Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

ANALISIS KALIMAT DALAM BAHASA


INDONESIA  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) METRO 


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN 
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM 
TAHUN AKADEMIK 2020/2021    
 
 
 
 
 
Disusun sebagai Syarat Mata Kuliah 
Bahasa Indonesia 
 
Dosen Pengampu: 
ANDREE TIONO KURNIAWAN,S.P,M,Pd,I 
 
 
 
NAMA;Fatimah nur hanifa
NPM:2001011040
  Jurusan:penndidikan agama islam 
 Kelas    :  E

KATA PENGANTAR 
 
Assalamu’alaikum wr.wb 
Puji syukur kami ucapkan atas terselesaikannya makalah: “ANALISIS KALIMAT DALAM
BAHASA INDONESIA”. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Kajian Bahasa Indonesia.
Sebagaimana judulnya makalah ini diharapkan mampu memberikan wawasan, pengetahuan,
dan gambaran tentang pengertian KALIMAT serta hubungan antara frasa, klausa, dan
kalimat dalah Bahasa Indonesia. 
Kami sadar bahwa makalah analisis kalimat dalam bahasa indonesia ini memiliki banyak
kekurangan. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi
berkualitasnya makalah ini. 
Demikianlah harapan kami, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua
mahasiswa , kami mengucapkan terima kasih. 
Wassalamu’alaikum wr. Wb 
 
Metro,  23 november 2020 

ABSTRAK 
Kalimat adalah bagian ujaran yang memepunyai stuktur minimal subjek (S) dan (P) dan intonasinya
menujukan bagian ujaran itu sudah lengkap dengan makna. Intonasi final kalimat dalam bahasa tulis
dilambangkan dengan tanda titik, tanda tanya, atau tanda seru. Penetapan struktur bukanlah semata-
mata gabungan atau ragkaian kata yang tidak mempunyai kesatuan bentuk. Lengkap dengan makna
menunjukan sebuah kalimat harus mengandung pokok pikiran yang lengkap sebagai pengungkap
maksud penutur.

Sesungguhnya yang menetukan satuan kalimat bukan banyaknya kata yang menjadi unsurnya,
melainkan intonasinya. Setiap satuan kalimat dibatasi oleh adanya jeda panjang yang disertai nada akhir
turun atau naik (Ramlan,1996). Dalam wujud tulisan, kalimat diucapkan dengan suara naik turun dan
keras lembut, di sela jeda, dan diakhiri dengan intonasi akhir yang diikuti oleh kesenyapan yang
mencegah terjadinya kesatuan asimilasi bunyi ataupun proses fonologi lainnya. Dalam wujud tulisan,
kalimat dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik, tanda tanya, atau tanda
seru (Alwi,et. al 1998; Kridalaksana, 1985).
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kalimat merupakan primadona dalam kajian bahasa. Hal ini disebabkan karena dengan perantara
kalimatlah seseorang baru dapat menyampaikan maksudnya secara lengkap dan jelas. Satuan bentuk
bahasa yang sudah kita kenal sebelum sampai pada tataran kalimat adalah kata (misalanya, tidak) dan
frase atau kelompok kata (missalnya, tidak tahu). Kata dan frase tidak dapat menugungkapkan suatu
maksud secara lengkap dan jelas, jika kata dan frase itu sedang berperan sebagai kalimat minor. Untuk
dapat berkalimat dengan baik perlu kita pahami terlebih dahulu struktur dasar kalimat. Pada dewasa ini
orang tidak tahu cara membedakan anatara kata, frase, dan kalimat. Oleh karena itu, penulis lewat
makalah ini dapat memberikan gambaran tantang kalimat.

Kalimat adalah bagian ujaran yang memepunyai stuktur minimal subjek (S) dan (P) dan intonasinya
menujukan bagian ujaran itu sudah lengkap dengan makna. Intonasi final kalimat dalam bahasa tulis
dilambangkan dengan tanda titik, tanda tanya, atau tanda seru. Penetapan struktur bukanlah semata-
mata gabungan atau ragkaian kata yang tidak mempunyai kesatuan bentuk. Lengkap dengan makna
menunjukan sebuah kalimat harus mengandung pokok pikiran yang lengkap sebagai pengungkap
maksud penutur.

Sesungguhnya yang menetukan satuan kalimat bukan banyaknya kata yang menjadi unsurnya,
melainkan intonasinya. Setiap satuan kalimat dibatasi oleh adanya jeda panjang yang disertai nada akhir
turun atau naik (Ramlan,1996). Dalam wujud tulisan, kalimat diucapkan dengan suara naik turun dan
keras lembut, di sela jeda, dan diakhiri dengan intonasi akhir yang diikuti oleh kesenyapan yang
mencegah terjadinya kesatuan asimilasi bunyi ataupun proses fonologi lainnya. Dalam wujud tulisan,
kalimat dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik, tanda tanya, atau tanda
seru (Alwi,et. al 1998; Kridalaksana, 1985).

Dari urain di atas, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan kalimat adalah satuan gramitikal
yang dibatasi oleh adanya jeda panjang yang disertai nada akhir naik atau turun.

Kesulitan  menganalisa kalimat dalam membedakana antara O, P, Pel, K  dalam sebuah kalimat, perlu
menyiapkan konsep yang matang  tentang toeri kalimat. Oleh karena itu penulis membuat makalah ini
untuk membantu rekan-rekan pembaca dalam memantapkan konsep tentang kalimat.

1.2 Rumusan Masalah

Sesuai dengan pokok permasalahan tema yang diangkat  penulis, mengenai teknik-teknik menganalisiss


Kalimat, maka permasalahan seputar analis kalimat dapat dijabarkan sebagai rumusan masalah sebagai
berikut,

1.      Berdasarkan apa sajakah kita menganalisis sebuah kalimat.

2.      Apa sajakah ciri-ciri unsur-unsur pada sebuah kalimat.


3.      Apa yang membedakan antara keterangan dan pelengkap pada subuah unsur kalimat.

1.3  Ruang Lingkup

Pada pembahasan makalah ini, penulis membatasi pembahasannya dalam menganalisis kalimat, penulis
membatasinya bertujuan untuk kejelasan dan adanya sepesfikasi sehingga pembahasannya jelas dan
akurat.

Adapun ruang lingkup pada makalah ini adalah bagaimana ciri-ciri, perbedaan, dan hubungan unsur-
unsur penyusun kalimat berdasarkan fungsi, kategori, dan berdasarkan peran.

1.4 Tujuan

Setiap tindakan harus disertai dengan tujuan, demekian juga dengan makalah ini, ada tujuan khusus dan
tujuan umumnya.

1.3  .1  tujuan umum 

Setelah membaca makalah ini, pembaca diharapkan mampu membedakan semua unsur-unsur
penyusun kalimat, dan tidak ada kerguan dalam membedakan jenis-jenis unsur kalimat.

1.4.2  tujuan khusus

Diharapkan mahasiswa memehami ihkwal seluruh tentang kalimat, dan mengenal hakikat fungsi,
kategori, dan peran unsur-unsur pembentuk kalimat. Setelah itu, dilanjutkan dengan pembicaraan
tentang cara menganalisis kalimat dari segi fungsi, kategori, dan peran sehingga setelah membaca
makalah ini mahasiswa tidak ada masalah lagi mengenai kalimat.

1.5 Manfaat

         1.5.1    Manfaat bagi perguran tinggi

Dilihat dari isi makalah, diambil dari berbagai sumber dan didukung oleh pendapat-pendapt ahli dalam
bidang bahasa, sehingga isi makalah ini mampu menjelaskan tentang kalimat secara teoritis. Sehingga
bisa dijadikan tambahan referensi dalam proses belajar mengajar.

1.5.2    Manfaat bagi mahasiswa

Mahasiswa mampu menganilisis kalimat baik berdasarkan fungsi, peranan, maupun kategorinya. Dan
dapat megetahui secara jelas peranan-peranan unsur penuyusun kalimat.

 
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian kalimat

Seperti kita ketahui, bahwa bahasa itu terdiri dari dua lapisan, yaitu lapisan bentuk dan lapisan makna
yang dinyatakan oleh lapisan bentuk tersebut. Bentuk bahasa terdiri dari atas satuan-satuan yang s
dibedakan menjadi dua satuan, yaitu satuan fonologi dan satuan gramatikal. Satuan fonologi meliputi
fonem dan suku, sedangkan satuan gramatikal meliputi wacana, kalimat, klausa, frase, kata, dan
morfem.

       Fungsi ini barhubungan saling bergantungan antara unsur-unsur dari suatu perangkat
sehingga perangkat itu merupakan keutuhan dan membentuk sebuah struktur (Kridalaksana,
2002). Fungsi bersifat sintaksis, artinya berkaitan dengan urutan kata atau frase dalam kalimat.
Fungsi sintaksis yang utama dalam bahasa adalah predikat, subjek, objek, pelengkap, dan
keterangan. Untuk dapat mengetahui fungsi unsur kalimat, terdapat ciri-ciri subjek, predikat,
objek, pelengkap, dan keterangan.

1.      Ciri-Ciri Subjek

Yang dimaksud dengan subjek adalah sesuatu yang dianggap berdiri sendiri, dan yang
tentangnya diberitakan sesuatu (Putrayasa, 2001). Subjek adalah unsur pokok yang terdapat
pada sebuah kalimat di samping unsur predikat. Dengan mengetahui ciri – ciri subjek secara
lebih terperinci, kalimat yang dihasilkan dapat terpelihara strukturnya. Jawaban atas
Pertanyaan Apa atau Siapa. Penentuan subjek dapat dilakukan dengan mencari jawaban atas
pertanyaan apa atau siapa yang dinyatakan dalam suatu kalimat. Untuk subjek kalimat yang
berupa manusia, biasanya digunakan kata tanya siapa.Misalnya :

-          Jalanya

Akhir –nya di sini mengatakan kata benda, meskipun kata benda itu menyatakan suatu kerja.

-          Berperang

Artinya hal perang, dianggap sebagai kata benda.

Ciri-ciri subjek adalah sebagai berikut:

      1. Disertai Kata Itu


Kebanyakan subjek dalam bahasa Indonesia bersifat takrif (definite). Untuk menyatakan
takrif, biasanya digunakan kata itu. Subjek yang sudah takrif misalnya nama orang, nama
negara, instansi, atau nama diri lain dan juga pronomina tidak disertai kata itu.

Contoh : Kucing itu (S) mengejar tikus.

2. Mempunyai Keterangan Pewatas Yang

Kata yang menjadi subjek suatu kalimat dapat diberi keterangan lebih lanjut dengan
menggunakan penghubung yang. Keterangan ini dinamakan keterangan pewatas.

Contoh : Yang dibangun(S) rumah pribadi.

3. Tidak Didahului Preposisi

Subjek tidak didahului preposisi, seperti dari, dalam, di, ke, kepada, pada. Orang sering
memulai kalimat dengan menggunakan kata-kata seperti itu sehingga menyebabkan kalimat-
kalimat yang dihasilkan tidak bersubjek.

Contoh : Di bangunan(S) itu dibuatkan jendela besar.

4. Berupa Nomina atau Frasa Nominal

Subjek kebanyakan berupa nomina atau frasa nominal. Di samping nomina, subjek dapat
berupa verba atau adjektiva, biasanya, disertai kata penunjuk itu.

5. Jika diubah menjadi kalimat tanya S tidak dapat diberi partikel –kah dan tidak dapat
dipertegas dengan partikel –lah

6. Bagian yang diterangkan predikat.

Subjek dapat dicari dengan pertanyaan ‘Apa atau Siapa yang tersebut dalam predikat’.
Sedangkan predikat adalah bagian kalimat yang menerangkan subjek. Predikat dapat
ditentukan dengan pertanyaan ‘yang tersebut dalam subjek sedang apa, berapa, di mana, dan
lain-lain’.

Contoh: Sedang belajar(P) mereka itu(S).

Fungsi tersebut bisa dibuktikan dengan pertanyaan ‘Siapa yang sedang belajar? Jawabannya
‘mereka itu’. 

2.      Ciri-Ciri Predikat


Predikat adalah bagian yang memberikan keterangan tentang sesuatu yang berdiri sendiri
atau subjek itu, yang menyatakan apa yang dikerjakan atau dalam keadaan apakah subjek
itu.

Beberapa pendapat mengenai pengertian Predikat, diantaranya :

Menurut Bloomfield (1933) : Menyebut predikat dengan verba vinit yang berarti
melaksanakan perbuatan.

Menurut Lyons dan Alieva (1995/1991) : Predikat adalah keterangan mengenai orang atau
barang, dengan istilah sebutan dengan makna yang sama.

Menurut Ramlan (1996) :Predikat adalah merupakan unsur klausa yang selalu ada dan
merupakan pusat klausa karena memiliki hubungan dengan unsur-unsur lainnya yaitu,
dengan S, O, dan K.

Menurut Suparman (1988) : Memberikan penjelasan predikat dengan menyebutkan ciri-ciri


atau penanda formal dari predikat tersebut, yaitu :

a.       Penunjuk aspek : sudah, sedang, akan, yang selalu ada didepan predikat.

b.      Kata kerja bantu : boleh, harus, dapat.

c.       Kata petunjuk modal : mungkin, seharusnya, jangan-jangan.

d.      Beberapa ketengan lain : tidak, bukan, justru, memang, yang terletak diantara S, dan P

e.       Kata kerja kopula : ialah, adalah, merupakan, menjadi. Biasanya kata ini digunakan
merangkaikan predikat nomina dengan S-nya, khusus FB-FB (Frase Benda-Frase Benda).

Bagian ini khusus membicarakan ciri-ciri predikat secara lebih terperinci.

1. Jawaban atas Pertanyaan Mengapa atau Bagaimana

Dilihat dari segi makna, bagian kalimat yang memberikan informasi atas pertanyaan
mengapa atau bagaimana adalah predikat kalimat. Pertanyaan sebagai apa atau jadi apa
dapat digunakan untuk menentukan predikat yang berupa nomina penggolong (identifikasi).
Kata tanya berapa dapat digunakan untuk menentukan predikat yang berupa numeralia (kata
bilangan) atau frasa numeralia.

2. Kata Adalah atau Ialah


Predikat kalimat dapat berupa kata adalah atau ialah. Predikat itu terutama digunakan jika
subjek kalimat berupa unsur yang panjang sehingga batas antara subjek dan pelengkap tidak
jelas.

3. Dapat Diingkarkan

Predikat dalam bahasa Indonesia mempunyai bentuk pengingkaran yang diwujudkan oleh
kata tidak. Bentuk pengingkaran tidak ini digunakan untuk predikat yang berupa verba atau
adjektiva. Di samping tidak sebagai penanda predikat, kata bukan juga merupakan penanda
predikat yang berupa nomina atau predikat kata merupakan.

4. Dapat Disertai Kata-kata Aspek atau Modalitas

Predikat kalimat yang berupa verba atau adjektiva dapat disertai kata-kata aspek seperti
telah, sudah, sedang, belum, dan akan. Kata-kata itu terletak di depan verba atau adjektiva.
Kalimat yang subjeknya berupa nomina bernyawa dapat juga disertai modalitas, kata-kata
yang menyatakan sikap pembicara (subjek), seperti ingin, hendak, dan mau.

5. Unsur Pengisi Predikat

Predikat suatu kalimat dapat berupa:

Kata, misalnya verba, adjektiva, atau nomina.

Frasa, misalnya frasa verbal, frasa adjektival, frasa nominal, frasa numeralia (bilangan).

6. Predikat dapat diberi partikel –kah.

Contoh:

Merka itu (S) sedang belajar(P).

Sedang belajarkah mereka itu?

Merekakah sedang belajar? (salah)

3.      Ciri-Ciri Objek

Unsur kalimat ini bersifat wajib dalam susunan kalimat aktif transitif yaitu kalimat yang
sedikitnya mempunyai tiga unsur utama, subjek, predikat, dan objek. Predikat yang berupa
verba intransitif (kebanyakan berawalan ber- atau ter-) tidak memerlukan objek, sedangkan
verba transitif yang memerlukan objek kebanyakan berawalan me-. Ciri-ciri objek ini
sebagai berikut.
1. Langsung di Belakang Predikat

Objek hanya memiliki tempat di belakang predikat, tidak pernah mendahului predikat.

Dapat Menjadi Subjek Kalimat Pasif

Objek yang hanya terdapat dalam kalimat aktif dapat menjadi subjek dalam kalimat pasif.
Perubahan dari aktif ke pasif ditandai dengan perubahan unsur objek dalam kalimat aktif
menjadi subjek dalam kalimat pasif yang disertai dengan perubahan bentuk verba
predikatnya.

1) Tidak Didahului Preposisi

Objek yang selalu menempati posisi di belakang predikat tidak didahului preposisi.
Dengan kata lain, di antara predikat dan objek tidak dapat disisipkan preposisi.

2) Objek Berupa Frasa Nomina atau Pengganti Frasa Nomina

Objek mengikuti predikat yang berupa verba transitif (memerlukan objek) atau semi-
transitif dan pelengkap mengikuti predikat yang berupa verba intransitif(tidak
memerlukan objek).

Contoh:

a. Transitif (memerlukan objek)

1. Orang itu(S) menjual(P). (Salah)

2. Orang itu(S) menjual(P) es kelapa muda(O)

b. Semi-transitif (bisa atau tidak perlu objek)

1. Orang itu(S) minum(P).

2. Orang itu(S) minum(P) es kelapa muda(O).

3. Es kelapa muda(S) diminum(P) orang itu(O).

4.      Ciri-Ciri Pelengkap

Baik objek, maupun pelengkap sering berwujud nomina, dan keduanya juga sering
menduduki tempat yang sama, yakni dibelakang verba (Alwi,et. Al, 1998).

       Persamaan dan perbedaan antara objek dan pelengkap dapat dilihat pada ciri-ciri, sebagai
berikut.
Objek Pelengkap

1.      Berwujud frase nomina atau klausa 1.      Berwujud frase nomina, frase verba, frase

2.      Berada langsung di belakang predikat ajektifa, frase preposisional, atau klausa

3.      Menjadi subjek akibat pemasifan kalimat 2.      Berada langsung di belakang predikat jika
tidak ada objek dan di belakang objek jika
4.      Dapat di ganti dengan pronomina
unsur ini hadir

3.      Tidak dapat menjadi subjek akibat pemasifan


kalimat

4.      Tidak dapat diganti dengan –nya kecuali


dalam kombinasi preposisi selain di, ke, dari,
akan.

Kridalaksana menyatakan bahwa berdasarkan hubungan di antara pelengkap dan subjek serta
objek, pelengkap dapat dibedakan atas :

1.      Pelengkap subjek,

2.      Pelengkap objek,

3.      Pelengkap pengguna : nomina atau frase nomina yang melengkapi verba transitif yang secara
semantif menjadi penerima atau yang di untungkan oleh perbuatan,

4.      Pelengkap pelaku : bagian klausa berupa nomina atau frase nomina yang melengkapi verba
pasif dan secara semantik merupakan pelaku,

5.      Pelengkap sebab : bagian klausa berupa nomina atau frase nomina yang melengkapi verba
berkonfiks ke-an yang bermakna ‘mengalami’; atau nomina yang melengkapi verba bersruktur
ber-V-kan,
6.      Pelengkap penkhususan : bagiab klausa berupa nomina atau frase nomina yang secra
semantik merupakan spesifikasi daro nomina yang terdapat dalam predikatnya (predikat itu
predikat verba denominal),

7.      Pelengkap resiplokal : bagian klausa yang berupa nomina atau frase nomina yang
melengkapi verba resiplokal,

8.      Pelengkap pemeri : bagian klausa yang berupa adjektiva, atau frase adjektiva numeralia, atau
frase numeralia yang menerangkan nomina dalam predikatnya.

5.      Ciri-Ciri Keterangan

Keterangan merupakan fungsi sintaksis yang paling beragam dan paling mudah
berpindah letaknya. Keterangan dapat berada di akhir, awal, dan di tengah kalimat (Suparman
dan Alwi). Keterangan merupakan unsur kalimat yang memberikan informasi lebih lanjut
tentang suatu yang dinyatakan dalam kalimat; misalnya, memberi informasi tentang tempat,
waktu, cara, sebab, dan tujuan. Keterangan ini dapat berupa kata, frasa, atau anak kalimat.
Keterangan yang berupa frasa ditandai oleh preposisi, seperti di, ke, dari, dalam, pada, kepada,
terhadap, tentang, oleh, dan untuk. Keterangan yang berupa anak kalimat ditandai dengan kata
penghubung, seperti ketika, karena, meskipun, supaya, jika, dan sehingga. Berikut ini beberapa
ciri unsur keterangan.

1. Bukan Unsur Utama

Berbeda dari subjek, predikat, objek, dan pelengkap, keterangan merupakan unsur tambahan
yang kehadirannya dalam struktur dasar kebanyakan tidak bersifat wajib. Keterangan adalah
bagian kalimat yang menerangkan subjek, predikat, objek atau pelengkap. Berupa frasa nomina,
preposisi, dan konjungsi.

2. Tidak Terikat Posisi

Di dalam kalimat, keterangan merupakan unsur kalimat yang memiliki kebebasan tempat.
Keterangan dapat menempati posisi di awal atau akhir kalimat, atau di antara subjek dan
predikat.

Contoh:

Dulu(Ket) orang itu(S) menjual(P) es kelapa muda(O) di jalan surabaya(Ket).

Terdapat bermacam-macam keterangan berdasarkan maknanya dan tandanya :


a.       Keterangan tempat : di, ke, dari, dalam, pada.

b.      Keterangan waktu : pada, dalam, se-, sebelum, sesudah, selama, sepanjang.

c.       Keterangan alat : dengan.

d.      Keterangan tujuan : agar/ supaya, untuk, bagi, demi.

e.       Keterangan cara : dengan, secara, dengan cara, dengan jalan.

f.       Keterangan penyerta : dengan, bersama, beserta.

g.      Keterangan perbandingan : seperti, bagaikan, laksana.

h.      Keterangan sebab : karena, sebab.

i.        Keterangan kesalinagn : saling.

j.        Keterangan akibat : sehingga, sampai, akibat.

k.      Keterangan alasan : berdasar hal itu, sehubungan dengan hal itu.

l.        Keternagn asal : dari.

m.    Keterangan kualitas : dengan.

n.      Keterangan kuantitas : banyak, sedikit, cukup.

o.      Keterangan modalitas : mustahil, barangkali, moga-moga.

p.      Keterangan perlawanan : meskipun, walaupun.

q.      Keterangan perwatasan : selain, kecuali.

r.        Keterangan objek :

s.       Keterangan subjek : dan

t.        Keterangan syarat : jika, kalau.

Analisis kalimat berdasarkan fungsi sintaksis, dalam suatu kalimat tidak selalu berfungsi
sintaksis itu terisi, tetapi setidaknya ada konstituen pengisi subjek dan predikat. Konstituen
lainnya banyak ditentukan oleh konstituen pengisi predikat.

Contoh :
a.        Dia tidur dikamar depan
  S      P       Ket.Tempat

b.       Mereka sedang belajar bahasa indonesia sekarang


       S                    P                          Pel              Ket.waktu

BAB 3 
PENUTUP 
1.1Simpulan 

Kalimat merupakan bagian ujaran/tulisan yang mempunyai struktur minimal


subjek (S), predikat (P) dan intonasi finalnya menunjukkan bagian ujaran/tulisan itu
sudah lengkap dengan makna (bernada berita, tanya, atau perintah).
Kalimat inti berbeda dengan inti kalimat. Kalimat inti adalah kalimat yang terdiri
atas S dan P. Sedangkan inti kalimat adalh kalimat yang terdiri atas inti-inti kalimat
atau unsur-unsur kalimat yaitu S-P-O.
1.2Saran 
Demikianlah makalah yang telah kami susun. Kami berharap makalah ini berguna
sebagaimana mestinya dan dapat diterima dengan baik. Tapi, sebagai manusia biasa
yang tidak luput dari kekurangan, kami juga mengharapkan kritik dan saran yang
membangun sehingga kami sebagai pemakalah dapat memperbaiki kekurangan dan
mempertahankan kelebihan yang ada pada makalah kami. Terima kasih

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, 1998. Tata Bahasa Baku Bahasa
Indonesia.

Ibrahim, Syukur, dkk. Bahan Ajar Sintaksis Bahasa Indonesia. Departemen Pendidikan Nasional
Universitas Negeri Malang.

Ramlan, M. 2001. Ilmu Bahasa Indonesia Sintaksis. Yogyakarta: C.V. Karyono.

Samsuri. 1985. Tata Bahasa Indonesia Sintaksis. Jakarta: Sastra Budaya.

Sugono, Dendy. 1986. Berbahasa Indonesia dengan Benar. Jakarta: C.V. Kilat Grafika.
Sumadi. 2009. Sintaksis Bahasa Indonesia. Malang : A3.

Rusnaji, Oscar. Aspek-aspek Linguistik. IKIP Malang.

Wirjosoedjarmo. 1984. Tata Bahasa Indonesia. Surabaya: Sinar Wijaya

Rusnaji, Oscar. 1983. Aspek-aspek Sintaksis Bahasa Indonesia. IKIP Malang.

Anda mungkin juga menyukai