Anda di halaman 1dari 9

ARKIB : 16/07/1998

Ayat tautan perlu diajar secara khusus


Antara contoh kohesi ialah 'berbuat begitu', 'begitu juga' 'langkah ini' 'cara ini' yang
membawa maksud keseluruhan serta lain-lain perkataan yang dapat mewujudkan
kesinambungan dan pertalian dalam sesuatu ayat atau perenggan.
Pensyarah di Fakulti Pendidikan, Universiti Malaya (UM) Dr. Khathijah Abdul Hamid
berkata, formula kohesi dan koheren akan dapat mencetuskan pemikiran para pendidik ke
arah memantapkan pengajaran dan pembelajaran bahasa Melayu di peringkat sekolah rendah
dan menengah.
''Penggunaan kohesi yang baik di dalam ayat-ayat dan perenggan-perenggan serta cara
menghasilkan karangan koheren yang baik tatabahasanya, susunan ayatnya dan isi kandungan
yang bertepatan dengan tajuk perlu diajar secara khusus di peringkat sekolah.
''Mewujudkannya secara khusus di dalam sukatan mata pelajaran akan membantu usaha
meningkatkan martabat bahasa Melayu sebagai bahasa saintifik menjelang tahun 2000,''
katanya.
Beliau berkata demikian semasa membentangkan hasil penyelidikannya pada Seminar
Bahasa Melayu 'Sumbangan Analisis Kohesi dan Koheren Dalam Pendidikan Bahasa Melayu
Peringkat Sekolah di Kuala Lumpur baru-baru ini.
Menurut Dr. Khathijah, berdasarkan kajiannya, kohesi dan koheren tidak diajar secara
khusus, malah para pendidik bahasa jarang menggunakan perkataan-perkataan kohesi untuk
menjadikan sesuatu ayat lebih tepat dan sempurna.
''Kebanyakan perkataan tersebut digunakan oleh guru mahupun pelajar tanpa disedari tentang
fungsi dan kepentingannya dan hanya dianggap sebagai bunga-bunga bahasa tanpa diajar
tentang kaedah-kaedah penggunaannya yang khusus,'' kata beliau.
Menurutnya, kohesi ialah perkaitan ayat dengan ayat atau perenggan dengan perenggan,
manakala koheren ialah kesinambungan dan kesatuan di dalam sebuah karangan yang baik.
Tambahnya, penyelidikan 'Analisis Kohesi dan Koheren Dalam Karangan Bahasa Melayu
Pelajar Tingkatan Empat' di sebuah sekolah menengah telah menghasilkan sumbangan di
dalam aspek kebahasaan yang baru muncul dalam pendidikan bahasa Melayu.
Ia juga memberikan gambaran secara ramalan ke arah usaha untuk memasukkan pengajaran
kohesi dan dalam kurikulum bahasa Melayu dengan menggunakan istilah yang lebih mudah
pada peringkat sekolah.
''Penerapan kohesi telah dibuat ke dalam pendidikan bahasa Melayu tetapi tidak ada
kepentingan khsusus yang menyebabkan guru-guru tidak mengajar bagaimana menggunakan
perkataan kohesi dalam ayat serta cara untuk menghasilkan karangan yang koheren.
''Sedangkan penyelidikan menunjukkan karangan yang baik itu adalah karangan yang kohesi
dan koheren dengan penggunaan sarana-sarana kohesi nahuan dan leksikal yang tepat dan

sesuai serta memperlihatkan kesinambungan dan kesepaduan keseluruhan karangan,''


katanya.
Menurut Dr. Khathijah lagi, bahasa Melayu yang banyak menggunakan kohesi memerlukan
ia diajar secara khusus di peringkat sekolah menengah dan rendah dengan melihat bahasa
lebih jauh daripada domain ayat koheren terutama dalam penulisan karangan.
''Tahap tatabahasa masih rendah walaupun masyarakat Malaysia boleh berkomunikasi dengan
baik dalam bahasa Melayu kerana penggunaannya bukan sahaja perlu tepat tetapi juga
berkesan.
''Dengan itu, konsep tatabahasa perlu diperluaskan supaya mengambil kira tentang pembuatan
karangan sebagai wacana tatabahasa dengan mewujudkan kaedah-kaedah mengarang yang
khusus dan berkaitan dengan kohesi dan koheren,'' ujar beliau.
Katanya, dengan cara tersebut, para pendidik akan mempunyai modul dan panduan khusus
untuk mengajar kohesi dan koheren serta sekaligus ia melengkapkan tatabahasa bahasa
Melayu untuk dipelajari.
''Kohesi dan koheren telah pun didedahkan kepada para siswazah kursus pendidikan bahasa
Melayu dan mereka tidak mempunyai masalah untuk mengajarnya secara khsusus apabila
tamat belajar kelak walaupun ia tiada dalam sukatan mata pelajaran.
''Tetapi bagi guru-guru bahasa yang lain hanya akan mengajar kohesi dan koheren apabila ia
dimasukkan secara khusus ke dalam sukatan mata pelajaran,'' katanya.
Selain itu, hasil penyelidikan tersebut juga memperlihatkan sumbangan tentang perlunya
kesedaran para pendidik bahasa Melayu melaksanakan pengajaran bahasa melayu dengan
mengambil kira latar belakang pelajar yang berbeza.
Oleh: NOOR AZMAH IBRAHIM
Artikel Penuh: http://ww1.utusan.com.my/utusan/info.asp?
y=1998&dt=0716&pub=Utusan_Malaysia&sec=Gaya_Hidup&pg=ls_02.htm#ixzz48EZWY
51A
Utusan Melayu (M) Bhd

Analisis Kohesi dan Koherensi Dalam Wacana Berita (Di Razia, Pedagang Tak Jera)

A. Pengertian Kohesi dan koherensi


Kohesi adalah hubungan antarbagian

dalam

teks

yang

ditandai

penggunaan unsur bahasa. Konsep kohesi pada dasarnya mengacu kepada


hubungan bentuk, artinya unsur-unsur wacana (kata atau kalimat) yang
digunakan untuk menyusun suatu wacana memiliki keterkaitan secara padu dan
utuh (Mulyana, 2005: 26).
Koherensi adalah keterkaitan antara bagian yang satu dengan bagian
yang lainnya, sehingga kalimat memiliki kesatuan makna yang utuh (Brown dan
Yule dalam Mulyana, 2005: 30).
B.

Piranti Kohesi
Menurut Halliday dan Hassan (1976), unsur kohesi terbagi atas dua
macam, yaitu unsur leksikal dan unsur gramatikal. Piranti kohesi gramatikal
merupakan piranti atau penanda kohesi yang melibatkan penggunaan unsurunsur kaidah bahasa. Piranti kohesi leksikal adalah kepaduan bentuk sesuai

dengan kata.
1. Piranti Kohesi Gramatikal
Pada umumnya, dalam bahasa Indonesia ragam tulis, digunakan piranti
a.

kohesi gramatikal seperti berikut.


Referensi
Referensi berarti hubungan antara kata dengan benda. Kata pena misalnya
mempunyai referensi sebuah benda yang memiliki tinta digunakan untuk
menulis.
Halliday dan Hasan (1979) membedakan referensi menjadi dua macam, yaitu

eksoforis dan endoforis.


Referensi eksoforis adalah pengacuan satuan lingual yang terdapat di luar teks

wacana.
Referensi endofora adalah pengacuan satuan satuan lingual yang terdapat di

dalam teks wacana. Referensi endofora terbagi menjadi dua jenis, yaitu:
Referensi anafora yaitu satuan lingual yang disebut lebih dahulu atau ada pada
kalimat yang lebih dahulu, mengacu pada kalimat awal atau yang sebelah kiri.
Contoh:
(a) Hati Adi terasa berbunga-bunga. (b) Dia yakin Janah menerima lamarannya.
Kata Dia pada kalimat (b) mengacu pada kata Adi.
Pola penunjukkan inilah yang menyebabkan kedua kalimat tersebut berkaitan

secara padu dan saling berhubungan.


Referensi katafora yaitu satuan lingual yang disebutkan setelahnya, mengacu
pada kalimat yang sebelah kanan.
Karena bajunya kotor, Gani pulang ke rumah.

Pronomina enklitik-nya pada kalimat pertama mengacu pada antaseden Gani


yang terdapat pada kalimat kedua.
Baik referensi yang bersifat anafora maupun katafora mengunakan pronomina
persona, pronomina penunjuk, dan pronomina komparatif. Pronomina Persona
adalah pengacuan secara berganti-ganti bergantung yang memerankannya.
Dalam bahasa Indonesia, pronominal persona diperinci sebagai berikut.

a)
b)

Tunggal

Jamak

Persona pertama

Aku, saya

Kami, kita

Persona kedua

Kamu, engkau, anda

Kalian, kami sekalian

Persona ketiga

Dia, ia, beliau

Mereka

Contoh:
Ida, kamu harus belajar. (referensi bersifat anfora)
Kamu sekarang harus lari! Ayo, Okta cepatlah! (referensi bersifat katafora)
Pronomina demonstrasi yaitu pengacuan satual lingual yang dipakai untuk
menunjuk. Biasanya menggunakan kata: ini, itu, kini, sekarang, saat ini, saat itu,
di

sini, di situ, di sana dan sebagainya.


Contoh: (a) Di sini saya dilahirkan. (b) Di rumah inilah saya dibesarkan,

kata Ani.
Pronominal di sini pada kalimat (a) mengacu secara katafora terhadap

antesedan rumah pada kalimat (b).


Pronomina komparatif adalah

deiktis

yang

menjadi

bandingan

bagi

antasedennya.
Kata-kata yang termasuk kategori pronominal komparatif antara lain: sama,
persis, identik, serupa, segitu serupa, selain, berbeda, tidak beda jauh, dan
sebagainya.
Contoh:
Dani mirip dengan Ali karena mereka bersaudara.
b.

Substitusi (penggantian)
Penggantian adalah penyulihan suatu unsur wacana dengan unsur yang lain
yang acuannya tetap sama, dalam hubungan antarbentuk kata, atau bentuk lain
yang lebih besar daripada kata, seperti frasa atau klausa (Halliday dan Hassan,
1979: 88; Quirk, 1985: 863).
Secara umum, penggantian itu dapat berupa kata ganti orang, kata ganti

1)

tempat, dan kata ganti sesuatu hal.


Kata ganti orang merupakan kata yang dapat menggantikan nama orang atau
beberapa orang.

2)

Kata ganti tempat adalah kata yang dapat menggantikan kata yang menunjuk

3)

pada tempat tertentu.


Dalam pemakaian Bahasa untuk mempersingkat suatu ujaran yang panjang
yang digunakan lagi, dapat dilakukan dengan menggunakan kata ganti hal.
Sesuatu yang diuraikan dengan panjang lebar dapat digantikan dengan sebuah
atau beberapa buah kata.

c.

Elipsis (penghilangan/ pelepasan)


Elipsis adalah proses penghilangan kata atau satuan-satuan kebahasaan lain.
Elipsis juga merupakan penggantian unsur kosong (zero), yaitu unsur yang
sebenarnya ada tetapi sengaja dihilangkan atau disembunyikan.

d.

Piranti Konjungsi (kata sambung)


Konjungsi termasuk salah satu

jenis

kata

yang

digunakan

untuk

menghubungkan kalimat.
Piranti konjungsi dalam bahasa Indonesia dibedakan menjadi beberapa
a)
b)
c)
d)
e)
f)
g)
h)
i)
j)
k)
l)
m)
n)
o)
p)
q)
2.

macam, yaitu sebagai berikut.


Piranti urutan waktu
Piranti Pilihan
Piranti Alahan
Piranti Parafrase
Piranti Ketidaserasian
Piranti Serasian
Piranti Tambahan (Aditif)
Piranti Pertentangan (Kontras)
Piranti Perbandingan (Komparatif)
Piranti Sebab-akibat
Piranti Harapan (Optatif)
Piranti Ringkasan dan Simpulan
Piranti Misalan atau Contohan
Piranti Keragu-raguan (Dubitatif)
Piranti Konsesi: memang, tentu saja
Piranti Tegasan
Piranti Jelasan
Piranti Kohesi Leksikal
Secara umum, piranti kohesi leksikal berupa kata atau frasa bebas yang
mampu mempertahankan hubungan kohesif dengan kalimat mendahului atau
mengikuti. Menurut Rentel (1986: 268-289), piranti kohesi leksikal terdiri atas

a.

dua macam yaitu:


Reiterasi (pengulangan)

Reiterasi merupakan cara untuk menciptakan hubungan yang kohesif.


Jenis-jenis reiterasi itu meliputi:
1. Repetisi Ulangan
Repetisi atau ulangan merupakan salah satu cara untuk mempertahankan
hubungan
1)

kohesif

antarkaliamat.

Macam-macam

ulangan

atau

repetisi

berdasarkan data pemakaian bahasa Indonesia seperti berikut.


Ulangan Penuh
Ulangan penuh berarti mengulang satu fungsi dalam kalimat secara

penuh, tanpa pengurangan dan perubahan bentuk.


2) Ulangan dengan bentuk lain
Terjadi apabila sebuah kata diulang dengan konstruksi atau bentuk kata
3)

lain yang masih mempunyai bentuk dasar yang sama.


Ulangan dengan Penggantian
Pengulangan dapat dilakukan dengan mengganti bentuk lain seperti

4)
2.

dengan kata ganti.


Ulangan dengan hiponim
Kolokasi
Suatu hal yang selalu berdekatan atau berdampingan dengan yang lain,
biasanya diasosiasikan sebagai kesatuan.

C. Piranti Koherensi
Istilah koherensi mengacu pada aspek tuturan, bagaimana proposisi yang
terselubung disimpulkan untuk menginterpretasikan tindakan ilokusinya dalam
membentuk sebuah wacana. Proposisi-proposisi di dalam suatu wacana dapat
membentuk suatu wacana yang runtut (koheren) meskipun tidak terdapat
pemerkah penghubung kalimat yang di gunakan.
Contoh:
(a) Guntur kembali bergema dan hujan menderas lebih hebat lagi. (b) Hati
Darsa makin kecut.

Biarpun tidak terdapat pemerkah hubungan yang jelas antara kalimat (a) dan
(b), tiap pembaca akan menafsirkan makna kalimat (b) mengikuti kalimat (a).
Pembaca mengandaikan adanya hubungan semantik antara kalimat-kalimat itu,
biarpun tidak terdapat pemerkah eksplisit yang menyatakan hubungan seperti
itu.
Berikut ini adalah contoh wacana yang mempunyai koherensi baik, tetapi tidak
tampak hubungan kohesifnya.

A: ada telepon.
B: saya sedang mandi.

C: baiklah.

Widdowson (1979).

Sebagai sebuah wacana, contoh percakapan di atas tidak dapat pemerkah


kohesif. Untuk memahami tuturan tersebut, kita harus menggunakan informasi
yang terkandung di dalam ujaran-ujaran yang di ungkapkan dan juga sesuatu
yang lain yang dilibatkan dalam penafsiran wacana itu. Percakapan semacam itu
akan dapat dipahami dengan baik melalui tindakan-tindakan konvensional yang
dilakukan oleh partisipan dalam percakapan itu.
D.

Analisis Kohesi Dan Koherensi Pada Berita Dirazia, Pedagang Tak

1.

Jera
Razia yang dilakukan Tim satuan Koordinasi Keamanan dan Ketertiban Kota (SK4) Pol PP Padang Terhadap Pedagang Pantai Purus Kamis (27/3) malam, belum
membuat para pedagang Jera. Hingga Kemarin, para pedagang masih tetap

2.

berjualan di sepanjang pantai.


Pantauan Padang Ekspres di lapangan, para pedagang kuliner kembali
menempatkan kursi dan payung-payung dibibir pantai. Padahal, para pedagang
tersebut telah disediakan lokasi berjualan oleh Pemko di bantaran Danau

3.

Cimpago
Yun, 45, salah seorang pedagang, ngotot membuka lapak di bibir pantai hingga

4.

pembangunan Long Cafe Cimpago (LCC) selesai.


Amril, 38, pedagang lainnya, berdalih lokasi yang disediakan pemko bisa
menganggu arus lalu lintas. Lagian jualan saya ini bisa dibongkar pasang,

5.

bukan semipermanen, sebutnya


Menyikapi sikap pedagang yang membandel itu, Pol PP menegaskan tidak ada
toleransi walau anggotanya mengalami luka-luka pada saat penertiban Kamis

6.

(27/3) malam.
Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Kota Padang, Deno indra
Firmansyah mengatakan, pembangunan LCC sebagai langkah awal melakukan
penataan pedagang pantai purus. kalau ini sukses, kita akan lanjutkan
pembangunan yang sama untuk menampung seluruh pedagang di sepanjang
pantai. Sehingga Pantai Padang nyaman dan indah, katanya

1.

ANALISIS KOHESI
Bagian (1) merupakan :

a.
b.

piranti urutan waktu yaitu terlihat pada kata Hingga Kemarin.


Piranti Tegasan yaitu para pedagang masih tetap berjualan di sepanjang

c.
2.
a.

pantai.
Pengulangan penuh yaitu pedagang
Bagian (2) merupakan :
Piranti Kohesi gramatikal yaitu termasuk kedalam referensi. Hal ini terlihat pada
Pantauan Padang Ekspres yang bermakna pantauan wartawan dari Koran
Padang Ekspress. kemudian pada kalimat di bibir pantai

yang bermakna di

b.

tepi pantai.
piranti ketidakserasian yaitu dari kalimat Padahal, para pedagang tersebut

c.
3.
a.
b.
4.
a.

telah disediakan lokasi berjualan oleh Pemko di bantaran Danau Cimpago


Pengulangan penuh yaitu Pedagang
Bagian (3) merupakan
Piranti penegasan yaitu ngotot membuka lapak di bibir pantai
Piranti Kohesi gramatikal yaitu termasuk kedalam referensi yaitu Bibir Pantai
Bagian (4) merupakan :
Piranti pertentangan yaitu berdalih lokasi yang disediakan pemko bisa

b.

menganggu arus lalu lintas


Piranti Penegasan yaitu Lagian jualan saya ini bisa dibongkar pasang, bukan

5.
a.

semipermanen, sebutnya
Bagian (5) merupakan :
Piranti penegasan yaitu Pol PP menegaskan tidak ada toleransi walau

b.

anggotanya mengalami luka-luka pada saat penertiban Kamis (27/3) malam.


Referensi endofora yaitu Pol PP menegaskan tidak ada toleransi walau

6.
a.

anggotanya mengalami luka-luka pada saat penertiban Kamis (27/3) malam.


Bagian (6) merupakan :
Piranti Penegasan yaitu kalau ini sukses, kita akan lanjutkan pembangunan

yang sama untuk menampung seluruh pedagang di sepanjang pantai


b. Piranti Kohesi gramatikal yaitu termasuk kedalam referensi yaitu kalau ini
sukses . Ini dalam kalimat tersebut bermakna Pembangunan LCC
c. Piranti Harapan yaitu Sehingga Pantai Padang nyaman dan indah
ANALISIS KOHERENSI
Bagian (1), (2), (3), (5), dan (6) koherensi yaitu antara kalimat yang satu
dengan kalimat yang lainnya terhubung melalui sebuah makna dan memiliki
hubungan makna yang koherensi.

------------------Suatu wacana yang utuh mempunyai dua ciri utama, iaitu tautan dan runtutan.
Tautan bermaksud keserasian hubungan antara satu unsur linguistik dengan
unsur linguistik yang lain untuk menghasilkan wacana yang lengkap. Runtutan
pula bermaksud kesinambungan idea yang terdapat dalam sesebuah wacana
sehingga menjadikan teks itu bermakna. Dalam bahasa Melayu terdapat lima
jenis penanda wacana iaitu penanda penghubung, penanda rujukan, penanda

penggantian,penanda leksikal dan penanda elipsis atau pengguguran. Penanda


wacana boleh digunakan pada permulaan ayat seperti namun, tambahan pula, di
samping itu. Contoh ayat: Ali dan keluarganya berpindah ke bandar pada akhir
tahun lalu. Namun hatinya masih teringat akan kampung halamannya. Untuk
lebih menguasai aspek penanda wacana, sila rujuk buku Tatabahasa Dewan Edisi
Ketiga, halaman 524-529. Kata hubung seperti dan, atau, tetapi, serta tidak
boleh diletakkan pada permulaan ayat kerana kata hubung bertugas
menghubungkan dua binaan ayat atau lebih sehingga menjadi satu bentuk ayat
yang berlapis, yang dikenali sebagai ayat majmuk.

------------------------------Suatu wacana yang utuh mempunyai dua ciri utama, iaitu tautan dan runtutan.
Tautan bermaksud keserasian hubungan antara satu unsur linguistik dengan
unsur linguistik yang lain untuk menghasilkan wacana yang lengkap. Runtutan
pula bermaksud kesinambungan idea yang terdapat dalam sesebuah wacana
sehingga menjadikan teks itu bermakna. Dalam bahasa Melayu terdapat lima
jenis penanda wacana iaitu penanda penghubung, penanda rujukan, penanda
penggantian,penanda leksikal dan penanda elipsis atau pengguguran. Penanda
wacana boleh digunakan pada permulaan ayat seperti namun, tambahan pula, di
samping itu. Contoh ayat: Ali dan keluarganya berpindah ke bandar pada akhir
tahun lalu. Namun hatinya masih teringat akan kampung halamannya. Untuk
lebih menguasai aspek penanda wacana, sila rujuk buku Tatabahasa Dewan Edisi
Ketiga, halaman 524-529. Kata hubung seperti dan, atau, tetapi, serta tidak
boleh diletakkan pada permulaan ayat kerana kata hubung bertugas
menghubungkan dua binaan ayat atau lebih sehingga menjadi satu bentuk ayat
yang berlapis, yang dikenali sebagai ayat majmuk.

Anda mungkin juga menyukai