KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum wr.wb
Puji syukur kami ucapkan atas terselesaikannya makalah: “ANALISIS KALIMAT DALAM
BAHASA INDONESIA”. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Kajian Bahasa Indonesia.
Sebagaimana judulnya makalah ini diharapkan mampu memberikan wawasan, pengetahuan,
dan gambaran tentang pengertian KALIMAT serta hubungan antara frasa, klausa, dan
kalimat dalah Bahasa Indonesia.
Kami sadar bahwa makalah analisis kalimat dalam bahasa indonesia ini memiliki banyak
kekurangan. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi
berkualitasnya makalah ini.
Demikianlah harapan kami, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua
mahasiswa , kami mengucapkan terima kasih.
Wassalamu’alaikum wr. Wb
Metro, 23 november 2020
ABSTRAK
Kalimat adalah bagian ujaran yang memepunyai stuktur minimal subjek (S) dan (P) dan intonasinya
menujukan bagian ujaran itu sudah lengkap dengan makna. Intonasi final kalimat dalam bahasa tulis
dilambangkan dengan tanda titik, tanda tanya, atau tanda seru. Penetapan struktur bukanlah semata-
mata gabungan atau ragkaian kata yang tidak mempunyai kesatuan bentuk. Lengkap dengan makna
menunjukan sebuah kalimat harus mengandung pokok pikiran yang lengkap sebagai pengungkap
maksud penutur.
Sesungguhnya yang menetukan satuan kalimat bukan banyaknya kata yang menjadi unsurnya,
melainkan intonasinya. Setiap satuan kalimat dibatasi oleh adanya jeda panjang yang disertai nada akhir
turun atau naik (Ramlan,1996). Dalam wujud tulisan, kalimat diucapkan dengan suara naik turun dan
keras lembut, di sela jeda, dan diakhiri dengan intonasi akhir yang diikuti oleh kesenyapan yang
mencegah terjadinya kesatuan asimilasi bunyi ataupun proses fonologi lainnya. Dalam wujud tulisan,
kalimat dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik, tanda tanya, atau tanda
seru (Alwi,et. al 1998; Kridalaksana, 1985).
BAB I
PENDAHULUAN
Kalimat merupakan primadona dalam kajian bahasa. Hal ini disebabkan karena dengan perantara
kalimatlah seseorang baru dapat menyampaikan maksudnya secara lengkap dan jelas. Satuan bentuk
bahasa yang sudah kita kenal sebelum sampai pada tataran kalimat adalah kata (misalanya, tidak) dan
frase atau kelompok kata (missalnya, tidak tahu). Kata dan frase tidak dapat menugungkapkan suatu
maksud secara lengkap dan jelas, jika kata dan frase itu sedang berperan sebagai kalimat minor. Untuk
dapat berkalimat dengan baik perlu kita pahami terlebih dahulu struktur dasar kalimat. Pada dewasa ini
orang tidak tahu cara membedakan anatara kata, frase, dan kalimat. Oleh karena itu, penulis lewat
makalah ini dapat memberikan gambaran tantang kalimat.
Kalimat adalah bagian ujaran yang memepunyai stuktur minimal subjek (S) dan (P) dan intonasinya
menujukan bagian ujaran itu sudah lengkap dengan makna. Intonasi final kalimat dalam bahasa tulis
dilambangkan dengan tanda titik, tanda tanya, atau tanda seru. Penetapan struktur bukanlah semata-
mata gabungan atau ragkaian kata yang tidak mempunyai kesatuan bentuk. Lengkap dengan makna
menunjukan sebuah kalimat harus mengandung pokok pikiran yang lengkap sebagai pengungkap
maksud penutur.
Sesungguhnya yang menetukan satuan kalimat bukan banyaknya kata yang menjadi unsurnya,
melainkan intonasinya. Setiap satuan kalimat dibatasi oleh adanya jeda panjang yang disertai nada akhir
turun atau naik (Ramlan,1996). Dalam wujud tulisan, kalimat diucapkan dengan suara naik turun dan
keras lembut, di sela jeda, dan diakhiri dengan intonasi akhir yang diikuti oleh kesenyapan yang
mencegah terjadinya kesatuan asimilasi bunyi ataupun proses fonologi lainnya. Dalam wujud tulisan,
kalimat dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik, tanda tanya, atau tanda
seru (Alwi,et. al 1998; Kridalaksana, 1985).
Dari urain di atas, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan kalimat adalah satuan gramitikal
yang dibatasi oleh adanya jeda panjang yang disertai nada akhir naik atau turun.
Kesulitan menganalisa kalimat dalam membedakana antara O, P, Pel, K dalam sebuah kalimat, perlu
menyiapkan konsep yang matang tentang toeri kalimat. Oleh karena itu penulis membuat makalah ini
untuk membantu rekan-rekan pembaca dalam memantapkan konsep tentang kalimat.
1.3 Ruang Lingkup
Pada pembahasan makalah ini, penulis membatasi pembahasannya dalam menganalisis kalimat, penulis
membatasinya bertujuan untuk kejelasan dan adanya sepesfikasi sehingga pembahasannya jelas dan
akurat.
Adapun ruang lingkup pada makalah ini adalah bagaimana ciri-ciri, perbedaan, dan hubungan unsur-
unsur penyusun kalimat berdasarkan fungsi, kategori, dan berdasarkan peran.
1.4 Tujuan
Setiap tindakan harus disertai dengan tujuan, demekian juga dengan makalah ini, ada tujuan khusus dan
tujuan umumnya.
1.3 .1 tujuan umum
Setelah membaca makalah ini, pembaca diharapkan mampu membedakan semua unsur-unsur
penyusun kalimat, dan tidak ada kerguan dalam membedakan jenis-jenis unsur kalimat.
1.4.2 tujuan khusus
Diharapkan mahasiswa memehami ihkwal seluruh tentang kalimat, dan mengenal hakikat fungsi,
kategori, dan peran unsur-unsur pembentuk kalimat. Setelah itu, dilanjutkan dengan pembicaraan
tentang cara menganalisis kalimat dari segi fungsi, kategori, dan peran sehingga setelah membaca
makalah ini mahasiswa tidak ada masalah lagi mengenai kalimat.
1.5 Manfaat
Dilihat dari isi makalah, diambil dari berbagai sumber dan didukung oleh pendapat-pendapt ahli dalam
bidang bahasa, sehingga isi makalah ini mampu menjelaskan tentang kalimat secara teoritis. Sehingga
bisa dijadikan tambahan referensi dalam proses belajar mengajar.
Mahasiswa mampu menganilisis kalimat baik berdasarkan fungsi, peranan, maupun kategorinya. Dan
dapat megetahui secara jelas peranan-peranan unsur penuyusun kalimat.
BAB II
PEMBAHASAN
Seperti kita ketahui, bahwa bahasa itu terdiri dari dua lapisan, yaitu lapisan bentuk dan lapisan makna
yang dinyatakan oleh lapisan bentuk tersebut. Bentuk bahasa terdiri dari atas satuan-satuan yang s
dibedakan menjadi dua satuan, yaitu satuan fonologi dan satuan gramatikal. Satuan fonologi meliputi
fonem dan suku, sedangkan satuan gramatikal meliputi wacana, kalimat, klausa, frase, kata, dan
morfem.
Fungsi ini barhubungan saling bergantungan antara unsur-unsur dari suatu perangkat
sehingga perangkat itu merupakan keutuhan dan membentuk sebuah struktur (Kridalaksana,
2002). Fungsi bersifat sintaksis, artinya berkaitan dengan urutan kata atau frase dalam kalimat.
Fungsi sintaksis yang utama dalam bahasa adalah predikat, subjek, objek, pelengkap, dan
keterangan. Untuk dapat mengetahui fungsi unsur kalimat, terdapat ciri-ciri subjek, predikat,
objek, pelengkap, dan keterangan.
Yang dimaksud dengan subjek adalah sesuatu yang dianggap berdiri sendiri, dan yang
tentangnya diberitakan sesuatu (Putrayasa, 2001). Subjek adalah unsur pokok yang terdapat
pada sebuah kalimat di samping unsur predikat. Dengan mengetahui ciri – ciri subjek secara
lebih terperinci, kalimat yang dihasilkan dapat terpelihara strukturnya. Jawaban atas
Pertanyaan Apa atau Siapa. Penentuan subjek dapat dilakukan dengan mencari jawaban atas
pertanyaan apa atau siapa yang dinyatakan dalam suatu kalimat. Untuk subjek kalimat yang
berupa manusia, biasanya digunakan kata tanya siapa.Misalnya :
- Jalanya
Akhir –nya di sini mengatakan kata benda, meskipun kata benda itu menyatakan suatu kerja.
- Berperang
Kata yang menjadi subjek suatu kalimat dapat diberi keterangan lebih lanjut dengan
menggunakan penghubung yang. Keterangan ini dinamakan keterangan pewatas.
Subjek tidak didahului preposisi, seperti dari, dalam, di, ke, kepada, pada. Orang sering
memulai kalimat dengan menggunakan kata-kata seperti itu sehingga menyebabkan kalimat-
kalimat yang dihasilkan tidak bersubjek.
Subjek kebanyakan berupa nomina atau frasa nominal. Di samping nomina, subjek dapat
berupa verba atau adjektiva, biasanya, disertai kata penunjuk itu.
5. Jika diubah menjadi kalimat tanya S tidak dapat diberi partikel –kah dan tidak dapat
dipertegas dengan partikel –lah
Subjek dapat dicari dengan pertanyaan ‘Apa atau Siapa yang tersebut dalam predikat’.
Sedangkan predikat adalah bagian kalimat yang menerangkan subjek. Predikat dapat
ditentukan dengan pertanyaan ‘yang tersebut dalam subjek sedang apa, berapa, di mana, dan
lain-lain’.
Fungsi tersebut bisa dibuktikan dengan pertanyaan ‘Siapa yang sedang belajar? Jawabannya
‘mereka itu’.
Menurut Bloomfield (1933) : Menyebut predikat dengan verba vinit yang berarti
melaksanakan perbuatan.
Menurut Lyons dan Alieva (1995/1991) : Predikat adalah keterangan mengenai orang atau
barang, dengan istilah sebutan dengan makna yang sama.
Menurut Ramlan (1996) :Predikat adalah merupakan unsur klausa yang selalu ada dan
merupakan pusat klausa karena memiliki hubungan dengan unsur-unsur lainnya yaitu,
dengan S, O, dan K.
a. Penunjuk aspek : sudah, sedang, akan, yang selalu ada didepan predikat.
d. Beberapa ketengan lain : tidak, bukan, justru, memang, yang terletak diantara S, dan P
e. Kata kerja kopula : ialah, adalah, merupakan, menjadi. Biasanya kata ini digunakan
merangkaikan predikat nomina dengan S-nya, khusus FB-FB (Frase Benda-Frase Benda).
Dilihat dari segi makna, bagian kalimat yang memberikan informasi atas pertanyaan
mengapa atau bagaimana adalah predikat kalimat. Pertanyaan sebagai apa atau jadi apa
dapat digunakan untuk menentukan predikat yang berupa nomina penggolong (identifikasi).
Kata tanya berapa dapat digunakan untuk menentukan predikat yang berupa numeralia (kata
bilangan) atau frasa numeralia.
3. Dapat Diingkarkan
Predikat dalam bahasa Indonesia mempunyai bentuk pengingkaran yang diwujudkan oleh
kata tidak. Bentuk pengingkaran tidak ini digunakan untuk predikat yang berupa verba atau
adjektiva. Di samping tidak sebagai penanda predikat, kata bukan juga merupakan penanda
predikat yang berupa nomina atau predikat kata merupakan.
Predikat kalimat yang berupa verba atau adjektiva dapat disertai kata-kata aspek seperti
telah, sudah, sedang, belum, dan akan. Kata-kata itu terletak di depan verba atau adjektiva.
Kalimat yang subjeknya berupa nomina bernyawa dapat juga disertai modalitas, kata-kata
yang menyatakan sikap pembicara (subjek), seperti ingin, hendak, dan mau.
Frasa, misalnya frasa verbal, frasa adjektival, frasa nominal, frasa numeralia (bilangan).
Contoh:
Unsur kalimat ini bersifat wajib dalam susunan kalimat aktif transitif yaitu kalimat yang
sedikitnya mempunyai tiga unsur utama, subjek, predikat, dan objek. Predikat yang berupa
verba intransitif (kebanyakan berawalan ber- atau ter-) tidak memerlukan objek, sedangkan
verba transitif yang memerlukan objek kebanyakan berawalan me-. Ciri-ciri objek ini
sebagai berikut.
1. Langsung di Belakang Predikat
Objek hanya memiliki tempat di belakang predikat, tidak pernah mendahului predikat.
Objek yang hanya terdapat dalam kalimat aktif dapat menjadi subjek dalam kalimat pasif.
Perubahan dari aktif ke pasif ditandai dengan perubahan unsur objek dalam kalimat aktif
menjadi subjek dalam kalimat pasif yang disertai dengan perubahan bentuk verba
predikatnya.
Objek yang selalu menempati posisi di belakang predikat tidak didahului preposisi.
Dengan kata lain, di antara predikat dan objek tidak dapat disisipkan preposisi.
Objek mengikuti predikat yang berupa verba transitif (memerlukan objek) atau semi-
transitif dan pelengkap mengikuti predikat yang berupa verba intransitif(tidak
memerlukan objek).
Contoh:
Baik objek, maupun pelengkap sering berwujud nomina, dan keduanya juga sering
menduduki tempat yang sama, yakni dibelakang verba (Alwi,et. Al, 1998).
Persamaan dan perbedaan antara objek dan pelengkap dapat dilihat pada ciri-ciri, sebagai
berikut.
Objek Pelengkap
1. Berwujud frase nomina atau klausa 1. Berwujud frase nomina, frase verba, frase
2. Berada langsung di belakang predikat ajektifa, frase preposisional, atau klausa
3. Menjadi subjek akibat pemasifan kalimat 2. Berada langsung di belakang predikat jika
tidak ada objek dan di belakang objek jika
4. Dapat di ganti dengan pronomina
unsur ini hadir
Kridalaksana menyatakan bahwa berdasarkan hubungan di antara pelengkap dan subjek serta
objek, pelengkap dapat dibedakan atas :
3. Pelengkap pengguna : nomina atau frase nomina yang melengkapi verba transitif yang secara
semantif menjadi penerima atau yang di untungkan oleh perbuatan,
4. Pelengkap pelaku : bagian klausa berupa nomina atau frase nomina yang melengkapi verba
pasif dan secara semantik merupakan pelaku,
5. Pelengkap sebab : bagian klausa berupa nomina atau frase nomina yang melengkapi verba
berkonfiks ke-an yang bermakna ‘mengalami’; atau nomina yang melengkapi verba bersruktur
ber-V-kan,
6. Pelengkap penkhususan : bagiab klausa berupa nomina atau frase nomina yang secra
semantik merupakan spesifikasi daro nomina yang terdapat dalam predikatnya (predikat itu
predikat verba denominal),
7. Pelengkap resiplokal : bagian klausa yang berupa nomina atau frase nomina yang
melengkapi verba resiplokal,
8. Pelengkap pemeri : bagian klausa yang berupa adjektiva, atau frase adjektiva numeralia, atau
frase numeralia yang menerangkan nomina dalam predikatnya.
Keterangan merupakan fungsi sintaksis yang paling beragam dan paling mudah
berpindah letaknya. Keterangan dapat berada di akhir, awal, dan di tengah kalimat (Suparman
dan Alwi). Keterangan merupakan unsur kalimat yang memberikan informasi lebih lanjut
tentang suatu yang dinyatakan dalam kalimat; misalnya, memberi informasi tentang tempat,
waktu, cara, sebab, dan tujuan. Keterangan ini dapat berupa kata, frasa, atau anak kalimat.
Keterangan yang berupa frasa ditandai oleh preposisi, seperti di, ke, dari, dalam, pada, kepada,
terhadap, tentang, oleh, dan untuk. Keterangan yang berupa anak kalimat ditandai dengan kata
penghubung, seperti ketika, karena, meskipun, supaya, jika, dan sehingga. Berikut ini beberapa
ciri unsur keterangan.
Berbeda dari subjek, predikat, objek, dan pelengkap, keterangan merupakan unsur tambahan
yang kehadirannya dalam struktur dasar kebanyakan tidak bersifat wajib. Keterangan adalah
bagian kalimat yang menerangkan subjek, predikat, objek atau pelengkap. Berupa frasa nomina,
preposisi, dan konjungsi.
Di dalam kalimat, keterangan merupakan unsur kalimat yang memiliki kebebasan tempat.
Keterangan dapat menempati posisi di awal atau akhir kalimat, atau di antara subjek dan
predikat.
Contoh:
b. Keterangan waktu : pada, dalam, se-, sebelum, sesudah, selama, sepanjang.
k. Keterangan alasan : berdasar hal itu, sehubungan dengan hal itu.
Analisis kalimat berdasarkan fungsi sintaksis, dalam suatu kalimat tidak selalu berfungsi
sintaksis itu terisi, tetapi setidaknya ada konstituen pengisi subjek dan predikat. Konstituen
lainnya banyak ditentukan oleh konstituen pengisi predikat.
Contoh :
a. Dia tidur dikamar depan
S P Ket.Tempat
BAB 3
PENUTUP
1.1Simpulan
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, 1998. Tata Bahasa Baku Bahasa
Indonesia.
Ibrahim, Syukur, dkk. Bahan Ajar Sintaksis Bahasa Indonesia. Departemen Pendidikan Nasional
Universitas Negeri Malang.
Sugono, Dendy. 1986. Berbahasa Indonesia dengan Benar. Jakarta: C.V. Kilat Grafika.
Sumadi. 2009. Sintaksis Bahasa Indonesia. Malang : A3.