Anda di halaman 1dari 18

ANALISIS TEKS BERITA

DALAM PARADIGMA WACANA


KRITIS

disusun oleh
Muhamad Jayadi (20187179068)
Nuring WBR. (20187179025)
Sari Rahayu (20187179102)
Pendahuluan

Paradigma ini memiliki sejumlah asumsi


mengenai cara menjalankan penelitian dan cara
menganalisis teks media. Dalam studi penelitian
isi media, paling tidak ada dua paradigma besar.
Pertama, paradigma positivistik atau juga dikenal
dengan empiris/ pluralis. Kedua, paradigma
kritis.
Paradigma positivistik
Proses komunikasi mengarah pada terciptanya
konsensus dan kesamaan arti. Karena itu, media dilihat
sebagai saluran yang bebas, tempat beragam
pandangan bertemu dan bersatu. Paradigma ini
percaya bahwa masa depan dapat diprediksikan dan
dikontrol. Paradigma positivistik menekankan
objektivitas bahwa fenomena dunia dapat dijelaskan
dengan hukum-hukum yang objektif, rasional, dan
dapat diuji. Dalam bidang penelitian isi media, aliran
ini mengembangkan studi analisis isi yang kuantitatif
dengan sampel yang ketat dan perhitungan statistik
yang matematis.
Pradigma Kritis
Paradigma kritis berargumentasi, melihat
komunikasi, dan proses yang terjadi di dalamnya
dengan pandangan holistik. Menghindari konteks
sosial akan menghasilkan distorsi yang serius.
Paradigma kritis berada dalam makro analisis dan
bergerak dalam struktur sosial ekonomi masyarakat.
Komunikasi tidak dapat dilepaskan dari kekuatan-
kekuatan yang ada yang memengaruhi
berlangsungnya komunikasi. Dalam penelitian isi
media, umumnya kualitatif, menggunakan
penafsiran sebagai basis utama memaknai temuan.
PEMBAHASAN
Karakteristik penelitian teks dengan paradigma kritis
memandang bahwa realitas sosial bukanlah realitas yang
netral, tetapi dipengaruhi oleh kekuatan ekonomi, politik, dan
sosial. Karena itu, konsentrasi analisis pada paradigma kritis
adalah menemukan kekuatan yang dominan tersebut dalam
memarjinalkan dan meminggirkan kelompok yang tidak
dominan. Dalam studi analisis teks berita, paradigma kritis
berpandangan bahwa berita bukanlah sesuatu yang netral dan
menjadi ruang publik dari berbagai pandangan yang
berseberangan dalam masyarakat. Sebaliknya, media adalah
ruang tempat kelompok dominan menyebarkan pengaruhnya
dengan meminggirkan kelompok lain yang tidak dominan.
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian kritis adalah untuk mengkritik dan
mentransformasi hubungan sosial yang timpang. Peneliti
melakukan penelitian didasarkan pada penguatan masyarakat,
terutama masyarakat bawah. Karena itu, tujuan penelitian kritis
adalah mengubah dunia yang timpang, yang banyak didominasi
oleh kekuasaan yang menindas kelompok bawah. Hal ini
memungkinkan peneliti untuk terlibat dalam menegasikan relasi
yang nyata mengungkapkan mitos dan ilusi, menunjukkan
bagaimana dunia yang penuh ketimpangan sembari menegaskan
bagaimana seharusnya dunia itu. Intinya, penelitian kritis
bertujuan untuk menghilangkan keyakinan dan gagasan palsu
tentang masyarakat dan mengkritik sistem kekuasaan yang tidak
seimbang dan struktur yang mendominasi dan menindas orang.
Tujuan penelitian ini tentu saja berlainan dengan tipe kategori
positivistik.
Realitas yang Akan Diteliti
 Paradigma kritis memahami realitas bukan dibentuk oleh alam,
tetapi dibentuk oleh manusia. Hal ini tidak berarti bahwa setiap
orang membentuk realitasnya sendiri-sendiri, tetapi orang yang
berada dalam kelompok dominanlah yang menciptakan realitas,
dengan memanipulasi mengondisikan orang lain agar
mempunyai penafsiran dan pemaknaan seperti yang mereka
inginkan. Misalnya, penelitian mengenai pemberitaan
kekerasan terhadap wanita.
 Dalam pandangan kritis, realitas berada dalam suatu konflik,
ketegangan, dan kontradiksi yang berjalan terus-menerus
disebabkan oleh dunia yang berubah secara konstan. Sehingga,
apa yang disebut realitas sering kali bukanlah realitas, hanya
ilusi yang menyebabkan distorsi pengertian dalam masyarakat.
Fokus Penelitian
Dalam pandangan kritis, hubungan antara peneliti
dengan realitas yang diteliti selalu dijembatani
oleh nilai-nilai tertentu. Penempatan sumber berita
yang menonjol dibandingkan sumber lain,
menempatkan wawancara seorang tokoh lebih
besar dari tokoh lain, liputan yang hanya satu sisi
dan merugikan pihak lain, tidak berimbang, dan
secara nyata memihak satu kelompok tidaklah
dianggap sebagai kekeliruan atau bias, tetapi
dianggap memang itulah praktik yang dijalankan
oleh wartawan
Konsep ideologi menolong pemahaman akan
alasan wartawan melakukan itu. Artinya, ideologi
wartawan dan media bersangkutanlah yang
secara strategis menghasilkan laporan semacam
itu. Ideologi wartawanlah yanng membuat liputan
berita memihak satu pandangan, menempatkan
pandangan satu lebih penting dibandingkan
pandangan kelompok lain. Hal semacam ini
dianggap sebagai hal tidak benar bagi pandangan
positivistik, tetapi dalam pandangan kritis
dipandang sebagai praksis jurnalistik, wujud dari
pencerminan ideologi.
Media di sini dipandang sebagai instrumen
ideologi, cara satu kelompok menyebarkan
pengaruh dan dominasinya kepada kelompok lain.
Media tidak dipandang sebagai wilayah yang
netral, melainkan menjadi subjek, dapat
mengonstruksi realitas atas penafsiran dan
definisinya sendiri untuk disebarkan kepada
khalayak. Media berperan dalam mendefinisikan
realitas. Ada dua peran yang dimainkan media.
Pertama, media adalah sumber kekuasaan
hegemonik, tempat kesadaran khalayak dikuasai.
Kedua, media juga dapat menjadi sumber
legitimasi.
Melalui media, mereka yang berkuasa dapat
memupuk kekuasaannya agar tampak absah, benar,
dan memang seharusnya seperti itu. Proses itu
melibatkan suatu usaha pemaksaan yang terus-
menerus yang di antaranya melalui pemberitaan
sehingga khalayak tanpa sadar terbentuk
kesadarannya tanpa paksa. Di sini, pemberitaan
tertentu tidak dianggap sebagai sesuatu yang bias atau
distorsi, tetapi semata sebagai akibat dari ideologi
tertentu dari media tersebut. Ideologi itulah yang
menentukan suatu fakta dipahami, fakta apa yang
diambil dan mana yang dibuang. Semua proses ini
dipandang sebagai konsekuensi ideologi, bukan
sebagai bias atau kesalahan wartawan.
Posisi Penelitian
Salah satu sifat analisis kritis adalah pandangan
yang menyatakan bahwa peneliti bukanlah subjek
yang bebas nilai ketika memandang subjek
penelitian. Analisis kritis menolak pandangan
positivistik yang memandang peneliti sebagai
subjek yang netral dan bebas nilai. Keberpihakan
dan posisi peneliti atas suatu masalah sangat
menentukan penafsiran suatu data atau teks.
Misalnya, analisis pemberitaan atas kekerasan
wanita. Ideologi peneliti (misalnya feminis) akan
sangat memengaruhi pemaknaan dan penafsiran teks
itu. Peneliti yang mempunyai pandangan feminis
percaya bahwa posisi wanita dan laki-laki
seharusnya sejajar. Akan tetapi, dalam kenyataannya,
dalam masyarakat posisi wanita selalu dimarjinalkan
dan dipinggirkan. Dengan posisi semacam ini, tentu
saja peneliti lebih berpihak kepada wanita,
kelompok yang meskipun sebagai korban kekerasan,
tetapi posisinya terpinggirkan. Hal ini tentu ditolak
oleh pandangan positivistik karena keberpihakan
peneliti akan membuat hasil penelitian tidak
objektif.
Analisis kritis memandang peneliti seperti
layaknya seorang aktivis yang mempunyai
komitmen terhadap nilai-nilai tertentu yang harus
diperjuangkan. Peneliti menunjukkan dan
mengkritik media bahwa selama ini media ikut
melestarikan bias gender dengan
menggambarkan wanita secara buruk.
Cara Penelitian

 Dalam penelitian kritis, tidak dapat dihindari


unsur subjektivitas. Ketika menafsirkan teks,
pengalaman, latar belakang budaya peneliti,
pendidikan, afiliasi politik, bahkan keberpihakan
memengaruhi hasil interpretasi. Sehingga,
peneliti yang berbeda dapat menghasilkan
temuan dan penafsiran yang berbeda pula.
PENUTUP

Bagaimana kualitas penelitian dalam paradigma


kritis harus dinilai? Dalam pandangan
positivistik, kualitas penelitian umumnya
disimbolkan dengan validitas dan reliabilitas.
Meskipun penelitian dilakukan oleh orang yang
berbeda, hasil penelitian akan sama. Hal ini tidak
dapat dilepaskan dari pandangan realitas
dianggap ada, real, objektif, dan tidak berubah.
Pandangan ini ditolak oleh paradigma kritis. Manusia bukanlah
robot atau mesin yang tidak berubah dan dapat diprediksikan.
Sebaliknya, setiap orang pada dasarnya memiliki penafsiran
yang beragam atas suatu masalah. Kualitas suatu penelitian
tidak harus diukur dengan validitas dan reliabilitas. Penelitian
dalam pandangan kritis dipandang bagus jika peneliti mampu
memperhatikan konteks sosial, ekonomi, politik, dan analisis
komprehensif yang lain. Dengan cara demikian, penafsiran
subjektif yang dilakukan peneliti dapat kuat karena interpretasi
yang dilakukan mampu menutup kemungkinan adanya
interpretasi lain. Keunggulan studi semacam ini akan sangat
bergantung pada kemampuan peneliti dalam membangun
pijakan teoretis dan kerangka pemikiran yang kuat sebagai
pijakan dalam melakukan penalaran sehingga penafsiran yang
dihasilkannya pun mempunyai argumentasi yang memadai.
SEKIAN DAN
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai