Anda di halaman 1dari 17

BAB II

PEMBAHASAN

1. WACANA
A. Pengertian Wacana
Istilah Wacana secara etimologi, “wacana” berasal dari bahasa
Sansekerta wac/wak/vak, artinya ‘berkata’, ‘berucap’ (Douglas, 1976:266). Bila
dilihat dari jenisnya, maka kata wac dalam lingkup morfologi bahasa Sansekerta,
termasuk kata kerja golongan III parasmaepada(m) yang bersifat aktif, yaitu
‘melakukan tindakan ujaran’. Kata tersebut kemudian mengalami perubahan menjadi
wacana. Bentuk ana yang muncul dibelakang adalah sufiks (akhiran), yang bermakna
‘membedakan’ (nominalisasi). Jadi kata wacana dapat diartikan sebagai ‘perkataan’
atau ‘tuturan’.

Dalam Kamus Bahasa Jawa Kuno-Indonesia karangan Wojowasito (1989:651),


terdapat kata waca yang berarti ‘baca’, kata u/amaca yang artinya
‘membaca’, pamacan (pembacaan), ang/mawacana (berkata), wacaka (mengucapkan),
dan wacana yang artinya ‘perkataan’. Kata yang disebut terakhir digunakan dalam
konteks kalimat bahasa Jawa Kuno berikut: “Nahan wuwus sang tapa sama madhura
wacana dhara” (Demikian sabda sang pandita, ramah sikap dan perkataananya).

Kata wacana secara umum mengacu pada artikel, percakapan, atau dialog,
karangan, pernyataan. Jika kita membaca Kamus Besar Bahasa Indonesia maka
wacana adalah bahan bacaan, percakapan atau tuturan. Kata wacana digunakan
sebagai istilah yang merupakan padangan dari istilah discourse dalam bahasa Inggris.

1. Wacana, Discourse, Discursus

Oleh para ahli linguis Indonesia dan negara-negara berbahasa Melayu lainya,
istilah wacana sebagai mana diuraikan diatas, dikenalkan dan digunakan sebagai
bentuk terjemahan dari istilah bahas Inggris ‘discourse’ (Dede Oetomo, 1993:3).
Kata discourse sendiri berasal dari bahasa Latin ‘discursus’ yang berarti ‘lari ke sana
kemari’, ‘lari bolak-balik’. Kata ini dituturkan dari ‘dis’ (dari/dalam arah yang
berbeda) dan ‘currere’ (lari). Jadi discursus berarti ‘lari dari arah yang berbeda’.
Perkembangan asal usul kata itu dapat digambarkan sebagai berikut.

Dis + curere → discursus → discourse (wacana)

Webster (1983:522) memperluas makna discourse sebagai berikut: (1)


Komunikasi kata-kata, (2) ekspresi gagasan-gagasan, (3) risalah tulis, ceramah dan
sebagainya. Penjelasan itu mengisyaratkan bahwa discourse berkaitan dengan kata,
kalimat, atau ungkapan komunikatif, baik secara lisan maupun tulisan.

Unsur pembeda antara ‘bentuk wacana’ dengan ‘bentuk bukan wacana’ adalah
pada ada tindakanya kesatuan makna (organisasi semantis) yang dimilikinya. Oleh
karenanya, kriteria yang relatif paling menentukan dalam wacana adalah keutuhan
maknanya. Ketika seseorang di suatu warung makan mengatakan:

a) “Soto, es jeruk, dua.”

Ucapan itu dapat dimaknai sebagai wacana karena mengandung keutuhan


makna yang lengkap. Keutuhan itu tersirat dalam hal-hal berikut: 1) urutan kata
ditata secara teratur, 2) makna dan amanatnya berkesinambungan, 3) diucapkan
ditempat yang sesuai (kontekstual), dan 4) antara penyapa dan pesapa saling
dapat memahami makna tuturan singkat tersebut (mutual intelligibility).

Selanjutnya, mari kita perhatikan kalimat-kalimat berikut ini.

b) Jaman sekarang disebut sebagai jaman modern. Sekarang ini banyak orang
bingung tidak tahu jalan. Kendaraan di jalan tol sangat padat.

Makna dan amanat setiap kalimat pada bentuk (2) di atas sangat jelas dan
mudah dipahami. Bahkan, terdapat alat kohesi (repetisi) antar kalimat.
Misalnya jaman sekarang – sekarang ini, tidak tahu jalan – jalan tol. Akan tetapi
bentuk tersebut bukan wacana. Hal itu disebabkan, secara keseluruhan bentuk tadi
tidak memiliki hubungan makna antar kalimat. Tiap-tiap kalimat berdiri sendiri.
Artinya, makna kalimat tersebut satu sama lain terputus. Bentuk tersebut sama
sekali tidak komunikatif, sehingga sulit dimengerti kaitan makna antar kalimat
yang satu dengan kalimat lainnya.

Contoh tersebut kiranya menjelaskan apa yang dikatan para ahli bahasa tentang
wacana. Anton M. Moeliono (1988:334), mengatakan bahwa wacana adalah rentetan
kalimat yang berkaitan, yang menghubungkan proposisi yang satu dengan lainnya
dalam kesatuan makna. Disamping itu, wacana juga berarti satuan bahasa
terlengkap, yang dalam hirarki kebahasaan merupakan satuan gramatikal tertinggi
dan terbesar.

Menurut Harimurti Kridalaksana (1985:184), wacana adalah satuan bahasa


terlengkap dalam hirarki gramatikal, merupakan satuan gramatikal atau satuan bahas
tertinggi dan terbesar. Wacana ini direalisasikan dalam bentuk kata, karangan utuh
(novel, buku, seri ensiklopedia, dan sebagainya), paragraf, kalimat atau kata yang
membawa amanat yang lengkap. Adapun Samsuri (1988:1) memandang wacana dari
segi komunikasi. Menurutnya dalam sebuah wacana, terdapat konteks wacana, topik,
kohesi dan koherensi. Kohesi adalah adanya keterkaitan antar kalimat. Sedangkan
Koherensi adalah adanya keterkaitan antar ide-ide atau gagaan-gagasan kalimat.

HG Tarigan (1987:27) mengemukakan wacana adalah satuan bahasa yang paling


lengkap, lebih tinggi dari klausa dan kalimat, memiliki kohesi dan koherensi yang
baik, mempunyai awal dan akhir yang jelas, berkesinambungan, dan dapat
disampaikan secara lisan atau tertulis. Jadi, suatu kalimat atau rangkaian kalimat,
misalnya, dapat disebut sebagai wacana atau bukan wacana tergantung pada
keutuhan unsur-unsur makna dan konteks yang melingkupinya.
Jadi, wacana adalah susunan ujaran yang merupakan satuan bahasa terlengkap
dan tertinggi, saling berkaitan dengan koherensi dan kohesi berkesinambungan
membentuk satu kesatuan untuk tujuan berkomunikasi, baik secara lisan maupun
tulisan.

2. Kedudukan Wacana Dalam Satuan Kebahasaan

Dalam satuan kebahasaan atau hirarki kebahasaan, kedudukan wacana berada


pada posisi paling besar dan paling tinggi (Harimurti Kridalaksana, 1984:334). Hal
ini disebabkan wacana – sebagai satuan gramatikal dan sekaligus objek kajian
linguistik mengandung semua unsur kebahasaan yang diperlukan dalam segala
bentuk komunikasi.

Tiap kajian wacana akan selalu mengaitkan unsur-unsur satuan kebahasaan yang
ada dibawahnya, seperti fonem, morfem, frasa, klausa, atau kalimat disamping itu,
kajian wacana juga menganalisis makna dan konteks pemakaiannya.

B. Ragam Wacana

Pengelompokan wacana bergantung pada sudut pandang yang digunakan. Dilihat


dari jumlah peserta yang terlibat dalam komunikasi dikenal ada wacana monolog,
dialog dan poligon. Sedangkan dilihat dari tujuan komunikasi, ada wacana deskripsi,
eksposisi, argumentasi, persuasi dan narasi. Sedangkan dari bentuk saluran yang
digunakan, dikenal wacana lisan dan tulisan. Berikut, penjelasan mengenai jenis-jenis
atau ragam wacana yang telah disebutkan tadi.

1. Jenis wacana dilihat berdasarkan jumlah peserta

Dalam wacana ini yang terlibat pembicaraan dalam berkomunikasi. Ada tiga jenis
wacana berdasarkan wacana jumlah peserta yang ikut ambil bagian sebagai
pembicaraan, yaitu monolog, dialog, dan polilog.

a) Wacana Monolog

Pada wacana monolog, pendengar tidak memberikan tanggapan secara langsung


atas ucapan pembicara. Pembicara mempunyai kebebasan untuk menggunakan
waktunya, tanpa diselingi oleh mitra tuturnya. Contoh dari wacana monolog adalah
ceramah, pidato.

b) Wacana Dialog

Kemudian, apabila peserta dalam komunikasi itu ada dua orang dan terjadi
pergantian peran (dari pembicaraan menjadi pendengar atau sebaliknya), wacana
yang dibentuknya disebut dialog. Contoh dari wacana dialog, adalah antara dua
orang yang sedang mengadakan perbincangan di sekolah. Situasinya bisa resmi dan
tidak resmi.

c) Wacana Polilog
Adapun apabila peserta dalam komunikasi itu lebih dari dua orang dan terjadi
pergantian peran, wacana yang dihasilkan disebut polilog. Contohnya adalah
perbincangan antara beberapa orang dan mereka memiliki peran pembicaraan dan
pendengar. Situasinya pun bisa resmi dan tidak resmi.

2. Jenis wacana ditinjau dari tujuan berkomunikasi

Wacana berdasarkan tujuan berkomunikasi, diantaranya wacana argumentasi,


persuasi, eksposisi, deskripsi, dan narasi. Untuk lebih jelasnya, berikut penjelasan
kelima wacana tersebut.

a) Wacana Argumentasi

Karangan argumentasi merupakan salah satu bentuk wacana yang berusaha


mempengaruhi pembaca atau pendengar agar menerima pernyataan yang
dipertahankan, baik yang didasarkan pada pertimbangan logis dan emosional
(Rottenberg, 1988:9). Argumentasi adalah semacam bentuk wacana yang
berusaha membuktikan suatu kebenaran. Lebih jauh sebuah argumentasi berusaha
mempengaruhi serta mengubah sikap dan pendapat orang lain untuk menerima
suatu kebenaran dengan mengajukan bukti-bukti mengenai objek yang
diargumentasikan itu. (Gorys Keraf, 1995:10) dilihat dari sudut proses berfikir
adalah suatu tindakan untuk membentuk penalaran dan menurunkan kesimpulan.
Contoh wacana argumentasi adalah :

Namun, yang menjadi kekawatiran adalah adanya efek negatif akibat dosis
vitamin dan mineral yang dikonsumsi secara berlebihan, terutama oleh mereka
yang memiliki kondisi tubuh yang sehat. Sejumlah penelitian mengungkapkan
bahwa multivitamin tidak terbukti dapat mencegah timbulnya suatu penyakit dan
suplemen vitamin juga tiadak bisa memperbaiki gizi yang buruk akibat pola
makan yang sembarangan. Bahkan meminum jenis vitamin dan mineral dalam
dosis tinggi dalam jangka waktu panjang bisa memicu resiko timbulnya penyakit
tertentu. (Reader’s Digest Indonesia, Oktober 2004).

b) Wacana Eksposisi

Wacana eksposisi bertujuan untuk menerangkan sesuatu hal kepada penerima


(pembaca) agar bersangkutan memahaminya. Eksposisi adalah suatu bentuk
wacana yang berusaha menguraikan suatu objek sehingga memperluas pandangan
atau pengetahuan pembaca. Wacana ini digunakan untuk menjelaskan wujud dan
hakikat suatu objek, misalnya menjelaskan pengertian kebudayaan, komunikasi,
perkebangan teknologi, pertumbuhan ekonomi kepada pembaca.

Wacana ini juga menyajikan penjelasan yang akurat dan padu mengenai topik-
topik yang rumit, seperti struktur negara atau pemerintahan, teori tentang
timbulnya suatu penyakit. Ia juga digunakan untuk menjelaskan terjadinya
sesuatu, beroprasinya sebuah alat dan sebagainya. Contoh wacana eksposisi:
Agar diperoleh hasil maksimal, perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:

1) Sebelum melakukan pemutihan gigi, pasien perlu terlebih dahulu didiagnosis


kondisi giginya, seperti enamel gigi harus bagus karena proses pemutihan
berlangsung pada enamel gigi.

2) Selain itu juga diperhatikan apakah gigi tersebut masih aktif atau tidak.

3) Setelah melakukan pembersihan gigi, baru dokter akan mengarahkan untuk


memilih produk yang sesuai untuk dipakai (“Tampilkan Gigi Putih Berseri”,
Majalah Dewi No.5/XIII).

c) Wacana Persuasi

Wacana persuasi adalah wacana yang bertujuan mempengaruhi mitra tutur untuk
melakukan perbuatan sesuai yang diharapkan penuturnya. Untuk mempengaruhi
pembacanya, biasanya digunakan segala daya upaya yang membuat mitra tutur
terpengaruh. Untuk mencapai tujuan tersebut, wacana persuasi kadang
menggunakan alasan yang tidak rasional. Persuasi sesungguhnya merupakan
penyimpangan dari argumentasi, dan khusus berusaha mempengaruhi orang lain
atau para pembaca. Agar pendengar atau pembaca melakukan sesuatu bagi orang
yang mengadakan persuasi, walaupun yang dipersuasi sebenarnya tidak terlalu
percaya akan apa yang dikatakannya itu. Persuasi lebih mengutamakan untuk
menggunakan atau memanfaatkan aspek-aspek pesikologis untuk mempengaruhi
orang lain. Jenis wacana persuasi yang paling sering kita temui adalah kampanye
dan iklan. Contoh wacana iklan sebagai berikut.

“pakai Daia, lupakan yang lain. Dengan harga yang semurah ini, membersihkan
tumpukan pakaian kotor Anda, menjadi lebih bersih cemerlang”.

d) Wacana Deskripsi

Wacana deskripsi adalah bentuk wacana yang berusaha menyajikan suatu objek
atau suatu hal sedemikian rupa sehingga objek itu, sepertinya dapat dilihat,
dibayangkan oleh pembaca, seakan-akan pembaca dapar melihat sendiri. Deskripsi
memiliki fungsi membuat para pembacanya seolah melihat barang-barang atau
objeknya. Sebuah diskripsi mengenai rumah diharapkan menyajikan banyak
penampilan individu dan karakteristik dari rumah itu, dan beberapa aspek yang
dapat dianalisis, seperti besarnya, materi konstruksinya, dan rancangan
arsitekturnya.

Secara singkat deskripsi bertujuan membuat para pembaca menyadari apa yang
diserap penulis melalui panca indranya, merangsang perasaan pembaca mengenai
apa yang digambarkan, menyajikan suatu kualitas pengalaman langsung. Objek
yang dideskripsikan mungkin sesuatu yang bisa ditangkap dengan panca indra kita,
sebuah hamparan sawah yang hijau dan pemandangan yang indah, jalan-jalan kota,
tikus-tikus selokan, wajah seorang yang cantik molek atau seseorang yang bersedih
hati, alunan musik atau gelegar guntur dan sebagainya. Contoh:

Pada jeram pertama perahu besar berbalik arah, lalu memasuki jeram ketiga
dengan bagian buritan terlebih dahulu, sampai akhirnya… brak! Perahu
menghantam batu besar seukuran 4 x 3 meter, dan menempel pada batu dalam
keadaan miring. (“Jeram Maut,” Reader’s Digest Indonesia¸Oktober 2004).

e) Wacana Narasi

Wacana narasi merupakan satu jenis wacana yang berisi cerita. Pada wacana narasi
terdapat unsur-unsur cerita yang penting, seperti waktu, pelaku, peristiwa. Adanya
aspek emosi yang dirasakan oleh pembaca atau penerima. Melalui narasi, pembaca
atau penerima pesan dapat membentuk citra atau imajinasi. Contoh wacana narasi:

Sewaktu aku duduk di ruang pengadilan yang penuh sesak itu, menunggu
perkaraku disidangkan, dalam hatiku bertanya-tanya berapa banyak orang-orang
hari ini di sini yang merasa, seperti apa yang kurasakan bingung, patah hati, dan
sangat kesepian. Aku merasa seolah-olah aku memikul beban berat seluruh dunia
di pundaku.

3. Jenis wacana dilihat dari bentuk saluran yang digunakan

Saluran yang digunakan dalam berkomunikasi, bisa dibedakan menjadi wacana


lisan dan wacana tulisan. Wacana tulisan adalah rangkaian kalimat yang
ditranskripkan dari rekaman bahasa lisan. Adapun wacana tulis adalah teks yang
berupa rangkaian kalimat yang menggunakan ragam tulis. Adapun contoh wacana
lisan, misalnya percakapan, khotbah (spontan), dan siaran langsung di radio atau TV.
Sedangkan wacana tulis dapat kita temukan dalam bentuk buku, berita koran, artikel,
makalah.

C. Penyusunan Wacana Sederhana Dengan Memperhatikan Kaidah Bahasa

Perhatikan contoh wacana berikut ini!

Di negara-negara maju, makanan untuk kebutuhan-kebutuhan khusus, seperti untuk


diet penurunan berat badan atau diet diabetes, sudah lazim dan bisa dengan mudah
diperoleh sehingga mereka yang tidak berdiet, tetapi sudah peduli pada kesehatannya
pun bisa memanfaatkan produk semacam ini. Mungkin sekarang ini sudah saatnya pula
anda memanfaatkan dengan cara mengkonsumsi produk sejenis. Anda ingin sehat,
bukan ? (diambil dari Majalah Fit No.9/VII/September 2003).

Dalam wacana tersebut, terdapat hubungan kohesi, misalnya terdapat kata makanan


untuk kebutuhan khusus seperti diet (kalimat 1). Pada kalimat-kalimat berikutnya juga
terdapat pengulangan-pengulangan kata tersebut, dengan mengunakan kata produk
macam ini (kalimat 3) atau produk sejenis (kalimat 4). Pada wacana ini pun terdapat
hubungan koherensi, yaitu terdapat kaitan makna atau ide antara kalimat pertama
dengan kalimat-kalimat berikutnya. Kalimat (2), merupakan penjelasan dari kalimat
(1), dan kalimat (3), merupakan penjelasan dari kalimat (2). Begitu seterusnya.

Pada wacana tersebut, juga terdapat prinsip interpretasi lokal, misalnya terdapat
kata, negara-negara maju, sekarang. Sedangkan untuk prinsip interpretasi analogi,
pembaca wacana tersebut tentunya dapat meng interpretasi isi wacana tersebut sesuai
dengan pengalamannya dalam mengetahui tentang baiknya mengonsumsi makanan
berkalori rendah demi kesehatanya.

Demikianlah contoh wacana yang memiliki kohesi, koherensi, prinsip interpretasi


lokal dan prinsip interpretasi analogi didalamnya. Semoga anda dapat membuat sebuah
wacana yang memiliki kaidah-kaidah yang telah di jelaskan sebelumnya.

2. ALINEA
A. Pengertian Alinea
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,Edisi ke-3,dari terbitan Departemn
Pendidikan Nasional tertera penjelasan bahwa alinea adalah bagian wacana yang
mengungkapkan suatu pikiran yang lengkap atau satu tema yang dalam ragam tulis
ditandai oleh baris pertama yang menjorok kedalam atau jarak spasi yang lebih.Dalam
kamus tersebut alinea diartikan pula sebagai paragraf. Bila ditelaah pengertian
alinea,seperti yang tercantum dalam sumber tersebut,dapat ditarik
simpulan.Simpulannya adalah alina berisi “sesuatu” dan penulisan alinea selalu dimulai
dengan baris yang baru yang dimajukan atau indentation.
Menurut pengamatan penulis,ada beberapa ciri atu karakteristik alinea antara
lain,sebagai berikut.
1) Setiap alinea mengandung makna,pesan,pikiran,atau ide pokok yang relevan
dengan ide pokok keseluruhan karangan.
2) Alinea umumnya dibangun oleh sejumlah kalimat.
3) Alinea adalah satu kesatuan ekspresi pikiran.
4) Alinea adalah kesatuan yang koheren dan padat
5) Kalimat-kalimat alinea tersusun secara logis-sistematis.
Berdasarkan penganalisisan atas beberapa sumber yang memberikan keterangan
tentang alinea serta dilengkapi atau dipadukan dengan hasil pengamatan penulis
terhadap karakteristik alinea,sampailaah penulis pada suatusimpulan bahwa definisi
alinea sebagai berikut: alinea adalah seperangkat kalimat yang tersusun logis-sistematis
yang merupakan satu kesatuan akspresi pikiraa yng relevan dan mendukung pikiran
pokok yang tersirat dalam keseluruhan karangan.

B. Fungsi Alinea
Sesuatu yang bersipat abstrak lebih sukar dipahami daripada sesuatu yang lebih
kecil dan konkret.Pada dasarnya,pemahaman adalah memahami bagian-bagian kecil
serta hubungan antarbagian-bagian itu dalam rangka keseluruhan.Karangan pun dapat
dikatagorikan sebagai sesuatu yang abstrak.Untuk memahaminya,karangan perlu
dipecah-pecah menjadi bagian-bagian kecil yang dikenal dengan nama alinea.
Berdasarkan penjelasan di atas,tersirat dua fungsi alinea,yaitu ke-(1) sebagai
penampung dari sebagian kecil jalan pikiran atau ide pokok keseluruhan karangan dan
ke-(2) memudahkan pemahaman jalan pikiran atau ide pokok.
Penulisan alinea yang terencana baik selalu bersipat logis-sistematis.Alinea yang
tersusun baik merupakan alat bantu,baik bagi pengarang maupun bagi
pembca.Seperangkat kalimat itu akan mengembangkan jalan pikirannya secara
sistematis pula.Fungsi alinea yang ke-(3) adalah memungkinkan pengarang melahirkan
jalan pikirannya secara sistematis.Bagi para pembaca,kalimat-kalmat yang tersusun
secara sistematis itu sangat memudahkan menelusuri serta memahami jalan pikiran
pengarang.Fungsi alinea yang ke-(4) adalah mengarahkan pembaca dalam mengikuti
alur pikiran pengarang serta memahaminya.
Alinea yang baik selalu berisi ide pokok.Ide pokok itu merupakan bagian yang
integral dari ide pokok yang terkandung dalam keselurihan karangan.Ide pokok alinea
tidaak hanya merupakan bagian dari ide pokok keseluruhan,tetapi juga memiliki
relevansidan menunjang ide pokok tersebut.melalui ide pokok yang tersirat dari setiap
alinea,pembaca akan sampai pada pemahaman total isi karangan.dalam hal ini,dapat
dikatakan bahwa fungsi alinea ke-(5) adalah sebagai alat penyamp[ai pikiran.Sementara
itu,fungsi alinea ke-(6) adalah sebagai penanda pikiran baru dimulai.
Dalam rangka keseluruha karangan,alinea sering juga digunakan sebagi
pengantar,transisi atu peralihan dari satu bab ke bab lainnya.Bahkan, tidak jarang alinea
digunakan sebagai penutup.Di sini,alinea berfungsi sebagai pengantar,tarnsisi,dan
konklusi. Dengan demikian,dapat disimpulkan bahwa alinea berfungsi sebagai berikut :
1) Sebagai penampung dari sebagian kecil jala pikiran atau ide pokok keseluruhan
karangan .
2) Memudahkan pemahaman jalan pikiran atau ide pokok pengarang.    
3) Alat bagi pengarang untuk mengembangkan jalan pikirn secara sistematis.    
4) Pedoman bagi pembaca untuk mengikuti dan memahami alur pikiran pengarang.   
5) Sebagai penyampai pikiran atau ide pokok pengarang kepada pembaca.
6) sebagai penanda bahwa piiran baru dimulai     Dalam rangka keseluruhan
karangan,alinea dapat berfungsi sebagi pengantar,transisi,dan penutup (konklusi).

C. Jenis-Jenis Alinea
Berdasarkan penempatan ide pokok pada alinea,dapat ditentukan jenis alinea yang
akan dibuat.
1. Alinea deduktif Apabila ide pokok di tempatkan pada bagian awal alinea,maka
alinea ini disebut deduktif.
2. Alinea induktif Apabila ide pokoknya ditempatkan pada bagian akhir,maka alinea
ini disebut induktif.
3. Alinea campuran Alinea yang ide pokoknya secara simultan ditempatkan pada
bagian awal dan akhir disebut alinea campuran.Biasanya ide yang terdapat pada
bagian akhir merupakan pengulangan ide yang terdapat pada bagian awal.
4. Alinea deskriptif Pada jenis alinea ini ide pokok tidak ditempatkan pada salah
satu kalimat yang membangun alinea karena tidak ada satu pun yang lebih
penting daripada ide lainnya.ide pokoknya merupakan kesimpulan tersirat yang
tidak dicantumkan pada alinea tersebut.jadi,ide pokok disini tidak dinyatakan
secara eksplisit.
Jenis alinea dapat pula ditentukan berdasarkan cara kita mengembangkan ide dan
alat Bantu yang digunakan untuk menjaga kesinambungan pengungkapan ide atau
keruntunan ide.jenis alinera tersebut adalah :
1. Alinea definisi    
2. Alinea contoh    
3. Alinea perbandingan    
4. Alinea anlogi    
5. Alinea klimaks atau induktif    
6. Alinea anti klimaks atau deduktif    
7. Alinea campuran    
8. Alinea sebab akibat    
9. Alinea proses
10. Alinea deskriptif

Berikut ini diberikan contoh untuk setiap alinea.


1) Alinea/Paragraf Definisi
contoh :   
 Loyalitas pelanggan adalah suatu sikap dan prilaku seseorang untuk tetap
bertahan dalam membeli sesuatu pada took yang diyakininya sebagai took yang
dapat dipercaya,baik tentang harga maupun tentang kualitas barag.Meskipun
banyak took-toko baru yang bermunculan,ia tetap menjadi pelanggan yang setia
pada took itu betapapun gencarnya usaha pemasaran yang dilakukan oleh
perusahaan lain,keyakinannya tidak goyah terhadap took yang dilangganiya.
Ide pokok pada alinea atau paragraf ini merupakan suatu definisi yang
terdapat pada bagian awal.Jadi, alinea ini merupakan alinea definisi dan juga
alinea deduktif
2) Alinea contoh
contoh :    
Perubahan telah terjadi pada industri tradisional.Berbagai jenis peralatan
produk baru seperti mesin potong,mesin pres,mesin bor,mesin bubut mesin las
kini telah meningkat kapasitasnya dengan berlipat ganda.Kapasitas mesin potong
pada industri modern telah banyak meningkat sebanyak ribuan kalilipat selama
1900-an.Hal ini dimungkinkan karena telah ditemukannya logam yang tetap keras
meskipun dioprasikan dalam kecepatan sangat tinggi.Disamping itu,telah tercipta
pula mesin-mesin peralatan yang sangat kuat untuk mendukung proses tersebut.
Ide pokok pada paragraph diatas dikembangkan dngan menggunakan
contoh.ide pokok terdapat pada bagia awal jadi alinea ini juga merupakan alinea
deduktif.
3) Alinea perbandingan
Contoh :    
Tata cara kehidupan masyarakat primitif berbeda dengan modern.Masyarakat
primitive dapat memenuhi kebutuhan hidupnya dari bahan-bahan yang tersedia
dilingkungannya tanpa membelinya.Jika barang yang diperlukannya tidak ada
dilingkungannya,maka mereka dapat memperolehnya dari masyarakat tetangganya
dengan sistem barter (saling menukar barang).Alat-alat yang diperluka untuk
memenuhi kebutuhannya juga diperoleh dari lingkungannya ,yaitu berupa
batu,tanah liat,atau pun dahan pohon yang diolah secara manual.Sedangkan
masyarakat modern memperoleh kebutuhannya dengan cara membeli barang atau
membayar jasa.Alat-alat yang diperlukan merupakan olahan dari pabrik yang juga
harus dibeli untuk memeperolehnya.
Ide pokok pada alinea ini terdapat pada bagian awal.Ide diungkapkan secara
perbandingan.Pada contoh diatas.ide yang dibandingkan dengan cara memperoleh
barang-barang,alat, dan jasa yang diperlukan dalam kehidupan antara masyarakat
primitif dan masyarakat modern.
4) Alinea analogi
Contoh :
Bahasa bukan merupakan tujuan dalam penulisan karangan ilmiah.Bahsa
hanya sebagai alat (komunikasi) agar gagasan ilmiah yang diungkapakan dalam
karangan tersebut dapat dipahami oleh pembaca dengan baik.Oleh sebab
itu,sebelum karangan itu sampai ketangan pembaca,penulis karang tersebut harus
memeriksa bahasa yang digunakannya ,baik dari segi ketetapan pemilihan kata
dan istilah maupun dari segi gramatikal satuan-satuan struktur bahasa
,misalnyastuktur satuan kata ,frasa klausa,kalimat,dan alinea atau paragrafnda juga
pemakaiaan ejaan dan tanda baca secara tepat.Jika terjadi gangguan atau
kerusakan pada unsure-unsur bahasa tersebut,besar kemungkinan pembaca tidak
dapatmemahami gagasabn ilmiah yang disampaikannya itu dengan baik.Hal ini
dapat diibaratkan dengan kendaraan yang digunakan untuk mencapai tujuan
perjalanan yang jauh.Sebelum berangakat,orang yang akan bepergian dengan
kendaraan tersebut harus memeriksa kondisi kendaraannya,baik yang berkaitan
dengan rem ,versneling,roda,ban,bensin dan sebagainya.kalau perlu orang itu
harus membawa kendaraannya ke bengkel untuk diperiksa agar yang bersangkutan
selamat sampai ketempat tujuan.
Ide pokok pada paragraf atau alinea diatas terdapat pada bagian awal.Jadi
alinea ini termasuk alinea deduktif.Pengungkapan ide dijelaskan dengan
membandingkan ide pokok (bahasa sebagai alat )secara analogi dengan
menggunakan hal lain yang sama karakternya dengan bahasa sebagai alat dalam
penulisan karangan ilmiah,yaitu kendaraan (mobil) sebagai alat untuk mencapai
tempat tujuan dengan selamat.
5) Alinea Klimaks atau Induktif
Contoh :    
Pendanaan bank diperoleh dari berbagai sumber,yaitu yang bersumber dari
pemilik bank,dari masyarakat penanam modal,dari masyarakat sebagai
nasabah.Setiap pihak menyandang dana mempunyai kepentingan dalam ropda
kegiatan aliran arus dana.Tidak ada di antara mereka yang mau dirugikandalam
kebijakan pelasanaan kegiatan tersebut.Masing-masing mengharapkan keuntungan
sesuai dengan ketentuan dan cara-cara yang lazim.Oleh sebab itu,majemen
perbankan yang sehat memegang peranan penting dalam pengelolaan dana yang
meliputi perencanaan,pengorganisasian,penghimpunan,penyaluran,serta
pengendalian dana sehingga tidak ada pihak yang dikecewakan.
Ide pokok pada alinea di atas terdapat pada bagian akhir yang merupakan
kesimpulan dari pernyataan-pernyataan yang dikemukakan sebelumnya
(klimaks).Pengungkapan ide dijelaskan dengan hubungan sebab akibat.
6) Alinea Anti Klimaks atau Deduktif
Contoh :    
Masalah ekonomi yang dihadapi masyarakat adalah masalah
keuangan.Produksi barang dan jasa melimpah-limpah ditawarkan kepada
masyarakat,sedangkan kemampuan masyarakat untuk membeli dan
memperolehnya sangat terbatas.Penghasilan mereka rata-rata jauh lebih rendah
daripada kemampuan untuk memenuhi kebutuhan pokok.Oleh sebab itu,mereka
tidak bisa memperoleh semua barang dan jasa yang diperlukan.
Ide pokok pada alinea diatas terdapat pada bagian awal.Jadi alinea ini
termasuk alinea deduktif .Ide dikembangkan dengan hubungan sebab-
akibat.Kalimat ketiga menyatakan adanya penyebab masalah ekonomi.Kalimat
terakhir mengandung ide yang menyatakan akibat dari pernyataan pada kalimat
ketiga.Hal ini dipertegas pula oleh adanya ungkapan penghubung oleh sebab itu
sebagai penanda adanya hubungan kolerasi secara eksplisit.
7) Alinea Campuran
Contoh :    
Koperasi merupakan badan usaha yang mengutamakan kesejahteraan
ekonomi anggotanya.Mencari keuntungan besar tidak menjadi tujuan
utamanya.Modalnya dikumpulkan dari anggotanya.Kegiatan usahanya juga
dilakukan oleh anggotanya.Keuntungan yang diperoleh badab usaha ini juga
diperuntukan bagi anggotanya.Oleh sebab itu,bila usaha ini dilakuka dengan baik
dan jujur,koperasi ini betul-betul dapat mensejahterakan keadaan ekonomi
anggotanya.
Ide pokok alinea terdapat pada kalimat awal dan akhir.Jadi,alinea ini
merupakan alinea campuran alinea deduktif dan induktif yang disingkat dengan
sebutan alinea camouran.Ide pada kalimat akhir alinea ini merupakan penegasan
bterhadap ide yang diungkapkan pada kalimat awal.Jadi,ide pokok pada alinea ini
tetap satu.Kaitan ide antarkalimat yang membentuk alinea ii dinyatakan secara
eksplisit,yaitu dengan menggunakan akhiran (-nya) yang mengacu pada koperasi
sebagai suatu badanusaha.
8) Alinea Sebab Akibat
Lihat contoh (6) di atas.
9) Alinea Proses
Contoh :    
Sebagai suatu fungsi penyediaan jasa,akuntansi merupakan sumber informasi
keuangan yang bersifat kuantitatif kepada berbagai pihak yang
berkepentingan.Sebagai suatu system informasi,petugas akuntansi (akuntan)
melaksanakan pengumpulan dan pengolahan data keuangan
perusahaan.Perusahaan harus selalu mengikuti perkembangan data akuntansi
sehari-hari.Hari ini perlu dilakukan sbagi pedoman untuk membuat keputusan
ekonomis.
10) Alinea Deskriptif    
Suatu lembah dikelilingi tebing terjal yang ditumbuhi oleh berbagai jenis
pepohonan.beberapa ekor kera bermain sambil berlompatan di antara batang
pohon.Di tengah lembah terdapat sebuah sungai yang airnya jernih dan
sejuk.Sungai itu tidak terlalu dalam.beberapa orang remaja berjingkrak
menyrbrangi sungai sambil bergurau.Di pinggir sungai juga banyak remaja
berjalan-jalan dan ada juga yang sedang mengabadikan pemandangan alam yang
indah itu dengan kameranya.Sebagian ada yang duduk di bawah naungan pohon
yang rindang sambil bercengkrama.Udara di lembah itui sangat sejuk.Sungguh
suatu pemandangan yang indah dengan suasana yang menyenangkan.
Ide pada alinea di atas (9) dikembangkan secara deskriptif. Tidak ada salah
satu kalimat yang mengandung ide pokok.Walaupun secara eksplisit tidak
dinyatakan ide pokoknya pada alinea ini,pembaca alinea ini dapat mengetahui ide
pokoknya adalah suatu lokasi pariwisata yang sangat indah yang sering dikunjungi
oleh para remaja pada waktu hari libur.Jadi,ide pokok pada alinea deskriptif tetap
ada,hanya tidak dinyatakan secara eksplisit.
Ide pokok dapat diketahui pembaca dengan cara menarik kesimpulan dari
pernyataan-pernyataan yang diungkapkan pada alinea ini.

3. KALIMAT TUNGGAL DAN KALIMAT MAJEMUK


A. Kalimat Tunggal
Kalimat tunggal adalah kalimat yang hanya terdiri atas satu inti kalimat atau satu
klausa. Kalimat tunggal adalah kalimat yang memiliki satu pola (klausa) yang terdiri
dari satu subjek dan satu predikat. Kalimat tunggal merupakan kalimat dasar
sederhana. Kalimat-kalimat yang panjang dapat dikembalikan ke dalam kalimat-
kalimat dasar yang sederhana dan dapat juga ditelusuri pola-pola pembentukannya.
Pola-pola kalimat dasar yang dimaksud adalah:

* KB + KK (Kata Benda + Kata Kerja)


Contoh: Victoria bernyanyi
.SP
* KB + KS (Kata Benda + Kata Sifat)

1. Unsur – unsur Kalimat Tunggal


a) Inti suatu kalimat dibentuk subjek
b) predikat
c) objek dan
d) pelengkap.
2. Jenis – jenis Kalimat Tunggal
a) Kalimat Nominal
Kalimat Nominal adalah kalimat yang predikatnya berupa kata benda.
b) Kalimat Verbal
Kalimat Verbal adalah kalimat yang predikatnya berupa kata kerja.
3. Perluasan Kalimat Tunggal
Unsur – unsur kalimat tunggal dapat diperluas. Perluasan kalimat tunggal dapat
dilakukan dengan cara berikut.
a) Menambahkan unsur baru di samping unsur yang telah ada. Yakni Keterangan.
b) Memperluas unsur – unsur yang telah ada.
Contoh kalimat tunggal:
a) Nenekku masih cantik
b) Burung-burung itu bernyanyi sepanjang hari
c) Bacalah keras-keras
d) Siapa nama dosen linguistik yang cantik itu?
Kalimat tunggal adalah kalimat yang terdidiri dari satu pola kalimat, yaitu terdiri
dari subjek, satu predikat, dan bisa dilengkapi dengan objek dan keterangan.
Contoh:
1. Kakak berlari
2. Pak arman makan bakso
3. Pak arman makan bakso di kantin
Perluasan kalimat tunggal dapat dilakukan di antara keterangan tempat, keterangan
waktu, keerangan alat, keterangan caradan sebagainya.
Perhatikan contoh berikut.
1. Amir bermain sepak bola di lapangan
2. Paman mengunjungi kami kemarin
3. Ibu menjahit pakaian dengan rapi

B. Kalimat Majemuk
Kalimat majemuk adalah kalimat yang mempunyai dua pola atau lebih. Kalimat
majemuk ini terdiri dari induk kalimat dan anak kalimat. Cara membedakan anak
kalimat dan induk kalimat yaitu dengan melihat letak konjungsi. Induk kalimat tidak
memuat konjungsi di dalamnya, konjungsi hanya terdapat pada anak kalimat.
Setiap kalimat majemuk mempunyai kata penghunbung yang berbeda, sehingga
jenis kalimat tersebut dapat diketahui dengan cara melihat kata penghubung yang
digunakannya. Jenis-jenis kalimat mejemuk adalah:
Kalimat majemuk terdiri atas dua atau lebih kalimat tunggal yang saling
berhubungan baik kordinasi maupun subordinasi. Kalimat majemuk dapat dibedakan
atas 4  jenis, yaitu:
1. Kalimat Majemuk Setara (KMS)
Kalimat ini terbentuk dari kalimat tunggal yang digabungkan dan masing-
masing kalimat masih dapat berdiri sendiri sehingga pola kalimatnya tetap
sederajat.
Contoh:- Kami mencari bahan dan mereka meramunya.
Kalimat majemuk setara yaitu penggabungan dua kalimat atau lebih kalimat
tunbggal yang kedudukannya sejajar atau sederajat.
Berdasarkan kata penghubungnnya(konjungsi), kalimat majemuk setara terdiri
dari lima macam yakni:

Jenis Konjungsi
Penggabungan Dan
Penguatan/penegasan Bahkan
Pemilihan Atau
Berlawanan Sedangkan
Urutan waktu Kemudian, lalu,
lantas

Contoh:
a. Jumiten pergi ke pasar. (kalimat tunggal 1)
b. Dedi berangkat ke bengkel.(kalimat tunggal 2)
Jumiten pergi ke pasar sedangkan dedi berangkat ke bengkel. (kalimat
majemuk)

2. Kalimat Majemuk Bertingkat (KMB)


Kalimat majemuk bertingkat terdiri atas satu suku kaliamat bebas dan satu
suku kalimat yang tidak bebas. Kedua kalimat tersebut memiliki pola hubungan
yang tidak sederajat. Bagian yang memiliki kedudukan lebih penting (inti gagasan)
disebut sebagai klausa utama (induk kalimat). Bagian yang lebih rendah
kedudukakannya disebut dengan klausa sematan (anak kalimat).
Contoh:- Walaupun komputer itu dilengkapi dengan alat-alat modern, para
hacker masih dapat mengacaukan data-data komputer itu.
Kalimat majemuk yaitu penggabungan dua kalimat atau lebih kalimat tunggal
yang kedudukannya berbeda. Di dalam kalimat majemuk bertingkat terdapat unsur
induk kalimat dan anak kalimat. Anak kalimat timbul akibat perluasan pola yang
terdapat pada induk kalimat.
Berdasarkan kata penghubungnnya(konjungsi), kalimat mejemuk bertingkat
terdiri atas sepuluh macam, yaitu:

Jenis konjungsi
Syarat Jika, kalau, manakala,
andaikata, asal(kan)
Tujuan Agar, supaaya, biar
Perlawanan (konsesif) Walaupun, biarpun,
kedati(pun)
Penyebabban Sebab, karena, oleh
karena
Pengakibatan Maka, sehingga
Cara Dengan, tanpa
Alat Dengan, tanpa
Perbandingan Seperti, bagaikan
Penjelasan Bahwa
Kenyataan Padahal

Contoh :
a. Kemarin ayah mecuci motor.(induk kalimat)
b. Ketika matahri berada di ufuk timur. Anak kalimat sebagai pengganti keterangan
waktu.
1) Ketika matahari berada di ufuk timur, ayah mencuci motor. (kalimat majemuk
bertingkat cara 1)
2) Ayah mencuci motor ketika matahari berada di ufuk timur.( kalimat majemuk
bertingkat cara 2)

3. Kalimat Majemuk Rapatan


  

Kalimat majemuk rapatan yaitu gabungan beberapa kalimat tunggal yang


karena subjek., predikat, atau objeknya sama, maka bagian yang sama hanya
disebutkan sekali.
Contoh:
a. Pekerjaannya hanya makan.(kalimat tunggal 1)
b. Pekerjaannya hanya tidur. (kalimat tunggal 2)
c. Pekerjaannya hanya merokok.(kalimat tunggal 3)
d. Pekerjaannya hanya makan, tidur, dan merokok. (kalimat majemuk rapatan)

4.   Kalimat Majrmuk Campuran


Kalimat majemuk campuran yaitu gabungan antara kalimat majemuk setara
dengan kalimat majemuk bertingkat. Sekurang-kurangnnya terdiri dari tiga kalimat.
Contoh:
a. Roni bermain dengan Kevin. (kalimat tunggal 1)
b. Rina membaca buku di kamar kemarin (kalimat tunggal 2)
c. Ketika aku dating ke rumahnya(anak kalimat sebagai penggati waktu)
·         Toni bermain dengan Kevin, dan Rina membaca buku di kamar, ketika aku
dating kerumahnya. (kalimat majemuk campuran).

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
1. Istilah wacana berasal dari kata sansekerta yang bermakna ucapan atau tuturan. Kata
wacana adalah salah satu kata yang banyak disebut seperti halnya demokrasi, hak
asasi manusia, dan lingkungan hidup. Seperti halnya banyak kata yang digunakan,
kadang-kadang pemakai bahasa tidak mengetahui secara jelas apa pengertian dari kata
yang digunakan tersebut. Ada yang mengartikan wacana sebagai unit bahasa yang
lebih besar dari kalimat. Ada juga yang mengartikan sebagai pembicaraan.
Kata wacana juga banyak dipakai oleh banyak kalangan mulai dari studi bahasa,
psikologi, sosiologi, politik, komunikasi, sastra dan sebagainya. Wacana merupakan
satuan bahasa di atas tataran kalimat yang digunakan untuk berkomunikasi dalam
konteks sosial. Satuan bahasa itu dapat berupa rangkaian kalimat atau ujaran. Wacana
dapat berbentuk lisan atau tulis.
2. Ditinjau dari segi kalimat dan ide yang terkandung di dalamnya,alinea dapat
didefinisikan sebagai berikut.Alinea adalah seperangkat kalimat yang mengandung
sekelompok ide yang saling berkaitan dan bernaung di bawah satu ide pokok.Ditinjau
dari segi penampilannya dalam suatu wacana,alinea adalah bagian wacana yang
ditandai oleh baris pertama yang menjorok ke dalam atau oleh jarak spasi yang lebih
dari jarak spasi baris kalimat-kalimatlainnya.
3. Kalimat tunggal adalah kalimat yang hanya terdiri atas satu inti kalimat atau satu
klausa. Kalimat tunggal adalah kalimat yang memiliki satu pola (klausa) yang terdiri
dari satu subjek dan satu predikat. Kalimat tunggal merupakan kalimat dasar
sederhana.
Kalimat majemuk adalah kalimat yang mempunyai dua pola atau lebih. Kalimat
majemuk ini terdiri dari induk kalimat dan anak kalimat. Cara membedakan anak
kalimat dan induk kalimat yaitu dengan melihat letak konjungsi. Induk kalimat tidak
memuat konjungsi di dalamnya, konjungsi hanya terdapat pada anak kalimat.
4. Diksi atau pilihan kata adalah kemampuan seseorang dalam memilih kata untuk
mencapai penyampaian yang tepat dalam berbicara atau menulis, sehingga tidak
menimbulkan makna yang tidak dikehendaki pembicara atau penulis. Dalam
pemilihan kata terdapat berbagai syarat yang harus tepat agar mencapai diksi yang
baik dan tepat, diantaranya yaitu :
1)      Membedakan secara cermat denotasi dan konotasi.
2)      Membedakan dengan cermat kata-kata yang hamper bersinonim.
3)      Membedakan kata-kata yang mirip dengan ejaannya.
4)      Hindarilah kata-kata ciptaan sendiri.
5)      Waspadalah terhadap penggunaan akhiran asing.
6)      Membedakan kata umum dan kata khusus.

DAFTAR PUSTAKA
Anton M. Moeliono (ed). 1988. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Douglas, Mc. 1976. Sanskrit Dictionary. New York: Columbia University.

Keraf, Gorys. 1995. Eksposisi: Komposisi Lanjutan II. Jakarta: Grasindo.

Kridaklaksana, Harimurti. 1978. “Keutuhan Wacana” dalam Bahasa dan Sastra th. IV No.1.


Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.

——-. 1984. Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia.

——-. 1985. Tata Bahasa Deskriptif Bahasa Indonesia.  Jakarta: Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa.

Mulyana. 2005. Kajian Wacana: Teori, Metode dan Aplikasi Prinsip-Prinsip Analisis


Wacana. Yogyakarta: Tiara Wacana.

Oetomo, Dede. 1993. “Pelahiran dan Perkembangan Analisis Wacana”, dalam PELLBA


6.  Yogyakarta: Kanisius.

Rosdiana, Yusi., dkk. 2008. Bahasa dan Sastra Indonesia di SD. Jakarta: Universitas
Terbuka.

Rottenberg, Annette T. 1988. Elements of Arguments: A Text and Reader. New York: A


Bedford Books ST. Martin’s Press

Samsuri. 1988. Analisis Bahasa. Jakarta: Erlangga.

Stubbs, Michael. 1983. Discourse Analysis.  Chichago: The University at Chichago Press.

Tarigan, H.G. 1987. Pengajaran Wacana. Bandung: Angkasa.

Webster. 1983. New Tweentieth Century Dictionary. USA: The World Publishing Company.

Wojowasito. 1989. Kamus Jawa Kuna – Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Tarigan, Djago.2009.Membina Keterampilan Menulis Paragraf dan


Pengembangannya.Bandung:Angkasa.

Nazar,Noerzisri A.2004.Bahasa Indonesia dalam Karangan Ilmiah.Bandung:Humaniora


Utama Press(HUP).

Syamsuri, Andi Sukri. 2014. ”bahasa Indonesia mata kuliah dasar umum”. Makassar:
Pustaka Lontara.

Anda mungkin juga menyukai