PEMBAHASAN
1. WACANA
A. Pengertian Wacana
Istilah Wacana secara etimologi, “wacana” berasal dari bahasa
Sansekerta wac/wak/vak, artinya ‘berkata’, ‘berucap’ (Douglas, 1976:266). Bila
dilihat dari jenisnya, maka kata wac dalam lingkup morfologi bahasa Sansekerta,
termasuk kata kerja golongan III parasmaepada(m) yang bersifat aktif, yaitu
‘melakukan tindakan ujaran’. Kata tersebut kemudian mengalami perubahan menjadi
wacana. Bentuk ana yang muncul dibelakang adalah sufiks (akhiran), yang bermakna
‘membedakan’ (nominalisasi). Jadi kata wacana dapat diartikan sebagai ‘perkataan’
atau ‘tuturan’.
Kata wacana secara umum mengacu pada artikel, percakapan, atau dialog,
karangan, pernyataan. Jika kita membaca Kamus Besar Bahasa Indonesia maka
wacana adalah bahan bacaan, percakapan atau tuturan. Kata wacana digunakan
sebagai istilah yang merupakan padangan dari istilah discourse dalam bahasa Inggris.
1. Wacana, Discourse, Discursus
Oleh para ahli linguis Indonesia dan negara-negara berbahasa Melayu lainya,
istilah wacana sebagai mana diuraikan diatas, dikenalkan dan digunakan sebagai
bentuk terjemahan dari istilah bahas Inggris ‘discourse’ (Dede Oetomo, 1993:3).
Kata discourse sendiri berasal dari bahasa Latin ‘discursus’ yang berarti ‘lari ke sana
kemari’, ‘lari bolak-balik’. Kata ini dituturkan dari ‘dis’ (dari/dalam arah yang
berbeda) dan ‘currere’ (lari). Jadi discursus berarti ‘lari dari arah yang berbeda’.
Perkembangan asal usul kata itu dapat digambarkan sebagai berikut.
Unsur pembeda antara ‘bentuk wacana’ dengan ‘bentuk bukan wacana’ adalah
pada ada tindakanya kesatuan makna (organisasi semantis) yang dimilikinya. Oleh
karenanya, kriteria yang relatif paling menentukan dalam wacana adalah keutuhan
maknanya. Ketika seseorang di suatu warung makan mengatakan:
b) Jaman sekarang disebut sebagai jaman modern. Sekarang ini banyak orang
bingung tidak tahu jalan. Kendaraan di jalan tol sangat padat.
Makna dan amanat setiap kalimat pada bentuk (2) di atas sangat jelas dan
mudah dipahami. Bahkan, terdapat alat kohesi (repetisi) antar kalimat.
Misalnya jaman sekarang – sekarang ini, tidak tahu jalan – jalan tol. Akan tetapi
bentuk tersebut bukan wacana. Hal itu disebabkan, secara keseluruhan bentuk tadi
tidak memiliki hubungan makna antar kalimat. Tiap-tiap kalimat berdiri sendiri.
Artinya, makna kalimat tersebut satu sama lain terputus. Bentuk tersebut sama
sekali tidak komunikatif, sehingga sulit dimengerti kaitan makna antar kalimat
yang satu dengan kalimat lainnya.
Contoh tersebut kiranya menjelaskan apa yang dikatan para ahli bahasa tentang
wacana. Anton M. Moeliono (1988:334), mengatakan bahwa wacana adalah rentetan
kalimat yang berkaitan, yang menghubungkan proposisi yang satu dengan lainnya
dalam kesatuan makna. Disamping itu, wacana juga berarti satuan bahasa
terlengkap, yang dalam hirarki kebahasaan merupakan satuan gramatikal tertinggi
dan terbesar.
Tiap kajian wacana akan selalu mengaitkan unsur-unsur satuan kebahasaan yang
ada dibawahnya, seperti fonem, morfem, frasa, klausa, atau kalimat disamping itu,
kajian wacana juga menganalisis makna dan konteks pemakaiannya.
B. Ragam Wacana
Dalam wacana ini yang terlibat pembicaraan dalam berkomunikasi. Ada tiga jenis
wacana berdasarkan wacana jumlah peserta yang ikut ambil bagian sebagai
pembicaraan, yaitu monolog, dialog, dan polilog.
a) Wacana Monolog
b) Wacana Dialog
Kemudian, apabila peserta dalam komunikasi itu ada dua orang dan terjadi
pergantian peran (dari pembicaraan menjadi pendengar atau sebaliknya), wacana
yang dibentuknya disebut dialog. Contoh dari wacana dialog, adalah antara dua
orang yang sedang mengadakan perbincangan di sekolah. Situasinya bisa resmi dan
tidak resmi.
c) Wacana Polilog
Adapun apabila peserta dalam komunikasi itu lebih dari dua orang dan terjadi
pergantian peran, wacana yang dihasilkan disebut polilog. Contohnya adalah
perbincangan antara beberapa orang dan mereka memiliki peran pembicaraan dan
pendengar. Situasinya pun bisa resmi dan tidak resmi.
a) Wacana Argumentasi
Namun, yang menjadi kekawatiran adalah adanya efek negatif akibat dosis
vitamin dan mineral yang dikonsumsi secara berlebihan, terutama oleh mereka
yang memiliki kondisi tubuh yang sehat. Sejumlah penelitian mengungkapkan
bahwa multivitamin tidak terbukti dapat mencegah timbulnya suatu penyakit dan
suplemen vitamin juga tiadak bisa memperbaiki gizi yang buruk akibat pola
makan yang sembarangan. Bahkan meminum jenis vitamin dan mineral dalam
dosis tinggi dalam jangka waktu panjang bisa memicu resiko timbulnya penyakit
tertentu. (Reader’s Digest Indonesia, Oktober 2004).
b) Wacana Eksposisi
Wacana ini juga menyajikan penjelasan yang akurat dan padu mengenai topik-
topik yang rumit, seperti struktur negara atau pemerintahan, teori tentang
timbulnya suatu penyakit. Ia juga digunakan untuk menjelaskan terjadinya
sesuatu, beroprasinya sebuah alat dan sebagainya. Contoh wacana eksposisi:
Agar diperoleh hasil maksimal, perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
2) Selain itu juga diperhatikan apakah gigi tersebut masih aktif atau tidak.
c) Wacana Persuasi
Wacana persuasi adalah wacana yang bertujuan mempengaruhi mitra tutur untuk
melakukan perbuatan sesuai yang diharapkan penuturnya. Untuk mempengaruhi
pembacanya, biasanya digunakan segala daya upaya yang membuat mitra tutur
terpengaruh. Untuk mencapai tujuan tersebut, wacana persuasi kadang
menggunakan alasan yang tidak rasional. Persuasi sesungguhnya merupakan
penyimpangan dari argumentasi, dan khusus berusaha mempengaruhi orang lain
atau para pembaca. Agar pendengar atau pembaca melakukan sesuatu bagi orang
yang mengadakan persuasi, walaupun yang dipersuasi sebenarnya tidak terlalu
percaya akan apa yang dikatakannya itu. Persuasi lebih mengutamakan untuk
menggunakan atau memanfaatkan aspek-aspek pesikologis untuk mempengaruhi
orang lain. Jenis wacana persuasi yang paling sering kita temui adalah kampanye
dan iklan. Contoh wacana iklan sebagai berikut.
“pakai Daia, lupakan yang lain. Dengan harga yang semurah ini, membersihkan
tumpukan pakaian kotor Anda, menjadi lebih bersih cemerlang”.
d) Wacana Deskripsi
Wacana deskripsi adalah bentuk wacana yang berusaha menyajikan suatu objek
atau suatu hal sedemikian rupa sehingga objek itu, sepertinya dapat dilihat,
dibayangkan oleh pembaca, seakan-akan pembaca dapar melihat sendiri. Deskripsi
memiliki fungsi membuat para pembacanya seolah melihat barang-barang atau
objeknya. Sebuah diskripsi mengenai rumah diharapkan menyajikan banyak
penampilan individu dan karakteristik dari rumah itu, dan beberapa aspek yang
dapat dianalisis, seperti besarnya, materi konstruksinya, dan rancangan
arsitekturnya.
Secara singkat deskripsi bertujuan membuat para pembaca menyadari apa yang
diserap penulis melalui panca indranya, merangsang perasaan pembaca mengenai
apa yang digambarkan, menyajikan suatu kualitas pengalaman langsung. Objek
yang dideskripsikan mungkin sesuatu yang bisa ditangkap dengan panca indra kita,
sebuah hamparan sawah yang hijau dan pemandangan yang indah, jalan-jalan kota,
tikus-tikus selokan, wajah seorang yang cantik molek atau seseorang yang bersedih
hati, alunan musik atau gelegar guntur dan sebagainya. Contoh:
Pada jeram pertama perahu besar berbalik arah, lalu memasuki jeram ketiga
dengan bagian buritan terlebih dahulu, sampai akhirnya… brak! Perahu
menghantam batu besar seukuran 4 x 3 meter, dan menempel pada batu dalam
keadaan miring. (“Jeram Maut,” Reader’s Digest Indonesia¸Oktober 2004).
e) Wacana Narasi
Wacana narasi merupakan satu jenis wacana yang berisi cerita. Pada wacana narasi
terdapat unsur-unsur cerita yang penting, seperti waktu, pelaku, peristiwa. Adanya
aspek emosi yang dirasakan oleh pembaca atau penerima. Melalui narasi, pembaca
atau penerima pesan dapat membentuk citra atau imajinasi. Contoh wacana narasi:
Sewaktu aku duduk di ruang pengadilan yang penuh sesak itu, menunggu
perkaraku disidangkan, dalam hatiku bertanya-tanya berapa banyak orang-orang
hari ini di sini yang merasa, seperti apa yang kurasakan bingung, patah hati, dan
sangat kesepian. Aku merasa seolah-olah aku memikul beban berat seluruh dunia
di pundaku.
Pada wacana tersebut, juga terdapat prinsip interpretasi lokal, misalnya terdapat
kata, negara-negara maju, sekarang. Sedangkan untuk prinsip interpretasi analogi,
pembaca wacana tersebut tentunya dapat meng interpretasi isi wacana tersebut sesuai
dengan pengalamannya dalam mengetahui tentang baiknya mengonsumsi makanan
berkalori rendah demi kesehatanya.
2. ALINEA
A. Pengertian Alinea
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,Edisi ke-3,dari terbitan Departemn
Pendidikan Nasional tertera penjelasan bahwa alinea adalah bagian wacana yang
mengungkapkan suatu pikiran yang lengkap atau satu tema yang dalam ragam tulis
ditandai oleh baris pertama yang menjorok kedalam atau jarak spasi yang lebih.Dalam
kamus tersebut alinea diartikan pula sebagai paragraf. Bila ditelaah pengertian
alinea,seperti yang tercantum dalam sumber tersebut,dapat ditarik
simpulan.Simpulannya adalah alina berisi “sesuatu” dan penulisan alinea selalu dimulai
dengan baris yang baru yang dimajukan atau indentation.
Menurut pengamatan penulis,ada beberapa ciri atu karakteristik alinea antara
lain,sebagai berikut.
1) Setiap alinea mengandung makna,pesan,pikiran,atau ide pokok yang relevan
dengan ide pokok keseluruhan karangan.
2) Alinea umumnya dibangun oleh sejumlah kalimat.
3) Alinea adalah satu kesatuan ekspresi pikiran.
4) Alinea adalah kesatuan yang koheren dan padat
5) Kalimat-kalimat alinea tersusun secara logis-sistematis.
Berdasarkan penganalisisan atas beberapa sumber yang memberikan keterangan
tentang alinea serta dilengkapi atau dipadukan dengan hasil pengamatan penulis
terhadap karakteristik alinea,sampailaah penulis pada suatusimpulan bahwa definisi
alinea sebagai berikut: alinea adalah seperangkat kalimat yang tersusun logis-sistematis
yang merupakan satu kesatuan akspresi pikiraa yng relevan dan mendukung pikiran
pokok yang tersirat dalam keseluruhan karangan.
B. Fungsi Alinea
Sesuatu yang bersipat abstrak lebih sukar dipahami daripada sesuatu yang lebih
kecil dan konkret.Pada dasarnya,pemahaman adalah memahami bagian-bagian kecil
serta hubungan antarbagian-bagian itu dalam rangka keseluruhan.Karangan pun dapat
dikatagorikan sebagai sesuatu yang abstrak.Untuk memahaminya,karangan perlu
dipecah-pecah menjadi bagian-bagian kecil yang dikenal dengan nama alinea.
Berdasarkan penjelasan di atas,tersirat dua fungsi alinea,yaitu ke-(1) sebagai
penampung dari sebagian kecil jalan pikiran atau ide pokok keseluruhan karangan dan
ke-(2) memudahkan pemahaman jalan pikiran atau ide pokok.
Penulisan alinea yang terencana baik selalu bersipat logis-sistematis.Alinea yang
tersusun baik merupakan alat bantu,baik bagi pengarang maupun bagi
pembca.Seperangkat kalimat itu akan mengembangkan jalan pikirannya secara
sistematis pula.Fungsi alinea yang ke-(3) adalah memungkinkan pengarang melahirkan
jalan pikirannya secara sistematis.Bagi para pembaca,kalimat-kalmat yang tersusun
secara sistematis itu sangat memudahkan menelusuri serta memahami jalan pikiran
pengarang.Fungsi alinea yang ke-(4) adalah mengarahkan pembaca dalam mengikuti
alur pikiran pengarang serta memahaminya.
Alinea yang baik selalu berisi ide pokok.Ide pokok itu merupakan bagian yang
integral dari ide pokok yang terkandung dalam keselurihan karangan.Ide pokok alinea
tidaak hanya merupakan bagian dari ide pokok keseluruhan,tetapi juga memiliki
relevansidan menunjang ide pokok tersebut.melalui ide pokok yang tersirat dari setiap
alinea,pembaca akan sampai pada pemahaman total isi karangan.dalam hal ini,dapat
dikatakan bahwa fungsi alinea ke-(5) adalah sebagai alat penyamp[ai pikiran.Sementara
itu,fungsi alinea ke-(6) adalah sebagai penanda pikiran baru dimulai.
Dalam rangka keseluruha karangan,alinea sering juga digunakan sebagi
pengantar,transisi atu peralihan dari satu bab ke bab lainnya.Bahkan, tidak jarang alinea
digunakan sebagai penutup.Di sini,alinea berfungsi sebagai pengantar,tarnsisi,dan
konklusi. Dengan demikian,dapat disimpulkan bahwa alinea berfungsi sebagai berikut :
1) Sebagai penampung dari sebagian kecil jala pikiran atau ide pokok keseluruhan
karangan .
2) Memudahkan pemahaman jalan pikiran atau ide pokok pengarang.
3) Alat bagi pengarang untuk mengembangkan jalan pikirn secara sistematis.
4) Pedoman bagi pembaca untuk mengikuti dan memahami alur pikiran pengarang.
5) Sebagai penyampai pikiran atau ide pokok pengarang kepada pembaca.
6) sebagai penanda bahwa piiran baru dimulai Dalam rangka keseluruhan
karangan,alinea dapat berfungsi sebagi pengantar,transisi,dan penutup (konklusi).
C. Jenis-Jenis Alinea
Berdasarkan penempatan ide pokok pada alinea,dapat ditentukan jenis alinea yang
akan dibuat.
1. Alinea deduktif Apabila ide pokok di tempatkan pada bagian awal alinea,maka
alinea ini disebut deduktif.
2. Alinea induktif Apabila ide pokoknya ditempatkan pada bagian akhir,maka alinea
ini disebut induktif.
3. Alinea campuran Alinea yang ide pokoknya secara simultan ditempatkan pada
bagian awal dan akhir disebut alinea campuran.Biasanya ide yang terdapat pada
bagian akhir merupakan pengulangan ide yang terdapat pada bagian awal.
4. Alinea deskriptif Pada jenis alinea ini ide pokok tidak ditempatkan pada salah
satu kalimat yang membangun alinea karena tidak ada satu pun yang lebih
penting daripada ide lainnya.ide pokoknya merupakan kesimpulan tersirat yang
tidak dicantumkan pada alinea tersebut.jadi,ide pokok disini tidak dinyatakan
secara eksplisit.
Jenis alinea dapat pula ditentukan berdasarkan cara kita mengembangkan ide dan
alat Bantu yang digunakan untuk menjaga kesinambungan pengungkapan ide atau
keruntunan ide.jenis alinera tersebut adalah :
1. Alinea definisi
2. Alinea contoh
3. Alinea perbandingan
4. Alinea anlogi
5. Alinea klimaks atau induktif
6. Alinea anti klimaks atau deduktif
7. Alinea campuran
8. Alinea sebab akibat
9. Alinea proses
10. Alinea deskriptif
B. Kalimat Majemuk
Kalimat majemuk adalah kalimat yang mempunyai dua pola atau lebih. Kalimat
majemuk ini terdiri dari induk kalimat dan anak kalimat. Cara membedakan anak
kalimat dan induk kalimat yaitu dengan melihat letak konjungsi. Induk kalimat tidak
memuat konjungsi di dalamnya, konjungsi hanya terdapat pada anak kalimat.
Setiap kalimat majemuk mempunyai kata penghunbung yang berbeda, sehingga
jenis kalimat tersebut dapat diketahui dengan cara melihat kata penghubung yang
digunakannya. Jenis-jenis kalimat mejemuk adalah:
Kalimat majemuk terdiri atas dua atau lebih kalimat tunggal yang saling
berhubungan baik kordinasi maupun subordinasi. Kalimat majemuk dapat dibedakan
atas 4 jenis, yaitu:
1. Kalimat Majemuk Setara (KMS)
Kalimat ini terbentuk dari kalimat tunggal yang digabungkan dan masing-
masing kalimat masih dapat berdiri sendiri sehingga pola kalimatnya tetap
sederajat.
Contoh:- Kami mencari bahan dan mereka meramunya.
Kalimat majemuk setara yaitu penggabungan dua kalimat atau lebih kalimat
tunbggal yang kedudukannya sejajar atau sederajat.
Berdasarkan kata penghubungnnya(konjungsi), kalimat majemuk setara terdiri
dari lima macam yakni:
Jenis Konjungsi
Penggabungan Dan
Penguatan/penegasan Bahkan
Pemilihan Atau
Berlawanan Sedangkan
Urutan waktu Kemudian, lalu,
lantas
Contoh:
a. Jumiten pergi ke pasar. (kalimat tunggal 1)
b. Dedi berangkat ke bengkel.(kalimat tunggal 2)
Jumiten pergi ke pasar sedangkan dedi berangkat ke bengkel. (kalimat
majemuk)
Jenis konjungsi
Syarat Jika, kalau, manakala,
andaikata, asal(kan)
Tujuan Agar, supaaya, biar
Perlawanan (konsesif) Walaupun, biarpun,
kedati(pun)
Penyebabban Sebab, karena, oleh
karena
Pengakibatan Maka, sehingga
Cara Dengan, tanpa
Alat Dengan, tanpa
Perbandingan Seperti, bagaikan
Penjelasan Bahwa
Kenyataan Padahal
Contoh :
a. Kemarin ayah mecuci motor.(induk kalimat)
b. Ketika matahri berada di ufuk timur. Anak kalimat sebagai pengganti keterangan
waktu.
1) Ketika matahari berada di ufuk timur, ayah mencuci motor. (kalimat majemuk
bertingkat cara 1)
2) Ayah mencuci motor ketika matahari berada di ufuk timur.( kalimat majemuk
bertingkat cara 2)
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Istilah wacana berasal dari kata sansekerta yang bermakna ucapan atau tuturan. Kata
wacana adalah salah satu kata yang banyak disebut seperti halnya demokrasi, hak
asasi manusia, dan lingkungan hidup. Seperti halnya banyak kata yang digunakan,
kadang-kadang pemakai bahasa tidak mengetahui secara jelas apa pengertian dari kata
yang digunakan tersebut. Ada yang mengartikan wacana sebagai unit bahasa yang
lebih besar dari kalimat. Ada juga yang mengartikan sebagai pembicaraan.
Kata wacana juga banyak dipakai oleh banyak kalangan mulai dari studi bahasa,
psikologi, sosiologi, politik, komunikasi, sastra dan sebagainya. Wacana merupakan
satuan bahasa di atas tataran kalimat yang digunakan untuk berkomunikasi dalam
konteks sosial. Satuan bahasa itu dapat berupa rangkaian kalimat atau ujaran. Wacana
dapat berbentuk lisan atau tulis.
2. Ditinjau dari segi kalimat dan ide yang terkandung di dalamnya,alinea dapat
didefinisikan sebagai berikut.Alinea adalah seperangkat kalimat yang mengandung
sekelompok ide yang saling berkaitan dan bernaung di bawah satu ide pokok.Ditinjau
dari segi penampilannya dalam suatu wacana,alinea adalah bagian wacana yang
ditandai oleh baris pertama yang menjorok ke dalam atau oleh jarak spasi yang lebih
dari jarak spasi baris kalimat-kalimatlainnya.
3. Kalimat tunggal adalah kalimat yang hanya terdiri atas satu inti kalimat atau satu
klausa. Kalimat tunggal adalah kalimat yang memiliki satu pola (klausa) yang terdiri
dari satu subjek dan satu predikat. Kalimat tunggal merupakan kalimat dasar
sederhana.
Kalimat majemuk adalah kalimat yang mempunyai dua pola atau lebih. Kalimat
majemuk ini terdiri dari induk kalimat dan anak kalimat. Cara membedakan anak
kalimat dan induk kalimat yaitu dengan melihat letak konjungsi. Induk kalimat tidak
memuat konjungsi di dalamnya, konjungsi hanya terdapat pada anak kalimat.
4. Diksi atau pilihan kata adalah kemampuan seseorang dalam memilih kata untuk
mencapai penyampaian yang tepat dalam berbicara atau menulis, sehingga tidak
menimbulkan makna yang tidak dikehendaki pembicara atau penulis. Dalam
pemilihan kata terdapat berbagai syarat yang harus tepat agar mencapai diksi yang
baik dan tepat, diantaranya yaitu :
1) Membedakan secara cermat denotasi dan konotasi.
2) Membedakan dengan cermat kata-kata yang hamper bersinonim.
3) Membedakan kata-kata yang mirip dengan ejaannya.
4) Hindarilah kata-kata ciptaan sendiri.
5) Waspadalah terhadap penggunaan akhiran asing.
6) Membedakan kata umum dan kata khusus.
DAFTAR PUSTAKA
Anton M. Moeliono (ed). 1988. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
——-. 1985. Tata Bahasa Deskriptif Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa.
Rosdiana, Yusi., dkk. 2008. Bahasa dan Sastra Indonesia di SD. Jakarta: Universitas
Terbuka.
Syamsuri, Andi Sukri. 2014. ”bahasa Indonesia mata kuliah dasar umum”. Makassar:
Pustaka Lontara.