Anda di halaman 1dari 10

View metadata, citation and similar papers at core.ac.

uk brought to you by CORE


provided by E-Journal Universitas Muria Kudus

(Printed) ISSN 2598-3202


(Online) ISSN 2599-316X

KOHESI DAN KOHERENSI PARAGRAF DALAM KARANGAN NARASI


MAHASISWA TEKNIK ANGKATAN 2017 UNIVERSITAS PGRI BANYUWANGI

Riska Fita Lestari


riskafl28@gmail.com

Universitas PGRI Banyuwangi

Abstrak
Pentingnya melakukan penelitian analisis kohesi dan koherensi pada karangan narasi dari analisis bahasa lainya karena analisis ini
cukup kompleks di perguruan tinggi. Kohesi diartikan sebagai kesatuan bentuk yang secara struktural membentuk ikatan sintaktik dalam
wacana. Sedangkan koherensi adalah pertalian makna atau pertalian isi kalimat.pemahaman mahasiswa terhadap penyusunan karangan
narasi berimplikasi pada karya tulis ilmiah. Permasalahan yang muncul adalah bagaimana kohesi dan koherensi paragraf dalam karangan
narasi mahasiswa dan penanda kohesi dan koherensi apa saja yang sering digunakan dalam membuat karangan narasi mahasiswa teknik
angkatan 2017 Universitas PGRI Banyuwangi. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui kemampuan mahasiswa Jurusan teknik angkatan
2017. Penelitian ini dianalisis dengan metode analisis deskriptif kualitatif, yaitu data-data yang diperoleh diinterpretasikan dengan menelaah
data, memeriksa keabsahan data, dan mendeskripsikan data Hasil ditemukannya dalam karangan narasi mahasiswa Teknik angkatan 2017
kohesi dan koherensi yang tidak merata. belum menunjukkan persyaratan kohesi dan koherensi yang baik, hal ini disebabkan kurangnya
pemahaman mahasiswa dalam hal mamadukan kalimat satu dengan kalimat lainnya, belum adanya kelogisan dalam penyusunan paragraf.

Kata kunci: karangan narasi, koherensi, kohesi.

Abstract

The importance of conducting research analysis of cohesion and coherence in the narrative essay from other language analysis
because this analysis is quite complex in college. Cohesion is defined as the unity of the form that structurally establishes the synthetic
bonds in discourse. While the coherence is a connection to the meaning or relevance of the sentence. Students ' understanding of the
narrative drafting is implicit implications on scientific writings. The problem that arises is how the cohesion and coherence of paragraphs
in the student narrative essays and markers of cohesion and coherency of just about anything that is often used in making a narrative essay
student engineering Force 2017 PGRI University Banyuwangi. The purpose of this research is to know the skills of students in engineering
department 2017. The research was analyzed by qualitative descriptive analysis methods, i.e. the data obtained interpreted by studying the
data, examining the validity of the data, and describing the data the results found in the narrative essay of engineering students Force 2017
cohesion and uneven coherence. has not demonstrated the requirement of good cohesion and coherence, this is due to the lack of
understanding of students in terms of the sentence one with other sentences, there is no straightness in the drafting of paragraphs.

Key words: coherence , cohesion, narrative essay.

PENDAHULUAN terutama dalam keterampilan berbahasa


yang bersifat produktif yaitu berbicara dan
Manusia mempunyai berbagai menulis.
kultur budaya dan ragam bahasa yang Wacana adalah suatu upaya
berbeda, hal ini dikarenakan manusia pengungkapan maksud tersembunyi dari
sebagai makhluk sosial tinggal di berbagai sang subjek yang mengemukakan suatu
wilayah yang berbeda-beda pula. Bahasa pernyataan. Pemahaman tentang wacana
merupakan salah satu faktor penting merupakan upaya memahami unsur
dalam kehidupan manusia, bahasa adalah kebahasaan yang relatif lebih kompleks
sarana berkomunikasi antar manusia untuk dan lebih lengkap. Sedangkan menurut
saling berhubungan satu sama lain untuk Sumarlam 2003: 23). Dapat dikatakan
meningkatkan kemampuan intelektual, wacana yang baik adalah wacana yang
bertukar informasi dan pengalaman agar harus memperhatikan hubungan
dapat saling memahami satu sama lain. antarkalimat, sehingga dapat memelihara
Andayani (2015:191) Analisis keterkaitan dan keruntutan antarkalimat.
wacana memiliki peranan yang sangat
penting dalam pembelajaran bahasa,
KOHESI DAN KOHERENSI PARAGRAF DALAM KARANGAN NARASI MAHASISWA | 73
TEKNIK ANGKATAN 2017 UNIVERSITAS PGRI BANYUWANGI
Riska Fita Lestari
Sejalan dengan pandangan bahwa menerangkan, menguraikan, atau
bahasa itu terdiri atas bentuk dan makna, menjelaskan suatu kejadian atau peristiwa
hubungan dalam wacana dapat dibedakan berdasarkan urutan waktu untuk dapat
menjadi dua jenis yaitu hubungan bentuk menambah pengetahuan pembacanya.
yang disebut kohesi dan hubungan makna Menulis karangan narasi bukan merupakan
atau hubungan semantis yang disebut kegiatan mengarang yang mudah tetapi
Kedua jenis hubungan bentuk dan makna penulis harus memahami konsep penulisan
tersebut menjadi salah satu syarat dan tujuan karangan narasi yaitu
terbentuknya sebuah wacana. menguraikan suatu peristiwa dengan
Susanto (2013: 241), ada empat tujuan memberikan informasi mengenai
aspek keterampilan berbahasa Indonesia suatu peristiwa. Agar corak karangan yang
yaitu mendengar (menyimak), berbicara, dihasilkan nanti sesuai dengan kaidah yang
membaca, dan menulis. Keempat aspek ini benar (Djuharie dan Suherli, 2001: 49).
saling terkait antara satu dengan yang Pemilihan karangan narasi sebagai fokus
lainnya. Sehingga dapat diartikan bahwa penelitian adalah pembaca dapat
keempat aspek keterampilan sangat terkait, memperoleh pengetahuan baru dari data
tetapi keterampilan Menulis merupakan penelitian yang ditulis oleh mahasiswa.
keterampilan yang sangat rumit dari Selain itu dalam menulis sebuah
keterampilan lainnya. paragraf mahasiswa banyak terdapat
Suparno (2009: 1.26). Menulis kekeliruan karena memiliki pemahaman
memiliki tingkat kesukaran lebih tinggi yang salah. mahasiswa beranggapan kalau
dibandingan dengan tiga keterampilan paragraf penulisannya berbentuk alinea
berbahasa yang lain. Karena menulis baru yang secara teknik penulisannya agak
merupakan kegiatan yang kompleks. menjorok ke dalam dari bagian lain.
Disebut kegiatan kompleks karena penulis Banyak ditemui paragraf pada karangan
dituntut untuk dapat menyusun dan mahasiswa itu tidak mempunyai ide pokok
mengorganisasikan isi tulisannya serta atau merupakan bagian dari paragraf
menuangkannya dalam formulasi ragam sebelumnya. Padahal selain harus
bahasa tulis dan konvensi penulisan mengandung kohesi dan koherensi,
lainnya. paragraf yang baik juga harus mempunyai
Pada karangan narasi pada satu ide pokok dan satu atau beberapa ide
mahasiswa banyak sekali hambatan dalam pengembang .
memahami ada tidaknya unsur kohesi dan Hasil penelitian ini dapat
koherensi dalam setiap paragraf yang memberikan gambaran kemampuan
dibuatnya. Hal tersebut disebabkan oleh mahasiswa dalam menulis karangan narasi
banyaknya kesalahan dalam penulisan. dengan syarat paragraf yang kohesi dan
Selain aspek kohesi, sebuah koherensi. Selain itu, hasil penelitian ini
wacana atau karangan yang baik juga juga dapat menjadi barometer tingkat
harus mempunyai aspek koherensi. keberhasilan pembelajaran bidang studi
Koherensi adalah pertalian atau jalinan matakuliah bahasa Indonesia khususnya di
antar kata atau kalimat dalam teks tingkat perguruan tinggi tersebut dalam
(Eriyanto, 2001: 242). Berbeda dengan mengajarkan membuat karangan dengan
kohesi, aspek koherensi secara struktural paragraf yang kohesi dan koherensi.
membentuk ikatan sematik. Berdasarkan uraian tersebut bahwa
Aspek kohesi dan koherensi sangat keterampilan menulis merupakan sebuah
berkaitan dengan keterampilan menulis proses tidak didapat secara serta merta.
karangan. Dalam penelitian ini lebih
Selain pemahaman konsep atau teori
difokuskan pada karangan narasi.
Karangan narasi merupakan karangan menulis, mahasiswa juga harus melakukan
yang menuntut penulis mampu latihan. Latihan dilakukan untuk

74 | Jurnal Kredo
Vol. 3 No. 1 Oktober 2019
menerapkan pemahaman mahasiswa pembaca (dalam wacana tulis) atau oleh
tentang menulis karangan terhadap pendengar (dalam wacana lisan) tanpa
keterampilan menulis. Oleh sebab itu keraguan apapun.
Berdasarkan pendapat yang telah
peneliti mengambil judul penelitian yaitu
dikemukakan di atas, dapat disimpulkan
“Kohesi dan Koherensi Paragraf dalam bahwa wacana adalah satuan bahasa
Karangan Narasi Mahasiswa Teknik terlengkap dan tertinggi yang
angkatan 2017 Universitas PGRI direalisasikan dalam bentuk karangan utuh
Banyuwangi ”. Dengan rumusan masalah seperti buku, novel, seri ensiklopedia, dsb.
yang peneliti ambil dari penelitian ini Wacana dikatakan tertinggi atau
adalah; bagaimanakah kohesi dan terbesar karena wacana dibentuk dari
kalimat atau kalimat-kalimat yang
koherensi paragraf dalam karangan narasi
memenuhi persyaratan gramatikal dan
mahasiswa, apa sajakah penanda kohesi persyaratan kewacanaan lainnya.
dan koherensi yang sering digunakan Persyaratan gramatikal dalam wacana
dalam karangan narasi mahasiswa. dapat dipenuhi jika dalam wacana itu
sudah terbina yang disebut kekohesian,
KAJIAN TEORI yaitu adanya keserasian hubungan antara
unsur-unsur yang ada dalam wacana
Pengertian Wacana tersebut. Bila wacana itu kohesif, akan
Dari asal usul katanya, kata terciptalah kekoheresian, yaitu isi wacana
“wacana” berasal dari bahasa Sansekerta, yang apik dan benar. Makna dan kerapian
yaitu dari kata vacana yang berarti bentuk merupakan faktor penting untuk
“bacaan”. Kata wacana itu, masuk ke menentukan tingkat keterbacaan dan
dalam bahasa Jawa Kuno menjadi wacana keterpahaman wacana. Sebuah wacana
[wacana] dan selanjutnya masuk ke dalam dapat dikatakan baik apabila hubungan
bahasa Jawa Baru menjadi wacana antarkalimat-kalimatnya kohesif dan
[wacana] yang berarti bicara, kata, ucapan. koheren. Maka dari itu, dibutuhkan
Kata wacana di dalam bahasa Jawa Baru penanda koherensi untuk mencapai
itu diserap ke dalam bahasa Indonesia kekohesifan yang mantap sehingga wacana
menjadi “wacana‟ yang berarti tersebut dapat dikatakan wacana yang utuh
“komunikasi verbal, percakapan”. karena terdapat kohesi dan koherensi yang
Penjelasan di atas disampaikan oleh lengkap.
Wedhawati, (2006: 595). Menurut realitasnya wacana
Wacana adalah satuan bahasa terlengkap merupakan verbal dan nonverbal, wujud
dalam hierarki gramatikal, merupakan wacana berdasarkan media komunikasi
satuan gramatikal tertinggi atau terbesar. berupa rangkaian ujaran (tuturan) lisan dan
Menurut Kridalaksana (2008: 259) wacana tulis, sedangkan berdasarkan pemaparan
dalam bahasa inggris disebut discourse wacana, dapat memperoleh jenis wacana
adalah satuan bahasa terlengkap, dalam yang disebut naratif, deskriptif, prosedural,
hierarki gramatikal merupakan satuan ekspositori, dan hortatori, dari jenis
gramatikal tertinggi atau terbesar. Hampir pemakaian wacana wujud monolog (satu
sama pendapatnya, menurut Chaer orang penutur), dialog (dua orang
(2012: 267) wacana adalah satuan penutur), dan prolog (lebih dari dua orang
bahasa yang terlengkap, sehingga dalam penutur).
herarki gramatikal merupakan satuan Berdasarkan media penyampaiannya,
gramatikal tertinggi atau terbesar wacana wacana dapat dipilih menjadi dua, yaitu
dikatakan lengkap karena di dalamnya wacana tulis dan wacana lisan.
terdapat konsep, gagasan, pikiran atau ide
yang utuh, yang bisa dipahami oleh
KOHESI DAN KOHERENSI PARAGRAF DALAM KARANGAN NARASI MAHASISWA | 75
TEKNIK ANGKATAN 2017 UNIVERSITAS PGRI BANYUWANGI
Riska Fita Lestari
Wacana Tulis penutup (konklusi)
Wacana tulis (written discourse) Dalman (2015: 88) Syarat-syarat
adalah jenis wacana yang disampaikan paragraf yang baik paragraf yang baik
melalui tulisan. Berbagai bentuk wacana adalah paragraf yang memiliki kepaduan
sebenarnya dapat dipresentasikan atau antara unsur-unsurnya baik itu antara
direalisasikan melalui tulisan. Hingga gagasan utama dengan gagasan
saat ini, tulisan masih merupakan media penjelasnya ataupun antara kalimat–
yang sangat efektif dan efisien untuk kalimatnya. Sedangkan menurut
menyampaikan berbagai gagasan, Mustakim, (1994: 115-116) sebagai suatu
wawasan, ilmu pengetahuan, atau apapun bentuk pengungkapan gagasan, sebuah
yang dapat mewakili kreativitas manusia. paragraf yang baik hendaknya dapat
Wacana Lisan memenuhi dua kriteria atau persyaratan,
Wacana lisan (spoken discourse) yaitu sebagai berikut. Kesatuan (Kohesi).
adalah jenis wacana yang disampaikan Kepaduan (Koherensi) Kriteria kesatuan
secara lisan atau langsung dengan bahasa atau kohesi menyangkut keeratan
verbal. Jenis wacana ini sering disebut hubungan makna antargagasan dalam
sebagai tuturan (speech) atau ujaran sebuah paragraf, sedangkan kriteria
(utterance). Adanya kenyataan bahwa kepaduan menyangkut keeratan hubungan
pada dasarnya bahasa kali pertama lahir antar kalimat dalam paragraf dari segi
melalui mulut/lisan. Oleh karena itu, bentuk atau strukturnya. Menurut Dalman
wacana yang utama, primer, dan sebenar- (2015: 48) menjelaskan bahwa persyaratan
benarnya adalah wacana lisan. paragraf mencakup:
Pengertian Paragraf 1. Persyaratan kesatuan keutuhan
Dalman (2015: 77) pengertian 2. Persyaratan pengembangan
paragraf terdapat dalam pemakaian bahasa 3. Persyaratan kepaduan atau koherensi 4.
secara tertulis. Sebuah paragraf terdiri atas Persyaratan kekompakan atau kohesi
beberapa kalimat atau lebih dari satu Dari beberapa pendapat tokoh diatas
kalimat. Sedangkan Tarigan (2008: 5) dapat disimpulkan bahwa syarat paragraf
paragraf adalah seperangkat kalimat yang baik adalah dalam sebuah paragraf
tersusun logis sistematis yang merupakan hendaknya memenuhi syarat kesatuan
satu kesatuan ekspresi pikiran yang (kohesi) dan kepaduan (koheren). Maksud
relevan dan mengandung pikiran pokok dari kesatuan yaitu dalam sebuah paragraf
yang tersirat dalam keseluruhan. hanya memiliki satu gagasan utama atau
Fungsi Paragraf Menurut Tarigan kalimat utama, sedangkan maksud dari
(2008: 5) fungsi paragraf dapat kepaduan adalah dalam sebuah paragraf
disimpulkan sebagai berikut: 1. sebagai hendaknya memperlihatkan hubungan
penampung dari sebagian kecil jalan antarkalimat yang mendukung kalimat
pikiran atau ide pokok keseluruhan utama atau gagasan pokok.
karangan; 2. memudahkan pemahaman Pengertian Kohesi
jalan pikiran atau ide pokok pengarang; 3. Kohesi adalah keserasian
alat bagi pengarang untuk hubungan antara unsur-unsur yang satu
mengembangkan jalan pikiran secara dengan unsur yang lain dalam wacana
sistematis; 4. pedoman bagi pembaca sehingga tercipta pengertian yang baik
untuk mengikuti dan memahami alur (koheren). Kalimat atau kata yang
pikiran pengarang; 5. sebagai penyampai dipakai bertautan dan saling mendukung
pikiran atau ide pokok pengarang kepada makna. Pengertian yang satu
pembaca; 6. sebagai penanda bahwa menyambung pengertian yang lainnya
pikiran baru dimulai; 7. dalam rangka sehingga berturut-turut. Dengan demikan
keseluruhan karangan, paragraf dapat ada wacana yang kohesif, koheren dan
berfungsi sebagai pengantar, transisi, dan ada wacana yang tidak kohesif
76 | Jurnal Kredo
Vol. 3 No. 1 Oktober 2019
dan koheren. Pendapat tersebut atau kelompok kata untuk menunjuk kata
dikemukakan oleh Djajasudarma (2006: atau kelompok kata lainnya (Ramlan,
44). Pendapat lain yang berkaitan dengan 1933:12). Referensi endoforik masih
kohesi dikemukakan oleh Mulyana dibedakan menjadi dua yaitu referensi
(2005: 26) bahwa kohesi dalam wacana endoforik anafora dan referensi endoforik
diartikan sebagai kepaduan bentuk secara katafora. Referensi endoforik anafora
struktural membentuk ikatan sintaktikal. merujuk pada kata sebelumnya.
Konsep kohesi pada dasarnya Tarigan (2008: 101) Subtitusi
mengacu kepada hubungan bentuk adalah proses dan hasil penggantian
artinya, unsur-unsur wacana (kata atau bahasa oleh unsur lain dalam satuan yang
kalimat) yang digunakan untuk lebih besar. Penggantian dilakukan untuk
menyusun suatu wacana memiliki memperoleh unsur pembeda atau
keterkaitan secara padu dan utuh. Dengan menjelaskan unsur tertentu yang telah
kata lain, kohesi termasuk dalam aspek disebutkan sebelumnya.
internal struktur wacana. Sehubungan Elipsis (pelesapan) adalah
dengan hal tersebut, Mulyana (2005: 26) peniadaan atau penghilangan kata atau
mengemukakan bahwa penelitian satuan lain, yang wujud asalnya dapat
terhadap unsur kohesi menjadi bagian diramalkan dari konteks bahasa atau
dari kajian aspek formal bahasa. Oleh konteks luar bahasa (Kridalaksana, 2008:
karenanya, organisasi dan struktural 50). Elipsis merupakan penggantian unsur
kewacanaannya juga berkonsentrasi dan kosong, yaitu unsur yang sebenarnya ada
bersifat sintaktik-gramatikal. tetapi sengaja dihilangkan atau
Dalam karangan atau wacana, disembunyikan. Tujuannya adalah untuk
kohesi diartikan sebagai kesatuan bentuk efisiensi yaitu mendapatkan kepraktisan
yang secara struktural membentuk ikatan bahasa, singkat dan padat, serta mudah
sintaktik. Menurut Keraf (2001: 87) dimengerti.
paragraf kohesi merupakan paragraf Konjungsi adalah kategori yang
yang memiliki kesatuan semua kalimat menghubungkan kata dengan kata, klausa
yang membangunnya secara bersama- dengan klausa, atau kalimat dengan
sama menyatakan suatu hal atau tema kalimat, dapat juga paragraf dengan
tertentu. Oleh karena itu sering kehadiran paragraf (Chaer, 2009: 81). Konjungsi
kohesi ditandai dengan pemarkah atau dibagi menjadi dua yaitu konjungsi
penanda. Untuk selanjutnya akan koordinatif dan konjungsi subordinatif.
digunakan kata penanda. Konjungsi koordinatif adalah konjungsi
Kohesi dibedakan menjadi dua yang menghubungkan dua buah konstituen
yaitu kohesi gramatikal dan kohesi yang kedudukannya sama atau sederajat.
leksikal. Kohesi gramatikal terdiri dari Konjungsi subordinatif adalah konjungsi
referensi, subtitusi, elipsis dan konjungsi. yang menghubungkan dua buah konstituen
Sedangkan kohesi leksikal berupa sinonim, yang kedudukannya tidak sederajat atau
hiponim, repetisi, kolokasi, dan bertingkat.
ekuivalensi. Berikut akan dijelaskan lebih Kohesi Leksikal
lanjut tentang istilah-istilah tersebut. Kohesi leksikal adalah hubungan
Kohesi Gramatikal leksikal antara bagian-bagian wacana
Kohesi gramatikal adalah kohesi untuk mendapatkan keserasian struktur
yang membangun gramatik wacana. secara kohesif. Penanda yang termasuk
Kohesi gramatikal terdiri dari referensi, kohesi leksikal antara lain sinonim,
subtitusi, elipsis dan konjungsi. Berikut ini hiponim, repetisi, kolokasi, dan
penjelasan dari unsur-unsur tersebut. ekuivalensi. Perhatikan contoh berikut ini:
Referensi merupakan bagian kohesi 1. sinonim : mahir, ahli
yang berkaitan dengan penggunaan kata 2. hiponim : angkutan darat (kereta api,
KOHESI DAN KOHERENSI PARAGRAF DALAM KARANGAN NARASI MAHASISWA | 77
TEKNIK ANGKATAN 2017 UNIVERSITAS PGRI BANYUWANGI
Riska Fita Lestari
bus, taksi) (internal) disebut aspek kohesi. Sedangkan
3. repetisi : pengulangan kata yang Aspek yang mendukung keutuhan wacana
sama dari luar (eksternal) disebut aspek
4. kolokasi : buku, koran, majalah koherensi (Parera, 2009: 218). Tabel
5. antonim : tua-muda berikut menggambarkan perbedaan
6. ekuivalensi : belajar, mengajar, keduanya.
pelajar, pengajar, pelajaran. Tabel 1. Perbedaan kohesi dan koherensi
Tujuan digunakan kohesi leksikal untuk Kohesi Koherensi
mendapatkan efek intensitas makna Kepaduan Kerapian
bahasa, kejelasan informasi, dan Keutuhan Kesinambungan
keindahan bahasa. Aspek bentuk Aspek makna
Koherensi Aspek lahiriah Aspek batiniah
Koherensi adalah pertalian makna Aspek formal Aspek ujaran
atau pertalian isi kalimat (Tarigan, 2008: Organisasi Organisasi sematik
32). Koherensi sangat diperlukan sintaktik Unsur eksternal
keberadaannya untuk menata pertalian Unsur internal
batin antara bagian yang satu dengan yang Sumber : Dardiri (2008: 35-36) Analisis
lain dalam paragraf. Keberadaan unsur Wacana bahasa Indonesia
koherensi sebenarnya tidak pada satuan Karangan Narasi
teks semata, melainkan juga pada Semi (2003:29) Narasi merupakan
kemampuan pembaca atau pendengar bentuk percakapan atau tulisan yang
dalam menghubungkan makna dan bertujuan menyampaikan atau
menginterpretasikan suatu bentuk wacana menceritakan rangkaian peristiwa atau
yang diterimanya. Tarigan (2008: 104) pengalaman nmanusia berdasarkan
membagi unsur penanda koherensi perkembangan dari waktu ke waktu
diantaranya adalah penambahan, Ragam atau jenis karangan pada umumnya
komparasi, penekanan, kontras, simpulan, dikelompokkan ke dalam empat jenis yaitu
contoh, pararelisme, tempat dan waktu. narasi, deskripsi, narasi, dan argumentasi.
Berbeda dengan Kridalaksana (Tarigan, Narasi sebagai bentuk wacana, dapat
2008: 38) yang mengungkapkan penanda menjadi suatu bentuk tulisan yang berdiri
hubungan koherensi dalam wacana antara sendiri dan mempunyai struktur. Itu dapat
lain hubungan sebab-akibat, hubungan dilihat dari bermacam-macam segi
sarana-hasil, hubungan alasan-sebab, penglihatan. Sesuatu dapat dikatakan
hubungan sarana-tujuan, hubungan latar- mempunyai struktur, bila ia terdiri dari
kesimpulan, hubungan kelonggaran-hasil, bagian-bagian yang secara fungsional
hubungan syarat-hasil, hubungan berhubungan satu ama lain. Bagian-bagian
perbandingan, hubungan parafrasis, itu tergantung dari cara melihat barang itu.
hubungan amplikatif, hubungan adiftif
waktu, hubungan adiftif nonwaktu, METODE PENELITIAN
hubungan identifikasi, hubungan generik-
spesifik, dan hubungan ibarat. Penelitian ini termasuk penelitian
Perbedaan Kohesi dan Koherensi deskriptif. Dimana dilakukan analisis
Kohesi dan koherensi sebenarnya hubungan kohesi dan koherensi paragraf
hampir sama karena penanda aspek kohesi dalam karangan narasi. Subjek dalam
juga merupakan penanda aspek koherensi. penelitian ini adalah mahasiswa teknik
Demikian pula sebaliknya. Namun, mesin angkatan 2017 Universitas PGRI
keduanya memiliki perbedaan. Perbedaan Banyuwangi Jember yang berjumlah 24
keduanya terletak pada titik dukung mahasiswa terdiri dari 9 teknik elektro dan
terhadap struktur wacana. Aspek yang 15 teknik mesin.
mendukung keutuhan wacana dari dalam
78 | Jurnal Kredo
Vol. 3 No. 1 Oktober 2019
Penelitian ini mengambil jenis bersifat pengamatan pada objek, oleh
dokumen sebagai objek penelitian, karena itu instrumen penelitian
sehingga metode yang digunakan dalam disesuaikan dengan tujuan penelitian.
penelitian ini merupakan metode deskriptif Instrumen yang digunakan dalam
kualitatif. Metode kualitatif, yaitu penelitian ini adalah instrumen non tes
pengamatan, wawancara, atau penelaah yaitu berupa penugasan kepada responden
dokumen (Moleong, 2016: 9). Metode untuk dihimpun hasilnya. Hasil dari
kualitatif ini digunakan karena beberapa instrumen ini adalah data deskriptif
pertimbangan. Pertama, menyesuaikan kualitatif. Dalam studi dokumenter
metode kualitatif lebih mudah apabila dimungkinkan diperoleh data berupa
berhadapan dengan kenyataan jamak. angka yang dapat diolah menjadi data
Kedua, metode ini menyajikan secara nominal (Sukmadinata, 2007: 233). Akan
langsung hakikat hubungan antara peneliti tetapi dalam penelitian ini tidak akan
dan responden. Ketiga, metode ini lebih dijumpai angka karena fokus penelitian ini
peka dan lebih dapat menyesuaikan diri berupa karangan. Karangan siswa
dengan banyak penajaman pengaruh dianalisis kemudian dideskripsikan bukan
bersama terhadap pola-pola nilai yang diberikan penilaian berupa angka.
dihadapi. Pendekatan dalam penelitian ini
menggunakan pendekatan deskriptif HASIL DAN PEMBAHASAN
dengan metode analisis dokumen (content
analysis) Karangan siswa
Metode pengumpulan data yang Karangan 24 dengan tema “Geliat
digunakan dalam penelitian ini adalah Kampusku”. Karangan ini terdiri dari lima
studi dokumenter dan non tes. Teknik paragraf satu paragraf dengan empat
uji validitas atau keabsahan data kalimat. Paragraf tersebut sudah
menurut Moleong (2016:330) memenuhi syarat kohesi dan koherensi.
menjelaskan triangulasi adalah teknik Karangan 1, 2. 3, 5, 6, 7, 8, 11, 12,
pemeriksaan keabsahan data yang 14, 15, 16, 18, 19, 20, 22, 23, 24 pada
memanfaatkan sesuatu yang lain. karangan mahasiswa tersebut terdiri dari
Sebagai teknik pemeriksaan, terdapat maksimal tujuh paragraf. Paragraf pertama
empat macam triangulasi, yakni: terdiri dari lima sampai enam kalimat dan
(1) pemanfaatan menggunakan paragraf kedua terdiri dari tiga kalimat.
sumber data, (2) metode, (3) Kedua paragraf dalam karangan 1 ini
penyidikan, dan (4) teori. sudah memiliki unsur kohesi dan
Teknik analisis data yang koherensi paragraf. Hal tersebut dapat
digunakan dalam penelitian kualitatif dibuktikan dengan adanya unsur penanda
deskriptif ini adalah teknik analisis kohesi dan koherensi. Penanda kohesi
data interaktif. Hal tersebut dalam paragraf pertama adalah referensi
dikarenakan data yang diperoleh adalah endoforik katafora, substitusi, repetisi dan
data tetap atau tidak berubah berupa konjungsi.
kumpulan karangan paragraf narasi Karangan 4, 9, 10, 13, 17, 21 pada
mahasiswa teknik. karangan mahasiswa teknik ini punya
Untuk mendapatkan data kesamaan kriteria yaitu terdiri dari
diperlukan adanya alat pengambil data maksimal dua paragraf. Masing-masing
yang biasa disebut instrumen penelitian paragraf hanya terdiri dari satu kalimat.
(Chaer, 2009: 37). Dalam setiap penelitian, Oleh sebab itu, karangan tersebut tidak
instrumen penelitian menentukan kualitas memiliki syarat kohesi dan koherensi
data yang dapat dikumpulkan, sedangkan paragraf. Karena tidak terdapat kalimat
kualitas data akan dapat menentukan hasil pengembang yang menyatakan kohesi dan
penelitian yang dihasilkan. Penelitian ini koherensi paragraf. Selain itu, pada
KOHESI DAN KOHERENSI PARAGRAF DALAM KARANGAN NARASI MAHASISWA | 79
TEKNIK ANGKATAN 2017 UNIVERSITAS PGRI BANYUWANGI
Riska Fita Lestari
dasarnya paragraf kedua dalam karangan pada pernyataan sebelumnya. Referensi
tersebut merupakan bagian dari paragraf endoforis anafora ini antara lain terdapat
pertama. Kesalahan terjadi pada teknik pada karangan 1, karangan 10, karangan
penulisan. 17, karangan 18 dan karangan 24. Dalam
karangan 3 terdapat pada kalimat ketiga
Penanda Kohesi paragraf pertama yaitu kelompok kata hal
Konsep kohesi pada dasarnya ini yang merujuk pada pernyataan dalam
mengacu kepada hubungan bentuk artinya, kalimat sebelumnya yaitu kalimat pertama.
unsur-unsur wacana (kata atau kalimat) yang Karangan 8, penanda ini terdapat pada
digunakan untuk menyusun suatu wacana kelompok kata sekolah ini dalam kalimat
memiliki keterkaitan secara padu dan utuh. kedua paragraf pertama yang merujuk
Dengan kata lain, kohesi termasuk dalam pada kelompok kata Universitas PGRI
aspek internal struktur wacana. Sehubungan Banyuwangi dalam kalimat pertama.
dengan hal tersebut, Mulyana (2005: 26) Kemudian dalam karangan 17, penanda
mengemukakan bahwa penelitian terhadap referensi endoforik anafora yaitu kata ini
unsur kohesi menjadi bagian dari kajian dalam kalimat kedua paragraf kedua yang
aspek formal bahasa. Oleh karenanya, merujuk pada kelompok kata batrei pada
organisasi dan struktural kewacanaannya kalimat sebelumnya yaitu kalimat pertama.
juga berkonsentrasi dan bersifat sintaktik-
gramatikal. Referensi Endoforis Katafora
Wacana sebagai satu pesan yang Referensi endoforis katafora
lengkap berhubungan dengan banyak merupakan penanda kohesi yang merujuk
fenomena kebahasaan. Salah satu fenomena pada pernyataan sesudahnya. Referensi
wacana yang menjadi perhatian adalah endoforis katafora ini antara lain terdapat
kekohesifan dan kekoherensian sebuah pada karangan 1, karangan 2, karangan 3,
wacana. Menurut Wedhawati, dkk (2006: karangan 12, karangan 15, karangan 18.
604) kohesi adalah hubungan bahasa di Karangan 1, penanda ini terdapat pada
dalam wacana atau teks. Sebuah teks kelompok kata berikut ini dalam kalimat
terbentuk jika satuan-satuan bahasa pertama paragraf pertama yang merujuk
pembentuknya berhubungan secara pada pernyataan sesudahnya. Penanda ini
gramatikal dan sistematis. Berdasarkan terdapat kelompok kata berikut ini dalam
penandanya, kohesi dibedakan menjadi kalimat pertama paragraf pertama yang
dua, yaitu kohesi gramatikal dan kohesi merujuk pada pernyataan sesudahnya.
leksikal. Kohesi gramatikal adalah Dalam karangan 15, referensi endoforik
hubungan antarsatuan bahasa pembentuk katafora terdapat pada kelompok kata
teks dengan penanda satuan gramatikal berikut ini dalam kalimat pertama yang
tertentu. Kohesi leksikal adalah hubungan merujuk pada pernyataan sesudahnya.
antarsatuan bahasa secara semantik leksikal Sedangkan dalam karangan 18, penanda
di dalam teks yang sama. referensi endoforik katafora dapat dilihat
Penanda kohesi yang sering dari kelompok kata berikut ini dalam
digunakan dalam karangan narasi kalimat pertama yang merujuk pada
mahasiswa adalah referensi endoforik pernyataan sesudahnya. Kelompok kata
anafora, referensi endoforik katafora, berikut ini sama-sama menandai adanya
sinonim, konjungsi, repetisi, subtitusi, dan penanda referensi endoforik katafora.
elipsis. Masing-masing penanda kohesi Sinonim
tersebut akan dijabarkan berikut ini. Sinonim merupakan bagian dari
penanda kohesi leksikal yang menyatakan
Referensi endoforis anafora persamaan makna kata atau kelompok
Referensi endoforis anafora kata. Dalam karangan ini penanda sinonim
merupakan penanda kohesi yang merujuk digunakan sebanyak dua kali yaitu pada
80 | Jurnal Kredo
Vol. 3 No. 1 Oktober 2019
karangan 6, karangan 14, karangan 18 dan dalam kalimat keempat yang diulang
karangan 23. dalam karangan 6, 14, 18 dalam kalimat kelima.
Sinonim terdapat pada kata munculnya Subtitusi
pada kalimat ketiga paragraf kedua yang Subtitusi merupakan unsur penanda
merupakan padanan dari kata keluarnya kohesi gramatikal yaitu penggantian kata
pada kalimat pertama. Sedangkan dalam atau kelompok kata dengan kata atau
karangan 23, Sinonim terdapat pada kata kelompok kata yang berbeda dengan
jam yang merupakan padanan dari kata tujuan memperjelas maksud. Subtitusi
jadwal. dalam karangan narasi mahasiswa ini
Konjungsi terdapat pada karangan 1, karangan 3,
Konjungsi merupakan salah satu karangan 9, karangan 12, karangan 14, dan
penanda kohesi gramatikal yang berupa karangan 15. Karangan 1, penanda
kata penghubung antar dua buah subtitusi terdapat pada penggantian
konstituen. Dalam hal ini konstituen yang kelompok kata langkah-langkah dalam
sering digunakan adalah kalimat. kalimat pertama paragraf pertama menjadi
Konjungsi dalam karangan narasi kelompok kata langkah awal dalam
mahasiswa ini terdapat pada karangan 1, kalimat kedua dan kelompok kata langkah
karangan 2, karangan 6, karangan 9, kedua dalam kalimat keempat.
karangan 12, dan karangan 15. Karangan Elipsis
1, Konjungsi dapat dilihat dari kata Elipsis merupakan penanda kohesi
kemudian dalam kalimat keenam paragraf gramatikal yaitu penghilangan kata atau
kedua yang menyatakan pengurutan. kelompok kata dengan tujuan efisiensi
Karangan 2, dapat dilihat dengan adanya bahasa dan kemudahan memahami bahasa.
penanda konjungsi sedangkan dalam Penanda elipsis ini terdapat pada karangan
kalimat kedua paragraf kedua yang 9 dan karangan 15. Dalam karangan 9
menyatakan pertentangan dari kalimat dapat dilihat pada kalimat keempat
pertama. Karagan 9, penanda ini terdapat paragraf pertama yaitu kelompok kata
pada kata lalu dalam kalimat ketiga panci yang sudah terisi air yang sengaja
paragraf kedua yang menyatakan dihilangkan karena sudah disebutkan
pengurutan. Dalam karangan 12, penanda dalam kalimat ketiga dengan tujuan
konjungsi terdapat pada kata yaitu pada efisiensi bahasa. Kemudian dalam
kalimat kedua paragraf kedua. Begitu juga karangan 15 penanda elipsis terdapat pada
dalam karangan 15, penanda ini dapat kalimat kelima yaitu penggunaan
dilihat pada kata apabila dalam kalimat penghilangan kelompok kata panci diatas
keenam dan kata setelah dalam kalimat kompor karena sudah disebutkan dalam
ketujuh yang menyatakan hubungan kalimat sebelumnya.
syarat. Penanda Koherensi
Repetisi Penanda koherensi yang terdapat
Repetisi merupakan penanda dalam karangan ini antara lain adalah
kohesi leksikal yang merupakan penanda hubungan cara, hubungan
pengulangan kata atau kelompok kata. penjelasan, hubungan rentetan, hubungan
Repetisi ini terdapat dalam karangan 1, identifikasi, latar-kesimpulan, dan
karangan 2, karangan 6, karangan 7, hubungan alasan-sebab. Penanda
karangan 14, karangan 15, karangan 18, hubungan cara terdapat pada karangan 1,
karangan 18 dan karangan 24. Karangan 1, karangan 2 paragraf pertama, karangan 6,
repetisi terdapat pada kelompok kata remot karangan 14 paragraf ketiga, karangan 15,
kontrol dalam paragraf pertama kalimat dan karangan 20. penanda hubungan
kedua yang diulang dalam kalimat ketiga, penjelasan terdapat pada karangan 7,
kemudian kelompok kata memilih tempat karangan 12, karangan 14 paragraf dua dan
lima, karangan 17 paragraf kedua. Penanda
KOHESI DAN KOHERENSI PARAGRAF DALAM KARANGAN NARASI MAHASISWA | 81
TEKNIK ANGKATAN 2017 UNIVERSITAS PGRI BANYUWANGI
Riska Fita Lestari
hubungan rentetan terdapat pada karangan karangan dilihat dari ciri-ciri dan pola
3 paragraf pertama dan karangan 18. pengembangan paragraf.
Penanda hubungan identifikasi terdapat 2. Karangan mahasiswa yang dibahas
pada karangan 17 paragraf pertama. dalam penelitian ini berjumlah 18
Penanda hubungan latar-kesimpulan karangan narasi. Penanda kohesi dan
terdapat pada karangan 2 paragraf yang sering digunakan mahasiswa
pertama. Kemudian penanda hubungan teknik angkatan 2017 Universitas
alasan-sebab terdapat pada karangan 18 PGRI Banyuwangi dalam membuat
paragraf pertama. karangan narasi adalah referensi
endofora anafora, referensi endofora
SIMPULAN katafora, sinonim, konjungsi, repetisi,
subtitusi, dan elipsis. Sementara itu
Berdasarkan data yang diperoleh
penanda hubungan koherensi yang
dari hasil penelitian dapat ditarik
sering digunakan mahasiswa adalah
kesimpulan yaitu sebagai berikut.
penanda hubungan cara, hubungan
1. Data penelitian berjumlah 24
penjelasan, hubungan rentetan,
karangan dari 24 responden. Setelah
hubungan identifikasi, latar-
dilakukan pengecekan keabsahan data
kesimpulan, dan hubungan alasan-
sesuai fokus penelitian yaitu karangan
sebab.
narasi, data yang memenuhi kriteria
karangan narasi berjumlah 18

DAFTAR PUSTAKA

Andayani. 2015. Problema dan Aksioma dalam Metodologi Pembelajaran Bahasa Indonesia.
Yogyakarta: Deepublish.
Chaer. Abdul.2012. Linguistik Umum. Yogyakarta: Rineka Cipta.
.2009. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Rineka. Cipta.
Dardiri. 2008. Analisis wacana. Yogyakarta: UNY Press.
Dalman. (2015). Menulis karya ilmiah. Depok: Rajagrafindo Persada.
Djajasudarma, T. Fatimah. 2006. Metode Linguistik Ancangan Metode Penelitian dan
Kajian. Bandung: PT. Eresco.
Djuharie-Suherli. 2001. Panduan Membuat Karya Tulis: Resensi, Laporan Buku, Skripsi,
Tesis, Artikel, Makalah, Berita Essei, dll. Yrama Widya: Bandung..
Keraf, Gorys. 2001. Tata Bahasa Indonesia. Cetakan kesepuluh. Jakarta: Ikrar Mandiri
Abadi.
Mulyana. 2005. Kajian Wacana: Teori, Metode, dan Aplikasi Prinsip Analisis Wacana.
Yogyakarta: Tiara Wicana.
Moleong, Lexy. J. 2016. Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Semi, M. Atar. 2003. Menulis Efektif. Padang: Angkasa Raya.
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2007. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Rosdakarya.
Sumarlam. 2003. Teori dan Praktik Analisis Wacana. Surakarta: Pustaka Cakra.
Suparno. 2009. Pendidikan Vokasional bagi Kelas Menengah Atas. Bandung: Alfabeta.
Tarigan, Henry Guntur. 2008. Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung:
Angkasa.
Wedhawati, dkk. 2006. Tata Bahasa Jawa Mutakhir. Yogyakarta : Kanisius.

82 | Jurnal Kredo
Vol. 3 No. 1 Oktober 2019

Anda mungkin juga menyukai