gelap karena asap-asap hitam
yang ditimbulkan ledakan amunisi dan bom-bom yang diledakkan.
Orang-orang bertubuh putih dan kaku melambangkan bangsa lain yang
menjajah NKRI. Mereka menabuh genderang, artinya mereka mengajak untuk
berperang. Di pintu waktu melambangkan bahwa perang sudah di depan mata
bangsa Indonesia tidak dapat menghindar. Para penjajah tadi membangun markas
SHUWDKDQDQ PHUHND GL SLQJJLU SDQWDL .DOLPDW ´0HPSHUDQDNNDQ WDKWD GXQLD
VHEDJDL KDQWX´ PHODPEDQJNDQ NHNXDWDQ PHUHND WLDGD WDQGLQJ GL GXQLD LQL .DWD
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

´KDQWX´ DGDODK URK MDKDW PDND NHNXDWDQ GDQ NHNXDVDQ SDUD SHQMDMDK WDGL DNDQ
mengahntui dan menteror kedamaian dan ketentraman masyarakat kepulauan
Timor.
Bait ketiga secara keseluruhan menggambarkan bahwa kekuasaan dan teror
yang disebar para penjajah telah menghancurkan propinsi Timor-Timor. Kalimat
\DQJEHUEXQ\L´6HJXQGXNSXODXWHODKWHQJJHODP´PHQ\Lmbolkan bahwa sebagian
besar daerah Timor-Timor telah dikuasai para penjajah yang menginginkan
SHUSHFDKDQ 1.5, .HPXGLDQ NDOLPDW ´GLUHPXN JHORPEDQJ DQJLQ VDPXGUD´
melambangkan bahwa propinsi Timor-Timor telah diserang gelombang samudra
yang melambangkan pertikaian yang luar biasa sampai mampu memisahkan
Timor-7LPRU GDUL 1.5, .DOLPDW ´NDLQ NDIDQ EHWHUEDQJDQ GL XGDUD IDQD´
melambangkan kalau akibat pertikaian itu banyak korban tewas yang mayatnya
berserakan di mana-mana, udara fana melambangkan bahwa provinsi Timor-
Timor sudah hancur dan mayat-mayat yang berserakan tadi telah meninggalkan
tanah air mereka, yaitu Timor-Timor dalam keadaan masih terjadi perang.
Matahari mengambang melambangkan perang itu terjadi saat siang hari sebab saat
siang hari, matahari seolah-olah mengambang di langit dan memantul di air laut.
Perang dan orang-orang berkulit putih yang menjajah tanah Timor-Timor tadi
merajah negeri yang terbakar amunisi, maksudnya provinsi Timor-Timor telah
digempur bom-bom dan tembakan-tembakan yang menghancurkan semua. Tidak
hanya bangunan gedung-gedung saja yang hancur, tetapi juga tatanan
pemerintahan dan sosial masyarakat Timor-Timor. Pernyataan bahwa tatanan
pemerintahan dan sosial masyarakat Timor-Timor telah hancur adalah baris
terakhir yanJ EHUEXQ\L ´ 0HQJDUDN NHVLOVLODKDQ NH WHELQJ SHUEDWDVDQ´ -DMDN
pendapat di pulau Timor menyebabkan luka di hati para penduduk sipil sekaligus
luka lahir yang diderita seumur hidup.
21. Bunga Krisan tentang Pemanjat-pemanjat Gunung karya Mars
Mattola
Dua rangkai bunga krisan terbuai-buai
Ditiup angin semilir, pagi-pagi sejuk.
Keduanya merasa terganggu ketika
Serombongan kaki-kaki manusia satu-satu
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Lewat amat dekat menepis-nepis


Batu-batu gunung yang besar-besar
Menimpa mereka dengan tajamnya, selalu
´GLSLNLU-pikir tak habis-habis, kenapa
Manusia-manusia itu banyak-banyak yang
Ingin ke atas. Padahal tidak sedikit-sedikit
Yang jatuh-MDWXK´XMDUNULVDQ\DQJ
Muda-muda yang berputik
Cerlang-cemerlang dengan pelan-pelan.
´PHUHNDWSHPDQMDW-pemanjat gunung,
Ingin dipuja-SXLMLGDQ´WLED-tiba
Ucapan krisan-krisan tua berhenti. Hujan
Menderam-deram tiba-tiba, dan

Mengalir-alirkan air-airnya dan


Menyeret-nyeret kata-kata krisan-krisan
Tua ke lembah yang tiba-tiba sunyi-senyap
Lelawa beterbangan, hari telah sore.
Terdengar hiruk pikuk suara
Pemanjat-SHPDQMDWJXQXQJ´0DQDGLDLWX
DQELOWDOLGLVDQD´NULVDQ-krisan
menutup telinga tidak tega mendengar
mereka membantu yang jatuh.
´NDXGHQJDUODKVDWXODJLWHUSHURVRN´
Ujar krisan tua. Krisan berputik
Cerlang-cemerlang tiba-tiba wajahnya
Kelam, seperti hari yang menyungkup.
Tampak air mata duka mengalir di
Wajahnya, seperti di wajah-wajah batu-batu padas
Yang diberi tahu lelawa. Dan senja pun
Berangkat setia.

Dikutip dari Apresiasi Puis Remaja dalam Mahir Berbahasa


Indonesia kelas X SMA ( Yudhistira, 2006: 87).

a. Analisis Heuristik
1) ´'XDUDQJNDLEXQJDNULVDQWHUEXDL-EXDL´
2) ´'LWLXSDQJLQVHPLOLUSDJL-SDJLVHMXN´
Maksud dua rangkai bunga krisan secara harfiah, yaitu ada dua rangkai
bunga krisan, satu rangkai bunga krisan terdiri dari beberapa tangkai bunga
yang diikat menjadi satu. Dua rangkai bunga krisan itu terbuai-buai, atau
berayun-ayun karena dihembus angin yang mengalun lembut saat pagi hari

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

yang sejuk. Pagi yang sejuk artinya matahari belum bersinar begitu terik,
antara pukul 06.00 sampai pukul 07.00.
3) ´.HGXDQ\DPHUDVDWHUJDQJJXNHWLND´
4) ´6HURPERQJDQNDNL-kaki manusia satu-VDWX´
5) Lewat amat dekat menepis-nepis
Dua rangkai bunga krisan itu merasa risih dan terusik saat serombongan
kaki-kaki manusia satu-satu lewat amat dekat dan menepis-nepis.
Serombongan kaki-kaki manusia melambangkan bahwa ada sekelompok
manusia yang berjalan ke arah bunga-bunga krisan itu. Segerombolan manusia
itu mendekati bunga-bunga krisan dan menebas-nebasnya.
6) ´%DWX-batu gunung yang besar-EHVDU´
7) ´0HQLPSDPHUUHNDGHQJDQWDMDPQ\DVHODOX´
Batu-batu gunung yang berukuran besar menimpa segerombolan manusia
tadi, kata tajam melambangkan kalau batu-batu besar yang menimpa manusia-
manusia tadi, jatuh dan melukai mereka. Batu adalah simbol kesulitan atau
musibah ayng akan menimpa manusaia dalam hidupnya.
8) ´GLSLNLU-pikir tak habis-habis, kenapa
9) Manusia-manusia itu banyak-banyak yang
10) Ingin ke atas. Padahal tidak sedikit-sediki
11) Yang jatuh-MDWXK´XMDUNULVDQ\DQJ
12) Muda-muda yang berputik
13) Cerlang-cemerlang dengan pelan-pelan.
Dua rangkai bunga krisan tadi maksudnya ada dua jenis krisan, yaitu
NULVDQ PXGD GDQ NULVDQ WXD %DULV \DQJ EHUEXQ\L  ´XMDU NULVDQ \DQJ 0XGD-
muda yang berputik cerlang-cemerlang dengan pelan-SHODQ´ menandakan
Krisan-krisan muda saling berbisik membicarakan manusia yang mendatangi
mereka tadi dan menebas-nebas mereka. Mereka membicarakan para pemanjat
yang tidak pernah jera naik gunung, padahal banyak yang jatuh ke jurang.
Berputik cerlang-cemerlang melambangkan kalau krisan muda itu masih
punya masa depan yang cerah, putik melambangkan kalau krisan-krisan tadi
akan berbunga lebih banyak lagi dan menghasilkan keturunan yang banyak.
14) ´ ´PHUHNDWSHPDQMDW-pemanjat gunung,
15) Ingin dipuja-SXLMLGDQ´ WLba-tiba
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

16) Ucapan krisan-krisan tua berhenti. Hujan


17) Menderam-deram tiba-WLEDGDQ´
Lalu terjadi pembicaraan krisan-krisan muda tadi di dengar oleh para
krisan tua. Krisan-krisan tua mengatakan kalau para pemanjat gunung itu tetap
ingin memanjat karena bagi seorang pemanjat gunung, dapat sampai ke
puncak gunung adalah suatu kebanggan. Para pemanjat gunung biasanya ingin
dipuji karena keberaniannya mendaki gunung. Lalu karena hujan turun
menderam-deram melambangkan kalau hujan turun sangat deras
18) ´0HQJDOLr-alirkan air-airnya dan
19) Menyeret-nyeret kata-kata krisan-krisan
20) Tua ke lembah yang tiba-tiba sunyi-VHQ\DS´
Hujan yang deras tadi mengalirkan air yang deras pula. Aliran air tadi
menyeret-nyeret kata-kata krisan-krisan tua maksudnya, air hujan yang
menghujani krisan tua membuat krisan-krisan tua terseret derasnya air dan
mereka jadi berhenti bicara karena kata-kata mereka.mereka ikut hanyut
bersama air yang menerjang mereka. Lembah yang tiba-tiba sunyi-senyap
adalah lambang bahwa baik krisan-krisan muda maupun krisan-krisan tua
tidak berdaya ketika hujan menerjang mereka dan menyeret semua kata-kata
yang mereka ucapkan tadi. Semua menjadi diam.
21) ´/HODZDEHWHUEDQJDQKDULWHODKVRUH´
Lelawa yang beterbangan melambangkan kalau hari sudah mulai malam,
yaitu saat matahari mulai terbenam.
22) Terdengar hiruk pikuk suara
23) Pemanjat-SHPDQMDWJXQXQJ´0DQDGLDLWX
24) DQELOWDOLGLVDQD´NULVDQ-krisan
25) menutup telinga tidak tega mendengar
26) mereka membantu yang jatuh.
27) ´NDXGHQJDUODKVDWXODJXWHUSHURVRN´
28) Ujar krisan tua. Krisan berputik
29) Cerlang-cemerlang tiba-tiba wajahnya
30) Kelam, seperti hari yang menyungkup.
31) Tampak air mata duka mengalir di
32) Wajahnya, seperti di wajah-wajah batu-batu padas
33) Yang diberi tahu lelawa. Dan senja pun
34) Berangkat setia.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Bait terakhir ini secara harfiah menggambarkan kalau saat petang datang,
para pemanjat ada yang terperosok ke jurang. Krisan-krisan muda dan krisan
tua yang mendengar teriakan-teriakan para pemanjat itu tidak tega. Krisan-
krisan itu sangat sedih mendengar jeritan-jeritan para pemanjat yang terjatuh
ke jurang itu.
%DULV\DQJEHUEXQ\L´WDPSDNDLUPDWDGXNDPHQJDOLUGLZDMDKQ\D´DGDODK
lambang kedukaan yang dialami oleh krisan muda dan krisan tua. Lelawa atau
kelelawar yang terbang juga memberitahukan pada seluruh penghuni gunung
bahwa para pemanjat ada yang terperosok ke jurang.
Pada baris ini juga digambarkan kalau pemanjat itu memiliki jiwa setia
kawan dan penolong yang tinggi. Dibuktikan pada baris berikut.
Terdengar hiruk pikuk suara
Pemanjat-SHPDQMDWJXQXQJ´0DQDGLDLWX
DQELOWDOLGLVDQD´
Para pemanjat sibuk menyelamatkan teman-teman mereka yang terperosok
NH MXUDQJ GDQ NDOLPDW ´DPELO WDOL GL VDQD´ PHODPEDQJNDQ EDKZD SDUD
pemanjat itu sebenarnya sudah berhati-hati dan mempersiapkan peralatan yang
lengkap ketika mendaki, namun kondisi alam yang terjal dan hari sudah
hampir petang membuat pandangan mereka terbatas. Baris terakhir yang
EHUEXQ\L´GDQVHQMDSXQEHUDQJNDWVHWLD´PDNVXGQ\DDGDODKVHQMDVHODOXVHWLD
menemani perjuanagn para pemanjat gunung itu sampai mereka tiba di puncak
dan walau pun banyak yang terperosok ke jurang. Senja dapat pula mewakili
akhir waktu yang menjemput para pemanjat untuk kembali pada dunia yang
abadi.
b. Analisis Hermeneutik
Secara keseluruhan makna yang tersirat pada puisi Bunga Krisan tentang
Pemanjat-pemanjat Gunung, yaitu tentang penggambaran perjuanagan para
pemanjat gunung yang berjuang menakhlukkan puncak gunung. Kalau dianalisis
secara hermeneutik, krisan muda dan krisan tua melambangkan para penduduk
yang tinggal di daerah pegunungan. Biasanya bunga krisan banyak tumpuh di
daerah dingin dan sejuk seperti pegunungan. Terjadi percakapan antara krisan
muda dan krisan tua, atau simbol dari para pendiuduk daerah pegunungan. Krisan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

muda adalah simbol penduduk muda dan krisan tua simbol penduduk yang
berusia senja. Mereka membicarakan tentang para pemanjat gunung yang tidak
pernah jera mendaki gunung walaupun telah banyak yang terperosok ke jurang.
Namun, di sisi lain, puisi bunga krisan ini juga dapat menyimbolkan tentang
kehidupan orang-orang yang berjuang keras untuk mencapai puncak kehidupan.
Gunung merupakan simbol kehidupan yang penuh dengan jurang dan bebatuan
keras. Jurang menyimbolkan bahwa di hidup ini banyak hal-hal berbahaya yang
dapat mengancam hidup kita kapan pun. Apabila kita salah melangkah dalam
menjalani hidup, maka kita akan jatuh ke jurang. Jurang adalah simbol
kesengsaraan, penderitaan, bahkan kematian. Bebatuan adalah simbol maslah-
masalh yang akan kita hadapi dalam hidup. Apabila kita tidak berhati-hati, kita
dapat tersandung batu dan jatuh ke jurang tadi. Di pegunungan juga ada hutan
yang menyimbolkan misteri kehidupan. Ada bahaya namun juga ada sumber
kehidupan di hutan. Kita tidak tahu ada apa di dalam hutan bila kita tidak
menjelajahi hutan, begitupn misteri kehidupan, kita tidak akan tahu keunikan dan
keindahan dalam hidup apabila kita takut masuk ke dalam misteri kehidupan.
Dua rangkai bunga krisan adalah simbol manusia yang bijaksana. Ada krisan
tua dan muda. Krisan muda yang dihiasi putik yang cerlang-cemerlang
menandakan kalau krisan itu indah dan penuh kebijkasanaan yang kemduian
dijadikan simbol bagi manusia yang bijaksana tadi.
´PHUHNDWSHPDQMDW-pemanjat gunung,
Ingin dipuja-SXMLGDQ´tiba-tiba
Ucapan krisan-krisan tua berhenti. Hujan
Menderam-deram tiba-tiba, dan
...
Kutipan baris di atas yang menyebutkan kalau pemanjat itu ingin dipuja-puji
menandakan bahwa manusia dalam hidupnya juga ada sifat sombong, ingin
dihargai semua perjuangannya. Krisan tua yang menjadi simbol orang tua yang
bijaksana tidak pernah didengar kata-katanya oleh para pemanjat gunung.
Mengalir-alirkan air-airnya dan
Menyeret-nyeret kata-kata krisan-krisan
Tua ke lembah yang tiba-tiba sunyi-senyap

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Kutipan baris di atas menandakan kalau ucapan bijak krisan-krisan tua tadi
tidak didengar oleh para pemanjat gunung itu. Hujan yang menyeret-nyeret kata-
kata para krisan tua itu melambangkan cobaan yang harus dihadapi para krisan tua
yang selalu setia menasihati para pemanjat itu. Lembah yang sunyi senyap
melambangkan kata-kata krisan tua hanyalah kata-kata yang kosong, sunyi senyap
berarti di lembah itu tidak ada siapa pun dan benda apa pun. Kata-kata para krisan
tua tidak ada yang didengar satu pun oleh para pemanjat gunung.
35) Terdengar hiruk pikuk suara
36) Pemanjat-SHPDQMDWJXQXQJ´0DQDGLDLWX
37) DQELOWDOLGLVDQD´NULVDQ-krisan
38) menutup telinga tidak tega mendengar
39) mereka membantu yang jatuh.
40) ´NDXGHQJDUODKVDWXODJLWHUSHURVRN´
41) Ujar krisan tua. Krisan berputik
42) Cerlang-cemerlang tiba-tiba wajahnya
43) Kelam, seperti hari yang menyungkup.
44) Tampak air mata duka mengalir di
45) Wajahnya, seperti di wajah-wajah batu-batu padas
46) Yang diberi tahu lelawa. Dan senja pun
47) Berangkat setia.
Kutipan bait terakhir di atas, menggambarkan kalau para pemanjat itu ada
beberapa yang terperosok ke jurang, melambangkan kalau beberapa manusia
terjatuh dalam suatu masalah pelik karena tidak mendengarkan nasihat para orang
bijak. Wajah krisan muda yang berputik cerlang-cemerlang tiba-tiba kelam,
menandakan kalau banyak anak muda yang sedih atas kejadian itu. Batu-batu
padas melambangkan kerasnya hati seorang manusia. Namun ketika mendengar
kabar duka, maka hati yang keras seperti batu itu pun dapat pula menangis.
Kalimat dan senja pun berangkat setia melambangkan kalau para pemanjat yang
jatuh terperosok ke jurang dan nyaris meninggal. Senja adalah pintu waktu antara
siang dan malam. Saat siang adalah lambang kehidupan dan malam adlah simbol
kematian. Dapat pula diartikan kalau para manusia yang gagah berani yang
disimbolkan oleh pemanjat gunung tadi, karena salah langkah mereka terjatuh,
mengalami masalah dalam hidupnya padahal belum sampai pada puncak
kehidupan. Puncak yang dimaksud adalah kesejahteraan dan kenyamanan hidup
yang abadi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

22. Ibu karya K. H. A. Mustofa Bisri


Ibu
Kaulah gua teduh
Tempatku bertapa bersamamu
Sekian lama

Kaulah kawah
Dari mana aku meluncur perkasa
Kaulah bumi
Yang tergelar lembut bagiku
Melepas lelah dan nestapa
Gunung yang menjaga mimpiki
Siang dan malam
Mata air yang tak brenti mengalir
Membasahi dahagaku
Telaga tempatku bermain
Berenang dan menyelam

Kaulah ibu, laut dan langit


Yang menjaga lurus hodizonku
Kaulah ibu, mentari dan rembulan
Yang mengawal perjalananku
Mencari jejak sorga
Di telapak kakimu

(tuhan
Aku bersaksi
Ibuku telah melaksanakan amanat-Mu
Maka kasihilah ibuku
Seperti Kau mengasihi
Kekasih-keasih-Mu
Amin)

Dikutip dari Apresiasi Puisi untuk Pelajar dan Mahasiswa dalam Mahir
Berbahasa Indonesia kelas X SMA ( Yudhistira, 2006: 88).

a. Analisis Heuristik
1) ´,EX´
Ibu adalah simbol wanita yang melahirkan kita, ibu bisa berarti kampung
halaman, ibu pun dapat berarti kasih sayang. Namun ibu dapat pula menjadi
sosok antagonis ketika dia memaksakan kehendaknya pada anka-anaknya. Ibu
itu sorga bagi anak-anaknya.
2) ´.DXODKJXDWHGXK´
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

3) ´7HPSDWNXEHUWDSDEHUVDPDPX´
4) ´6HNLDQODPD´
Gua secara harfiah memiliki makna liang atau lubang besar pada kaki
gunung, jadi kalau ibu diibaratkan sebgai gua peneduh, artinya ibu dapat
menjadi tempat kita bersembunyi atau mengasingkan diri Tempat Bertapa
memiliki makna bahwa ibu adalah tempat kita merenung, mejauhkan diri dari
kehidupan dunia dalam waktu yang lama.
5) ´.DXODKNDZDK´
6) ´'DULPDQDDNXPHOXQFXUSHUNDVD´

Kawah memiliki makna kuali besar, kancah, lubang, kepundan, mulut


gunung berapi. Berarti, ibu adalah lubang tempat si aku keluar dengan gagah.
Kalau dimaknai secara benar, kawah artinya adalah rahim ibu, tempat seorang
bayi berada dan lalu lahir menjadi seorang manusia yang sempurna. Kawah
gunung berapi kadang mengeluarkan awan panas dan lahar dingin. Jadi ibu
kadang mengeluarkan amarahnya.
7) ´.DXODKEXPL´
8) ´<DQJWHUJHODUOHPEXWEDJLNX´
9) ´0HOHSDVOHODKGDQQHVWDSD´
Bumi adalah simbol sifat yang menerima dan rendah hati. Bumi juga
tempat yang paling nyaman untuk bersandar. Dikatakan dalam kutipan di atas,
bahwa bumi yang tergelar lembut melambangkan bahwa ibu memiliki sifat
yang lembut dan tempat yang nyaman untuk melepas lelah dan duka.
10) ´*XQXQJ\DQJPHQMDJDPLPSLNX´
11) ´6LDQJGDQPDODP´
Ibu diibaratkan sebagai gunung. Gunung melambangkan sesuatu yang
memiliki kekuatan untuk melindungi. Gunung merupakan lambang keberanian
karena hanya orang-orang yang memiliki keberanian tinggi saja yang mampu
menakhlukkan gunung. Gunung adalah simbol kehidupan sebab di gunung
terdapat jurang yang menyimbolkan bahaya yang mengancam setiap manusia
dalam menjalani hidup. Di gunung juga ada hutan lebat yang misteriu. Kita
tidak akan tahu ada apa di dalam hutan itu apabila kita tidak menjelajahinya.
Begitu pula misteri kehidupan, kita tidak pernah tahu misteri dan hal-hal
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

menarik dalam hidup apabila kita tidak berani menghadapi hal yang belum
terjadi. Pada kutipan baris puisi di atas, gunung dilambangkan sebagai seorang
pengasuh yang selalu menjaga siang dan malam.
12) ´0DWDDLU\DQJWDNEHUKHQWLPHQJDOLU´
Mata air melambangkan cinta ksih yang tidak pernah berhenti diberikan
ibu pada anak-anaknya. Mata air juga melambangkan pengabdian yang selalu
abadi sampai mati.
13) ´0HPEDVDKLGDKDJDNX´
Cinta kasih seorang ibu dapat membasahi dahaga. Membasahi
melambangkan menyembuhkan, dahaga melambangkan luka, Jadi membasahi
dahaga artinya menyembuhkan luka, memenuhi perasaan yang membutuhkan
kasih sayang.
14) ´7HODJDWHPSDWNXEHUPDLQ´
Telaga memiliki acuan genangan air yang bersunber dari berbagai aliran
sungai yang membentuk kolam atau danau. Telaga juga dapat diartikan
sebagai sumber air. Kaitannya dengan ibu, maka telaga adalah sumber ilmu
untuk kita belajar. Namun, telaga juga dapat berati kematian sebab apabila kita
tidak pandai berenang saat bermain di sana, kita bisa mati tenggelam.
15) ´%HUHQDQJGDQPHQ\HODP´
Berenang adalah simbol cara kita akrab dengan ibu yang diwakili oleh
telaga dan menyelam adalah simbol cara kita memahami dalam hati sebuah
telaga (ibu).
16) ´.DXODKLEXODXWGDQODQJLW´
Laut bisa melambangkan kematian ketika kita di sana kita
mempertaruhkan nyawa kita. Langit adalah simbol waktu yang membatasi
semua kegiatan kita. Misalnya langit saat pagi, saatnya kita memulai hari.
Langit pagi juga melambangkan kerja keras sebab saat pagi itulah geliat kaum
buruh dimulai. Saat siang, langit begitu terik karena matahari, melambangkan
bahwa saat itulah kita benar-benar bekerja keras. Saat langit senja adalah
lambang kepuasan bagi para buruh tadi. Mereka pulang membawa hasil. Jadi,

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

kalau ibu disimbolkan sebagai langit, maka ibu adalah pengatur semua
kegiatan kita.
17) ´<DQJPHQMDJDOXUXVKRUL]RQNX´
+RUL]RQ´ VHFDUD KDUILDK PHQJDFX SDGD ODQJLW EDJLDQ EDZDK \DQJ
berbatasan dengan permukaan bumi atau laut, kaki langit dan cakrawala.
´+RUL]RQ´ GL SXLVL LQL DGDODK VLPERO KXEXQJDQ DQWDUD PDQXVLD GHQJDQ
manusia. Jadi ibu itu adalah tatanan sosial yang menjaga hubungan baik
antarmanusia.
18) ´.DXODKLEXPHQWDULGDQUHPEXODQ´
Matahari selalu ada saat pagi sampai petang dan bulan ada saat malam
hari. Jadi matahari dan rembulan melambangkan sosok seorang teman, bisa
juga sebagai penjaga.
19) ´<DQJPHQJDZDOSHUMDODQDQNX´
20) ³0HQFDULMHMDNVRUJD´
21) ³'LWHODSDNNDNLPX´
Teman tadilah yang menuntun anaknya mencari jejak sorga. mencari jejak
sorga adalah simbol pengabdian seorang anak pada sang ibu. Kalimat di
telapak kakimu melambangkan bahwa sorga ibu ada di telapak kaki ibu.
22) (tuhan
23) Aku bersaksi
24) Ibuku telah melaksanakan amanat-Mu
25) Maka kasihilah ibuku
26) Seperti Kau mengasihi
27) Kekasih-keasih-Mu
28) Amin)
Baris ke 22 sampai 28 merupakan simbol bahwa sosok ibu adalah kekasih
Tuhan. Ibu adalah malaikat yang mengemban dan melaksanakan amanat dari
Tuhan di dunia.
b. Analisis Hermeneutik
Ibu
Kaulah gua teduh
Tempatku bertapa bersamamu
Sekian lama
Kata kunci yang merupakan tanda adalaha gua teduh. Gua teduh merupakan
simbol tempat yang asing namun nyaman untuk menyepi dari segala masalah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

dunia. Orang-orang zaman dahulu banyak yang menyepi atau bertapa di gua untuk
mendapatkan ketenangan hidup, mendekatkan diri pada Sang pencipta, dan
menghindari dari sifat materialis. Jadi ibu adalah tempat kita untuk menenangkan
diri dan mendekati Tuhan. Melupakan semua masalah duniawi.
Kaulah kawah
Dari mana aku meluncur perkasa
Kawah, biasanya terdapat di gunung-gunung berapi. Kawah adalah mulut
gunung berapi, dari situlah lahar dingin keluar dan awan panas keluar. Kalau ibu
diibaratkan sebagai kawah, maka kawah itu adalah harihmnya, harim orang yang
melahirkan kita. Ibu sebenarnya adalah orang yang paling menyayangi dan
mencintai kita dibanding siapapun. Dia rela berbagi tubuh, makanan, dan nyaris
mati demi melahirkan anak-anaknya.
Kaulah bumi
Yang tergelar lembut bagiku
Melepas lelah dan nestapa
Ibu disimbolkan sebagai bumi. Bumi adalah simbol sifat rendah hati, sifat
mau menerima dan sabar walaupun kadang diperlakukan kasar. bumi kalau secara
harfiah adalah tempat yang mau menerima bagaimana pun perlakuan manusia
terhadapnya. Manusia mengeksploitasi, mengeruk segala yang ada di dalamnya.
Namun, bumi tetap sabar dan menrima perlakuan itu. Begitulah sifat ibu, rendah
hati, sabar, dan ikhlas. Sifat lembut itu juga yang membuat manusia betah berada
di bumi. Begitu pun seorang anak, apabila dia sudah berada di pangkuan ibunya,
maka dia akan merasa teduh, dan melupakan luka dan nestapanya.
Gunung yang menjaga mimpiku
Siang dan malam
Gunung, menyimbolkan sesuatu yang besar dan memiliki kekuatan untuk
menjaga. Gunung adalah sifat yang kuat, gunung adalah sesuatu yang
mengantarkan manusia pada suatu puncak kebahagiaan. Kalau ibu disimbolkan
sebagai gunung, maka ibu adalah sesuatu yang akan mengantarkan anaknya pada
suatu puncak kehidupan dan akan menjaga mimpinya di siang dan malam. Siang
menyimbolkan saat sang anak meninggalkan ibu untuk urusan dunia dan malam
adalah saat si anak kembali pada Tuhan. Kembali pada Tuhan bukan berarti
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

manusia mati. Namun manusia kembali mendekatkan diri pada-Nya. Beribadah


pada-Nya. Ibu akan menjaga sang anak dalam keadaana apa pun. Bahkan saat
sang anak terlelap saat malam.
Mata air yang tak brenti mengalir
Membasahi dahagaku
Mata air melambangkan cinta kasih yang tak pernah habis.kalau dihubungkan
dengan dunia nyata, mata air adalah sumber air yang jenih dan tidak pernah
kering. Mata air juga sebagai sumber kehidupan bagi semua makhluk. Begitu pula
cinta kasih seorang ibu, selalu ada dan tidak pernah habis. Membasahi dahaga
melambangkan kalau ibu selalu memberi kebahagiaan untuk anaknya. Mengisi
hati kita dengan kebahagian dan kebaikan.
Mata air juga dapat melambangkan cermin yang jernih. Dengan cermin yang
bening itu, manusia dapat merefleksi diri dan memperbaiki diri. Ibu pemberi
nasihat yang baik.
Telaga tempatku bermain
Berenang dan menyelam
Telaga adalah simbol kebijaksanaan karena di sana semua air mengalir
menuju telaga, baik itu air bersih maupun air kotor, sampah, semua berkumpul di
sana. Ibu mau menerima anaknya dalam keadaan apa pun. Dia baik atau nakal,
sang ibu tetaplah seorang yang bijaksana. Telaga juga merupakan genangan air
yang dalam dan tidak ada tahu dalamnya kalau tidak diselami. Begitu pula ibu.
Seorang anak tidak bisa memahami sifat, kebiasaan, dan jalan pikiran ibu kalau
dia tidak menyelami hatinya dan mengakrabinya.
Kaulah ibu, laut dan langit
Yang menjaga lurus hodizonku
Laut adalah simbol kematian. Manusia ketika berada di laut berarti dia
bertaruh dengan kematian. Apabila dia tidak bisa berenang atau mempertahan diri,
maka manusia itu akan mati tenggelam. Begitu pun ibu. Apabila si anak tidak
berbakti, tidak bisa memahaminya maka nerakalah tempat dia. Langit adalah atap
dunia, langit itu letakknya di atas, jadi melambangkan Tuhan. Tuhan yang
menjaga ibu. Akan tetapi, laut dapat pula berarti cerminan langit. Kalau langit
biru, laut pun biru, kalau langit jingga maka laut pun jingga. Jadi laut dan langit
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

yang dimaksud dalam puisi ini adalah hubungan yang terjadi antara ibu dan
Tuhan. Horizon, yaitu langit bagian bawah yang menjadi simbol dari sang anak.
Laut dan langit akan menjaga horizon agar tetap tegak. Maksudnya apabila si anak
menjaga hubungan baik dengan Ibu, maka dia akan memiliki hubungan yang baik
pula dengan Tuhan. Ridha Allah ridha orang tua.
...
Yang mengawal perjalananku
Mencari jejak sorga
Di telapak kakimu
Mentari muncul saat siang dan bulan muncul saat malam. Mereka selalu
bergantian menyinari bumi. Artinya, matahari dan rembulan adalah sahabat,
teman kita yang selalu menemani saat siang dan malam. Siang adalah simbol
kebahagiaan karena kecerahan sinar matahari dan langit yang biru. Malam adalah
simbol kedukaan karena langit gelap. Saat langit gelap, rembulan datang untuk
memberi cahaya pada malam sehingga kedukaan itu menjadi indah. Matahari dan
bulan dapat pula diartikan sebagai penuntun saat gelap dan terang untuk mendapat
sorgaa Tuhan. Sorga berada di telapak kaki ibu, apabila seorang anak berbakti, dia
akan mendapat surga. Bait terakhir menandakan kalau si aku sedang mendoakan
ibunya. Dia berharap Tuhan mengasihi ibunya karena sang ibu telah
melaksanakan amanat Tuhan dengan baik.
...
Ibuku telah melaksanakan amanat-Mu
Maka kasihilah ibuku
Seperti Kau mengasihi
Kekasih-keasih-Mu
Amin)
23. Narkotik karya Siti Rohaya
Dia memang membuat kita melayang
Melayang seperti di surga
Yang membuat kita hanyut
Dalam kenikmatan ....

Tapi sadarlah kawan


Dia hanya memperbudak kita
Dia akan menghancurkan hidupmu
Menghancurkan masa depanmu
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Setelah kau hancur


Kau akan diejek dan ditertawakan
Negeri ini akan hancur
Bila semua pemuda diperbudak olehnya
Ingatlah kawan
Masih banyak yang harus kau lakukan
Selain diperbudak olehnya.

Dikutip dari Apresiasi Puis Remaja dalam Mahir Berbahasa


Indonesia kelas X SMA ( Yudhistira, 2006: 111).

a. Analisis Heuristik
1) ³'LDPHPDQJPHPEXDWNLWDPHOD\DQJ³
Kata dia mengacu pada narkotik, yang mebuat kita melayang. Melayang
dapat diartikan terbang, berimajinasi tentang hal-hal yang tidak masuk akal,
berbuat melampaui batas kewajaran dan tidak peduli sekitar.
2) ³0HOD\DQJVHSHUWLGLVXUJD³
Surga memiliki makna tempat nyaman, indah dan semua yang diinginkan
manusia bisa terpenuhi. Surga dapat pula tempat bidadari dan para malaikat,
tempat orang-orang berbudi baik setelah ditimbang amal baiknya lebih banyak
daripada amal buruknya. Surga dalah ibu sebab di telapak kakinyalah surga
ada.
3) ³<DQJPHPEXDWNLWDKDQ\XW³
Kalau narkotika dikatakan membuat kita hanyut, berarti narkotika adalah
arus deras yang sangat berbahaya dan dapat merenggut nyawa kita dari jasad
kita.
4) ³'DODPNHQLNPDWDQ´
Kenikmatan yang dimaksud dalam puisi ini adalah kenikmatan sesaat
akibat halusinasi yang ditimbulkan efek candu narkotika.
5) ´7DSLVDGDUODKNDZDQ´
6) ´'LDKDQ\DPHPSHUEXGDNNLWD´
Kata memperbudak memiliki makna menjadikan kita orang suruhan yang
harus mau melakukan apa yang diperintahkan narkotika. Narkotika adalah
simbol kekuasaan absolut yang berwujud benda.
7) ´'LDDNDQPHQJKDQFXUNDQKLGXSPX´
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

8) ´0HQJKDQFXUNDQPDVDGHSDQPX´
Narkotika adalah mesin penghancur, contohnya blemder yang mampu
menghancurkan buah dan mengubahnya menjadi jus sehingga wujud utuh dari
buah itu sudah tidak terlihat. Begitu juga narkotika. Dia akan menghancurkan
hidup manusia sampai tidak ada yang tersisa,
9) ´6HWHODKNDXKDQFXU´
10) ´.DXDNDQGLHMHNGDQGLWHUWDZDNDQ´
Setelah hidup kita hancur, narkotika akan menertawakan kehancuran kita.
Narkotika akan menghina kita habis-habisa.
11) ´1HJHULLQLDNDQKDQFXU´
12) ´%LODVHPXDSHPXGDGLSHUEXGDNROHKQ\D´
Suatu bangsa akan hancur apabila kaum pemudanya sudah menjadi
pengikut narkotika. Narkotika seolah menjadi pemimpin di negeri ini.
Narkotika adalah presiden yang mempunyai kekuasaan atas semua kebijakan
di negeri yang dia pimpin.
13) ´,QJDWODKNDZDQ´
14) ³0DVLKEDQ\DN\DQJKDUXVNDXODNXNDQ³
15) ³6HODLQGLSHUEXGDNROHKQ\D³
Kata diperbudak memiliki makna bahwa narkotika akan mengendalikan
dan menguasai penuh hidup manusia. Dia merampas hak manusia untuk hidup
normal. Masih banyak hal yang bisa dilakukan selain mengabdi pada
narkotika. Jangan sampai mengalah pada narkotika.
b. Analisis Hermeneutik
Puisi berjudul Narkotik apabila dimaknai secara utuh memiliki makna bahwa
narkotika diibaratkan sebagai raja yang memiliki kepemimpinan absolut yang
tidak bisa dilawan apabila sudah berada di wilayah kekuasaannya. Raja yang
absolut akan memperbudak semua bawahan dan pengkutnya. Semua harus
mematuhi perintahnya. Awalnya sang raja akan menjanjikan kehidupan yang
makmur dan kesenangan abadi bagi rakyatnya. Rakyat akan terbuai janji-janji
manis sang raja. Seperti para pejabat yang sedang kampanye, mereka menawarkan

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

ini dan itu, menjanjikan harga kebutuhan yang murah, kesehatan terjamin, dan
hidup damai dan aman.
Pelan-pelan sang raja absolut akan mulai membuat kebijakan-kebijakan yang
menyimpang dari hati nurani manusia. Kebijakan yang dia buat akan
menyengsarakan rakyatnya. Dia mulai menggerogoti hak-hak asasi kemanusiaan
yang dimiliki rakyatnya. Rakyat dipaksa mengikuti titahnya. Rakyat digiring pada
suatu tempat yang penuh dengan kebahagiaan yang semu. Namun, rakyat itu tidak
menyadari bahwa mereka sedang dihipnotis oleh racun sang raja. Mereka hanya
menuruti karena mereka sudah kecanduan kenikmatan semu yang diberikan sang
raja.
Sulit bagi rakyat-rakyat itu untuk lepas dari pengaruh hipnotis sang raja. Sang
raja mempunyai kebijakan yang amat ketat. Apabila rakyat berusaha melarikan
diri, maka siksaan yang menyakitkan akan mereka terima. Siksaan itu akibat sang
raja tidak memberikan penawar racun yang telah diam-diam dia masukkan ke
dalam tubuh rakyatnya. Namun, sang raja melupakan sesuatu. Bahwa mungkin dia
adalah raja dunia yang mutlak kepemimpinannya. Sang raja lupa kalau yang
menciptakan dunia yang dia kuasai adalah Tuhan yang juga memiliki kekuasaan
absolut. Tuhan bisa masuk dan menjadi kekuatan bagi rakyat untuk melawan sang
raja. Tuhan meberikan cinta, memberikan keyakinan yang teguh, dan kekuatan
semangat yang luar biasa untuk melawan tirani sang raja.
24. Gaun Burung Gagak karya Daroteha Rosa Herliany
Akhirnya kubaca
Barisbaris sajak yang kau tulis
pada sayapsayap burung gagak
hanya kehitaman dan kekeh kelaparan
yang mengerikan, bukitbukit, padang
rumput, dan perkampungan tanpa
penghuni
tanah siapakah ini? Pada penantian
yang tak pernah pasti (aku atau
satwa liar itu?)

dan sajaksajak, bagai sungai,


terus mengalir
tapi, lihatlah!
Burung-burung gagak itu menggugurkan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Bulubulu sayapnya untuk mengganti


Gaunmu yang telah tua.

Dikutip dari Angakatan 2000 dalam Sastra Indonesia dalam Mahir


Berbahasa Indonesia kelas X SMA ( Yudhistira, 2006: 140-141)

a. Analisis Heuristik
1) ³$NKLUQ\DNXEDFD´
2) ´%DULVEDULVVDMDN\DQJNDXWXOLV´
Kalimat nomor satu berarti kalau si aku sudah dapat membaca,
menganalisis, menyelami, dan mengakrabi baris puisi yang ditulis oleh
VHVHRUDQJ \DQJ GLVLPERONDQ GHQJDQ NDWD ´NDX´ ´%DULV-EDULV VDMDN´
menunjukkan kalau puisi yang ditulis berbait-bait. Sajak dapat berarti
ungkapan kesedihan, ungkapan kebahagiaan, ataupun kemarahan dan harapan
yang dituangkan dalam bentuk tilisan. Sajak juga dapt berarti harapan, bahkan
keputusasaan.
3) ³SDGDVD\DSVD\DSEXUXQJJDJDN´
6DMDN \DQJ GLWLOLV ROHK ³NDX´ WDGL GLWRUHKNDQ SDGD sayap burung gagak.
Sayap-sayap burung gagak memiliki makna alat gerak burung gagak yang
warnanya hitam. Burung gagak itu simbol kegelapan, kematian, dan kejahatan.
Burung gagak juga dapat berarti malaikat pencabut nyawa.
4) ´KDQ\DNHKLWDPDQGDQNHNHKNHODSDUDQ´
5) ´\DQJPHQJHULNDQEXNLWEXNLWSDGDQJ´
6) ´UXPSXWGDQSHUNDPSXQJDQWDQSD´
7) ´SHQJKXQL´
Apabila melihat dan memaknai secara harfiah kutipan baris empat sampai
NH WXMXK ´NHNHK NHODSDUDQ´ GDSDW GLDUWLNDQ VHEDJDL VLPERO NHPLVNLQDQ
kemelaratan. Simbol ketidakberdayaan manusia menghadapi kedatangan
gagak hitam sebagai simbol malaikat pencabut nyawa atau kematian. Kekeh
kelaparan itu terdengar mengerikan dari sebuah perkampungan yang kosong
tidak satu pun penduduk yang mendiaminya. Padang rumput dan bukit pun
mendengar jeritan gagak hitam itu. Padang rumput memiliki acuan sebuah

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

lapangan yang ditumbuhi rerumputan, biasanya digunakan oleh petani untuk


menggemabala ternak.
8) ³WDQDKVLDSDNDKLQL"3DGDSHQDQWLDQ´
9) ³\DQJWDNSHUQDKSDVWL DNXDWDX
10) satwa liar itX" ´
6L DNX EHUWDQ\D SDGD VRVRN \DQJ GLVLPERONDQ GHQJDQ ´NDX´ WDGL 'LD
menanti jawaban dari sosok kau siapakah yang berhak atas tanah yang
diperebutkan si aku dengan burung gagak hitam itu. Penantian yang tak pasti
menandakan kalau jawaban dari si kau tidak tahu kapan akan diberikan pada si
aku yang bertanya. Satwa liar yang dimaksud dalam bait di atas adalah burung
gagak hitam.
11) ´GDQVDMDNVDMDNEDJDLVXQJDL´
12) ´WHUXVPHQJDOLU´
Sajak-sajak yang tertulis di sayap burung gagak tadi adalah tulisan yang
terurai apa adanya seperti air sungai yang mengalir sesuai arus. Kalau arus
deras maka debit airnya pun deras. Begitu pun sebaliknya.
13) ´WDSLOLKDWODK´
14) ´%XUXQJ-EXUXQJJDJDNLWXPHQJJXJXUNDQ´
15) ´%XOXEXOXVD\DSQ\DXQWXNPHQJJDQWL´
16) ´*DXQPX\DQJWHODKWXD´
Secara harfiah, kutipan bait di atas dapat peneliti jelaskan, yaitu burung-
EXUXQJJDJDNWDGLPHQJJXJXUNDQ´VD\DSQ\D´XQWXNPHQJJDQWLJDXQWXD\DQJ
GLSDNDL VL ´NDX´ %XOX-bulu yang terdapat di sayap burung gagak hitam tadi
NLQLGLSDNDLROHKVL´NDX´
b. Analisis Hermeneutik
Akhirnya kubaca
Barisbaris sajak yang kau tulis
pada sayapsayap burung gagak
Makna kutipan baris di atas, yaitu si aku pada akhirnya dapat memahami
GDQPHQJHUWLDSD \DQJ GLLQJLQNDQVL ³NDX³³%DULVEDULVVDMDN³ DGDODKVLPERl
WDNGLU\DQJVHEHQDUQ\DEXNDQGLWXOLVROHKVL³NDX³WHWDSLROHK7XKDQ6L³NDX³
hanya mencoba menerjemahkan dan menerima takdirnya. Burung gagak adalah
simbol kematian, kegelapan, kejahatan pun bisa. Namun dari beberapa
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

pemaknaan tadi yang paling cocok adalah simbol kematian. Alasan peneliti
menerjemahkan demikian dapat dilihat pada bait di bawah ini.
hanya kehitaman dan kekeh kelaparan
yang mengerikan, bukitbukit, padang
rumput, dan perkampungan tanpa
penghuni
tanah siapakah ini? Pada penantian
yang tak pernah pasti (aku atau
satwa liar itu?)
kekeh kelaparan adalah simbol kemiskinan, ketidakpunyaanm
ketidakmampuan melawan takdir karena tidak mempunyai daya dan tenaga.
Kehitaman adalah simbol kesia-siaan, kematian. Lalu pada baris yang
EHUEXQ\L ´SDGD SHQDQWLDQ \DQJ WDN SHUQDK SDVWL´ PHQ\LPERONDQ EDKZD
kematian dapat datang kapan pun tanpa manusia tahu kapan dia datang.
Namun kematian pasti datang.
Sajak yang ada di sayap burung gagak adalah simbol takdir. Takdir
mengalai bagai air sungai yang mengalis sesuai arah arus. Takdir pun begitu.
Tuhan telah menuliskan takdir setiap umat-Nya. Takdir itu di kehidupan
manusia akan berjalan sesuai arah yang dikendalikan Tuhan. Burung gagak
hitam adalah simbol kematian, malaikat pencabut nyawa. Karena si ´NDX´
VXGDK WLGDN EHUGD\D \DQJ GLVLPERONDQ GHQJDQ NDWD ´NHNHK NHODSDUDQ´ WDGL
PDND7XKDQPHPHULQWDKNDQEXUXQJJDJDNXQWXNPHQJJDQWLNDQJDXQVL´NDX´
yang telah tua. Gaun yang sudah tua menyimbolkan sesosok raga yang telah
tua. Menggantikan maksudnya si EXUXQJJDJDNKLWDPWDGLPHQMHPSXWVL´NDX´
untuk menemui ajalnya atau mati.
25. Kuantar Kau sampai Stasiun Senen karya Aslan A. Abidin
Setelah mengucap selamat tinggal pada semua
Yang mungkin bernama pertemuan, kita kemudian berpelukan. Kau
Menyodorkan selembar potretmu
Untuk apa?

´VHQ\XPNXDEDGLGLVLWX´WHULDNPXGDULMHQGHODNHUHWDGLSHURQ
Orang-orang bising bercakap.

Pernah ku bangun sebuah rumah di batinku untukmu, di situ


Kubayangkan kau tersenyum menyiram bunga di halaman
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Cinta, memang pernah membuatku menginginkan kau


Jadi bagian dari keseluruhan nasibku, di luar dari kesedihan
Ini tentunya.

Tapi kini, kereta berderak menjauh, kau melambai, aku ngungun


Tertegun, untuk apa? Kita mungkin seperti rel yang menggulirkan
Keretamu itu, beriringan, berdampingan, tapi tak pernah bertemu
Dalam satu titik. Senyumku abadi di situ.

Dikutip dari Angkatan 2000 dalam Sastra Indonesia dalam Mahir


Berbahasa Indonesia kelas X SMA ( Yudhistira, 2006: 149)
a. Analisis Heuristik
Bait pertama di atas dapat dijelaskan bahwa si aku mengucapkan kata
perpisahan pada pertemuan. Kata pertemuan memiliki makna jalinan
hunungan baik antara seseorang dengan orang lain. Pertemuan dapat pula
berarti perwujudan nyata keinginan dalam diri seseorang yang kuat akan suatu
hal. Pertemuan dapat pula berarti perpisahan sebab keduanya selalu beriringan.
Pertemuan adalah sesuatu yang tidak abadi. Si aku dan dan seseorang yang dia
VHEXW ´NDX´ EHUSHOXNDQ VHEDJDL WDQGD SHUSLVDKDQ 6L ´NDX´ PHPEHULNDQ
selebar kertas yang bergambar dirinya sedang tersenyum pada si aku.
1) ´VHQ\XPNXDEDGLGLVLWX´WHULDNPXGDULMHQGHODNHUHWDGLSHURQ
2) ´2UDQJ-RUDQJELVLQJEHUFDNDS´
Si kau menjawab pertanyaan si aku bahwa mengapa si kau memberikan
gambar dirinya. .DOLPDW´WHULDNPXGDULMHQGHOD NHUHWDGL SHron orang-orang
ELVLQJ EHUFDNDS´ PHQDQGDNDQ NDODX VWDVLXQ VDDW LWX VDQJDW UDPDL GDQ SHQXK
dengan orang-orang yang berbincang-bincang dengan suara yang keras
sehingga mengharuskan si kau berteriak untuk dapat berbicara dengan si aku.
3) ´3HUQDKNXEDQJXQVHEXDKUXPDKGLEDWLQNXXQWXNPXGLVLWX´
4) ´.XED\DQJNDQNDXWHUVHQ\XPPHQ\LUDPEXQJDGLKDODPDQ´
Si aku pernah membangun sebuah rumah di hatinya untuk si kau. rumah
menandakan bahwa si aku pernah mempunyai harapan yang sangat kuat
tHUKDGDSVLNDX´5umah´ dapat pula menandakan sebuah perasaan cinta yang
kuat. Seseorang tidak mungkin membangun sebuah rumah tanpa ada

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

perencanaan yang kuat baik dari segi rancangan bangunan, struktur tanah, dan
biaya yang diperlukan untuk membangun rumah.
5) ´&LQWD PHPDQJ SHrnah membuatku menginginkan kau. rumah yang
WHUEDQJXQNRNRKGDQWHUHQFDQDGHQJDQEDLN´
Cinta yang dimiliki oleh si aku pernah membuatnya menginginkan si
´NDX´  XQWXN PHQMDGL UXPDK EXDW VL DNX &LQWD PHQDQGDNDQ NHLQJLQDQ \DQJ
kuat yang datang dari hati. Cinta dapat pula berarti rumah tempat kita
berteduh, berlindung, tempat yang paling nyaman. Cinta dapat berarti pisau
tajam yang dapat melukai kita bila kita tidak hati-hati menggunakannya.
6) ´-DGL EDJLDQ GDUL NHVHOXUXKDQ QDVLENX GL OXDU GDUL NHVHGLKDn Ini
WHQWXQ\D´
Bagi si aku, si kau dulu adalah bagian dari nasibnya. Nasib menandakan
kalau si kau adalah takdir untuk si aku yang telah ditentukan Tuhan.
Kesedihan adalah simbol kekecewaan, sakit hati, kesedihan juga
menyimbolkan kalau cinta yang GLUDVDNDQ VL DNX WHUKDGDS VL ³NDX´ VDQJDW
kuat. Kesedihan dapat pula berarti
7) ´7DSLNLQLNHUHWDEHUGHUDNPHQMDXKNDXPHODPEDLDNXQJXQJXQ´
Kereta dapat berarti waktu, waktu yang membatasi kegiatan manusia.
Kereta adalah orang ketiga yang merebuW VL ³NDX´ GDUL VL DNX NHUHWD
melambangkan jembatan yang menghubungkan antara pertemuan dan
perpisahan. Kereta juga simbol kematian. Kereta adalah pembunuh. Beberapa
fenomena terbunuhnya manusia ada yang terjadi di sarana transportasi, seperti
kereta, bus, pesawat terbang, bahkan kapal laut.
8) ´7HUWHJXQXQWXNDSD".LWDPXQJNLQVHSHUWLUHO\DQJPHQJJXOLUNDQ´
9) ´.HUHWDPXLWXEHULULQJDQEHUGDPSLQJDQWDSLWDNSHUQDKEHUWHPX´
10) ´'DODPVDWXWLWLN6HQ\XPNXDEDGLGLVLWX´
Rel merupakan simbol dua hal yang saling berdampingan namun tidak
dapat bersatu. rel melambangkan persaudaraan dan persahabatn yang setia.
Karena terus beriringan dan berdampingan. Satu titik melambangkan sebuah
pertemuan yang abadi, satu titik adalah simbol pernikahan. Satu titik artinya
akhir dari semua hal
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

b. Analisis Hermeneutik
Puisi Kuantar Kau sampai Stasiun Senen karya Aslan A. Abidin
menggambarkan suasana yang membingungkan bagi dua orang yang sedang
berada di sebuah stasiun. Ada konflik batin di hati keduanya. Si aku merasa kalau
SHUWHPXDQQ\DGHQJDQVL´NDX´VDPDGHQJDQSHUWHPXDQDQWDUDVWDVLXQGDQNHUHWD
Stasiun dan kereta hanya bertemu sebentar. Kereta singgah di stasiun sekitar 15-
20 menit saja. Apabila tiba saatnya, kereta harus segera berangkat ke tempat lain
atau ke stasiun lain. Dapat peneliti katakan hunungan yang terjalin antara si aku
GDQVL´NDX´DGDODKNLVDKFLQWD\DQJGDSDWGLLEDUDWNDQVHSHUWLNHUHWDGDQVWDVLXQ
Si aku adalah stasiun dan si kau adalah kereta. Stasiun adalah sebuah bangunan
yang kokoh, penuh emosi, saksi bisu bertemu dan berpisahnya suatu harapan,
kebahagiaan. Stasiun adalah lambang kekuatan dari sebuah perasaan kehilangan.
Stasiun adalah korban dari ketidaksetiaan kereta yang suka pergi dan datang
sesuai kebutuhannya. Kereta hanya akan datang ke suatu stasiun jika ada yang
membutuhkan kereta itu. Si aku diibaratkan sebagai stasiun sebab si aku tegar dan
pasrah saat si kau pergi meninggalkannya.
6WDVLXQEDJLVLDNXDGDODKSHUSLVDKDQDQWDUDGLULQ\DGDQVL³NDX´6LNDXEDJL
si aku adalah kekasihnya. Cinta antara dia dengan kekasihnya harus berakhir
karena jarak yang memisahkan mereka. Mereka berdua seperti rel. Mereka
mengaku tidak pernah dapat berpisah, dibuktikan dengan kutipan baris
Tertegun, untuk apa? Kita mungkin seperti rel yang menggulirkan
Keretamu itu, beriringan, berdampingan, tapi tak pernah bertemu
Dalam satu titik. Senyumku abadi di situ.
Senyum yang diberikan secara abadi dalam potret adalah simbol rasa sayang
yang abadi. Namun rasa sayang tersebut hanyalah sebuah memorial atau
pengingat bahwa antara mereka pernah ada percintaan. Kalau dilogika potret
adalah sebuah rekaman dalam bentuk dua dimensi dan biasanya terjadi sebelum si
aku membicarakan tentang potret tadi. Potret biasanya sebagai kenang-kenang
agar selalu ingat dengan masa lalu. Si pemilik potret tahu kalau dia tidak akan
kembali pada masa lalu. Oleh karena itu, potretlah yang menjadi pelipur lara.
Si aku menerina potret tadi lalu menjadi kenangan anatar dua orang yang
saling menyayangi namun tidak dapat bersatu. Potret tadi hanyalah simbol
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

kenangan masa lalu hanya dapat dinikmati dan dikenang, tidak dapat diulang lagi.
Dia seperti potret, benda mati yang merekam setiap kejadian di masa lalu.
26. Dermaga Rindu karya Moh. Hamzah Arsa
Alangkah ramah pohon-pohon
Trembesi
Mengusap galauku kala matahari

Yang kutunggu di ubun waktu


Hanyalah sunyi orkestra piano masa lalu
Kupetik langit-langit kesadaranku

Dengan jemari gerimis saat kuketuk


Pintu masa silam anak-anak
Langti biru lautpun biru

Amboi kapal-kapal zaman dulu


Kau tambatkan di hati pelangi
Kini melayarkan selaksa naluri
Ke dermaga rindu.

Dikutip dari Horizon dalam Mahir Berbahasa Indonesia kelas X


SMA ( Yudhistira, 2006: 171).

a. Analisis Heuristik
1) ´$ODQJNDKUDPDKSRKRQ-pohon
7UHPEHVL´
Kata ramah memiliki acuan sifat baik hati dan menarik budi bahasanya;
manis tutur kata dan sikapnya (terhadap semua orang), suka bergaul dan
menyenangkan dalam pergaulan. Pohon trembesi adalah Pohon yang mahkota
daun menyerupai payung dan lebar, memiliki nama latin Pipturus incanus
(KBBI, 2008: 1730). Secara harfiah kalimat nomor satu di atas dapat diartikan
kalu pohon-pohon trembesi memiliki sikap yang baik hati dan menyenangkan
dalam pergaulan.
2) ´0HQJXVDSJDODXNXNDODPDWDKDUL´
Keramahan pohon trembesi tadi mampu mengusap rasa galau saat
matahari datang. Kata galau memiliki makna kekacauan yang ada dalam diri
seseorang. Kata matahari memiliki makna hari yang panas dan terik.
3) ´<DQJNXWXQJJXGLXEXQZDNWX´
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

ubun waktu memiliki makna ujung waktu, akhir penantian akan suatu hal,
akhir waktu, batas waktu.
4) ³+DQ\DODKVXQ\LRUNHVWUDSLDQRPDVDODOX´
Yang terdengar hanya orkestra piano masa lalu. Orkestra secara harfiah
memiliki makna rombongan pemain musik bersama seperangkat alat
musiknya atau musik yang dimainkan secara bersama. Kata piano secara
denotatif memiliki makna alat musik berdawai baja, yang dibunyikan dengan
memukulkan palu-paluan pada dawai itu dan dimainkan dengan menekan
tutsnya. Piano biasa dimainkan untuk lagu yang lembut. Kata masa lalu
apabila diartikan secara leksikal mengacu pada waktu yang telah selesai atau
berlalu, kejadian di masa lampau, kejadian yang telah terjadi.
5) ´.XSHWLNODQJLW-ODQJLWNHVDGDUDQNX´
Langit-lngit kesadaran memiliki makna kesadaran yang paling atas paling
tinggi. Langit adalah simbol sesuatu yang ada di atas atau terletak di tempat
yang tinggi. Letakknya yang di ketinggian, sehingga si aku harus memetiknya
seperti bunga-bunga atau dedaunan yang ada di dahan yang tinggi.
6) ³'HQJDQMHPDULJHULPLVVDDWNXNHWXN´
7) ³3LQWu masa silam anak-DQDN´
Jemari gerimis secara harfiah mengacu pada air hujan yang turun tidak
begitu deras yang turun dari langit. Jemari gerimis juga dapat diartikan
sebagai air mata. Si aku merasa sedih sampai dia menangis saat mengetuk
pintu masa silam anak-DQDNQ\D 0DNQD ³NXNHWXN SLQWX PDVD VLODP´ DGDODK
mengenang kejadian yang telah terjadi di masa lalu bersama anak-anaknya.
8) ³/DQJWLELUXODXWSXQELUX´
Langit adalah simbol Tuhan dan laut adalah simbol kehendak-Nya. Kalau
Tuhan mengatakan biri, maka jadilah biru. Biru pada baris ini adalah takdir
7XKDQ .DODX 7XKDQ PHQXOLVNDQ ³D´ PDND ³D´ WHUMDGLODK Seperti laut dan
langit. Apabila langit cerah, laut pun cerah.
9) ³$PERLNDSDO-NDSDO]DPDQGXOX´

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Kapal melambangkan ingatan-ingatan yang membawa si aku kembali


pada masa lalunya. Kapal-kapal juga dapat diartikan kejadian yang terjadi di
masa lalu atau orang-orang yang terlibat dalam kejadian masa lalu.
10) ³.DXWDPEDWNDQGLKDWLSHODQJL´
Hati pelangi, melambangkan hati yang ceria. Pelangi ada setelah hujan.
Pelangi berwarna-warni. Jadi warna yang beraneka ragam itulah yang
melambangkan keceriaan. Menurut KBBI, pelangi memiliki definisi lengkung
warna spektrum di langit sebagai akibat pembiasan sinar matahari oleh titik-
titik hujan atau embun; warna yang beraneka macam. Pelangi dapat berarti
kain atau selendang yang berwarna-warni (2008:1142). Pelangi juga dapat
melambangkan hati yang memiliki pendirian tidak tetap. Warna-warna dalam
pelangi yang beraneka ragam melambangkan keinginan dan perbedaan
pemikiran.
11) ³.LQLPHOD\DUNDQVHODNVDQDOXUL´
Pada baris sebelas terdapat kata melayarkan, yang secara harfiah dapat
diartikan membawa sesuatu untuk berlayar atau melaut. Kata naluri berarti
dorongan hati atau nafsu yang dibawa sejak lahir, insting; sederetan reaksi
yang tidak bergantung pada pengalaman. (KBBI, 2008: 1064-1065). Naluri
dimiliki baik oleh binatang mapun manusia.
12) ³.HGHUPDJDULQGX´
Kapal-kapal yang zaman dahaulu yang telah mengantarkan si aku pada
dermaga rindu. Kata dermaga memiliki makna tembok di tepi pelabuhan
(untuk pangkalan); (KBBI, 2008: 345) dapat pula berarti pangkalan tempat
kapal-kapal menaikkan dan membongkar muatan (KBBI, 2008: 656).
Kemudian kata rindu dapat diartikan sangat ingin dan berharap benar terhadap
sesuatu atau merasa ingin sekali hendak bertemu (KBBI, 2008: 1307). Jadi,
dermaga rindu dapat diarikan pangkalan tempat rindu-rindu milik manusia
berlabuh.
b. Analisis Hermeneutik
Alangkah ramah pohon-pohon
Trembesi
Mengusap galauku kala matahari
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Bait pertama secara utuh dapat diarikan bahwa kegalauan si aku telah
terhapus karena keramahan pohon trembesi. Pohon trembesi adalah simbol sosok
manusia yang kuat dan bijaksana. Pohon trembesi memiliki perwujudan fisik yang
besar kuat, berdaun rimbun dan berakar kuat ke dalam. Apabila dianalogikan
seperti manusia, maka manusia tersebut memiliki sikap yang bijak sana. Daun
yang rimbun menimbulkan rasa sejuk dan teduh melambangkan sifat yang
melndungi dan menaungi. Akar yang kuat ke dalam menunjukkan sifat yang
bijaksana dan memiliki pengetahuan yang dalam tentang kehidupan. Keramahan
pohon trembesi adalah sikap mau menerima semua orang dan selalu menghibur
semua orang yang sedang galau.
Kegalauan yang dialami si aku terjadi saat matahari. Matahari memiliki sifat
negatif, yaitu panas, membakar, dan membunuh. Matahari bersifat panas jadi
membuat si aku kepanasan dan kehausan. Matahari yang dimaksud dalam puisi ini
adalah rasa rindu yang tidak kunjung terpenuhi sehingga seolah-olah si aku
merasa kehausan, haus akan sesuatu di masa lalunya yang membuat dia galau.
Pohon-pohon trembesi tadilah yang membuat hati si aku merasa tenang. Si aku
merasa orang-orang di sekitar dia saat ini seperti pohon trembesi yang
memberinya kesejukan dan keteduhan.
Yang kutunggu di ubun waktu
Hanyalah sunyi orkestra piano masa lalu
Kupetik langit-langit kesadaranku
Dengan jemari gerimis saat kuketuk
Pintu masa silam anak-anak
Langti biru lautpun biru

Bait kedua ini, si aku menceritakan bahwa dia menunggu sesuatu dari masa
lalunya sampai di ubun waktu. Ubun waktu menyimbolkan bahwa si aku
menunggu sesuatu itu telah lama dan kini sampai di ujung pennantiannya. Si aku
sudah lelah menunggu sesuatu yang pernah ada di masa lalunya. Orekstra piano
masa lalu menyimbolkan kesedihan yang terjadi di masa lalu sebab orkes piano
biasanya memainkan lagu sedih.
Langit-langit kesadaran menyimbolkan bahwa si aku telah sampai pada
kesadaran tertinggi. dia sadar bahwa semuanya adalah takdir. Tangan gerimis
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

menyimbolkan takdir yang telah ditulis Tuhan untuk si aku. Kalimat langit biru
laut pun biru menandakan bahwa ketika Tuhan berkehendak maka manusia hanya
bisa menjalankan dan menerima.
Amboi kapal-kapal zaman dulu
Kau tambatkan di hati pelangi
Kini melayarkan selaksa naluri
Ke dermaga rindu.
Bait terakhir ini merupakan kunci makna dari keseluruhan puisi. Pada bait
terakhir ini digambarkan bahwa si aku telah kembali pada masa lalunya meskipun
hanya lewat kenangan-kenangan yang disimbolkan dengan kapal-kapal zaman
dulu. Kenangan-kenangan itu telah mengingatkan si aku dan membawanya pada
sebuah pergolakan batin yang dalam. Dia merindukan orang-orang di masa
lalunya. Dia merindukan anak-anaknya (disebutkan pada bait kedua).
27. Insyaf karya Amir Hamzah
Segala kupinta tiada Kauberi
Segala kutanya tiada Kausahuri
Butalah aku terdiri sendiri
Penuntun tiada menuntun jari

Maju mundur tiada berdaya


Sempit bumi dunia raya
Runtuh ripuk astana cuaca
Kureka gembira di lapangan dada

Buta tuli bisu kelu


Tertahan aku di muka dewata
Tertegun aku di jalan buntu
Tertebas putus sutera sempana

Besar benar salah anakku


Hampir terbatas tumpah berkahmu
Hampir tertutup pintu restu
Gappura rahasia jalan bertemu

Insyaf diriku dera durhaka


Gugur tersungkur merenang mata:
Samar terdengar suwara suwarni
Sapur melipur merindu temu

Dikutip dari Rachmat Djoko Pradopo dalam Mahir Berbahasa Indonesia


kelas X SMA ( Yudhistira, 2006: 184).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

a. Analisis Heuristik
1) ´6HJDODNXSLQWDWLDGD.DXEHUL´
Baris pertama di atas secara harfiah dapat diartikan si aku meminta
sesuatu tetapi si Kau tidak memberi yang diminta. Kata kupinta juga dapat
diartikan kalau si aku sedang memanjatkan doa pada si Kau (Tuhan).
2) ´6HJDODNXWDQ\DWLDGD.DXVDKXUL´
Si aku pada baris kedua ini bertanya pada si Kau (Tuhan), tetapi Tuhan
tidak memberi jawaban. Si aku bertanya dapat pula diartikan dia mminta
sesuatu pada Tuhan.
3) ´%XWDODKDNXWHUGLULVHQGLUL´
Si aku merasa matanya buta. Dia merasa sendiri tidak ada yang menemani
karena dia bertanya tidak ada yang menjawab, dia meminta tidak ada yang
memberi. Kata butalah dapat pula diartikan kalau si aku tidak tahu arah, dia
tersesat karena tidak ada yang menunjukkan jalan padanya.
4) ´3HQXQWXQWLDGDPHQXQWXQMDUL´
Si aku merasa Tuhan yang seharusnya menuntunnya dan memberinya
petunjuk tidak mempedulikan dia lagi. Penuntun adalah simbol Tuhan. Kata
jari merupakan simbol langkah atau keputusan yang harus dijalani si aku
namun dia buta arah dan bingung karena tidak ada yang menuntun.
5) ´0DMXPXQGXUWLDGDEHUGD\D´
Si aku merasa terombang-ambing. Dia tidak punya daya dan upaya untuk
melawan penolakan si kau. Maju mundur melambangkan bahwa si aku merasa
ragu-ragu dengan apa yang dia lakukan.
6) ´6HPSLWEXPLGXQLDUD\D´
Si aku merasa kalau dunia yang raya atau luas hanyalah sebuah alam
semesta yang sempit. Bumi bagi si aku hanya selebar daun kelor.
7) ´5XQWXKULSXNDVWDQDFXDFD´
$VWDQD´ VHFDUD KDUILDK EHUDUWL WHPSDW WLQJJDO ´$VWDQD FXDFD´ EHUDUWL
tempat tinggal cuaca. Tempat tinggal cuaca mengacu pada langit. Kalau langit
gelap dan penuh awan, artnya cuaca mendung, dan kemungkinan besar turun
hujan. Runtuh ripuk menandakan kalau cuaca saat itu buruk dan bisa
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

dikatakan akan turun hujan badai. Secara harfiah kata runtuh artinya jatuh,
hancur, rusak dan kata ripuk secara harfiah berarti patah; rusak; pecah-pecah
(remuk). Cuaca yang runtuh ripuk dapat pula diartikan kemalangan atau
kesedihan.
8) ´.XUHNDJHPELUDGLODSDQJDQGDGD´
Si aku mereka atau membuat sketsa rasa genbira di lapangan dadanya.
Lapangan dada adalah simbol hati yang penuh kesabaran dan ketabahan. Si
aku mencoba tegar dan sabar meskipun kesedihan selalu mengganggu dia.
9) ´%XWDWXOLELVXNHOX´
Si aku merasa kalau dia tidak bisa melihat apa pun, tidak bisa mendengar
dan berbicara apa pun. Bibirnya terasa kelu apabila digunakan untuk
berbicara. Si aku merasa sama sekali tidak punya daya apa pun.
10) ´7HUWDKDQDNXGLPXNDGHZDWD´
Si aku hanya tertahan, terdiam, tidak bisa berbuat apa pun saat dia berada
di muka atau di hadapan dewata. Dewata adalah kata lain untuk Tuhan.
11) ´7HUWHJXQDNXGLMDODQEXQWX´
Tertegun secara harfiah berarti berdeiri diam sambil memandangi sesuatu.
Saat dia berada di jalan buntu.
12) ´7HUWHEDVSXWXVVXWHUDVHPSDQD´
Kata sempana atau sempena dalam KBBI berarti berkah atau tuah,
sempana dapat pula berarti mimpi (2008: 1404). Dengan demikian kalau
sutera sempana berarti kain yang bertuah atau dapat memberi keberkahan. Si
aku jadi tertebas atau terluka oleh sutera yang bertuah itu karena ia percaya
pada benda dan menyekutukan Tuhan.
13) ´%HVDUEHQDUVDODKDQDNNX´
Di baris tiga belas ini, baru jelas bahwa yang membuat dosa bukanlah si
aku, melainkan anaknya. Si aku merasa kalau dosa yang telah diperbuat
anakknya sangat besar.
14) ³+DPSLUWHUEDWDVWXPSDKEHUNDK-0X³

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Berkah yang dimaksud di puisi ini adalah kasih sayang yang diberikan
Tuhan kepada umatnya. Si aku merasa berkah Tuhan tidak lagi berlimpah
sebab dosa anaknya terlalu besar.
15) ³+DPSLUWHUWXWXSSLQWXUHVWX´
Terlalu besar dosa anaknya, si aku merasa kalau pintu restu Tuhan pun
hampir tertutup bagi anaknya.
16) ³*DSXUDUDKDVLDMDODQEHUWHPX´
Gapura rahasia adalah simbol kematian. Kematian bersifat rahasia dan
kematiannlah yang akan mempertemukan manusia dengan Penciptanya.
17) ³,QV\DIGLULNXGHUDGXUKDND´
Si aku pun ikut insyaf atau bertobat meskipun anaknya yang durhaka
padanya. Dera durhaka secara harfiah berarti kalau si aku sedang didera
durhaka. Durhaka dalam KBBI berarti tidak setia kepada kekuasaan yang sah
(negara, Tuhan, orang tua, dsb); menentang kekuasaan (perintah dsb) (2008:
372). Kata dera secara harfiah berarti dipukul dengan cambuk rotan atau
cemeti. Dengan demikian, secara harfiah baris tujuhbelas berarti kalau si aku
insyaf atau bertaubat karena dia dipukul oleh pertentangan yang dilakukan
anaknya pada dirinya.
18) ³*XJXUWHUVXQJNXUPHUHQDQJPDWD´
kata gugur pada baris ini mengacu pada makna jatuh, rontok, dapat pula
berarti meninggal (khusus untuk para pahlawan). Kata tersungkur mengutakan
kata gugur tadi. Kata tersungkur memiliki makna kalau si aku jatuh
terjerembap dengan mukanya mengenai tanah atau jatuh tertiarap (KBBI,
2008: 1560). Merenang mata maksudnya si aku sedang menangis. Kalau orang
menangis pasti matanya basah karena air mata.
19) ³6DPDUWHUGHQJDUVXZDUDVXZDUQL´
Si aku mendengar suara-suara yang berasal dari berbagai arah, namun
terdengar samar. Kata samar menandakan kalau suara yang didengar hanya
sayup-sayup. Siwara-suwani menandakan kalau suara yang didengar si aku
tidak hanya satu suara, tetapi bermacam-macam suara.
20) Sapur melipur merindu temu
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Kata melipur secara harfiah berarti Menghilangkan, mengahpuskan,


melipur dapat pula berarti menghibur (KBBI, 2008: 937). Apabila
disambungkan dengan baris sembilan belas, maka suara-suara yang sayup-
sayup terdengar tadi dapat menghilangkan atau menghapus rasa rindu untuk
bertemu. Kata temu ditujukan untuk ampunan Tuhan. Si aku sangat
merindukan berkah dan ampunan Tuhan.
b. Analisis Hermeneutk
Makna puisi Insyafi secara keseluruhan adalah tentang pertaubatan orang tua
karena dosa-dosa anaknya. Seorang tua yang diwakili oleh kata aku rela
memintakan ampun kepada Tuhan atas perbuatan anaknya. Si aku memohon
ampun dan keberkahan dari Tuhan dengan segala kernedahan hati, namun si aku
belum juga mendapat jawaban dari Tuhan. Dia merasa tersesat, buta, tuli, bisu dan
tidak mempunyai kekuatan apapun untuk memaksa Tuhan mengampuni anaknya.
'L KDGDSDQ 7XKDQ VL DNX EHUVLPSXK .DOLPDW ´WHUWHJXQ GL PXND GHZDWD´
menandakan kalau si aku telah menghadap Tuhan yang disimbolkan dengan nama
´GHZDWD´ 0HQJKDGDS MXJD PHPSXQ\DL PDNQD EDKZD VL DNX VHGDQJ EHUVLPSXK
dan berdoa untuk ampunan anaknya..
Jalan buntu melambangkan kalau si aku sudah tidak punya pilihan apa pun
ketika sudah berhadapan dengan takdir Tuhan. Mau tidak mau dia harus
menerimanya. Seperti ketika dia berjalan ke suatu tempat dan tersesat di sebuah
jalan yang buntu. Dia harus mau menerima kenyataan kalau dia sampai pada suatu
jalan yang tidak membawanya ke mana pun. Mau kembali ke jalan yang telah
dilewati sebelumnya pun tidak mungkin. Karena jalan yang telah dilaluinya,
adalah simbol waktu yang tidak mungkin diulang lagi.
Si aku walaupun keadaannya sudah dekat dengan Tuhan, bersimpuh dan
berdoa setiap saat kepada Tuhan, namun tetap saja dia tidak dapat memintakan
ampun bagi anaknya. Si aku sebagai orang tua juga harus ikut menanggung dosa
anaknya. Pintu ampunan Tuhan telah tertutup sebab sang anak telah menghadap
Tuhan, mengahadap artinya mati. Pernyataan peneliti tersebut berdasarkan
NDOLPDW ´*DSXUD UDKDVLD MDODQ EHUWHPX´ ´*DSXUD UDKDVLD´ DGDODK SLQWX \DQJ
menghubungkan antara dunia dan akhirat. Satu-satunya yang menghubungkan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

dunia dan akhirat adalah kematian. Disebut gapura rahasia karena hanya Tuhan
yang tahu kapan manusia sampai pada gapura tersebut.
Inti dari puisi ini adalah pertaubatan seorang tua atas doasa yang diperbuat
anaknya. Akan tetapi tetaplah sang anak akan mendapat ganjaran dari Tuhan
meskipun sang orang tua sudah mengusahakan berbagai cara agar Tuhan
memberikan berkah dan ampunan. Sang anak pun tidak sempat bertaubat atau
insyaf sebab dia sudah sampai pada jalan buntu dan tidak mungkin dia mengulang
ZDNWX6LDQDNVXGDKVDPSDLSDGD´JDSXUDUDKDVLD´\DQJPHQJKXEXQJNDQGXQLD
GDQDNKLUDW 6HWHODKPHOHZDWL´JDSXUDUDKDVLD´VDQJ DQDN DNDQPHnghadapi saat
perhitungan tentang dosa-dosa dan amal baik yang pernah dia lakukan.
28. Rindu di Malam Takbiran karya Isna

Di malam takbiran
Saat senja telah berlalu sepi
Ketika burung-burung pun telah kembali ke sarangnya
Dan mentari telah menghilang bersama senyumnya

Ada satu rasa terselip pada batas waktu


Yang terus menggores dalam cahaya-Mu
Hanya santun terucap
Tatkala baru melandas pada kisi-kisi pujian-Mu
Betapa sebenarnya
Kerinduan ini telah lama mendera
Bergelut dalam kesepian dan aliran waktu
Yang nyata tak pernah tersadari

Dan saat gema itu kembali mengalun


Terlintas betapa jauh kata yang telah terangkai
Sekadar untuk mengucap
Betapa sebenarnya, kerinduan ini begitu menyiksa kalbu
Yang haru biru bersama kalbu

Dikutip dari Mahir Berbahasa Indonesia kelas X SMA (Yudhistira,


2006: 193)

a. Analisis Heuristik
1) ´'LPDODPWDNELUDQ´

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Secara harfiah, malam takbiran memiliki makna malam saat suara takbir
disuarakan oleh para umat islam di seluruh dunia. Dapat pula diartikan malam
sebelum esok paginya adalah hari raya Idul Fitri.
2) ´6DDWVHQMDWHODKEHUODOXVHSL´
Senja adalah batas antara siang dan malam, dapat pula berarti menjelang
malam. Senja berlalu sepi maksudnya saat senja berubah menjadi malam yang
benar-benar gelap tidak banyak orang yang menyadari pergantiannya.
Manusia hanya khusyuk bertakbir.
3) ´.HWLNDEXUXQJ-EXUXQJSXQWHODKNHPEDOLNHVDUDQJQ\D´
Saat malam hari memang saat burung-burung pulang ke sarang untuk
beristirahat setelah seharian mencari makan.
4) ´'DQPHQWDULWHODKPHQJKLODQJEHUVDPDVHQ\XPQ\D´
Mentari telah menghilang bersama senyumnya maksudnya matahari telah
tenggelam, langit menjadi gelap. Matahari saat siang artinya matahari
tersenyum untuk semua makhluk di bumi ini. Lalu saat malam adalah saat
matahari tersenyum untuk belahan bumi yang lain.
5) ³$GDVDWXUDVDWHUVHOLSSDGDEDWDVZDNWX´
Si aku merasa ada suatu rasa yang menyelip atau menyelinap di batas
waktu. Batas waktu yang dimaksud adalah batas waktu antara siang dan
malam, yaitu senja. Batas waktu dapat pula mengacu pada malam takbiran
yang menjadi batas waktu antara bulan Ramadhan dengan bulan Syawal.
6) ´<DQJWHUXVPHQJJRUHVGDODPFDKD\D-0X´
Perasaan yang terselip di batas waktu tadi menggores dalam cahaya-Mu.
Cahaya-Mu mengacu pada kasih sayang dan ampunan Allah yang luar biasa
yang diberikan pada seluruh umat islam saat idul fitri.
7) ´+DQ\DVDQWXQWHUXFDS´
Bait tujuh ini secara harfiah dapat dimakanai bahwa si aku hanya mampu
mengucapkan kata-kata yang santun, kata-kata yang baik dan indah.
Kerinduaan si penyair mampu membuat dia menuliskan puisi yang santun
untuk Allah.
8) ´7DWNDODEDUXPHODQGDVSDGDNLVL-kisi pujian-0X´
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Melandas kisi-kisi pujian-Mu memiliki makna bahwa si aku baru saja tiba
di suatu tempat dan di tempat itu banyak terdengar suara-suara yang
membunyikan pujian pada Allah. Tempat itu bisa berupa masjid atau mushola.
9) ´%HWDSDVHEHQDUQ\D´
10) ´.HULQGXDQLQLWHODKODPDPHQGHUD´
Baris sembilan dan sepuluh menandakan kerinduan pada malam takbiran
sebenarnya sudah lama dirasakan oleh si aku. Namun, dia hanya menahannya
dan memendam rindu itu dalam hati.
11) ´%HUJHOXWGDODPNHVHSLDQGDQDOLUDQZDNWX´
´%HUJHOXW´ GDODP NHVHSLDQ PHQDQGDNDQ NDODX UDVD ULQGX LWX MXJD WLGDN
pernah dia bagi pada orang lain. Si aku atau penyair membiarkan rasa rindu itu
ada sepanjang waktu berjalan sampai tiba malam takbiran yang dia rindukan
itu datang.
12) ´<DQJQ\DWDWDNSHUQDKWHUVDGDUL´
Si aku tidak pernah menyadari kalau akhirnya malam takbiran kini ada
dihadapannya.
13) ´'DQVDDWJHPDLWXNHPEDOL PHQJDOXQ´
´*HPD´ \DQJ GLPDNVXG GDODP EDULV LQL DGDODK VXDUD WDNELU \DQJ VDOLQJ
bersautan di malam takbiran. Semua masjid di seluruh dunia
mengumandangkan suara takbir dan saling bersautan.
14) ´7HUOLQWDV EHWDSD MDXK NDWD \DQJ WHODK WHUDQJNDL´       6L aku mulai
menyadari bahwa dia telah terlalu jauh merangkai kata-kata rindunya.
15) ´6HNDGDUXQWXNPHQJXFDS´
16) ´%HWDSDVHEHQDUQ\DNHULQGXDQLQLEHJLWXPHQ\LNVDNDOEX´
17) ´<DQJKDUXELUXEHUVDPDNDOEX´
Baris nomor limabelas sampai tujuhbelas, menandakan bahwa si aku
merasa kalau selama ini kata-kata rindu yang dia ucapkan di dalam hatinya
terlalu berlebihan sehingga justru kata rindu iti terlalu jauh dari kerinduan
pada malam takbiran yang seharusnya khusyuk. Kerinduannya yang melebihi
batas, justru sangat meQ\LNVD GLD 3DGD EDULV WXMXK EHODV DGD NDOLPDW ´KDUX
ELUX EHUVDPD NODEX´ VHFDUD KDUILDK EHUDUWL ZDUQD ELUX :DUQD ELUX DGDODK
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

simbol kesedihan. Si aku sampai sedih karena begitu merindukan malam


takbiran. Namu dia jiga merasakan haru bahagia karena masih diberikan Allah
kesempatan bertemu malam takbiran. Si aku pun berharap dia masih bertemu
malam takbiran di malam-malam takbiran selanjutnya.
b. Analisis Hermeneutik
Puisi ini sangat sederhana dalam pemilihan kata. Puisi ini menggunakan
bahasa simbol, tetapi tidak banyak. Puisi Rindu di Malam Takbiran apabila
dimaknai secara keseluruhan menceritakan sebuah kerinduan yang telah lama
dirasakan oleh seorang muslim akan datangnya hari kemenangan. Si aku merasa
kalau selama sebelas bulan yang lalu adalah bulan-bulan yang panjang dan
hampa. Pernyataan tersebut peneliti dasarkan pada kutipan kalimat berikut
Betapa sebenarnya
Kerinduan ini telah lama mendera
Bergelut dalam kesepian dan aliran waktu
%HUGDVDUNDQ NXWLSDQ EDULV GL DWDV NDOLPDW ´EHUJHOXW GDODm kesepian dan
DOLUDQ ZDNWX´ PHQDQGDNDQ NDODX VL DNX VHQGLUL \DQJ PHUDVDNDQ NHULQGXDQ SDGD
malam yang paling indah itu. Aliran waktu menandakan kalau si aku sudah lama
PHQDQWLNDQ PDODP WDNELUDQ ´.HVHSLDQ´ MXJD PHQDQGDNDQ NDODX VL DNX
menginginkan pertemuannya dengan Allah dalam kondisi yang khusyuk tanpa
seorang pun mengganggu kemesraannya dengan Allah. Di saat semua orang
bertakbir, si aku justru tetap menikmati kesepiannya demi kekhusyukan hubungan
dengan Sang Khalik.
Si aku mengungkapakan rasa rindunya dengan mengucapkan kalimat-kalimat
santun dan puji-pujian kepada Allah. Namun dai tidak pernah mengatakan pada
siapa pun tentang perasaan rindunya. Rasa rindu yang sanagt kuat dirasakan oleh
si aku sebenarnya adalah simbol keimanan dan ketakwaan yang kuat kepada
Allah. Si aku sampai merasa haru bahagia karena dipertemukan dengan malam
paling syahdu diantara malam-malam lain. Si aku bisa bermesraan dengan
Tuhannya. Dia pun berharap masih memiliki malam-malam syahdu itu di
kemudian hari.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Tema Puisi-puisi dalam Buku Teks Bahasa Indonesia Kelas X SMA
Tabel 2. Tema Puisi-puisi dalam Buku Teks Bahasa Indonesia Kelas X SMA dari
Erlangga dan Yudhistira
No Tema Puisi Judul Puisi
Buku Yudhistira Buku Erlangga
1 Kritik sosial a. Candi Muara Jambi a. Anak-anak Indonesia
b. Narkotik b. Potret Tukang
Sampah
2 Cinta/patah hati a. Kuantar Kau sampai Senja di Pelabuhan kecil
Stasiun Senen
b. Dermaga Rindu
3 tragedi kemanusiaan - Stasiun Tugu
4 kerinduan pada - Surat dari Ibu
tanah kelahiran
5 kekaguman pada Ibu a. Ibunda Tercinta
sosok ibu atau b. Perempuan-
perempuan perempuan Perkasa
6 kegembiraan rakyat - Tanah Kelahiran 1
jelata pascapanen
7 keprihatinan - Terjebak Dilema
terhadap keberadaan
bahasa Indonesi
8 keberaniaan seorang a. Bunga Krisan tentang Perahu Layar
sosok yang Pemanjat-pemanjat Gunung
menantang hidup
yang keras
9 Ketuhanan/religius a. Insyaf, Matahari-matahari!
b. Malam Mulai Bercerita
c. Rindu di Malam Takbiran
10 Peperangan a. Dalam Pasang
b. Perkabungan di Laut Timor
11 Keindahan Alam a. Bantimurung
b. Mandalawangi-Pangrango
12 Konfil batin a. Bagaimana
b. Daun dan Air Mata
c. Menyesal
13 Kematian Gaun Burung Gagak

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

2. Makna Semiotik Pusi-puisi dalam Buku Teks Bahasa Indonesia Kelas X


SMA
Makna semiotik puisi-puisi yang ada di buku teks Bahasa Indonesia kelas X
SMA baik dari penerbit Erlangga maupun Yudhistira, keduanya peneliti analisis
menggunakan teori Riffaterre. Berdasarkan hasil analisis heuristik dan
hermeneutikk, peneliti dapat menyimpulkan sebagai berikut:
a. Makna heuristik,
Makna semiotik yang digunakan di dua buku teks tersebut banyak yang
diungkapkan dengan bahasa simbol. Bahasa simbol digunakan untuk menandai
atau menyimbolkan suatu maksud yang ingin disampaikan penyair lewat puisinya.
Banyak penyair puisi dari kedua buku teks yang menggunakan bahasa simbol
yang diperoleh dari alam. Simbol alam digunakan mulai dari judul sampai
pemilihan kata pada baris-baris puisi. Berikut tujuhbelas judul puisi yang
menggunakan simbol alam pada baris-baris puisi:
1) Tanah kelahiran 1 karya Ramadhan K. H
2) Perahu Layar karya Darmanto Jatman
3) Stasiun Tugu karya Taufik Ismail
4) Senja di Pelabuhan Kecil yang ditulis oleh Chairil Anwar
5) Perempuan-perempuan Perkasa karya Hartoyo Andangjaya
6) Matahari-matahari! karya Muchtar Lubis
7) Surat dari Ibu karya Asrul Sani
8) Bantimurung karya Ras Agaffar
9) Malam mulai Bercerita karya Isna
10) Mandalawangi-Pangrango yang ditulis oleh Soe Hok Gie
11) Dalam Pasang yang dikarang oleh Abdul Hadi W. M
12) Daun dan Air Mata oleh Ary Andreas Toelle
13) Perkabungan di Laut Timor karya Hamdy Salad
14) Bunga Krisan tentang Pemanjat-pemanjat Gunung karya Mars Mattola
15) Ibu yang ditulis oleh K. H. A. Mustofa Bisri
16) Gaun Burung Gagak karya Dorothea Rosa Herliany
17) Rindu di Malam Takbiran karya Isna
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Tujuhbelas puisi di atas benyak menggunakan bahasa simbol yang


mengandung makna semiotik yang multiintepretable. Simbol-simbol alam yang
banyak digunakan anatara lain air, laut, gunung, matahari, dan langit. Laut pada
beberapa judul puisi, yaitu Perkabungan di Laut Timor dan Senja di Pleabuhan
Kecil adalah simbol kematian. Manusia apabila dia sudah berada di laut, maka
hanya ada dua pilihan, yaitu hidup apabila dia bisa bertahan dan dia mati apabila
itu sudah takdirnya. Namun, laut pada puisi Surat dari Ibu adalah simbol dunia
baru yang penuh tantangan dan harapan. Laut adalah tujuan hidup bagi para
nelayan, pernyataan tersebut adalah simbolisasi laut pada puisi Perahu Layar.
Gunung juga merupakan simbol yang banyak digunakan oleh para penyair,
antara lain pada puisi karya Soe Hok Gie dan Mars Mattola. Gunung adalah
simbol kehidupan yang penuh dengan misteri yang disimbolkan dengan hutan
yang gelap. Gunung adalah simbol kehidupan yang penuh tantangan bahaya yang
disimbolkan dengan jurang dan kebahagiaan apabila sudah mencapai puncak.
Intepretasi yang beragam bukan menjadi halanagan untuk menyajikan materi
pembelajaran apresiasi puisi yang baik bagi peserta didik justru dengan
keberagaman tersebut peserta didik akan lebih bebas memaknai setiap simbol
yang ada pada karya sastra khususnya puisi.
b. Makna Hermeneutik
Secara hermeneutik pemakanaan puisi peneliti titik beratkan pada pencarian
sebuah kata kunci lalu menerjemahkan kata kunci tersebut dan mengurainya
sehingga mendapat uraian makna yang jelas mengenai isi puisi. Kata kunci yang
peneliti temukan dari 28 puisi yang peneliti analisis banyak yang menggunakan
persimbolan dari alam sama seperti pemaknaan secara heuristik di atas. Misalnya
pada puisi Daun dan Air Mata, daun yang berguguran merupakan kata kunci
XQWXNPHPDNQDLSXLVLWHUVHEXW´'DXQ´\DQJJXJXUGLDUWLNDQVHSHUWLDLUPDWD\DQJ
jatuh. Kata matahari pada puisi Matahari-matahari! yaang merupakan simbol
pengatur waktu. Langit pada puisi Ibu yang menjadi simbol bahwa ibu seolah-
olah penjelmaan kasih sayang Tuhan kepada umat-Nya. Pada puisi Rindu di
Malam Takbiran, kata rindu adalah simbol keimanan dan ketakwaan pada Tuhan.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Kata malam pada puisi Malam Mulai Bercerita mennyimbolkan bahwa saat
malamlah manusia berikan hidup sepenuhnya untuk Tuhan setelah seharian
berjuang untuk dunia. Artinya siang untuk dunia dan malam untuk Tuhan bukan
semata bahwa manusia melupakan Tuhan saat siang hari. Namun, hendaknya
menyeimbangkan antara kehidupan dunia dan akhirat.
Kesimpulannya, penggunaan bahasa simbol yang diambil dari alam akan
mempermudah peserta didik menganalisis puisi. Simbol alam sangat dekat dengan
dunia peserta didik, setiap hari mereka berinteraksi dengan alam sehingga
pemahaman peserta didik terhadap simbol-simbol alam yang digunakan penyair
akan mudah diterjemahkan. Analisis hermeneutik akan mudah dilakukan dengan
menggunakan pendekatan mimetik yang dikemukakan Abrams. Pendekatan
mimetik memungkinkan peserta didik menggunakan kata-kata yang dekat dengan
kehidupan mereka sehari-hari untuk menerjemahkan bahasa simbol yang ada pada
puisi.
B. Implikasi
Implikasi atau keterkaitan penelitian ini adalah pada bidang pendidikan
khususnya pembelajaran sastra puisi. Penelitian ini membahas anlisis puisi
menggunakan teori semiotik Riffaterre melalui dua tahap analisis. Tahap pertama
adalah analisis heuristik, yaitu Analisis heuristik adalah analisis berdasarkan
struktur bahasanya atau secara semiotik adalah berdasarkan konvensi sistem
semiotik tingkat pertama (Riffaterre dalam Racmat Djoko Pradopo, 2003:
135). Analisis ini mengacu pada konvensi kebahasaan. Pembaca melakukan
penafsiran struktur kebahasaan (tanda linguistik) secara referensial. Bahasa
yang digunakan merupakan penanda yang dihubungkan dengan referennya,
yaitu hal-hal nyata.
Tahap kedua adalah analisis hermeneutik. Cara ini dilakukan dengan
menganalisis ulang dengan memberikan intepretasi yang disebut sebagai
sistem analisis semiotik tingkat kedua, yakni berdasarkan konvensi sastra.
Penafsiran hermeneutik yaitu analisis yang bermuara pada ditemukannya satuan
makna puisi secara utuh. Menemukan makna puisi secara utuh memiliki
keterkaitan dengan SKKD yang ada di kelas X SMA, yaitu:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

SKKD Semester 1 kelas X SMA


a. Memahami puisi yang disampaikan secara langsung/tidak langsung
b. Mengidentifikasi unsur-unsur bentuk suatu puisi yang disampaikan secara
langsung ataupun melalui rekaman
c. Mengungkapkan isi suatu puisi yang disampaikan secara langsung ataupun
melalui rekaman.
SKKD Semester 2 kelas X SMA
a. Mengungkapkan pendapat terhadap puisi melalui diskusi
b. Membahas isi puisi berkenaan dengan gambaran penginderaan, perasaan,
pikiran, dan imajinasi melalui diskusi.
c. Menghubungkan isi puisi dengan realitas alam, sosial budaya, dan
masyarakat melalui diskusi
Pembelajaran apresiasi puisi yang disebutkan pada SKKD di atas dapat
dilakukan dengan analisis heuristik dan hermenutik. Analisis heuristik dan
hermeneutik yang peneliti lakukan ini juga memiliki keterkatian dengan
pembelajaran apresiasi puisi di SMA Negeri 1 Gemolong. Pembelajaran apresiasi
di sekolah tersebut kebetulan menggunakan analisis yang sama dengan yang
peneliti pakai untuk analisis puisi pada penelitian ini. Berdasarkan hasil
wawancara yang peneliti lakukan kepada guru dan siswa kelas X SMA,
pembelajaran apresiasi puisi di kelas X memang menggunakan analisis heuristik
dan hermeneutik. Hanya saja agar peserta didik lebih mudah memahami materi
analisis ini, guru tidak menyebutkan analisis heuristik dan hermeneutik secara
verbal istilah heuristik diganti dengan memaknai kata-kata dalam puisi dengan
penafsiran denotatif dan menghubungkannya dengan hal-hal nyata.
Pada tahap analisis hermeneutik, peserta didik dimimnta mencari kata kunci
dari puisi kemudian dari kata kunci yang telah ditemukan peserta didik
menciptakan makna puisi seca utuh, bukan lagi penafsiran kata per kata.
Penafsiran masing-masing peserta didik tentu berbeda, artinya guru akan
mengalami kesulitan saat penilaian. Namun, guru yang peneliti wawancarai
memaparkan bahwa penilaian terhadap hasil analisis peserta didik tidak
berdasarkan penafsiran yang salah atau benar, tetapi berdasarkan kedalaman
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

analisis. Sastra adalah sebuah karya yang multiinterpretable sehingga setiap


penafsiran adalah benar, yang membedakan tingkat kualitas analisis adalah
kedalaman pemaknaan.
Para peserta didik ketika peneliti wawancarai, mengaku lebih mudah
menafsirkan puisi dengan analisis semiotik ini. Mereka mengatakan bahwa
mereka lebih bebas memberi penafsiran pada kata-kata dalam puisi. Mereka
mengaku paling menyukai pada tahap hermeneutik atau mencari kata kunci sebab
analisis tahap ini mengasah kepekaan hati mereka memahami suatu karya sastra.
Guru pun mengaku kalau pembelajaran apresiasi puisi dengan cara analisis
heuristik dan hermeneutik ini mampu meningkatkan kemampuan apresiasi peserta
didik terhadap puisi. Untuk mempermudah pembelajaran apresiasi puisi dengan
pendekatan semiotik Riffaterre, berikut langkah-langkah yang dapat dijadikan
pedoman bagi guru dan peserta didik:
a. guru meminta peserta didik membaca puisi secara berulang-ulang agar mereka
dapat memaknai puisi yang dijadikan materi pelajaran;
b. setelah dirasa cukup, peserta didik secara berkelompok/individu diminta untuk
mencatat tema dan amanat puisi. Tujuan tahap ini adalah mempermudah
peserta didik memahami maksud yang disembunyikan penyair dalam bahasa
simbol di puisinya;
c. peserta didik boleh secara berkelompok/individu menganalisis puisi dengan
analisis heuristik. Pada tahap ini peserta didik menerjemahkan kata-kata dalam
puisi berdasarkan makna denotatif. Mereka bisa menggunakan referensi KBBI
sehingga diperoleh arti yang benar. Selain KBBI mereka juga boleh
mengaitkan kata-kata dalam puisi dengan dunia nyata (Pendekatan mimetik
milik Abrams);
d. tahap berikutnya adalah analisis hermeneutik pada tahap ini peserta didik
mencari kata kunci yang menjadi penentu makna utuh dari puisi. Pada tahap ini
dimungkinkan penafsiran atau pemaknaan masing-masing peserta didik
berbeda,
e. guru juga ikut melakukan kedua analisis di atas sehingga diperoleh
perbandingan yang dapat dijadikan pedoman penilaian;
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

f. penilaian hasil analisis tidak bergantung pada benar dan salah, tetapi
berdasarkan kedalaman analisis. Diutamakan pada kedalaman analisis
hermenutiknya. Pada tahap analisis hermeneutik inilah makna utuh suatu karya
dapat diterjemahkan.
C. Saran
Berdasarkan hasil kajian pada penilitian ini, peneliti memberi saran sebagai
berikut:
1. Kepada guru
Berdasarkan hasil penelitian ini, peneliti menyarankan kepada semua guru
mata pelajaran bahasa Indonesia untuk menggunakan analisis semiotik sebagai
salah satu metode analisis dalam pembelajaran sastra. Peneliti berani
menyarankan demikian karena di SMA Negeri 1 Gemolong khusunya kelas X
menerapkan analisis semiotik Riffaterre ini sebagai metode untuk analisis sastra.
Guru di sekolah tersebut mengaku bahwa kemampuan apresiasi peserta didik
terhadap puisi lebih baik dan peserta didik pun lebih bebas mengungkapakan
analisisnya. Analisis ini mewadahi analisis yang berbeda-beda karena sastra
adalah karya yang multi tafsir. Guru sebaiknya jangan hanya mengajarkan struktur
puisi. Analisis semiotik menekankan pada pemaknaan puisi secara utuh dan
analisis ini juga memiliki keterkaitan dengan SKKD mata pelajaran bahasa
Indonesia di kelas X SMA.
Guru dapat menggunakan hasil penelitian ini sebagai materi ajar
pembelajaran apresiasi puisi. Penelitian ini kebetulan menggunakan buku teks
sebagai objek penelitiannya sehingga dapat membantu guru yang mengalami
kesulitan menerjemahkan makna puisi dalam buku teks yang digunakan.
2. kepada peserta didik
Peneliti mengharapkan peserta didik dapat menggunakan hasil penelitian ini
sebagai referensi materi belajar. Penelitian ini menggunakan buku teks sebagai
objek kajian sehingga sangat relevan dengan materi yang mereka pelajari di kelas.
Buku teks yang peneliti gunakan adalah buku teks bahasa Indonesi dari dua
penerbit, yaitu Yudhistira dan Erlangga sebab kedua buku teks tersebut banyak
digunakan di sekolah khususnya di wilayah Sragen. Kualitas 2 buku teks tersebut
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

sudah memenuhi tuntutan KTSP dan sesuai standar ISI 2006. Selain itu, analisis
semiotik dengan analisis heuristik dan hermeneutik dapat pula diterapkan pada
karya satra lain seperti cerpen, novel, dan naskah drama. Hasil penelitian ini pun
dapat digunakan oleh peserta didik sebagai acuan ketika menganalisis puisi-puisi
yang berasal dari sumber lain, seperti majalah sastra atau antologi puisi.

commit to user

Anda mungkin juga menyukai