Anda di halaman 1dari 15

ANALISIS UNSUR INTRINSIK DAN NILAI MORAL SOSIAL ANTOLOGI

CERPEN “MENYERAH BUKAN PILIHAN” KARYA DWI FITRIANI, DKK


SEBAGAI ALTERNATIF BAHAN AJAR DI SMA NAHDLOTUL ULAMA KELAS
XI-IPS

Di susun untuk memenuhi tugas UAS


Mata Kuliah Seminar Pengajaran Bahasa Indonesia
Dosen Pengampu
Dr. Rina Andriani, M.Pd
Febri Restu Widianto, M.Pd

di susun oleh

Neng Cici Siti Zuariah

203200019

PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS BALE BANDUNG
2024

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pada hakikatnya, bahasa merupakan alat komunikasi. Dengan menggunakan
bahasa seseorang atau anggota masyarakat dapat berkomunikasi, mengekspresikan
diri, adaptasi dan integrasi. Oleh karena itu, bahasa tidak terlepas dari kehidupan
anggota masyarakat. Salah satunya masyarakat Indonesia yang menggunakan
bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi. Sehingga bahasa Indonesia memiliki
peranan yang sangat penting bagi seluruh anggota masyarakat. Selain itu, bahasa
Indonesia pula memiliki peranan penting dalam dunia pendidikan. Seperti
pembelajaran bahasa Indonesia yang merupakan salah satu pembelajaran wajib
untuk dipelajari pada setiap jenjang pendidikan. Tujuan pembelajaran bahasa
Indonesia adalah untuk memperoleh keterampilan komunikasi dalam berbagai
konteks komunikasi (Andayani, 2015: 51). Keterampilan tersebut tentunya tidak
terlepas dari adanya peran bahasa sebagai alat untuk menjalin komunikasi sosial.
Dalam pembelajaran ini keterampilan berbahasa menekankan pada pemerolehan
empat aspek yaitu keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis.
Keempat keterampilan pada dasarnya merupakan satu kesatuan, merupakan catur-
tunggal (Dawson dalam Tarigan, 2008: 1). Selain itu, pembelajaran bahasa
Indonesia tidak hanya mempelajari bahasa saja, tetapi mempelajari pula sastra.

Pembelajaran sastra pada dasarnya yaitu untuk mengapresiasi suatu karya


sastra. Pembelajaran sastra tidak bisa dipisahkan dari apresiasi sastra, karena
tujuan akhir dan esensi pembelajaran sastra adalah terbinanya sikap apersiatif para
siswa, sikap batin yang positif dalam diri siswa, dan siswa memiliki kemampuan
memahami makna dan merasakan keindahan cipta sastra yang mereka baca
(Mujiyanto dan Fuady dalam Wicaksono, 2017: 396). Selain itu, tujuan
pembelajaran bahasa Indonesia dan sastra Indonesia secara umum adalah agar siswa
menghargai dan membanggakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan
(nasional) dan negara (Andayani, 2015: 52). Dalam pembelajaran sastra terdapat
materi yang meliputi puisi, cerita pendek (cerpen), novel, dan drama. Namun, genre
sastra terbagi menjadi tiga jenis yaitu puisi, prosa, dan drama. Salah satu karya
sastra bergenre prosa (fiksi) adalah cerpen.

Cerpen merupakan salah satu sumber bacaan yang banyak disenangi, karena
cerpen cenderung lebih pendek dan mudah dipahami oleh pembaca. Selain itu,
cerpen merupakan salah satu karya sastra yang cukup luas perkembangannya di
masyarakat, sehingga cerpen banyak diterbitkan di surat kabar atau majalah-
majalah yang menyediakan rubrik cerpen. Sarumpaet (2007: 37)

Cerpen merupakan sesuatu yang bersifat rekaan atau khayalan yang


menceritakan peristiwa dalam kehidupan serta memberikan kesan tunggal.
Pembelajaran sastra bergenre prosa fiksi yang berbentuk cerpen ini sering sekali
digunakan sebagai bahan pembelajaran bahasa Indonesia di berbagai jenjang
pendidikan, salah satunya jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA).

Cerpen merupakan salah satu materi pembelajaran sastra yang terdapat


dalam silabus bahasa Indonesia di tingkat SMA. Silabus bahasa Indonesia ini tidak
terlepas dari adanya peran kurikulum yang digunakan yaitu Kurikulum 2013 (K-
13). Pada silabus K-13 pembelajaran cerpen diajarkan di kelas XI dengan
kompetensi dasar 3.9 menganalisis unsur-unsur pembangun cerita pendek dalam
buku kumpulan cerita pendek. Selain itu, materi yang dipelajari adalah membahas
unsur-unsur pembangun cerpen dan kegiatan pembelajaran yang dilakukan yaitu
mengidentifikasi cerpen dengan memerhatikan unsur-unsur pembangunnya.
Dengan mempelajari unsur-unsur pembangun siswa dapat menambah pengetahuan,
pengalaman, mengapresiasi karya sastra, membentuk siswa berpikir kritis,
meningkatkan minat baca, serta mengetahui nilai-nilai kehidupan yang dapat
diambil dalam cerpen (positif maupun negatif).

Materi pembelajaran unsur-unsur pembangun cerpen terbagi menjadi dua


macam yaitu unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Unsur intrinsik meliputi tokoh
dan penokohan, latar, alur, tema, sudut pandang, amanat, dan gaya bahasa. Untuk
memahami materi tersebut sebenarnya tidak terlalu sulit. Tentunya apabila
pembaca (siswa) benar-benar berkonsentrasi serta terdapat rasa keingintahuan
terhadap materi tersebut. Namun, pada kenyataannya masih saja terdapat beberapa
siswa tidak selalu berkonsentrasi disaat mengikuti kegiatan pembelajaran yang
disebabkan oleh faktor cerpen yang digunakan pendidik dalam buku paket Bahasa
Indonesia memiliki konten tema dan isi cerita yang kurang menarik bagi siswa dan
mengakibatkan siswa menjadi kurang antusias mengikuti pemelajaran, baik dalam
memahami unsur-unsur pembangun maupun isi cerpen. Sehingga, menimbulkan
permasalahan diantaranya siswa mengalami kebingungan dan keliru memahami
materi unsur-unsur pembangun cerpen. Salah satunya dalam memahami unsur
intrinsik, siswa keliru memahami sudut pandang yang siswa anggap sebagai
karakter tokoh dalam cerita (penokohan) serta judul cerpen yang siswa anggap
sebagai tema. Oleh karena itu, peneliti beranggapan untuk mencarikan cerpen yang
memiliki tema-tema sederhana serta sesuai dengan psikologi siswa terutama bagi
siswa kelas XI.

Antologi cerpen merupakan salah satu cara untuk

mempromosikan karya sastra dari berbagai penulis. Dengan

menerbitkan kumpulan cerita pendek dari berbagai penulis, pembaca


dapat menikmati berbagai cerita dengan tema dan gaya yang berbeda.

Antologi cerpen juga memberikan kesempatan bagi penulis yang kurang

dikenal untuk memperkenalkan karya mereka ke pembaca yang lebih

luas. Konten dalam antologi cerpen dapat beragam, dari cerita-cerita

fiksi, kisah-kisah pengalaman hidup, hingga cerita-cerita berdasarkan

kejadian nyata.
Sehubungan dengan hal di atas, peneliti tertarik untuk mengkaji unsur
intrinsik dan nilai moral sosial yang terdapat dalam antologi cerpen Menyerah Bukan
Pilihan, ini karena pada saat pembelajaran mengenai cerpen masih banyak siswa
yang keliru dalam mencari unsur intrinsik dan nilai moral sosial pada sebuh cerpen.

1.2 Identifikasi Masalah


Sesuai dengan latar belakang masalah di atas, penelitian ini akan membahas
mengenai unsur-unsur intrinsik dan nilai moral sosial dalam antologi cerpen
Menyerah Bukanlah Pilihan karya Dwi Fitriani, dkk sera implikasinya dalam
pembelajaran sastra di SMA Nadlotul Ulama. Berdasarkan latar belakang masalah
tersebut, maka dappat disimpilkan beberapa masalah yang diidentifikasikan sebagai
berikut:
1. Unsur instrinsik pada antologi cerpan Menyerah Bukanlah Pilihan
2. Nilai moral sosial yang terdapat pada antologi cerpn Menyerah Bukanlah
Pilihan
3. Perlunya pemiihan bahan ajar yang sesuai dengan tingkat perkembangan
peserta didik

1.3 Rumusan Masalah


Rumusan masalah adalah sebuah masalah yang dipecahkan lewat penelitian
atau percobaan. Penelitian ini bertujuan untuk menemukan hasil yang diinginkan
oleh peneliti. Menurut Pariata Westra (1981:263)
Berdasarkan latar belakang di atas, maka perumusan masalahnya, yaitu mengenai
unsur intrinsik dan nilai moral sosial dalam antologi cerpen Menyerah Bukanlah
Pilihan karya Dwi Fitriani, dkk serta implikasinya dalam pembelajaran sastra di
SMA. Adapun rumusannya sebagai berikut:
1. Bagaimana unsur intrinsik (Tema, Latar, Alur) yang terkandung dalam cerpen
“Menyerah Bkanlah Pilihan” karya Dwi Fitriani, dkk?
2. Bagaimana implikasi nilai sosial dalam cerpen “Menyerah Bukanlah Pilihan”
karya Dwi Fitriani, dkk sebagai bahan ajar di SMA Nadlotul Ulama?

1.4 Batasan Masalah


Penulis membatasi masalah dalam penelitian ini, yaitu mengenai unsur
intrinsik yang memfokuskan pada tema, latar, alur dan nilai moral sosial dalam
antologi cerpen Menyerah Bukanlah Pilihan karya Dwi Fitriani, dkk sebagai
alternatif bahan ajar di SMA Nadlotul Ulama Kelas XI-IPS. Alasan peneliti memilih
cerpen ini karena siswa masih ada yang keliru dalam mencari unsur intrinsik dan
nilai moral sosial pada sebuh cerpen.
1.5 Tujuan Penelitian
Tujuan dalam penelitian dapat dicantumkan oleh peneliti agar hasil dari penelitian tersebut
sesuai. Maka tujuan dari penelitian ini untuk mengidentifikasikan analisis unsur intrinsik dan
nilai moral antologi cerpen Menyerah Bukanlah Pilihan karya Dwi Fitriani, dkk.

1.6 Manfaat Penelitian


1. Manfaat Teoritis
a. Penelitian ini diharapkan dapat memperluas khazanah ilmu pengetahuan,
terutama dalam bidang Bahasa dan Sastra Indonesia, khususnya bagi
pembaca dan pecinta sastra.
b. Sebagai bahan acuan dalam pembelajaran, khususnya Bahasa dan Sastra
Indonesia yang bertujuan untuk menanamkan unsur intrisik dan nilai moral
sosial.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi guru, hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai tambahan
referensi dalam memilih bahan ajar.
b. Bagi peserta didik, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dalam
mengapresiasi cerpen, khususnya memahami dan mengamalkan unsur intrinsic dan
nilai moral sosial yang terkandung di dalamnya.

BAB 2

LANDASAN TEORI DAN KERANGKA BERFIKIR

2.1 Cerpen
2.1.1 Pengertian Cerpen
Cerpen merupakan cerita pendekt yang singkat, padat, jelas. Sesuai dengan
Namanya yakni, cerita pendek. Biasanya di dalam cerpen itu hanya memiliki satu
alur, satu konflik. Hal ini diperkuat oleh Nadapdap (Kosasih 2004:431) Cerpen
adalah karangan pendek yang berbentuk prosa. Dalam cerita pendek biasanya adalah
peristiwa yang dialami tokoh dalam masalahnya, yang memberikan kesan
mengharukan, menyenangkan, dan lainnya. Cerpen isinya jauh lebih pendek dari
novel, biasanya hanya menghabiskan 5000 kata. Penggunaan kata-kata dalam cerpen
biasanya mudah dipahami oleh pembaca, mengangkat peristiwa-peristiwa yang
dialami tokohnya saja dan pesan yang disampaikan juga sangatlah mendalam.
Menurut Nurgiyantoro (1995:15) Dalam sebuah cerpen terdapat unsur-unsur
intrinsik yang wajib diketahui. Unsur-unsur tersebut sangatlah penting dalam
pembuatan cerpen. Unsur-unsur tersebut antara lain tema, alur, tokoh, penokohan,

latar, sudut pandang, gaya bahasa, dan amanat . Berdasarkan hal tersebut peneliti
ingin menganalisis karya sastra berupa cerpen Menyerah Bukanlah Pilihan untuk
mencari unsur intrinsiknya peneliti memfokuskan pad tiga jenis unsur intrinsik
berupa tema, alur, dan latar.
2.1.2 Unsur Intrinsik Cerpen
Unsur-unsur intrinsik sastra meliputi: tema, alur, suasana, sudut pandang

pengisahan, latar, penokohan/perwatakan, (Ngafenan, 1990). Ia berpendapat bahwa

tema adalah pokok pembicaraan cerita, pokok persoalan yang mendasari suatu cerita

untuk dijabarkan dalam karangan. Penjabaran dapat melalui pengisahan atau dialog

para pelaku cerita. Tema dapat bermacam-macam tergantung pada selera

pengarangnya. Misalnya cinta, kemanusiaan, ketuhanan, adat, kritik sosial, balas

dendam.

Pengertian unsur-unsur intrinsik adalah suatu unsur yang menyusun suatu karya

sastra dari dalam yang mewujudkan struktur sebuah karya sastra seperti unsur-unsur

yang terdapat dalam unsur-unsur intrinsik. Intrinsik itu terdiri dari unsur-unsur seperti:

tema, alur, tokoh, penokohan, latar, sudut pandang, gaya bahasa, dan amanat.

a. Tema

Mengenai tema, Saad dalam Ali (1967:118) berpendapat bahwa tema adalah suatu

yang menjadi persoalan bagi pengarang di dalamnya terbayang pandangan hidup dan

cita-cita pengarang, bagaimana ia melihat persoalan itu. Selanjutnya, Brooks dan

Warren (dalam Trigan,1984:125) menyatakan tema adalah pandangan tertentu


mengenai kehidupan atau rangkayan nilai tertentu yang membentuk atau membangun

dasar atau gagasan utama dari suatu karya sastra.

Menurut Keraf (1980:107) tema adalah suatu amanat utama yang disampaikan

melalui karangan. Persoalan-persoalan yang dihidangkan harus dicarikan jalan

keluarnya sehingga masalah yang disampaikan pengarang lewat karyanya membawa

amanat bagi pembaca. Jadi, tema adalah suatu amanat atau pandangan pengarang

terhadap persoalan yang dihadapi dalam kehidupan.

Menurut Rusyana (1988:67) tema adalah dasar atau makna dari seuah cerita, tema

adalah cara hidup tertentu atau perasaan tertentu yang membentuk dasar dari gagasan

utama atau membangun sebuah karya sastra, dan semua fiksi harus memiliki tema

dasar atau yang mengatakan tujuan. Sudjiman (1992) berpendapat bahwa tema adalah

gagasan yang mendasari sebuah cerita.

b. Alur

Pengertian alur, Sudjiman (1992:43) berpendapat bahwa alur adalah rangkaian

peristiwa yang direka dan dijalani dengan saksama yang menggerakkan cerita melalui

rumitan ke arah klimaks dan selesaian. Sedangkan Aminudin (1987:83) alur adalah

rangkaian peristiwa yang dibentuk oleh tahapan-tahapan peristiwa sehingga menjalani

suatu cerita yang dihadirkan oleh para pelaku dalam cerita. Hal yang sama

dikemukakan oleh Oemaryati (1962:94) yang mengatakan alur adalah struktur

penyusun kejadian- kejadian dalam cerita yang disusun secara logis. Jadi, alur adalah

rangkaian peristiwa atau tahapan peristiwa dalam cerita melalui rumitan ke arah

klimaks dan selesaian.

c. Tokoh

Menurut Semi (1988:48), tokoh ialah pelaku dalam karya sastra. Dalam karya

sastra biasanya ada beberapa tokoh, namun hanya ada satu tokoh utama. Tokoh utama

ialah tokoh yang sangat penting dan menjadi peran utama dalam karya sastra. Dikenal
pula dua jenis tokoh, yaitu tokoh datar dan tokoh bulat. Tokoh datar adalah tokoh yang

hanya menunjukkan satu segi wataknya tidak dikembangkan secara maksimal dan apa

yng dilakukan tidak menimbulkan kejutan kepada pembaca misalnya baik saja atau

buruk saja. Sejak awal sampai akhir cerita tokoh yang jahat akan jadi jahat. Tokoh

bulat adalah tokoh yang menunjukkan berbagai segi baik buruknya, kelebihan dan

kelemahanya. Jadi ada perkembangan yang terjadi pada tokoh ini dan dapat dibedakan

dari tokoh lain. Dari segi kewajiban dikenal ada tokoh introvert dan ekstrovert. Tokoh

introvert ialah pribadi tokoh yang ditentukan oleh ketidaksadarannya, bersifat tertutup.

Pribadi tokoh tersebut yang ditentukan oleh kesadarannya. Dalam karya sastra dikenal

pula tokoh protagonis dan tokoh antagonis. Protagonis ialah tokoh yang disukai oleh

pembaca atau penikmat sastra karena sifat-sifatnya. Tohoh protagonis merupakan

tokoh utama dalam cerita rekaan. (Sugono, 2015; 1107). Antagonis ialah tokoh yang

tidak disukai pembaca atau penikmat sastra karena sifat-sifatnya. Dapat pula dikatakan

bahwa tokoh antagonis merupakan penentang dari tokoh utama; tokoh lawan.

d. Penokohan

Penokohan, menunjuk pada sifat dan sikap para tokoh seperti yang ditafsirkan oleh

pembaca atau lebih menunjuk pada kualitas pribadi tokoh. Dengan demikian, istilah

penokohan lebih luas pengertiannya daripada tokoh, sebab pengertian ini mencakup

masalah siapa tokoh dalam cerita, bagaimana perwatakannya, dan bagaimana

penempatan dan pelukisannya dalam sebuah cerita sehingga sanggup

memberikan gambaran yang jelas kepada pembaca.

e. Latar

Pengertian latar, Yudhiono (1981:35) mengemukakan latar adalah lukisan atau

gambaran mengenai ruang atau waktu terjadinya peristiwa. Selanjutnya, Aminudin


(1987:67) menyatakan setting ialah latar belakang peristiwa dalam karya fiksi berupa

tempat, waktu, peristiwa, serta memiliki fisikal dan psikologi. Pendapat senada

diberikan oleh Brooks, dkk (dalam Tarigan, 1985:136) yang menyatakan latar adalah

latar belakang fisik, unsur tempat dan ruang dalam suatu cerita. Selanjutnya, Sudjiman

(1988:87) berpendapat bahwa latar ialah segala keterangan, petunjuk pengacuan, yang

berkaitan dengan waktu, ruang, dan suasana yang terjadinya peristiwa dalam karya

tersebut. Jadi latar adalah keterangan petunjuk tentang tempat, waktu, peristiwa, fisik

dalam suatu karya fiksi.

f. Gaya Bahasa

Mengenai unsur gaya bahasa, Semi (1988:48) mengemukakan gaya bahasa atau

gaya penceritaan adalah tingkah laku pengarang dalam menggunakan bahasa tersebut

menyangkut pilihan materi bahasa, pemakaian ulasan dan pemanfaatan gaya bertutur.

Menurut Sumardjo dkk. (1986:127) bahwa gaya bahasa adalah cara menggunakan

bahasa agar daya ungkap atau daya tarik sekaligus keduanya bertambah.

Retnaningsih (1983:2) berpendapat bahwa gaya bahasa adalah wujud dari pikiran

dan perasaan pengarang dalam karyanya. Jadi gaya bahasa adalah gaya penceritaan,

tingkah laku dalam penggunaan bahasa agar daya ungkap atau daya tarik bertambah

serta merupakan wujud pikiran dan perasaan pengarang dalam karya sastra.

Selanjutnya, Tarigan (1984:153) menjelaskan berhasil tidaknya seorang pengarang

fiksi justru tergantung pada kecakapanya mempergunakan majas atau gaya bahasa

dalam karyanya. Pengguna majas ini sedikit banyak dipengaruhi oleh beberapa faktor,

yaitu usia, pendidikan pengalaman, temperamen, keterampilan serta tidak langsung

menuturkan cerita tersebut. Selain itu, pengarang juga sering kali mempergunakan

aneka majas seperti metafora, presonifikasi, ironi, alegori dan lain sebagianya untuk

menjadikan seuah cerita lebih menarik dan memiliki nilai rasa yang tinggi.

g. Amanat
Amanat adalah pesan pengarang yang disampaikan kepada pembaca melalui

karyanya. Pesan yang dimaksud seperti pesan orang tua kepada yang lebih muda atau

pesan cinta. pesan moral dalam cerita yang ingin disampaikan pengarang kepada

pembaca berupa nilai-nilai luhur yang bisa dijadikan teladan atau dijadikan contoh.

Penyampaian pesan dalam cerita selalu di dasarkan pada tema dan tujuan yang sudah

ditentukan oleh pengarang ketika menyusun rancangan cerita.

Pengertian Amanat Menurut Rusiana [1982:74]. Amanat adalah sebuah ajaran

moral atau pesan yang mau disampaikan oleh pengarang kepada pembaca. Jalan keluar

permasalahan atau akhir permasalahan yang ada dalam cerita dapat disebut sebagai

amanat. Amanat merupakan renungan yang disajikan kembali oleh pembaca.

Pengertian Amanat Menurut Kosasih [2006]. Amanat adalah pesan yang disampaikan

oleh pengarang kepada pembaca lewat tulisantulisannya, supaya pembaca dapat

menarik sebuah kesimpulan dari apa yang sudah pembaca nikmati. Pengertian Amanat

Menurut Siswanti [2008:161-162]. Amanat adalah sebuah gagasan yang menjadi dasar

karya sastra, yang merupakan pesan yang ingin disampaikan seorang pengarang

kepada pendengar atau pembaca. Dalam sebuah karya sastra modern biasanya amana

tersirat, sedangkan di dalam karya sastra lama amant umumnya tersurat.

2.1.3 Bahan Ajar

Bahan pembelajaran merupakan seperangkat informasi yang harus diserap oleh


peserta didik melalu pembelajaran yang menyenangkan. Bahan atau materi
pembalajaran adalah sesuatu yang penting karena merupakan inti dalam proses
pembelajaran. Suatu pembelajaran dikatakan berhasil apabila materi yang disampaikan
dapat dikuasai dengan baik oleh peserta didik. Dalam memilih bahan pembelajaran
yang disampaikan kepada peserta didik tentunya didasarkan pada prinsip-prinisp.

Bahan ajar merupakan sebuah aspek penting dalam melaksanakan pembelajaran


dan sangatlah penting untuk keefektifan proses penyampaian materi dari pendidik agar
mudah dipahami oleh peserta didiknya. Bahan ajar adalah seperangkat materi pelajaran
yang mengacu pada kurikulum yang digunakan dalam rangka mencapai standar
kompetensi dan dan kompetensi dasar yang telah ditentukan. (Nurdyansyah dan
Nahdliyah, 2018:4).

2.2 Kerangka Berpikir

Pendidikan sangatlah penting untuk kehidupan. Seorang pendidik memilik i peran


penting dalam pembelajaran di dunia pendidikan. Selain menjadi pengajar,
pendidik berperan menjadi fasilitator bagi peserta didik saat pembelajaran
berlangsung. Pendidik di tuntut untuk bisa memilih bahan ajar yang tepat dalam
pembelajaran di kelas. Oleh karena itu, pendidik diharuskan untuk bisa membuat
bahan ajar yang disesuaikan dengan tujuan pembelajaran yang dapat membuat
peserta didik dapat mengembangkan pengetahuan dan keterampilan melalui
nalar serta kreativitasnya.
Kerangka berpikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori
berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah
yang penting. Kerangka pemikiran tersebut berfungsi sebagai tolok ukur dan
garis pembatas bagi penulis untuk melaksanakan penelitian supaya tidak keluar
dari hal yang sudah direncanakan. Kerangka yang telah penulis rencanakan
memiliki fungsi yang sangat penting dalam penelitian yang akan dilakukan,
terutama dalam permasalahan dan kebutuhan yang akan digunakan pada saat
penelitian saat pembelajaran di kelas. (Uma Sekaran dalam Sugiyono, 2018:91).
Berdasarkan hal tersebut, penulis akan menggunakan metode kerangka
pemikiran pada saat melakukan penelitian dalam kegiatan menganalisis
unsur intrinsik dan nilai moral sosial pada cerpen menyerah bukanlah pilihan
karya Dwi Fitriani,dkk sebagai alterntif bahan ajar di SMA Nadlotul Ulama.
Uraian permasalahan dan solusi yang dipaparkan penulis tersebut, akan
dituangkan ke dalam skema kerangka pemikiran berikut.

Antologi Cerpen Menyerah


Bukanlah Pilihan

Analisis unsr intrinsik dan nilal


moral sosial antologi cerpen
menyerah bukanlah pilihan
Bab 3
Prosedur Penelitian
3.1 Metode Penelitian
Adapun metode penelitian dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Objek penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian yang telah disampaikan, objek yang dikaji dalam
penelitian ini ialah antologi cerpen Menyerah Bukanlah Pilihan. Antologi cerpen
tersebut merupakan karya dari Dwi Fitriani, dkk yang diterbitkan pada Desember 2020
oleh Elex Media Komputindo.
2. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini terbagi atas sumber data primer dan sekunder.
Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari sumber asli (tidak melalui
media perantara). Data primer dapat berupa opini subjek (orang) secara individual atau
kelompok, hasil observasi terhadap suatu benda, kejadian atau kegiatan, dan hasil
pengujian. Sumber data primer yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu
menggunakan sumber data dari cerpen “Menyerah Bukanlah Pilihan karya Dwi Fitriani,
dkk yang diterbitkan pada Desember 2020.
Data sekunder merupakan sumber data penulisan yang diperoleh secara tidak
langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain). Data sekunder
umumnya berupa bukti, catatan atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip
yang dipublikasikan dan yang tidak dipublikasikan. Sumber data sekunder yang
digunakan dalam penelitian ini, yaitu data-data yang diambil dari buku, jurnal, kamus,
ensiklopedia, dan karya ilmiah yang sesuai dengan objek penelitian.
3. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti ialah menggunakan teknik
pustaka, yaitu dengan menganalisis isi. Peneliti membaca, memahami, kemudian
mencatat pokok-pokok yang terdapat dalam cerpen “Menyerah Bukanlah Pilihan”
yang berkaitan dengan masalah dan tujuan penelitian. Adapun langkah-langkah
pengumpulan datanya sebagai berikut:
1. Membaca secara cermat dan memahami pesan yang terkandung dalam cerpen
“Menyerah Bukanlah Pilihan” karya Dwi Fitriani, dkk.
2. Menganalisis unsur intrinsik yang terdapat dalam cerpen “Menyerah Bukanlah
Pilihan” karya Dwi Fitriani, dkk.
3. Menganalisis Nilai Moral Sosial yang terdapat dalam cerpen “Menyerah
Bukanlah Pilihan” karya Dwi Fitriani, dkk.

3.2 Rencana Penelitian


No Kegiatan Bulan
Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags
1. Tahap persiapan
penelitian
A.Penyusunan dan
pengajian judul
B.Pengajuan Proposal

C.Perizinan Penelitian
2. Tahap pelaksanaan
a.Pengumpulan Data
b.Analisis data
3. Tahap Penyusun
Laporan
DAFTAR PUSTAKA
https://journal.unimar-amni.ac.id/index.php/insdun/article/download/204/174/483
http://eprints.unram.ac.id/3131/1/JURNAL%20SKRIPSI%20MARWANTO.pdf
https://eprints.ummi.ac.id/620/4/BAB%20I.pdf
https://www.pasundanekspres.co/apa-itu-antologi-cerpen/

Anda mungkin juga menyukai