Anda di halaman 1dari 14

STRUKTUR KATA KELAS

Mata Kuliah :
Mofologi Bahasa Indonesia

Di Susun Oleh :

Nama : Martalena Ziliwu


Kelas :B
Semester : IV (Empat)
Nim : 192104244

DOSEN PENGAMPU
AROZATULO BAWAMENEWI, S.Pd, M.Pd

INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (IKIP) GUNUNGSITOLI


FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI (FPBS)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA
T.A 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan
rahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Rutin ini tepat pada waktunya dan
berguna untuk menambah wawasan. Tugas Rutin tentang “Mofologi”. Pada  mata kuliah
Mofologi Bahasa Indonesia yang dibimbing oleh Arozatulo Bawamenewi, S.Pd, M.Pd

saya juga berterima kasih kepada dosen yang memberikan saya tugas mata kuliah ini
untuk menambah wawasan saya. Saya menyadari dalam penulisan Tugas Rutin ini masih
jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, saya mengharapkan  saran dan kritik dari para
pembaca yang dapat membantu saya untuk perbaikan dan bahan pertimbangan dalam
membuat tugas selanjutnya, semoga Tugas Rutin ini bermanfaat bagi kita semua. Terima
kasih.

Gunungsitoli, Juni 2021


Penulis,

Martalena Ziliwu

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar...........................................................................................................................i

Daftar Isi...................................................................................................................................ii

Bab I Pendahuluan...................................................................................................................1

A. Latar Belakang................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah ..........................................................................................................4
C. Tujuan .............................................................................................................................4

Bab II Pembahasan...................................................................................................................5

A : Morfologi...................................................................................................................5
B : Kelas Kata..................................................................................................................7
C : Teori Morfologi.........................................................................................................8

Bab III. Penutup......................................................................................................................10

A. Kesimpulan....................................................................................................................10
B. Saran..............................................................................................................................10
Daftar Pustaka

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia dalam seluruh aspek kehidupannya tidak pernah lepas dari bahasa. Manusia
membutuhkan bahasa sebagai sarana untuk berkomunikasi dalam menyalurkan aspirasi,
menyampaikan ide, gagasan, dan keinginannya kepada orang lain, baik secara lisan maupun
tulisan. Para ahli bahasa telah menghasilkan berbagai defenisi mengenai bahasa. Salah
satunya adalah Gorys Keraf yang menyatakan bahwa bahasa adalah alat komunikasi
antaranggota masyarakat berupa lambang bunyi suara yang dihasilkan oleh alat ucap
manusia (Keraf, 1984:16).
Kajian bahasa ditelaah dalam linguistik. Chaer (2007:1) mengatakan bahwa linguistik
adalah ilmu tentang bahasa atau ilmu yang menjadikan bahasa sebagai objek kajiannya.
Defenisi ini mendukung teori Martinet dalam Chaer (2007:2) yang mengatakan bahwa,
linguistik adalah telaah ilmiah mengenai bahasa. Salah satu cabang linguistik adalah
morfologi. Morfologi adalah cabang ilmu linguistik yang mengidentifikasikan satuan-satuan
dasar bahasa sebagai satuan gramatikal (Verhaar, 2008:97), sedangkan tugas morfologi itu
sendiri ialah untuk membentuk kata sebagai satuan dalam bentuk ujaran, dan yang menjadi
pusat kajian morfologi adalah bentuk kata. Dalam bahasa Indonesia ada pengelompokan
kata dalam bentuk kelas kata. Para pakar bahasa pun mengelompokkan kelas kata
berdasarkan sudut pandangnya masing-masing.
Beberapa pakar bahasa yang menyatakan teori tentang kelas kata, antara lain Gorys
Keraf, Harimurti Kridalaksana, Hasan Alwi, dkk.
Keraf membagi kelas kata berdasarkan struktur morfologisnya. Struktur morfologis
adalah bidang bentuk yang memberikan ciri khusus terhadap katakata. Berdasarkan struktur
morfologis, Keraf (1969:23) membagi kelas kata menjadi empat kelas kata, antara lain kata
benda, kata kerja, kata sifat, dan kata tugas. sedangkan Kridalaksana (1991:16) membagi
kelas kata menjadi tiga belas kelas kata, yaitu verba, adjektiva, nomina, pronomina,
numeralia, adverbia, interogativa, demonstrativa, artikula, preposisi, konjungsi, dan kategori
fatis.

1
Berbeda dengan pakar sebelumnya, dalam buku Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia,
Alwi (1998) membagi kelas kata dalam lima kelas kata, yaitu kata benda (nomina), kata
kerja (verba), kata sifat (adjektiva), kata keterangan adverbia, dan kata tugas. Sementara itu,
Arifin, Z. dan Junaiyah (2009:939) menerangkan kelas kata terbagi dalam empat kategori,
yaitu kategori verba, adjektiva, adverbia, dan nomina. Menurut Chaer (2008), kelas kata
dibedakan menjadi sebelas macam kelas kata, yaitu nomina, verba, adjektiva, adverbia,
pronomina, numeralia, preposisi, konjungsi, artikulas, interjeksi, dan partikel. Diantara
sebelas macam kleas kata tersebut, Chaer menggolongkan kelas kata itu menjadi dua
kategori yaitu, kelas kata terbuka dan kelas kata tertutup. Kelas kata terbuka adalah kelas
kata yang keanggotaannya dapat bertambah atau berkurang sewaktu-waktu berkenaan
dengan perkembangan sosial budaya yang terjadi dalam masyarakat penutur suatu bahasa
(Chaer, 2008:65). Sedangkan kelas kata tertutup adalah kelas kata yang jumlahnya terbatas
dan tidak tampak kemungkinan untuk bertambah atau berkurang (Chaer, 2008:83). Dalam
hal ini, Chaer mengkategorikan kelas kata tersebut menjadi tiga macam yaitu nomina, verba,
dan adjektiva. Sementara kelas kata tertutup dapat digolongkan menjadi delapan kelas kata,
yaitu adverbia, pronomina, numeralia, preposisi, konjungsi, artikulas, interjeksi, dan
partikel.
Dari beberapa kelas kata yang digolongkan oleh para ahli, penelitian ini menggunakan
kelas kata yang dikembangkan oleh Chaer karena menurut penulis, pembagian kelas kata ini
lebih mudah untuk diteliti, sebab ketiga kelas kata terbuka tidak terlepas dari unsur
morfologi serta mudah diteliti sebab, anggota dari kleas kata tersebut sudah tidak lazim lagi
untuk dianalisis.. Dalam kajian morfologi digunakan beberapa model atau teknik dalam
menganalisis satuansatuan morfologi.
Di antaranya (a) Teknik analisis unsur bawahan langsung; (b) Model kata dan
paradigma; (c) Model tata nama; dan (d) model proses. Teknik analisis unsur bawahan
langsung pada dasarnya menyatakan bahwa setiap satuan bahasa (yang bukan akar) terdiri
atas dua unsur langsung yang membangun satuan bahasa itu. Misalnya, bentuk pemilik
terdiri atas unsur langsung pe- dan milik, bentuk bayaran terdiri atas unsur langsung bayar
dan –an, dan bentuk pendidikan terdiri atas unsur langsung didik dan simulfiks pe-an. Model
paradigma dengan kata pembaca dapat disajikan bersama dengan kata-kata lain yang

2
mengandung bentuk-bentuk yang mirip, seperti pembaca, membaca, bacaan, terbaca, dan
kata pembacaan. Dalam model tata nama disajikan unsur-unsur gramatikal yakni morfem,
serta diperlihatkan bagaimana hubungan di antara unsur-unsur itu. Misalnya, kata pembaca
terjadi atas morfem afiks {peng}- dan morfem baca; dan kata bacaan terjadi dari morfem
baca dan morfem sufiks –an. Dalam model proses, setiap bentuk kompleks diakui terjadi
sebagai hasil suatu proses yang melibatkan dua buah komponen , yaitu dasar dan proses.
Pada kata pembaca, dasarnya adalah baca dan prosesnya adalah prefikasi dengan prefiks
{peng}-, dan pada kata pembacaan dasarnya adalah baca dan prosesnya adalah simulfiks
{peng-an}.
Dari contoh analisis di atas, penulis tertarik menjadikan media cetak Bali Post dan
majalah Fenomenal sebagai objek penelitian, terutama pada editorialnya. Pada media cetak
Bali Post dan majalah Fenomenal banyak ditemukan kata-kata yang berkategori kleas kata
terbuka seperti, nomina, verba, dan adjektiva serta afiks-afiks yang melekat pada kelas kata
tersebut. Misalnya, Di dalam penelitian editorial media cetak Bali Post ditemukan kata
„pendidikan‟. Pada kata „pendidikan‟ bila dibubuhkan pada morfem dasar yang diawali
oleh fonem konsonan /d/ pada kata „didik‟ mendapat awalan {peng-} dan akhiran { -an}
maka simulfiks {peng-an} berubah menjadi {pen-an}, sehingga bentuknya menjadi kata
baru, yaitu „pendidikan‟. Jadi, proses pembubuhan afiks atau afiksasi sangat penting dan
memerlukan ketelitian untuk menganalisisnya, karena jika salah akan menimbulkan makna
dan bentuk yang tidak gramatikal pada suatu media cetak tersebut.
Berdasarkan kenyataannya, media cetak dalam hal ini merupakan salah satu media
yang dianggap resmi dalam pemakaian bahasa. Oleh karena itu, tidak salah jika setiap isi
surat kabar sesuai dengan keberadaannya itu selalu menggunakan bahasa yang baik dan
benar serta penuh ketelitian dalam penggunaan bahasa Indonesia, termasuk dalam hal
pembentukan kata melalui afiksasi. Dengan demikian, hal tersebut tidak dapat dipungkiri
karena di samping sebagai salah satu media resmi, media cetak juga sangat berpotensi dalam
usaha pembinaan pengembangan bahasa Indonesia yang baik dan benar (Arifin, 1993:15).

3
B. Rumusan Masalah
1. Tipe kelas kata terbuka apa saja yang terdapat pada editorial media cetak?
2. Bagaimanakah proses morfologis jika dilihat dari segi bentuk, fungsi, dan makna kelas
kata terbuka pada editorial media cetak?
C. Tujuan Umum
1. Untuk mengetahui Tipe kelas kata terbuka apa saja yang terdapat pada editorial media
cetak.
2. Untuk mengetahui proses morfologis jika dilihat dari segi bentuk, fungsi, dan makna
kelas kata terbuka pada editorial media cetak.
3. Untuk mmengetahui

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Morfologi

Secara etimologi kata morfologi berasal dari kata morf yang berarti „bentuk‟ dan kata
logos yang berarti „ilmu‟. Jadi, secara harfiah kata morfologi berarti “ilmu mengenai
bentuk‟‟. Di dalam kajian linguistik, morfologi berarti „ilmu mengenai bentuk-bentuk dan
pembentukan kata‟ (Chaer, 2008:3). Dalam bahasa Inggris, kata morfologi berasal dari kata
morphology. Kata morphology merupakan kata asing yang mengalami pengindonesiaan
menjadi morfologi. Bentuk kata ini berasal dari morf yang berarti bentuk dan logos yang
berarti ilmu. Jadi, morfologi menurut asal katanya adalah ilmu yang mempelajari tentang
bentuk kata dari suatu bahasa.

a) Kelas Kata Terbuka

Kelas kata terbuka adalah kelas yang keanggotaannya dapat bertambah atau berkurang
sewaktu-waktu berkenaan dengan perkembangan sosial budaya yang terjadi dalam
masyarakat penutur suatu bahasa (Chaer, 2008:65). Kelas kata terbuka terdiri atas nomina,
verba, dan adjektiva. Kelas nomina bahasa Indonesia seperti penyinetronan dan
pengkomputeran belum ada, tetapi sekarang kata-kata seperti itu sudah banyak. Kelas verba
bahasa Indonesia seperti menggalakkan, memonitor, dan tereliminasi belum ada, tetapi
sekarang kata-kata itu sudah ada.

Demikian juga dari kata-kata kelas adjektiva. Kata-kata kelas nomina tidak dapat
didampingi oleh adverbia frekuensi, adverbia derajat, adverbia kala, dan adverbia
keselesaian. Kata dari kelas verba dapat didampingi oleh adverbia negasi tidak dan tanpa;
adverbia negasi sering dan jarang; oleh adverbia jumlah banyak, sedikit, kurang, dan cukup;
oleh adverbia kala, adverbia keselesaian, adverbia keharusan, dan adverbia kepastian. Kata

5
kelas adjektiva dapat didampingi oleh semua adverbia derajat, keselesaian, dan semua
adverbia kepastian. (Chaer, 2008:70).

b) Media Cetak

Kata “media” berasal dari kata medius yang secara harfiah berarti “perantara” atau
“pengantar”. Dengan demikian, media merupakan wahana penyaluran informasi belajar atau
penyalur pesan. Bila media adalah sumber belajar, secara luas media dapat diartikan dengan
manusia, benda, ataupun peristiwa yang memungkinkan anak didik memeroleh pengetahuan
dan ketrampilan (Djamarah, 1996:136). Media massa adalah salah satu media yang sangat
memengaruhi pemahaman bahasa manusia dan merupakan salah satu jalur untuk melakukan
pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia yang baik dan benar Media cetak merupakan
suatu media yang bersifat statis dan mengutamakan pesan-pesan dari lembaran kertas dengan
sejumlah kata, gambar, atau foto dan halaman hitam putih. Media cetak merupakan dokumen
kehidupan atau rekaman peristiwa yang ditangkap oleh jurnalis dan diubah dalam bentuk kata-kata,
gambar, foto, dan sebagainya. Fungsi utama media cetak adalah memberi informasi dan
menghibur.

c) Editorial

Editorial adalah karangan pokok dalam surat kabar. Editorial dapat pula didefinisikan
sebagai kolom khusus dalam surat kabar yang berisikan tanggapan media yang bersangkutan
terhadap satu peristiwa aktual. Tanggapan tersebut bisa berupa dukungan, pujian, kritikan,
bahkan cemoohan. Editorial mengemukakan pendapat-pendapat atau opini. Pendapat-
pendapat itu berdasarkan analisis terhadap peristiwa atau fakta yang terjadi, dan menjadi
sorotan penting media itu.

Landasan Teori Penelitian mengenai kelas kata terbuka pada editorial media cetak ini
didasarkan atas beberapa teori yang dijadikan sebagai acuan dalam menganalisis masalah.
Landasan teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori kelas kata, dan teori
morfologi, yang dikembangkan Gorys Keraf (1982), dan Harimurti (2088).

6
B. Teori Kelas

Kata Dalam deskripsi dan studi gramatika tradisi Eropa, sistem kelas kata menempati
posisi penting sejak ilmu bahasa mulai dikembangkan. Sebagai peletak dasar sistem kelas
kata, Aristoteles dalam karyanya Aristoteles Peri Hermeneias (abad ke-4 SM) menyatakan
bahwa kelas kata menjadi pokok pembahasan tentang bahasa. Penyelidikan mengenai kelas
kata dalam bahasa Indonesia tidak dapat mengabaikan uraian yang telah diberikan dalam
buku atau karangan mengenai kelas kata dalm bahasa Melayu dan Indonesia. Kelas kata
adalah golongan kata yang mempunyai kesamaan dalam perilaku formalnya; klasifikasi atas
nomina, verba, adjektiva, dsb (Kridalaksana, 2008: 116).

Menurut Harimurti Kridalsana (1990: 49-52) pembagian kelas kata dalam bahasa
Indonesia meliputi: nomina, verba, adjektiva, adverbia, pronomina, numeralia, preposisi,
konjungsi, artikulus, interjeksi, dan partikel. Penelitian ini mengambil beberapa kelas kata
yang berkaitan dengan tujuan penelitian yang diklasifikasikan menjadi kelas kata terbuka
oleh Abdul Chaer. Dalam hal ini, kelas kata yang dijelaskan ialah kelas kata terbuka yang
terdiri atas nomina, verba, dan adjektiva.

a) Nomina
Nomina atau kata benda adalah kelas kata yang menyatakan nama dari seseorang,
tempat, atau semua benda dan segala yang dibendakan. Kata benda dapat dibagi menjadi
dua: kata benda konkret untuk benda yang dapat dikenal dengan panca indera (misalnya
buku), serta kata benda abstrak untuk benda yang menyatakan hal yang hanya dapat dikenal
dengan pikiran (misalnya cinta).
Nomina adalah kategori yang secara sintaksis tidak mempunyai potensi untuk
bergabung dengan partikel tidak dan mempunyai potensi untuk didahului oleh partikel dari,
sedangkan dari segi semantis, belum dapat dikatakan bahwa nomina adalah kata yang
mengacu pada manusia, binatang, benda , konsep atau pengertian (Alwi, 1998 ; 213).
b) Verba

Verba atau kata kerja biasanya dibatasi dengan kata-kata yang menyatakan perbuatan
atau tindakan. Kata dikatakan berkategori verba jika dalam frasa dapat didampingi partikel

7
tidak dalam konstruksi dan tidak dapat didampingi partikel di, ke, dari, atau dengan partikel
seperti sangat, lebih, atau agak. Berdasarkan bentuknya verba dibedakan menjadi: verba asal
dan verba turunan. Jadi, verba atau kata kerja adalah kata-kata yang menyatakan perbuatan,
tindakan, proses, gerak, keadaan dan terjadinya sesuatu (Keraf, 1991 :72).

c) Adjektiva
Adjektiva atau kata sifat adalah kelas kata yang mengubah nomina atau pronominal,
biasanya dengan menjelaskannya atau membuatnya menjadi lebih spesifik. Adjektiva dapat
menerangkan kuantitas, kecukupan, urutan, kualitas, maupun penekanan suatu kata.
Adjektiva dibagi menjadi empat macam kategori adjektiva yaitu, (a) adjektiva predikatif, (b)
adjektiva atributif, (c) adjektiva bertaraf, dan (d) adjektiva tak bertaraf. adjektiva adalah kata
yang memberikan keterangan yang lebih khusus tentang sesuatu yang dinyatakan oleh
nomina dalam kalimat Alwi et al (2003:171).
C. Teori Morfologi

Dalam proses pembentukan kata terdapat beberapa macam proses morfologi yang
menjelaskan bahwa proses morfologis merupakan proses pengubahan kata dengan cara yang
teratur atau keteraturan cara pengubahan dengan alat yang sama, menimbulkan komponen
maknawi baru pada kata hasil pengubahan, kata baru yang dihasilkan bersifat polimorfemis
(Sudaryanto, 1992:15). Ramlan (1987:51) menyatakan bahwa proses morfologi ialah proses
pembentukan kata-kata dari satuan lain yang merupakan bentuk dasarnya. Samsuri (1988:
190) mendefinisikan proses morfologi sebagai cara pembentukan kata-kata dengan
menghubungkan morfem yang satu dengan yang lain.

Proses morfologi tentu berlaku pada setiap bahasa. Pada bahasa Jawa, proses
pembentukan kata terdiri atas tiga proses, yaitu proses afiksasi, proses pengulangan, dan
proses pemajemukan. Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
proses morfologi adalah proses pembentukan kata dari bentuk dasar menjadi kata baru
melalui suatu proses, yaitu proses afiksasi, proses pengulangan, dan proses pemajemukan.
Proses pemajemukan tidak membentuk kata kerja. Morfologi tidak hanya
mengindentifikasikan morfem, tetapi yang lebih penting adalah untuk memberikan tipe
struktur morfologi bahasa yang bersangkutan.

8
Bahasa di dunia pada dasarnya dapat dibedakan dalam dua tipe struktur morfologinya,
yaitu bahasa yang tidak memiliki kemampuan mengubah morfemnya dengan bubuhan afiks
atau perubahan internal, dan bahasa yang mempunyai kemampuan mengubah morfemnya
dengan afiks atau perubahan internal (Sudaryanto, 1983:10). sedangkan morfologi menurut
Verhaar adalah bidang linguistik yang mempelajari susunan bagian-bagian kata secara
gramatikal (Verhaar, 1984:52).

Ruang Lingkup Penelitian Penelitian yang dilakukan ini terbatas pada kelas terbuka,
dan bagaimana bentuk kelas kata tersebut mendominasi editorial media cetak. Penelitian ini
memfokuskan pada editorial Media Cetak Bali Post dan majalah Fenomenal.

9
BAB III

PENUTUP

A. KESIIMPULAN
Secara etimologi kata morfologi berasal dari kata morf yang berarti „bentuk‟ dan kata
logos yang berarti „ilmu‟. Jadi, secara harfiah kata morfologi berarti “ilmu mengenai
bentuk‟‟. Di dalam kajian linguistik, morfologi berarti „ilmu mengenai bentuk-bentuk dan
pembentukan kata‟ (Chaer, 2008:3).
Dalam bahasa Inggris, kata morfologi berasal dari kata morphology. Kata morphology
merupakan kata asing yang mengalami pengindonesiaan menjadi morfologi. Bentuk kata ini
berasal dari morf yang berarti bentuk dan logos yang berarti ilmu. Jadi, morfologi menurut
asal katanya adalah ilmu yang mempelajari tentang bentuk kata dari suatu bahasa.

B. SARAN

Sejalan dengan simpulan di atas, penulis menyadarkan bahwasanyan makalah ini


masih terdapat banyak kekurangan baik dari segi isi. Oleh sebab itu penulis sangat menanti
kritik dan saran yang membangun dari para pembaca untuk penyususan dan yang lebih baik
dimasa yang akan datang.

10
DAFTAR PUSTAKA

Chaer (2007:1) Morfologi Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.

Ramlan. 1983. Morfologi. Universitas Gadjah Mada: Yogyakarta.

Putrayasa, Ida Bagus. 2008. Kajian Morfologi (Derivasional dan Infleksional). Refika
Aditama: Bandung.

11

Anda mungkin juga menyukai