Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH MORFOLOGI

KATA BENDA DAN KATA GANTI

(Nomina dan Pronomina)

Dosen pengampu : Dra. Tri Astuti, M.Pd.

Disusun oleh kelompok 1:

1. Santri Inda Pratiwi (2020001)


2. Agung Satria (2020002)
3. Aida Nurhesti (2020004)
4. Dina Aftriani (2020005)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN

PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA

(STKIP-PGRI) LUBUKLINGGAU

2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan Rahmat, taufik dan hidayahnya.
Sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini yang berjudul. “KATA BENDA
DAN KATA GANTI (Nomina dan Pronomina)”. Walaupun makalah ini masih banyak
kekurangan karena pengalaman yang kami miliki sangat kurang. Oleh karena itu,kami harapkan
kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan makalah ini. Dalam menyelesaikan makalah ini penulis mengucapkan terima
kasih kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini.
Akhirnya penulis berharap semoga Allah SWT memberikan imbalan yang setimpal pada
mereka yang telah memberikan bantuan dan dapat menjadikan semua bantuan ini sebagai ibadah,
AamiinYaaRabbalAlamin. Demikianlah semoga makalah ini bermanfaat bagi kita khususnya dan
pembaca umumnya. Aamiin.

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................i

DAFTAR ISI ............................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah .......................................................................................................1

B. Rumusan Masalah ................................................................................................................3

C. Tujuan ...................................................................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN

A. Kata Benda (nomina)............................................................................................................4

B. Kata Ganti (pronomina) ......................................................................................................6

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ..........................................................................................................................9

B. Saran......................................................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................10

ii
i
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kata sebagai satuan gramatik, kata terdiri dari satu atau beberapa morf.m. Kata belajar
terdiri dari dua morfem, ialah morfem ber- dan morfem ajar; kata terpelajar terdiri dari tiga
morfem, ialah morfem ter-, per, dan ajar; kata membabibutakan terdiri dari empat morfem,
ialah morfem meN-, babi, buta, dan -kan; ada kata yang hanya terdiri dari satu morfem saja,
misal datang, pergi, orang, rumah, dari, sebagal, tetang, karena dan sebagainya; dan juga ada
kata yang terdiri dari dua satuan bebas, seperti rumah makan, kamar mandi, rumah sakin,
rumah-rumah jalan jalan, dan sebagainya.

Dari contoh-contoh di atas, dapat disimpulkan bahwa kata adalah satuan gramatik bebas
terkecil, baik bebas secara tuturan biasa maupun gramatikal yang dalam proses
pembentukannya bisa terdiri dari satu morfem atau lebih (Ramlan, 2001:33-34)

Berdasarkan bentuknya, kata dalam bahasa Indonesia dibedakan menjadi empat macam,
yaitu:

1) Kata dasar (basic form), adalah satuan bebas atau terikat yang menjadi dasar
pembentukan kata yang lebih komplek. Kata ini terdiri dari satu morfem. Misal, datang,
pergi, juang, temu, dan sebagainya.
2) Kata berimbuhan (kata turunan), bentuk kata ini terjadi karena adanya proses morfologik,
yaitu afiksasi. Misal, bersepeda, menjalani, dan sebagainya.
3) Kata ulang (reduplikasi), bentuk kata ini terjadi karena adanya proses morfologik, yaitu
adanya proses pengulangan (reduplikasi), baik pengulangan secara keseluruhan maupun
pengulangan sebagian, dengan mengalami pengubahan fonem maupun tanpa pegubahan
fonem. Misalnya, jalan-jalan, bermain-main, muda-mudi, dan sebagainya.
4) Kata majemuk (kompositum), bentuk kata ini terjadi karena adanya proses morfologik,
yaitu adanya proses pemajemukan (reduplikasi). Misal tanggung jawab, daya juang, temu
wicara, dan sebagainya. (Bahasan kata berdasarkan proses morfofologik sudah dibahas
pada bab-bab sebelumnya)

1
Klasifikasi Kata Berdasarkan Jenis, pembagian kata berdasarkan jenis, secara garis besarnya
dapat dibedakan menjadi dua, yaitu berdasarkan tata bahasa tradisional dan berdasarkan tata
bahasa baru (structural). Pelopor tata bahasa tradisional adalah Sutan Takdir Alisyahbana
(STA) dan pelopor tata bahasa Indonesia beru (structural) adalah Gorys Keraf. Secara
tradisional, kata-kata dikelompokkan atau diklasifikasikan berdasarkan kriteria semantik dan
kriteria fungsi yang berlandaskan pada kaidah-kaidah filsafat Kriteria semantic digunakan
untuk mengklasifikasikan kelas verba (V), kelas nomina (N).

Sedangkan kriteria fungsi, digunakan untuk mengklasifikasikan kelas preposisi, kelas


konjungsi, dan lain sebagainya. Sementara golongan strukturalis menggunakan kriteria
struktur untuk mengklasifikasikan kelas/jenis kata. Misalnya, kata-kata yang dapat mengisi
formula tidak...adalah kata kerja atau verba, formula bukan...adalah kata-kata nomina atau
benda, dan formula sangat...adalah kata keadaan atau sifat.

Kedua aliran ini tata bahasa ini, baik tradisional maupun struktural sama-sama memiliki
kelemahan. Karena tidak semua kata dapat diklasifikasikan berdasarkan kriteria semantik dan
fungsi (untuk tata bahasa tradisional) yang berlandaskan kaidah filsafat dan secara struktur
(untuk tata bahasa struktural). Misalnya, kata membantu, ternyata dapat masuk dalam tiga
formula di atas: tidak membantu, bukan membantu, dan sangat membantu. Oleh sebab itu,
kelemahan dan kelebihan dua aliran tata bahasa ini saling mengisi dalam proses
penggolongan kata bahasa Indonesia.

Berdasarkan tata bahasa tradisional, kata dibedakan menjadi sepuluh macam. Pembagian
ini merujuk pada pendapat Aristoteles. Sekalipun pada awalnya Aris Toteles hanya membagi
kata dalam 8 (delapan) jenis kata. Baru setelah orang Eropa berusaha menyusun tata bahasa
dari bahasa-bahasa mereka yang merujuk pada pandangan tata bahasa Yunani-latin
(pandangan Aristoteles), maka ditambahlah jenis kata sandang dan kata seru (interjection).
Sehingga sepuluh pembagian jenis kata berdasarkan tata bahasa tradisional adalah sebagai
berikut: Kata benda (nomina), Kata kerja (verbá), Kata sifat (adjectiva), Kata ganti
(pronomina), Kata bilangan (numeralia), Kata keteranga (adverbia), Kata sambung
(conjunction), Kata depan (preposisi), Kata sandang (articula).

2
Sedangkan berdasarkan tata bahasa baru (structural), kata dibedakan menjadi empat
macam, yaitu, Kata benda (nomina), Kata kerja (verba), Kata sifat (adjectiva), Kata tugas

Dalam bahasan tentang kata selanjutnya, tidak adakan dilihat dari klasifikasi kata
berdasarkan tata bahasa tradisional atau tata bahasa baru (structural), namun akan merujuk
pada paparan yang ditulis pada buku Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian dan penjelasan mengenai kata benda (nomina)?
2. Bagaimana pengertian dan penjelasan tentang kata ganti (pronominal)?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui penegrtian dan penjelasan kata benda (nomina.
2. Untuk mengetahui pengertian dan penjelasan kata ganti (pronominal).

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Kata Benda (Nomina)

Dari segi semantik, nomina atau sering juga disebut kata benda adalah kata yang
mengacu pada manusia, binatang, benda, dan konsep atau pengertian. Bentuknya bisa berupa
bentuk kata dasar ataupun bentuk kata yang mengalami proses morfofologis.

1) Bentuk

Sebagaimana disebut di atas, nomina ada yang bentuk kata dasar dan ada yang bentuk
kata turunan akibat proses morfofologis (afiksasi, reduplikasi, kompositum). Dari proses
afiksasi, segala kata yang mengandung morfem terikat (-imbuhan) ke-an, pe-an, pe -an, ke-,
dapat dicalonkan sebagai kata benda. Seperti kata perumahan, kecantikan, pelari, jembatan,
kehendak, dan lain sebagainya. Namun, perlu diingat, ada sejumlah kata yang tidak dapat
dimasukkan dalam golongan kata benda berdasarkan bentuknya. Oleh sebab itu, kita perlu
menganalisisnya berdasarkan ciri struktural atau sintaksisnya.

Penurunan nomina dengan proses perulangan, dapat dilakukan secara utuh juga secara
sebagian, baik dengan perubahan bunyi maupun tidak, juga penambahan afiks atau tidak.
Oleh sebab itu, reduplikasi nomina dapat dibedakan menjadi empat kelompok, yaitu: (1)
pengulangan utuh, (2) pengulangan salin suara, (3) pengulangan sebagian, (4) pengulangan
yang disertai penambahan afiks. Contoh: rumah-rumah, sayur-mayur. kekanak-kanakan,
orang-orangan.

Penurunan akibat proses pemajemukan dalam nomina juga terjadi, ada nomina majemuk
dan nomina idiom. Perbedaan nomina majemuk dan nomina idiom adalah makna nomina
majemuk masih dapat ditelusuri dari kata kata yang digabungkan, sedangkan nomina idiom
memunculkan makna baru yang tidak dapat secara langsung ditelusuri dari kata yang
digabungkan. Contoh: bandingkan nomina majemuk unjuk rasa dan nomina idiom kaki
tangan. Di samping itu, nomina majemuk umumnya terdiri dari dua kata, sedangkan nomina

4
idiom bisa lebih dari dua kata. Contoh nomina majemuk ganti rugi dan nomina idiom patah
tumbuh hilang berganti.

2) Ciri Struktural

Kata benda, baik yang berimbuhan maupun tidak berimbuhan dapat ditentukan dari ciri
struktural yang sama, yaitu dapat diperluas dengan:

yang+kata sifat
Misalnya:

perumahan yang baru

Kecantikan yang memikat

Kehendak yang baik

Kursi yang empuk

Kesimpulan: segala macam kata yang dapat diterangkan atau diperluas dengan

yang+kata sifat adalah kata benda.

Selain itu, dalam kalimat yang predikatnya verba, nomina cenderung menduduki
fungsi sebagai subjek, objek, atau pelengkap. Contoh kata pemerintahan dan perkembangan
dalam kalimat Pemerintah akan memantapkan perkembangan.

Nomina tidak dapat diingkarkan dengan kata tidak, kata pengingkarannya adalah
bukan. Untuk mengingkarkan kalimat Ayah saya guru, harus dipakai kata bukan: Ayah saya
bukan guru. Namun bagaimana dengan kalimat Tidak ayahnya, tidak anaknya, semua sama
saja?

3) Penggolongan Kata Benda

Menurut wujudnya, kata benda dibedakan menjadi 2 macam, yaitu:

5
a) Kata Benda Konkrit, adalah nama dari benda-benda yang dapat ditangkap oleh panca
indra. Kata benda konkrit ini meliputi nama diri dan nama zat. Contoh: ibu, meja, batu,
dan lain-lain.

b) Kata Benda Abstrak, adalah nama benda-benda yang tidak dapat ditangkap oleh panca
indara. Contohnya angin, Tuhan, dan lain-lain.

B. Kata Ganti (Pronomina)

Kata ganti atau pronomina adalah kata yang dipakai untuk mengacu kepada nomina lain
atau menggantikan kata benda atau yang dibendakan. Pronomina dibedakan menjadi tiga,
yaitu (1) pronomina persona, (2) pronomina penunjuk, (3) pronomina penanya.

Pronomina persona adalah pronomina yang dipakai untuk mengacu pada orang bisa diri
sendiri atau persona pertama, pada orang yang diajak bicara atau persona kedua, dan pada
orang yang dibicarakan atau persona ketiga). Berikut ini adalah pronomina persona yang
disajikan dalam bentuk bagan:

BAGAN I KATA GANTI

Makna
Jamak
Persona Tunggal
Netral Eksklusif Insklusif
Pertama Saya, aku, ku- kami Kita
-ku
Kedua Engkau, kamu, Kalian, kamu,
Anda, engkau, Sekalian, Anda
kau-, -mu Sekalian
Ketiga La, dia, beliau, Mereka
-nya

Pronomina penunjuk dalam bahasa Indonesia ada tiga macam, yaitu

6
1) pronomina penunjuk umum, meliputi:
a) ini, mengacu pada acuan yang dekat dengan pembicara/penulis, pada masa yang akan
datang, atau pada informasi yang akan disampaikan. Umumnya ditempatkan sesudah
nomina yang diwatasinya.
b) itu, mengacu pada acuan yang agak jauh pembicara/penulis, pada masa lampau, atau
pada informasi yang akan disampaikan. Umumnya ditempatkan sesudah nomina yang
diwatasinya.
c) anu, dipakai bila seseorang tidak dapat mengingat benar kata apayang harus dipakai,
padahal ujaran telah terlanjur dimulai. Selain itu juga, dipakai bila si pembicara tidak
mau secara eksplisit mengatakan apa yang dimaksud.
2) pronomina penunjuk tempat, meliputi:
a) sini, untuk menunjuk tempat yang dekat dengan pembicara.
b) situ, untuk menunjuk tempat yang agak jauh dari pembicara.
c) sana, untuk menunjuk tempat yang jauh dari pembicara.

Karena pronomina ini menunjukkan lokasi, maka penggunaannya sering dengan


proposisi pengacu arah (di, ke, dari), sehingga terdapat di/ke/dari.

3) Pronomina ihwal meliputi, begini, begitu.

Pronomina Penanya adalah pronomina yang dipakai sebagai pemarkah pertanyaan.


Dari segi maknanya, dapat digolongkan menjadi:

a) siapa (orang)
b) apa (barang)
c) mana (pilihan)
d) mengapa, kenapa (sebab)
e) kapan, bila 'mana' (waktu)
f) di mana, ke mana, dari mana (tempat)
g) bagaimana (cara)
h) berapa (jumlah atau urutan)
Jika ditinjau dari segi bentuknya, sebenarnya hanya ada dua unsur yang pronomina
penanya, yaitu apa dan mana. Perhatikan bagan berikut:

7
BAGAN 2 KATA PENANYA

ꬾ Apa
si Siapa
meng- Mengapa
+apa
ken- Kenapa
k-n Kapan
(ke) ber (ke) berapa
Di di mana
ke ke mana
dari +mana dari mana
bagai bagaimana
bila bilamana

8
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Kata benda atau nomina adalah kata yang menyatakan segala sesuatu yang
dibendakan. Contoh kata Benda biasanya dapat berfungsi sebagai subjek atau objek dari
klausa. Kata benda bisa berupa nama seseorang, hewan, tumbuhan, tempat, dan semua
hal yang bisa dibendakan.

Kata ganti (pronomina) adalah segala kata yang dipakai untuk menggantikan kata
benda atau kata yang dibendakan. Kata ganti orang I aku adalah kata ganti asli Bahasa
Indonesia, sedangkan saya termasuk kata ganti orang pertama tidak asli. Kata ganti saya
berasal dari kata sahaya atau hamba. Kata ganti kami merupakan kata ganti orang
pertama jamak, sedangkan aku dan saya merupakan kata ganti orang pertama tunggal.
Kata ganti tak tentu ialah kata-kata yang menggantikan atau menunjukkan tempat suatu
benda/ orang dalam keadaan tidak tentu atau umum.

B. Saran

Dengan adanya makalah ini lebih menyadari bahwa pentingnya kata dan pengertianya
dalam bahasa Indonesia. Pembaca diharapkan untuk lebih meningkatkan pengetahuan
tentang jenis-jenis kata dan penggunaan kata dalam bahasa Indonesia.

9
DAFTAR PUSTAKA

Chaer, Abdul. 2009. Morfologi Bahasa Indonesia. Jakarta: Reneka Cipta.

Astuti, Tri. 2021. Morfologi Bahasa Indonesia (bahan Ajar, ed Rev) Lubuklinggau: STKIP-
PGRI Lubuklinggau

Ahmad, HP, 2012. “Sintaksis Bahasa Indonesiaa”. Tanggerang: Pustaka Mandiri.

10

Anda mungkin juga menyukai