Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

UNSUR- UNSUR WACANA

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kajian


Wacana Dosen Pengampu : Dr. Masrin, M.Pd

Disusun oleh Kelompok 5:


Nama : NPM:

1. Agus Sunarya 20187179016


2. Ferry Yanto 20187179053
3. Yunidah 20187179092

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA


FAKULTAS PASCASARJANA
UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI 2020
BAB I
PENDAHULUAN

Wacana adalah satuan bahasa yang lengkap, sehingga dalam hierarki


gramatikal merupakan satuan gramatikal tertinggi atau terbesar.(Chaer (2012:
267) Selain itu, wacana adalah kesatuan bahasa yang terlengkap dan tertinggi atau
terbesar di atas kalimat atau klausa dengan koherensi dan kohesi yang tinggi yang
berkesinambungan, yang mampu mempunyai awal dan akhir yang nyata,
disampaikan secara lisan dan tertulis (Badudu dalam Eriyanto, 2012: 2).

Pendapat yang lebih lengkap dapat dirujuk pada pendapat Kridalaksana


(2008: 208) menyatakan bahwa wacana (discours)adalah satuan bahasa
terlengkap; dalam hierarki gramatikal merupakan satuan gramatikal tertinggi
atau terbesar. Wacana direalisasikan dalam bentuk karangan yang utuh (novel,
buku, seri ensiklopedi, dan sebagainya), paragraf, kalimat, atau kata yang
membawa amanat lengkap.

Wacana adalah kesatuan makna (semantis) antarbagian di dalam suatu


bangun bahasa. Dengan kesatuan makna, wacana dilihat sebagai bangun bahasa
yang utuh karena setiap bagian di dalam wacana itu berhubungan secara padu. Di
samping itu, wacana juga terikat pada konteks. Sebagai kesatuan yang abstrak,
wacana dibedakan dari teks, tulisan, bacaan, dan tuturan yang mengacu pada
makna yang sama, yaitu wujud konkret yang terlihat, terbaca, atau terdengar.
Pemahaman terhadap wacana akan memudahkan kita memahami bahasa secara
lebih luas tidak saja dari struktur formal bahasa tetapi juga dari aspek di luar
bahasa (konteks).

Mulyana (2005:7) dalam bukunya “Kajian Wacana” mengemukakan


bahwa wacana dalam keseluruhannya memiliki dua unsur terpenting yang
membangunnya, yaitu unsur internal dan eksternal wacana. Unsur internal
wacana terdiri atas satuan kata atau kalimat. Yang dimaksud dengan satuan kata

1
dan kalimat adalah tuturan yang berwujud satu kata. Untuk menjadi susunan
wacana yang lebih besar, susunan kata atau kalimat itu harus saling berkaitan
dan bersatu.

Sedangkan unsur eksternal wacana adalah bagian wacana yang tidak


bersifat eksplisit, atau bisa dikatakan sebagai satuan diluar konteks wacana.
Unsur-unsur eksternal ini terdiri atas implikatur, presuposisi, referensi, inferensi,
dan konteks. Kehadirannya berfungsi sebagai pelengkap keutuhan wacana,
sehingga akan memiliki makna penuh yang diterima oleh pembaca atau lawan
tutur. Untuk lebih jelasnya akan dijelaskan berikut ini.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Unsur-unsur Internal Wacana


Unsur internal wacana berkaitan dengan aspek formal kebahasaan.
Unsur internal suatu wacana terdiri atas satuan kata atau kalimat. Satuan kata
adalah kata yang berposisi sebagai kalimat. Untuk menjadi satuan wacana
yang besar, satuan kata atau kalimat tersebut akan bertalian, dan bergabung
membentuk wacana.. (Mulyana, 2005 : 9).
1. Kata dan Kalimat
Yang dimaksud dengan satuan kata adalah tuturan yang berwujud satu
kata, untuk menjadi satuan yang lebih besar, sehingga akan menjadi bagian
kalimat yang utuh. Jika dilihat dalam struktur yang lebih besar, kata
merupakan bagian dari kalimat, karena katalah yang bersatu membentuk
kesatuan sehingga menjadi sebuah kalimat yang utuh. Akan tetapi tidak
menutup kemungkinan sebuah kalimat tidak terdiri dari beberapa kata,
kalimat satu kata ini harus merupakan pengungkapan atau tuturan pendek
yang memiliki esensi sebagai kalimat. Kalimat pendek seperti ini sering
terdapat pada dialog atau percakapan, karena pada situasi dan kondisi
tertentu, orang cenderung berkomunikasi dengan kalimat pendek.
Contohnya sebagai berikut.
Ketika Suhaeba pulang dari kampus dan bertemu dengan Zulfikri.
Zulfikri : udah ke mana?
Suhaeba : kampus.
Zulfikri : emang dosen masuk?
Suhaeba : iya.
Kata atau kalimat yang mengisi unsur wacana harus memiliki makna
yang luas, informasi dan konteks yang jelas untuk mendukung sebuah
tuturan yang utuh. Pada dasarnya sebuah kata dijadikan sebagai kalimat

3
karena ada unsur lain yang mendukungnya (informasi yang utuh dan
pemahaman lawan tutur).
Kalimat di atas dapat dipahami pendengar atau pembaca karena ada
unsur lain, perhatikan ketika Zulfikri bertanya. Udah ke mana? Kemudian
dijawab oleh lawan tuturnya (kampus). Kata kampus ini sudah memiliki
potensi sebagai sebuah kalimat, karena makna yang terkandung di
dalamnya sudah utuh, sehingga dengan sendirinya penutur pertama
(Zulfikri) melontarkan pertanyaan kedua. Ada dosen? Dijawab lagi oleh
lawan tutur (iya). Hal tersebut membuktikan adanya pemahaman makna dan
penerimaan informasi secara utuh oleh pembaca atau pendengar. Sehingga
tidak perlu lagi melakukan obrolan yang panjang lebar, padahal hanya
mengungkap sedikit informasi.

2. Teks dan Konteks


Teks merupakan hasil dari sebuah proses wacana. Pada proses itu,
terdapat nilai-nilai, ideologi, emosi, serta kepentingan lain dari seorang
penulis wacana. Dengan demikian, memahami makna suatu teks tidak
cukup hanya dengan pemahaman tentang logika teks itu sendiri, namun
juga harus memahami tentang konteks (keaadaan) yang menyertai teks atau
tuturan tersebut. Jika salah dalam menafsirkan konteksnya, maka
pemahaman pesan dan makna akan terhambat. Perpaduan teks dan konteks
disebut disebut sebagai wacana.

Sumarlam (2005 : 47) menyatakan bahwa konteks wacana adalah


aspek internal  wacana dan segala sesuatu yang secara eksternal melingkupi
sebuah wacana. Berdasarkan pengertian tersebut, maka konteks wacana
secara garis besar dapat dibedakan menjadi dua kelompok yaitu konteks
bahasa dan konteks luar  bahasa. Konteks wacana terdiri atas berbagai unsur
seperti:

a. Latar (Setting and Scene)

4
Setting lebih bersifat fisik yang mengacu pada tempat dan waktu
terjadinya percakapan. Sedangkan scene (suasana) merupakan latar
psikis yang lebih mengacu pada suasana psikologi yang menyertai
peritiwa tuturan. Hal tersebut bisa dilihat dari contoh berikut.
Waktu pukul tujuh malam, desa Sanggeng sudah tampak sunyi
seperti kuburan. Melihat hal itu, Zulfikri segera menutup jendela dan
pintu. Keesokan harinya dia terbangun pada pukul enam, tak disangka
jalanan sudah sangat sidesaki oleh banyak orang.
b. Peserta (Participants)
Yaitu orang-orang yang terlibat dalam komunikasi baik secara
langsung maupun tidakm langsung. Dengan kata lain, peserta adalah
orang yang melakukan tuturan dengan orang lain, sedangkan keduanya
mendapatkan informasi sesuai dengan keinginannya.
c. Hasil (Ends)
Yaitu meliputi tujuan akhir dan tanggapan dari suatu pembicaraan
yang memang diharapkan oleh penutur
d. Amanat (act sequence )
Amanat adalah pesan berbentuk esai, iklan, pengumuman,
pemberitahuan dan sebagainya yang ditujukan kepada pendengar atau
pembaca
e. Cara (Key)
Mengacu pada konsep pelaksanaan percakapan. Misalnya dengan
cara bersemangat, santai, lemas dll.
f. Sarana (Instrumentalitis).
Sarana adalah wahana komunikasi yang dapat mengacu pada
pemakaian bahasa, apakah secara lisan atau tertulis.
g. Norma (Norm)
Norma adalah aturan prilaku peserta komunikasi. Misalnya
diskusi yang cenderung bersifat satu arah, atau pidato yang bersifat dua
arah dan lain sebagainya.
h. Jenis (Genre).

5
Jenis mengacu pada jenis wacana yang disampaikan, misalnya
wacana koran dan wacana puisi.

Intinya, istilah teks lebih dekat pemknaannya dengan bahasa tulis


dan wacana bahasa lisan. Sedangkan konteks adalah teks yang bersifat
sejajar, koordinatif, dan memiliki hubungan dengan teks lainnya. Sebagai
tambahan saja, konteks terdiri dari empat macam yaitu.
1) Konteks linguistik, yaitu meliputi kalimat-kalimat dalam percakapan.
2) Konteks epitemis, yaitu latar belakang pengetahuan sama yang
dimiliki peserta
3) Konteks fisik, yaitu tempat kejadian percakapan dan objek yang
disajikan dalam percakapan
4) Konteks sosial, yaitu hubungan sosial antara partisipan

B. Unsur-Unsur Eksternal Wacana


Unsur eksternal adalah sesutau yang menjadi bagian wacana, namun
tidak nampak secara eksplisit. Terdapat beberapa bagian unsur eksternal
wacana, yaitu implikatur, presuposisi, referensi, inferensi dan konteks.
1. Implikatur
Implikatur adalah ujaran yang menyiaratkan sesuatu yang berbeda
dengan sebenarnya yang diucapkan. Sesutu yang berbeda tersebut adalah
maksud pembicara yang dikemukakan secara samar. Dengan kata lain
implikatur adalah keinginan hati yang tersembunyi. Contoh.
Boy : malam ini sungguh indah.
Usi : iyaa. Indah sekali.
Boy : akan tersa lebih indah jika kita sudah terikat.
Usi : maksudmu?
Boy : oh tidak ada.

6
2. Presuposisi
Adalah perkiraan atau anggapan dasar mengenai konteks dan situasi
berbahasa, yang membuat bentuk bahasa menjadi bermakna untuk
pendengar atau pembaca. Contoh.
A : saya rasa kamu orang pintar.
B : ah tidak juga.
A : tapi itu kelihatan dari caramu belajar.
B : haha.. ada-ada saja.
3. Referensi
Referensi adalah hubungan kata atau benda yang dirujuknya. Referensi
merupakan prilaku pembicara atau penulis.
Contoh
Bangku itu terbuat dari kayu jati. Kayu jati merupakan salah satu bahan
pembuatan bangku yang sangat kuat dan tahan lama. Begitu juga harapan
dan keinginan seseorang. Harus layaknya sebuah kayu jati yang sukar
dimakan waktu.
4. Inferensi
Inferensi berarti kesimpulan. Dalam bidang wacana inferensi merupakan
bagian akhir yang dilakukan seseorang untuk mendapatkan informasi.
Tanpa adanya inferensi, informasi yang diterima oleh pembaca dan
pendengar akan menjadi sia-sia.
5. Konteks
Konteks berarti yang berkenaan dengan teks yang berarti benda-
benda yang terlibat dalam wacana tersebut. Menurut Brown dan
Yule , konteks adalah lingkungan (envirenment) atau keadaan
(circumstances) tempat bahasa digunakan.Contohnya dilingkungan kelas.

7
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Wacana adalah kesatuan makna (semantis) dalam bagian kebahasaan.
Dengan ketentuan makna, wacana dilihat sebgai bangunan bahasa yang utuh
karena hubungannya yang padu. Unsur yang membangun wacana ada dua
yaitu, unsur intrinsik meliputi (kata dan kalimat. Teks dan konteks) serta unsur
ekstrinsik yang meiliputi implikatur, presuposisi, referensi, inferensi, dan
konteks.

B. Saran
Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari
sempurna, hal ini dikarenakan masih minimnya pengetahuan penulis. Oleh
karena itu kritik dan saran yang membangun, penulis harapkan sebagai
perbaikan dan bahan evaluasi untuk penulisan ke depannya.

8
DAFTAR PUSTAKA

Arifin, E. Zaenal dkk.2012. Teori dan Kajian Wacana Bahasa Indonesia. Jakarta:
PT. Pustaka Mandiri.
Baywood. Sulistyono, Yunus, Margono, Sri Sumarsih, Depi Endang Sulastri. 2016.
Diksi dalam Wacana

Longman. Hasan, Alwi, dkk. 1993. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia.
Jakarta: Depdikbud

Mulyana. 2005. Kajian Wacana: Teori, Metode & Aplikasi Prinsip-prinsip


Analisis Wacana. Yogyakarta: Tiara Wacana. Oka, I.G.N. dan Suparno.
1994. Linguistik Umum. Jakarta:Dirjen DIKTI

Anda mungkin juga menyukai