Anda di halaman 1dari 22

TEKS SEBAGAI

WACANA DALAM
SEBUAH KARYA
SASTRA
Kelompok D

Nisa Aulia Antonia 2013041002


Novita Dwita Sari 2013041018
Silvina Aulia Syahrani 2013041024
Apakah puisi di bawah ini dapat dikatakan sebuah wacana?
Jika iya/tidak apa alasanya?

Jalanmu

Bayang demi bayang


Menggigit tajam
Di jalanmu
Berdiri hantu-hantu
Penuh duri-duri
Mengganggu
Mengganggu
Tapi lenggangmu tetap
Tiada peduli
Tiada peduli
Hatimu tetap
Cemburu aku.

Wacana
Pengertian Wacana
Secara etimologis istilah “wacana” berasal dari bahasa
sansekerta wac/wak/vak yang berarti berkata/berucap.
Dalam istilah linguistik kata wacana digunakan sebagai
terjemahan dari istilah bahasa inggris “Discourses”, bila
ditelusuri Kata wacana (discourse) berasal dari bahasa Latin
“discurrere” yang berarti “lari kian kemari.” Menurut
Foucault 1972 (48-49) Wacana merupakan rangkaian ujaran
yang untuh pada suatu tindak komunikasi yang teratur dan
sistematis yang mengandung gagasan, konsep, atau efek
yang terbentuk pada konteks tertentu. Sedangkan menurut
Kridalaksana (1982: 179) wacana adalah satuan lingual
terlengkap dan merupakan perwujudan pemakaian bahasa
yang utuh.
Konsep Wacana
Fungsional
Strukturalisme
Dari sudut pandang fungsional wacana juga memiliki fungsi-fungsi
Wacana dalam sudut pandang bahasa diantaranya:
strukturalisme didefinisikan 1. Emotif : fungsi bahasa yang bertumpu pada penutur
sebagai satuan bahasa dalam 2. Konatif : fungsi bahasa yang bertumpu pada petutur atau mitra
tataran gramatikal berada diatas tutur
3. Deferensial : fungsi bahasa yang bertumpu pada konteks
kalimat. Dalam batasan wacana
4. Fatik : fungsi bahasa yang bertumpu pada kontak
terdapat frase yang berbunyi
5. Puitik : fungsi bahasa yang bertumpu pada amat atau pesan
“satuan bahasa yang terlengkap
6. Metalingual : fungsi bahasa yang bertumpu pada kode
dan tertinggi di atas kalimat
atau klausa”. Dalam batasan
Sosiolinguistik
wacana pada satuan-satuan
bahasa di jumpai frase “dengan Konsep wacana pada sudut pandang sosiolinguistik yakni tidak
koherensi dan kohesi tinggi”. melihat pada strukturnya melainkan langung melihat pada
konteksnya.
Jenis-Jenis Wacana
(Tarigan, 2009:48) Wacana dapat diklasifikasikan dengan berbagai
cara, tergantung dari sudut pandangan kita, antara lain:
1. Berdasarkan tertulis atau tidaknya wacana
2. Berdasarkan langsung atau tidaknya pengungkapan wacana
3. Berdasarkan cara penuturan wacana

Berdasarkan tertulis atau tidaknya wacana dapat diklasifikasikan atas:


1. Wacana tulis (written discourse)
2. Wacana lisan (spoken discourse)

Berdasarkan langsung atau tidaknya pengungkapan, wacana dapat


diklasifikasikan atas:
1. Wacana langsung (direct discourse)
2. Wacana tidak langsung (indirect discourse)
Berdasarkan cara atau cara menuturkannya, maka wacana dapat
diklasifikasikan atas:
1. Wacana pembeberan (explository discourse) adalah wacana yang
tidak mementingkan waktu dan penutur, berorientasi pada pokok
pembicaraan, dan bagian lainnya diikat secara logis.
2. Wacana penuturan adalah wacana yang langsung disampaikan
oleh penuturnya tanpa mementingkan waktu serta berorientasi
pada pokok pembicaraannya saja.

Berdasarkan bentuknya, wacana dapat pula kita bagi atas:


1. Wacana prosa adalah wacana yang disampaikan dalam bentuk
prosa secara tertulis.
2. Wacana puisi adalah wacana yang disampaikan dalam bentuk
puisi, baik secara tertulis ataupu lisan.
3. Wacana drama adalah wacana yang disampaikan dalam bentuk
drama, dalam bentuk dialog, baik secara tertulis maupun secara
lisan.
Silahkan perhatikan wacana berikut ini, kemudian tentukan jenis
wacana tersebut!

“Mula-mula memang saya ragu mengambil keputusan berhenti menjadi


guru SD Negeri 01 Medan. Akan tetapi, mendengar cerita dan dorongan
teman saya Rajadin Bangun, tekad saya telah bulat. Saya meninggalkan SD
Negeri 01 Medan, tempat saya bertugas selama tiga tahun. Saya berangkat
ke Jawa melanjutkan pendidikan pada Jurusan Bahasa Indonesia FKIP
Unpad Bandung. Setelah hidup menderita bersama istri saya Intan selama
tiga tahun, saya pun lulus ujian Sarjana Muda dan langsung diangkat
menjadi asisten dosen. Hidup saya mulai berubah karena sudah menerima
gaji setiap bulan. Atas dorongan istri saya, maka dua tahun kemudian, saya
lulus ujian Sarjana Pendidikan Jurusan Bahasa Indonesia. Sejak itu saya pun
resmi diangkat menjadi dosen. Jadi, saya telah bekerja sebagai pengajar di
IKIP Bandung sampai kini selama dua puluh lima tahun. Begitulah sedikit
pengalaman saya.”
1. TOPIK

Sebuah wacana mengungkapkan satu bahasan


atau gagasan. Gagasan tersebut akan diurai,
membentuk serangkaian penjelasan tetapi tetap
merujuk pada satu topik.

Syarat-syarat 2 . K O H E S I D A N K O H E R E N SI

terbentuknya Kohesi dalam wacana diartikan sebagai kepaduan


wacana bentuk secara structural membentuk ikatan
sintaktikal. Konsep kohesif sebenarnya mengacu

kepada hubungan bentuk.

Koherensi merupakan keterkaitan antara bagian


yang satu dengan bagian yang lainnya sehingga
kalimat tersebut mempunyai kesatuan makna
yang utuh
4. TUTURAN

Tuturan yang dimaksud


adalah pengungkapan suatu
topik yang ada dalam wacana,
3. PROPORSIONAL baik tutur tulis atau tutur
lisan.
Prosorsional yang dimaksud
ialah keseimbangan dalam
makna yang ingin dijabarkan
dalam wacana, atau makna
yang terdapat dalam wacana,
ialah seimbang.
Teks, Koteks, dan
Konteks.
1. Teks
Teks Menurut Kridalaksana (2011:238) dalam Kamus Linguistiknya menyatakan
bahwa teks merupakan satuan bahasa terlengkap yang bersifat abstrak, deretan
kalimat, kata, dan sebagainya yang membentuk ujaran, dan ujaran yang dihasilkan
dalam interaksi manusia

2. Koteks
.

Dalam Kamus Linguistik (2011:137), koteks diartikan sebagai kalimat atau unsur-
unsur yang mendahului atau mengikuti sebuah unsur lain dalam wacana.

3. Konteks
Kridalaksana (2011:134) mengartikan konteks adalah aspek-aspek lingkungan fisik
.
atau sosial yang kait mengait dengan ujaran tertentu, pengetahuan yang sama-sama
memiliki pembicara dan pendengar sehingga pendengar paham apa yang dimaksud
pembicara.
Contoh Konteks:

Satu diantara mereka sampai berteriak senang begitu sakelar lampu


dipadamkan. Yang tersisa tinggallah sinar rembulan dan lampu berkekuatan
kecil yang menyerupai penerangan lilin. Malam mendadak manis. Tempat
itu mendadak romantis. Aku tidak suka.
Tanpa sengaja dia menoleh kearahku. Mereka tidak bisa lagi menghindar.
Aku pun tidak bisa lagi menyamar menjadi latar. Sebuah kursi didekatkan
kemeja mereka, dan dia mempersilakan aku duduk. Dia, yang paling kucari.
Tapi tidak dalam jarak seperti ini.

Mengapa kalimat tersebut dikatakan sebagai konteks?


Berikan tanggapanmu!
Lalu apa hubungan antara Teks, Koteks, dan
Konteks dalam Kajian Wacana?
Analisis Wacana
Kritis
Analisis wacana kritis didefinikan sebagai upaya untuk menjelaskan
suatu teks pada fenemona sosial untuk mengetahui kepentingan
yang termuat didalamnya. Wacana sebagai bentuk praktis sosial
dapat dianalisis dengan analisis wacana kritis untuk mengetahui
hubungan antara wacana dan perkembangan sosial budaya dalam
domain sosial yang berbeda dalam dimensi linguistik (Eriyanto,
2006:7).

Terdapat Karakteristik penting dari analisis wacana kritis, yaitu:


1. Tindakan
2. Konteks
3. Historis
4. Kekuasaan
5. Ideologi
1. Norman Fairclough
Norman Fairclough melihat pemakaian bahasa tutur dan tulisan
sebagai praktik sosial. Praktik sosial dalam analisis wacana dipandang
menyebabkan hubungan yang saling berkaitan antara struktur sosial
dan proses produksi wacana. Konsep yang dibentuk oleh Fairclough
(1989 dan 1995) menitikberatkan pada tiga level.
Pertama, setiap teks secara bersamaan memiliki fungsi representasi,
relasi, dan identitas. Kedua, praktik wacana meliputi cara-cara para
pekerja media memproduksi teks. Ketiga, praktik sosial-budaya
menganalisis ekonomi, politik (khususnya berkaitan dengan isu-isu
Norman Fairclough kekuasaan dan ideologi) dan budaya (khususnya berkaitan dengan
nilai dan identitas) yang juga mempengaruhi institusi media dan
wacananya.

2. Theo van Leeuwen


Theo van Leeuwen memperkenalkan model analisis wacana untuk
mengetahui bagaimana sebuah kelompok dimunculkan atau
disembunyikan. Analisis Van Leeuwen menampilkan bagaimana
pihak-pihak dan aktor (Social Actors) ditampilkan dalam
pemberitaan. Bagaimana suatu kelompok dominan lebih memegang
kendali, sementara kelompok lain yang posisinya rendah cenderung
untuk terus-menerus dijadikan objek pemaknaan dan digambarkan
Theo van Leeuwen secara buruk.
3. Teun A. Van Dijk
Model van Dijk ini sering disebut sebagai ”kognisi
sosial”. Menurutnya penelitian atas wacana tidak
cukup hanya didasarkan pada analisis teks semata,
karena teks hanyalah hasil dari suatu praktik produksi
yang harus juga diamati, harus dilihat bagaimana suatu
teks diproduksi, sehingga diperoleh suatu pengetahuan
kenapa teks bisa semacam itu. Model van Dijk lebih
menekankan pada kognisi sosial individu yang
memproduksi teks tersebut.
Dalam kerangka analisis wacana kritis model Van Dijk,
struktur wacana tersusun atas tiga bangunan struktur
yang membentuk satu kesatuan.
Struktur makro, menunjuk pada makna
keseluruhan (global meaning) yang dapat dicermati
dari tema atau topik yang diangkat oleh suatu
wacana.
Super struktur, menunjuk pada kerangka suatu
wacana atau skematika, seperti kelaziman
percakapan atau tulisan yang dimulai dari
pendahuluan, dilanjutkan dengan isi pokok, diikuti
oleh kesimpulan, dan diakhiri dengan penutup.
Struktur mikro, Struktur mikro menunjuk pada
makna setempat (local meaning) suatu wacana
dapat digali dari aspek semantik, sintaksis, stilistika,
dan retorika.
Contoh analisis Struktur Makro dalam wacana kritis:

Dalam program acara Mata Najwa espisode ini mengusung tema “Babak Final Pilkada
Jakarta”. Topik ini merupakan tema episode yang diangkat berkaitan dengan gemuruh
suasana politik pemilihan kepala daerah Jakarta. Secara umum dari tujuh segmen yang
ditayangkan, bermuara pada detik-detik final atau akhir perebutan kursi gubernur DKI
Jakarta.

“Bertarung secara ide dan program. Adu gagasan dan pikiran, bukan adu sorak
dan teriak. Apa prioritas utama program yang Anda bawa dan memiliki daya
tambah dalam pilkada ini?
(S1: NS :2017)

Kalimat di atas merupakan paparan awal sekaligus pertanyaan pembuka dari


Najwa kepada Basuki dan Anies. Pertanyaan di atas menitikberatkan pada
prioritas program dan daya tambah. Hal ini mempertegas makna bahwa
pengutaraan program yang akan disampaikan merupakan program yang
benar-benar membawa dan memberi pengharapan besar terhadap
keberhasilan memenangkan pemilihan. Pertanyaan ini menyiratkan
penekanan bahwa babak final atau akhir benar-benar sedang berlangsung.
Tidak ada istilah sedikitpun lubang untuk mencari cela-cela kesalahan dan
kekurangan program. Program prioritas dan daya tambah menjadi kunci
penekanan sebagai gambaran situasi babak final.
4. Ruth Wodak 5. Sara Mills

Mengembangkan analisis dengan melihat Model analisis wacana Mills menekankan


faktor historis dalam suatu wacana. pada bagaimana wanita ditampilkan dalam
Penelitiannya terutama ditujukan untuk teks. Mills melihat bahwa selama ini wanita
meneliti seksisme, antisemit, dan rasialisme selalu dimarjinalkan dalam teks dan selalu
dalam media dan masyarakat. Analisis
berada dalam posisi yang salah. Pada teks,
wacana yang dikembangkan disebut wacana
historis karena menurut mereka, analisis mereka tidak diberikan kesempatan untuk
wacana harus menyertakan konteks sejarah membela diri. Oleh karena itu, model
bagaimana wacana suatu kelompok atau wacana ini sering disebut sebagai analisis
komunitas digambarkan. wacana perspektif feminis.
Analisislah gambar di bawah ini “Penak Jaman Ku Toh” dengan
analisis wacana kritis!
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai