Anda di halaman 1dari 3

Nama : Mohammad faisal

Kls : B
Stambuk : a11119054

1. Wacana ialah unit bahasa yang fungsional dalam konteks. Kajian wacana yang berkait
dengan makna yang tertera pada wacana tertulis atau terucap. Analisis ini mencakup
fungsi atau makna eksprensial, logis, antarpesona dan tekstual.
pragmatik wacana merupakan kajian makna yang tidak berada pada wacana (tidak
tertulis atau terucap/apa yang berada dalam pikiran pembicara atau penulis). Makna
ini terbentuk oleh penutur bahasa yang berhubungan dengan konsep psikologis
penutur terhadap wacana, mencakup latar pengetahuan keyakinan dan harapan. Secara
teknis konsep ini mencakup koherensi, skema dan bingkai. Koherensi adalah
pertautan makna berdasarkan pengalaman lazim penutur bahasa itu. Skema adalah
struktur pengetahuan yang sebenarnya sudah ada dibenak penutur bahasa, sudah
terskema yang berada pada urutan peristiwa.

Pragmatik adalah kajian tentang arti yang disampaikan atau dikomunikasikan oleh pembicara
dan diinterpretasikan oleh pendengar. Dengan kata lain pragmatik mencakupi kajian makna
yang dikomunikasikan oleh pemakai bahasa. Arti atau makna yang disampaikan oleh
pemakai bahasa melebihi dari makna yang terucap dalam tulisan. Ini berarti pragmatik unit
linguistik yang dapat berupa bunyi, kata, frasa, klausa, paragraf atau bentuk linguistik
lainnya.

Secara garis besar, keseluruhan menerima konsep definisi pragmatik bahwa hubungan antara
tanda dengan pemakainya menjadi pusat kajian pragmatik.

2. 1. KONTEKS Mohammad faisal a11119054


2. KONTEKS Dalam menganalisis wacana, semestinya menggunakan pendekatan
pragmatis yang mempertimbangkan konteks dari wacana, seperti latar, situasi,
peristiwa dan kondisi.
3. Ciri-ciri konteks Ciri-ciri konteks menurut Hymes : 1. Chane atau saluran 2. Kode
3. Message form atau bentuk pesan 4. Event atau peristiwa
4. J.R. Firth mengatakan bahwa para ahli logika cenderung berpendapat bahwa kata
preposisi mempunyai ‘makna’ pada dirinya sendiri, terlepas dari peserta dalam
konteks- konteks situasi, sehingga penutur dan pendengar tidak perlu dilibatkan. Firth
berpendapat bahwa suara jangan dipisahkan dari konteks sosial tempat berfungsinya
dan semua teks dalam bahasa lisan sebaiknya dipandang mengandung sebuah
implikasi ujaran.
5. J.R. Firth mengatakan bahwa konteks situasi bagi pekerja linguistik
menghubungkan kategori-kategori : 1. Ciri-ciri yang relevan dari peserta (orang-
orang, kepribadian) 2. Tujuan-tujuan yang relevan 3. Akibat pembuatan verbal
6. Contoh : Penutur seorang bapak, pendengarnya istrinya. Tempat di rumah mereka.
Pada suatu sore hari, mereka mendengarkan anak mereka yang masih berumur dua
setengah tahun menyayikan lagu Balonku Ada Lima dengan lancar. Bapak tersebut
berkata : "Pintar ya dia". Penutur seorang ibu. Pendengarnya suaminya. Si ibu
menyuruh anaknya perempuannya memanasi masakan untuk makan malam. Si anak
lupa mematikan kompor, sehingga makanannya jadi hangus. Ibu tadi lalu berkata:
"Pintar dia ya". Kedua contoh di atas memperjelas peranan konteks dalam
penggunaan bahasa. Kata "pintar" mengandung makna yang berbeda bahkan bertolak
belakang.
7. Konteks situasi dan Konteks budaya 1. Konteks situasi adalah lingkungan langsung
tempat teks tersebut benar-benar berfungsi. Konteks situasi dibagi dalam 3 unsur : a)
Medan wacana b) Pelibat wacana c) Sarana wacana 2. Konteks budaya adalah hal
tertentu yang disampaikan pada kesempatan tertentu yang memberikan makna dan
nilai.

3. Hubungan Kohesif ditandai dengan penggunaan piranti formal yang berupa bentuk
linguistik. Unsur kohesi terdiri atas dua macam, yaitu unsur gramatikal dan leksikal.
A. Piranti Kohesi Gramatikal
Piranti kohesi Garamatikal merupakan piranti atau penanda kohesi yang melibatkan
penggunaan unsur-unsur kaidah bahasa.
1.       Referensi
Referensi berarti hubungan anatara kata dengan benda.
a.       Referensi Eksofora
Referensi Eksofora adalah pengacuan terhadap anteseden di luar bahasa, yaitu pada
konteks situasi.
b.      Referensi Endofora
Referensi Endofora adalah pengacuan terhadap anteseden yang terdapat di dalam teks.
·      Referensi Anafora dan Referensi Katafora
Referensi anafora adalah hal atau sesuatu yang diacu ditemukan di dalam teks dan
yang diacu (anteseden) lebih dahulu dituturkan atau ada pada kalimat yang lebih
dahulu sebelum pronomina.
Contoh :
Nauval hari ini tidak masuk sekolah. Ia ikut ibunya pergi ke Surabaya.
Referensi katafora adalah hal atau sesuatu yang diacu ditemukan di dalam teks dan
yang diacu (aneseden) ditemukan sesudah pronomina.
Contoh:
       Seperti kulitnya, mata Zia juga khas; berkelopak tebal tanpa garis lipatan.

4. Kohesi dalam wacana diartikan sebagai kepaduan bentuk secara structural


membentuk ikatan sintaktikal. Anton M. Moelino ( 1988:34)  menyatakan bahwa
wacana yang baik dan utuh mensyaratkan kalimat-kalimat yang kohesif. Konsep
kohesif sebenarnya mengacu kepada hubungan bentuk. Artinya unsur-unsur wacana
(kata atau kalimat) yang digunakan untuk menyusun suatu wacana memiliki
keterkaitan secara padu dan utuh. Koheransi adalah pertalian atau jalinanantar kata,
atau kalimat dalam teks Koherensi adalah pengaturan secara rapi kenyataan dan
gagasan, fakta dan ide menjadi suatu untaian yang logis sehingga mudah memahami
pesan yang dikandungnya (Wohl, 1978 : 25). Koherensi merupakan keterkaitan antara
bagian yang satu dengan bagian yang lainnya sehingga kalimat tersebut mempunyai
kesatuan makna yang utuh. Dalam artikel ini akan dibahas lebih mendalam mengenai
piranti kohesi dan koherensi.

Fungsi analis wacana kritis bagi masyarakat adalah memberikan kesadaran nyata atas
peran mereka di masyarakat. Pemikiran ini bersumber dari bahwa ilmu
LWX YDOXH-IUHH¶ ’DODP KDO LQL SHQHOLWLDQ ZDFDQD NULWLV KDUXV
PHPHQXKL SUDV\DUDW sebagai berikut agar efektif dalam mencapai tujuannya, yaitu:
1. karena termasuk riset yang marginal, penelitian wacana kritis harus menjadi lebih baik
daripada riset lainnya agar dapat diterima.
2. fokus utamanya pada permasalahan sosial dan isu-isu politik, daripada paradigma dan
kebiasaan/tren saat ini.
3. secara empiris, analisa kritis masalah sosial biasa bersifat multidisipliner.
4. bukan hanya menjelaskan struktur wacana, tetapi ini mencoba menjelaskan pengertian
interaksi sosial dan khususnya struktur sosial.
5. lebih khusus lagi, AWK memfokuskan pada struktur wacana yang membuat,
mengkonfirmasikan, melegitimasi, mereproduksi, atau menentang hubungan kekuasaan
dan dominasi dalam masyarakat.
Dalam kaitan itu, Fairclough (1997:271-280) menyimpulkan prinsip utama AWK
sebagai berikut.
1. CDA tertuju pada masalah sosial
2. Hubungan power itu diskursif
3. Wacana membentuk masyarakat dan budaya
4. Wacana mengkaji (melakukan kerja) ideologi
5. Wacana itu historis
6. Keterkaitan antara teks dan masyarakat itu termediasi
7. Analisa wacana itu interpretatif dan eksplanatoris
8. Wacana adalah sebuah bentuk tindakan sosial

Anda mungkin juga menyukai