Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

JENIS WACANA

Disusun Guna Memenuhi Tugas


Mata Kuliah : Analisis Wacana
Dosen Pengampu : Sofi Aulia Rahmania, M.PD.

Disusun Oleh :

Zuyyina Zahro Aini (2030210062)


Silfi Hidayatun Nafiah (2030210065)

PROGRAM STUDI AQIDAH DAN FILSAFAT ISLAM


JURUSAN USHULUDDIN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS
TAHUN 2023
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia adalah makhluk sosial yang senantiasa berbahasa sebagai simbolik
komunikasi dalam konteks tertentu yang berbeda-beda, misalnya konteks sosisal dalam
rumah tangga, kelas, pemerintahan desa, dan lain sebagainya. Bahasa memuat morfem,
kata, kelompok kata, klausa, kalimat dan memuat suatu konteks sosial tertentu.
Penggunaan bahasa untuk berkomunikasi dalam konteks sosial itulah yang disebut
dengan istilah Wacana (bentuk bahasa atau gramatikal), sedangkan ilmu yang
mempelajarinya disebut analisis wacana (fungsi).
Wacana adalah satuan bahasa yang lengkap memuat kesatuan makna yang
mengikat berbagai kalimat yang digunakan. Sehingga dalam hierarki gramatikal, wacana
merupakan satuan gramatikal tertinggi atau terbesar. Oleh karenanya maka dapat
diketahui bahwa wacana terdiri atas gramantikal, fungsi dan konteks sosial yang
mengakibatkan wacana berdasarkan media Komunikasi dibagi menjadi dua yakni,
wacana lisan dibagi menjadi wacana monolog, wacana dialog, wacana polilog, sedangkan
wacana tulis dibagi menjadi wacana narasi, wacana deskripsi, wacana eksposisi, wacana
argumentasi, wacana persuasi.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka pemakalah dapat menentukan beberapa
rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apakah yang dimaksud dengan wacana?
2. Apa saja jenis-jenis wacana itu?
BAB I
PEMBAHASAN
A. Pengertian Wacana
Wacana berasal dari bahasa Inggris "discourse" merupakan tulisan atau ucapan
yang merupakan wujud penyampaian pikiran secara formal dan teratur.1 Dalam
realisasinya wacana diwujudkan dalam bentuk karangan yang utuh (novel, buku, seri
ensiklopedi, dan sebagainya), paragraf, kalimat, atau kata yang membawa amanat yang
lengkap.Wacana yang diwujudkan dalam bentuk karangan (karangan yang dituliskan)
akan ditandai oleh satu judul karangan. jika karanagan itu dilisankan, maka wacana
tersebut akan ditandai oleh adanya permulaan salam pembuka dan adanya penyelesaian
dengan salam penutup.
Maka dapat disimpulkan bahwa wacana adalah satuan bahasa yang terstruktur
secara lengkap yang disajikan secara teratur dan membentuk suatu makna atau amanat
yang disampaikan secara tertulis maupun lisan. Dalam peristiwa komunikasi secara lisan,
dapat dilihat bahwa wacana sebagai proses komunikasi antar penyapa dan pesapa,
sedangkan dalam komunikasi secara tulis, wacana terlihat sebagai hasil dari
pengungkapan ide atau gagasan penulis.
B. Jenis-Jenis Wacana
Berdasarkan media komunikasi, wacana dibedakan menjadi dua wacana lisan dan
wacana tulis. Berikut penjelasanya :
1. Wacana Lisan
Menurut Henry Guntur Tarigan wacana lisan adalah wacana yang disampaikan
secara lisan, melalui media lisan. Sedangkan, Menurut Mulyana wacana lisan adalah
jenis wacana yang disampaikan secara lisan atau langsung dalam bahasa verbal. Jenis
wacana ini sering disebut sebagai tuturan (speech) atau ujaran (utterance). Pada
dasarnya bahasa lahir melalui mulut atau lisan. Oleh karena itu, wacana yang paling
utama, primer, dan sebenarnya adalah wacana lisan. Jauh sebelum manusia mengenal
huruf, bahasa telah digunakan oleh manusia. Bahasa lisan menjadi bahasa yang utama

1
Josep Hayon, Membaca dan Menulis Wacana; Petunjuk Praktis Bagi Mahasiswa, (Jakarta: PT Grasindo,
2003), hlm. 39.
dalam hidup manusia karena lebih dahulu dikenal dan digunakan oleh manusia dari
pada bahasa tulis.
Wacana lisan dibedakan menjadi tiga. Wacana monolog, wacana dialog, dan
wacana polilog. Berikut penjelasanya :
a. Wacana Monolog
Pada wacana monolog pendengar tidak memberikan tanggapan secara
langsung atas ucapan pembicara. Contohnya pidato,ceramah.
b. Wacana Dialog
Apabila peserta dalam komunikasi itu ada dua orang dan terjadi pergantian
peran Contohnya antara dua orang yang sedang mengadakan perbincangan.
c. Wacana Polilog
Apabila peserta dalam komunikasi lebih dari dua orang dan terjadi
pergantian peran. Contohnya perbincangan antara beberapa orang dan mereka
memiliki peran pembicara dan pendengar.
2. Wacana Tulis
Menurut Henry Guntur Tarigan wacana tulis adalah wacana yang disampaikan
secara tertulis, melalui media tulis. Sedangkan menurut Mulyana, wacana tulis adalah
jenis wacana yang disampaikan melalui tulisan. Berbagai bentuk wacana sebenarnya
dapat dipresentasikan atau direalisasikan melalui tulisan. Sampai saat ini, tulisan
masih merupakan media yang sangat efektif dan efisian untuk menyampaikan
berbagai gagasan, wawasan, ilmu pengetahuan, atau apapun yang dapat mewakili
kreativitas manusia. Wacana dapat direalisasikan dalam bentuk kata, kalimat,
paragraf atau karangan yang utuh (buku, novel, ensiklopedia, dan lain-lain) yang
membawa amanat yang lengkap dan cukup jelas berorientasi pada jenis wacana tulis.
Wacana tulis mulai dikenal setelah ditemukan huruf. Huruf dibuat untuk
mengganti peran bunyi bahasa sehingga biasanya orang mengatakan bahwa huruf
adalah lambang bunyi. Huruf-huruf itu dipelajari manusia dan kemudian digunakan
untuk menyampaikan informasi kepada orang lain yang tinggal berjauhan.
Wacana lisan dibedakan menjadi lima. Wacana narasi, deskripsi, eksposisi,
argumentatif, dan persuasi. Berikut penjelasanya :
a. Wacana Narasi
Istilah narasi (dalam bahasa inggris: naration) berarti kisahan. Penyusunan
wacana narasi erat kaitannya dengan rangkaian peristiwa. Wacana ini berusaha
menyampaikan serangkaian kejadian menurut urutan terjadinya, dengan maksud
memberi arti kepada sebuah kejadian atau serentetan kejadian, dan agar pembaca
dapat memetik hikmahnya dari cerita itu. Penataan gagasan dilakukan secara
kronologis berdasarkan atas urutan waktu. Wacana narasi berisi fakta-fakta yang
benar terjadi atau pula berupa khayalan. Wacana narasi yang berupa fakta
misalnya otobiografi seorang tokoh terkenal dan sebaliknya wacana yang
berbentuk novel, cerpen, roman, hikayat, drama, dan lain-lain digolongkan dalam
wacana yang fiktif. Selain apa yang ada di atas terdapat beberapa bentuk lain yang
termasuk narasi faktual, yaitu anekdot, laporan perjalanan, pengalaman seseorang.
Unsur-unsur penting dalam sebuah narasi adalah: kejadian, tokoh, konflik, alur
plot, latar yang terdiri atas latar waktu, tempat, dan suasana.
b. Wacana Deskripsi
Istilah deskripsi (dalam bahasa Inggris: description) artinya perian.
Wacana deskripsi adalah wacana yang menggambarkan sesuatu sesuai dengan
keadaan sebenarnya, sehingga pembaca dapat melihat, mendengar, mencium, dan
merasakan apa yang dipahaminya itu sesuai dengan pikiran penulisnya. Wacana
ini bermaksud menyampaikan kesan-kesan tentang sesuatu, dengan kesan utama
sebagai pengikat semua kesan yang dilukisnya. Wacana deskripsi ini ada dua
macam, yaitu
1) Wacana deskripsi faktawi
Wacana deskripsi faktawi merupakan wacana yang berusaha menjelaskan
bangun, ukuran, susunan, warna, bahan sesuatu menurut kenyataan, dengan
tujuan untuk memberitahu atau memberi informasi saja.
2) Wacana deskripsi khayali.
Wacana deskripsi khayali merupakan wacana deskripsi yang berusaha
menjelaskan ciri-ciri fisik, cara-cara berlaku, sikap-sikap seseorang, keadaan
suatu tempat menurut khayalan penulisnya. Hal ini bertujuan membangun alur
cerita agar lebih mampu memberikan gambaran ke depan dan mampu menarik
keingintahuan pembaca.
c. Wacana Eksposisi
Istilah eksposisi (dalam bahasa Inggris: exposition) yang artinya membuka
atau memulai. Wacana eksposisi adalah wacana yang berusaha menerangkan atau
menjelaskan pokok pikiran yang dapat memperluas pengetahuan pembaca
karangan itu. Wacana ini bertujuan menyampaikan fakta-fakta secara teratur,
logis, dan saling bertautan dengan maksud untuk menjelaskan sesuatu ide, istilah,
masalah, proses, unsur-unsur sesuatu, hubungan sebab- akibat, dan sebagainya.
Hal ini dilakukan agar diketahui oleh pembaca.
d. Wacana Argumentasi
Wacana argumentasi adalah wacana yang berusaha memberikan alasan
untuk memperkuat atau menolak suatu pendapat, pendirian, atau gagasan. Wacana
ini termasuk wacana yang paling sulit bila dibandingkan dengan wacana-wacana
lain yang telah diuraikan terdahulu. Kesulitan tersebut muncul karena perlu
adanya alasan dan bukti yang dapat menyakinkan, sehingga pembaca terpengaruh
dan membenarkan gagasan, pendapat, sikap. dan keyakinannya. Penulis argumen
harus berpikir kritis dan logis serta mau menerima pendapat orang lain sebagai
bahan pertimbangan. Agar dapat mengajukan argumentasi, penulis argumentasi
harus memiliki pengetahuan dan pandangan yang luas tentang apa yang
dibicarakan itu. Kelogisan berpikir, keterbukaan sikap, dan keluasaan pandangan
memiliki peranan yang besar untuk mempengaruhi orang lain. Ini semua
merupakan persyaratan yang diperlukan untuk menyusun wacana argumentasi.
e. Wacana Persuasi
Pesuasi (dalam bahasa Inggris: persuasion) merupakan suatu cara yang
dilakukan oleh orang untuk menyakinkan orang lain agar orang tersebut mau
melakukan apa yang yang dikehendaki penulis baik masa sekarang atau masa
yang akan datang. Dengan demikian, wacana persuasi adalah wacana yang
disusun penulis dengan tujuan akhir agar pembaca mau melakukan sesuai dengan
apa yang dikehendaki penulis dalam wacana tersebut. Untuk itu. wacana semacam
ini erat kaitannya upaya penulis untuk mempengaruhi cara-cara pengambilan
keputusan pembaca. Keberhasilan penulis menyusun wacana persuasi akan
mengakibatkan keputusan-keputusan pembaca merupakan keputusan yang
disasarkan atas kesadarannya sendiri, dilakukan secara bijak, dan benar.2

2
Josep Hayon, Membaca dan Menulis Wacana; Petunjuk Praktis Bagi Mahasiswa, (Jakarta: PT Grasindo,
2003), hlm. 40-43.
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Wacana merupakan satuan bahasa terlengkap, yang dalam hirarki gramatikal
merupakan satuan gramatikal tertinggi atau terbesar. Jenis wacana yakni: Wacana
Berdasarkan Media Komunikasi, Wacana Lisan dibagi menjadi Wacana Monolog,
Wacana Dialog, Wacana Polilog, dan wacana lisan dibagi menjadi bWacana Narasi,
Wacana Deskripsi, Wacana Eksposisi, Wacana Argumentasi, Wacana Persuasi.

DAFTAR PUSTAKA
Hayon, Josep. 2003, Membaca dan Menulis Wacana; Petunjuk Praktis Bagi Mahasiswa, Jakarta:

PT Grasindo.

Anda mungkin juga menyukai