Anda di halaman 1dari 16

ANALISIS

PROBLEMATIKA BAHASA INDONESIA TATARAN SINTAKSIS 2


(KALIMAT TUNGGAL DAN KALIMAT MAJEMUK)

Oleh:
Kelompok 4
NIM Nama

41032121181003 Gina Ayu Fitriani

41032121181014 Shelly Nur Aida

41032121181015 Ineu Shintia

41032121181017 Asy'syifaa Almujahidah

41032121181022 Asep Ramadhan

41032121181025 Nurin Dwi Kurniasih

41032121181038 Dian Hariyani

41032121181054 M. Helmi Sa'ban Faujan

JURUSAN BAHASA DAN SENI


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS ISLAM NUSANTARA
2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr Wb.
Segala puji dan syukur dihanturkan ke hadirat Allah SWT yang Maha Pengasih lagi
Maha Penyayang, yang telah melimpahkan Rahmat-Nya kepada kita semua terutama nikmat
iman dan nikmat islam, sehingga kami dapat menyelesaikan Tugas Kelompok Mata Kuliah
Problematikan Bahasa Indonesia dan Pengajarannya ini tepat pada waktu yang telah
ditentukan. Tidak lupa Shalawat dan salam selalu tercurah limpahkan kepada nabi kita yang
gagah perkasa yang menjadi suriteladan kita, dan baginda Rasul tercinta kita, yakni Nabi
Muhammad SAW, tidak lupa kepada para keluarganya, sahabat-sahabatnya, tabi’in-tabi’atnya
dan kepada kita selaku umatnya yang selalu menjalankan sunah dan ajarannya.
Makalah Metodologi Pengajaran ini diajukkan sebagai salah satu tugas kelompok,
dalam Makalah ini memuat penjelasan analisis kalimat tunggal dan majemuk dengan
berpedoman pada materi–materi yang diperoleh di bangku kuliah dan referensi tambahan
yang didapatkan.
Kami menyadari bahwa dalam pembuatan Makalah Analisis Kalimat Tunggal dan
Mejemuk pada Teks Editorial ini tidak terlepas dari bimbingan, dorongan, dan bantuan dari
dosen pengampu Mata Kuliah Metodologi Pengajaran. Untuk itu, kami ucapkan terimakasih
kepada Bapak Dr. Hamdani. atas segala bentuk bimbingan dan dukungannya.
Kami berharap semoga Makalah ini dapat memberikan manfaat, baik bagi kami
maupun pihak –pihak yang bergerak dalam bidang pendidikan. Kritik dan saran membangun
kami harapkan demi perbaikan di masa yang akan datang.
Wassalamu’alaikum Wr Wb.

Bandung, Oktober 2021


Penulis
A. Latar Belakang
Kata sintaksis berasal dari bahasa Yunani, yaitu Sun yang berarti “dengan” dan kata
tattein yang berarti “menempatkan. Jadi secara etimologi sintaksis berarti menempatkan
bersama-sama kata-kata menjadi kelompok kata atau kalimat. Suhardi (2006:1) memberikan
pengertian bahwa sintaksis adalah cabang ilmu bahasa yang sudah sangat tua, menyelidiki
struktur kalimat dan kaidah penyusunan kalimat. Berdasarkan pendapat tersebut maka dapat
disimpulkan bahwa sintaksis adalah ilmu bahasa yang menyelidiki struktur kalimat dan
penyusunan kalimat. Sedangkan Ramlan (2001:21) menyatakan bahwa sintaksis merupakan
ilmu yang mempelajari hubungan antara kata atau frase atau klausa atau kalimat yang satu
dengan yang lain atau tegasnya mempelajari seluk beluk frase, klausa, kalimat, dan wacana.
Salah satu kajian sintaktis adalah kalimat. Berdasarkan batasan-batasan kalimat, Samsuri
(2001:54) memberikan pengertian bahwa yang dimaksud dengan kalimat adalah untai
berstruktur dari kata-kata. Dalam hal ini kalimat, yang juga merupakan satuan bahasa tekecil,
bisa berwujud lisan atau tulisan. Dalam wujud lisan, kalimat diucapkan dengan suara naik-
turun dan keras-lembut, disela-jeda, dan diakhiri dengan intonasi akhir yang diikuti oleh
kesenyapan yang mencagah terjadinya perpaduan atau asimilasi bunyi ataupun proses
fonologis lainnya. Dalam wujud tulisan, kalimat dimulai dengan huruf kapital dan diakhir
dengan tanda titik (.), tanda tanya (?), atau tanda seru (!); sementara itu, di dalamnya
disertakan pula berbagai tanda baca seperti koma (,), titik dua (:), tanda pisah (-), dan spasi.
Kesalahan sintaktis adalah kesalahan atau penyimpangan struktur frasa, klausa, atau
kalimat, serta ketidaktepatan pemakaian partikel. Misalnya:
a) Latihan bernyanyi diadakan sekali setiap minggu.
b) Mengapa kamu pergi dengan tanpa pamit?
c) Dia tidak bisa hadir disebabkan karena dia sakit.
d) Kami rela berkorban demi untuk negara.
e) Dengan penyuluhan itu meningkatkan kecerdasan rakyat.
Seharusnya:
a) Latihan bernyanyi diadakan sekali seminggu.
b) Mengapa kamu pergi dengan tidak berpamitan?
c) Dia tidak bisa hadir karena sakit.
d) Kami rela berkorban demi negara.
e) Penyuluhan itu meningkatkan kecerdasan rakyat.
B. Kesalahan Berbahasa
Pengertian Kesalahan Berbahasa Beberapa peneliti membedakan pengertian kesalahan
berbahasa (error) dengan kesilapan (mistake). Dulay dkk (1982: 139) menyebut kesalahan
berbahasa sebagai penyimpangan dari kaidah bahasa yang benar ataupun kaidah yang telah
dipilih. Penyimpangan/kesalahan itu bersifat sistematis yang dilakukan oleh pembelajar
bahasa kedua karena ketidaktahuannya terhadap kaidah bahasa tersebut. Kesalahan ini berada
pada dimensi kompetensi (Chomsky, 1965). Sedangkan kesilapan merupakan penyimpangan
bahasa yang dilakukan pembelajar karena kelelahan (fatigue). Kesilapan ini, jika mengacu
pada istilah Chomsky, berada pada dimensi performansi. Jadi, kesilapan ini terjadi bukan
karena pemakai bahasa tidak mengetahui kaidah bahasa, melainkan karena faktor kelelahan
atau faktor lain, misalnya slip of the tongue dalam bahasa lisan.
Merujuk pada pengertian kesalahan berbahasa di atas, kesalahan struktur kalimat dapat
dirumuskan sebagai penyimpangan kalimat yang tidak sesuai dengan kaidah bahasa yang
benar. Dalam ragam bahasa tulis baku, kalimat harus memiliki unsur yang lengkap, yaitu
subjek (S), predikat (P), objek (O), pelengkap (Pel), dan keterangan (K) sesuai dengan tipe
verba predikat sehingga setiap kalimat yang dituliskan dapat dibaca dengan jelas dan mudah
dipahami, tidak menimbulkan ketaksaan/kerancuan (Sugono, 2009: 201).

C. Teori Landasan
1. Kalimat Tunggal
Kalimat tunggal adalah kalimat yang terdiri atas satu klausa. Selain itu, Kalimat
tunggal adalah kalimat yang hanya terdiri atas satu subjek dan satu predikat saja. Namun
kalimat tunggal dapat juga diikuti dengan objek atau keterangan.Kalimat tunggal dapat
dibedakan berdasarkan kategori predikatnya yaitu kalimat tunggal berpredikat verbal,
kalimat tunggal berpredikat adjectival, kalimat tunggal berpredikat nominal (termasuk
pronominal), kalimat tunggal berpredikat numeral, dan kalimat tunggal berpredikat frasa
preposisional.
a. Kalimat Tunggal dengan predikat kata benda (Kalimat nominal)
Kalimat nominal adalah kalimat yang predikatnya berupa kata benda. Contoh kalimat
nominal:
a) Ibunya karyawan di perusahaan besar.
b) Kakaknya penari balet.
c) Ayahnya pegawai bank.
b. Kalimat tunggal dengan predikat kata kerja (kalimat verbal)
Kalimat verbal adalah kalimat yang predikatnya berupa kata kerja. Contoh kalimat
verbal:
a) Beni menulis buku.
b) Hendra tidur di kelas.
c) Indah menonton TV.
c. Kalimat tunggal dengan predikat kata sifat (kalimat adjektival)
Kalimat adjektival adalah kalimat yang predikatnya berupa kata sifat. Contoh kalimat
adjektival:
a) Nilainya memuaskan.
b) Kakaknya pintar.
c) Airnya panas.
d. Kalimat tunggal dengan predikat kata bilangan (kalimat numeral)
Kalimat nomor numeral adalah kalimat yang predikatnya berupa kata bilangan.
Contoh kalimat numeral:
a) Tamunya dua orang.
b) Bukunya hanya satu buah.
c) Kucingnya ada tiga ekor.
e. Kalimat tunggal dengan predikat kata depan (kalimat preposisional)
Kalimat preposisional adalah kalimat yang predikatnya berupa kata depan. Contoh
kalimat preposisional:
a) Andra di dalam kamarnya.
b) Neneknya dari Surakarta.
c) Tejo ke pasar.

2. Kalimat Majemuk
Kalimat majemuk merupakan kalimat yang terdiri atas lebih dari satu proposisi
sehingga mempunyai paling tidak dua predikat yang tidak dapat dijadikan satu kesatuan
(Alwi, dkk. 2003:40). Analisis fungsi Sintantik (2019) kalimat majemuk diartikan sebagai
kata-kata yang memiliki struktur kalimat yang di dalamnya terdapat beberapa kalimat
dasar. Dalam kalimat majemuk, konjungsi memegang peranan penting konjungsi atau kata
penghubung, berperan penting untuk menjadi jembatan antar dasar kalimat dalam satu
kalimat majemuk. Oleh sebab itu, kalimat majemuk selalu berwujud dua klausa atau lebih.
a. Kalimat majemuk setara
Kalimat majemuk setara biasa disebut dengan kalimat majemuk koordinatif. Struktur
kalimat di dalamnya terdapat paling sedikit dua kalimat dasar dan masing-masing
dapat berdiri sendiri sebagai kalimat tunggal. Berdasarkan konjungsi yang digunakan,
kalimat majemuk setara dibagi menjadi empat jenis, yaitu :
1) Kalimat majemuk yang menyatakan penjumlahan.
Jenis kalimat ini disebut juga aditif. Jneis kalimat ini menggunakan konjungsi
yang memperlihatkan hubungan penjumlahan dari kalimat dasar. Contoh
konjungsinya adalah dan, serta, lagippula. Contoh:
“Aku membacakan buku dongeng dan adik-adik menyimak dengan antusias.”
2) Kalimat majemuk yang menyatakan urutan peristiwa.
Dalam kalimat ini memakai konjungsi sebagai penghubung antardasar kalimat,
tetapi teap dibutuhkan tanda koma sebagai pembatas. Kalimat in menggambarkan
konjungsi yang menghubungkan urutan peristiwa, seperti lalu, lantas, terus, dan
kemudian. Contoh:
“Saya tinggal di Bandung, lalu keluarga pindah ke Yogyakarta.”
3) Kalimat majemuk yang menyatakan pemilihan.
Kalimat ini ditandai dengan kata penghubung atau hubungan pemilihan pada dua
atau lebih kalimat dasar juga dapat ditunjukan dengan kata apa(kah). Contoh:
“Saya ingin kuliah jurusan seni rupa murni, tetapi orang tua tidak memiliki cukup
uang untuk biaya kuliah.”
b. Kalimat Majemuk Bertingkat
Kalimat ini adalah kalimat yang mengandung satu kalimat dasar yang merupakan
inti (utama) dan satu atau beberapa kalimat dasar yang berfungsi sebagai pengisi salah
satu unsur kalimat inti ini. Unsur kalimat yang dapat dialih fungsikan, seperti subyek,
obyek, atau keterangan. Sehingga, yang membedakan kalimat majemuk bertingkat
dengan kalimat jenis lai adalah keberadaan anak kalimat dan induk kalimat. Induk
kalimat ini memegang peranan sebagai kalimat dasar inti atau utama. Sedangkan anak
kalimat menjadu pengisi salah satu unsur.
1. Anak kalimat keterangan sebab
Jenis ini memiliki sifat seperti anak kalimat keterangan waktu, tetapi menyatakan
pertalian sebab. Ditandai dengan konjungsi karena, sebab, dan lantaran. Contoh :
“Karena berlebihan konsumsi gula, nenek terkena diabetes.”
2. Anak kalimat keterangan akibat.
Kalimat ini menyatakan pertalian akibat. Posisi anak kalimat selalu di akhir setelah
induk kalimat. DItandai dengan konjungsi atau kata penghubung hingga, sehingga,
maka, akibatnya, dan akhirnya. Contoh :
 “Hujan mengguyur kota ini semalaman, hingga sawah terendam air.”
 “Tengkulak memberi beras dengan harga murah, sehingga petani merugi.”
3. Anak kalimat keterangan syarat.
Kalimat yang menyatakan persyaratan. Ditandai dengan konungsi jika, kalau,
apabila, andaikata, dan andaikan. Anak kalimat ini dapat diletakkan dibagian mana
saja dalam kalimat, Contoh :
“Pandemi segera berakhir, kalau semua orang mematuhi protocol sejak awal.”
4. Anak kalimat keterangan cara.
Kalimat ini menyatakan cara. Ditandai dengan konjungsi dengan dan dalam. Anak
kalimat jenis ini dapat ditempatkan dibagian mana saja pada kalimat. Contoh:
“Dengan disahkannya UU Cipta Kerja, sejumlah pihak berpendapat bahwa hal
itu menambah catatan buruk bagi pmerintahan Joko Widodo.”
5. Anak kalimat pengganti pewatas.
Jenis kalimat yang berfungdi menyertai nomina obyek, subyek, maupun predikat.
Contoh :
“Yang selalu dipenuhi lumut itu.”
6. Anak kalimat pengganti nomina
Jenis anak kalimat ini ditandai dengan konjungsi bahwa. Dapat menjadi subyek
atau obyek dalam kalimat transitif. Contoh :
“Adik berjanji bahwa dia tidak akan mencari manga tetangga lagi.”

c. Kalimat Majemuk Campuran


Kalimat ini merupakan gabungan penggunaan kalimat majemuk setara dan kalimat
majemuk bertingkat. Contoh :
a. Ayah pulang ketika ibu memasak dan adik membaca buku.
b. Ujian sudah selesai ketika tim pemeriksa datang dan guru-guru sudah pulang.

Kalimat majemuk campuran yaitu gabungan yaitu gabungan anatara kalimat


majemuk setara dan kalimat amjemuk bertingkat. Ciri-ciri kalimat majemuk
campuran:
1) Memiliki minimal 3 klausa atau satu kalimat tunggal.
2) Terdiri dari induk kalimat dan anak kalimat.
3) Ini memiliki 2 konjungsi atau kata hubung seperti : dan, kemudian, lalu, setelah,
ketika, untuk menjadi, agar, menyebabkan dan sebagainya.

Kalimat majemuk campuran terbagi menjadi dua yaitu :


a) Kalimat majemuk campuran dengan satu induk kalimat dan dua anak kalimat ini
ditiadakan oleh datu klausa tunggal sebagai induknya atau inti dari kalimat
tersebut. Contoh :
“Hasil panen padi yang melimpah ruah tahun ini didukung oleh system irigasi
yang lancer juga metode atau cara penanaman yang tepat.”

Induk kalimat = Hasil panen padi yang melimpah ruah tahun ini.
Anak kalimat = Didukung oleh system irigasi yang lancer juga metode atau cara
penanaman yang tepat.
Pokok dan contoh kalimat amjemuk campuran diatas tersebut adalah berita
tentang melimpahnya hasil panen. Sedangkan kalimat lain hanya dimasukan
sebagai penjelas dari klausa utama.
b) Kalimat majemuk campuran ini didukung oleh dua induk kalimat yang
menggambarkan inti klausa itu sendiri dan juga satu anak klausanya. Contoh :
“Saat Amri datang membawa durian, Andri asik bermain game online disamping
Amri yang sedang mengerjakan PR.”
Inti kalimat = Saat Amri membawa durian.
Anak kalimat = Andri asik bermain game online disamping Amri yang sedang
mengerjakan PR.
Gagasan yang utama dari klausa ini adalah Amri datang membawa durian.
D. ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Teks yang dianalisis merupakan teks editorial yang tercantum pada buku kurikulum 13
revisi untuk kelas XI. Berikut adalah teks editorial yang dianalisis.
Kado Tahun Baru 2014 dari Pertamina

Pertamina mengirim kado Tahun Baru 2014 yang pahit kepada masyarakat.
Menaikkan harga elpiji tabung 12 kg lebih dari 50 persen. Akibatnya sampai di tingkat
konsumen harganya menjadi Rp125.000,00 hingga Rp130.000,00. Bahkan di lokasi yang
relatif jauh dari pangkalan, mencapai Rp150.000,00-Rp200.000,00.
Sungguh, kenaikan harga itu merupakan kado yang tidak simpatik, tidak bijak, dan
tidak logis. Masyarakat sebagai konsumen menjadi terkaget-kaget karena kenaikan tanpa
didahului sosialisasi. Pertamina memutuskan secara sepihak seraya mengiringinya
dengan alasan yang terkesan logis. Merugi Rp22 triliun selama 6 tahun sebagai dampak
kenaikan harga di pasar internasional serta melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar
AS.
Kenaikan harga itu mengharuskan Presiden Republik Indonesia yang sedang
melakukan kunjungan kerja di Jawa Timur meminta Wakil Presiden Republik Indonesia
menggelar rapat mendadak dengan para menteri terkait. Mendengarkan penjelasan
Direksi Pertamina dan pandangan Menko Ekuin, yang kesimpulannya dilaporkan kepada
Presiden. Berdasar kesimpulan rapat itulah, Presiden kemudian membuat keputusan
harga elpiji 12 kg yang diumumkan pada Minggu kemarin.
Kita mengapresiasi langkah cekatan pemerintah dalam mengapresiasi kenaikan harga
elpiji non-subsidi 12 kg itu seraya mengiringinya dengan pertanyaan. Benarkah
pemerintah tidak tahu atau tidak diberi tahu mengenai rencana Pertamina menaikkan
secara sewenang-wenang. Pertamina merupakan perusahaan negara yang diamanati
undang-undang sebagai pengelola minyak dan gas bumi untuk sebesar-besar
kemakmuran dan kesejahteraan rakyat. Rasanya mustahil kalau pemerintah, dalam hal ini
Menko Ekuin dan Menteri BUMN tidak tahu, tidak diberi tahu serta tidak dimintai
pandangan, pendapat, dan pertimbangannya.
Kalau dugaan kita yang seperti itu benar adanya, bisa saja di antara kita menengarai
langkah pemerintah itu sebagai reaksi semu. Reaksi yang muncul sebagai bentuk
kekagetan atas reaksi keras yang ditunjukkan pimpinan DPR R1, DPD RI, dan
masyarakat luas. Malah boleh jadi ada politisi yang mengategorikannya sebagai reaksi
yang cenderung bersifat pencitraan sehingga terbangun kesan bahwa pemerintah
memperhatikan kesulitan sekaligus melindungi kebutuhan rakyat.
Kita tidak bisa menerima sepenuhnya alasan merugi Rp22 triliun selama 6 tahun
menjadi regulator elpiji sehingga serta-merta Pertamina menaikkan harga elpiji? Dalam
peran dan tugasnya yang mulia inilah Pertamina tidak bisa semata-mata menjadikan
harga pasar dunia sebagai kiblat dalam membuat keputusan. Sebab di sisi lain perusahaan
memperoleh keuntungan besar atas hasil tambang minyak dan gas yang dieksploitasi dari
perut bumi indonesia.
Keuntungan besar itulah yang seharusnya digunakan untuk sebesar-besar kemakmuran
dan kesejahteraan rakyat. Caranya dengan mengambil atau menyisihkan sepersekian
persen keuntungan untuk menyubsidi kebutuhan bahan bakar kalangan masyarakat
menengah ke bawah.
Sumber: Kedaulatan Rakyat, 6 Januari 2014

Pada teks diatas terdapat beberapa kesalahan berbahasa pada tataran sintaksis terutama
pada penulisan kalimat tunggal dan majemuk, diantaranya.
a. Kalimat Tunggal
Kesalahan sintaksis yang terdapat pada teks diatas yaitu kalimat tunggal berupa
kalimat
1) Kalimat tunggal yang tidak efektif
Bentuk kalimat tunggal yang tidak efektif disebabkan karena penggunaan kalimat
yang tidak hemat atau tidak ekonomis
a) Kalimat “Bahkan di lokasi yang relatif jauh dari pangkalan, mencapai
Rp150.000,00-Rp200.000,00.” ini tidak efektif karena masih satu topik
dengan kalimat sebelumnya dan sebaiknya kata penghubung Bahkan diganti
menjadi dan, sehingga menjadi satu kalimat dengan kalimat sebelumnya.
b) Kalimat “Mendengarkan penjelasan Direksi Pertamina dan pandangan
Menko Ekuin, yang kesimpulannya dilaporkan kepada Presiden” ini tidak
efektif karena ambigu dan tidak hemat dalam penggunaan kalimat, sebaiknya
kalimat ini disimpulkan dan disatukan dengan kalimat berikutnya yang masih
berhubungan.
c) Pada kalimat “Benarkah pemerintah tidak tahu atau tidak diberi tahu
mengenai rencana Pertamina menaikkan secara sewenang-wenang.” di awal
kalimat tersebut terdapat kata tanya Benarkah yang sebaiknya tidak perlu
digunakan, sehingga pada kalimat sebelumnya pun pada kalimat “itu seraya
mengiringinya dengan pertanyaan” harus dihilangkan agar menjadi kalimat
yang efektif.
d) Pada kalimat “Rasanya mustahil kalau pemerintah, dalam hal ini Menko
Ekuin dan Menteri BUMN tidak tahu, tidak diberi tahu serta tidak dimintai
pandangan, pendapat, dan pertimbangannya.” Terlalu banyak menggunakan
kata tidak yang berulang kali digunakan dalam satu kalimat.
2) Kalimat tunggal yang diawali konjungsi
a) Kalau dugaan kita yang seperti itu benar adanya, bisa saja di antara kita
menengarai langkah pemerintah itu sebagai reaksi semu.
b) Malah boleh jadi ada politisi yang mengategorikannya sebagai reaksi yang
cenderung bersifat pencitraan sehingga terbangun kesan bahwa pemerintah memperhatikan
kesulitan sekaligus melindungi kebutuhan rakyat.
c) Dalam peran dan tugasnya yang mulia inilah Pertamina tidak bisa semata-mata
menjadikan harga pasar dunia sebagai kiblat dalam membuat keputusan.
d) Sebab di sisi lain perusahaan memperoleh keuntungan besar atas hasil tambang
minyak dan gas yang dieksploitasi dari perut bumi indonesia.
3) Kalimat tunggal yang tidak gramatikal
Bentuk kalimat tunggal yang tidak gramatikal berupa kalimat tunggal yang
unsur-unsurnya tidak lengkap karena ketidakhadiran subjek dan ketidakhadiran
predikat
a) Bahkan di lokasi yang relatif jauh dari pangkalan, mencapai Rp150.000,00-
Rp200.000,00.
4) Kalimat tunggal dengan subjek ganda
a) Pada kalimat “Masyarakat sebagai konsumen menjadi terkaget-kaget karena
kenaikan tanpa didahului sosialisasi.” Terdapat dua subjek yang ganda yaitu
pada kata Masyarakat yang kemudian dijelaskan sebagai konsumen.

b. Kalimat Majemuk
Kesalahan pada penulisan kalimat majemuk pada teks di atas yaitu:
1) Kalimat Majemuk setara
Kesalahan sintaksis yang terdapat pada kalimat majemuk setara berupa kalimat
majemuk setara yang tidak gramatikal, kalimat majemuk setara yang tidak padu,
kalimat majemuk setara yang tidak efektif.
a) Kalimat majemuk setara yang tidak gramatikal
Bentuk kalimat majemuk setara yang tidak gramatikal berupa kalimat
majemuk setara yang unsur-unsurnya tidak lengkap karena ketidakhadiran
subjek dan konstruksi kalimatnya kacau. Kalimat majemuk setara yang
konstruksi kalimatnya kacau disebabkan oleh penyusunan kata atau kelompok
kata dalam urutan yang tidak tepat, sebagai berikut.
1. Merugi Rp22 triliun selama 6 tahun sebagai dampak kenaikan harga di
pasar internasional serta melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.
b) Kalimat Majemuk setara yang tidak efektif
Bentuk kalimat majemuk setara yang tidak efektif disebabkan oleh
penggunaan kalimat yang tidak hemat atau tidak ekonomis sebagai berikut.
1. Pertamina memutuskan secara sepihak seraya mengiringinya dengan alasan
yang terkesan logis.
2. Benarkah pemerintah tidak tahu atau tidak diberi tahu mengenai rencana
Pertamina menaikkan secara sewenang-wenang.
3. Keuntungan besar itulah yang seharusnya digunakan untuk sebesar-besar
kemakmuran dan kesejahteraan rakyat.
c) Kalimat Majemuk Setara yang tidak padu
Bentuk kalimat majemuk setara yang tidak padu disebabkan oleh penggunaan
kata tugas di secara tidak tepat sebagai berikut.
1. Malah boleh jadi ada politisi yang mengategorikannya sebagai reaksi
yang cenderung bersifat pencitraan sehingga terbangun kesan bahwa
pemerintah memperhatikan kesulitan sekaligus melindungi kebutuhan
rakyat.
2) Kalimat Majemuk Bertingkat
Kesalahan sintaksis yang terdapat pada kalimat majemuk bertingkat berupa
kalimat majemuk bertingkat yang tidak gramatikal, kalimat majemuk bertingkat
yang tidak padu, kalimat majemuk bertingkat yang tidak efektif, dan kalimat
majemuk bertingkat yang tidak jelas.
a) Kalimat majemuk bertingkat yang tidak gramatikal
Bentuk kalimat majemuk bertingkat yang tidak gramatikal berupa kalimat
majemuk bertingkat yang unsur-unsurnya tidak lengkap karena ketidakhadiran
subjek dalam kalimat sebagai berikut.
1. Rasanya mustahil kalau pemerintah, dalam hal ini Menko Ekuin dan
Menteri BUMN tidak tahu, tidak diberi tahu serta tidak dimintai
pandangan, pendapat, dan pertimbangannya.
b) Kalimat majemuk bertingkat yang tidak padu
Bentuk kalimat majemuk bertingkat yang tidak padu disebabkan oleh
penggunaan kata penghubung secara tidak tepat sebagai berikut.
1. Kalau dugaan kita yang seperti itu benar adanya, bisa saja di antara kita
menengarai langkah pemerintah itu sebagai reaksi semu.
c) Kalimat majemuk bertingkat yang tidak efektif’
Bentuk kalimat majemuk bertingkat yang tidak efektif disebabkan oleh
penggunaan kalimat yang tidak hemat atau tidak ekonomis sebagai berikut.
1. Masyarakat sebagai konsumen menjadi terkaget-kaget karena kenaikan tanpa
didahului sosialisasi.
2. Kita mengapresiasi langkah cekatan pemerintah dalam mengapresiasi kenaikan
harga elpiji non-subsidi 12 kg itu seraya mengiringinya dengan pertanyaan.
3. Pertamina merupakan perusahaan negara yang diamanati undang-undang sebagai
pengelola minyak dan gas bumi untuk sebesar-besar kemakmuran dan kesejahteraan rakyat.
3) Kalimat Majemuk Campuran
Kesalahan sintaksis yang terdapat pada kalimat majemuk campuran berupa kalimat
majemuk campuran yang tidak gramatikal dan kalimat majemuk campuran yang
tidak efektif.
a) Kalimat Majemuk campuran yang tidak gramatikal
Bentuk kalimat majemuk campuran yang tidak gramatikal berupa kalimat
majemuk campuran yang konstruksi kalimatnya kacau. Kalimat majemuk
campuran yang konstruksi kalimatnya kacau disebabkan oleh penyusunan kata
atau kelompok kata dala urutan tidak tepat sebagai berikut.
1. Mendengarkan penjelasan Direksi Pertamina dan pandangan Menko Ekuin,
yang kesimpulannya dilaporkan kepada Presiden.
2. Berdasar kesimpulan rapat itulah, Presiden kemudian membuat keputusan
harga elpiji 12 kg yang diumumkan pada Minggu kemarin.
b) Kalimat majemuk campuran yang tidak efektif
Bentuk kalimat majemuk campuran yang tidak efektif disebabkan oleh
penggunaan kata-kata yang tidak hemat sebagai berikut.
1. Kenaikan harga itu mengharuskan Presiden Republik Indonesia yang
sedang melakukan kunjungan kerja di Jawa Timur meminta Wakil
Presiden Republik Indonesia menggelar rapat mendadak dengan para
menteri terkait.
2. Reaksi yang muncul sebagai bentuk kekagetan atas reaksi keras yang
ditunjukkan pimpinan DPR R1, DPD RI, dan masyarakat luas.

E. SIMPULAN
Berdasarkan pembahasan penelitian yag telah disajikan diperoleh simpulan bahwa
pada teks editorial “Kado tahun baru 2014 dari pertamina” terdapat kesalahan pada
tataran sintaksis. Kesalahan tersebut meliputi kesalahan sintaksis pada kalimat tunggal dan
kalimat majemuk.
Kesalahan sintaksis pada kalimat tunggal terjadi pada kalimat tunggal yang tidak
efektif, kalimat tunggal dengan kojungsi, kalimat tunggal yang tidak gramatikal, dan
kalimat tunggal yang mempunyai subjek ganda. Sedangkan kesalahan pada kalimat
majemuk terbagi menjadi tiga yaitu kesalahan kalimat majemuk setara, kalimat majemuk
bertingkat, dan kalimat majemuk campuran.

F. MODEL PEMBELAJARAN NYMBER HEAD TOGETHER (NHT)


Pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran yang mengutamakan adanya
kerjasama antar siswa dalam kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran. Para siswa
dibagi ke dalam kelompok-kelompok kecil dan diarahkan untuk mempelajari materi pelajaran
yang telah ditentukan. Tujuan dibentuknya kelompok kooperatif adalah untuk memberikan
kesempatan kepada siswa agar dapat terlibat secara aktif dalam proses berpikir dan dalam
kegiatan-kegiatan belajar. Dalam hal ini sebagian besar aktifitas pembelajaran berpusat pada
siswa, yakni mempelajari materi pelajaran serta berdiskusi untuk memecahkan masalah.
Pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif
yang menekankan pada struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi
siswa dan memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan akademik. Tipe ini
dikembangkan oleh Kagen dalam Ibrahim (2000: 28) dengan melibatkan para siswa dalam
menelaah bahan yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka
terhadap isi pelajaran tersebut.
Ibrahim mengemukakan tiga tujuan yang hendak dicapai dalam pembelajaran kooperatif
dengan tipe NHT yaitu :
1. Hasil belajar akademik stuktural : Bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam
tugas-tugas akademik.
2. Pengakuan adanya keragaman: Bertujuan agar siswa dapat menerima teman-temannya
yang mempunyai berbagai latar belakang.
3. Pengembangan keterampilan social : Bertujuan untuk mengembangkan keterampilan
sosial siswa
Ibrahim mengemukakan tiga tujuan yang hendak dicapai dalam pembelajaran kooperatif
dengan tipe NHT yaitu :
1. Hasil belajar akademik stuktural : Bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam
tugas-tugas akademik.
2. Pengakuan adanya keragaman: Bertujuan agar siswa dapat menerima teman-temannya
yang mempunyai berbagai latar belakang.
3. Pengembangan keterampilan social : Bertujuan untuk mengembangkan keterampilan
sosial siswa.
Adapun Langkah-langkah model pembelajaran NHT (Number Head Together) adalah
sebagai berikut
1. Fase 1 : Penomeran
Dalam fase ini, kegiatan yang dilakukan guru ialah membagi siswa ke dalam beberapa
kelompok yang terdiri antara 4-5 siswa. masing-masing anggota kelompok memperoleh
nomor yang berbeda-beda.
2. Fase 2 : Mengajukan Pertanyaan
Dalam fase yang kedua ini, kegiatan guru selanjutnya adalah memberikan pertanyaan-
pertanyaan kepada siswa. dengan memberikan pertanyaan yang diharapkan bervariasi dan
juga dapat berupa pertanyaan yang spesifik dan tentunya dalam bentuk kalimat tanya.
Misalnya, “Ada berapa jenis kalimat?” atau pertanyaan guru dapat berupa pertanyaan
yang mengarahkan siswa. Seperti, “pastikan setiap 5 orang dapat mengetaui jeni-jenis
kalimat”. Tujuan pemberian pertanyaan ini adalah untuk mentransformasikan pengetahuan
baru ke arah situasi pembelajaran atau mengarahkan siswa untuk menanggapi materi
yanga akan dipelajarinya. Dengan demikian, akan membentuk sebuah situasi penalaran
terhadap pengalaman baru yang akan dipelajari dengan lebih siap untuk dipahami dan
diterimanya.
3. Fase 3 : Berpikir Bersama
Dari pertanyaan tersebut, siswa bersama kelompoknya membahas dan menyatukan
pendapatnya. tiap anggota dalam tim kelompoknya mengetahui jawaban tersebut.
4. Fase 4 : Menjawab
Pada kegiatan ini, guru memanggil suatu nomor tertentu dengan cara acak. kemudian
siswa yang bersangkutan yang sesuai dengan nomor panggil guru mengacungkan tangan
dan menjawab pertanyaan guru tadi untuk dijawab kepada seluruh kelas.
5. Fase 5 : Penilaian dan Pemberian Tanggapan
Pada langkah ini, guru meminta siswa yang lain untuk memberikan tanggapan, jawaban
dan masukannya terhadap hasil jawaban siswa pada fase 4. Selanjutnya guru memanggil
dan menunjuk nomor yang lain. Kegiatan ini dilakukan berulang-ulang sampai
berakhirnya nomor pada siswa.
6. Fase 6 : Kesimpulan
Agar tidak menimbulkan kerancuan atau salah persepsi pada siswa. pada fase ini langkah
guru adalah memberikan kesimpulan dan penjelasan atas pertanyaan dari jawaban yang
disampaikan siswa.
7. Fase 7 : Evaluasi
Pemberian evaluasi bertujuan untuk mengetahui dan memberikan umpan balik dari hasil
kegiatan yang sudah dilakukan. Pemberian evaluasi ini dapat berupa penilaian secara lisan
dan tulisan. Pemberian tes sebagai hasil akhir dari bentuk kegiatan pembelajaran dapat
dilakukan oleh guru sesuai dengan keinginan guru yang bersangkutan. Pemberian tes pada
akhir kegiatan pembelajaran menjadi hal terpenting untuk mengetahui dan menelaah
pengunaan model pembelajaran NHT (Number head Together) itu sendiri dan
perkembangan belajar siswa.

DAFTAR PUSTAKA
Utami, Yunita. 2012. Analisis Variasi Kalimat Tunggal Dan Majemuk Dalam Wacana Iklan
Bank Pada Surat Kabar. Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Ferdiansyah, Asep. 2018. Kajian Kalimat Tunggal dan Majemuk Bahasa Indonesia. Blogspot.
Agus Setiawan, Dwi. 2016. Analisis Kesalahan Sintaksis Bahasa Indonesia Dalam Karangan
Deskripsi Siswa Kelas Vi Sdn Kanigoro 02 Kecamatan Pagelaran Yang
Berbahasa Ibu Bahasa Madura. Vol. 5, N0. 3, Hal 25-36. Pancaran: Universitas
Kanjuharan Malang.\
Yuni Antari, Wayan & Sri Satyawati, Made. 2017. Analisis Penggunaan Kalimat Bahasa
Indonesia pada Karangan Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri 10 Sanur,
Denpasar. Vol 21. Hal 46-51. Jurnal Humanis, Fakultas Ilmu Budaya Unud.

Anda mungkin juga menyukai