1
dan kalimat adalah tuturan yang berwujud satu kata. Untuk menjadi susunan
wacana yang lebih besar, susunan kata atau kalimat itu harus saling berkaitan
dan bersatu.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
karena ada unsur lain yang mendukungnya (informasi yang utuh dan
pemahaman lawan tutur).
Kalimat di atas dapat dipahami pendengar atau pembaca karena ada
unsur lain, perhatikan ketika Zulfikri bertanya. Udah ke mana? Kemudian
dijawab oleh lawan tuturnya (kampus). Kata kampus ini sudah memiliki
potensi sebagai sebuah kalimat, karena makna yang terkandung di
dalamnya sudah utuh, sehingga dengan sendirinya penutur pertama
(Zulfikri) melontarkan pertanyaan kedua. Ada dosen? Dijawab lagi oleh
lawan tutur (iya). Hal tersebut membuktikan adanya pemahaman makna dan
penerimaan informasi secara utuh oleh pembaca atau pendengar. Sehingga
tidak perlu lagi melakukan obrolan yang panjang lebar, padahal hanya
mengungkap sedikit informasi.
4
Setting lebih bersifat fisik yang mengacu pada tempat dan waktu
terjadinya percakapan. Sedangkan scene (suasana) merupakan latar
psikis yang lebih mengacu pada suasana psikologi yang menyertai
peritiwa tuturan. Hal tersebut bisa dilihat dari contoh berikut.
Waktu pukul tujuh malam, desa Sanggeng sudah tampak sunyi
seperti kuburan. Melihat hal itu, Zulfikri segera menutup jendela dan
pintu. Keesokan harinya dia terbangun pada pukul enam, tak disangka
jalanan sudah sangat sidesaki oleh banyak orang.
b. Peserta (Participants)
Yaitu orang-orang yang terlibat dalam komunikasi baik secara
langsung maupun tidakm langsung. Dengan kata lain, peserta adalah
orang yang melakukan tuturan dengan orang lain, sedangkan keduanya
mendapatkan informasi sesuai dengan keinginannya.
c. Hasil (Ends)
Yaitu meliputi tujuan akhir dan tanggapan dari suatu pembicaraan
yang memang diharapkan oleh penutur
d. Amanat (act sequence )
Amanat adalah pesan berbentuk esai, iklan, pengumuman,
pemberitahuan dan sebagainya yang ditujukan kepada pendengar atau
pembaca
e. Cara (Key)
Mengacu pada konsep pelaksanaan percakapan. Misalnya dengan
cara bersemangat, santai, lemas dll.
f. Sarana (Instrumentalitis).
Sarana adalah wahana komunikasi yang dapat mengacu pada
pemakaian bahasa, apakah secara lisan atau tertulis.
g. Norma (Norm)
Norma adalah aturan prilaku peserta komunikasi. Misalnya
diskusi yang cenderung bersifat satu arah, atau pidato yang bersifat dua
arah dan lain sebagainya.
h. Jenis (Genre).
5
Jenis mengacu pada jenis wacana yang disampaikan, misalnya
wacana koran dan wacana puisi.
6
2. Presuposisi
Adalah perkiraan atau anggapan dasar mengenai konteks dan situasi
berbahasa, yang membuat bentuk bahasa menjadi bermakna untuk
pendengar atau pembaca. Contoh.
A : saya rasa kamu orang pintar.
B : ah tidak juga.
A : tapi itu kelihatan dari caramu belajar.
B : haha.. ada-ada saja.
3. Referensi
Referensi adalah hubungan kata atau benda yang dirujuknya. Referensi
merupakan prilaku pembicara atau penulis.
Contoh
Bangku itu terbuat dari kayu jati. Kayu jati merupakan salah satu bahan
pembuatan bangku yang sangat kuat dan tahan lama. Begitu juga harapan
dan keinginan seseorang. Harus layaknya sebuah kayu jati yang sukar
dimakan waktu.
4. Inferensi
Inferensi berarti kesimpulan. Dalam bidang wacana inferensi merupakan
bagian akhir yang dilakukan seseorang untuk mendapatkan informasi.
Tanpa adanya inferensi, informasi yang diterima oleh pembaca dan
pendengar akan menjadi sia-sia.
5. Konteks
Konteks berarti yang berkenaan dengan teks yang berarti benda-
benda yang terlibat dalam wacana tersebut. Menurut Brown dan
Yule , konteks adalah lingkungan (envirenment) atau keadaan
(circumstances) tempat bahasa digunakan.Contohnya dilingkungan kelas.
7
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Wacana adalah kesatuan makna (semantis) dalam bagian kebahasaan.
Dengan ketentuan makna, wacana dilihat sebgai bangunan bahasa yang utuh
karena hubungannya yang padu. Unsur yang membangun wacana ada dua
yaitu, unsur intrinsik meliputi (kata dan kalimat. Teks dan konteks) serta unsur
ekstrinsik yang meiliputi implikatur, presuposisi, referensi, inferensi, dan
konteks.
B. Saran
Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari
sempurna, hal ini dikarenakan masih minimnya pengetahuan penulis. Oleh
karena itu kritik dan saran yang membangun, penulis harapkan sebagai
perbaikan dan bahan evaluasi untuk penulisan ke depannya.
8
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, E. Zaenal dkk.2012. Teori dan Kajian Wacana Bahasa Indonesia. Jakarta:
PT. Pustaka Mandiri.
Baywood. Sulistyono, Yunus, Margono, Sri Sumarsih, Depi Endang Sulastri. 2016.
Diksi dalam Wacana
Longman. Hasan, Alwi, dkk. 1993. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia.
Jakarta: Depdikbud