Anda di halaman 1dari 17

ANALISIS NILAI EDUKATIF DALAM KUMPULAN CERPEN SENYUM

KARYAMIN KARYA AHMAD TOHARI SEBAGAI BAHAN AJAR DI SMA


NEGERI 21 BANDUNG KELAS XI

Proposal
diajukan sebagai pertimbangan penulisan skripsi

oleh
Shelly Nur Aida
NIM 41032121181014

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTA INDONESIA


JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS ISLAM NUSANTARA
BANDUNG
2021/2022
ANALISIS NILAI EDUKATIF DALAM KUMPULAN CERPEN KARYA
AHMAD TOHARI SEBAGAI BAHAN AJAR DI SMA NEGERI 21
BANDUNG KELAS XI
Shelly Nur Aida
41032121181014

A. Latar Belakang
Karya sastra merupakan hasil ciptaan manusia yang mengekspresikan
pikiran, gagasan, pemahaman, dan tanggapan perasaan penciptanya tentang
hakikat kehidupan dengan menggunakan bahasa yang imajinatif dan
emosional. Sebagai hasil imajinatif, sastra selain berfungsi sebagai hiburan
yang menyenangkan, juga berguna untuk menambah pengalaman batin bagi
para pembaca. Sebuah karya sastra yang baik tidak hanya dipandang sebagai
rangkaian kata tetapi juga ditentukan oleh makna yang terkandung
didalamnya dan memberikan pesan positif bagi pembacanya. (Endraswara,
2003:160)
Cerpen merupakan salah satu karya sastra berupa prosa fiksi. Karya
sastra yang menceritakan sesuatu yang bersifat rekaan, khayalan, sesuatu
yang tidak ada dan terjadi sungguh-sungguh sehingga tak perlu dicari
kebenarannya pada dunia nyata Nurgiyantoro, 2012 dalam (Parole, 2018).
Meskipun bersifat rekaan sebuah cerpen ditulis oleh pengarangnya untuk
menyampaikan sesuatu kepada pembaca, sebagaimana disampaikan
Sapdiani, Maesaroh, Pirmansyah, & Firmansyah, 2018 dalam (Parole, 2018)
bahwa cerita pendek tidak bersifat khayalan yang dibuat begitu saja tanpa
melalui perenungan terhadap hakikat hidup dan kehidupan.
Cerpen sebagai salah satu bentuk karya sastra diharapkan
memunculkan pemikiran-pemikiran yang positif bagi pembaca, sehingga
pembaca peka terhadap masalah-masalah yang berkaitan dengan kehidupan
sosial yang mendorong perilaku baik. Cerpen juga dijadikan bahan untuk
menacari pengalaman karena cerpen mengandung nilai-nilai kehidupan,
pendidikan, serta pesan moral.
Pada dasarnya, tidak ada karya sastra yang lahir begitu saja dalam
suatu situasi, kecuali di dalamnya ada percikan-percikan dari situasi yang
telah lewat, yang tengah berjalan, ataupun harapan terhadap suatu
kebudayaan yang akan datang. (Sukaryantini, 2018) Serta di dalam
kebudayaan tersebut terkandung nilai-nilai edukatif yang positif. Hal
tersebut bisa disadari atau tidak oleh para pencetus, penulis, ataupun
pengarangnya. Namun, secara cepat atau lambat, hal itu akan ditemukan
oleh pembaca sehingga, nilai edukatif tersebut sebagai petunjuk eksistensi
budaya tertentu di dalam suatu tatanan masyarakat.
Nilai-nilai edukatif merupakan nilai-nilai pendidikan yang di
dalamnya mencakup sikap individu dalam kehidupan pribadi, kehidupan
sosial, dan kehidupan yang berhubungan dengan Tuhan. Berbagai
penanaman nilai edukatif melalui pendekatan moral dilakukan dengan
berbagai cara, baik formal maupun nonformal. Karya sastra pun dapat
dijadikan sebagai sarana penanaman nilai edukatif yang dapat dimanfaatkan
oleh pembaca, karena karya sastra merupakan refleksi permasalahan
kehidupan yang diungkapkan kembali oleh pengarang melalui tokoh-tokoh
cerita. Dengan demikian penggalian nilai-nilai edukatif karya sastra perlu
dilakukan mengingat penyampaian nilai edukatif dalam sastra tidak selalu
secara langsung.
Kaitannya dengan pendidikan, pengimplikasian karya sastra dapat
dilakukan melalui pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia. Mempelajari
teks sastra terbukti dalam silabus kurikulum 2013. Cerpen terdapat dalam
materi pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia kelas XI kurikulum 2013.
Kurikulum 2013 ini terdapat kompetensi inti (KI) dan Kompetensi Dasar
(KD), dalam pembelajaran bahasa Indonesia yang membahas tentang cerpen
kelas XI yaitu KI 3 yakni ; Memahami, menerapkan, dan menganalisis
pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif berdasarkan
rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan
humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan
peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan
pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan
bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah, dan KD 3.8
Mengidentifikasi nilai-nilai kehidupan yang terkandung dalam kumpulan
cerita pendek yang dibaca.
Pada penelitian ini, penulis mengambil isu mengenai nilai-nilai
edukatif berdasarkan kompetensi inti (KI) dan kompetensi dasar (KD)
dalam kurikulum 2013. Cerpen yang diambil untuk penelitian ini yaitu
kumpulan cerpen Senyum Karyamin Karya Ahmad Tohari, karena cerpen
ini mempunyai nilai-nilai positif yang dapat diterapkan. Cerpen ini
mengangkat tema kehidupan masyarakat pedesaan, persoalan sosial, serta
konflik kehidupan. Cerpen “Senyum Karyamin” karya Ahmad Tohari
menceritakan tentang seorang pemuda pengangkat batu kali bernama
Karyamin yang selalu tersenyum dalam menanggapi masalah yang
dihadapinya. Mengangkat batu dari sungai ke pangkalan material
merupakan pekerjaan yang harus dilakukan oleh Karyamin. Namun
kehidupannya tak menjauh dari kemiskinan karena para pengepul yang
membeli hasil batu dari Karyamin mempermainkan harga batu tersebut.
Walaupun begitu Karyamin berusaha tetap senyum, karena tawa dan
senyumannya adalah symbol kemenangan terhadap tengkulak, terhadap
rendahnya harga batu, atau terhadap lincahnya tanjakan.
Kurikulum 2013 menuntut peserta didik berperan lebih aktif dan
kreatif, mampu berfikir kritis dan dapat mengkomunikasikan idenya dengan
baik dengan kerja sama antara orang yang satu dengan orang yang lainnya
sehingga mencapai tujuan keberhasilan.
M. Sukaryantini, 2013 pernah meneliti tentang nilai edukatif dalam
bentuk jurnal dengan judul Upaya Meningkatkan Kemampuan Memahami
Nilai-Nilai Edukatif dalam Cerpen Siswa Kelas XI IPS 1 di SMA Saraswati
Seririt. Peneliti selanjutnya pernah dilakukan oleh A. Irmawati, dkk 2020
pernah meneliti tentang nilai edukatif dalam bentuk jurnal dengan judul
Kemampuan Menentukan Nilai Edukatif dalam Cerpen Juru Masak Karya
Damhuri Muhamad Siswa Kelas X SMA Negeri 12 Buru. Pada penelitian ini
penulis juga mengambil nilai edukatif, sepengetahuan penulis belum ada
yang meneliti tentang cerpen senyum karyamin karya Ahmad Tohari, itu
menjadi salah satu alasan penulis mengambil carpen tersebut.
Pada penelitian terdahulu yang dilakukan oleh M. Sukaryantini, 2013
dan A. Irmawati, dkk 2020 terdapat persamaan yang akan diteliti yaitu nilai-
nilai edukatif dalam cerpen. Meskipun sama tetapi penulis mengambil judul
menentukan nilai edukatif karena terlihat dari isi cerpen terdapat nilai
edukatif yang tinggi yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari serta
nantinya bisa dijadikan sebagai materi pembelajaran Bahasa dan Sastra
Indonesia.

B. Batasan Penelitian
Beragam penelitian terdapat batasan untuk mengkaji beberapa masalah.
Batasan dalam penelitian ini dapat diuranikan sebagai berikut:
1. Penelitian hanya meneliti kumpulan cerpen “Senyum Karyamin” karya
Ahmad Tohari
2. Berdasarkan kurikulum 2013 dalam pembelajaran bahasa Indonesia KD
3.8 Mengidentifikasi nilai-nilai kehidupan yang terkandung dalam
kumpulan cerita pendek yang dibaca untuk SMA kelas XI.
3. Fokus Penelitian
a. Nilai pendidikan yang terkandung dalam kumpulan cerpen “Senyum
Karyamin” karya Ahmad Tohari
b. Analisis bahan ajar meneladani kehidupan dari cerita pendek dalam
buku siswa Bahasa Indonesia kelas XI SMA/SMK 2017 yang
ditebitkan oleh kemendikbud meliputi struktur, kriteria, dan
substansi bahan ajar.
c. Hasil analisis nilai pendidikan yang terkandung dalam cerpen
“Senyum Karyamin” karya Ahmad Tohari sebagai alternative bahan
ajar.
C. Rumusan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah diatas maka tujuan penelitian ini:
1. Bagaimana nilai pendidikan yang terkandung dalam kumpulan cerpen
“Senyum Karyamin” karya Ahmad Tohari?
2. Bagaimanakah bahan ajar meneladani kehidupan dari cerita pendek
dalam buku siswa Bahasa Indonesia kelas XI SMA/SMK 2017 yang
ditebitkan oleh kemendikbud meliputi struktur, kriteria, dan substansi
bahan ajar?
3. Bagaimana usulan bahan ajar terkait hasil analisis nilai edukatif dalam
cerpen “Senyum Karyamin” karya Ahmad Tohari?

D. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah diatas maka tujuan penelitian ini;
1. Tujuan Umum Penelitian
Memperoleh gambaran tentang nilai edukatif yang terdapat dalam
kumpulan cerpen “Senyum Karyamin” karya Ahmad Tohari
2. Tujuan Khusus Penelitian
a. Memperoleh nilai pendidikan yang terkandung dalam kumpulan
cerpen “Senyum Karyamin” karya Ahmad Tohari.
b. Memperoleh gambaran bahan ajar meneladani kehidupan dari cerita
pendek dalam buku siswa Bahasa Indonesia kelas XI SMA/SMK
2017 yang ditebitkan oleh kemendikbud meliputi struktur, kriteria,
dan substansi bahan ajar.
c. Menghasilkan usulan bahan ajar dari hasil analisis bahan ajar dalam
buku siswa Bahasa Indonesia oleh kemendikbud dan analisis hasil
cerpen “Senyum Karyamin” karya Ahmad Tohari dijadikan sebagai
alternatif bahan ajar.

E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi banyak
pihak. Manfaat dari penelitian ini diuraikan menjadi manfaat secara teoritis
dan manfaat secara praktis.
1. Manfaat Teoritis
Manfaat teoritis ini yaitu untuk pengembangan penelitian di bidang
sastra mengenai menentukan nilai edukatif dalam kumpulan cerpen
“Senyum Karyamin” karya Ahmad Tohari sebagai bahan ajar di SMA.
2. Manfaat Praktis
Secara Praktis penelitian ini bermanfaat untuk menambah pengalaman
kepada penulis dalam melakukan penelitian kualitatif khususnya
mengenai menentukan nilai edukatif dalam kumpulan cerpen “Senyum
Karyamin” karya Ahmad Tohari sebagai bahan ajar di SMA.

F. Teori Penelitian
1. Nilai Edukatif
a. Pengertian Nilai Edukatif
Nilai dalam bahasa Inggris berarti value yang berasal dari istilah
latin valere yang berarti berguna, mampu, berdaya, berlaku dan kuat.
Nilai adalah sifat-sifat (hal-hal) yang penting atau berguna bagi
kemanusiaan (KBBI, 2005: 783). Nilai merupakan sesuatu yang
dihargai, selalu dijunjung tinggi, serta dikejar manusia dalam
memperoleh kebahagiaan hidup. Manusia dapat merasakan kepuasan
dengan nilai. Nilai merupakan sesuatu yang abstrak tetapi secara
fungsional mempunyai ciri membedakan satu dengan yang lainnya.
Suatu nilai jika dihayati akan berpengaruh terhadap cara berpikir, cara
bersikap, maupun cara berindak seseorang dalam mencapai tujuan
hidupnya.
Kata edukatif berasal dari bahasa Inggris educate yang berarti
mengasuh, mendidik. Education berarti pendidikan, sedang orang yang
melakukan pendidikan dinamakan educator. Edukatif merupakan bersifat
mendidik berkenaan dengan pendidikan (KBBI, 2005: 284).

b. Nilai Edukatif dalam Karya Sastra


Karya sastra merupakan hasil imajinasi dan kreativitas pengarang.
Dengan kreatifitas tersebut seorang pengarang bukan hanya mampu
menyajikan keindahan rangkaian cerita namun juga dapat memberikan
pandangan yang berhubungan dengan renungan tentang agama, filsafat,
serta beraneka ragam pengalaman tentang masalah kehidupan.
Bermacam-macam wawasan itu disampaikan pengarang lewat rangkaian
kejadian, tingkah laku, dan perwatakan para tokoh ataupun komentar
yang diberikan pengarangnya. Sumardjo dan Saini K.M. 1988: 8 ( dalam
Akhamad Akhsan, 2010) berpendapat bahwa karya sastra dapat
memberikan kesadaran kepada pembacanya tentang kebenaran–
kebenaran hidup ini. Dari karya sastra pembaca dapat memperoleh
pengetahuan dan pemahaman yang mendalam tentang manusia, dunia,
dan kehidupan. Makna nilai yang diacu dalam sastra menurut Herman J
Waluyo 2002: 27 (dalam Akhamad Akhsan, 2010) adalah kebaikan yang
ada dalam makna karya sastra bagi kehidupan seseorang. Hal ini berarti
bahwa dengan adanya berbagai wawasan yang dikandung dalam karya
sastra khususnya cerpen akan mengandung bermacam-macam nilai
kehidupan yang bermanfaat bagi pembaca.
Nilai edukatif dalam karya sastra menurut Shimpey (dalam Rusdian
Noer, 2004: 65) dapat dibagi atas nilai tanggung jawab, nilai ketakwaan
kepada Tuhan, nilai kemandirian, nilai kecerdasan, nilai keterampilan,
nilai hedonik, nilai kultural, dan nilai praktis. Berkaitan dengan nilai-
nilai edukatif yang dapat diimplementasikan dengan kata-kata, sikap,
dan tingkah laku seseorang dalam kehidupan bermasyarakat, secara
spesifik terdapat dua belas nilai edukatif Tillman, 2004: 10 (dalam
Akhamad Akhsan, 2010 yaitu; (1) kedamaian yaitu keadaan pikiran
yang damai dan tenang; (2) penghargaan yaitu benih yang
menumbuhkan rasa kepercayaan diri; (3) cinta dan kasih sayang yaitu
dasar kebersamaan dan keinginan baik untuk mewujudkan; (4) toleransi
yaitu menghargai perbedaan individualitas; (5) kejujuran yaitu tidak
adanya kontradiksi antara pikiran, perkataan, dan perbuatan; (6)
kerendahan hati yaitu tetap teguh dan mempertahankan kekuatan diri
serta tidak berkeinginan untuk mengatur yang lainnya; (7) kerjasama
atau tolong menolong yaitu bekerja secara bersama-sama untuk
menciptakan kehendak baik dan pada tugas yang dihadapi; (8)
kebahagiaan.; (9) kesederhanaan yaitu menghargai hal kecil dalam
hidup; (10) kebebasan yaitu bebas dari kebimbangan dan kerumitan
dalam pikiran, hati, dan perasaan yang timbul dari hal-hal negatif (11)
persatuan yaitu keharmonisan dengan dan antarindividu dalam satu
kelompok; (12) Tanggung jawab yaitu melakukan kewajiban dengan
sepenuh hati.
2. Cerpen
Menurut Nurgiyantoro, 2009 (dalam parole, 2018) cerpen
mempunyai unsur pembangun karya sastra prosa fiksi yang dibagi
menjadi dua, yakni unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Kedua unsur
inilah yang banyak disebut oleh seorang kritikus dalam rangka mengkaji
karya sastra. Unsur intrinsik itu meliputi, antara lain: peristiwa, cerita,
plot, penokohan, tema, latar, sudut pandang penceritaan, bahasa atau
gaya bahasa. Unsur ekstrinsik adalah unsur pembentuk karya sastra di
luar karya sastra, meliputi: latar belakang kehidupan penulis, keyakinan
dan pandangan hidup penulis, adat istiadat yang berlaku pada saat itu,
situasi politik (persoalan sejarah), ekonomi, dsb Wallek & Warren 1965
(dalam jurnal penddikan Bahasa Indonesia). Dalam membaca sebuah
cerpen, setiap orang akan memiliki kesan yang berbeda-beda. Pembaca
yang kreatif dapat menemukan nilai-nilai dalam cerpen yang dibacanya.
Nilai-nilai tersebut dapat dijadikan sebagai bentuk pelajaran bagi
pembaca sehingga selain memperoleh hiburan pembaca cerpen juga
dapat menemukan pelajaran hidup yang bermanfaat bagi dirinya. Nilai
kehidupan dapat ditemukan dalam cerpen melalui ucapan, tindakan,
pikiran, dan perasaan tokoh-tokoh cerita. Misalnya nilai ketuhanan, nilai
agama, nilai moral, nilai budaya, nilai sosial, nilai pendidikan, nilai
psikologis, dan nilai estetika.
3. Bahan ajar
a. Pengertian bahan ajar
Bahan ajar adalah seperangkat sarana atau alat pembelajaran yang
berisikan materi pembelajaran, metode, batasan-batasan dan cara
mengevaluasi yang di desain secara sistematis dan menarik dala rangka
mencapai tujuan yang diharapkan, yaitu mencapai kompetensi atau
subkompetensi dengan segala kompleksitasnya (Widodo dan Jasmadi
dalam lestari, 2013:1).
Menurut Prastowo (2012:17) menjelaskan bahwa bahan ajar adalah
segala bahan (informasi, alat, maupu teks) yang disusun secara sitematis,
yang menampilkan sosok untuh dari kompetensi yang akan dikuasai
peserta didik dan digunakan dalam proses pembelajaran dengan tujuan
perencanaan dan penelaahan media pembeljaran. Misalnya, buku
pulajaran, modul, LKS, dan sebagainya. Kamirudin (Aisyah dkk, 2020 :
63) berpendapat bahwa bahan ajar bukan sekedar alat bagi gru untuk
mengajar siswa, namun yang lebih penting adalah buku sebagai sumber
yang digunakan siswa agar belajar
b. Jenis-jenis bahan ajar
Untuk menunjang pembeajaran, bahan ajar dapat bermacam-macam
bentuknya sesuai engan kebutuhan pembelajaran. Menurut Majid
(Nana, 2019 : 1), bahan ajar dikelompokan menjadi empat, yaitu :
1) Bahan cetak antara lain handout, buku, modul, lembar kerja
siswa, brosur, leaflet, wallchart, foto/gambar, model/maket.
2) Bahan ajar dengar (audio) seperti kaset, radio,piringan hitam, dan
CD audio.
3) Bahan ajar pandang dengar (audiovisual) seperti video CD, film.
4) Bahan ajar interaktif seperti CD interaktif.
Empat jenis bahan ajar tersebut akan sangat bermanfaat dalam proses
pembelajaran jika digunakan secara tepat sesuai dengan tujuan
pembelajaran yang akan dicapai.
c. Struktur bahan ajar
Bahan ajar yang baik, tersusun atas bagian-bagian yang dipadukan
sehingga menjadi satu kesatuan bahan ajar yang utuh. Susunan atau
komponen pembngun bahan ajar inilah yang dinamakan dengan
struktur bahan ajar. Prasetowo (2012:65) mengungkapkan bahwa
masing-masing bentuk bahan ajar yang ada, secara umum hanya ada
tujuh komponen dalam setiap bahan ajar yaitu, judul, petunjuk
belajar, komptensi dasar atau materi pokok, informasi pendukung,
latihan, tugas atau langkah kerja, dan penilaian.
d. Kriteria bahan ajar
Kriteria Bahan Ajar Bahan ajar dapat dikatakan baik apabila telah
memenuhi ketentuan-ketentuan yang telah ditentukan. Ketentuan-
ketentuan tersebut kemudian dijadikan karakteristik sebuah bahan
ajar atau materi pelajaran. Adapun karakteristik bahan ajar yang baik
menurut Depdiknas (2004) adalah substansi materi diakumulasi dari
standar kompetensi atau kompetensi dasar yang tertuang dalam
kurikulum, mudah dipahami, memiliki daya tarik, dan mudah dibaca.
Selain itu bahan ajar harus mempertimbangkan kriteria-kriteria
bahan ajar. Prastowo (2012: 56) membagi kriteria bahan ajar menjadi
tiga kriteria meliputi:
1) Ketersediaan mengacu pada pengadaan sumber belajar.
Usahakan sumber belajar yang digunakan praktis dan ekonomis.
2) Kesesuaian mengacu pada sumber belajar itu apakah sudah
sesuai atau tidak dengan tujuan pembelajaran yang telah
diterapkan.
3) Kemudahan mengacu pada mudah atau tidaknya sumber belajar
itu disediakan maupun digunakan.
e. Fungsi pembuatan bahan ajar
Menurut (Prastowo,2013) disebutkan bahwa fungsi bahan ajar dapat
dibedakan menjadi dua macam,yaitu fungsi bagi pendidik dan fungsi
bagi peserta didik.
1. Fungsi bahan ajar bagi pendidik, antara lain:
a. Menghemat waktu pendidik mengajar.
b. Mengubah peran pendidik dari seorang pengajar menjadi seorang
fasilitator.
c. Meningkatkan proses pembelajaran menjadi lebih efektif dan
interaktif.
d. Sebagai pedoman bagi pendidik yang akan mengarahkan semua
aktivitasnya dalam proses pembelajaran dan merupakan substansi
kompetensi yang semestinya diajarkan kepada pesertadidik.
e. Sebagai alat evaluasi pencapaian atau penguasaan hasil
pembelajaran.
2. Fungsi bahan ajar bagi siswa, antara lain:
a. Siswa dapat belajar tanpa harus ada pendidik atau teman peserta
didik yang lain.
b. Siswa dapat belajar kapan saja dan dimana saja ia kehendaki.
c. Siswa dapat belajar sesuai kecepatannya masing-masing.
d. Siswa dapat belajar menurut urutan yang dipilihnya sendiri.
e. Membantu potensisiswa untuk menjadi pelajar/mahasiswa yang
mandiri.
f. Sebagai pedoman bagi siswa yang akan mengarahkan semua
aktivitasnya dalam proses pembelajaran dan merupakan substansi
kompetensi yang seharusnya dipelajari atau dikuasainya.
f. Manfaat bahan ajar
Menurut (Prastowo,2013) adapun manfaat atau kegunaan pembuatan
bahan ajar dibedakan menjadi dua macam, yaitu kegunaan bagi pendidik
dan kegunaan bagi siswa.
1. Kegunaan bagi pendidik ada tiga kegunaan pembuatan bahan ajar
bagi pendidik diantaranya sebagai berikut:
a. Pendidik akan memiliki bahan ajar yang dapat membantu proses
pembelajaran.
b. Bahan ajar dapat diajukan sebagai karya yang dinilai guna
keperluan kenaikan pangkat.
c. Menambah penghasilan bagi pendidik jika hasil karyanya
diterbitkan.
2. Kegunaan bagi siswa Menurut (Prastowo,2013) ada tiga kegunaan
bahan ajar bagi siswa diantaranya:
a. Kegiatan pembelajaran menjadi lebih menarik.
b. Siswa lebih banyak mendapatkan kesempatan untuk belajar
secara mandiri.
c. Siswa mendapatkan kemudahan dalam mempelajari setiap
kompetensi yang harus dikuasai.
Menurut (Prastowo, 2013) tujuan pembuatan bahan ajar ada empat
hal pokok, yaitu:
a. Membantu siswa dalam mempelajari sesuatu.
b. Menyediakan berbagai jenis pilihan bahan ajar sehingga
mencegah timbulnya rasa bosan pada siswa.
c. Memudahkan siswa dalam melaksanakan pembelajaran.
d. Agar kegiatan pembelajaran menjadi lebih menarik.

G. Metode Penelitian
1. Metode dan pendekatan penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kualitatif dengan menggunakan metode DBR (Design Based Research),
atau disain berbasis penelitian. DBR (Design Based Research)
merupakan sistematis pendidikan dan instruksional proses desain yang
didalamnya memiliki proses kegiatan analisis, desain, evaluasi, dan
revisi sehingga mendapatkan hasil yang memuaskan. (Intendia, 2016 :
77 ). Metode ini bertujuan untuk merancang suatu produk dari hasil
analisis. Produk dari penelitian ini berupa usulan hasulan bahan ajar
berdasarkan hasil nementukan nilai edukatif dalam kumpulan cerpen
“senyum karyamin” karya Ahmad Tohari, oleh sebab itu metode DBR
cocok digunakan dalam penelitian ini.
2. Sumber data dan data
a. Sumber data dalam penelitian ini adalah kumpulan Cerpen “Senyum
Karyamin Karya Ahmad Tohari. Data dan fokus penelitian ini yaitu
mengenai nilai edukatif pada teks cerpen.
b. Data yang diperoleh pada penelitian ini kutipan penting terkait
dengan nilai edukatif dalam kumpulan Cerpen Senyum Kayamin
karya Ahmad Tohari.
3. Teknik pengumpulan data
Teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini yaitu
teknik studi dokumentasi. Untuk memperoleh data teknik dokumentasi
yang dilakukan sebagai berikut:
a. Membaca buku siswa Bahasa Indonesia Kelas XI SMA/SMK 2017
yang ditebitkan oleh kemendikbud sebagai sumber data.
b. Menganalisis serta mencatat data penting berupa tulisan, kutipan
penting, tangkapan gambar, maupun grafik yang berkaitan dengan
struktur bahan ajar kriteria bahan ajar, dan substansi bahan ajar.
c. Membaca kumpulan Cerpen Senyum Karyamin karya Ahmad Tohari
sebagai sumber data
d. Memcatat data beerupa kutipan penting terkait dengan nilai edukatif
yang tergambar dalam cerpen senyum Karyamin kaya Ahmad
Tohari.
4. Teknik pengolahan data
Teknik pengolahan data yang digunakan melaukan analisis, yaitu dengan
cara menafsirkan data yang telah terkumpul sesuai dengan rujukan yang
akan digunakan sebagai pedoman analisis. Serta melakukan pengkodean
sehingga data dapat diolah dengan mudah seperti (H-n= halaman P-n=
paragraph K-n= kalimat)
5. Instrument penelitian
No Kode Data Analisis Inerpretasi
1. SK, H-n P-n K-n
2.
Instrument Penelitian struktur Bahan Ajar
Aspek Indikator Baik Kurang
Struktur Judul Materi
bahan ajar Petunjuk Belajar
Kompetensi dasar/materi
pokok
Informasi pendukung
Latihan
Tugas/Langkah kerja
Penilaian
Kriteria bahan ajar
Ketersediaan Praktis
Ekonomis
Kesesuaian Tujuan pembelajaran
Kemudahan Ketersediaan bahan ajar
Kemudahan penggunaan bahan
ajar
Substansi bahan ajar
Relevansi
Konsistensi
Kecukupan

H. Jadwal Penelitian
No. Kegiatan Bulan/ tahun 2021-2022
Oktober November Desember Januari
1. Mencari dan
membaca artikel,
jurnal yang terkait
2. Menentukan judul
penelitian proposal
brdasarkan isu yang
dipilih
3. Membuat draf
penelitian proposal
4. Menganalisis bahan
ajar dan cerpen yang
terkait
5. Melakukan
bimbingan atau
revisi tahap pertama
6. Melakukan
bimbingan dan revisi
tahap kedua
7. Melakukan ujian
siding proposal
I. Daftar Pustaka

Annas, A. A. (2010). Kritik Sosial Dan Nilai Pendidikan . digilib.uns.ac.id.


Nurjanah, S. (2018). Analisis Semiotik Dan Nilai Moral Berupa Pesan Kritik .
parole junar pendidikan bahasa dan sastra indonesia.
Nuryatin, R. S. (2017). Nilai Pendidikan dalam Antologi Cerpen Senyum
Karyamin Karya Ahmad Tohari. Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia.
Sukaryantini, N. M. (2017). Upaya Meningkatkan Kemampuan Memahami Nilai-
Nilai .
Yulismayanti, Harziko, & Irmawati, A. (Agustus 2020). Kemampuan Menemukan
Nilai Edukatif Dalam Cerpen Juru .
Aisyah, dkk. 2020. Bahan Ajar Sebagai Bagian dalam Kajian Problematika
Pembelajaran Bahasa Indonesia. Salaka, Vol 2 no.1.
Depdiknas. 2006. Pedoman Memilih dan Menyusun Bahan Ajar. Jakarta:
Depdiknas.
Nana. 2019. Pengembangan Bahan Ajar. Klaten : Penerbit Lakeisha.
Prastowo, Andi. 2012. Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Kreatif. Jogjakarta:
DIVA Press.

Anda mungkin juga menyukai