Anda di halaman 1dari 12

ANALISIS KOHESI DAN KOHERENSI PADA TEKS PROSEDUR, TEKS CERPEN,

TEKS LINGKUNGAN DAN KEMUNGKINAN PEMBELAJARAN DI SEKOLAH

WACANA BAHASA INDONESIA

DOSEN
Prof. Dr. Syahrul R, M.Pd.

Disusun Oleh :
YONARA ARYANDINI
17016047
No. Urut 9

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA


JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA DAN DAERAH
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2020
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut Charlina dan Sinaga (2006:14), wacana merupakan seperangkat kalimat
dengan pertalian semantik yang diterima oleh pemakai bahasa, baik penutur maupun
pendengar, sebagai keseluruhan yang relatif lengkap. Edmonson (dalam Charlina dan
Sinaga, 2006:14) menjelaskan bahwa wacana merupakan peristiwa yang terstruktur yang
diwujudkan di dalam prilaku linguistik atau yang lainnya. Kemudian Tarigan (1987:23)
menjelaskan bahwa istilah wacana dipergunakan untuk mencakup bukan hanya
percakapan atau obrolan, tetapi juga pembicaraan di muka umum, berbentuk tulisan serta
upaya-upaya formal seperti laporan ilmiah dan sandiwara atau lakon. Jadi, wacana adalah
satuan bahasa yang lengkap yang merupakan satuan gramatikal yang terbesar.
Suatu wacana disebut utuh, apabila bagian-bagian wacana tersebut saling
berhubungan. Hubungan tersebut terdiri atas kohesi dan koherensi. Adanya hubungan
antar bagian-bagian wacana telah dibahas oleh para peneliti. Pertama, penelitian oleh
Agan dan Muarifin (2019:7) menjelaskan bahwa pembahasan tentang kohesi dan
koherensi pada wacana Jurnalisme ditemukan variasi penggunaan kohesi dan koherensi.
Adapun kohesi yang dikasi ialah kohesi gramatikal dan kohesi leksikal, sedangkan
koherensi meliputi hubungan sebab akibat, hubungan akibat sebab, hubungan
kelonggaran hasil, hubungan syarat hasil, hubungan amplikatif, dan hubungan generic
wacana jurnalisme. Kedua, penelitian oleh Widiatmoko (2015:10) mengemukakan hasil
penelitian bahwasanya terdapat kohesi dan koherensi pada wacana berita yang diteliti.
Kohesi gramatikal yang ditemukan terdiri dari pengacuan, substitusi, pelesapan,
konjungsi, inversi, dan pemasifan kalimat. Adapun koherensi yang ditemukan ialah
hubungan perbandingan, hubungan kelonggaran hasil, hubungan akibat sebab, hubungan
sebab akibat, hubungan makna alasan dan hubungan latar simpulan.
Ketiga, penelitian oleh Hanafiah (2014:149) menjelaskan bahwa terdapat kohesi
dan koherensi dalam wacana yang diteliti berupa kohesi leksikal dan kohesi gramatikal.
Keempat, penelitian yang diteliti oleh Goziyah dan Insani (2018:152) menjelaskan bahwa
dalam koran bisnis yang telah diteliti terdapat kohesi dan koherensi. Kohesi yang lebih
dominan ditemukan berupa kata ganti (pronominal) untuk kata orang, ditemukan juga
penggantian atau subtitusi, pelesapan kata atau ellipsis, dan kata hubung atau konjungsi
antar kalimat dan paragraf. Kemudian ditemukan juga koherensi berupa hubungan
pertentangan, hubungan general spesifik, hubungan perbandingan, hubunan sebab-akibat,
hubungan tinjauan, dan hubungan rujukan. Kelima, penelitian yang diteliti oleh
Widyaningrum (2017:10) menjelaskan bahwa terdapat koherensi dan kohesi pada wacana
yang ia teliti. Kohesi yang terdapat pada wacana tersebut, yaitu referensi, subtitusi,
pelesapan atau elipsis, konjungsi, dan kohesi leksikal. Aspek koherensi, terdapat lima
macam hubungan koherensi dalam wacana iklan tersebut, yaitu hubungan sarana-hasil,
amplikatif, generikspesifik, additif, syarat-hasil.

B. Rumusan masalah
1. Bagaimana analisis kohesi dan koherensi dalam teks prosedur?
2. Bagaimana analisis kohesi dan koherensi dalam teks cerpen?
3. Bagaimana analisis kohesi dan koherensi dalam teks lingkungan?
4. Bagaimana kemungkinan pembelajaran ketiga wacana tersebut di sekolah?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mendeskripsikan analisis kohesi dan koherensi dalam teks prosedur.
2. Untuk mendeskripsikan analisis kohesi dan koherensi dalam teks cerpen.
3. Untuk mendeskripsikan analisis kohesi dan koherensi dalam teks lingkungan.
4. Untuk mendeskripsikan kemungkinan pembelajaran ketiga wacana tersebut di
sekolah.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
Wacana merupakan satuan bahasa, baik lisan maupun tulisan yang memiliki
keterkaitan (kohesi) dan keterpaduan (koheren). Wacana dapat berupa teks yang susun
sesuai dengan jenis teks yang ditulis. Terdapat berbagai jenis wacana, salah satunya yang
berbentuk wacana tulis. Wacana tulis dapat berbentuk teks. Teks yang akan dikaji dalam
makalah ini berupa teks prosedur, teks cerpen dan teks lingkungan yang akan dikaitkan
dengan pembelajaran di sekolah juga.
Sebelum menganalisis wacana, tentunya kita harus mengenali jenis wacana
terlebih dahulu. Pertama, Wacana Prosedural. Pradana (dalam Arviana, et.al, 2017:184)
mengatakan bahwa pelajaran menulis teks prosedur menjadi penting karena setiap peserta
didik mampu memahami dan mengutarakan idenya. Apabila ide tersebut diutarakan
secara sistematis dan terperinci pelajaran bahasa Indonesia di sekolah-sekolah yang
memasukkan teks prosedur sebagai salah satu materi yang dianggap penting dapat
dipahami oleh siswa.
Kedua, wacana berupa teks cerpen. Rosyidah, et.al. (2013:26) menjelaskan bahwa
keterampilan menulis cerita pendek yang diajarkan di sekolah-sekolah selama ini
menggunakan teknik konvensional. Peran guru amat dominan dalam proses
pembelajaran. Siswa kurang aktif dan sering kali teknik ini menimbulkan kebosanan bagi
siswa dalam pembelajaran menulis cerita sehingga karya yang dihasilkan siswa kurang
maksimal. Cerita yang dibuatnya kurang menarik karena bahasa yang digunakan
monoton, dan pengembangan ide atau gagasan kurang bervariasi. Hal ini dapat dilihat
dari kesesuaian isi cerita dengan tema, pengembangan topik, dan diksi yang belum
mendapat perhatian dari siswa.
Ketiga, wacana berupa teks eksposisi yang membahas lingkungan. Ningsih, et.al
(2018) menjelaskan bahwa dalam menulis teks eksposisi siswa sering mengalami
kesalahan dalam ejaan dan komposisi penulisan teks. Salah satu faktor yang
menyebabkan rendahnya keterampilan menulis siswa adalah teknik pembelajaran dan
penggunaan bahan ajar yang belum maksimal.
Ketidakmaksimalan siswa dalam menulis teks atau wacana seharusnya menemui
titik terang dalam pembelajaran. Menurut Mahyudin, et.al. (2017) rendahnya
keterampilan menulis siswa antara lain disebabkan oleh karena guru masih kesulitan
memilih metode yang cocok untuk melatih siswa dalam pembelajaran keterampilan
menulis. Selain itu, dalam proses pembelajaran dan media yang digunakan guru masih
terbatas.
Menurut Indriyani, et.al (2019:115), reformasi, inovasi, revisi, atau perubahan
kurikulum sesuatu hal yang perlu dilakukan jika kurikulum yang digunakan saat ini tidak
dapat mengimbangi dengan kebutuhan siswa. Salah satu rekomendasi untuk kurikulum
yang dapat digunakan adalah dengan menggunakan literasi sebagai kurilum sekolah.
Khususnya untuk pembelajaran bahasa, maka literasi yang dilakukan adalah literasi baca
dan tulis. Untuk mewujudkan keberhasilan kurikulum tersebut, salah satu yang penting
dilakukan adalah adanya keterlibatan guru. Sukma dan Mansur (2013:44) menjelaskan
bahwa dalam rangka meningkatkan kualitas penidikan Indonesia, pembinaan terhadap
pengajar perlu dilakukan yaitu dengan lesson study.
Amelia, et.al. (2015:1-2) menjelaskan bahwa keterampilan menulis merupakan
keterampilan berbahasa yang sangat penting. Keterampilan menulis harus dimiliki oleh
siswa mulai dari tingkat Sekolah Dasar, tanpa memiliki kemampuan menulis yang
memadai sejak dini, anak akan mengalami kesulitan belajar pada masa selanjutnya. Pada
penelitian Rozana, et.al. (2018:47) menunjukkan bahwa keterampilan menulis teks
eksposisi siswa akan meningkat apabila motivasi belajar dan penguasaan kosakata mereka
juga meningkat. Hal ini disebabkan motivasi belajar dan penguasaan kosakata diperlukan
dalam mengembangkan tulisan dalam bentuk teks eksposisi. Khaira, et.al. (2017:82) juga
menjelaskan bahwa untuk meningkatkan keterampilan menulis siswa dapat dilakukan
dengan cara menggunakan teknik yang sesuai, seperti group cloze.
Sukma (2007:39) menjelaskan bahwa melalui tahapan proses menulis, siswa
diajak dan diarahkan untuk menemukan hal-hal yang dipikirkannya. Hal-hal yang
dipikirkan siswa tidak lepas dari pengalaman dan pengetahuan yang dimilikinya.
Tahapan-tahapan yang bermula dari pemunculan gagasan sampai menjadi suatu karya
disebut dengan proses menulis kreatif.
Dengan terlatihnya siswa dalam menulis berbagai jenis wacana, siswa akan
memperhatikan terkait kohesi dan koherensi dalam penulisan wacana. Dengan demikian,
wacana yang akan ditulis siswa akan menciptakan suatu keutuhan antar bagian-bagian
wacana yang berhubungan.
BAB III
PEMBAHASAN

A. Analisis Kohesi dan Koherensi dalam Teks Prosedur


Pada teks prosedur yang berjudul “Membuat Batik Tulis” dapat dianalisis
kohesi dan koherensinya. Kohesi yang terdapat pada teks procedural tersebut ialah
kohesi gramatikal berupa penunjukan kataforis “berikut” yang ditandai dengan
adanya konstiruen yang mengacu pada konstituen yang di sebelah kanan.
1) Rincian bahan dan langkah membuat batik tulis diuraikan berikut.
Teks tersebut juga memiliki kohesi gramatikal berupa penunjukan anaforis,
yaitu “tersebut”, “begitu” dan “ini”. Penunjukan ini ditandai oleh adanya konstituen
yang menunjuk konstituen di sebelah kiri.
1) Siapkan kain mori/ sutra, kemudian buatlah motif diatas kain tersebut dengan
menggunakan pensil.
2) Dalam proses ini harus dilakukan dengan hati-hati.
3) Begitu terus diulangi seperti proses sebelumnya sebanyak jumlah warna yang
diinginkan.

Selain kohesi gramatikal, terdapat juga kohesi leksikal dalam teks prosedur
tersebut. adapun kohesi leksikalnya berupa pengulangan. Dimana suatu konstituen
disebut berulang kali.

1) Panaskan malam/ lilin ke dalam wajan dengan api kecil sampai malam/ lilin
mencair sempurna. Untuk menjaga agar suhu kompor/ anglo stabil biarkan api
tetap menyala kecil.

Selain kohesi, dalam teks prosedur tersebut juga terdapat analisis koherensi.
Adapun analisis koherensi pada teks prosedur tersebut ialah didominasi dengan
koherensi pentahapan, yang di mana tertulis tahap-tahap terjadinya peristiwa.

1. Siapkan kain mori/ sutra, kemudian buatlah motif diatas kain tersebut dengan
menggunakan pensil.
2. Setelah motif selesai dibuat, sampirkan atau letakkan kain pada gawangan dengan
posisi melebar supaya mudah dibatik.
3. Panaskan malam/ lilin ke dalam wajan dengan api kecil sampai malam/ lilin mencair
sempurna. Untuk menjaga agar suhu kompor/ anglo stabil biarkan api tetap menyala
kecil.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa dalam teks prosedur yang dianalis tersebut
terdapat kohesi dan koherensi. Kohesi terdiri dari kohesi gramatikal dan kohesi leksikal.
Pada kohesi gramatikal terdapat penggantan kataforis dan anaforis, sedangkan kohei
leksikal terdapat pengulangan. Kemudian terdapat koherensi berupa koherensi
pentahapan.

B. Analisis Kohesi dan Koherensi dalam Teks Cerpen


Pada teks cerpen berjudul “Keluarga John Washington” karya Aksara
Syahreza terdapat hasil penelitian kohesi dan koherensi. Kohesi pada penggalan
cerpen tersebut, terdapat kohesi gramatikal berupa kohesi penggantian –nya, dia, dan
mereka.
1) Mereka sering berbicara mengenai anak-anak dan cara memeliharanya.”
2) Katherine Washington, istri John. Pada mulanya dia adalah wanita yang
ramah.
3) Katherine belajar dari istriku dan begitu pula sebaliknya.Meski begitu, hanya
mereka yang tahu kadar persahabatan diantara mereka.
Dalam cerpen tersebut terdapat Kohesi Penunjukan anaforis (begitu dan
itu). Konstituen (yang digaris miring) berada disebelah kiri penunjuk anaforisnya
(bertulis tebal).
1) Katherine belajar dari istriku dan begitu pula sebaliknya. Meski begitu,
hanya mereka yang tahu kadar persahabatan diantara mereka.
2) Perempuan kadang memiliki jenis persahabatan yang sulit ditebak.
Setidaknya aku berpandangan seperti itu.
Kemudian terdapat pula Penunjukan kataforis (begini) pada cerpen
tersebut.
1) Namun dengan nada datar istriku membuka perlawanan dengan protesnya
dalam bahasa Inggris pula yang artinya kurang-lebih begini: “Jika mereka
miskin dan bodoh, bagaimana mungkin mereka bisa memancing kemarahan
Amerika?”.
Dalam cerpen tersebut terdapat kohesi leksikal, yaitu kohesi leksikal
hiponimi. Hal ini dikarenakan tokoh John melakukan hal yang berbeda dengan
tokoh aku.
1) Dia adalah orang yang mengunyah Burger King sewaktu aku menyantap
nasi goreng, menyeruput segelas Starbucks di saat aku meneguk es teh
manis.
a. Koherensi
Pada cerpen tersebut terdapat koherensi yang kronologis karena
menjelaskan runtutan kronologi yang dialami tokoh.
1) Sahabatku, John Washington. Dia adalah orang yang mengunyah Burger King
sewaktu aku menyantap nasi goreng, menyeruput segelas Starbucks di saat
aku meneguk es teh manis. Dia juga yang biasa berjalan lebih cepat daripada
langkahku, berpikir lebih ringkas ketimbang pikiranku, dan secara ekonomi
jauh lebih berada. Wajahnya selalu tampak merah akibat sinar matahari yang
menyengat teramat tajam, tidak seperti di negerinya yang dingin.
Terdapat pula Koherensi penanda kala pada cerpen tersebut dengan tanda
“pada mulanya” sebagai penanda kala.
1) Pada mulanya dia adalah wanita yang ramah. Dari bibirnya yang belum
terbakar mentari kerap muncul kalimat-kalimat pujian yang melambungkan
siapa saja yang diajak bicara.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa cerpen tersebut memiliki kohesi dan
koherensi. Pada kohesi terdapat kohesi gramatikal dan kohesi leksikal. Kohesi
leksikal berupa, pengganti, penunjukan anaforis dan penunjukan kataforis. Pada
koherensi terdapat koherensi kronologis dan koherensi penanda kala.

C. Analisis Kohesi dan Koherensi dalam Teks Lingkungan


Teks lingkungan yang akan dianalisis kohesi dan koherensinya berupa teks
eksposisi yang bertema lingkungan dengan judul “Pencemaran Lingkungan Hidup”.
Setelah dianalisis, teks lingkungan tersebut memiliki kohesi dan koherensi. Terdapat
kohesi gramatikal dan kohesi leksikal.
Adapun kohesi gramatikal yang terdapat dalam teks lingkungan tersebut ialah
penunjukn anaforis. Penunjukan anaforis ini terjadi karena adanya konstituen yang
menunjuk kontituen disebalah kiri.
a. Bencana alam yang terjadi juga dapat menyebabkan pencemaran lingkungan.
Contohnya gempa bumi, gunung meletus, angin topan, banjir, dll. Bencana
tersebut menyebabkan lingkungan menjadi rusak dan tidak tertata lagi.

Adapun kohesi leksikal yang terdapat dalam teks tersebut berupa pengulangan.
Pengulangan tersebut terjadi karena adanya pengulangan konstituen yang disebut
berulang kali yaitu “air”.
1) Air yang tercemar juga bisa disengaja contohnya orang yang mencampur air
dengan racun agar air tersebut dapat menjadi bersih.
Dalam teks lingkungan tersebut juga terdapat koherensi. Karena teks tersebut berupa
teks eksposisi, jadi koherensinya didominasi koherensi logis. Adapun koherensi yang
terdapat berupa kualitas. Dari penggalan teks di bawah ini terdapat koherensi berupa
kualitas karena adanya sebab-akibat.
1) Bencana tersebut menyebabkan lingkungan menjadi rusak dan tidak tertata lagi.
Akibatnya manusia juga bisa menjadi korbannya.
Jadi, dalam teks lingkungan yang berbentuk teks eksposisi yang telah dianalisis,
terdapat kohesi dan koherensi di dalamnya. Kohesi yang terdapat berupa kohesi
gramatikal dan kohesi leksikal. Kohesi gramatikal berupa penunjukan anaforis,
sedangkan kohesi leksikal berupa pengulangan. Kemudian terdapat koherensi yang
didominasi koherensi logis berupa kualitas.

D. Kemungkinan Pembelajaran Ketiga Wacana Tersebut di Sekolah


Ketiga wacana tersebut tentunya dapat dikaji dalam pembelajaran di sekolah,
yaitu teks prosedur, teks cerpen dan teks lingkungan. Hal ini dikarenakan,
pembelajaran bahasa Indonesia berbasis teks yang merupakan ciri pertama
pembelajaran Bahasa Indonesia menurut Kurikulum 2013. Menurut Isodarus
(2017:10), pembelajaran bahasa Indonesia berbasis teks merupakan proses belajar
berbahasa Indonesia yang dilakukan oleh peserta didik yang bertitik tolak dari
pemahaman terhadap teks dan menuju kearah pembuatan teks.
Dengan memperhatikan kohesi dan koherensi dalam wacana, tentunya siswa
harus memperhatikan wacana apa yang akan dituliskan. Hal ini dikarenakan, berbeda
jenis wacana, berbeda pula cara menganalisis kohesi dan koherensinya.
BAB IV
PENUTUP
A. Simpulan

Dalam teks prosedur yang dianalis terdapat kohesi dan koherensi. Kohesi terdiri
dari kohesi gramatikal dan kohesi leksikal. Pada kohesi gramatikal terdapat penggantan
kataforis dan anaforis, sedangkan kohei leksikal terdapat pengulangan. Kemudian
terdapat koherensi berupa koherensi pentahapan.

Pada cerpen yang dianalisis memiliki kohesi dan koherensi. Pada kohesi
terdapat kohesi gramatikal dan kohesi leksikal. Kohesi leksikal berupa, pengganti,
penunjukan anaforis dan penunjukan kataforis. Pada koherensi terdapat koherensi
kronologis dan koherensi penanda kala.

Kemudian dalam teks lingkungan yang berbentuk teks eksposisi yang telah
dianalisis, terdapat kohesi dan koherensi di dalamnya. Kohesi yang terdapat berupa
kohesi gramatikal dan kohesi leksikal. Kohesi gramatikal berupa penunjukan anaforis,
sedangkan kohesi leksikal berupa pengulangan. Kemudian terdapat koherensi yang
didominasi koherensi logis berupa kualitas.

Ketiga wacana tersebut dapat dilakukan dalam pembelajaran bahasa Indonesia


kerena dalam kurikulum 2013, pembelajaran berbasis teks. Oleh karena itu, ketiga teks
tersebut perlu diadakan dalam pembelajaran di sekolah.

B. Saran
Penulis tentunya masih menyadari jika makalah di atas masih terdapat banyak kesalahan
dan jauh dari kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki makalah tersebut dengan
berpedoman pada banyak sumber serta kritik yang membangun dari para pembaca.
DAFTAR PUSTAKA

Agan, S. dan Muarifin, M. (2019). Kohesi dan Koherensi Wacana Jurnalisme Warga pada
Grup Media Sosial Facebook Radio Andika FM Kediri AG243. Jurnal Universitas
Nusantara PGRI Kediari. Vol.1 (1). Hlm. 7. (Online) diunduh 3 Juni 2020.
http://simki.unpkediri.ac.id/mahasiswa/file_artikel/2019/14.1.01.07.0020.pdf
Amelia, R., Sukma, E. dan Asma, N. (2015). Pembelajaran Menulis Laporan Percobaan
dengan Pendekatan Saintifik di Sekolah Dasar. Prosiding Seminar Nasional Jurusan
PGSD FIP UNP. Vol. 1 (11).Hlm.1-2. (Online) diunduh 3 Juni 2020.
Arviyana, M., Ramadhan, S. dan Tresyalina. (2017). Pengaruh Model Discovery Learning
Berbantuan Media Audiovisual terhadap Kemampuan Menulis Teks Prosedur Siswa
Kelas VII SMP Negeri 12 Padang. Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.
Vol. 6 (2).Hlm.184 (Online) diunduh 3 Juni 2020.
Charlina dan Sinaga, M. (2006). Analisis Wacana. Pekanbaru: Cendikia Insani Pekanbaru.
Goziyah dan Insani, H.R. (2018). Kohesi dan Koherensi dalam Koran Bisnis Indonesia.
Jurnal Penelitian Pendidikan Bahasa Indonesia, Daerah dan Asing. Vol. 1 (1). Hlm.
152. (Online) diunduh 3 Juni 2020.
https://media.neliti.com/media/publications/255419-kohesi-dan-koherensi-dalam-
koran-bisnis-754e009f.pdf
Hanafiah, W. (2014). Analisis Kohesi dan Koherensi pada Wacana Buletin Jumat. Jurnal
Epigram. Vol. 11 (2). Hlm. 149. (online) diunduh 3 Juni 2020.
Indriyani, V., Zaim,M., Atmazaki, dan Ramadhan, M. (2019). Literasi Baca Tulis dan Inovasi
Kurikulum Bahasa Indonesia. Jurnal Keilmuan Bahasa, Sastra dan Pengajarannya.
Vol. 5 (1).Hlm. 115. (Online) diunduh 3 Juni 2020.
Isodarus. (2017). Pembelajaran Bahasa Indonesia Berbasis Teks. Jurnal Ilmiah Kebudayaan
Sintesis. Vol.11. No.1. (Online). Diunduh 3 Juni 2020.
Khaira, U., Ramadhan, S. dan Basri, I. (2017). Perbedaan Keterampilan Membaca
Pemahaman Teks Eksposisi dengan Teknik Group Cloze dan Teknik Group
Sequencing Siswa KelasVIII SMP Negeri 31 Padang. Jurnal Pendidikan Bahasa dan
Sastra Indonesia. Vol. 6 (1).Hlm. 82 (Online) diunduh 3 Juni 2020.
Mahyudin, R.,Sukma, E. dan Mansur. (2017). Peningkatan Keterampilan menulis Narasi
dengan Media gambar Animasi di KelasIV SD. Jurnal Inovasi Pendidikan dan
Pembelajaran Sekolah Dasar. Vol.1 (1). (Online) diunduh 3 Juni 2020.
Ningsih, A.Y., Ramadhan, S. dan Noveria, E. (2018). Pengembangan Lembar Kerja Siswa
(LKS) Materi Menulis Teks Eksposisi dengan Teknik Copy The Master Siswa Kelas
X SMK Kartika 1-2 Padang. Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Vol.7
(3). Hlm. 1. (Online) diunduh 3 Juni 2020.
Rosyidah, Ramadhan, S. dan Ermanto. (2013). Peningkatan Kemampuan Menulis Cerita
Melalui Teknik Tiru Model Siswa Kelas III SD Negeri 200208 Padangsidimpuan.
Jurnal Bahasa, Sastra dan Pengajaran. Vol. 1 (3).Hlm.26 (Online) diunduh 3 Juni
2020.
Rozana, R., Ramadhan, S. dan Basri, I. 2018. Kontribusi Motivasi Belajar dan Penguasaan
Kosakata terhadap Keterampilan Menulis Teks Eksposisi Siswa SMA. Jurnal Bahasa,
Sastra dan Pengajaran. Vol 14 (1).Hlm. 47. (Online) diunduh 3 Juni 2020.
Sukma, E. (2007). Peningkatan Keterampilan Menulis Puisi Siswa Kelas V SD Negeri
Sumbersari III Malang dengan Strategi Pemetaan Pikiran. Jurnal Diksi. Vol. 14 (10).
Hlm.39.(Online) diunduh 3 Juni 2020.
Sukma, E dan Lubis, M. (2013). Pembelajaran Menulis Pantun Secara Integratif Berbasis
Lesson Study. Jurnal Bahasa dan Seni. Vol.14 (1). Hlm.44 (Online) diunduh 3 Juni
2020.
Tarigan, H.G. (1987). Pengajaran Wacana. Bandung: Angkasa.
Widiatmoko, W. (2015). Analisis Kohesi dan Koherensi Wacana Berita Rubrik Nasional di
Majalah Online Detik. Jurnal Sastra Indonesia. Vol. 4 (1). Hlm. 10. (online) diunduh
3 Juni 2020. https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jsi/article/view/7359/5111
Widyaningrum, H.K. (2017). Analisis Kohesi dan Koherensi Iklan dalam Surat Kabar
Kompas. Jurnal Bahtera. Vol. 4(1). Hlm 10. (Online) diunduh 3 juni 2020.

Anda mungkin juga menyukai