Anda di halaman 1dari 21

ANALISIS TRANSFORMASI WACANA KALBAR MEMBACA PADA

KORAN SUARA PEMRED

Tugas ini
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Teori Bahasa
Dosen pengampu: Prof. Dr. Drs. Suhardi, M.Pd.

Disusun oleh:
Valents Roni Sunarno Alnovgada
NIM 17715251036
B. PBSI 2017

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


FAKULTAS PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2018
ANALISIS TRANSFORMASI WACANA KALBAR MEMBACA PADA
KORAN SUARA PEMRED

Valents Roni Sunarno Alnovgada/17715251036/PBSI B 2017


Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Pascasarjana, UNY
Valentsroni@gmail.com

Abstrak
Makalah ini bertujuan untuk mengetahui kalimat – kalimat
mana sajakah yang dapat di analisis dan penjabaran proses kalimat
– kalimat yang dapat di analisis menggunakan analisis kalimat
transformasi tunggal (KTT) pada wacana Kalbar Membaca dalam
koran Suara Pemred. Metodologi yang digunakan dalam makalah
ini adalah metode deskriptif kualitatif. Data yang dianalisis dalam
makalah ini adalah kalimat – kalimat dalam wacana Kalbar
Membaca pada koran Suara Pemred yang dapat dianalisis sesuai
subtipe pada analisis kalimat transformasi tunggal (KTT). Subtipe
yang dapat dikenakan dalam analisis pada kalimat – kalimat
tersebut ialah (1) KTT penghilangan (delicion), (2) KTT
penambahan (additional), (3) KTT penggantian (subsitusi), (4)
KTT larangan dan (5) KTT permintaan (question).

Kata Kunci : Wacana Kalbar Membaca, kalimat transformasi


tunggal (KTT), diagram pohon.

PENDAHULUAN
Dalam kehidupan sehari-hari sebagai mahluk sosial manusia tidak terlepas
dari kegiatan berbahasa, hal ini disebabkan oleh bahasa berfungsi sebagai alat
komunikasi yang efektif karena setiap hal yang dilakukan tidak terlepas dari
penggunaan bahasa, dengan adanya bahasa akan mempermudahkan kita untuk
saling bekerja sama dan berinteraksi.
Chaer (2007:32) menyatakan “Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang
bersifat arbiter yang digunakan oleh para anggota kelompok sosial untuk bekerja
sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasi diri”. Dalam ilmu bahasa atau
linguistik tidak terlepas dari teori dan aliran-aliran lingusitik, sejarah lingusitik
yang sangat panjang telah melahirkan aliran-aliran linguistik setiap aliran-aliran
linguistik tersebut memiliki pandangan yang berbeda-beda mengenai bahasa.
Tarigan (1987:27) mengemukakan bahwa wacana adalah satuan bahasa
yang paling lengkap, lebih tinggi dari klausa dan kalimat, memiliki kohesi dan
koherensi yang baik, mempunyai awal dan akhir yang jelas, berkesinambungan,
dan dapat disampaikan secara lisan atau tertulis. Wacana yang baik adalah wacana
yang memperhatikan hubungan antarkalimat. Hal ini harus selalu diperhatikan
untuk memelihara keterkaitan dan keruntutan antarkalimat. Sejalan dengan
pandangan bahwa bahasa itu terdiri atas bentuk (form) dan makna (meaning),
hubungan dalam wacana dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu hubungan
bentuk yang disebut kohesi, dan hubungan makna atau hubungan semantis yang
disebut koherensi. Namun, yang akan peneliti gunakan hanya berdasarkan jenis
kohesi.
Wacana dapat dibagi dua macam yakni, wacana tulis dan wacana lisan.
Untuk wacana yang disampaikan secara tertulis penyampaian isi atau informasi
disampaikan secara tertulis. Ini dimaksudkan agar tulisan tersebut dapat dipahami
dan diinterprestasikan oleh pembaca. Salah satu wujud wacana tulis yang berasal
dari media, seperti surat kabar (koran) ataupun majalah dapat dikaji, baik dari segi
gramatikalnya maupun dari segi konteksnya. Salah satu bentuk wacana yang
berasal dari media massa adalah berita. Berita merupakan laporan tentang suatu
kejadian yang baru atau keterangan yang terbaru tentang peristiwa. Berita ada
yang disampaikan secara lisan dan tulisan. Dalam berita sebagai wacana tulis
memiliki keterikaitan antarkalimat secara gramatikal. Berita sebagai wacana tulis
terdapat dalam berbagai surat kabar, salah satunya koran Suara Pemred.
Koran Suara Pemred adalah nama surat kabar lokal di Kalbar yang
berbahasa Indonesia, terbit setiap hari. Dalam koran ini terdapat berbagai macam
rubrik yakni Politik & Hukum, Internasional, Pendidikan & Kebudayaan,
Lingkungan & Kesehatan, Ilmu Pengetahuan & Teknologi, Teropong, Bisnis &
Keuangan, Sosok, Klasika. Pemilihan wacana berita dalam Koran Suara Pemred,
dalam penelitian ini mempertimbangkan beberapa aspek. Wacana berita
merupakan wacana yang banyak digemari oleh masyarakat, karena berisi laporan
peristiwa yang terjadi di lingkungan sekitar dan diterbitkan setiap hari. Sehingga
bersifat aktual. Hal ini menjadikan pembaca mendapat informasi yang aktual.
Selain itu, bahasa yang digunakan dalam Koran Suara Pemred yakni
menggunakan bahasa yang formal, Suara Pemred mengesankan sebagai koran
yang menggunakan Bahasa Intelek, sopan, dapat dimengerti, dan dapat menjadi
rujukan jika kita ingin menggunakan bahasa yang baik dan benar. Kaidah
sintaksis pada wacana yang dipilih dapat dianalisis dalam unsur- unsur bahasanya
menggunakan analisis transformasi, yang berfungsi sebagai penunjuk unsur-unsur
bahasa yang tidak dipahami. Analisis transformasi yang digunakan pada wacana
ini berfokus pada analisis kalimat transformasi tunggal (KTT) pada wacana
Kalbar Membaca itu sendiri. Makalah ini bertujuan untuk mengetahui kalimat –
kalimat mana sajakah yang dapat di analisis menggunakan subtipe pada kalimat
transformasi tunggal (KTT), serta penjabaran proses dalam analisis kalimat –
kalimat pada wacana yang dapat di analisis menggunakan analisis kalimat
transformasi tunggal (KTT) itu sendri yang terdapat pada wacana Kalbar
Membaca dalam koran Suara Pemred.

KAJIAN TEORI
Teori yang digunakan dalam makalah ini adalah teori transformasi
generatif. Kurang lebih tahun 1957 muncullah revolusi linguistik sesudah
linguistik struktural yang menamakan dirinya Transformational Generative
Grammar atau Generative Transformational. Dalam bahasa Indonesia hal itu
disebut Tata Bahasa Generatif Transformasional (TGT) konsep ini pertama kali
dikemukakan oleh Noam Chomsky dalam buku Syntactic Structure (1957). Oleh
sebab itu , beliau disebut pencetus atau tokoh utama aliran transformasionalisme.
Pada karya-karya awal Chosky terlihat jelas ketertarikannya pada eksplanasi
bahasa. Ia tidak lagi memerhatikan pada prosedur penemuan, tetapi lebih menitik
beratkan pada prosedur penilaian.
Suhardi (2017:4) Tata bahasa memiliki dua pengertian yaitu tata bahasa
sebagai suatu ilmu yang dipelajari untuk menambah ilmu pengetahuan atau
ketatabahasaan dan tata bahasa sebagai suatu kaidah dalam pemakaian bahasa
agar ekspersinya mudah dipahami orang lain . Kaidah-kaidah bahasa itu meliputi
pola-pola kata, struktur kata, konstruksi kata dalam pemakain bahasa. Hal ini
berarti bahwa objeknya tidak hanya bahasa ujar itu sendiri, tetpai semua tindak
fonasi (penuturan) pada setiap individu ketika berbahasa (melakukan penuturan
berbahasa). Jadi tata bahasa merupakan seperangkat kaidah yang terbatas
jumlahnya, tetapi sudah mampu menghasilkan kalimat-kalimat yang taak terbatas
jumlahnya dan betul (Chomsky dalam Suhardi, 2017:4).
Awal mula kata generatif berasal dari kata generate yang dapat berarti
menghasilkan, menjadikan, menerbitkan, atau membangkitkan, sementara itu,
kata transform dapat berarti mengubah bentuk, dari bentuk dasar ke bentuk baru
atau dari bentuk dasar/ dalam ke bentuk luar/ permukaan istilah generatif
transformasi berarti membangkitkan dan mengubah suatu bentuk ke bahasaan
sehingga menimbulkan suatu bentuk lain yang baru (Suhardi, 2017: 6).
Komponen tata bahasa terdiri atas komponen sintaksis ( yang berupa
kaidah struktur gatra) dan komponen transformasi (yang berupa kaidah
transformasi) dan yang kedua adalah komponen fonologi (Suhardi, 2017:13).
Dalam buku Chomsky yang pertama belum terlukiskan sifat bahasa sebagai
kesatuan bentuk makna pada tingkat sintaksis. Namun dalam perkembangaan
selanjutnya, Chomsky memperbarui idenya itu yang dituangkan dalam buku
Aspect Of The Theory Syntax (1965). Dalam buku tersebut (Chomsky dalam
Suhardi, 2017:13) telah ditegaskan bahwa tata bahasa memiliki tiga komponen
utama yaitu komponen sintaksis, fonologi dan semantik.
Suhardi (2017:14) kaidah transformasi merupakan salah satu ciri pokok
teori tata bahasa generatif transformasional yang membedakan dari teori teori tata
bahasa yang lain. Kaidah inilah yang akan berperan mengubah struktur dasar atau
dalam (deep structure) menjadi struktur luar (surface structures).
Menurut Soeparno (2011:27-29) ciri-ciri aliran transformasional ini dibagi
menjadi empat, yaitu berdasarkan faham mentalistik, bahasa merupakan innate,
bahasa terdiri atas lapis dalam dan lapis permukaan, bahasa terdiri atas unsur
‘competent’ dan ‘performance’.
Salah satu manfaat analisis bahasa dengan mempergunakan struktur dasar
(SD) atau struktur luar atau permukaan (SP) dapat dilihat dari pembicaraan
kalimat tanya, kalimat perintah, dan lain-lain. Dalam hal ini dapat dilihat adanya
proses penambahan (addition), penghilangan (deletion), perubahan struktur
(permution), pada struktur dasaranya . dapat diprediksikan bahwa kaidah
transformasi dapat berupa proses penamabahan unsur, pengurangan unsur,
perubahan struktur, pergantian struktur dan lain-lain pada struktur yang ada.
Kaidah transfosmasi terdiri dari dua jenis yaitu transformasi tunggal dan
transformasi ganda. Transformasi tunggal yaitu menyangkut pemarkah frase
tunggal, dan apabila dua pemarkah frase digabungkan atau yang satu disematkan
pada pemarkah fraseyang lain, maka transformasi ini disebut transformasi ganda.
Kalimat transformasi adalah suatu bentuk kalimat yang diturunkan dar
kalimat lain yang berupa dasar atau inti dengan penerapan kaidah transformasi
tertentu didalamnya (Suhardi, 2017 : 92). Kalimat transformasi dibagi menjadi
dua jenis, yaitu tansformasi tunggal dan gabungan.
Kalimat transformasi tunggal ialah kalimat yang terdiri dari sebuah
penanda frase, serta bentuk kalimat yang menghasilkan sari satu KD (KI) dengan
proses perubahan struktur, penambahan, penghilangan, penggantian, dan hasilnya
tetap berupa kalimat tunggal. Samsuri, (Suhardi, 2017 : 93). Kalimat Transformasi
Tunggal (KTT) dapat dikelompokkan menjadi beberapa subtipe yaitu KTT
Permutasian (pembalikan), KTT Penambahan (additional), KTT Penghilangan,
KTT Pasif, KTT Penggantian (subsitusi), KTT Tanya, KTT Perintah, KTT
Larangan, KTT Permintaan, KTT Nominalisasi.
Transformasi Ganda ialah dua kalimat atau lebih yang menjadi dasar
kalimat dengan proses pembentukan dilakukan dengan cara menggabungkan dua
kalimat dasar atau lebih yang memakai operator penggabung tertentu serta dengan
cara menyisipkan kalmiat tertentu ke dalam kalimat yang lain (Suhardi, 2017
:114). Transformasi ganda dikelompokkan menjadi dua, yaitu transformasi ganda
gabung (TGG) dan transformasi ganda penyisipan (TGP).
Dalam teori transformasi dikenal suatu diagram yang disebut diagram
pohon atau dikenal dengan pemarkah frasa (Riemsdijk dan Williams. 1986; Veit,
1986). Diagram pohon dijadikan alat ukur untuk menghubungkan struktur batin
dengan struktur lahir suatu kalimat. Diagram ini pun berguna untuk menganalisis
relasi gramatis dan generalisasi suatu kalimat. Kaidah struktur frasa dimulai
dengan simbol K (kalimat). Simbol N (nomina), A (adjektiva), Asp. (aspek),
dan V (verba) disebut dengan simbol terminal dimana keberadaannya tidak bisa
dikembangkan lagi oleh struktur frasa. Sedangkan simbol FN (frasa nomina) dan
FV (frasa verba), disebut dengan simbol non-terminal, karena masih bisa
dikembangkan. Contoh sederhana struktur suatu kalimat dapat dilihata pada (1)
(1) a. K
b. K = FN + FV
c. FN = N
d. FV = V + FN
e. FN = N + A
Berdasarkan struktur kalimat sederhana yang dirumuskan melalui kaidah
struktur frasa (KSF) seperti yang terdapat pada (1), beberapa kalimat dapat
dibentuk seperti yang terdapat pada (2).
(2) a. Amir membeli sepeda baru
b. Tina memakai baju biru
Dengan menggunakan diagram pohon, maka struktur frasa kalimat-
kalimat yang terdapat pada (2) dapat digambarkan dengan menggunakan
diagram pohon seperti yang terdapat pada (3).
(3) a #S# b #S#
FN FV FN FV
N V FN N V FN
N Adj N Adj
Amir membeli sepeda baru Tina memakai baju biru

METODE PENELITIAN
Peneliti memerlukan metode untuk mencapai suatu tujuan, agar peneliti
dapat terarah untuk memecahkan masalah dalam penelitian, diperlukan metode
yang sesuai dengan masalah dan tujuan peneliti. Dalam suatu penelitian penentuan
metode sebagai cara dalam menjawab rumusan masalah. Pemilihan metode sangat
ditentukan oleh tujuan penelitian. Menurut Sugiyono, (2011:3) “metode penelitian
pada asalnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan
kegunaan tertentu”. Penelitian Ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif
karena penelitian ini menggunakan data sebagaimana adanya dengan tidak diubah
baik dalam bentuk simbol maupun bilangan.
Data penelitian ini adalah kalimat – kalimat yang terdapat dalam wacana
Kalbar Membaca pada koran Suara Pemred. Data diperoleh dari wacana Kalbar
Membaca, dengan demikian diperolehlah data yang cukup untuk menentukan
kalimat – kalimat yang dapat dianalisis menggunakah kalimat transformasi
tunggal sesuai subtipe yang sesuai. Data dianalisis dengan menggunakan teori
tata bahasa transformasi atau tata bahasa generatif khususnya transformasi kalimat
tunggal (KTT).

PEMBAHASAN
Berdasarkan teori transformasi, dalam menganalisis kalimat-kalimat
transformasi harus berdasarkan pertimbangan metodologis, di antaranya deskripsi
struktural, yang berkaitan dengan relasi sintaksis, leksikon secara fungsional, dan
interpretasi semantis yang merupakan akibat dari relasi-relasi struktur. Dan
pertimbangan tersebut berkaitan dengan sistem konsituen yang berlaku dalam
kalimat yang dianalisis.
Kalimat yang dianalisis pada wacana Kalbar Membaca dalam koran Suara
Permed terfokus pada analisis kalimat transformasi tunggal, dalam hasil analisis
kalimat, terdapat kalimat – kalimat yang dapat di analisis sesuai subtipe pada
Kalimat Transformasi Tunggal. Kalimat transformasi tunggal (KTT) yang dapat
dianalisis pada wacana ini yaitu dibagi menjadi, (1) KTT penghilangan (delicion),
(2) KTT penambahan (additional), (3) KTT penggantian (subsitusi), (4) KTT
larangan dan (5) KTT permintaan (question).
1. KTT Penghilangan
Bentuk transformsi dengan proses penghilangan satu atau lebih unsur
– unsur yang terkandung pada kalimat dasar (Suhardi, 2017 : 95).
a. Dalam wacana Kalbar membaca paragraf 1 pada kalimat 1, dapat
digunakan KTT penghilangan sebagai berikut.
(1) Didirikan Pay Sandi Varli bersama teman – teman 20 Februari
2016, gerakan ini sudah malang melintang di Kalbar.
(2) Didirikan Pay Sandi Varli bersama teman – teman, gerakan ini
sudah malang melintang di Kalbar.
Selanjutnya, dibentuklah kaidah struktur frasa (KSF) dari kalimat
(1) dan (2) seperti yang terdapat pada (3).
(3) a. #S# = FN+FV+F.Adv b. #S# = FN+FV+
FN = N1+N2 FN = N1+N2
FV = V+FN+ Adv W FV = V+FN+∅
Fadv = FN+F.Prep+Adv+FV Fadv = FN+F.Prep+Adv+FV

Setelah dirumuskan seperti (3)a dan (3) b, selanjutnya akan dianalisis


melalui diagram pohon seperti berikut.
a #S#
FN FV F.Adv
N1 N2 V FN Adv FN F.Prep Adv FV Adv
N W N Prep W V T/lok

Didirikan Pay bersama teman 20 februari, gerakan ini sudah malang diKalbar.
Sandi Varli -teman 2017 -melintang
b #S#
FN FV F.Adv
N1 N2 V FN Adv FN F.Prep Adv FV Adv
N W N Prep W V T/lok

Didirikan Pay bersama teman ∅ ,gerakan ini sudah malang di Kalbar.


Sandi Varli -teman -melintang
Berdasarkan diagram KTT Penghilangan diatas, pada (3)a merupakan
kalimat dasar yang belum terkena kaidah KTT Penghilangan, sedangkan pada
(3)b merupakan kalimat yang dihilangkan unsur Adv.W dan sudah diberi
kaidah KTT Penghilangan.

b. Dalam wacana Kalbar membaca paragraf 2 kalimat 2, dapat digunakan


KTT penghilangan sebagai berikut.
(4) Dengan program Gerakan Literasi Kalbar yang menyentuh langsung
kepada masyarakat secara kontinu.
(5) Program Gerakan Literasi Kalbar menyentuh langsung kepada
masyarakat secara kontinu.
Selanjutnya, dibentuklah kaidah struktur frasa (KSF) dari kalimat
(4) dan (5) seperti yang terdapat pada (6).
(6) a. #S# = FN+FV b. #S# = FN+FV
FN=Prep+N FN=∅+N
FV= Prep+V+Adv+F.Prep FV= ∅+V+Adv+F.Prep
+N+F.Prep+Adv +N+F.Prep+Adv

Setelah dirumuskan seperti (6)a dan (6)b , selanjutnya akan dianalisis


menggunakan diagram pohon seperti berikut.
a #S#
FN FV
F.Prep N F.Prep V Adv F.Prep N F.Prep Adv
Prep Prep W Prep Prep W
Dengan program yang menyentuh langsung kepada masyarakat secara kontinu.
Gerakan Literasi Kalbar
b #S#
FN FV
(F.Prep) N (F.Prep) V Adv F.Prep N F.Prep Adv
(Prep) (Prep) W Prep Prep W
∅ Program ∅ menyentuh langsung kepada masyarakat secara kontinu.
Gerakan Literasi Kalbar

Berdasarkan diagram KTT Penghilangan diatas, pada (6)a merupakan


kalimat dasar yang belum terkena kaidah KTT Penghilangan, sedangkan pada
(6)b merupakan kalimat yang dihilangkan unsur Prep (dengan) pada FN, dan
penghilangan Prep (yang) pada FV serta sudah diberi kaidah KTT
Penghilangan.

c. Dalam wacana Kalbar membaca paragraf 6 kalimat 1, dapat digunakan


KTT penghilangan sebagai berikut.
(7) Kalbar membaca juga menerima sedekah buku untuk dibagi kepada
mereka yang perlu.
(8) Kalbar membaca menerima sedekah buku untuk dibagi kepada
mereka yang perlu.
Selanjutnya, dibentuklah kaidah struktur frasa (KSF) dari kalimat
(7) dan (8) seperti yang terdapat pada (9).
(9) a #S# = FN+FV b #S# = FN+FV
FN = N FN = N
FV = Asp+V+FN+F.Prep+ FV = ∅ +V+FN+F.Prep+
V+F.Prep+FN+F.Prep+V V+F.Prep+FN+F.Prep+V
Setelah dirumuskan seperti (9)a dan (9)b , selanjutnya akan dianalisis
menggunakan diagram pohon seperti berikut.
a #S#
FN FV
N Asp V FN F.Prep V F.Prep FN F.Prep V
N Prep Prep N Prep
Kalbar juga menerima sedekah buku untuk dibagi kepada mereka yang perlu.
Membaca

b #S#
FN FV
N Asp V FN F.Prep V F.Prep FN F.Prep V
N Prep Prep N Prep
Kalbar ∅ menerima sedekah buku untuk dibagi kepada mereka yang perlu.
membaca
Berdasarkan diagram KTT Penghilangan diatas, pada (9)a merupakan
kalimat dasar yang belum terkena kaidah KTT Penghilangan, sedangkan pada
(9)b merupakan kalimat yang dihilangkan unsur Asp (juga) pada FV, serta
sudah diberi kaidah KTT Penghilangan.

2. KTT Penambahan
Bentuk transformasi tunggal dengan proses penambahan unsur
tertentu pada kalimat dasar (Suhardi, 2017 : 94).
a. Dalam wacana Kalbar membaca pada paragraf 1 kalimat ke 3, dapat
dikenakan KTT penambahan sebagai berikut.
(10) Perpustakaan dibangun, ruang diskusi ditenun.
(11) Perpustakaan dibangun serta ruang diskusi ditenun.
Selanjutnya, dibentuklah kaidah struktur frasa (KSF) dari kalimat
(10) dan (11) seperti yang terdapat pada (12).
(12) a. #S# = FN+FV b. #S# = FN+FV
FN = N FN = N
FV = V+FN2+V FV = V+FN2+F.Prep+V
Setelah dirumuskan seperti pada (12)a dan b, selanjutnya akan
dianalisis menggunakan diagram pohon sebagai berikut.
a #S# b #S#
FN FV FN FV
N V FN2 V N V F.Prep FN V
N Prep N
Perpustakaan dibangun, ruang ditenun Perpustakaan dibangun serta ruang ditenun
diskusi diskusi
Berdasarkan diagram pohon diatas, pada (12)a merupakan kalimat
dasar yang belum terkena kaidah KTT penambahan, sedangkan pada (12) b
merupakan kalimat yang sudah diberi penambahan pada F.Prep (serta) pada
FV serta sudah terkena kaidah KTT penambahan.

b. Dalam wacana Kalbar membaca pada paragraf 5 kalimat ke 2, dapat


dikenakan KTT penambahan sebagai berikut
(13) Semua bisa dimulai dengan membaca hal yang disenangi.
(14) Semua bisa jika dimulai dengan membaca hal yang disenangi.
Selanjutnya, dibentuklah kaidah struktur frasa (KSF) dari kalimat
(13) dan (14) seperti yang terdapat pada (15).
(15) a #S# = F.Num+FV+F.Adv b #S# = F.Num+FV+F.Adv
F.Num = Num F.Num = Num
FV = V1+V2 FV = V1+F.Prep+V2
F.Adv = Adv.C+FN+ F.Adv= Adv.C+FN+
F.Prep+F.Adj F.Prep+F.Adj
Setelah dirumuskan seperti pada (15)a dan b, selanjutnya akan
dianalisis menggunakan diagram pohon sebagai berikut.
a #S#
F.Num FV F.Adv
Num V1 V2 Adv FN F.Prep F.Adj
C N Prep Adj
Semua bisa dimulai dengan membaca hal yang disenangi.
b #S#
F.Num FV F.Adv
Num V1 F.Prep V2 Adv FN F.Prep F.Adj
Prep C N Prep Adj
Semua bisa jika dimulai dengan membaca hal yang disenangi.

Berdasarkan diagram pohon diatas, pada (15)a merupakan kalimat


dasar yang belum terkena kaidah KTT penambahan, sedangkan pada (15) b
merupakan kalimat yang sudah diberi penambahan pada F.Prep (jika) pada
FV serta sudah terkena kaidah KTT penambahan.

c. Dalam wacana Kalbar membaca pada paragraf 7 kalimat ke 3, dapat


dikenakan KTT penambahan sebagai berikut.
(16) Usaha meningkatkan minat baca, memang perlu kerja
berkelanjutan.
(17) Usaha meningkatkan minat baca memang perlu kerja
berkelanjutan dengan sungguh-singguh.
Selanjutnya, dibentuklah kaidah struktur frasa (KSF) dari kalimat
(16) dan (17) seperti yang terdapat pada (18).
(18) a #S# = FN+FV b #S# = FN+FV+Adv
FN = N FN = N
FV = V+F.Adj+Asp FV = V+F.Adj+Asp
+Asp+FN+V +Asp+FN+V
Adv = C
Setelah dirumuskan seperti pada (18)a dan b, selanjutnya akan
dianalisis menggunakan diagram pohon sebagai berikut.
a #S#
FN FV
N V F.Adj Asp Asp FN V
Adj N
Usaha meningkatkan minat baca, memang perlu kerja berkelanjutan

b #S#
FN FV Adv
N V F.Adj Asp Asp FN V C
Adj N
Usaha meningkatkan minat memang perlu kerja berkelanjutan dengan sungguh
baca -sungguh

Berdasarkan diagram pohon diatas, pada (18)a merupakan kalimat


dasar yang belum terkena kaidah KTT penambahan, sedangkan pada (18) b
merupakan kalimat yang sudah diberi penambahan Adv.C (dengan sungguh-
sungguh) serta sudah terkena kaidah KTT penambahan.

3. KTT Penggantian
Bentuk transformasi tunggal dengan proses penggantian pada salah
satu atau lebih unsur – unsur yang terkandung dalam kalimat dasarnya
(Suhardi, 2017 : 96).
a. Dalam wacana Kalbar membaca paragraf 2 pada kalimat ke 1, dapa t
dikenakan KTT Penggantian sebagai berikut.
(19) Kalbar membaca mengambil peran untuk menumbuhkembangkan
minat baca dan menulis.
(20) Kalbar membaca mengambil peran dalam meningkatkan minat
baca dan menulis.
Selanjutnya, dibentuklah kaidah struktur frasa (KSF) dari kalimat
(19) dan (20) seperti yang terdapat pada (21).
(21) a #S# = FN+FV+F.Adj b #S# = FN+FV+F.Adj
FN = N FN = N

FV =V+FN+F.Prep+V FV =V+FN+FN+V
F.Adj = FN+FV+F.Prep+F.V F.Adj = FN+F.V+F.Prep+F.V
Setelah dirumuskan seperti pada (21)a dan b, selanjutnya akan
dianalisis menggunakan diagram pohon sebagai berikut.
a #S#
FN FV F.Adj
N V FN F.Pred FV FN FV F.Prep FV
N Pred V N V Pred V
Kalbar mengambil peran untuk menumbuhkembangkan minat baca dan menulis.
Membaca.
b #S#
FN FV F.Adj
N V FN FV FN FV F.Prep FV
N N V N V Pred V
Kalbar mengambil peran dalam meningkatkan minat baca dan menulis.
Membaca.

Berdasarkan diagram pohon diatas, pada (21)a merupakan kalimat


dasar yang belum terkena kaidah KTT penggantian, sedangkan pada (21) b
merupakan kalimat yang sudah diberi penggantiann pada FN2 pada FV
(dalam), kemudian pada FV dalam F.Adj (meningkatkan) serta sudah terkena
kaidah KTT penggantian.

b. Dalam wacana Kalbar membaca pada paragraf 7 kalimat ke 3 dapat


dikenakan KTT penggantian sebagai berikut.
(22) Kadang – kadang juga pindah ke Tugu Khatulistiwa.
(23) Biasanya juga pindah ke Tugu Khatulistiwa.
Selanjutnya, dibentuklah kaidah struktur frasa (KSF) dari kalimat
(22) dan (23) seperti yang terdapat pada (24).
(24) a #S# = F.Adv+FV b #S# = FN+FV
F.Adv = Adv+Adv FN = Adv+N
FV = V+F.Prep+Adv FV = V+F.Prep+Adv
Setelah dirumuskan seperti pada (24)a dan b, selanjutnya akan
dianalisis menggunakan diagram pohon sebagai berikut.
a #S# b #S#
F.Adv FV FN FV
Adv Adv V F.Prep Adv Adv N V F.Prep Adv
Prep T/Lok Prep T/Lok
Kadang juga pindah ke Tugu. Biasanya mereka pindah ke Tugu
-kadang Khatulistiwa Khatulistiwa

Berdasarkan diagram pohon diatas, pada (24)a merupakan kalimat


dasar yang belum terkena kaidah KTT penggantian, sedangkan pada (24) b
merupakan kalimat yang sudah diberi penggantian F.Adv dirubah menjadi
FN, pada unsur FN, terdapat penggantian Adv (biasanya) dan Adv (juga)
menjadi N(mereka) serta sudah terkena kaidah KTT penggantian.

4. KTT Larangan
Kalimat transformasi tunggal yang sama seperti kalimat tunggal
perintah, hanya saja KTT larangan berisi perintah agar orang lain tidak
melakukan sesuatu (Suhardi, 2017 : 104).
a. Dalam wacana Kalbar membaca paragraf 3 pada kalimat ke 2, dapat
dikenakan KTT Penggantian sebagai berikut.
(25) Berpindah dari satu warung kopi ke warung kopi lain.
(26) Jangan berpindah dari satu warung kopi ke warung kopi lain!
Selanjutnya, dibentuklah kaidah struktur frasa (KSF) dari kalimat
(25) dan (26) seperti yang terdapat pada (27).
(27) a #S# = FV+F.Num b #S# = Jangan+FV+F.Num
FV = V+ F.Prep FV = V+F.Prep
F.Num = Num+ Fprep+Num F.Num = Num+ Fprep+Num
Setelah dirumuskan seperti pada (27) a dan b, selanjutnya akan
dianalisis menggunakan diagram pohon sebagai berikut.
a #S#
FV F.Num
V F.Prep Num F.Prep Num
Prep Prep
Berpindah dari satu warung ke warung lain.
kopi kopi
b #S#
Jangan FV F.Num
V F.Prep Num F.Prep Num
Prep Prep
Jangan berpindah dari satu warung ke warung lain!

Berdasarkan diagram pohon diatas, pada (27)a merupakan kalimat


dasar yang belum terkena kaidah KTT larangan, sedangkan pada (27) b
merupakan kalimat yang sudah diberi kata depan “Jangan” sehingga
merubah makna kalimat menjadi kalimat tunggal larangan.

5. KTT Permintaan
Kalimat Transformasi yang hampir sama seperti KTT perintah dan
larangan, hanya saja mempunyai ciri khusus dengan adanya penambahan
ungkapan permintaan seperti sudi apalah, suka apalah, sudilah kiranya dan
sebagainnya(Suhardi, 2017 : 105)
a. Dalam wacana Kalbar membaca paragraf 8 kalimat 3 dapat dikenakan
KTT permintaan seperti berikut.
(28) Buku pelajaran dan buku anak dikumpulkan.
(29) Sudikah kiranya buku pelajaran dan buku anak dikumpulkan!
Selanjutnya, dibentuklah kaidah struktur frasa (KSF) dari kalimat
(28) dan (29) seperti yang terdapat pada (30).
(30) a #S# = FN+FV b #S# = Sudikah kiranya+FN+FV
FN = N+F.Prep+N FN = N+F.Prep+N
FV= V FV= V
Setelah dirumuskan seperti pada (30) a dan b, selanjutnya akan
dianalisis menggunakan diagram pohon sebagai berikut.
a #S# b #S#
FN FV Sudikah kiranya FN FV
N F.Prep N V N F.Prep N V
Prep Prep
Buku dan buku dikumpulkan. Sudikah kiranya buku dan buku dikumpulkan!
Pelajaran anak pelajaran
anak
Berdasarkan diagram pohon diatas, pada (30)a merupakan kalimat
dasar yang belum terkena kaidah KTT permintaan, sedangkan pada (30) b
merupakan kalimat yang sudah diberi kata depan “Sudikah kiranya”
sehingga merubah makna kalimat menjadi kalimat tunggal permintaan.

SIMPULAN
Analisis data yang telah dilakukan adalah data kalimat dalam wacana
Kalbar membaca. Berdasarkan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa
dalam proses analisis wacana Kalbar membaca terdapat sepuluh kalimat yang
dapat dianalisis.
Terdapat kesulitan yaitu ketidaklaziman dan ketidakberterimaan pada
KTT Permutasian (pembalikan), KTT Pasif, KTT Tanya, KTT Perintah, KTT
Nominalisasi karena bila dianalisis akan membentuk kata yang tidak jelas unsur-
unsur kebahasaannya serta tidak berterima dari fungsi semantisnya
Dari sepuluh jenis kalimat transformasi tunggal yang ada, hanya lima
subtipe yang sesuai atau dapat dikenakan pada wacana Kalbar Membaca. Subtipe
yang dapat dikenakan dalam analisis pada sepuluh kalimat tersebut ialah (1) KTT
penghilangan (delicion), (2) KTT penambahan (additional), (3) KTT penggantian
(subsitusi), (4) KTT larangan dan (5) KTT permintaan (question).
DAFTAR PUSTAKA
Chaer, Abdul. (2007). Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.

Riemsdijk, H.V. & E. Williams. (1986). Introduction to the Theory of


Grammar. London: Massachusetts Institute of Technology Press.

Tarigan, H. G. (1987). Pengajaran Wacana. Bandung: Angkasa.

Suhardi. (2017). Dasar – Dasar Tata Bahasa Generatif Transformasional.


Yogyakarta. UNY Press.

Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,


Kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta.

Soeparno. (2011). Teori Dan Aliran Linguistik. Yogyakarta: Fasbuk Fakultas


Sastra, Budaya, Dan Komunikasi Universitas Ahmad Dahlan.

Tarigan, H. G. (1987). Pengajaran Wacana. Bandung: Angkasa.

Balasa, K. (24 Desember 2017). Kalbar Membaca. Suara Pemred, hlm. 2.


Wacana Kalbar Membaca dalam Koran Suara Pemred:

Anda mungkin juga menyukai