Anda di halaman 1dari 11

Lingua XV (2) (2019)

LINGUA
Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya
Terakreditasi Sinta 3 berdasarkan Keputusan Dirjend Penguatan Riset
dan Pengembangan, Kemenristek Dikti No 21/E/KPT/2018
http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/lingua

ANALISIS WACANA TEKSTUAL DAN KONTEKSTUAL DALAM NASKAH


DRAMA BUNGA RUMAH MAKAN KARYA UTUY TATANG SONTANI

Wahyu Oktavia1, Diyan Zuliyandari2


Tadris Bahasa Indonesia
Institut Agama Islam Negeri Surakarta

Info Artikel ABSTRAK

Sejarah artikel: Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan analisis wacana tekstual dan kontekstual
Diterima dalam naskah drama Bunga Rumah Makan karya Utuy Tatang Sontani. Jenis penelitian ini
Mei 2019 menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan data berupa teknik
Disetujui catat. Sumber data yakni berupa teks dokumen pada naskah drama Bunga Rumah Makan.
Juni 2019 Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara menjaring dan mencatat data dalam
Dipublikasikan naskah drama Bunga Rumah Makan. Analisis data dilakukan dengan cara mereduksi
Juli 2019 data, penyajian data dan verifikasi data berdasarkan analisis tekstual dan kontekstual.
Hasil penelitian ini menunjukkan adanya analisis tekstual dan kontekstual ditemukan 25
data. Terdapat 23 data yang menunjukkan analisis tekstual yang terdiri dari pengacuan
Kata Kunci:
(reference), penyulihan (substitution), pelesapan (ellipsis), dan perangkaian (conjunction).
wacana, tekstual,
Adapun aspek leksikal dalam analisis tekstual yang meliputi repetisi (pengulangan),
kontekstual sinonimi (padan kata), antonimi (lawan kata), kolokasi (sanding kata), hiponimi
(hubungan atas-bawah), dan ekuivalensi (kesepadanan). Sedangkan terdapat 2 data
Keyword: yang menunjukkan analisis kontekstual terdiri dari prinsip penafsiran personal, prinsip
discourse, textual, penafsiran lokasional, prinsip penafsiran temporal, dan prinsip analogi.
contextual

ABSTRACT

The Objective of the research is describing the analysis of textual and contextual discourse
on Bunga Rumah Makan drama script by Utuy Tatang Sontani. This research use descriptive
qualitative approach. The researcher use note taking technique to collecting the data. The
sources of the data is the document on Bunga Rumah Makan Script. To collecting the data,
the researcher netting and take notes the data on Bunga Rumah Makan drama script. To
analyze the data, the researcher use data reduction, data presentation, and data verification
based on textual and contextual analysis. The result of this research indicate that there are 25
data on textual and contextual analysis. There are 23 data that indicate the textual analysis
which consist of reference (pengacuan), subtitution (penyulihan), ellipsis (pelepasan) and
conjunction (perangkaian). the lexical aspect on the textual analysis such as repetition
(pengulangan), synonim (padan kata), antonym (lawan kata), collocation (sanding kata),
hyponym (hubungan atas bawah), and equivalence (kesepadanan). Where as, there are 2
data that indicate contextual analysis which consist of personal interpretation principle,
locational interpretation principle, temporal interpretation principle, and analogy principle.

(C) 2019 UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

* Alamat korespondensi P-ISSN 1829 9342, E-ISSN 2549-3183


oktaviawahyu17@gmail.com1, zuliyandaridian@yahoo.co.id2

223
Lingua. Volume XV. Nomor 2. Juli 2019

PENDAHULUAN adalah bentuk bahasa di atas kalimat yang


Bahasa memegang peranan penting mengandung sebuah tema. Satuan bentuk
dalam kehidupan manusia sehari-hari. yang mengandung sebuah tema dan terdiri
Bahasa merupakan alat komunikasi berupa dari alinea-alinea, anak-anak bab, bab-bab,
simbol-simbol yang digunakan untuk dan kerangka utuh baik yang terdiri dari
menyatakan gagasan, ide, dan perasaan bab-bab maupun tidak. Sehingga tema
seseorang kepada orang lain. Bahasa merupakan ciri sebuah wacana. Tanpa tema
(language) merupakan sistem lambang tentu tak ada wacana. Lebih luas menurut
bunyi arbitrer yang dipergunakan oleh Jorgensen (2007:45) bahwa wacana adalah
anggota suatu masyarakat untuk bekerja gagasan umum bahaa yang ditata menurut
sama, berinteraksi dan mengidentifikasikan pola-pola berbeda yang diikuti oleh ujaran
diri (Kridalaksana, 2008:21). para pengguna bahasa.
Masyarakat menggunakan bahasa Bentuk wacana terbagi menjadi dua
sebagai alat untuk aktivitas komunikasi. yaitu wacana tekstual dan kontekstual.
Komunikasi secara garis besar dapat Tekstual berarti satuan bahasa yang
dilihat dari komunikasi secara lisan berupa teks dan bersifat abstrak dalam
maupun tulisan. Dalam proses komunikasi bidang deretan atau wacana kalimat dan
tidak terlepas dari wacana. Wacana kata (Kridalaksana, 2008:67). Menurut Van
adalah unsur kebahasaan yang relatif Dyk (dalam Mulyana, 2005: 9) mengatakan
paling kompleks dan lengkap. Satuan bahwa teks lebih bersifat konseptual
pendukung kebahasaanya meliputi fonem, yang kemudian berkembang pemahaman
morfem, kata, frasa, klausa, kalimat mengenai teks lisan dan teks tulis, istilah
hingga satu paragraf yang utuh. Wacana inilah yang sama dengan wacana lisan dan
pada dasarnya juga merupakan unsur tulis. Dipertegas oleh Sumarlan (2010:109)
bahasa yang bersifat pragmatis, apalagi analisis tekstual adalah analisis wacana
pemakaian dan pemahaman wacana dalam yang bertumpu secara internal pada teks
komunikasi memerlukan berbagai alat yang dikaji dan melihat dari bentuk (kohesi)
yang cukup banyak. Oleh karena itu kajian dan makna (koherensi). Analisis tekstual
mengenai wacana wajib ada dalam proses terbagi menjadi dua yaitu gramatikal dan
pembelajaran bahasa, dengan tujuan untuk leksikal. Aspek gramatikal adalah analisis
membekali pemakai bahasa agar dapat wacana dari segi bentuk dan struktur lahir
memahami dan memakai bahasa dengan wacana yang meliputi referensi, pelesapan,
baik dan benar (Mulyana, 2005:1). dan penyulihan.sedangkan aspek leksikal
Menurut Chaer (2012:267) bahwa adalah kegandaan makna yang ditimbulkan
wacana adalah satuan bahasa yang melalui adanya butir leksikal yang memiliki
lengkap, sehingga dalam hirarki gramatikal makna ganda yang meliputi repetisi,
merupakan satuan gramatikal tertinggi sinonimi, hiponimi, kolokasi, ekuivalensi.
dan terbesar. Berbeda dengan (Setiawan, Berbeda dengan analisis kontekstual
2010:2) yang mengatakan bahwa wacana yang berkaitan dengan konteks. Konteks

224
Lingua. Volume XV. Nomor 2. Juli 2019

ialah situasi atau latarterjadinya suatu berupa pengacuan (reference), penyulihan


komunikasi. Konteks dapat dianggap (substitution), pelesapan (ellipsis), dan
sebagai sebab dan alasan terjadinya konjungsi (conjunction), sedangkan data
suatu bembicaraan atau dialog (Setiawan, aspek leksikal yang dominan adalah repetisi
2012:34). Konteks wacana adalah aspek- (pengulangan). Kedua, pada analisis aspek
aspek internal wacana dan segala sesuatu kontekstual ditemukan empat prinsip yang
yang secara eksternal melingkupi sebuah digunakan sebagai acuan dalam memahami
wacana (Sumarlan, 2010: 47). Maka wacana naskah, yaitu prinsip penafsiran personal,
atau tuturan pun terbagi menjadi dua yaitu prinsip penafsiran lokasional, prinsip
wacana lisan dan wacana tulis. Wacana penafsiran temporal, dan prinsip analogi.
lisan meliputi pidato, siaran berita. Wacana Ketiga naskah drama Matahari di Sebuah
tulisan meliputi novel, surat, dokumen Jalan Kecil karya Arifin C. Noor merupakan
tertulis, koran dan majalah. Dalam suatu naskah yang memiliki potensi untuk
penelitian ini peneliti lebih memfokuskan digunakan dan dikembangkan sebagai
pada penelitian wacana tertulis pada bahan ajar pembelajaran bahasa Indonesia
dokumen tertulis naskah drama Bunga di SMA. Persamaan penelitian terletak
Rumah Makan. pada analisis wacana yaitu tekstual
Adapun penelitian yang relevan dan kontekstual pada naskah drama.
menurut Eni Winarsih (2014) dengan judul Perbedaannya terletak pada judul naskah
“Analisis Wacana Tekstual dan Kontekstual drama dan adanya relevansi sebagai bahan
dalam Spanduk Iklan Partai Politik dan ajar di sekolah.
Calon Anggota Legislatif Tahun 2014 Dari kedua penelitian tersebut,
di Kabupaten Madiun” hasil penelitian persamaan penelitian ini terlihat pada
ini menunjukkan bahwa pembahasan objek kajian yang digunakan yaitu sama-
dalam penelitian ini menggunakan tiga sama mengkaji mengenai analisis tekstual
pembahasan antara lain (1) analisis dan kontekstual, sedangkan perbedaannya
tekstual yang meliputi kohesi gramatikal terletak pada subjek kajian yaitu pada
dan leksikal, (2) analisis kontekstual yang penelitian pertama lebih menggunakan
ditemukan dalam konteks situasi dan spanduk pada iklan partai politik dan calon
budaya. legislatif, sedangkan pada penelitian kedua
Berbeda dengan penelitian Budhi lebih memfokuskan pada naskah drama.
Setiawan dkk. (2015) dengan judul “Analisis
METODE PENELITIAN
Wacana Tekstual dan Kontekstual Naskah
Bentuk penelitian ini adalah
Drama Matahari di Sebuah Jalan Kecil
deskriptif kualitatif. Menurut Ratna
Karya Arifin C. Noor Serta Relevansinya
(2015:46) metode kualitatif secara
Sebagai Bahan Ajar Di Sekolah Menengah
keseluruhan memanfaatkan cara-cara
Atas” hasil penelitian menunjukkan
penafsiran dengan bentuk deskripsi kata-
bahwa pertama, dalam analisis struktur
kata yang menggambarkan fenomena-
tekstual ditemukan data aspek gramatikal

225
Lingua. Volume XV. Nomor 2. Juli 2019

fenomena yang ada yang dikumpulkan satuan lingua yang mengacu pada
berupa teks, simbol dan gambar. Sumber satuan lingua lain yang mendahului
data dalam penelitian ini berupa teks atau mengikutinya. Terdapat tiga jenis
dokumen pada naskah drama Bunga pengacuan dalam wacana naskah drama
Rumah Makan. Teknik pengumpulan data Bunga Rumah Makan yaitu pengacuan
dilakukan dengan teknik simak. Cara persona, pengacuan demonstratif, dan
menyimak dilakukan dengan menjaring pengacuan komparatif.
data dari naskah drama Bunga Rumah
Pengacuan persona
Makan. Analisis data dilakukan dengan cara
Dalam naskah drama Bunga Rumah
mereduksi data yaitu memilih hal-hal yang
Makan ditemukan data pengacuan persona.
menjadi pemfikusan penting mengenai
Pengacuan persona itu terbagi menjadi
analisis tekstual dan kontekstual, penyajian
tiga, yaitu pengacuan persona pertama
data dilakukan dengan mendisplay data
(persona I), kedua (persona II), dan ketiga
berdasarkan apa yang sudah dilakukan
(persona III), baik tunggal maupun jamak.
dan dipahami oleh peneliti dan terakhir
Hasil temuan data pengacuan persona
yaitu menyimpulkan mengenai sussunan
sebagai berikut.
deskripsi dari hasil observasi berdasarkan
analisis tekstual dan kontekstual. (1) Ani : “Baiklah, mas, saya akan
menyiapkan kopi susu. Kalau
PEMBAHASAN
ada apa-apa panggillah saya.”
Analisis Tekstual
(2) Iskandar : “Setiap orang yang punya
Menurut Sumarlan (2010:108)
masalah baik dan buruk
mengatakan bahwa struktur tekstual
seperti masalahmu pasti
wacana dapat dibagi ke dalam dua aspek,
semua akan terselesaikan.”
yaitu aspek gramatikal dan aspek leksikal.
(3) Usman : “Sebab Karnaen dan tuan
Aspek gramatikal dalam analisis tekstual
Sudarma mereka adalah
meliputi pengacuan (reference), penyulihan
pemilik rumah makan
(substitution), pelesapan (ellipsis), dan
sambara.”
perangkaian (conjunction). Adapun
aspek leksikal dalam analisis tekstual Kutipan (1) merupakan pengacuan
yang meliputi repetisi (pengulangan), pronomina I tunggal bentuk bebas saya.
sinonimi (padan kata), antonimi (lawan Bentuk pengacuan persona I tunggal bentuk
kata), kolokasi (sanding kata), hiponimi bebas saya ini mengacu pada tokoh Ani
(hubungan atas-bawah), dan ekuivalensi sebagai penutur dalam tuturan tersebut.
(kesepadanan). Kata saya (1) merupakan jenis kohesi
gramatikal pengacuan endofora (karena
Aspek Gramatikal
acuannya berada dalam teks) yang bersifat
Pengacuan
anaforis karena acuannya disebutkan
Pengacuan atau referensi adalah
terlebih dahulu. Kutipan (2) menunjukkan

226
Lingua. Volume XV. Nomor 2. Juli 2019

adanya persona kedua tunggal. Bentuk demonstratif tempat dekat dengan penutur.
terikat kanan -mu dalam kata masalahmu Pada kutipan (6) terdapat kata disana
yang mengacu kepada Ani sebagai lawan sebagai penanda pengacuan demonstratif
bicara penutur dalam tuturan (2). Pada tempat jauh dengan penutur.
kutipan (3) terdapat pengacuan persona
Pengacuan komparatif
ketiga jamak. Hal itu dapat dilihat dengan
Pengacuan komparatif dapat
adanya penggunaan kata mereka yang
ditandai dengan penggunaan kata seperti,
mengacu pada Karnaen dan Sudarma
bagai, bagaikan, laksana, sama dengan,
yang merupakan pemilik warung makan
tidak berbeda dengan, persis seperti, dan
sambara.
persis sama dengan. Dalam naskah drama
Bunga Rumah Makan ditemukan data
Pengacuan demonstratif
pengacuan komparatif sebagai berikut.
Dalam naskah drama Bunga
Rumah Makan ditemukan data pengacuan (7) Rukayah : “Tak usah, nanti seperti aku,
demonstratif. Keempat macam sukar mendapat tunangan , ya
demonstratif, baik demonstratif waktu sekarang aku mengiri padamu.
maupun tempat memiliki ciri khas Sungguh aku mengiri An, aku
tersendiri. Pada naskah Bunga Rumah takut kalu engkau tak lagi jadi
Makan ditemukan data pengacuan kawanku.”
demonstratif waktu dan pengacuan (8) Ani : “Ya, tidak seperti yang banyak,
demonstratif tempat. tidak tahu adat kesopanan,
duduk bukan ditempatnya
(4) Ani : “Ah, masa, Ruk. Kita sekarang
duduk.”
masih berteman kok.”
(9) Iskandar : Hmm, manusia itu
(5) Iskandar : “Ayo pergi. Jangan
pakaiannya saja yang bagus,
mendongeng pula dan lekas
tak tahu ia, bahwa hatinya
jangan datang lagi disini.”
lebih kotor bagai kakus.”
(6) Sudarma : “Eh, jika nanti Usman
(10) Ani : “Tidak berbeda dengan
datang disana, suruh dia
Suherman yang Mas anggap
menyusul aku ke kantor
sebagai saingan.”
pertemuan. Dan engkau
jangan bepergian.” Penyulihan
Penyulihan atau substitusi adalah
Pada data kutipan (4) menunjukkan
proses penghasilan dari pergantian unsur
adanya penggunaan pengacaun
bahasa oleh unsur satuan yang lebih besar
demonstratif waktu kini yang ditandai
untuk memperoleh unsur yang berbeda.
dengan penggunaan kata sekarang,
penyulihan atau substitusi dibedakan
sedangkan pada kutian (5) dan terdapat
menjadi empat jenis, yaitu substitusi
kata disini sebagai penanda pengacuan
nominal, substitusi verbal, substitusi frasal,

227
Lingua. Volume XV. Nomor 2. Juli 2019

dan substitusi klausal. Dalam naskah Bunga hubungan antara unsur yang satu dengan
Rumah Makan ditemukan data penyulihan unsur yang lain dalam sebuah wacana.
(substitution), yaitu: Unsur yang dirangkai dapat berupa
satuan lingual kata, frasa, klausa, maupun
(11) Karnaen : Sangkaku perkataanmu kalimat. Dalam naskah drama Bunga
tak sedap di dengar dan tak Rumah Makan dapat ditemukan data yang
enak di rasa.” berupa perangkaian. Perangkaian dalam
naskah drama tersebut ditandai dengan
Pada data kutipan (11) terdapat
penggunaan kata tapi, dan, atau, sebab,
substitusi nominal yang ditemukan adalah
setelah, lalu, kalaupun, dan kecuali.
kutipan diatas yang disampaikan oleh tokoh
Karnaen, “Sedap?”, “Enak?”. Pada kutipan (13) Ani : “Apa artinya Ruk, bila
di atas tejadi penggantian nominal sedap perempuan ingin
menjadi enak. Kutipan tersebut dituturkan menyerahkan segenap jiwa
oleh tokoh si kurus kepada si tua sebagai dan raganya kepada laki-
mitra tuturnya. laki?”
(14) Rukayah : “Sebab menurut
Pelesapan
pendapatku cinta itu baru
Pelesapan adalah proses benar, jika pikiran turut
penghilangan kata atau satuan kebahasaan menghitungnya. Tapi ini
yanglain. Di dalam analisis wacana, hanya pendapatku saja.”
unsur yang dilesapkan ditandai dengan (15) Suherman : “Ani, kau adalah gadis
konstituen nol atau zero (dengan lambang baik, untuk itu kau pilih aku
Ø) pada tempat terjadinya pelesapan atau dia yang hanya membuat
unsur tersebut. Dalam naskah drama keonaran disini saja.”
Bunga Rumah Makan ditemukan data yang
Pada data kutipan (13-15) termasuk
merupakan pelesapan sebagai berikut.
ke dalam konjungsi koordinatif yang
(12) Ani : “Besok lagi kesini ya?” ditandai dengan kata hubung dan, tapi, atau
yang berfungsi untuk menggabungkan kata
Pada data kutipan (12) ditemukan dengan kata, frasa dengan frasa, klausa
adanya pelesapan kata yang seharusnya dengan klausa dan kalimat dengan kalimat.
ditulis besok datang lagi kesini ya? Maka dari
itu tanda Ø digunakan untuk melesapkan Aspek Leksikal
kata datang dalam kutipan data tersebut Repetisi
Repetisi adalah pengulangan satuan
Perangkaian lingual berupa bunyi, suku kata, kata, atau
Perangkaian atau konjungsi bagian kalimat yang dianggap penting
merupakan salah satu jenis kohesi untuk memberi tekanan dalam sebuah
gramatikal yang ditandai dengan adanya konteks yang sesuai. Dalam naskah drama

228
Lingua. Volume XV. Nomor 2. Juli 2019

Bunga Rumah Makan ditemukan repetisi berlawanan atau beroposisi dengan satuan
sebagai berikut. lingual yang lain. Dalam naskah Bunga
Rumah Makan ditemukan adanya data
(16) Polisi : “Tiada sangkaan, kalau- sebagai berikut.
kalau orang itu gila.”
(19) Ani : “Ya disini rumah makan
Pada data kutipan (16) terlihat
sambara, tidak ada tuan belum
adanya repetisi pengulangan kata yang
datang. Ayo pergi aku benci
sama pada kata kalau-kalau yang berfungsi
melihat kau.”
untuk memberi tekanan guna membangun
(20) Iskandar : “Hhh, manusia itu
keutuhan wacana.
pakaiannya saja yang bagus,
Sinonimi tak tahu ia bahwa itu hatinya
Sinonimi dapat diartikan sebagai lebih kotor daripada kakus.”
nama lain untuk benda atau hal yang sama
atau ungkapan yang maknanya kurang lebih Pada data kutipan (19) menunjukkan
sama dengan ungkapan lain. Dalam naskah adanya penggunaan antonimi pada kata
drama Bunga Rumah Makan ditemukan pergi yang memiliki lawan kata datang.
data sinonimi sebagai berikut. Pada kutipan (20) menunjukkan adanya
(17) Iskandar : “Engkau yang gampang penggunaan antonimi kotor yang memiliki
membuat mulut memainkan lawan kata bersih dan indah.
bibir. Kau sangka bibirmu Kolokasi
itu bagus dipandang oleh Kolokasi atau sanding kata adalah
semua orang.” asosiasi tertentu dalam menggunakan
(18) Ani : “Ayo pergi! Aku benci melihat pilihan kata yang cenderung digunakan
kau.” secara berdampingan. Dalam naskah drama
Pada data kutipan (17) menunjukkan Bunga Rumah Makan ditemukan adanya
adanya penggunaan sinonimi pada kata data kolokasi sebagai berikut:
bagus yang memiliki persamaan kata indah
(21) Karnaen : “Ani adalah gadis cantik
dan baik. Pada kutipan (18) menunjukkan
pelayan rumah makan
adanya penggunaan sinonimi benci yang
sambara.”
memiliki persamaan kata marah, dan
jengkel. Data kutipan (21) menunjukkan
adanya kolokasi yaitu pada kata gadis
Antonimi cantik, kata gadis berkolokasi dengan
Antonimi dapat diartikan sebagai kata cantik, sedangkan kata cantik dan
nama lain untuk benda atau hal yang gadis cantik dalam wacana diatas yaitu
lain atau satuan lingual yang maknanya berdampingan dengan kata bunga.

229
Lingua. Volume XV. Nomor 2. Juli 2019

Hiponimi pertanyaanku sebagai kata umum yang


Hiponimi dapat diartikan sebagai telah di umumkan.
suatu bahasa (kata, frasa, atau kalimat)
Analisis Kontekstual
yang maknanya dianggap merupakan
Analisis kontekstual merupakan
bagian dari makna satuan lingual yang lain.
analisis wacana yang bertumpu pada aspek-
Unsur atau satuan lingual yang mencakupi
aspek internal wacana dan segala sesuatu
beberapa unsur atau satuan lingual yang
yang secara eksternal melingkupi sebuah
berhiponim itu disebut hipernim atau
wacana. Konteks wacana secara garis besar
superordinat. Dalam naskah drama Bunga
dapat dibedakan menjadi konteks bahasa
Rumah Makan ditemukan hiponimi sebagai
dan konteks luar bahasa. Konteks luar
berikut.
bahasa disebut dengan konteks situasi dan
(22) Iskandar : “Sebentar lagi berkas- konteks budaya. Pemahaman mengenai
berkas di langit akan buyar konteks situasi dan budaya dalam wacana
dan matahari akan mulai dapat dilakukan dengan berbagai prinsip
memancarkan sinarnya yang penafsiran dan prinsip analogi.
putih, terang, dan panas.” Prinsip penafsiran yang dimaksud
antara lain: prinsip penafsiran personal,
Pada data kutipan (22) terdapat
prinsip penafsiran lokasional, prinsip
hiponimi, yang menjadi hipernimnya
penafsiran temporal, dan prinsip analogi.
adalah pancaran sinar matahari. Sementara
Prinsip penafsiran yang berkaitan dengan
itu, yang dirasakan ketika matahari mulai
analisis kontekstual dalam naskah drama
memancarkan sinarnya adalah sinarnya
Bunga Rumah Makan akan dipaparkan
yang putih, terang, dan panas.
berikut ini.

Ekuivalensi Prinsip Penafsiran Personal


Ekuivalensi adalah hubungan Prinsip penafsiran personal
kesepadanan antara satuan lingual tertentu berkaitan dengan siapa yang sesungguhnya
dengan satuan lingual yang lain dalam menjadi partisipan di dalam suatu wacana.
sebuah paradigma. Dalam naskah drama Dalam hal ini, siapa penutur dan siapa
Bunga Rumah Makan ditemukan adanya mitra tutur sangat menentukan makna
data ekuivalensi sebagai berikut. sebuah tuturan. Pelibat wacana dalam
naskah drama Bunga Rumah Makan hanya
(23) Rukayah : “Sekali lagi aku ditujukan pada tokoh utama sebagai
bertanya, coba jawab penutur, yaitu Ani dan sebagai mitra
pertanyaanku?” tuturnya adalah Suherman, Sudarma,
Pada data kutipan (23) menunjukkan Iskandar, Rukayah, Usman dll. Hal tersebut
adanya ekuivalensi pada kata bertanya dan didasarkan pada pendapat berikut.

230
Lingua. Volume XV. Nomor 2. Juli 2019

1. Kedudukan tokoh utama di dalam Pada data kutipan (24) berisi


sebuah drama sangatlah penting, petunjuk lokasi. Lokasi ini merupakan
karena melalui tokoh utamalah lokasi awal yang disebutkan dalam naskah
pengarang menyampaikan gagasan- drama Bunga Rumah Makan. Hal tersebut
gagasannya di dalam sebuah cerita. diawali dengan sebuah narasi yang
2. Berdasarkan judul naskah Bunga menggambarkan adanya sebuah Rumah
Rumah Makan ini menceritakan makan kecil yang dinamakan sambara yang
tentang kegigihan seorang perempuan berada di pinggir jalan.
yang diperebutkan oleh tiga laki-laki,
Prinsip Penafsiran Temporal
dalam dialog tersebut di lakukan di
Prinsip penafsiran temporal
rumah makan sambara.
berkaitan dengan pemahaman mengenai
Berdasarkan beberapa pendapat
waktu. Berdasarkan konteksnya, dapat
di atas, peneliti menetapkan tokoh
kita tafsirkan kapan atau berapa lama
utama dalam naskah ini adalah Ani yang
waktu terjadinya suatu situasi (peristiwa,
digambarkan sebagai sosok wanita yang
keadaan, ataupun proses). Berdasarkan
kuat dan selalu menjalani pahit manisnya
hal tersebut, peneliti berasumsi bahwa
kehidupan sendiri tanpa adanya orang tua
prinsip penafsifan temporal dalam naskah
di sampingnya karena sudah meninggal.
drama Bunga Rumah Makan merupakan
Prinsip Penafsiran Lokasional peristiwa-peristiwa yang terjadi secara
Prinsip penafsiran lokasional linear (progresif), rapat, dan berurutan.
berkaitan dengan penafsiran lokasi atau Naskah ini dengan jelas menceritakan
tempat terjadinya situasi (keadaan, waktu terjadinya peristiwa dalam naskah.
peristiwa, dan proses) dalam memahami Dalam narasi itu jelas disebutkan waktu
sebuah wacana. Lokasi atau tempat yang menunjukkan awal kisah tersebut
terjadinya situasi pada konteks wacana terjadi di pagi hari. Hal tersebut terlihat
naskah drama Bunga Rumah Makan dalam kutipan berikut.
berlangsung pada beberapa tempat yang
(25) Karnaen : “Sebentar lagi berkas-
berkaitan. Lokasi berlangsungnya situasi
berkas di langit akan buyar
atau peristiwa ini yaitu Rumah Makan
dan matahari akan mulai
Sambara yang dapat dilihat pada data
memancarkan sinarnya yang
berikut.
putih, terang, dan panas….
(24) Ani : “Ini adalah rumah makan, An.”
bukan tempat mondar-
mandir pelancongan, sudah Dari data kutipan (25) terlihat
pergi saja kamu dari sini.” penulis menggambarkan suasana pagi hari,
terlihat dalam kata Bunga Rumah Makan.
Pagi hari adalah saat matahari memulai

231
Lingua. Volume XV. Nomor 2. Juli 2019

untuk memancarkan sinarnya. Pada akhir Konteks fisik (physical context)


naskah, dijelaskan pula bahwa cerita dalam meliputi tempat terjadinya pemakaian
naskah ini berakhir pada siang hari. bahasa, objek yang disajikan dalam
peristiwa komunikasi, dan tindakan para
Prinsip Analogi
partisipan dalam peristiwa komunikasi
Prinsip analogi digunakan sebagai
tersebut. Melalui prinsip penafsiran
dasar oleh penutur maupun mitra
lokasional dapat diketahui bahwa tempat
tutur dalam memahami makna dan
(latar cerita) dalam naskah drama Bunga
mengidentifikasi maksud dari (bagian
Rumah Makan adalah rumah makan
atau keseluruhan) sebuah wacana. Pokok
sambara, tepatnya di warung makan milik
permasalahan dalam naskah drama Bunga
Sudarma.
Rumah Makan adalah mengenai perjalanan
Konteks epistemis (ephistemic
seorang wanita yang menjadi pelayan
context) merupakan latar belakang
pada rumah makan yang dibingungkan
pengetahuan yang sama-sama diketahui
pada tiga laki-laki yang harus dipilihnya.
oleh penutur dan mitra tutur. Dalam
Seperti judulnya, bunga merupakan
naskah drama Bunga Rumah Makan
penggambaran dari keindahan, kecantikan
konsep epistemis diambil dari kejadian
dan kegembiraan. Hal itu terlihat dari
yang terjadi di lingkungan sekitar kita,
cara kerja Ani yang selalu jujur dan
di negara Indonesia bahwa di Indonesia
penuh dengan kegembiraan di wajahnya.
masih ada perempuan cantik yang baik hati
Berdasarkan pemaparan tersebut, terlihat
yang bekerja di rumah makan dan melayani
bahwa dalam naskah Bunga Rumah Makan
pembeli dengan penuh kegembiraan.
ini mengenai gigihnya perempuan cantik
Konteks linguistik (linguistic
yang menjadi seorang pelayan di salah satu
context) terdiri atas tuturan-tuturan
rumah makan sambara.
yang mendahului atau yang mengikuti
Inferensi sebuah tuturan tertentu dalam peristiwa
Inferensi merupakan proses yang komunikasi. Konteks linguistik dalam
harus dilakukan oleh komunikan (pembaca, naskah drama Bunga Rumah Makan berupa
pendengar, maupun mitra tutur) untuk tuturan-tuturan yang mengandung pokok
memahami makna yang secara harfiah tidak permasalahan antara penutur (Ani) dan
terdapat dalam wacana yang diungkapkan mitra tutur (Iskandar)
oleh komunikator (pembicara, penulis, Konteks sosial (social context) yaitu
maupun penutur). Inferensi dapat diambil relasi sosial yang melengkapi hubungan
dari sebuah tuturan tergantung pada antara penutur dan mitra tutur. Hubungan
konteks yang menyertainya. Terdapat penutur (Ani) dengan mitra tutur (Sudarma
empat macam konteks pemakaian bahasa, dll.) merupakan hubungan antara pelayan
yaitu konteks fisik, konteks epistemis, rumah makan dengan pemilik rumah
konteks linguistik, dan konteks sosial. makan serta pembeli makanan di rumah
makan tersebut.

232
Lingua. Volume XV. Nomor 2. Juli 2019

SIMPULAN dan Pembelajaran Bahasa. Salatiga:


Dari penelitian di atas dapat di Widya Sari Press.
simpulkan bahwa dalam analisis tekstual . (2012). Analisis Wacana. Salatiga:
dan kontekstual ditemukan 25 data. Widya Sari Press.
Terdapat 23 data yang menunjukkan .(2015). Analisis Wacana Tekstual dan
analisis tekstual yang terdiri dari pengacuan Kontekstual Naskah Drama Matahari
(reference), penyulihan (substitution), di Sebuah Jalan Kecil Karya Arifin
pelesapan (ellipsis), dan perangkaian C. Noor Serta Relevansinya Sebagai
(conjunction). Adapun aspek leksikal dalam Bahan Ajar di Sekolah Menengah
analisis tekstual yang meliputi repetisi Atas. Jurnal Basastra 3(2), 1-17.
(pengulangan), sinonimi (padan kata), Sontani, Utuy Tatang. Bunga Rumah
antonimi (lawan kata), kolokasi (sanding Makan. Diketik Ulang dari Naskah
kata), hiponimi (hubungan atas-bawah), Terbitan Perpustakaan Perguruan
dan ekuivalensi (kesepadanan). Sedangkan Kementerian P. P. dan K. Jakarta
terdapat 2 data yang menunjukkan analisis 1954. http://bandarnaskah.
kontekstual yang terdiri dari prinsip blogspot.com/search/?q=bunga+r
penafsiran personal, prinsip penafsiran umah+makan&x=0&y=O, diunduh
lokasional, prinsip penafsiran temporal, pada 28 April 2018.
dan prinsip analogi. Sumarlan dkk. (2010). Teori dan Praktik
Analisis Wacana. Surakarta: Pustaka
Cakra.
DAFTAR PUSTAKA Winarsih, Eni. (2014). Analisis Wacana
Tekstual dan Kontekstual dalam
Chaer, Abdul. (2011). Linguistik Umum. Spanduk Iklan Partai Politik dan
Jakarta: Rineka Cipta. Calon Anggota Legislatif Tahun
Jorgensen dkk. (2007). Analisis Wacana. 2014 di Kabupaten Madiun. Jurnal
Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Widyabastra 2(1), 50-61.
Kridalaksana, Harimurti. (2008). Kamus
Linguistik. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.
Mulyana. (2005). KajianWacana Teori,
Metode & Aplikasi Prinsip-Prinsip
Analisis Wacana. Yogyakarta: Tiara
Wacana.
Ratna, Nyoman Kutha. (2015). Teori,
Metode dan Teknik Penelitian Sastra.
Yogyakarta: pustaka pelajar.
Setiawan, Budhi. (2010). Analisis Wacana

233

Anda mungkin juga menyukai