Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

IHWAL SINTAKSIS
Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sintaksis
Dosen Pengampu: Drs. H. Khairul Paridi, M.Hum

Disusun Oleh:
Kelompok 1

Muhammad Gilang Kurniawan : E1C021084


Nurul Safitri : E1C021095
Putri Candra Damayanti : E1C021097
Qori Lubaba Aminie : E1C021098
Renaldy : E1C021103
Resi Arianti : E1C021104
Rifa Aulia : E1C021106
Wire Nate : E1C021122

Kelas 2C
Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MATARAM

2023/2024
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt. yang senantiasa
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini sesuai
dengan batas waktu yang telah ditentukan.

Makalah ini berjudul Ihwal Sintaksis. Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu
tugas kelompok dalam Mata Kuliah Sintaksis. Di dalamnya terdapat pembahasan mengenai hal-
hal yang bersangkutan dengan sintaksis dan yang lainnya.

Sebagai tim penyusun, kami menyadari bahwa makalah ini masih


sangat jauh dari kata sempurna, baik yang berkenaan dengan substansi maupun tata tulisnya.
Walaupun demikian, kami berharap semoga makalah ini bermanfaat sebagai bahan literasi untuk
menambah wawasan kebahasaan kita semua, terutama mengenai salah satu dari ilmu bahasa ini,
yakni sintaksis. Dan kami juga menerima segala saran serta kritikan dari kalian semua terkait
makalah kami ini agar kedepannya bisa lebih baik lagi. Terima kasih.

Mataram, 1 Maret 2023

Kelompok 1
PEMBAHASAN

A. Batasan Sintaksis
Kata sintaksis berasal dari bahasa Yunani suntattein, yang dibentuk dari sun artinya
“dengan” dan tattein artinya “menempatkan”. Istilah suntttein secara etimologis berarti
menempatkan bersama-sama kata-kata menjadi kelompok kata atau kalimat dan kelompok-
kelompok kata menjad kalimat (Verhaar, 1992:70, Suhardi, 2008:31-32). Kata sintaksis dalam
bahasa Indonesia merupakan sarapan dari bahasa Belanda, syntaxis, yang dalam bahasa
Inggris disebut dengan istilah syntax (Ramlan, 1978:21 dan Pateda, 1994:85).
Selama ini terdapat beberapa batasan sintaksis yang dikemukakan oleh para tata
bahasawan. Sintaksis menurut Kridalaksana (1983:154) adalah pengaturan dan hubungan
antara kata dan kata, atau dengan satuan-satuan yang lebih besar, atau antara satuan-satuan
yang lebih besar itu dalam bahasa. Stryker (melalui Tarigan, 1985:3) menyatakan bahwa
sintaksis adalah ilmu yang membahas pola-pola penggabungan kata-kata menjadi kalimat.
Sementara itu, Block dan Trager mengatakan bahwa sintaksis adalah analisis kontruksi yang
hanya melibatkan bentuk-bentuk bebas. Arifin dan Junaiyan (2008:1) menyatakan bahwa
sintaksis adalah cabang linguistik yang membicarakan hubungan antarkata dalam tuturan
(speech), dan unsur bahasa yang termasuk di dalam lingkup sintaksis adalah frase, klausa, dan
kalimat. Dari pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa sintaksis atau syntax (Ing.)
adalah cabang ilmu bahasa yang membicarakan seluk-beluk frase, klusa, dan kalimat, dengan
satuan terkecilnya berupa bentuk bebas, yaitu kata.
Dalam linguistik atau ilmu bahasa terdapat dua tataran, yaitu tataran fonologi dan
tataran tata bahasa/gramatika. Sintaksis dan morfologi bersama-sama merupakan tataran tata
bahasa. Fonologi merupakan tataran linguistik yanag mempelajari bunyi-bunyi bahasa,
morfologi merupakan tataran linguistik yang mempelajari satuan-satuan gramatikal di dalam
tataran kata meliputi frase, klausa, dan kalimat.
Agar diperoleh gambaran yang jelas mengenai kajian sintaksis dan diketahui
perbedaannya dengan kajian morfologi, berikut disajikan sebuah contoh kalimat.
1. Beberapa mahasiswa sedang berdiskusi di perpustakaan
 Kalimat itu terdiri atas satu klausa; beberapa mahasiswa sebagai S (subjek),
sedang berdiskusi sebagai P (predikat) dan di perpustakaan sebagai K
(keterangan). Tiap-tiap fungsi dalam klausa itu terdiri atas satuan yang disebut
frase atau kelompok kata, yaitu beberapa mahasiswa, sedang berdiskusi, dan di
perpustakaan. Tiap-tiap frase itu terdiri atas dua kata, yaitu beberapa dan
mahasiswa membentuk frase beberapa mahasiswa, sedang dan berdiskusi
membentuk frase sedang berdiskusi, dan kata depan di dan kata perpustakaan
membentuk frase di perpustakaan.
 Pembicaraan mengenai kalimat, klausa, dan frase seperti di atas termasuk dalam
bidang sintaksis, sedangkan pembicaraan tentang kata beberapa yang terdiri atas
satu morfem, kata mahasiswa yang terdiri atas dua morfem, yaitu morfem maha-
dan morfem siswa kata yang berdiskusi yang terdiri atas dua morfem, yaitu morfem
ber- dan berdiskusi, kata di yang terdiri atas satu morfem, dan kata perpustakaan
yang terdiri atas dua morfem (morfem per-an dan pustaka), termasuk dalam bidang
morfologi. Dari uraian di atas, jelaslah bahwa morfologi merupakan tataran
linguistik yang mempelajari morfem dan kata, sedangkan sintaksis mempelajari
frase, klausa, dan kalimat.

B. Alat-Alat Sintaksis
Alat-alat sintaksis adalah alat-alat untuk menghubungkan kata-kata menjadi kelompok
dengan struktur tertentu, sedangkan yang dimaksud struktur ialah hubungan setara dan
bertingkat dari kelompok tersebut (Wojowasito, 1976:66). Herman Paul (1960)
mengemukakan adanya tujuh macam alat sintaksis, yaitu:
1. Penempatan kata, menjadi (satu) kelompok
2. Urutan kata
3. Inti suara tinggi dan rendah
4. Modulasi dari tinggi suara
5. Tempo
6. Kata penyambung, dan
7. fleksi (melalui Wojowasito, 1976:66-67).

Yang dimaksud inti suara tinggi dan rendah adalah tekanan tinggi (akses tinggi) dan
tekanan rendah (akses rendah), sedangkan yang dimaksud modulasi dari tinggi suara adalah
intonasi (naik turunnya nada dalam pelafalan kalimat). Di antara alat-alat sintaksis itu ada
yang tidak dapat diterapkan dalam pemakaian bahasa Indonesia, yaitu fleksi karena dalam
bahasa Indonesia tidak mengenal adanya fleksi. Alat–alat sintaksis yang dikemukakan
Herman Paul tersebut merupakan alat sintaksis untuk bahasa–bahasa pada umunya. Kentjono
dan Kridalaksana (melalui Suhardi, 2008:34) mengemukakan adanya empat macam alat
sintaksis dalam bahasa Indonesia, yaitu urutan kata, bentuk kata, intonasi, dan kata tugas,
Berikut disajikan penjelasan atas alat-alat sintaksis bahasa Indonesia itu secara urut.

a. Urutan kata
Urutan kata merupakan alat sintaksis yang pertama dan utama. Dikatakan demikian
karena urutan kata sangat menentukan makna gramatikal sebuah satuan sintaksis. Dalam
satuan sintaksis, urutan kata yang berbeda mengakibatkan makna gramatikal yang
berbeda, contohnya sebagai berikut:
1. Oki tidak pernah tinggal kelas
2. Oki pernah tidak tinggal kelas
3. pernah tinggal kelas tidak Oki.
Satuan-satuan sintaksis di atas berupa kalimat, dan makna gramatikal ketiga satuan
sintaksis itu berbeda. Kalimat (1) mengandung makna gramatikal: Oki belum pernah
tinggal kelas atau selalu naik kelas. Kalimat (2) mengandung makna gramatikal: Oki
lebih sering tinggal kelas, hanya dua tiga kali tidak. Kalimat (3) mengandung makna
gramatikal: keraguan/pertanyaan mengenai pernah atau tidaknya Oki tinggal kelas. Dari
uraian di atas diketahui bahwa dalam satuan sintaksis, urutan kata yang berbeda,
mengakibatkan makna gramatikal yang berbeda.

b. Bentuk Kata
Perhatikan bentuk kata pada kata-kata bercetak miring dalam kalimat-kalimat
berikut.
1. Rio mengambil manga
2. Rio mengambili manga
3. Rio mengambilkan temannya mangga.
Dalam kalimat (1) kata mengambil manyatakan “tindakan aktif” yang diikuti kata mangga
sebagai “penderita”. Dalam kalimat (2) kata mengambili menyatakan “tindakan aktif
(yang dilakukan secara berulang-ulang)” yang diikuti kata mangga sebagai “penderita”.
Dalam kalimat (3) kata mengambilkan mengharuskan hadirnya dua kata benda di
belakangnya, yaitu temannya yang berperan sebagai “penerima” dan kata mangga sebagai
“penderita”.
Dari paparan tersebut diketahui bahwa bentuk kata sebagai alat sintaksis ditandai
oleh penggunaan berbagai imbuhan/afiks (baik prefiks, infiks, sufiks, konfiks, maupun
simulfiks. Penggunaan imbuhan yang berbeda dapat mengakibatkan makna gramatikal
yang berbeda pula. Itulah sebabnya bentuk kata digolongkan sebagai alat sintaksis.

c. Intonasi
Intonasi merupakan perpaduan dari berbagai gejala, yaitu tekanan (stres), titik nada
(pitch), durasi/tempo (leght), perhentian/jeda (pause), dan suara yang meninggi,
mendatar, atau menurun pada akhir arus ujaran. Intonasi dengan segala unsur
pementuknya, dalam lingistik disebut prosodi/suprasegmental. Jadi, intonasi merupakan
serangkaian nada yang diwarnai oleh tekanan, tempo, jeda dan suara meninggi, mendatar,
atau menurun pada akhir arus ujaran.
Tekanan adalah penonjolan suku kata (dalam suatu kata atau kelompok kata)
dengan cara memperpanjang ucapan, meninggikan nada atau memperbesar tenaga
pengucapan atau itensitas. Letak tekanan bahasa Indonesia yang teratur. Tekanan biasanya
jatuh pada suku kata sebelum yang terakhir (penultima).
Contoh:
[béla] bela
[pembelá?an] pembelaan
[táman] taman
[taman-táman] taman-taman
Apabila suku kedua dari akhir mengancung bunyi /∂/ tekanan akan ditempatkan pada
suku akhir.
Contoh:
[b∂láh] belah
[b∂kerjá] bekerja
[t∂ráŋ] terang
Dalam ujaran tidak semua kata mendapat tekanan yang sama. Biasanya hanya kata yang
penting saja yang diberi tekanan. Tekanan yang demikian disebut aksen.
Unsur intonasi yang selanjutnya, titik nada. Titik nada merupakan unsur prosodi
yang dapat diukur atas dasar kenyaringan arus ujaran. Dalam ilmu bahasa nada
dilambangkan dengan angka (titik nada rendah dilambangkan dengan angka 1, titik nada
sedang 2, tinggi 3).
Contoh:
1. Bagus benar. # 2 2 / 3 1 #
2. Bagus benar ? # 2 2 / 3 2 #
Titik nada dalam ujaran (1) tersebut menyatakan “kekaguman”, sedangkan titik nada
dalam ujaran (2) menyatakan “keraguan/kesangsian”.
Unsur intonasi yang berikutnya, yaitu tempo durasi. Tempo/durasi adalah salah satu
prosodi yang ditandai oleh panjang pendeknya waktu yang digunakan untuk
mengucapkan sebuah segmen. Dalam bahasa Indonesia tempo tidak bersifat distingtif.
Buktinya, pengucapan segmen berikut dengan tempo yang berbeda tidak membedakan
makna.
1. Bajunya bagus…sekali
2. Bajunya ba…gus sekali.
3. Bajunya bagus sekali.
Pada kalimat (1) pengujar memberikan tempo yang agak lama pada segmen gus
dengan tujuan untuk memberikan penekanan pada segmen gus tersebut. Pada kalimat (2)
pengujar memberikan tempo yang agak lama pada segmen ba dengan tujuan untuk
memberikan penekanan pada segmen ba tersebut, tidak membedakan makna. Namun
demikian, dalam kegiatan berbahasa lisan tempo biasa digunakan oleh penceramah atau
motivator untuk memberi penekanan bahwa kalimat, klausa, frase, atau kata yang
diucapkan dengan tempo yang berbeda itu penting adanya.
Yang termasuk intonasi juga yaitu kontur. Kontur adalah seluruh satuan ujaran yang
dibatasi oleh dua kesenyapan. Kalimat merupakan satu satuan kontur. Sebagai satu satuan
kontur, kalimat dapat terdiri atas beberapa kontur.
1. # Mereka / akan pergi
# 2- 2 3 n / 2- 3 1 t # (t=turun)
2. # Orang itu / akan pergi / besok sore?#
# 2- 2 3 n / 2- 2 3 n # / 2- 3 2 s # (n=naik. s=sedang)
Setiap kalimat di atas merupakan kontur karena dibatasi oleh kesenyapan awal dan
kesenyapan akhir. Kalimat (1) terdiri atas 2 kontur: mereka (dibatasi oleh kesenyapan
awal dan kesenyapan antara), dan telah pergi (dibatasi oleh kesenyapan antara dan
kesenyapan akhir. Kalimat (2) terdiri atas tiga kontur: orang itu (dibatasi oleh kesenyapan
awal dan kesenyapan antara), akan pergi (dibatasi kesenyapan antara dan kesenyapan
antara), dan besok pagi (dibatasi kesenyapan antara dan kesenyapan akhir).

d. Kata Tugas
Kata tugas atau disebut pula kata sarana berfungsi menghubungkan kata atau
kelompok kata yang berada di muka dan di belakangnya. Kata tugas tidak memiliki
makna leksikal. Maknanya kan menjadi jelas setelah digunakan dalam frase, klausa, atau
kalimat. Atas dasar peranannya dalam konstruksi sintaksis, kata tugas dapat
dikelompokan menjadi lima jenis, yakni sebagai berikut:
A. preposisi (kata depan)
B. konjungsi (kata penghubung)
C. interjeksi (kata seru)
D. artikel (kata sandang)
E. partikel (penegas).
Perhatikan contoh penggunaan kata tugas berikut.
1. Mereka duduk di teras.
2. Pada hari ini aku dan dia akan pergi ke luar kota.
3. Hai, datang ke sini dengan teman-teman, ya!
4. Ia dijuluki sebagai sang guru.
5. Dia pun pergilah dari tempat itu.
Kata-kata yang dicetak miring dalam kalimat-kalimat itu merupakan kata tugas.
Penggunaan kata-kata tugas itu dalam kalimat akan memperjelas makna gramatikal
kalimat-kalimatnya.
C. Konstruksi Sintaksis
Yang dimaksud konstruksi adalah bangunan atau struktur yang berupa satuan-satuan
bahasa yang bermakna. Konstruksi sintaksis adalah bangunan atau struktur satuan-satuan
bahasa yang bermakna, yang berupa frasa, klausa, dan kalimat. Bertolak dari hal ini, maka
dapat dinyatakan bahwa unsur langsung sebuah konstruksi sintaksis adalah kata, frasa, atau
klausa. Konstruksi frasa dalam bahasa Indonesia biasanya disebut pula kelompok kata karena
knstruksi itu terjadi atas dua kata atau lebih, dan hubungan antara unsur langsungnya bersifat
longgar. Adapun bentuk konstruksi sintaksis memiliki ciri-ciri pokok sebagai berikut.
a. Unsur langsungnya berupa bentuk bebas atau kata
b. Hubungan antar unsurnya bersifat longgar atau terbuka
c. Di antara unsur langsungnya dapat disisipi bentuk bebas/kata lain
d. Biasanya struktur unsur langsungnya tidak tetap
e. Bentuknya berupa frasa, klausa, atau kalimat (Suhardi, 2008: 48-49).
Contoh konstruksi sintaksis:
1. Lukisan orang itu (frasa)
2. Lukisan orang itu indah (klausa)
3. Lukisan orang itu indah. (kalimat)
Contoh (1) itu merupakan konstruksi sintaksis yang berupa frasa, contoh (2)
merupakan konstruksi klausa, dan contoh (3) merupakan konstruksi kalimat. Pembentukan
konstruksi sintaksis harus mempertimbankan makna dan peran setiap unsur pembentuknya.
Semakin banyak anggota suatu konstruksi sintaksis, semakin kompleks pula susunan unsur-
unsur pembentuknya. Misalnya, unsur itu pada frasa lukisan orang, bisa pula menjadi
penjelasan terhadap kata orang. Perbedaan status dan hubungan langsung antara anggota
konstruksi tersebut akan dapat menimbulkan pergeseran makna gramatikal konstruksi yang
bersangkutan. Hal tersebut dapat dilihat dari analisis berikut.

a. lukisan orang itu

lukisan orang itu

orang itu

b. lukisan orang itu

lukisan orang

Gambar 1.1 Diagram-Pohon Unsur-Langsung Frasa

Anda mungkin juga menyukai