Anda di halaman 1dari 10

ANALISIS WACANA KRITIS

“PROPERTI WACANA & RELASI ANTAR


PROPERTI WACANA

OLEH

LA ODE MUHAMMAD IDRUS HAMID BASRI


9906923006

PROGRAM DOKTORAL
LINGUISTIK TERAPAN
PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI
JAKARTA
2023
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Properti wacana dan relasi antar properti wacana merupakan konsep penting dalam
analisis teks dan pemahaman bahasa. Dalam studi linguistik dan sastra, pemahaman terhadap
bagaimana sebuah teks dibangun dan bagaimana informasi disusun menjadi suatu wacana
menjadi fokus utama. Properti wacana mengacu pada karakteristik atau atribut yang melekat
pada entitas-entitas yang ada dalam wacana, sedangkan relasi antar properti wacana
menggambarkan hubungan yang terbentuk antara entitas-entitas tersebut. Pemahaman tentang
properti wacana dan relasi antar properti wacana sangatlah penting dalam berbagai konteks,
mulai dari analisis teks sastra hingga pengembangan sistem kecerdasan buatan yang mampu
memahami dan menghasilkan teks secara otomatis. Dalam analisis wacana, properti wacana
seperti entitas (seperti orang, tempat, atau hal), atribut (seperti sifat atau karakteristik), dan
relasi (hubungan antara entitas) menjadi fokus utama.Melalui pemahaman terhadap properti
wacana, kita dapat mengidentifikasi entitas-entitas yang ada dalam suatu teks, serta atribut-
atribut yang melekat pada entitas tersebut. Sebagai contoh, dalam sebuah cerita, entitas bisa
berupa karakter-karakter, tempat-tempat, atau objek-objek yang terlibat dalam cerita tersebut.
Atribut-atribut kemudian memberikan detail tentang karakteristik atau sifat-sifat yang
dimiliki oleh entitas-entitas tersebut.
Sementara itu, relasi antar properti wacana mengacu pada hubungan atau keterkaitan
antara entitas-entitas dan atribut-atribut dalam suatu teks. Contohnya, dalam sebuah cerita,
bisa terdapat hubungan antara karakter-karakter, seperti hubungan keluarga, persahabatan,
atau konflik antara mereka. Relasi ini memainkan peran penting dalam membentuk struktur
dan makna keseluruhan dari sebuah wacana.
Dengan demikian, pemahaman yang mendalam tentang properti wacana dan relasi
antar properti wacana tidak hanya memungkinkan kita untuk menganalisis struktur sebuah
teks secara lebih terperinci, tetapi juga membuka pintu bagi pengembangan berbagai aplikasi
yang memerlukan pemahaman bahasa yang kompleks, seperti sistem kecerdasan buatan,
sistem pencarian informasi, dan pemrosesan bahasa alami. Oleh karena itu, penelitian dan
eksplorasi dalam bidang ini terus berkembang untuk mengungkap kompleksitas dan dinamika
bahasa dan teks.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, maka rumusan masalah dari makalah ini adalah :
a. Apa konsep dari Properti Wacana
b. Apa Hakikat dari Relasi Antar Properti Wacana ?

1.3. Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah :
a. Untuk mengetahui konsep dari property wacana.
b. Untuk Mengetahu hakikat relasi antar property wacana.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PROPERTI WACANA

Properti dalam analisis wacana dibagi menjadi beberapa bagian. Properti pertama dan
kedua berkaitan dengan unit-unit terkecil dalam wacana, seperti kalimat, proposisi, dan
kebermaknaan. Sementara itu, properti ketiga menekankan penggunaan bahasa dalam
interaksi sosial, termasuk penggunaan pembicara tidak hanya pada tahapan tertentu, tetapi
juga penggunaan unit tunggal dalam interaksi sosial. Dengan menganalisis hubungan antara
ketiga properti ini dalam wacana, kita dapat menghasilkan analisis yang koheren dan
memperoleh pemahaman tentang properti wacana yang terintegrasi. Dengan demikian, kajian
ini tidak hanya mengungkap bagaimana teks disusun secara linguistik, tetapi juga bagaimana
penggunaan bahasa mencerminkan dan membentuk dinamika sosial dalam konteks
komunikasi.

Beberapa Bagian Properti Wacana


a. Struktur
Kajian tentang struktur wacana melibatkan beberapa isu yang signifikan, salah
satunya adalah apakah struktur wacana sebenarnya merupakan bagian dari struktur
linguistik dan apakah dapat dipelajari menggunakan metode yang ada dalam
linguistik. Beberapa penelitian, seperti yang diungkapkan oleh Harris (1952),
mencoba menerapkan metode linguistik struktural untuk menganalisis wacana,
dengan memperhatikan pola-pola morfem independen dan maknanya, serta
keterkaitannya dengan faktor non-tekstual. Pendekatan lain, seperti yang diusulkan
oleh Van Dijk (1977), menganggap teks sebagai tambahan dari kalimat, dengan
struktur wacana yang dapat dinyatakan dalam bentuk kalimat generatif grammar.
Namun, ada juga penelitian yang menekankan faktor non-teks, yang menyarankan
bahwa struktur wacana merefleksikan konten informasi dan struktur topik
pembicaraan.
Meskipun terdapat perbedaan dalam pendekatan tersebut, baik yang lebih
fokus pada aspek linguistik maupun non-linguistik dari wacana, sebagian besar
penelitian melihat wacana sebagai komposisi struktur linguistik, seperti morfem,
klausa, dan kalimat, yang kemudian membentuk monolog atau dialog. Meskipun
demikian, beberapa analis berpendapat bahwa fokus pada unit linguistik dalam dialog
juga penting, karena mengungkapkan struktur sintaksis dan semantik dari wacana. Di
sisi lain, ada penelitian yang lebih fokus pada aspek non-linguistik dari dialog, seperti
tahapan paksaan dalam percakapan, yang mempengaruhi bagaimana interaksi sosial
terbentuk dan dipahami.
Sebagai kesimpulan, kajian tentang struktur wacana, baik dalam bentuk
monolog maupun dialog, melibatkan peran linguistik yang signifikan. Namun,
pertanyaan mendasar tetap berkisar pada apakah struktur wacana sebenarnya bersifat
murni linguistik atau memiliki struktur yang sejajar dengan berbagai jenis struktur
bahasa yang ada. Hal ini menunjukkan kompleksitas dalam memahami dan
menganalisis struktur wacana serta hubungannya dengan linguistik dan jenis-jenis
bahasa yang ada.

b. Makna
Diskusi tentang struktur wacana melibatkan berbagai metode analisis yang
digunakan oleh para analis, di antaranya beberapa menggunakan pendekatan
linguistik dengan memperhatikan konsep seperti morfem, klausa, dan kalimat
sebagai dasar dalam wacana. Pertanyaan atau jawaban adalah contoh dari kohesi.
Ketika seseorang mengajukan pertanyaan, mereka menyampaikan proposisi yang
tidak lengkap mengenai siapa, apa, bagaimana, kapan, dan mengapa. Penempatan
proposisi tergantung pada penerima pertanyaan yang kemudian melengkapi
informasi yang tersedia. Saat menganalisis perkembangan komunikatif pada anak-
anak, penting untuk memperhatikan kohesi dalam percakapan sesuai dengan
proposisi secara umum. Kohesi menunjukkan bahwa makna dalam teks
diinterpretasikan oleh pembicara dan pendengar berdasarkan pengetahuan mereka
tentang hubungan proposisi yang disampaikan. Kohesi secara tidak langsung
memberikan petunjuk kepada pembicara dan pendengar untuk menemukan makna
pada tingkat awal. Analisis makna dalam teks dapat dilakukan dengan memeriksa
makna proposisi secara kohesif, kemudian menginterpretasikannya melalui prinsip
kontekstual dan pragmatik.

c. Aksi atau Tindakan


Struktur dan makna adalah properti penting dalam wacana, yang berkaitan
dengan hubungan linier antara unit terkecil seperti kalimat, turns, dan proposisi.
Sementara itu, konsep aksi menyoroti wacana sebagai organisasi tujuan pembicara
yang berasal dari pendengar, diatur melalui penggunaan bahasa untuk melayani
tujuan tersebut. Dalam memahami wacana sebagai aksi, ada empat cabang kajian
yang memberikan sumbangsihnya. Pertama, teori fungsi bahasa membedakan fungsi
referensi dan fungsi bahasa sesuai dengan fungsi sosial dan ekspresif. Kedua, teori
tindak tutur meneliti bagaimana bahasa digunakan untuk menyatakan dan
melakukan aksi, dengan perhatian terhadap dimensi formal linguistik dan konsep
tindak tutur. Ketiga, pandangan dari percakapan yang berorientasi sosiologi
menyoroti peran pembicara dan pendengar dalam menginterpretasikan bahasa
sebagai aksi dalam konteks sosial. Terakhir, pendekatan etnografi menggambarkan
pengaruh budaya dalam memahami wacana sebagai aksi, menekankan perlunya
telaah lintas budaya untuk memperluas pemahaman tentang tindak tutur dan
perbedaannya.
Dari paparan ini, dapat disimpulkan bahwa penggunaan bahasa sebagai alat
untuk interaksi sosial memunculkan aksi baik dari pembicara maupun pendengar.
Bahasa tidak hanya berfungsi sebagai referensi, tetapi juga memiliki fungsi sosial,
ekspresif, dan memenuhi permintaan dari pendengar. Oleh karena itu, penelitian
dalam lintas budaya menjadi penting untuk memahami kesamaan dan perbedaan
dalam tindak tutur.

2.2. RELASI ANTAR PROPERTI WACANA

Analisis wacana adalah sebuah pendekatan yang melampaui struktur kalimat dan
klausa untuk menjelajahi kompleksitas bahasa dalam konteks komunikasi. Dalam
menjalankan analisis ini, para peneliti dan ahli bahasa menekankan pentingnya
mengintegrasikan elemen-elemen kunci seperti struktur, makna, dan tindakan yang
terkandung dalam wacana (Fairclough, 2015). Upaya ini memungkinkan kita untuk
memahami bagaimana bahasa bukan hanya sebuah alat untuk mentransfer informasi, tetapi
juga sebuah sarana untuk bertindak dalam interaksi sosial (Levinson, 1983). Konsep-konsep
seperti kohesi, inferensi semantik, dan teori tindak tutur menjadi pusat perhatian dalam kajian
hubungan antara bahasa dan tindakan komunikatif (Levinson, 1983). Kohesi merujuk pada
cara elemen-elemen dalam wacana saling terhubung, sementara inferensi semantik
melibatkan kemampuan kita untuk menafsirkan makna yang tersirat di luar makna harfiah
(Fairclough, 2015). Teori tindak tutur, di sisi lain, menyoroti bagaimana tindakan dilakukan
melalui bahasa, seperti permintaan, janji, atau pertanyaan, dan bagaimana tindakan tersebut
memengaruhi situasi komunikatif secara keseluruhan.
Studi tentang narasi dan argumentasi menawarkan pemahaman yang mendalam
tentang bagaimana pembicara dan pendengar secara bersama-sama membangun makna dan
tindakan dalam percakapan (Bruner, 1991). Narasi memungkinkan kita untuk membuat
konteks, mengatur peristiwa dalam urutan yang bermakna, dan menciptakan pemahaman
bersama tentang pengalaman yang dibagikan. Sementara itu, argumentasi melibatkan
pertukaran pendapat, penggunaan bukti, dan penalaran untuk membujuk atau meyakinkan
orang lain tentang suatu posisi atau pandangan tertentu. Dalam keseluruhan, analisis
wacana tidak hanya memperhatikan struktur dan makna teks, tetapi juga mempertimbangkan
aspek tindakan yang terlibat dalam interaksi komunikatif. Ini mencerminkan kompleksitas
bahasa sebagai alat yang tidak hanya untuk mentransfer informasi tetapi juga untuk bertindak
dalam dunia sosial (Fairclough, 2015).
Asumsi-asumsi dalam analisis wacana menekankan bahwa bahasa tidak dapat
dipisahkan dari konteks sosial yang melingkupinya (van Dijk, 1997). Bahasa tidak hanya
merupakan alat komunikasi, tetapi juga mencerminkan, membentuk, dan dipengaruhi oleh
dinamika sosial, budaya, dan politik di sekitarnya. Pemahaman terhadap konteks sosial ini
menjadi kunci dalam menguraikan makna dan tindakan yang tersirat dalam sebuah wacana.
Sebagai contoh, dalam konteks tertentu, kata-kata atau ungkapan tertentu dapat memiliki
makna dan implikasi yang berbeda-beda, tergantung pada norma-norma sosial yang berlaku.
Properti wacana seperti struktur, makna, dan tindakan saling terkait dan berinteraksi satu
sama lain (Gee, 2014). Struktur wacana memberikan kerangka kerja bagi penyampaian
makna, sementara makna dipengaruhi oleh struktur tersebut dan konteks sosial di mana
wacana tersebut terjadi. Tindakan dalam wacana mencerminkan tujuan komunikatif
pembicara, serta norma-norma sosial yang memandu interaksi verbal.
Tantangan dalam memahami narasi dan argumentasi dalam analisis wacana mencakup
pemahaman tentang struktur logis, makna, dan tindakan yang terlibat (Chafe, 1986). Narasi
membangun cerita dengan urutan peristiwa yang bermakna, sementara argumentasi
melibatkan penggunaan bukti, penalaran, dan strategi retoris untuk meyakinkan pendengar
atau membujuk mereka tentang suatu pandangan. Pentingnya memahami konteks, konten
semantik, dan urutan peristiwa menekankan bahwa wacana tidak dapat dipisahkan dari
interaksi antara pembicara dan pendengar (Tannen, 1984). Integrasi aspek linguistik dan
sosial menjadi kunci dalam pemahaman wacana secara menyeluruh (Wodak & Meyer, 2009).
Analisis wacana yang holistik mempertimbangkan tidak hanya struktur dan makna teks,
tetapi juga norma-norma sosial, kekuasaan, dan identitas yang memengaruhi produksi dan
interpretasi wacana.
Dengan demikian, analisis wacana bukan hanya tentang memahami teks secara
terisolasi, tetapi juga tentang memahami bagaimana bahasa beroperasi dalam konteks sosial
yang kompleks dan berubah-ubah. Ini menuntut kesadaran yang mendalam tentang dinamika
kekuasaan, identitas, dan norma-norma sosial yang membentuk dan dipengaruhi oleh
penggunaan bahasa dalam interaksi manusia.
BAB III
KESIMPULAN

Properti wacana dan relasi antar properti wacana merupakan elemen kunci dalam
analisis teks dan pemahaman konteksnya. Properti wacana mencakup struktur, hubungan, dan
karakteristik teks, sedangkan relasi antar properti wacana menunjukkan bagaimana elemen-
elemen tersebut saling terkait dan membentuk kesatuan makna. Dengan memahami properti
wacana, seperti koherensi, kohesi, informativitas, dan struktur teks, kita dapat
mengidentifikasi bagaimana ide-ide disusun dan dikembangkan dalam suatu wacana. Relasi
antar properti wacana membantu kita untuk melihat bagaimana setiap bagian dari teks
berinteraksi dan memberikan kontribusi terhadap pesan keseluruhan. Dengan demikian,
pemahaman yang kuat tentang properti wacana dan relasi antar properti wacana sangat
penting dalam membaca dan menganalisis teks dengan lebih baik.
REFERENSI

Bruner, J. (1991). The Narrative Construction of Reality. Critical Inquiry, 18(1), 1–21.

Chafe, W. (1986). Evidentiality in English Conversation and Academic Writing. In W. Chafe


& J. Nichols (Eds.), Evidentiality: The Linguistic Coding of Epistemology (pp. 261–
272). Ablex.

Fairclough, N. (2015). Language and Power. Routledge.

Gee, J. P. (2014). An Introduction to Discourse Analysis: Theory and Method (4th ed.).
Routledge.

Levinson, S. C. (1983). Pragmatics. Cambridge University Press.

Tannen, D. (1984). Conversational Style: Analyzing Talk Among Friends. Ablex.

van Dijk, T. A. (1997). Discourse as Social Interaction. Sage.

Wodak, R., & Meyer, M. (2009). Methods of Critical Discourse Analysis (2nd ed.). Sage.

Anda mungkin juga menyukai