Anda di halaman 1dari 24

Jenis-Jenis Wacana

Jenis Wacana bisa dikelompokkan berdasarkan, Jenis Wacana berdasarkan Bentuk,


Jenis Wacana berdasarkan media penyampaiannya, Jenis wacana berdasarkan jumlah
penutur, Jenis Wacana Berdasarkan Sifat, Jenis Wacana Berdasarkan Isi, Jenis Wacana
Berdasarkan Gaya, Jenis Wacana Berdasarkan Tujuan. Berikut adalah penjelasan dari
jenis-jenis wacana berdasarkan kategorinya:

Jenis Wacana berdasarkan bentuk

1. Wacana Naratif

Adalah bentuk wacana yang dipergunakan untuk menceritakan suatu kisah, uraiannya
cenderung ringkas. Bagian-bagian yang dianggap penting sering diberi tekanan atau
diulang.

2. Wacana prosedural

Adalah wacana yang digunakan untuk memberikan petunjuk atau keterangan bagaimana
sesuatu harus dilaksanakan. Oleh karena itu, kalimat-kalimatnya berisi persyaratan atau
aturan tertentu agar tujuan kegiatan dapat berhasil dengan baik.

3. Wacana Ekspositori

Adalah wacana yang bersifat menjelaskan sesuatu secara informatif. Bahasa yang
digunakan cenderung denotatif dan rasional, yang termasuk dalam wacana ini adalah
ceramah ilmiah, artikel di media masa.

4. Wacana Hortatori

Adalah wacana yang digunakan untuk mempengaruhi pendengar atau pembaca agar
tertarik terhadap pendapat yang dikemukakan. Sifatnya persuasif, tujuannya adalah
untuk mencari pengikut agar bersedia melakukan, atau menyetujui pada hal yang
disampaikan dalam wacana tersebut.

5. Wacana dramatik

Adalah bentuk wacana yang berisi percakapan antar penutur. Sedapat mungkin
menghindari sifat narasi di dalamnya. Contoh: skenario film.

6. Wacana epistoleri

Adalah wacana yang dipergunakan dalam surat-menyurat. Pada umumnya memilik


bentuk dan sistem tertentu yang sudah menjadi kebiasaan atau aturan.

7. Wacana Seremonial

Adalah bentuk wacana yang digunakan dalam kesempatan seremonial (upacara), karena
erat kaitannya dengan konteks situasi dan kondisi yang terjadi dalam seremoni, maka
wacana ini tidak dipergunakan dalam sembarang waktu.

Jenis Wacana berdasarkan media penyampaiannya.

1. Wacana tulis

Adalah jenis wacana yang disampaikan melalui tulisan. Sampai saat ini tulisan masih
merupakan media yang sangat efektif dan efisien untuk menyampaikan berbagai
gagasan, wawasan, ilmu pengetahuan, dll.

2. Wacana Lisan

Adalah jenis wacana yang disampaikan secara lisan atau langsung dalam bahasa verbal.
Jeis wacana ini sering disebut sebagai tuturan atau ujaran.
Jenis wacana berdasarkan jumlah penutur

1. Wacana monolog

Adalah jenis wacana yang dituturkan oleh satu orang. Umumnya wacana monolog tidak
menghendaki dan tidak menyediakan alokasi waktu terhadap respon pendengar. Contoh:
pidato, ceramah, presenter, dll.

2. Wacana Dialog

Adalah wacana yang dituturkan oleh dua orang atau lebih, wacana ini bisa berbentuk
tulisan atau lisan. Wacana dialog tulis memiliki bentuk yang sama dengan wacana
drama (skenario, ketoprak, dll).

Jenis Wacana Berdasarkan Sifat

1. Wacana Fiksi

Bentuk dan isi wacana fiksi berorientasi pada imajinasi. Biasanyan, tampilan bahasanya
mengandung keindahan (estetika). Mungkin sekali wacana fiksi bersifat atau kenyataan,
tetapi gaya penyampaiannya indah.

Wacana Prosa, Wacana prosa adalah wacana yang disampaikan atau ditulis dalam
bentuk prosa. Wacana prosa dapat berbentuk tulis atau lisan.

Wacana Puisi. Wacana puisi dituturkan dalam bentuk puisi, bisa berbentuk tulis atau
lisan. Bahasa dan isinya berorentasi pada keindahan. Puisi, lagu, tembang dan belada
merupakan contoh wacana puisi.

Wacana Drama. Wacana drama disampaikan dalam bentuk drama. Biasanya, drama
berbentuk percakapan atau dialog. Oleh karena itu, dalam wacana harus ada pembicara
dan yang di ajak bicara.
2.Wacana Nonfiksi

Wacana nonfiksi adalah suatu wacana dari hasil olah pikir manusia yang melibatkan
data dan informasi nyata dan kadang menggunakan kaidah-kaiadah penulisan yang
baku.Contoh wacana nonfiksi yaitu opini, essay, artikel dan laporan penelitian.

Jenis Wacana Berdasarkan Isi

1. Wacana politik

Bagaimanapun juga bidang politik melahirkan istilah dan jorgan politik yang maknanya
yang lebih dipahami oleh orang-orang di lingkungan itu sendiri.

2. Wacana sosial

Wacana sosial berkaitan dengan kehidupan sosial dan kehidupan sehari-hari


masyarakat. Memang sulit untuk mengatakan : apa persoalan yang bukan merupakan
persoalan sehari-hari. Masalah makan, pangan, rumah, tanah, pernikahan, kematian, dan
sebagainya merupakan sejumlah kecil masalah sosial tersebut”.

3. Wacana ekonomi

Wacana ekonomi berkaitan dengan persoalan ekonomi. Dalam wacana ekonomi, ada
beberapa register yang hanya dikenal di dunia bisnis dan ekonomi. Ungkapan-ungkapan
seperti persaingan pasar, biaya produksi tinggi, langkanya sembako, konsumen
dirugikan, inflasi, devaluasi, harga saham gabungan, nata unag dan sejenisnya
merupakan contoh-contoh regester ekonomi.
4. Wacana Budaya

Wacana budaya berkaitan dengan kreativitas kebudayaan. Wilayah wacana budaya lebih
berkaitan dengan wilayah ‘ kebiasaan atau tradisi, adat, sikap hidup dan hal-hal yang
berhubungan dengan kehidupan sehari-hari’ wilayah itu kemudian menghasilkan
bentuk-bentuk kebahasaan, yang isinya kemudian disebut wacana budaya.

5. Wacana Militer

Hingga saat ini wacana militer hanya dipakai dan berkembang di bidang militer.

6. Wacana Hukum dan Kriminalitas

Persoalan hukum dan kriminalitas, sekalipun bisa dipisahkan, namun keduanya


bagaikan dua sisi dari mata uang: berbeda tetapi menjadi satu kesatuan.

7. Wacana olahraga dan Kesehatan

Wacana olahraga dan kesehatan berkaitan dengan masalah olahraga dan kesehatan.
Masalah yang berkaitan dengan kesehatan misalnya, muncul kalimat ”Sempat joging 10
menit, didiagnosis jantung ringan”. Istilah joging adalah aktivitas olahraga ringan yang
berkaitan dengan kesehatan.

Jenis Wacana Berdasarkan Gaya dan Tujuan

1. Wacana Iklan

Dalam kamus besar bahasa indonesia (KBBI), disebutkan iklan adalah berita pesanan
(untuk mendorong, membujuk) tentang barang atau jasa yang di tawarkan
(1989 :322).umumnya iklan di pasang di media masa, baik cetak maupun elektronik.
Pada iklan, bahasanya distrategikan agar berdaya persuasi, yaitu mempengaruhi
masyarakat agar tertarik dan membeli.
Jenis Wacana Berdasarkan Tujuannya

1. Wacana Narasi

Istilah narasi berasal dari Inggris narration yang berarti cerita, karenanya karangan
bersifat menceritakan suatu peristiwa atau serangkaian peristiwa yang disusun
sedemikian rupa sehingga menimbulkan pengertian-pengertian yang merefleksikan
interpretasi penulisannya.

2. Wacana Deskripsi

Pengertian lugas deskripsi adalah uraian atau lukisan. Dalam konteks pembicaraan ini
wacana deskripsi dapat diartikan sebagai wacana yang mengaitkan kesan atau impresi
seseorang melalui uraian atau lukisan tertentu.

3. Wacana Eksposisi

Wacana ekposisi adalah paparan yang memberikan, mengupas, atau menguraikan


sesuatu demi sesuatu penyuluhan (penyampaian informasi) dan penyuluhannya tersebut
tanpa disertai desakan atau paksaan kepada pembacanya agar menerima sesuatu yang
dipaparkan sebagai sesuatu yang besar.

4. Wacana Argumentasi

Wacana argumentasi adalah wacana yang berisi terdiri dari paparan alasan dan
pengintesisan pendapat untuk membangun suatu kesimpulan. Pada wacana tersebut
argumentasi digunakan untuk meyakinkan kebenaran, gagasan, atau konsepsi sesuatu
berdasarkan data dan fenomena-fenomena keilmuan yang dikemukakan.

5. Wacana Persuasi
Jadi wacana persuasi adala wacana yang berisi paparan berdaya bujuk, budaya ajuk,
ataupun berdaya himbauan yang dapat membangkitkan ketergiuran pembacanya untuk
meyakini dan menuruti himbauan implisit maupun eksplisit yang dilontarkan oleh
penulis atau pembuatnya.

Sekian pembahasan terkait dengan jenis-jenis wacana berdasarkan kategorinya yg


beragam. semoga bermanfaat.

JENIS – JENIS WACANA (NARASI, DESKRIPSI, ARGUMENTASI, DAN


PERSUASI

JENIS – JENIS WACANA (NARASI, DESKRIPSI,

ARGUMENTASI, DAN PERSUASI

A. ARTI WACANA

Dalam kamus besar Bahasa Indonesia wacana adalah : 1) Komunikasi verbal ;


percakapan ; 2) Keseluruhan tutur yang merupakan suatu kesatuan ; 3) Satuan bahasa
terlengkap yang direalisasikan dalam bentuk karangan atau laporan utuh, seperti novel,
buku, artikel, pidato atau khotbah ; 4) Kemampuan atau prosedur berpikir secara
sistematis ; kemampuan atau proses memberikan pertimbangan berdasarkan akal sehat ;
5) Pertukaran ide secara verbal.
Beberapa definisi dan pendapat dari para pakar bahasa mengenai wacana, antara lain
oleh J.S. Badudu (2000) mengatakan wacana sebagai rentetan kalimat yang berkaitan
dengan, yang menghubungkan proposisi yang satu dengan proposisi yang lainnya,
membentuk satu kesatuan, sehingga terbentuklah makna yang serasi diantara kalimat-
kalimat itu. Selanjutnya dijelaskan pula bahwa wacana merupakan kesatuan bahasa
terlengkap dan tertinggi atau terbesar diatas kalimat atau klausa dengan koherensi dan
kohesi yang tinggi yang berkesinambungan, yang mampu mempunyai awal dan akhir
yang nyata, disampaikan secara lisan dan tertulis

Dari pengertian, pendapat dan uraian diatas, jelaslah bahwa wacana merupakan suatu
pernyataan atau rangkaian pernyataan yang dinyatakan secara lisan ataupun tulisan dan
memiliki hubungan makna antarsatauan bahasanya serta terikat konteks. Dengan
demikian apapun bentuk pernyataan yang dipublikasikan melalui beragam media yang
memiliki makna dan terdapat konteks didalamnya dapat dikatakan sebagai sebuah
wacana.

Berdasarkan saluran komunikasinya wacana dapat dibedakan atas ; wacana lisan dan
wacana tulis. Wacana lisan memiliki ciri adanya penuturan dan mitra tutur, bahasa yang
dituturkan, dan alih tutur yang menandai giliran bicara. Sedangkan wacana tulis ditandai
oleh adanya penulis dan pembaca, bahasa yang dituliskan dan penerapan sistim ejaan.

Wacana dapat pula dibedakan berdasarkan cara pemaparannya, yaitu antara lain ;
wacana narasi, wacana deskripsi, wacana argumentasi dan wacana persuasi

B. URAIAN WACANA NARASI, DESKRIPSI, ARGUMENTASI DAN PERSUASI

1. Wacana Narasi

Wacana Narasi adalah salah satu jenis wacana yang menceritakan / mengisahkan
sesuatu peristiwa secara berurutan berdasarkan urutan kejadiannya. Dengan demikian
wacana jenis ini tidak bermaksud untuk mempengaruhi seseorang melainkan hanya
menceritakan sesuatu kejadian yang telah disaksikan, dialamin dan didengar oleh
pengarang (penulisnya). Narasi dapat bersifat fakta atau fiksi (cerita rekaan). Narasi
yang bersifat fakta, antara lain biografi dan autobiografi, sedangkan yang berupa fiksi
diantaranya cerpen dan novel.

Contoh wacana narasi :


Kegiatan disekolahku demikian padatnya. Setiap hari, aku masuk pukul 07.00. Agar
tidak terlambat, aku selalu bangun pukul 04.30. Setelah mandi, akupun shalat subuh.
Kemudian, aku segera mengenakan seragam sekolah. Tak lupa aku lihat-lihat lagi buku
yang harus aku bawa. Yah, sekedar mengecek apakah buku-buku yang aku bawa sudah
sesuai dengan jadwal pelajaran hari itu. Selanjutnya, aku makan pagi. Lalu, kira-kira
pukul 06.00, aku berangkat ke sekolah. Seperti biasanya, aku ke sekolah naik angkutan
umum. Jarak rumah dengan sekolahku tidak jauh, sekitar enam kilometer. Aku memang
membiasakan berangkat pagi-pagi. Maklum, angkutan kota sering berhenti lama untuk
mencari penumpang. Jika aku berangkat agak siang, wah, bisa terlambat sampai di
sekolah.

Di sekolah, aku belajar selama kurang lebih enam jam. Jam pelajaran berakhir pukul
12.45. Itu untuk hari-hari biasa. Hari Rabu, aku pulang pukul 14.30, karena mengikuti
kegiatan ekstrakulikuler dulu. Khusus hari Jum’at, aku bisa pulang lebih awal, yaitu
pukul 11.00.

Paragraf narasi diatas berisi sebuah fakta. Apbila dicermati, paragraf tersebut berisi
urutan peristiwa berikut : bangun pukul 04.30, mandi, shalat subuh, berpakaian,
mengecek buku, makan pagi, berangkat sekolah, belajar di sekolah, pulang sekolah.
Rangkaian peristiwa tersebut dialami oleh tokoh aku. Aku mengalami “konflik” dengan
dirinya sendiri, yaitu kebiasaannya setiap hari.

2. WACANA DESKRIPSI

Wacana deskripsi adalah wacana yang menggambarkan sesuatu dengan jelas dan
terperinci. Wacana deskripsi bertujuan melukiskan atau memberikan gambaran terhadap
sesuatu dengan sejelas-jelasnya sehingga pembaca seolah-olah dapat melihat,
mendengar, membaca atau merasakan hal yang dideskripsikan. Oleh sebab itu deskripsi
yang baik adalah deskripsi yang dilengkapi dengan hal-hal yang dapat merangsang
panca indra. Contoh : seperti keadaan banjir, suasana dipasar dan sebagainya.

Sebagaimana menulis wacana-wacana lain dalam menulis wacana deskripsi ada


langkah-langkahnya, yaitu :

1. Menentukan topik karangan deskripsi.


2. Merumuskan tujuan mengarang desskripsi.

3. Mencari, mengumpulkan ataupun memilih bahan.

4. Membuat kerangka karangan.

5. Mengembangkan karangan.

3. WACANA ARGUMENTASI

Wacana argumentasi adalah wacana yang bertujuan mempengaruhi pembaca agar


dapat menerima ide, pendapat, atau pernyataan yang dikemukakan penulisnya. Untuk
memperkuat ide atau pendapatnya, penulis wacana argumentasi menyertakan data-data
pendukung. Tujuannya, pembaca menjadi yakin atas kebenaran yang disampaikan
penulis.

Dalam wacana argumentasi, biasanya ditemukan beberapa ciri yang mudah dikenal.
Cirri-ciri tersebut misalnya :

1. Ada pernyataan, ide, atau pendapat yang dikemukakan penulisnya

2. Ada alasan, data, atau fakta yang mendukung

3. Pembenaran berdasarkan data dan fakta yang disampaikan.

Data dan fakta yang digunakan untuk menyusun wacana atau paragraf argumentasi
dapat diperoleh melalui wawancara, angket, observasi, penelitian lapangan, dan
penelitian kepustakaan. Pada akhir paragraf atau karangan perlu disajikan kesimpulan.
Contoh kutipan :

Menyetop bola dengan dada dan kaki dapat ia lakukan secara sempurna. Tembakan kaki
kanan dan kiri tepat arahnya dan keras. Sundulan kepalanya sering memperdayakan
kiper lawan. Bola seolah-olah menurut kehendaknya. Larinya cepat bagaikan kijang.
Lawan sukar mengambil bola dari kakinya. Operan bolanya tepat dan terarah. Amin
benar-benar pemain bola jempolan.

Tujuan yang ingin dicapai melalui pemaparan argumentasi ini, antara lain :

1. Melontarkan pandangan / pendirian

2. Mendorong atau mencegah


3. Mengubah tingkah laku pembaca

4. Menarik simpati

Contoh : laporan penelitian ilmiah, karya tulis dsb.

4. WACANA PERSUASI

Wacana persuasi merupakan wacana yang berisi imbauan atau ajakan kepada orang lain
untuk melakukan sesuatu seperti yang diharapkan oleh penulisnya. Oleh karena itu
biasanya disertai penjelasan dan fakta-fakta sehingga meyakinkan dan dapat
mempengaruhi pembaca.

Pendekatan yang dipakai dalam persuasi adalah pendekatan emotif yang berusaha
membangkitkan dan merangsang emosi.

Contoh :

1. Propaganda kelompok / golongan, kampanye

2. Iklan dalam media massa

3. Selebaran, dsb

PENGERTIAN, JENIS KUTIPAN, DAN CARA MENULIS SUMBER KUTIPAN


DALAM TEKS, DAN DALAM DAFTAR KEPUSTAKAAN

A. Pengertian Kutipan

Sebelum lebih jauh membicaran tentang kutipan, perlu kita mengetahui terlebih dahulu
apa pengertian atau konsep dari kutipan itu sendiri. Dalam kamus Bahasa Indonesia kata
kutipan bersala dari kata, kutip, mengutip v1 memungut benda kecil kecil satu demi
satu: ~ uang yg berjatuhandi tanah; 2 mengambil perkataan atau kalimat-kalimat dari
buku dan sebagainya; memetik karangan dan sebagainya; menukil: ~ pasal pasal
penting dari kitab undang-undang; 3 mengumpulkan dari berbagai sumber: ~derma.
Kalau kutipan n pungutan; petikan; nukilan; pengutip n orang yg mengutip; pemungut
dan pengutipan n cara atau perbuatan mengutip.
Dalam pendapat yang lain bahwa kutipan adalah gagasan, ide, pendapat yang diambil
dari berbagai sumber. Proses pengambilan gagasan itu disebut mengutip. Gagasan itu
bisa diambil dari kamus, ensiklopedi, artikel, laporan, buku, majalah, internet, dan lain
sebagainya

Kutipan adalah pengokohan argumentasi dalam sebuah karangan. Seorang penulis tidak
perlu membuang waktu untuk menyelidiki suatu hal yang sudah dibuktikan
kebenarannya oleh penulis lain, penulis cukup mengutip karya orang lain tersebut.

Dengan demikian kutipan memiliki fungsi sebagai:

1. Landasan teori

2. Penguat pendapat penulis

3. Penjelasan suatu uraian

4. Bahan bukti untuk menunjang pendapat itu.

Selain itu lebih jauh kutipan memiliki fungsi tersendiri. Adapun fungsi kutipan yang
dimaksud adalah sebagai berikut :

1. Menunjukkan kualitas ilmih yang lebih tinggi.

2. Menunjukkan kecermatan yang lebih akurat.

3. Memudahkan penilaian penggunaan sumber dana.

4. Memudahkan pembedaan data pustaka dan ketergantungan tambahan.

5. Mencegah pengulangan penulisan data pustaka.

6. Meningkatkan estetika penulisan.

7.Memudahkan peninjauan kembali penggunaan referensi, dan memudahkan


penyuntingan naskah yang terkait dengan data pustaka.

B. Jenis-Jenis Kutipan

Kutipan dalam penulisan karya ilmiah atau lainnya dapat dibedakan menjadi dua
macam, yakni kutipan langsung dan kutipan tak langsung.
1. Kutipan langsung

Kutipan langsung adalah pernyataan yang ditulis dalam susunan aslinya tanpa
mendapatkan perubahan sedikitpun. Atau mengutip sesuai dengan sumber aslinya,
artinya kalimat-kalimat tidak ada yang diubah. Ba.han yang dikutip mesti direproduksi
tepat seperti apa adanya sesuai sumber, tak terkecuali ejaan tanda-tanda baca, dan
sebagainya.

kutipan langsung ini diperlukan dengan tujuan untuk mempertahankan keaslian


pernyataan itu. Seseorang mungkin membuat pernyataan yang otentik, yang apabila
ditulis ke dalam bentuk pernyataan yang lain, terkesan akan kehilangan keotentikannya.

Kutipan kurang dari 40 kata.

Kutipan yang kurang dari 40 kata, maka ditulis diantara tanda kutip (“…”) sebagai
bagian yang terpadau dalam teks utama, dan diketik dengan jarak dua spasi. Contoh: Ibu
Hernawati (1990: 123) menyimpulkan “ada hubungan yang erat antara guru dengan
muridnya dalam kegiatan belajar mengajar.”

Kutipan 40 kata atau lebih

Apabila kutipan aslinya berisi minimal 40 kata, maka ditulis tanpa tanda kutip secara
terpisah dari teks yang mendahuluinya, dan ditulis pada garis baru, sejajar dengan awal
alinea baru, atau ditulis 1,2 cm dari garis tepi sebelah kiri dan kanan, dan diketik dengan
jarak satu spasi (tunggal). Contoh:

Menurut Mariam Budiardjo (1992:4-5), dalam pemilu yang menggunakan system


distrik:

Kutipan yang sebagian dihilangkan


Apabila dalam mengutip langsung ada kata-kata dalam kalimat yang dihilangkan, maka
kata-kata yang dibuang, diganti dengan tiga titik. Contoh:

“Semua pihak yang terlibat dalam pelaksanaan pendidikan di sekolah … diharapkan


sudah melaksanakan kurikulum baru.”

2. Kutipan Tidak Langsung

Kutipan tidak langsung merupakan pengungkapan kembali pendapat orang lain dengan
kata-katanya atau dalam bahasa sendiri. Yang dikutip hanya pokok-pokok pikiran, atau
ringkasan dan kesimpulan dalam sebuah tulisan, selanjutnya diungkapkan dengan
bahasa penulis itu sendiri.

Kutipan tidak langsung ini paling sedikit dapat dibedakan menjadi dua jenis, atau dua
cara dalam mengutipnya. Pertama, dengan melakukan ringkasan, membuat kesimpulan,
atau merujuk pokok-pokok pikiran orang lain.Kedua, dengan melakukan paraphrase,
yakni pengubahan struktur/susunan pada kalimat aslinya menjadi suatu kalimat yang
lain tanpa mengubah makna atau subtansi kalimat/alinea aslinya.

Di samping itu kutipan tidak langsung ini dibedakan menjadi kutipan tidak langsung
panjang dan kutipan tidak langsung pendek.

Contoh kutipan tidak langsung panjang.

Bagaimana ujud penalaran ilmiah itu dalam pelaksanaannya? Berikut ini dikemukakan
penjelasan Shurter dan pierce.

Penalaran induktif merupakan proses penalaran untuk menarik suatu prinsip/sikap yang
berlaku umum atau suatu kesimpulan yang bersifat khusus berdasarkan atas fakta-fakta
khusus. Penalaran induktif mungkin merupakan generalisasi, analogi atau hubungan
kausal. Generalisasi adalah proses penalaran berdasarkan pengamatan atas sejumlah
gejala dengan sifat-sifat tertentu untuk menarik kesimpulan mengenai semua atau
sebagian dari gejala serupa itu. Di dalam analogi, inferensi tentang kebenaran suatu
gejala khusus ditarik berdasarakan kebenaran gejala khusus yang bersamaan. Hubungan
kausal adalah hubungan ketergantungan antara gejala-gejala yang mengikuti pola sebab
akibat, akibat sebab, atau akibat-akibat.

Penalaran deduktif adalah penalaran untuk menarik kesimpulan yang bersifat


individual/khusus dari suatu prinsip atau sikap yang berlaku umum. Penalaran itu
mencakup bentuk silogisme, yakni bentuk penalaran deduktif formal untuk menarik
kesimpulan dari premis mayor dan premis minor. Kesimpulan di dalam silogisme selalu
harus lebih khusus dari premis-premisnya. Bentuk penalaran deduktif lainnya ialah
entimem, yaitu bentuk silogisme yang dihilangkan salah satu premisnya.

C. Cara Menulis Sumber Kutipan dalam Teks

Untuk menulis sumber kutipan baik kutipan langsung maupun kutipan tidak langsung
terutama menulis kutipan dalam teks, ada beberapa cara.

Penulisan sumber kutipan secara umum dengan menggunakan nama akhir dan tahun di
antara tanda kurung. Contohnya: Sebagaimana dikemuakan oleh Agam (2009:129)
bahwa “Kutipan tidak langsung merupakan pengungkapan kembali maksud penulis
dengan kata-katanya sendiri.” Kemudia apabila terdapat dua pengarang, maka penulisan
atau perujukan dilakukan dengan cara menyebut nama akhir kedua penulis tersebut.
Contohnya: Sebagaimana diutarakan Sharp dan Green (1996:1) bahwa “Kutipan tidak
langsung merupakan pengungkapan kembali maksud penulis dengan kata-katanya
sendiri.” Selanjutnya jika pengarangnya lebih dari dua orang, maka penulisannya adalah
dengan menulis nama akhir pengarang pertama dari penulis tersebut, kemudian diikuti
dengan dkk (dan kawan-kawan) atau et al. (et alili). Pilih salah satu, yang penting
konsisten dalam satu karya ilmiah. Contohnya: Sebagaiman dikemukakan Mc Clelland
et al. (1960: 35) bahwa “Kutipan tidak langsung merupakan pengungkapan kembali
maksud penulis dengan kata-katanya sendiri.”

Dalam penulisan sumber kutipan ini apabila nama penulis tidak disebutkan, maka yang
dicantumkan dalam rujukan tersebut adalah nama lembaga yang menerbitkan, atau
nama dokumen yang diterbitkan, atau nama koran. Kalau untuk karya terjemahan,
penulisan dilakukan dengan cara menyebutkan nama penulis aslinya. Apabila sumber
kutipan dua atau lebih yang ditulis oleh penulis yang berbeda, dicantumkan dalam satu
tanda kurung dengan titik koma sebagai tanda pemisahnya. Contohnya: Beberapa studi
tentang anak-
anak yang mengalami kesulitan belajar (Dunkey, 1972; Miggs, 1976; Parmenter, 1976)

D. Cara Menulis Sumber Kutipan dalam Daftar Kepustakaan

Uraian di atas telah mengupas bagaimana cara menulis atau merujuk sumber kutipan
dalam teks sesuai dengan ketentuan atau pedoman penulisan karya ilmiah. Kemudian
pada pembahasan berikut ini akan dikemukakan pula bagaimana cara menulis sumber
kutipan dalam daftar kepustakaan.

Daftar kepustakaan atau daftar rujukan merupakan daftar yang berisi buku, majalah,
makalah, artikel atau bahan lainnya yang dikutip baik secara langsung ataupun tidak
langsung. Sedangkan bahan-bahan yang hanya dijadikan bahan bacaan untuk
mendukung wawasan penulis dalam menulis karya ilmiah akan tetapi tidak dikutip,
maka tidak perlu dicantumkan dalam daftar rujukan atau daftar kepustakaan. Sebaliknya
jika bahan bacaan itu dikutip dalam tulisan/teks harus dicantumkan dalam daftar
kepustakaan.

Penulisan sumber kutipan dalam daftar kepustukaan ini ada aturan yang harus
diindahkan. Semua rujukan atau sumber kutipan yang akan dicantumkan dalam daftar
kepustakaan harus disusun berdasarkan abjad nama-nama pengarang atau lembaga yang
menerbitkannya. Tidak ada ditulis nomor urut 1,2, 3, dan seterusnya, atau diberi huruf a,
b, c, dan seterusnya. Namun apabila nama pengarang dan nama lembaga yang
menerbitkan itu tidak ada, maka daftar kepustakaan didasarkan pada judul pustaka
tersebut. Prinsipnya, unsur yang mesti dutulis dalam daftar kepustakaan itu secara
berturut-turut meliputi: (1) nama penulis yakni dengan urutan: nama akhir, nama awal,
dan nama tengah, tanpa gelar akademik, (2) tahun penerbitan, (3) judul, termasuk
subjudul, (4) kota tempat penerbitan, dan (5) nama penerbit. Jika penulis atau
pengarangnya lebih dari satu orang, cara penulisan namanya sama dengan penulis
pertama.

Cara penulisan sumber kutipan dalam daftar kepustakaan di atas dapat dibedakan
beberapa macam, sebagai berikut:

1. Sumber kutipan/rujukan dari buku;

2. Sumber kutipan/rujukan dari buku yang berisi kumpulan artikel (ada


editornya);
3. Sumber kutipan/rujukan dalam jurnal;

4. Sumber kutipan/rujukan dari artikel dalam jurnal dari CD-ROM;

5. Sumber kutipan/rujukan artikel dalam majalah atau Koran;

6. Sumber kutipan/rujukan dari Koran tanpa penulis;

7. Sumber kutipan/rujukan dari dokumen resmi pemerintah yang diterbitkan


oleh suatu penerbit tanpa penulis dan tanpa lembaga;

8. Sumber kutipan/rujukan dari lembaga yang ditulis atas nama lembaga


tersebut;

9. Sumber kutipan/rujukan berupa kerya terjemahan;

10. Sumber kutipan/rujukan dari skripsi, tesis, atau disertasi;

11. Sumber kutipan/rujukan dari makalah yang disajikan dalam seminar,


penataran, atau lokakarya;

12. Sumber kutipan/rujukan dari internet berupa karya individu;

13. Sumber kutipan/rujukan dari internet berupa artikel dari jurnal;

14. Sumber kutipan/rujukan dari internet berupa bahan diskusi;

15. Sumber kutipan/rujukan dari internet berupa e-mail pribadi.[1]

Ketentuan dan aturan cara penulisan masing-masing sumber kutipan/rujukan di atas


bersamaan dengan contohnya akan penulis uraikan di bawah ini, yakni sebagai berikut:

a). Sumber Kutipan/Rujukan dari Buku.

Dalam penulisan sumber kutipan yang diambil dari buku, tahun penerbitan ditulis
setelah nama penulis dan diakhiri dengan titik. Judul buku ditulis dengan huruf miring
(italic), pada setiap awal kata dengan huruf kapital, kecuali kata sambung. Tempat
penerbitan dan nama penerbit dipisahkan dengan titik dua (:). Contoh:

Hasibuan, M.S.P. 1996. Organisasi dan Motivasi.Cet. Pertama. Jakarta: Bumi Aksara.
Hodgson, E. dan P.E. levi. 1997. A Textbook of Modern Toxicology. (2nd ed).
Singapore: McGraw-Hill Company Inc.

Apabila ada beberapa buku yang dijadikan sumber ditulis oleh orang yang sama dan
diterbitkan dalam tahun yang sama pula, penulisan tahun penerbitan diikuti dengan
lambang huruf a, b, c, dan seterusnya, yang urutannya ditentukan secara kronologis atau
berdasarkan abjad judul buku-bukunya. Contoh:

Cornet, L. dan K. Weeks. 1985a. Career Ladder Plans:Trends and Emerging Issues-
1985. Atlanta, GA: Career Ladder Clearinghouse.

Cornet, L. dan K. Weeks. 1985b. Planning Career Ladder:Lessons from the States.
Atlanta, GA: Career Ladder Clearinghouse.

b). Sumber Kutipan/Rujukan dari Buku yang Berisi Kumpulan Artikel (Ada Editornya).

Menulis rujukan dari buku yang berisi kumpulan artikel yang ada editornya, hampir
sama cara penulisannya dengan menulis rujukan dari buku seperti di atas, hanya
ditambah dengan tulisan (Ed.) baik untuk satu ataupun lebih editor, diantara nama
penulis dan tahun penerbitan. Contoh:

Letherridge, S. dan C.R. Cannon (Ed.). 1980. Bilingual Education: Teaching English as
a Second Languange. New York: Praeger.

Aminuddin (Ed.). 1990. Pengembangan Penelitian Kualitatif dalam Bidang Bahasa dan
Sastra. Malang: HISKI Komisariat Malang dan YA3.

c). Sumber Kutipan/Rujukan dari Artikel dalam Buku Kumpulan Artikel (Ada
Editornya.

Penulisan sumber kutipan dari artikel dalam buku kumpulan artikel yang ada editornya,
dengan cara nama penulis artikel ditulis di depan diikuti dengan tahun penerbitan. Judul
artikel diapet tanda kutip (“…”) tanpa cetak miring. Nama editor ditulis sebagaimana
menulis nama biasa, diberi keterangan (Ed.) baik untuk satu editor ataupun lebih. Judul
buku kumpulannya ditulis dengan huruf miring, dan nomor halamannya disebutkan
dalam kurung. Contoh:

Hasan, M.Z. 1990. “Karakteristik Penelitian Kualitatif”. Dalam Aminuddin (Ed.),


Pengembangan Penelitian Kualitatif dalam Bidang Bahasa dan Sastra (hlm.12-25).
Malang: HISKI Komisariat Malang dan YA3.

d). Sumber Kutipan/rujukan dari Artikel dalam Jurnal

Penulisan sumber kutipan dari artikel dalam jurnal, adalah nama penulis ditulis paling
depan, diikuti dengan tahun dan judul artikel diapit tanda kutip, dan huruf kapital pada
awal setiap kata. Kemudian nama jurnal ditulis dengan miring, dan huruf awal dari
setiap katanya dengan huruf kapital kecuali kata tugas atau kata hubung. Bagian akhir
berturut-turut ditulis jurnal tahun ke berapa, nomor berapa (dalam kurung), dan nomor
halaman dari artikel tersebut. Contoh:

Dwiloka, B. 1999. “Kontroversi Isu Minyak Tropis”. Sain Teks, 6(2): 49-60.

Hanafi, A. 1989. “Partisipasi dalam Siaran Pedesaan dan Pengadopsian Inovasi”. Forum
Penelitian, 1(1): 33-47.

e). Sumber Kutipan/Rujukan dari Artikel dalam Jurnal dari CD-ROM

Cara penulisan sumber kutipan dari artikel dalam jurnal dari CD-ROM, adalah sama
dengan penulisan sumber kutipan dari artikel dalam jurnal yang dicetak seperti di atas,
hanya ditambah dengan penyebutan CD-ROM-nya dalam kurung. Contoh:

Krashen, S., M.Long, dan R. Scarcella. 1997. “Age, Rate and Eventual Attaintment in
Second Language Acquisition”. TESOL Quarterly, 13:73-82 (CD-ROM: TESOL
Quarterly Digital, 1997).

f). Sumber Kutipan/Rujukan dari Artikel dalam Majalah atau Koran


Penulisan rujukan dari artikel dalam majalah atau Koran adalah, dimulai penulisan
nama penulis, diikuti oleh tanggal, bulan, dan tahun (jika ada). Judul artikel diapit tanda
kutip dan huruf kapital pada setiap awal kata, kecuali kata hubung atau kata tugas.
Selanjutnya, nama majalah ditulis dengan huruf kecil kecuali huruf pertama setiap kata,
dan dicetak miring. Nomor halaman disebut pada bagian akhir. Contoh:

Gardner, H. 1981. “Do Babies Sing a Universal Song?” Psychological Today, hlm. 70-
76.

g). Sumber Kutipan/Rujukan dari Koran tanpa Penulis

Penulisan sumber kutipan dari Koran tanpa penulis, yakni nama koran ditulis pada
bagian awal dicetak miring. Tanggal, bulan, dan tahun ditulis setelah nama koran,
kemudian judul ditulis dengan huruf besar-kecil yang diapit tanda kutip dan diikuti
dengan nomor halaman. Contoh:

Kompas, 18 Maret 2005. “Rawan Pangan, Tanpa Basis Sumber Daya Lokal”, hlm. 41.

h). Sumber Kutipan/Rujukan dari Dokumen Resmi Pemerintah yang Diterbitkan oleh
Suatu Penerbit tanpa Penulis dan tanpa Lembaga.

Penulisan Sumber kutipan/rujukan dari dokumen resmi pemerintah yang diterbitkan


oleh suatu penerbit tanpa penulis dan tanpa lembaga, adalah judul atau nama dokumen
ditulis di bagian awal dengan cetak miring, diikuti oleh tahun penerbitan, kota penerbit,
dan nama penerbit. Contoh:

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan


Nasional. 2004. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

i). Sumber Kutipan/Rujukan dari Lembaga yang Ditulis Atas Nama Lembaga Tersebut.

Cara penulisan sumber kutipan dari lembaga yang ditulis atas nama lembaga tersebut,
adalah dengan ditulis nama lembaga penanggung jawab langsung paling awal, diikuti
dengan tahun, judul karangan yang dicetak miring, nama tempat penerbitan, dan nama
lembaga yang bertanggung jawab atas penerbitan karangan tersebut. Contoh:
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 2003. Pedoman Umum Ejaan Bahasa
Indonesia yang Disempurnakan dan pedoman Umum Pembentukan Istilah. Bandung:
Yrama Widya.

j). Sumber Kutipan/Rujukan Berupa Karya Terjemahan.

Penulisan sumber kutipan berupa karya terjemahan, dapat ditulis dengan nama penulis
asli paling depan, diikuti tahun penerbitan karya asli, judul terjemahan dicetak miring,
nama penerjemah, tahun terjemahan, nama tempat penerbitan dan nama penerbit
terjemahan. Apabila tahun penerbitan buku asli tidak dicantumkan, ditulis dengan kata
Tanpa Tahun. Contoh:

Connel, D.W. dan G.J. Miller. 1990. Kimia dan Entoksikologi Pencemaran. Terjemahan
oleh Y. Koestoer. 1995. Jakarta: Universitas Indonesia Press.

Ary, D., J.C. Jacobs, dan A. Razaviech. Tanpa tahun. Pengantar Penelitian Pendidikan.
Terjemahan oleh Arief Furchan. 1982. Surabaya: Usaha Nasional.

k). Sumber Kutipan/Rujukan dari Skripsi, Tesis, atau Disertasi.

Penulisan rujukan dari skripsi, tesis atau disertasi, dapat ditulis dengan nama penulisnya
paling depan dan diikuti dengan tahun yang tercantum dalam sampul, judul skrip, tesis
atau disertasi diapit tanda kutip diikuti dengan pernyataan skripsi, tesis, atau disertasi
tidak diterbitkan, nama kota tempat perguruan tinggi, dan nama fakultas serta nama
perguruan tinggi. Contoh:

Pitayaningrum, C.W. 2004. “Efek Perebusan 30 Menit dengan Daun Kumis Kucing
terhadap Penurunan Kandungan Logam Berat dalam Hati dan Usus Sapi yang
digembalakan di TPA Jatibarang, Semarang”. Skripsi. Semarang: Fakultas Peternakan,
Universitas Diponegoro.
l). Sumber Kutipan/Rujukan dari makalah yang Disajikan dalam Seminar, Penataran,
atau Lokakarya.

Cara penulisan sumber kutiapan atau rujukan dari makalah yang disajikan dalam
seminar, penataran, atau lokakarya, adalah nama penulis ditulis paling depan,
dilanjutkan dengan tahun, judul makalah diapit tanda kutip, seterusnya diikuti dengan
pernyataan “Makalah disajikan dalam ….”, nama pertemuan, lembaga penyelenggara,
tempat penyelenggaraan, dan tanggal serta bulannya. Contoh:

Dwiloka, B. 2003. “Metodologi Penelitian, Sebuah Pengantar”. Makalah disajikan


dalam lokakarya Metodologi Penelitian bagi Dosen-dosen Senior STIE Surakarta.
Surakarta, 13 Juni.

m). Sumber Kutipan/Rujukan dari Internet Berupa Karya Individu.

Penulisan sumber kutipan dari internet berupa karya individu, nama penulis ditulis
seperti rujukan dari bahan cetak, diikuti secara berturut-turut tahun, judul karya tersebut
diapit tanda kutip dengan diberi keterangan dalam kurung (Online), dan diakhiri dengan
alamat sumber rujukan tersebut disertai dengan keterangan kapan diakses, diantara
tanda kurung. Contoh:

Abadi, C.J. 2002. “Kumis Kucing”, (Online), (htt”//www. Chang.jaya-abadi.com.jamu-


jawa04htm/, diakses 12 Desember 2003).

n). Sumber Kutipan/Rujukan dari Internet Berupa Artikel dari Jurnal.

Penulisan sumber kutipan dari internet berupa artikel dari jurnal, nama penulis ditulis
seperti rujukan dari bahan cetak, diikuti secara berturut-turut tahun, judul artikel, nama
jurnal diapit tanda kutip dengan diberi keterangan dalam kurung (Online), volume dan
nomor, dan diakhiri dengan alamat sumber rujukan tersebut disertai dengan keterangan
kapan diakses, diantara tanda kurung. Contoh:

Griffith, A.I. 1995. “Coordinating Familiy and School: Mothering for Schooling”.
Education Policy Analysis Archive, (Online), Vol. 3, No. 1, (http://olam.ed.asu. Edu/e p
a a/, diakses 12 Februari 1997).
o). Sumber Kutipan/Rujukan dari internet Berupa Bahan Diskusi.

Penulisan sumber kutipan dari internet berupa bahan diskusi, nama penulis ditulis
seperti rujukan dari bahan cetak, diikuti secara berturut-turut oleh tanggal, bulan, tahun,
topik bahan diskusi, nama bahan diskusi diapit tanda kutip dengan diberi keterangan
dalam kurung (Online), dan diakhiri dengan alamat e-mail sumber rujukan tersebut
disertai dengan keterangan kapan diakses, diantara tanda kurung. Contoh:

Wilson, D. 20 November 1995. “Summary of Citing Internet Sites”. NETTRAIN


Discussion List, (Online), (NETTRAIN@ubvm.cc.buffalo.edu, diakses 22 Nopember
1995).

p). Sumber Kutipan/Rujukan dari Internet Berupa E-mail Pribadi

Penulisan sumber kutipan dari internet berupa e-mail pribadi, yakni nama pengirim (jika
ada) dan disertai keterangan dalam kurung (alamat e-mail pengirim), diikuti secra
berturut-turut oleh tanggal, bulan, tahun, topik isi bahan (diapit tanda kutip), nama yang
dikirim disertai keterangan dalam kurung (alamat e-mail yang dikirim). Contoh:

Naga, Dali S. (ikip-jk@indo.net.id). 1 Oktober 1997. “Artikel untuk JIP”. E-mail


kepada Ali Saukah (jipsi@mlg.ywcn.or.id).

Demikian beberapa ketentuan atau aturan cara penulisan sumber kutipan dalam daftar
kepustakaan bersama dengan contohnya. Diharapkan dengan mengetahui ketentuan
seperti di atas, seorang penulis betul-betul memaparkan tulisan atau hasil karya
ilmiahnya dengan penuh tanggung jawab dan berkualitas. Semua sumber kutipan atau
rujukan pada umumnya ada kesamaan dalam penulisannya dalam daftar kepustakaan,
akan tetapi terkadang secara spesifik ada perbedaan diantara satu sama lain sumber
kutipan tersebut dalam penulisannya.

Anda mungkin juga menyukai